Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH FISIKA

PENGUKURAN KEBISINGAN
Dosen Pengampu : Ibnu Rois, S.ST, M.Ling

DISUSUN OLEH:

Kelompok 8-A2

1. Rizky Fauzan Dian Seputra (P07133223046)


2. Noor Hidayati Tri Hidayati (P07133223047)
3. Nazwa Amalia Maheputeri (P07133223048)
4. Zhilzian Putra Purnomo (P07133223049)
5. Radita Sukeswari (P07133223050)
6. Nurrohmah Dyah Sekartaji (P07133223051)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


YOGYAKARTA

2023
A. Hari, tanggal : Senin, 18 September 2023
Waktu : 10.00 – 11.35
Lokasi : Tempat Parkir Gedung Biru Polkesyo

B. Landasan Teori
Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari
alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat
menimbulkan gangguan pendengaran (SNI 7231:2009). Kebisingan adalah bunyi
yang
tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (Keputusan
Meteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-48/MENLH/11/1996).
Sound Level Meter (SLM) adalah alat yang digunakan untuk mengukur
seberapa besar suara bising mempengaruhi pekerja dalam melaksanakan tugasnya.
Alat ini digunakan untuk mengukur intensitas kebisingan antara 30-130 dB(A) dan
dari frekuensi 20Hz - 20.000Hz. Prinsip kerja Sound Level Meter mengukur tingkat
tekanan bunyi yang mempunyai kelengkapan Leq A dengan rentang waktu tertentu
pada pembobotan waktu S. Tekanan bunyi menyentuh membran mikropon pada alat,
sinyal bunyi diubah menjadi sinyal listrik dilewatkan pada filter pembobotan
(weighting network), sinyal dikuatkan oleh amplifier diteruskan pada layar hingga
dapat terbaca tingkat intensitas bunyi yang terukur.

C. Alat dan Bahan


1. Sound Level Meter (SLM)
2. Stop watch
3. Formulir Bis 1 dan Bis 2
4. Alat tulis

D. Langkah Kerja
Cara sederhana
Dengan sebuah sound level meter biasa diukur tingkat tekanan bunyi dB (A) selama
10 (sepuluh) menit untuk tiap pengukuran. Pembacaan dilakukan setiap 5 (lima) detik.
Prosedur Kerja
1. Menentukan titik sampling yang baik, jarak dari dinding pemantul 2 – 3 meter
2. Meletakkan sound level meter pada ketinggian 1 meter – 1,2 meter
3. Mengarahkan mikrofon ke sumber suara,
4. Menghidupkan SLM dengan menggeser tombol swicht On/Off
5. Menyetel respon F (fast) (respon cepat = 0,125 detik ) dan filter A pada intensitas
yang kontinue atau S (slow) (respon lambat = 1 detik) pada intensitas impulsive.
6. Menggeser range suara, sesuai dengan intensitas bunyi lingkungan
7. Mencatat angka yang muncul pada display setiap 5 detik pada form formular
Kebisingan (Formulir Bising 1), gunakan stopwatch untuk melihat waktu 5 detik.
8. Melakukan pengukuran kebisingan selama 10 menit
9. Mengelompokkan hasil pengukuran dengan Formulir Kebisingan (Formulir
Bising 2)
10. Menghitung tingkat kebisingan menggunakan rumus

E. Hasil
Formulir bising 1
5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
detik
ke-
1 51,3 49,2 47,5 49,0 51,7 50,0 71,5 51,7 69,2 53,4
2 59,5 52,3 58,4 61,7 68,0 67,8 66,2 65,2 66,5 66,5
3 61,0 63,2 63,8 59,2 59,4 56,8 56,7 58,2 54,1 54,9
4 58,6 58,6 52,2 57,7 67,5 67,3 65,5 67,4 63,8 65,8
5 64,9 53,3 54,1 56,6 62,1 54,0 54,4 45,5 46,6 49,2
6 47,7 48,8 45,5 46,6 45,1 45,6 50,1 47,6 55,9 50,9
7 54,4 50,8 54,5 47,6 48,9 55,5 50,4 56,1 55,1 49,7
8 49,1 55,5 58,0 57,8 46,5 45,2 44,0 43,9 52,2 46,0
9 50,5 53,1 56,8 48,8 45,1 44,3 45,7 44,9 43,6 45,4
10 57,8 45,1 46,6 47,3 45,3 45,0 53,0 69,2 50,5 50,1
11 50,9 49,8 45,3 46,4 45,4 45,4 47,1 53,5 52,9 47,7
12 54,0 58,0 56,1 50,6 63,4 60,1 63,1 54,2 58,0 56,7

Formulir bising 2
Klas interval Jumlah
40-44 4
45-49 35
50-54 32
55-59 28
60-64 9
65-69 14
70-74 1

Hasil pengukuran dihitung menggunakan rumus


P1
L=X+ C
P 1+ P 2
L : Tingkat kebisingan di tiap waktu tertentu
X : Batas bawah kelas yang mengandung modus
P1 : Beda frekuensi klas modus dengan kelas di bawahnya
P2 : beda frekuensi klas modus dengan klas di atasnya
C : Lebar klas
P1
L=X+ C
P 1+ P 2
31
L = 45 + 5
31+ 3

= 49,5 dB (A)

F. Pembahasan
berdasarkan batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan telah diatur dalam
keputusan menteri lingkungan hidup nomor 46 tahun 1996 tentang baku tingkat
kebisingan. Sedangkan nilai ambang batas kebisingan di tempat kerja telah diatur
dalam peraturan menteri tenaga kerja dan Transmigrasi nomor 13 tahun 2011 tentang
nilai ambang batas faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja. Sedangkan mengacu
pada NAB fisika regulasi terbaru Permenaker nomor 5 tahun 2018, NAB kebisingan
adalah 100 dBA untuk 15 menit. Jika mengacu pada hasil percobaan, maka kebisingan
di parkiran bawah gedung biru yang memiliki nilai kebisingan 49,5 dBA tersebut
tidak melebihi nilai ambang batas kebisingan yang berlaku. Dan jika berdasarkan
keputusan menteri lingkungan hidup nomor 43 tahun 1996, kebisingan 49,5 dBA juga
tidak melebihi baku tingkat kebisingan di lingkungan kegiatan sekolah atau sejenisnya
(55 dBA)

G. Kesimpulan
mengacu pada peraturan menteri tenaga kerja dan Transmigrasi nomor lima tahun
2018, maka hasil percobaan kami senilai 49,5 dBA tidak melebihi nilai ambang batas
yang sudah ditetapkan, sehingga tidak mengganggu lingkungan.
LAPORAN PRAKTIK PENGUKURAN RADIASI
Dosen Pengampu: Ibnu Rois, S.ST, M.Ling

Disusun oleh:
1. Risky Fauzan Dian Seputra (P07133223046)
2. Noor Hidayati Tri Hidayati (P07133223047)
3. Nazwa Amalia Maheputeri (P07133223048)
4. Zhilzian Putra Purnomo (P07133223049)
5. Radita Sukeswari (P07133223050)
6. Nurrohmah Dyah Sekartaji (P07133223051)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
YOGYAKARTA
2023

A. Materi Praktik : Pengukuran Radiasi


Hari, tanggal : Senin, 11 September 2023
Waktu : 11.20
Lokasi : Ruang Hygine, Ruang ADAK

B. Landasan Teori
Radiasi adalah suatu pancaran energy dari suatu sumber ke lingkungannya,
melalui media atau ruang. Jenis radiasi : 1) Radiasi Pengion : radiasi yang dapat
menimbulkan ionisasi pada saat menabrak sesuatu, memiliki energy yang tinggi
(Alpha, Beta, Gamma, Sinar-X, Neutron), 2) Radiasi Non Pengion : Radiasi yang
tidak dapat menimbulkan ionisasi (Hp, TV, LCD, Proyektor, Microwave, Komputer,
Inframerah, UV, dll).
Radiasi ultraviolet adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang
kasat mata dengan panjang gelombang sekitar 380–750 nm. Radiasi elektromagnetis
terhadap panjang gelombang yang lebih pendek dari daerah dengan sinar tampak,
namun lebih panjang dari sinar-X yang kecil (Zaki, 2018). Ultraviolet adalah radiasi
elektromagnetik dengan panjang gelombang 180-400 nm (Kepmenaker No.
51/MEN/1999). Alat untuk mengukur radiasi ultraviolet dapat menggunakan UV
Light Meter atau Direct Reading Instrument disebut Radiometer sinar ultraviolet (SNI
16-7060-2004) dengan berbagai tipe.
Jenis-jenis sinar ultraviolet:
1. UV-A : Panjang gelombang 315 – 400 nm
2. UV-B : Panjang gelombang 280 – 315 nm
3. UV-C : Panjang gelombang 100 – 280 nm
Sumber-sumber sinar ultraviolet:
1. Sinar matahari
2. Lampu pijar
3. Pengelasan suhu tinggi
4. Benda-benda pijar pada suhu tinggi
5. Alat-alat elektronik rumah tangga
Contoh alat pengukur radiasi elektromagnetik
1. Model DT-1130 untuk mengukur alat-alat yang menghasilkan
radiasi
2. Lutron EMF-827 Tester untuk mengukur gelombang medan
magnet dan tingkat paparan radiasi.

C. Alat dan Bahan


1. Electromagnetic radiation detector DT-1130 dan Lutron EMF-827 Tester
2. Alat tulis
3. Alat hitung
4. Penggaris

D. Prosedur Kerja
1. Mengukur radiasi ruangan:
a. Siapkan alat Electromagnetic radiation detector DT-1130 (UV Light Meter)
b. Catat sumber-sumber radiasi yang ada di dalam ruangan dan jumlahnya
c. Lakukan pengukuran pada sumber-sumber radiasi yang ada di ruangan
tersebut
d. Cara pengukuran dengan menghidupkan alat dengan menekan dan tahan
tombol Power hingga layar menyala, akan tampil angka 000, dekatkan alat
pelan-pelan hingga menyentuh sumber radiasi (Tidak untuk objek tegangan
tinggi).
e. Lakukan pengukuran pada tiap alat-alat yang menghasilkan radiasi
elektromagnetik, masing-masing 1 kali pengukuran
f. Catat hasil pengukuran pada formulir yang disediakan. Frekuensi medan
elektromagnetik deangan satuan Hertz (Hz)
g. Matikan alat dengan menekan tombol power hingga layar padam.

Waktu pemajaman radiasi sinar ultraviolet yang diperbolehkan:


Masa pemajaman per hari Radiasi Efektif (µW/cm²)
8 Jam 0,1
4 Jam 0,2
2 Jam 0,4
1 Jam 0,8
30 Menit 1,7
30 Detik 100
0,1 Detik 30000

2. Mengukur radiasi pada pekerja


a. Siapkan alat Lutron EMF-827 Tester
b. Siapkan pekerja yang sedang bekerja di depan sebuah computer
c. Hidupkan alat dengan menggeser tombol dari OFF ke Range pengukuran,
akan muncul angka 000. Pilih range pengukuran yang sesuai dengan
intensitas radiasi
d. Ukur radiasi dengan cara mendekatkan detector pada 3 titik berikut :
- 20 cm dari mata
- 20 cm dari siku
- 20 cm dari betis
e. Catat hasil pengukuran pada formulir yang disediakan
f. Matikan alat dengan menggeser tombol power kembali pada posisi OFF.
E. Hasil
No Unit Kerja Waktu Pengukuran Radiasi (µW/cm²) Keterangan
.
1. Ruang ADAK 11.34 Mata 0,0
Siku 0,1
betis 0,2

No Nama Ruangan Sumber Radiasi Frekuensi (Hz)


.
1. Ruang Hygine AC 1357
Proyektor 1191
Lampu 1156
HP 1051
Sound System 1059
CCTV 543
Rata-rata: 1059,5

F. Pembahasan
Pengukuran ini menggunakan paparan radiasi gelombang elektromagnetik dari
perangkat alat elektronik yang berada di ruang Hygine dan ruang ADAK Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta. Radiasi yang terdeteksi oleh alat yang digunakan maka
digunakan sebagai acuan data laporan praktikum.
Pengukuran pertama radiasi gelombang elektromagnetik pada peralatan yang
ada dilakukan di ruang Hygine. Dengan menggunakan alat DT-1130 terdapat 6
sumber radiasi yang diukur, yaitu AC, proyektor, lampu, HP, sound system, dan
CCTV. Pada saat dilakukan pengukuran, masing-masing sumber radiasi memiliki
radiasi yang berbeda. Seperti AC dengan hasil 1357 Hz, proyektor 1191 Hz, lampu
1156 Hz, HP 1051 Hz, sound system 1059 Hz, CCTV 543 Hz, dan dengan hasil rata-
rata 1059,5 Hz.
Selain di ruang Hygine, dilakukan juga pengukuran sumber radiasi pada
pekerja yang sedang bekerja di depan computer yang berada di ruang ADAK.
Pengukuran ini dilakukan di 3 titik, yaitu di area mata, siku, dan betis dengan jarak
20cm dari titik yang akan diukur menggunakan Lutron EMF-827. Pengukuran di
ruang ADAK mendapatkan hasil 0,0 µw/cm² pada area mata, 0,1µw/cm², pada area
siku, dan radiasi terbesar berada di area betis dengan hasil 0,3 µw/cm².

G. Kesimpulan
Dari pengukuran pada praktikum di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah
gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh alat dan perlebgkapan elektronik di
ruang Hygine dan ADAK Poltekkkes Kemenkes Yogyakarta masih tergolong aman
dan di bawah ambang batas aman yang ditetapkan. Namun, patut diperhitungkan
untuk penggunaan jangka Panjang secara terus menerus.
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA

PENGUKURAN INTENSITAS CAHAYA

Dosen Pengampu : Ibnu Rois, S.ST, M.Ling

DISUSUN OLEH:

Kelompok 8-A2

7. Rizky Fauzan Dian Seputra (P07133223046)


8. Noor Hidayati Tri Hidayati (P07133223047)
9. Nazwa Amalia Maheputeri (P07133223048)
10. Zhilzian Putra Purnomo (P07133223049)
11. Radita Sukeswari (P07133223050)
12. Nurrohmah Dyah Sekartaji (P07133223051)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN YOGYAKARTA

2023

A. Materi Praktik
Hari, Tanggal : Senin, 25 September 2023

Waktu : 11.00 – 12.00 WIB

Lokasi : Laboratorium Penelitian K3 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

B. Landasan Teori
Cahaya merupakan salah satu energi yang memiliki gelombang elektromagnetik
tampak dengan panjang gelombang sekitar 380-750 nm. Gelombang cahaya tidak
membutuhkan medium untuk merambat, oleh karena itu cahaya juga dapat merambat
dalam ruang hampa. Dalam kajian fisika, gelombang cahaya termasuk dalam
kelompok energi, yang dapat berupa energi. Dalam hal ini, radiasi adalah suatu bentuk
yang memancar keluar dari sumber cahaya, tetapi bukan zat padat, cair, atau gas.

Ilmu yang mempelajari tentang kuantitas cahaya disebut fotometri. Kuantitas


cahaya yang dimaksud adalah kuat cahaya (I), arus cahaya (F), kuat penerangan (E)
dan terang cahaya. Kuantitas cahaya yang terkait dengan kesehatan lingkungan adalah
kuat penerangan, yaitu arus cahaya per satu satuan luas yang dinyatakan dalam satuan
lux (lx) (Sistem Satuan Internasional). Satu lux diartikan sebagai kuat penerangan
sebesar 1 lumens yang diterima sebuah bidang seluas 1m 2. Alat yang digunakan untuk
mengukur kuat penerangan disebut lux meter atau light meter. Light meter mengukur
arus listrik yang dihasilkan oleh cahaya yang jatuh pada permukaan photoelectric
light cell atau photo cell.Pengukuran dan perhitungan pencahayaan umum (general
lighting) adalah intensitas cahaya rata-rata yang terukur di seluruh bidang yang luas.
Pengukuran dan perhitungan pencahayaan lokal (local lighting) adalah pencahayaan
di suatu titik dimana suatu objek dilihat. Pengukuran cahaya dilakukan di titik dimana
objek dilihat jika bidang kerja cukup luas dapat diambil 2 atau 3 titik atau sesuai
kebutuhan kemudian hitung rata-ratanya.
C. Alat
1. Lux Meter
2. Alat Hitung
3. Meteran
4. Alat Tulis
D. Prosedur Kerja
1. Hidupkan lux meter dengan menggeser tombol ”off/on” kearah On
2. Atur range pengukuran sesuai intensitas cahaya.
3. Arahkan sensor cahaya di daerah yang akan diukur iluminasinya.
4. Untuk penerangan umum, arahkan sensor menghadap sumber cahaya, posisi
badan berdiri sehingga sel foto berada pada ketinggian 1 hingga 1.2 meter dari
lantai dan berjarak sejangkauan lengan dari badan.
5. Posisi badan tidak menghalangi arah cahaya.
6. Baca hasil pengukuran pada layar panel

E. Hasil
1. Pencahayaan Umum
Ruang yang diuku : Lorong L
Luas Ruangan : 25 m2

Titik Intensitas Cahaya


1 151
2 122
3 56
4 56
5 77
6 35
7 35
8 52
9 47
rRata-rata 70,1

2. Pencahayaan Setempat
Ruang yang diukur : Meja
Luas : 1 m2

Titik Intensitas Cahaya (lux)


1 29 lux
2 37 lux
3 21 lux
Rerata 29 lux

3. Daya Pantul
Bidang yang diukur : Pintu kaca
Cahaya A : 46 lux
Cahaya B : 21 lux
( A−B ) ( 46−21 )
Daya pantul : × 100 = ×100 = 54,34%
A 46
F. Pembahasan
Pengukuran praktikum di laboratorium instrumentasi K3 dilakukan di ruang laboratorium
K3 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Pengukuran praktikum ini disebut pengukuran
pencahayaan. Penerangan dapat diukur dengan menggunakan alat yang disebut luxmeter atau
fotometer. Light meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya di suatu
lokasi/area tertentu. Intensitas cahaya ini perlu diketahui karena manusia juga memerlukan
penerangan yang cukup.Untuk mengetahui hal tersebut diperlukan sensor yang cukup sensitif
dan linier terhadap cahaya.Alat ini menampilkan hasil pengukuran dalam format digital yang
terdiri dari sensor. Sensor dipasang pada sumber cahaya yang intensitasnya ingin diukur.

Berdasarkan data yang diuraikan di atas, perbedaan hasil intensitas yang diperoleh sangat
jelas terlihat. Di sini penting untuk mengetahui apa penyebabnya, pengamatan kelompok
kami menunjukkan bahwa beberapa faktor mempengaruhi hal ini. Yang pertama adalah jarak
antara sumber cahaya dan sensor. Semakin jauh sumber cahaya dari sensor, maka semakin
rendah nilai yang ditampilkan lux meter.Namun, hal ini juga bergantung pada jenis lampu itu
sendiri.Ada lampu intensitas tinggi dan ada juga yang lebih kecil..Hasil light meter dibaca di
layar panel LCD, format pembacaannya juga menggunakan format digital. LCD juga
memiliki kekhasan yaitu molekul asimetris digunakan dalam cairan organik transparan dan
orientasi molekul diatur oleh medan listrik eksternal.

G. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan, dapat disimpulkan bahwa kuat penerangan lampu sangat
dipengaruhi oleh jenis lampu tersebut. Selain itu, juga dipengaruhi oleh daya yang dimiliki
lampu dan juga jaraknya. Semakin tinggi daya lampu, maka semakin tinggi tingkat
penerangannya. Semakin jauh jarak sumber cahaya ke sensor cahaya semakin lemah kuat
penerangannya yang terukur.

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA


PENGUKURAN GETARAN
Dosen Pengampu : Ibnu Rois, S.ST, M.Ling

DISUSUN OLEH:

Kelompok 8-A2

1. Rizky Fauzan Dian Seputra (P07133223046)


2. Noor Hidayati Tri Hidayati (P07133223047)
3. Nazwa Amalia Maheputeri (P07133223048)
4. Zhilzian Putra Purnomo (P07133223049)
5. Radita Sukeswari (P07133223050)
6. Nurrohmah Dyah Sekartaji (P07133223051)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


YOGYAKARTA

2023

A. Waktu dan Tempat


Hari,tanggal : Senin 11 September 2023
Waktu : 11.00 – 11.45 WIB
Lokasi : Area parkir kampus pusat Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

B. Landasan Teori
Getaran menurut Per.13/MEN/X/2011 getaran adalah getaran yang teratur dari benda
atau media dengan arah bolak balik dan kedudukan. Getaran terjadi menyebar pada
lingkungan kerja pada seluruh tubuh dalam bentuk getaran mekanis yang berasal dari
mesin atau peralatan mekanis. Getaran adalah suatu factor fisik yang menjalar ke
tubuh manusia mulai dari tangan, sampai keseluruh tubuh turut bergetar akibat
getaran peralatan mekanis yang dipergunakan dalam tempat kerja.
Getaran mekanis adalah getaran yang teratur dari benda atau media dengan arah yang
bolak balik dari kedudukan keseimbangannya. Getaran mekanis dibagi menjadi 2:
1. Getaran seluruh tubuh (whole body vibration) adalah suatu getaran yang terjadi
karena adanya kontak antara tubuh dengan permukaan yang bergetar. VBV dibagi
menjadi:
a. Getaran frekuensi rendah, misalnya peralatan transportasi darat
b. Getaran frekuensi tinggi, misalnya alat alat berat,mesin industry
Menurut permenaker No. PER. 13/MEN/X/2011 menetapkan nilai ambang batas
getaran yang kontak langsung maupun tidak langsung pada seluruh tubuh
ditetapkan sebesar 0,5m/s2.
2. Getaran pada tangan lengan (Hand-Arm Vibration) adalah paparan getaran yang
dihasilkan oleh peralatan mekanis yang ditransmisikan terlokasi pada satu segmen
tubuh. HAV biasanya pada lengan dan tangan yang melakukan kontak langsung
dengan peralatan bergetar.
Getaran dapat dievaluasi melalui 3 aspek yaitu:
1. Velocity (kecepatan) yaitu nilai kecepatan getaran alat tiap satuan jarak (meter)
perdetiknya (ms)
2. Acceleration (percepatan) adalah percepatan benda, mesin atau suatu alat
melakukan suatu getaran (getaran mekanis) tiap satuan jarak (meter) per detik
kuadrat (m/s2)
3. Displacement ( pergeseran ) yang dialami oleh mesin atau alat yang diakibatkan
oleh adanya getaran pada alat tersebut tiap milimeter (mm)
Vibration meter didesain untuk melakukan pengukuran getaran mekanis secara
konvensional khususnya untuk pengujian pada mesin berotasi. Ini tidak hanya
digunakan untuk pengujian percepatan,kecepatan dan pergeseran tetapi juga dapat
menunjukkan diagnosis kegagalan secara sederhana.

C. Alat dan Bahan


1. Vibration meter
2. Alat tulis
3. Formulir pengamatan
4. Sepeda motor

D. Prosedur Kerja
1. Persiapan Praktikum
a. Mempersiapkan alat vibration meter dan mengecek baterai untuk memastikan
alat dapat beroperasi dengan baik.
b. Menyiapkan alat yang akan diukur yaitu sepeda motor.
c. Menentukan lokasi kegiatan praktikum.
2. Mengukur getaran sepeda motor
a. Menghidupkan sepeda motor,digas konstan dengan kecepatan normal
b. Menghidupkan vibration meter dengan menggeser tombol off ke on
c. Menempelkan ujung sensor transduser pada bidang yang diatur getarannya,
pastikan dapat menempel dengan sempurna pada permukaan yang rata. Sensor
transduser memiliki 2jenis yaitu magnetic base dan sensor vibration.
d. Melakukan pengukuran pada 3 titik yaitu: stang motor untuk getaran pada
tangan, jok motor dan footstep sebagai data getaran seluruh tubuh
e. Mencatat hasil pengukuran pada formular
f. Mematikan alat dengan menggeser tombol power Kembali yaitu dari on ke
off.
E. Hasil
Alat yang diukur : sepeda motor
Tanggal dan waktu : 11 september 2023 pukul 11.36 WIB
TITIK VELOCITY ACCELERATION
PENGUKURAN (m/s) (m/s2)
Stang motor 6,7-11,5 10,3-14,3
Jok motor 5,7-6,7 7,2
Footstep 3,5-5,0 6,7-9,0

F. Pembahasan
Berdasarkan keputusan Permenaker No. PER. 13/MEN/X/2011 tentang nilai ambang
batas getaran untuk pemaparan <1 jam perhari kerja untuk lengan lengan mempunyai
percepatan dengan frekuensi 12m/det2. Maka nilai percepatan untuk stang motor
melebihi ambang batas atau melebihi standar ketentuan umum dalam batas normal.
Sama halnya dengan nilai ambang batas getaran seluruh tubuh yang terjadi di jok
motor dan footstep yang mana untuk pemaparan kurang dari 0,5 jam itu seharusnya
<3,46m/det2. Tetapi berdasarkan hasil pengukuran menunjukkan nilai percepatan
pada jok motor dan footstep telah melebihi stanadar ketentuan umum dalam batas
normal dengan nilai percepatan (baik getaran lengan tangan dan seluruh tubuh) yang
melebihi standar ketentuan umum,maka dapatdikhawatirkan menimbulkan gangguan
Kesehatan dan kelelahan yang berlebih untuk pemakaian 0,5-1jam perhari. Hal ini
tentusaja tidak mendukung kinerja karena melakukan kerja secara tidak aman dan
nyaman sehingga dapat menurunkan kegairahan kerja.

G. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengukuran menggunakan vibration meter dan pembahasan
mekanis pada motor,dapat disimpulkan bahwa getaran pada seluruh titik pengukuran
pada motor melebihi nilai ambang batas (NAB) getaran yang sudah ditetapkan

Anda mungkin juga menyukai