Anda di halaman 1dari 9

1.

1 LATAR BELAKANG
Kebisingan adalah faktor beban lingkungan kedua terbesar setelah polusi udara.
Kebisingan diartikan sebagai suara yang tidak diinginkan atau dapat dianggap sebagai
suara pada tempat dan waktu tidak sesuai. Tingkat “kebisingan” tersebut sering sebagai
suatu masalah psikologi, karena efek suara dapat berkisar dari gangguan medium sampai
merusak alat pendengaran secara permanen, dan diklasifikasi berbeda oleh orang yang
berbeda pula. (Machdar,2018)

Kebisingan dapat menyebabkan gangguan tidur, gangguan metabolisme,


gangguan mental, serta gangguan kognitif terutama bagi anak-anak. Kebisingsan tanpa
henti juga sangat merugikan bagi tubuh manusia. Masalah tersebut bisa ditemukan
diseluruh dunia. (Kiswanto, 2021)

Sound Level Meter merupakan instrument pembacaan langsung yang bereaksi


terhadap suara atau bunyi yang mendekati kepekaan telinga manusia. Alat ini mengukur
variasi tekanan bunyi di udara, yang dapat mengubah bising menjadi suatu sinyal elektrik
dan hasilnya dapat dibaca secara langsung pada layar monitor pada satuan desibel (dB).
Peralatan ini sering digunakan dilapangan sehingga alat ini didesain dengan kuat, akurat,
stabil dalam pembacaan, ringan serta menggunakan baterai. (Mustafa,2023)

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana pengoperasian alat pengukur kebisingan .
2. Bagaimana tingkat kebisingan di lingkungan kampus UNU NTB.

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui pengoperasian alat pengukur kebisingan .
2. Mengetahui tingkat kebisingan di lingkungan kampus UNU NTB.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI BUNYI


Bunyi juga dapat didefinisikan sebagai gelombang getar mekanis didalam udara
ataupun pada benda padat, yang dalam prosesnya menghasilkan suara dapat didengar
oleh telinga manusia yang masih dalam keadaan normal, dengan rentangnya antara 20-
20.000 Hz. Biasanya telinga manusia mempunyai kepekaan terhadap rentang bunyi 20-
20.000 Hz sesuai dengan umur dan pertambahan umurnya. Selain rentang frekuensi
tersebut, terdapat rentang frekuensi dibawah 20 Hz yang disebut dengan bunyi infra
(Infra Sounic) dan diatas 20.000 Hz disebut dengan bunyi ultra (Ultra Sounic).
(Jamaludin, et.al, 2014)

2.2 DEFINISI KEBISINGAN


Kebisingan didefinisikan sebagai suara yang dapat mengganggu pendengaran
baik secara kuantitatif (meningkatkan ambang pendengaran) maupun secara kualitatif
(meningkatkan ambang pendengaran), tergantung pada faktor intensitas, frekuensi,
durasi, dan pola waktu. Kebisingan didefinisikan sebagai suara yang tidak diinginkan,
misalnya menggangu suara-suara, musik. dll., atau menyebabkan rasa sakit atau
menggangu gaya hidup. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kebisingan adalah
suara yang tidak diinginkan atau suara yang dapat membahayakan kesehatan,
kenyamanan dan dapat menyebabkan kesehatan, kenyamanan dan dapat menyebabkan
gangguan pendengaran. ( Nugroho et.al, 2022)

2.3 NILAI AMBANG BATAS KEBISINGAN


Ambang batas kebisingan merupakan ukuran maksimal tekanan bising rata-rata
yang masih dapat diterima seseorang tanpa menimbulkan gangguan pendengaran.
(Kiswanto, 2021). Di Indonesia, peraturan untuk nilai ambang batas kebisingan untuk
shift kerja selama 8 jam atau 40 jam permingggu adalah 85 dBA, maka waktu kerjanya
harus dikurangi, dan apabila lama shift kerjanya lebih dari 8 jam, maka kebisingan yang
harus diturunkan. (Darnoto, 2021)

2.4 JENIS KEBISINGAN


Menurut Kiswanto (2021), kebisingan dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1. Steady State Noise (STN)
Steady state noise merupakan kebisingan dengan fluktuasi dengan intensitasnya
tidak melebihi 6 dB. Misalnya suara yang ditimbulkan oleh compressor, kipas angin
dan suara mesin gergaji. Jenis kebisingan ini juga disebut dengan bising kontinyu
atau terus-menerus.
2. Impact / Impulse Noise
Impact noise adalah kebisingan yang ditimbulkan oleh sumber tunggal atau bunyi
yang pada saat tertentu terdengar secara tiba-tiba. Misalnya suara ledakan. Jenis
kebisingan ini adalah bising interminten atau terputus-putus yang terjadi tidak terus-
menerus seperti suara lintasan kereta api.
3. Intermitten / Interuted Noise
Intermitten noise adalah kebisingan berupa suara yang terus mengeras kemudian
melemah secara perlahan. Misalnya kebisingan yang ditimbulkan oleh kendaraan
lalu lintas. Bising impulsif yang memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dB
dalam waktu yang cepat sehingga mengejutkan pendengarnya seperti suara senapan,
mercon, dan lain-lain.

2.5 GANGGUAN KESEHATAN YANG DISEBABKAN OLEH KEBISINGAN


Terdapat bukti yang konsisten bahwa paparan kebisingan menyebabkan dampak
jangka panjang (Abbasi et.al., 2015) baik dampak fisiologis maupun psikologis pada
manusia, seperti gangguan pendengaran (Theparkson et al.,2019), penyakit jantung dan
juga peredaran darah (Kems et.al., 2018; stokholm et.al.,2014), penurunan secara
psikologis berupa ketidakpuasan dalam bekerja (Abbasi et.al., 2015), gangguan dan
kesulitan dalam berkomunikasi, serta gangguan tidur. (Darlani dan Sugiharto, 2017)
Kebisingan yang lebih besar dari NAB dapat meningkatkan kadar kortisol darah, apabila
paparannya berlangsung terus menerus, peningkatan kadar kortisol menunjukkan tingkat
stress seseorang secara fisiologis (Lee et.al., 2016). Jika terjadi stres berkelanjutan, akan
terjadi pelepasan hormon adrenalin yang berdampak pada meningkatnya kerja jantung,
sehingga tekanan darah menjadi meningkat. (Suparto, 2013).

2.6 SOUND LEVEL METER


Sound level meter adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur kebisingan
suara yang tak dikehendaki, atau yang dapat menyebabkan rasa sakit ditelinga, sound
level meter biasanya digunakan dilingkungan kerja seperti, industri penerbangan dan
sebagainya. Ada beberapa faktor yang menjadi pengaruh dalam pengukuran
menggunakan sound level meter ini hal tersebut membuat gelombang suara yang terukur
bisa jadi tidak sama dengan nilai intensitas gelombang suara sebenarnya, sound level
meter berfungsi untuk mengukur kebisingan antara 30-130 dB dalam satuan dB(A) dari
frekuensi antara 20-20000 Hz. (Anonim, 2021)
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 WAKTU DAN TEMPAT PRAKTIKUM


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis,15 Juni 2023 pada pukul 14:00 –
15:00 bertempat di lingkungan Universitas Nahdlatul Ulama Nusa Tenggara Barat.

3.2 ALAT DAN BAHAN


Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah:

1. Alat Tulis.
2. Kertas.
3. Sound Level Meter.
4. Stopwatch.

3.3 LANGKAH KERJA


Adapun langkah kerja pada praktikum kali ini sebagai berikut:

1. Mengaktifkan alat Sound Level Meter (SLM) dengan menekan tombol power, lalu
tunggu hingga angka pada monitor menjadi stabil.
2. Menekan tombol slow untuk jenis kebisingan terputus-putus.
3. Pada tombol A/C, memilih tombol A sebagai tanda bahwa yang akan diukur
merupakan intensitas kebisingan yang sampai ke individu.
4. Memosisikan alat sejajar dengan telinga.
5. Pembacaan dilakukan setiap 3 detik sekali selama ± 15 menit. Pengukuran waktu
dilakukan dengan menggunakan stopwatch.
6. Mencatat setiap hasil pembacaan pada tabel yang tersedia.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 HASIL PRAKTIKUM


Tabel hasil pengukuran kebisingan menggunakan Sound Level Meter

81,6 96,9 94,6 95,3 88,4 91,4 86,4 73,6 82,4 90,8
78,4 82,8 87,4 75,3 90,1 90,3 72,8 91,6 70,3 80,6
81,4 89,4 93,8 90,5 86,4 94,1 88,8 89,6 77,5 89,3
86,4 80,5 99,6 86,9 87,2 91,4 89,3 89,3 85,4 83,5
88,2 89,9 96,9 86,5 96,1 92,9 89,9 86,5 87,8 89,8
79,6 86,2 83,2 90,3 88,8 85,2 83,5 84,1 86,5 88,6
88,9 81,5 81,6 82,7 91,2 81,2 83,1 86,1 85,1 88,4
92,2 76,2 75,1 86,8 92,6 87,4 81,7 94,9 87,8 86,5
84,5 88,8 87,4 83,4 82,4 85,2 83,3 81,6 92,7 83,2
88,5 84,5 87,1 83,6 78,1 91,7 81,6 84,5 81,8 53,2
98,5 77,2 78,4 88,2 91,3 88,6 83,5 83,5 86,1 86,7
85,2 88,2 92,1 86,7 81,5 78,8 79,5 88,2 89,4 98,3
86,3 77,5 87,2 91,3 89,6 88,1 89,2 77,2 77,7 86,6
88,5 86,2 88,2 83,8 79,2 92,3 86,1 85,4 87,8 98,8
86,2 89,6 90,1 91,5 88,3 82,8 75,2 78,9 91,4 91,3
89,9 88,1 82,8 84,3 88,3 86,5 75,5 89,6 80,1 90,2
91,3 88,7 87,5 86,9 89,4 78,6 86,1 89,8 88,2 115
76,9 96,7 84,7 89,7 83,4 84,4 90,3 92,1 83,4 91,5
88,1 87,6 84,3 92,5 83,4 83,1 81,6 75,9 85,9 87,3
78,6 94,6 84,1 88,9 89,8 99,2 84,2 88,8 88,9 82,2
87,3 84,1 79,1 79,2 99,1 87,9 90,7 84,4 85,8 84,5
79,5 89,1 84,2 83,2 80,7 79,9 82,2 83,9 82,8 91,5

4.2 ANALISIS DATA


Diketahui : nilai max = 115,2
nilai min = 53,2
n = 220
 Rentangan = nilai max-nilai min
= 115-53
= 62
 Jumlah Kelas= 1 + 3,3 x log n
= 1 + 3,3 x log 220
= 1+ 7,7
= 8,7
≈9
 Panjang Kelas= Rentangan
Jumlah Kelas
= 62
9
= 6,8
≈7
 Nilai Tengah dan Jumlah Sampel
Panjang Kelas Nilai Tengah Jumlah Sampel Persentase
Jumlah Sampel
53 - 59 56 1 0%
60 - 66 63 0 0%
67 - 73 70 2 1%
74 - 80 77 27 12%
81 - 87 84 85 39%
88 - 94 91 89 40%
95 - 101 98 15 7%
102 - 108 105 0 0%
109 - 115 112 1 0%
TOTAL 220 100%

4.3 PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, praktikan mengukur tingkat kebisingan yang berada di
Kampus Pendidikan Universitas Nahdlatul Ulama dengan menggunakan alat Sound
Level Meter (SLM) dimana alat ini biasa diukur tingkat tekanan bunyi dB (A) selama 15
menit untuk tiap pengukuran dan pembacaannya dilakukan setiap 3 detik. Lokasi titik
sampling berada di depan gerbang Kampus Pendidikan. Setiap praktikan mengukur
selama 15 menit, praktikan melakukan sampling ketika Sound Level Meter dinyalakan
yaitu dari pukul 14.30 s.d. pukul 14.45 WIB.
Kondisi saat praktikan melakukan sampling di Kampus Pendidikan Universitas
Nahdlatul Ulama lalu lalang mahasiswa berbincang dan berjalan. Selain itu, karena titik
sampling berada di pinggir jalan raya dilalui oleh kendaraan roda dua dan empat.
Tingkat kebisingan terendah yaitu sebesar 53 dB(A), tingkat kebisingan tertinggi
yaitu sebesar 115 dB(A), dan rata-ratanya sebesar 86,6 dB (A) . Dari baku mutu udara
ambien yang diatas, dapat dilihat bahwa tingkat kebisingan yang berada di Kampus
Pendidikan Universitas Nahdlatul Ulama telah melebihi baku mutu. Ini menandakan
bahwa tingkat kebisingan di lokasi ini sudah tergolong tidak baik dan dapat
mengganggu kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Kebisingan merupakan sesuatu yang tidak diinginkanyang dapat menyebabkan


gangguan kesehatan seperti gangguan pendengaran.
2. Alat yang digunakan untuk mrngukur tingkat kebisingan yaitu Sound Level Meter.
3. Berdasarkan hasil analisis data didapatkan bahwa tingkat kebisingan di lingkungan
Universitas Nahdlatul Ulama melebihi ambang batas yaitu lebih dari 55 dB(A).

Anda mungkin juga menyukai