Bupati Nganjuk, Jawa Timur, ditangkap pada tahun 2021 atas tuduhan suap terkait
proyek pembangunan infrastruktur di daerahnya. Kasus ini melibatkan beberapa pejabat
pemerintah setempat dan pihak swasta. Beliau dinilai terbukti melakukan korupsi berupa jual
beli jabatan eselon 3 dan 4 di lingkungan Pemkab Nganjuk pada 2021. Bupati Nganjuk
nonaktif Novi Rahman Hidayat saat sidang putusan di Tipikor Surabaya, Kamis (6/1/2022)
Sumber : kompas.id
Kasus Suap Bupati Nganjuk pada tahun 2021 memiliki potensi kerugian yang
signifikan, terutama bagi masyarakat dan pembangunan di daerah tersebut.
Kerugian Pembangunan :
Penyalahgunaan dana publik melalui korupsi berdampak langsung pada pembangunan
di daerah tersebut. Proyek-proyek infrastruktur yang terbengkalai atau tidak
terlaksana sepenuhnya berarti kehilangan peluang untuk meningkatkan aksesibilitas,
mobilitas, dan kualitas hidup masyarakat. Ini dapat merugikan perkembangan
ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan sektor lainnya yang terkait dengan
pembangunan infrastruktur.
Kerugian Reputasi :
Kasus korupsi di tingkat pemerintahan daerah dapat merusak reputasi daerah tersebut.
Hal ini dapat mempengaruhi investasi, pariwisata, dan pertumbuhan ekonomi.
Perusahaan dan investor dapat enggan beroperasi atau melakukan investasi di daerah
yang terkena kasus korupsi, sehingga merugikan potensi pengembangan ekonomi dan
penciptaan lapangan kerja.
Keseluruhan, kasus Suap Bupati Nganjuk pada tahun 2021 memiliki dampak kerugian
yang luas, baik secara finansial, pembangunan, sosial, dan reputasi. Penting untuk mengambil
tindakan tegas dalam menegakkan hukum dan mendorong transparansi serta akuntabilitas
dalam pengelolaan dana publik guna mencegah terulangnya kasus korupsi yang sama di masa
depan.
Kasus Suap Bupati Nganjuk pada tahun 2021 dapat memiliki dampak yang merugikan
terhadap pembangunan infrastruktur di daerah tersebut.
Budaya Korupsi :
Budaya korupsi atau norma sosial yang mempertoleransi atau bahkan mendorong
praktik korupsi dapat mempengaruhi perilaku individu. Jika korupsi menjadi sesuatu
yang lazim atau diterima di lingkungan tertentu, maka orang-orang dalam lingkungan
tersebut mungkin merasa lebih mudah untuk terlibat dalam praktik suap.
Dari informasi yang saya peroleh untuk kasus Bupati Nganjuk bernama Novi Rahman
Hidayat divonis hukuman 7 tahun penjara. Dia dinilai terbukti melakukan korupsi berupa jual
beli jabatan eselon 3 dan 4 di lingkungan Pemkab Nganjuk pada 2021.
Sumber :
https://mediaindonesia.com/politik-dan-hukum/404351/kasus-korupsi-bupati-
nganjuk-dampak-politik-berbiaya-mahal
https://www.kompas.id/baca/nusantara/2022/01/06/terbukti-jual-beli-jabatan-bupati-
nganjuk-novi-rahman-divonis-7-tahun-penjara
https://putusan3.mahkamahagung.go.id/direktori/download_file/
f7e41a92c492f657aede199f3b226987/pdf/zaec8426720137d0a1de313934383339
https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-5887258/bupati-nganjuk-nonaktif-divonis-
7-tahun-penjara-di-kasus-jual-beli-jabatan
https://kabar24.bisnis.com/read/20210510/16/1392689/ini-kronologi-lengkap-ott-
bupati-nganjuk-novi-rahman
https://kasn.go.id/id/publikasi/kpk-tetapkan-bupati-nganjuk-tersangka-jual-beli-
jabatan
https://beritajatim.com/hukum-kriminal/merasa-jadi-korban-politik-ini-curhatan-
bupati-nganjuk-nonaktif-novi-rahman-hidayat/
KESIMPULAN :
Dari kasus suap Bupati Nganjuk kita dapat tarik kesimpulan dan pengingat bahwa,
masih banyak tantangan serius yang harus dihadapi dan diberantas di Indonesia. Diperlukan
komitmen dan upaya bersama dari pemerintah, lembaga penegak hukum, dan masyarakat
untuk menciptakan tata pemerintahan yang bersih, transparan, dan akuntabel.