Anda di halaman 1dari 5

Kelompok 2.

Lisma Diana
Rizky Reynaldi
M. Rizki Tanjung
Salsyabila Nurul Aini
Fajria Ramadhanti Putri

GEOKIMIA
Ulasan Mengenai Kekurangan dari Kelompok yang Melakukan Presentasi
Secara umum presentasi yang dilakukan oleh kelompok sebelumnya memang terdapat
beberapa kekurangan data yang belum ataupun tidak ditampilkan pada saaat presentasi. Maka
dari itu kami Kelompok 2 akan mengulas beberapa hal yang sebelumnya tidak ada pada
presentasi Kelompok yang maju presentasi hari ini (13 November 2020) dengan menggunakan
studi kasus yang sama yaitu Kalimantan Tengah dengan referensi yang berkaitan .
Geologi Regional

Gambar 1. Geologi Regional Pulau Kalimantan dalam identifikasi batubara.(Studi kasus


Kalimantan Tengah)
Sebagian besar wilayah di mana singkapan batubara Eosen memiliki peringkat batubara
regional sedang hingga tinggi. Endapan batubara diketahui berada di Cekungan Barito Utara di
Kalimantan Tengah, khususnya dari Kabupaten Barito (Utara, Selatan dan Timur) dan Murung
Raya (Nas dan Hidartan, 2010). Dua tren batubara peringkat tinggi yang prospektif untuk
endapan batubara kokas telah diidentifikasi di bagian tengah.
Gambar 2. IUP lokasi
Geologi Regional Secara geologis, keempat konsesi terletak di dalam atau di sekitar tepi
Cekungan Barito Utara di Kalimantan Tengah dan prospektif untuk ukuran batubara dari umur
Eosen. Cekungan Barito awalnya dibentuk sebagai bagian dari sistem keretakan Tersier Awal
yang lebih luas yang terbentuk di sepanjang tepi batholith Schwaner yang terangkat dan
mengikis. Ini berkembang menjadi cekungan terpisah selama Oligosen dan Miosen dan
sedimentasi terus berlanjut di sebagian besar Neogen. Batholith Schwaner, yang membentuk
pegunungan tinggi di Kalimantan Tengah dan Barat adalah kompleks batuan granit Kapur yang
mengganggu kegiatan vulkanik Paleozoikum dan Mesozoikum, vulkaniklastik dan sedimen laut.
Berikut merupakan peta geologi regional Kalimantan secara umum dan secara khusus ditelisik
pada Gambar 1.
Analisa Geokimia
Tabel 1. Kualitas Batubara daerah Penelitian

Berdasarkan analisa proxmate dan ultimate batubara didapatkan pada batubara seam
BBM/Mhn memiliki karakteristik kandungan total moisture 5.73 – 6.51%, inherent moisture
1.51 – 2.76%, ash 1.45% - 2.61%, volatile matter 11.98 – 13.51%, fixed carbon 82.75 – 83.43%,
calorific value 7983 – 8441 cal/g dan nilai HGI yang hanya terdapat pada sampel BBM/Mhn/C-
01, yaitu sebesar 95 point. Sedangkan pada batubara dengan seam BBM/T/C, karakteristik
kandungan total moisture 4.10 – 20.67%, inherent moisture 0.90 – 11.14%, ash 1.12% - 6.25%,
volatile matter 11.21 – 23.04%, fixed carbon 62.53 – 83.73%, calorific value 5993 – 8604 cal/g
(Tabel 1.).
Nilai moisture content tinggi pada batubara dengan kode sampel BBM/T/C-01 dan
BBM/T/C-02 akan menyebabkan sebagian energi panas (kalori) yang dihasilkan akan digunakan
untuk menguapkan kandungan moisture content sehingga pembakaran akan berkurang.
Kandungan abu atau ash pada batubara merupakan suatu material non – combustible yang
disusun oleh senyawa atau mineral oksida sehingga kaya akan oksigen sehingga apabila
kandungan oksigen tinggi maka akan terjadi reaksi dengan hydrogen sehingga akan menurunkan
suhu pembakaran.

Gambar 3.Diagram Geokimia kandungan sulfur, zat terbang dan ash.


Berdasarkan analisa, kandungan abu pada batubara – batubara tersebut tergolong rendah.
Kandungan zat terbang pada sampel batubara di atas tidak melebihi 36% sehingga batubara –
batubara tersebut berpotensi sebagai batubara coking.

Fixed Carbon Volatile Matter Fuel Ratio


83,43 13,51 6,17542561
82,75 11,98 6,90734558
83,01 12,87 6,44988345
66,53 19,92 3,33985944
62,53 23,04 2,71397569
80,93 14,55 5,56219931
81,23 14,62 5,55608755
83,73 14,13 5,92569002
80,1 12,82 6,24804992
79,78 11,21 7,11685995
Berdasarkan nilai fuel ratio batubara yang rendah dengan kisaran nilai 2.7 – 7.1
mengindikasikan bahwa karbon di dalam batubara tersebut akan terbakar secara efektif serta
berdasarkan fuel ratio batubara tersebut tergolong dalam sub – bituminous.

Gambar 4. Diagram Geokimia Kandungan Sulfur


Untuk mengetahui kondisi organik pada Batubara, perlu diperhatikan kadar sulfur yang
terkandung dalam Batubara tersebut. Pada formasi Purukcahu, kadar kandungan sulfur tiap
sampel berbeda beda namun berkisar antara 0,25% (kode sampel BBM/T/C-02) sampai 0,40%
(kode sampel BBM/Mnh/C-03). Terindikasi bahwa Batubara memiliki kadar sulfur rendah
dikarenakan kandungan sulfur kurang dari 0,8% dan menunjukkan Batubara thermal coal. Tinggi
rendahnya kandungan sulfur pada Batubara, akan mempengaruhi bagaimana Batubara akan
gunakan selanjutnya. Batubara dengan sulfur rendah (thermal coal) dapat digunakan pada
Industri Pabrik Semen dan PLTU yang memerlukan Batubara dengan kandungan sulfur dibawah
0,8% (pabrik semen) dan 0,4% (PLTU). Namun untuk Batubara Coking, kandungan sulfur tidak
hanya rendah namun juga harus berkalori tinggi. Jika tidak, akan mempengaruhi kualitas besi
dan baja yang dihasilkan pada saat proses metalurgi. Casargrande(1987) menyatakan batubara
bersulfur rendah (<1%) lebih banyak mengandung sulfur organik daripada piritik dan termasuk
lingkungan darat. Dilihat pada gambar 3, sulfur daerah ini < 1% sehingga rendahnya sulfur ini
juga memperlihatkan bahwa kandungan sulfur organik pada batubara lebih dominan
dibandingkan kandungan piritik dan termasuk dalam lingkungan pengendapan darat.

Referensi :
Kusnama. 2008. Batubara Formasi Warukin di Daerah Sempit dan Sekitarnya, Kalimantan
Tengah. Jurnal Geologi Indonesia Vol 3 No 1

McCaughan, Gerry. 2010. Independent Geologist’s Report On Coal Project, Central Kalimantan,
Indonesia. SRK Consulting
Santoso Binarko, dkk. 2012. Karakteristik Petrografis Batubara Sebatik-Kalimantan Timur Berdasarkan
Aspek Geologinya. Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Vol. 8, No.2

Wiranata, Benny. 2019. Kualitas Batubara Formasi Tanjung di Daerah Sekako, Kalimantan
Tengah. Jurnal Geosapta Vol.2 No. 7

Anda mungkin juga menyukai