Anda di halaman 1dari 14

DAMPAK DARI KORUPSI

DI

OLEH

KELOMPOK: 2

Devina Mauliza 20010117


Siti Maisarah 20010056
Depi Maulida 20010112
Dara ayu Kanasya 20010131
Gemala Sari Manalu 20010118
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
kita panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW. kepada keluarganya, sahabatnya
dan kepada kita selaku umatnya semoga kita mendapat syafa’at darinya di akhirat
kelak.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak
yang mendukung dalam penyusunan makalah ini. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, maka kami menerima kritik dan sarannya dari para pembaca,
karena kami telah berusaha melakukan semaksimal mungkin agar mencapai
tujuan sesuai dengan apa yang diharapkan.

Sigli, Maret 2023


Penulis

Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Korupsi sudah sering kita dengar saat ini, baik di media masa maupun
media elektronik. Korupsi berada di sekitar kita, bahkan mungkin kita tidak
menyadarinya. Korupsi bisa terjadi mulai dari hal yang sangat kecil dan sepele
sampai dengan hal yang besar. Korupsi juga bisa terjadi di rumah, di sekolah, di
masyarakat, maupun di insatansi tertinggi serta dalam pemerintahan. Mereka yang
melakukan korupsi terkadang mengangap remeh hal yang dilakukan itu. Hal ini
sangat menghawatirkan, sebab bagaimana pun, apabila suatu organisasi dibangun
dari korupsi akan dapat merusaknya.
Maraknya praktek korupsi di Indonesia tampaknya sudah sangat parah.
Korupsi terlanjur kuat, tak terkendali, dan menjadi sistem tersendiri yang
mengakar di Indonesia. Orang yang awalnya baik, dapat dengan mudah berubah
menjadi korup. Hal ini menyebabkan kepercayaan publik terhadap instansi
pemerintah menurun drastis.
Celah hukum dan pengawasan yang lemah sering dianggap sebagai
penyebab utama terjadinya korupsi. Namun demikian sebenarnya sikap individu
dan masyarakat yang menganggap remeh praktek korupsi merupakan pendorong
yang sangat kuat untuk melakukan tindakan korupsi. Sering kali oknum pejabat
mau menerima pemberian dari orang lain berupa makanan atau oleh-oleh.
Memang hal itu sangatlah sepele, namun apabila dibiarkan dan diremehkan secara
terus menerus, nantinya pemberian tersebut berubah menjadi parcel, uang saku,
atau lebih besar lagi dan jadilah tindakan penyuapan. Kebiasaan-kebiasaan seperti
inilah yang menyebabkan tindakan korupsi tumbuh subur di Indonesia.
Nampaknya pengajaran atau pengetahuan mengenai penanggulangan
korupsi ini kurang ditekankan dalam pendidikan di Indonesia. Atau bisa jadi
metode yang digunakan kurang tepat. Hal ini membuat kita sering menganggap
remeh bahkan malas untuk mempelajari penanggulangan korupsi, karena
kurangnya motivasi pada diri sendiri, sehingga sering sekali berasumsi “untuk apa
mempelajari “ padahal itu sangat penting untuk diketahui agar tahu hak dan
kewajiban kita untuk Negara ini. Oleh karena itu penulis merasa perlu membuat
makalah berjudul Pemberantasan Korupsi Di Indonesia ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Dampak Korupsi dari Segi Ekonomi
2. Bagaimana Dampak Korupsi dari Segi Sosial
3. Bagaimana Dampak Korupsi dari Segi Birokrasi Pemerintah
4. Bagaimana Dampak Korupsi dari Segi
5. Politik dan Demokrasi
6. Bagaimana Dampak Korupsi dari Segi Hukum
7. Bagaimana Dampak Korupsi dari Segi Kerusakan Lingkungan
BAB II
PEMBAHASA

A. Dampak Korupsi Dari Aspek Ekonomi


1. Dampak Kualitatif Korupsi pada Perekonomian
a. Korupsi mengurangi pendapatan dari sektor publik dan meningkatkan
pembelanjaan pemerintah untuk sektor publik. Korupsi juga
memberikan kontribusi pada nilai defisit fiskal yang besar,
meningkatkan income inequality, dikarenakan korupsi membedakan
kesempatan individu dalam posisi tertentu untuk mendapatkan
keuntungan dari aktivitas pemerintah pada biaya yang sesungguhnya
ditanggung oleh masyarakat. Ada indikasi yang kuat, bahwa
meningkatnya perubahan pada distribusi pendapatan terutama di
negara negara yang sebelumnya memakai sistem ekonomi terpusat
disebabkan oleh korupsi, terutama pada proses privatisasi perusahaan
negara.
b. Korupsi mengurangi kemampuan pemerintah untuk melakukan
perbaikan dalam bentuk peraturan dan kontrol akibat kegagalan pasar
(market failure). Ketika kebijakan dilakukan dalam pengaruh korupsi
yang kuat maka pengenaan peraturan dan kebijakan, misalnya, pada
perbankan, pendidikan, distribusi makanan dan sebagainya, malah
akan mendorong terjadinya inefisiensi.
c. Korupsi mendistorsi insentif seseorang, dan seharusnya melakukan
kegiatan yang produktif menjadi keinginan untuk merealisasikan
peluang korupsi dan pada akhimya menyumbangkan negatif value
added.
d. Korupsi menjadi bagian dari welfare cost memperbesar biaya
produksi, dan selanjutnya memperbesar biaya yang harus dibayar oleh
konsumen dan masyarakat (dalam kasus pajak), sehingga secara
keseluruhan berakibat pada kesejahteraan masyarakat yang turun.
e. Korupsi mereduksi peran fundamental pemerintah (misalnya pada
penerapan dan pembuatan kontrak, proteksi, pemberian property rights
dsb). Pada akhirnya hal ini akan memberikan pengaruh negatif pada
pertumbuhan ekonomi yang dicapai.
f. Korupsi mengurangi legitimasi dari peran pasar pada perekonomian,
dan juga proses demokrasi. Kasus seperti ini sangat terlihat pada
negara yang sedang mengalami masa transisi, baik dari tipe
perekonomian yang sentralistik ke perekonomian yang lebih terbuka
atau pemerintahan otoriter ke pemerintahan yang lebih demokratis,
sebagaimana terjadi dalam kasus Indonesia.
g. Korupsi memperbesar angka kemiskinan. Ini sangat wajar, selain
dikarenakan program-program pemerintah sebagaimana disebut di atas
tidak mencapai sasaran, korupsi juga mengurangi potensi pendapatan
yang mungkin diterima oleh si miskin. MenurutTanzi (2002),
perusahaan-perusahaan kecil adalah pihak yang paling sering menjadi
sasaran korupsi dalam bentuk pungutan tak resmi (pungutan liar).
Bahkan, pungutan tak resmi ini bisa mencapai hampir dua puluh
persen dari total biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan ini
amat mengkhawatirkan, dikarenakan pada negara negara berkembang
seperti Indonesia, perusahaan kecil (UKM adalah mesin pertumbuhan
karena perannya yang banyak menyerap tenaga kerja).

2. Dampak Korupsi pada Perekonomian Analisa Ekonometrika


Beberapa tahun terakhir, banyak dilakukan penelitian dengan
menggunakan angka indeks korupsi untuk melihat hasilnya pada variabel-
variabel ekonomi yang lain. Beberapa hasil penelitian tersebut adalah:
a. Korupsi Mengurangi Nilai Investasi
Korupsi membuat sejumlah investor kurang percaya untuk
menanamkan modalnya di Indonesia dan lebih memilih
menginvestasikannya ke negara-negara yang lebih aman seperti Cina
dan India. Sebagai konsekuensinya, mengurangi pencapaian actual
growth dari nilai potential growth yang lebih tinggi. Berkurangnya
nilai investasi ini diduga berasal dari tingginya biaya yang harus
dikeluarkan dari yang seharusnya. Hal ini berdampak pada
menurunnya growth yang dicapai.
b. Korupsi Mengurangi Pengeluaran pada Bidang Pendidikan dan
Kesehatan. Akibat korupsi pendapatan pemerintah akan terpangkas
sehingga dasar porsi 20% APBN tidak sebesar apabila tanpa korupsi.
c. Korupsi mengurangi pengeluaran untuk biaya operasi dan perawatan
dari infrastruktur
Korupsi menurunkan produktivitas dari investasi publik dan
infrastruktur suatu negara.

B. Dampak Korupsi Dari Aspek Sosial


Dalam konteks sosial, dampak korupsi menimbulkan problem yang besar.
Deviasi pembangunan fasilitas yang berkaitan dengan pelayanan pendidikan dan
kesehatan menyebabkan masyarakat rentan terhadap berbagai penyakit dan
menurunkan tingkat kompetensinya.
Masyarakat juga menjadi kian permisif pada tindak korupsi. Korupsi
dianggap sebagai suatu kelaziman dan bahkan menjadi pelumas bagi proses
ekonomi dan politik. 
Sikap dan perilaku kolusif dan koruptif itu pada akhirnya akan
meniadakan etos kompetisi secara sehat. Memperkuat anggapan bahwa siapa yang
berkuasa dan mempunyai uang bisa mengatur segalanya, kesenjangan
antarkelompok sosial kian melebar sehingga menciptakan kerawanan sosial.

Beberapa dampak sosial ditimbulkan antara lain:

1. Mahalnya jasa dan pelayanan publik ,memciptakan ekonomi biaya


tinggi,segingga harga jasa dan pelayanan publik menjadi sangat mahal.
2. Pengentasan kemiskinan berjalan lambat,masyarakat sulit mendapatkan
akses ke lapangan kerja karena keterbatasan latarbelakang pendidikan
yang rendah akibat mahalnya pendidikan dan akses pendidikan yang dapat
diberikan untuk murah dan gratis menjadi sulit.
3. Terbatasnya akses bagi masyarakat miskin,rakyat miskin lebih
mendahulukan kebutuhan pokok ketimbang pendidikan ,kesehatan,rumah
layak huni dan akses mendapatkan pekerjaan,sehingga lingkaran “setan”
kemiskinan terus menjadi turun menurun.
4. Meningkatnya kriminalitas,ketika korupsi meningkat,sidparitas antara
yang kaya dan miskin menjadi lebar,dan kepercayaan masyarakat pada
penegakan hukum menjadi kurang.
5. Soladaritas sosial menjadi langka,ketidak jelasan akan masa depan
menyebabkan sifat gotong royong dan kerja sama menjadi hilang.
6. Demoralisasi ,masyarakat menjadi semakin individualis, mementingkan
individu dan keluarganya saja dan kepercayaan kepada pemerintah
menjadi hilang.
7. Kurangnya fasilitas yang diterima oleh masyarakat,utamanya sektor
pelayanan dasar yaitu pendidikan dan kesehatan,karena disparitas biaya
yang harus dibayar oleh setiap orang atau keluarga untuk mengakses
pendidikan dan kesehatan sangat besar,sementara kemampuan
pemerintah untuk melakukan subsidi kurang, karena tidak/kirang memiliki
anggaran untuk subsidi.

C. Dampak Korupsi Terhadap Birokrasi Pemerintah

Dampak korupsi terhadap birokrasi pemerintah pada akhirnya


merugikan masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan ketidak adilan serta
pemihakan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum maupun penyedia
layanan publik. Ketidak adilan dan pemihakan berimbas pada ketidak puasan
masyarakat terhadap layanan publik tersebut. Hukum dapat dengan mudah
dikalahkan dengan suap, gratifikasi dan iming-iming lainnya yang dilakukan
oleh oknum.
Beberapa Dampak Koropsi Terhadap Birokrasi Pemerintah
1. Tidak efisiennya birokrasi.
2. Etika sosial-politik yang semakin meredup
3. Pemerataan akses dan asset yang dilakukan oleh negara juga
terhambat.
4. Melemahnya peran pemerintahan dalam menjaga stabilitas
ekonomi dan politik.
5. Hilangnya kepercayaan rakyat terhadap lembaga negara.

D. Dampak korupsi terhadap Penegakan Huku

Dampak korupsi menghambat berjalannya fungsi pemerintahan


sebagai pengampu kebijakan negara. Hambatan yang terjadi diantaranya
menghambat peran negara dalam pengaturan alokasi dan menghambat negara
melakukan pemerataan akses dan asset.

Beberapa dampak koropsi terhadap penegakan hukum :

1. Korupsi menghambat peran negara dalam pengaturan alokasi


Dampak korupsi mengakibatkan terhambatnya fungsi pemerintahan
sebagai pengampu kebijakan negara sehingga mengakibatkan fungsi
pemerintahan senang bagi pengampu kebijakan negara sehingga
mengakibatkan peran negara dalam pengaturan lokasipun terhambat.
2. Koropsi menghambat negara dalam melakukan pemerataan akses
dan aset, pemerataan akses dan aset oleh negara dilakukan untuk
memperkecil jarak ketimpangan antara pusat dengan daerah
terpencil, Perlu dana untuk yang besar untuk dapat melakukan hal
tersebut karena pemerintah harus membangun instranstruktur baik itu
fisik maupun non fisik di daerah yang masih mengalami
kekurangan , jika terjadi koropsi bisa jadi anggaran yang tadinya
ditunjukan untuk melakukan pemerataan akses dan aset kemudian
justru diahlihkan ke program yang lain.
3. Hilangnya kepercayaan publik terhadap proses dan lembaga hukum
dengan aturan hukum yang di terapkannya. Kalau kita lihat para
penegak hukum seperti aparat kepolisian, kejaksaan dan pengadilan
seakan-akan melindungi bahkan menutup-nutupi kesalahan para
koruptor kerah putih di negara ini. Di sisi sebaliknya ,aparat ,aparat
hukum yang semestinya menyelesaikan masalah dengan fair dan tanpa
adanya unsur pemihakan,seringkali harus mengalahkan integritasnya
dengan menerima suap,iming-iming ,grafikasi atau apapun untuk
memberikan kemenangan kepada para koruptor kerah putih.
4. Hilangnya kepercayaan rakyat terhadap lembaga negara
Korupsi yang terjadi pada lembaga-lembaga negara mengakibatkan
kepercayaan masyarakat terhadap lembaga tersebut hilang ,Lembaga
negara yang paling korup menurut BKG tahun 2009,yaitu lembaga
legislatif (DPR) partai politik,Kepolisian RI,Lembaga Peradilan (MA
dan Kejaksaan Tinggi).

E. Kerusakan Dampak Korupsi Terhadap Lingkungan


Dampak korupsi terhadap lingkungan salah satunya menurunkan
kualitas lingkungan. Penurunan kualitas lingkungan dapat kita lihat dari
banyaknya kasus ilegal loging. Kasus ilegal loging memberikan kerugian
negara yang terjadi sampai 30 - 42 Triliyun rupiah per tahun. Akibat
perusakan alam inilah yang menyebabkan kualitas lingkungan menurun dan
melahirkan masalah lingkungan lainnya.

Beberapa Dampak Koropsi Terhadap Lingkungan :

1. Merusak tatanan lingkungan masyarakat apabila dana pembangunan


jalan di ambil separuh dananya.
2. Terjadinya banjir apabila pembangunan dan membenahi gorong -gorong
dananya di kurangi oleh pihak – pihak atas dan kualitas gorong-gorongnya
sangat rendah dan mudah rusak
3. Kebakaran hutan disebabkan oleh oknum-oknum yang menginginkan
lahan tersebut dan menyogok pihak perhutanan untuk menjual hutan
tersebut untuk di bangun pabrik.
4. Eksploitasi tanah seharusnya tanah yang tidak boleh di keruk namun
karena oknum – oknum yang nakal maka tanah tersebut di jual dengan
iming–iming harga mahal tanpa mengetahui akibatnya apa bila terkeruk
terlalu lama.
5. Terjadinya longsor di karena penebangan hutan liar tanpa sepengetahuan
pemerintah namu dilakukan oleh para oknum – oknum nakal yang tidak
bertanggung jawab.

F. Dampak Korupsi Dari Aspek Poitik


Kekuasaan politik di Indonesia tidak terpusat pada satu tangan melainkan
dibagi ke tiga lembaga negara yang independen dan dalam tingkat yang sejajar
yaitu Eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif. Kekuasaan yang tidak terpusat
bertujuan agar terdapat sistem saling kontrol dan tidak ada pihak yang
mendominasi di antara pemegang kekuasaan. Penyalahgunaan kekuasaan, yang
menjadi salah satu pangkal dari korupsi, akan dapat segera terlihat dan bisa
diminimalisir.
Eksekutif menyelenggarakan negara, Legislatif mengawasi
penyelenggaraan negara, dan Yudikatif menegakkan hukum. dan kekuasaan
kehakiman. Marak kita jumpai dari ketiga lembaga tersebut terlibat atau diduga
terlibat dalam tindak pidana korupsi. Tindakan korupsi yang menggurita hingga
melibatkan ketiga kekuasaan tersebut menimbulkan dampak yang merugikan
dalam bidang politik bernegara.
Dampak tersebut oleh Indonesia Corruption Watch dijelaskan sebagai
berikut:

1. Kinerja Sistem Terganggu


Isu korupsi sering bersifat personal karena pertanggungjawabannya
bersifat personal (personal liability), tapi dampaknya bisa organisasional, bahkan
sosial. Organisasional kalau korupsi berdampak pada kinerja lembaga (tempat
oknum ada/bekerja). Sosial kalau dampaknya meluas kepada masyarakat.
Dampak sosial sering implisit, ketimbang dampak organisasional, yang
nyata dan eksplisit. Kasus tipikor anggota DPR adalah kisah yang nyata. Di satu
sisi, anggota DPR memangku jabatan untuk sebuah menjadi bagian lembaga yang
mengatasnamakan rakyat, yang artinya dituntut tanggung jawab dan komitmen
yang utuh dan serius. Di sisi lain, anggota DPR yang tersandung dugaan korupsi
berpotensi menyita perhatian dan menguras energi, baik sebagai pribadi maupun
sebagai anggota dewan legislatif. Belum lagi kalau kita berbicara tentang
kemungkinan faksionalisasi di tubuh DPR antara yang pro dan yang kontra
terhadap tipikor yang menjerat rekan seprofesi mereka. Singkat kata, kasus seperti
ini berpotensi menjadi kendala bagi kinerja lembaga/sistem, sehingga solusi yang
paling bijaksana adalah menonaktifkan anggota DPR yang terjerat tipikor sampai
proses hukum selesai.
Dalam konteks politik, terjadi distorsi kepentingan pada lembaga politik
tempat proses legislasi berlangsung. Karena wakil rakyat yang dipilih melalui
proses pemilu yang tidak sepenuhnya jujur, adil dan sikap koruptif menjadi bagian
tak terpisahkan di dalamnya. Karena itu, elite dan lembaga politik punya
kecenderungan mengabaikan aspirasi rakyat dan konstituennya.
2. Citra dan Kredibilitas Sistem/Lembaga di Mata Publik Merosot
Untuk lembaga bergengsi seperti DPR yang, tuduhan korupsi pada salah
satu anggotanya tentu berdampak pada bagaimana masyarakat politik memandang
DPR sebagai sebuah lembaga publik yang mengatasnamakan rakyat. Maka, kalau
mau bersikap sebagai negarawan sejati, selayaknyalah pemimpin yang memangku
jabatan publik mundur dari jabatannya ketika tersandung dugaan pidana. Ini juga
bagian dari etika jabatan.
3. Lembaga/sistem diperalat untuk kepentingan diri
Kita tentu tahu bahwa tuduhan yang paling sering dilontarkan oleh
kalangan antineoliberalis adalah bahwa lembaga multinasional seperti PBB, IMF,
dan Bank Dunia adalah perpanjangan kepentingan kaum kapitalis global dan para
hegemon global yang ingin mencaplok politik dunia di satu tangan raksasa.
Tuduhan seperti ini sangat mungkin terjadi pada pejabat publik yang memperalat
lembaga untuk kepentingan diri. Dalam kasus seperti ini, hanya masyarakat sipil
yang berdaya dan supremasi hukum yang kuat yang bisa menyelamatkan
kepentingan umum.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Korupsi adalah suatu tindak pidana yang memperkaya diri yang secara
langsung merugikan negara atau perekonomian negara. Beberap unsur yang
terdapat dalam perbuatan korupsi meliputi menerima hadiah atau janji
(penyuapan), pemerasan dalam jabatan, ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai
negeri/penyelenggara negara), menerima gratifikasi, serta menyalahgunakan
kewenangan.
Korupsi berdampak pada berbagai lintas sendi kehidupan negara seperti
efek domino yang berantai. Semakin tingginya praktik korupsi di suatu negara
akan secara instan maupun bertahap melemahkan kondisi keuangan negara,
penyelenggaraan negara, dan kondisi sosial masyarakat.
Dampak korupsi terhadap kondisi keuangan negara disumbangkan dari
dampak langsungnya pada bidang perpajakan dan ekonomi. Adapun dampak
korupsi terhadap penyelenggaraan negara adalah akumulasi dari dampak langsung
korupsi dalam bidang politik, demokrasi, dan hukum. Sedangkan dampak korupsi
terhadap kondisi sosial masyarakat adalah wujud dari dampak langsung korupsi
dalam bidang akhlak dan moral, sosial, budaya, kode etik, dan sumber daya
manusia

B. SARAN
Sikap untuk menghindari korupsi seharusnya ditanamkan sejak dini. Dan
pencegahan korupsi dapat dimulai dari hal yang kecil.
Setelah mengetahui jenis perbuatan korupsi dan dampak masifnya dalam
berbagai aspek kehidupan bernegara, sebaiknya kita melakukan tindakan
pencegahan sebagai berikut:
1. Memerangi korupsi terhadap keuangan Negara
2. Memerangi Korupsi terhadap Penyelenggaraan Negara
3. Memerangi Korupsi dalam Kondisi Kehidupan Sosial
DAFTAR PUSTAKA

Susanto, Agus. http://my.opera.com/a6us/blog/show.dml/4944371. diakses


tanggal 14 Maret 20223

http://intl.feedfury.com/content/30095993-makalah-korupsi-di-indonesia.html.
diakses tanggal 14 Maret 20223

Hutabarat, Agus. http://agusthutabarat.wordpress.com/2009/11/06/tindak-pidana-


korupsi-di-indonesia-tinjauan-uu-no-31-tahun-1999-jo-uu-no-20-tahun-
2001-tentang-pemberantasan-tindak-pidana-korupsi/. Diakses tanggal 14
Maret 20223

http://www.slideshare.net/akungbgl/materi-5-dampak-korupsi-2010.diakses
tanggal 14 Maret 20223

http://www.anneahira.com/dampak-korupsi.htm. diakses tanggal 14 Maret 20223

http://www.scribd.com/doc/57680938/Dampak-Korupsi-Terhadap-HAK-dan-
KEWAJIBAN-bagi-Rakyat-Sipil. diakses tanggal 14 Maret 20223

Anda mungkin juga menyukai