Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIK

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LANJUTAN


MENGUKUR KEBISINGAN

OLEH :
VINASTY HERNANDA DEWI
NIM.10317066

PROGAM STUDI S-1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2020
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN KEBISINGAN
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor
Kimia di Tempat Kerja, Kebisingan adalah semua suara yang tidaj dikehendaki yang
bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat kerja yang pada tingkat tertentu
dapat menimbulkan gangguan pendengaran.
Dan menurut Suma’mur (2009) dalam Rosanti (2014) Kebisingan adalah bunyi
atau suara yang keberadaannya tidak dikehendaki (noise is unwanted sound) yang
bersumber dari peralatan produksi dan peralatan kerja yang dapat mengganggu
pendengaran.

B. FAKTOR
C. KLASIFIKASI KEBISINGAN
Kebisingan diklasifikasikan ke dalam dua jenis golongan besar, yaitu (Babba,2007) :
1. Kebisingan yang tetap (steady noise), dipisahkan lagi menjadi dua jenis yaitu :
a. Kebisingan dengan frekuensi terputus (discrete frequency noise).
Kabisingan ini merupakan “nada-nada” murni pada frekuensi yang
beragam, contohnya suara mesin, suara kipas dan sebagainya.
b. Kebisingan Tetap (Brod band noise)
Kebisingan dengan frekuensi terputus dan Brod band noise sama-sama
digolongkan sebagai kebisingan tetap (steady noise). Perbedaannya
adalah brod band noise terjadi pada frekuensi yang lebih bervariasi
(bukan “nada” murni).
2. Kebisingan tidak tetap (unsteady noise) dibagi lagi menjadi tiga jenis, yaitu :
a. Kebiasaan Fluktuatif (fluctuating noise)
Kebisingan yang selalu berubah-ubah selama rentang waktu tertentu.
b. Intermitent Noise
Kebisingan yang terputus-putus dan besarnya dapat berubah-ubah,
contoh kebisingan lalu lintas.
c. Kebisingan Impulsif (Implusive noise)
Kebisingan ini dihasilkan oleh suara-suara berintensitas tinggi
(menekakkan telinga) dalam waktu relative singkat, misalnya suara
ledakan senjata dan alat-alat sejenisnya.

D. EFEK BAGI KESEHATAN


Kebisingan di tempat kerja dapat menimbulkan gangguan yang dapat
dikelompokkan secara bertingkat sebagai berikut (Babba,2007) :
a. Gangguan fisiologis
Pemaparan bunyi terutama yang mendadak menimbulkan reaksi
fisiologis seperti : denyut nadi, tekanan dara, metabolisme, gangguan tidur
dan penyempitan pembuluh darah. Reaksi ini terutama terjadi pada
permulaan pemaparan terhadap bunyi kemudian akan kembali pada
keadaan semula. Bila terus menerus terpapar maka akan terjadi adaptasi
sehingga perubahan itu tidak nampak lagi. Kebisingan dapat menimbulkan
gangguan fisiologis melalui tiga cara yaitu :
1. Sistem internal tubuh
System internal tubuh adalah system fisiologis yang penting untuk
kehidupan seperti :
a) Kardiovaskuler (jantung, paru-paru, pembuluh)
b) Gastrointestinal (perut,usus)
c) Syaraf (urat syaraf)
d) Musculoskeletal (otot,tulang)
e) Endocrine (kelenjar)
2. Ambang Pendengaran
Kebisingan dapat mempengaruhi nilai ambang batas pendengaran
baik bersifat sementara (fisiologis) atau menetap (patofisiologis).
Kehilangan pendengaran bersifat sementara apabila telinga dengan
segera dapat mengembalikan fungsinya setelah terkena kebisingan.
3. Gangguan pola tidur
Seseorang yang sedang tidak bisa tidur atau sudah tidur tetapi
belum terlelap. Tiba-tiba ada gangguan suara yang akan
mengganggu tidurnya, maka orang tersebut mudah
marah/tersinggung.
b. Gangguan Psikologis
Gangguan fisiologis lama kelamaan bisa menimbulkan gangguan
psikologis. Kebisingan dapat mempengaruhi stabilitas mental dan reaksi
psikologis seperti rasa khawatir, jengkel, takut dan sebagainya. Stabilitas
mental mental adalah kemampuan seseorang untuk berfungsi atau
bertindak normal. Suara yang tidak dikehendski memang tidak
menimbulkan mental illness akan tetapi dapat memperberat problem
mental dan perilaku yang sudah ada.
c. Gangguan Patologis Organis
Gangguan kebisingan yang paling menonjol adalah pengaruhnya
terhadap alat pendengaran atau telinga, yang dapat menimbulkan ketulian
yang bersifat sementara hingga permanen.
d. Komunikasi
Kebisingan dapat mengganggu pembicaraan. Paling penting disini
bahwa kebisingan mengganggu kita dalam menangkap dan mengerti apa
yang dibicarakan oleh orang lain, yaitu berupa percakapan langsung,
percakapan telepon, melalui alat komunikasi lain (radio dan televisi)

E. STANDAR NAB KEBISINGAN


Nilai Ambang Batas kebisingan merupakan nilai yang mengatur tentang tekanan
bising rata-rata atau level kebisingan berdasarkan durasi pajanan bising yang
mewakili kondisi dimana hampir semua pekerja terpajan bising berulang-ulang tanpa
menimbulkan gangguan pendengaran dan memahami pembicaraan normal.
NAB kebisingan yang diatur dalam peraturan ini tidak berlaku untuk bising yang
bersifat impulsive atau dentuman yang lamanya < 3 detik.
NAB kebiasaan untuk 8 jam kerja per hari adalah sebesar 85 dBA. Sedangkan
NAB pajanan kebisingan untuk durasi pajanan tertentu.

Satuan Durasi Pajanan Level Kebisingan (dBA)


Kebisingan per Hari
24 80
16 82
Jam 8 85
4 88
‘2 91
1 94
30 97
15 100
Menit 7,5 103
3,75 106
1,88 109
0,94 112
28,12 115
14,06 118
7,03 121
3,52 124
Detik 1,76 127
0,88 130
0,44 133
0,22 136
0,11 139
(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.70 Tahun 2016 Tentang
Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri)

Catatan :
Pajanan bising tidak boleh melebihi level 140 dBA walaupun hanya sesaat.

Batasan kebisingan yang ditentukan dalam Keputusan Menteri Negara


Lingkungan Hiduo no 48 tahun 1996 yang didasari oleh peruntukan kawasan atau
lingkungan terkait.

Peruntukan Kawasan / Lingkungan Tingkat Kebisingan (dBA)


Kegiatan
Peruntukan Kawasan
Perumahan dan pemukiman 55
Perdagangan dan Jasa 70
Perkantoran dan Perdagangan 65
Ruangan Terbuka Hijau 50
Industri 70
Pemerintahan dan Fasilitas Umum 60
Rekreasi 70
Khusus :
1. Bandara Udara*
2. Stasiun Kereta Api*
3. Pelabuhan Laut 70
Lingkungan Kegiatan
Rumah Sakit atau sejenisnya 55
Sekolah atau sejenisnya 55
Tempat Ibadah atau sejenisnya 55
Keterangan :
*disesuaikan dengan ketentuan Menteri Perhubungan

F. PEMECAHAN MASALAH
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.70 Tahun 2016 Tentang


Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor
PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di
Tempat Kerja
Rosanti, Eka. 2014. Perbedaan Tingkat Kelelahan Tenaga Kerja Yang
Mengalami Kecemasan Akibat Kebisingan Pada Bagian Weaving, Riching, Dan
Administrasi Di Pt. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta. UNS. digilib.uns.ac.id
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hiduo no 48 tahun 1996
Babba, Jennie. 2007. Hubungan Antara Intensitas Kebisingan Di Lingkungan
Kerja Dengan Peningkatan Tekanan Darah. Universitas Diponegoro Semarang.

Anda mungkin juga menyukai