Anda di halaman 1dari 18

PRAKTIKUM BATUBARA

LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL


PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BAB VII
ANALISA TOTAL MOISTURE
7.1. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum analisa total moisture adalah untuk
mengerti, mampu melaksanakan, menganalisa serta membandingkan
cara kerja total moisture batubara dengan metode ASTM dan ISO.
7.2. Dasar Teori
Analisis batubara untuk bahan bakar digolongkan menjadi
beberapa analisis, yakni analisis dasar yaitu analisis proksimate
(moisture, ash, volatile matter dan fixed carbon), analisis ultimate
(karbon, hidrogen, nitrogen, sulfur dan oksigen), penentuan unsur
tertentu dalam batubara dan penentuan khusus untuk batubara bahan
bakar (nilai panas, indeks hardgrove, indeks abrasi, suhu leleh ash,
analisis ash, kalor dan lain-lain) (Muchjidin, 2006).
Jika batubara dimisalkan sebagai batang atau tabung, maka
bagianbagian komponen batubara adalah sebagai berikut :

Gambar 7.1
Sketsa Komponen Batubara
Substansi batubara selain seperti yang diilustrasikan diatas,
batubara juga dapat digolongkan lagi menjadi beberapa golongan
substansi seperti :
1. Coal Proximate
Batubara dapat dibagi menjadi 4 bagian dalam proximate,
dimana pada bagian organik batubara dibagi lagi menjadi 2
berdasarkan sifat penguapan atau keteruraian dengan pemanasan

Kelompok V

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

pada suhu tertentu dan waktu tertentu. Bagian organik yang


menguap atau terurai ketika batubara dipanaskan tanpa oksigen
pada temperatur 900o C digolongkan sebagai volatile matter.
Sedangkan bagian organik batubara yang tetap pada pemanasan
tersebut digolongkan sebagai fixed carbon atau karbon tetap.
Volatile matter biasanya berasal dari struktur alifatik carbon yang
mudah putus dengan thermal dekomposisi, sedangkan fixed carbon
berasal dari gugus rantai carbon yang kuat seperti gugus aromatik.
Semakin tinggi peringkat batubara semakin besar jumlah carbon
yang membentuk aromatik, dan semakin tinggi juga fixed carbon dan
semakin rendah volatile Matter yang diperoleh. Oleh karena itu
peringkat batubara dapat dilihat dengan penurunan volatile matter.

Gambar 7.2
Sketsa Coal Proximate

2. Coal Ultimate
Pada penggolongan batubara ultimate, unsur moisture dan
mineral matter tetap, tetapi unsur organiknya dibagi berdasarkan
unsur pembentuk organik tersebut. Unsur-unsur pembentuk organik
batubara terdiri dari total carbon, baik yang berasal gugus alifatik
maupun yang berasal dari gugus aromatic. Kemudian hidrogen
(tidak termasuk hidrogen yang berasal dari air atau moisture serta
nitrogen, sulfur dan oksigen. Dalam penentuannya oksigen tidak
Kelompok V

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

secara langsung ditentukan melainkan dengan cara mengurangkan


unsur organik yang 100% dikurangi dengan carbon, hidrogen,
nitrogen dan sulfur.

Gambar 7.3
Skesta Coal Ultimate
Salah satu tahapan penting dalam rangkaian proses
eksploitasi dan produksi batubara adalah memahami benar tipikal
batubara dalam hal ini kualitasnya. Mengingat biaya eksploitasi
yang mahal, kita harus memperhitungkan aspek ekonomis. Hanya
batubara dengan kualitas yang bagus dan seamnya (lapisan) tebal
akan menjadi titik target untuk ditambang. Demikian juga dalam
rangkaian

proses

produksi

yang

pada

ujungnya

akan

berhubungan dengan marketing dimana customer/buyer akan


membeli produk batubara dengan parameter kualitas tertentu
sesuai

dengan

kebutuhan.

Untuk

mengetahui

persentasi

kandungan zat-zat atau mineral tertentu serta nilai total moisture


yang terkandung dalam batubara tersebut agar dapat diketahui
kualitasnya, analisa yang biasa dilakukan pada bagian ini adalah :
1. Analisis Proksimate Batubara (Coal Proximate Analysis)
Analisis proksimate batubara bertujuan untuk menentukan
kadar moisture (air dalam batubara) kadar moisture ini mengcakup
pula nilai free moisture serta total moisture, ash (debu), volatile
matters (zat terbang) dan fixed carbon (karbon tertambat).
a. Analisa Kadar Moisture

Kelompok V

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Analisa kadar moisture, yaitu mengukur kandungan air


dalam batubara saat batubara itu di analisa. Cara mengujinya
yaitu dengan menyiapkan sejumlah sample batubara dengan
ukuran halus 0.212 mm atau 0.250 mm dipanaskan dengan
suhu di atas titik didih air tetapi jangan terlalu tinggi.
Menggunakan oven khusus pada suhu 105C - 110C.
Ada
terkandung

cara
dalam

dalam

menganalisa

batubara

tersebut

kadar
yang

air

yang

pertama

menggunakan gas tekan tujuannya agar uap air yang sudah


terbentuk terdorong dari dalam oven dengan cepat. Yang kedua
dengan menggunakan gas yang sukar bereaksi seperti gas inert
yaitu gas nitrogen. Jadi saat batubara dipanaskan maka
dialirkan gas nitrogen pada ruangan oven. Kadar air dihitung
dari berat yang hilang setelah dipanaskan.

Gambar
7.4
Sketsa

Oven

Moisture
b. Kadar

Abu (Ash

Content)
Analisa
kadar abu

batubara

adalah proses dimana tujuan akhirnya ingin mendapatkan kadar


abu dalam batubara dan ini berbeda dengan kadar air kadar abu
Kelompok V

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

batubara ini mencerminkan kadar abu pada asal batubara itu di


ambil meski mengalami proses preparasi yang sama dengan
analisa kadar air.
Cara mengujinya yaitu dengan menyiapkan sejumlah
sampel dengan berat tertentu sampel batubara kemudian
dipanaskan secara bertahap sampai mencapai temperature
8150C dalam waktu tertentu sampai didapat berat yang konstan.
Kadar abu dapat di hitung dari berat residu setelah pemanasan.

Gambar

7.5

Sketsa

Automatik

Proximate
c. Volatile Matter
Volatile

matters

adalah

kandungan

batubara

yang

terbebaskan pada temperatur tinggi tanpa keberadaan oksigen


(misalnya CxHy, H2, SOx, dan sebagainya). Cara mengujinya
yaitu dengan menyiapkan sejumlah sampel dengan berat
tertentu, sampel dipijarkan pada suhu 900-950C tanpa kontak
dengan udara dalam waktu tertentu. Zat terbang dihitung dari
komponen yang hilang dikurangi kadar airnya.

Kelompok V

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Gambar
7.6
Sketsa Volatile Matter Analyzer
d. Fixed Carbon
Fixed carbon ialah kadar karbon tetap yang terdapat
dalam batubara setelah volatile matters dipisahkan dari batubara.
Kadar fixed carbon ini berbeda dengan kadar karbon (C) hasil
analisis ultimate karena sebagian karbon berikatan membentuk
senyawa hidrokarbon volatile. Nilai FC tidak didapat melalui
analisis tetapi melalui perhitungan berikut ini
e. Total Sulfur
Total sulfur adalah banyaknya kandungan sulfur dalam
batubara, baik itu sulfur organik atau sulfur an-organik. Sulfur
atau
wujud

belerang
mineral

dalam
pirit,

batubara
kalsium

dapat dijumpai
sulfat,

atau

dalam
belerang

organik. Pada saat pembakaran berubah menjadi SO 2.


Sejumlah contoh batubara dipanaskan diatas tungku
pada suhu 1350C dan dialirkan gas O 2 dengan kederasan 1
liter/menit membentuk gas SO2 yang ditampung pada bejana
yang berisikan hidrogen peroksida membentuk asam sulfat,
asam sulfat dititar dengan natrium tetraborat dengan Double
indikator methylene red ditambah methylene blue dari warna
ungu berubah menjadi kehijauan.

Kelompok V

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Gambar
7.7
Sketsa
Alat Uji Kadar

Sulfur

Analisa proximate ini berguna untuk menentukan rank


batubara, rasio pembakaran (fuel ratio) dan dapat digunakan untuk
mengkonversi basis analisa untuk parameter uji. Masing- masing
parameter dalam proximate memiliki prosedur tersendiri dalam
pengujiannya.
(Anonim, 2014)
2. Analisis Ultimate Batubara (Coal Ultimate Analysis)
Analisis ultimate dilakukan untuk menentukan kadar karbon
(C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen, (N), dan sulfur (S) dalam
batubara. Kandungan oksigen merupakan indikator yang paling
signifikan dari sifat kimia batubara, yaitu

untuk keperluan

penerapannya dipembakaran, pencairan dan pengkokasan, serta


untuk menentukan peringkat. Kandungan oksigen secara tradisi
dihitung sebagai oxygen by different (O diff) yaitu porsi sisa
batubara setelah dikurangi C, H, N dan S. Kandungan oksigen
diperoleh secara tidak langsung sehingga mengakumulasi semua
kesalahan yang terjadi dalam analisis unsur dalam penentuan basis
mineral matter atau basis bebas mineral matter.
Analisa ultimate ini sepenuhnya dilakukan oleh alat yang
sudah terhubung dengan komputer. Prosedur analisis ultimate ini
cukup ringkas; cukup dengan memasukkan sampel batubara ke
dalam alat dan hasil analisis akan muncul kemudian pada layar
komputer.

Kelompok V

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Gambar 7.8
Sketsa Alat Uji Analisa Ultimate
Pada dasarnya air yang terdapat dalam suatu batubara maupun
yang terurai dari batubara apabila dipanaskan hingga suhu tertentu,
terbagi dalam bentuk-bentuk yang menggambarkan ikatan serta asal
muasal air tersebut dalam batubara.
Ada dua bentuk wujud moisture pada batubara yakni air yang
terdapat di dalam batubara dalam wujud H 2O dan air hasil penguraian
zat organik yang ada dalam batubara tersebut. Air yang terdapat dalam
batubara dapat dibagi dalam tiga bentuk, yaitu:
1. Inherent moisture
Inherent moisture adalah air yang secara fisik terikat
dalam rongga-rongga kapiler serta pori-pori batubara yang relatif
kecil, serta mempunyai tekanan uap air yang lebih kecil jika
dibandingkan dengan tekanan uap air yang terdapat di
permukaan batubara. Inherent moisture disebut juga bed
moisture atau in-situ moisture adalah moisture yang terkandung
dalam batubara (dalam molekul batubara) di lapisan bawah
tanah.

Untuk

mensimulasi

kondisi

bawah

tanah,

yang

mempunyai kelembaban relatif 100%, sulit untuk dilakukan,


sehingga untuk mengetahui kandungan inherent moisture yang
tepat sulit dilakukan. Sebagai pendekatan dibuatlah suatu tes
dengan kondisi simulasi yang dapat dilakukan di laboratorium.
Kondisi tersebut yaitu kelembaban relatif 96-97% dan suhu 30 oC.
Oleh

karena

adanya

perbedaan

kondisi

tersebut,

maka

perbedaan antara hasil analisis dengan inherent moisture yang


sebenarnya selalu ada, terutama pada lower rank coal (batubara
derajat rendah) yang kandungan moisturenya tinggi.
Kelompok V

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2. Adherent moisture
Adherent moisture adalah air yang terdapat di permukaan
batubara atau di dalam pori-pori batubara yang relatif besar. Air
dalam bentuk ini mudah menguap pada suhu ruang.
3. Air Kristal
Air kristal adalah air yang terikat secara kimiawi di dalam
batubara. Bentuk ini akan menguap pada suhu yang sangat tinggi.
Karena air ini terikat pada mineral-mineral yang terkandung dalam
batubara, maka suhunya pun akan tergantung pada jenis mineral
tersebut. Penguapan pada umumnya terjadi pada 450 C.
Beberapa negara menetapkan standar-standar yang berbeda pula
tergantung konsesinya masing-masing.
Moisture pada batubara bukanlah seluruh air yang terdapat
dalam pori-pori batubara baik yang besar maupun kecil yang terbentuk
dari penguraian batubara selama pemanasan. Moisture dari batubara
ialah air yang menguap dari batubara apabila dipanaskan sampai suhu
105 110 C. Moisture terdiri dari satu senyawa kimia tunggal,
wujudnya dapat berbentuk air dalam batubara, berbentuk senyawa
teradsorpsi dan sebagai senyawa yang terikat secara kimia. Sebagian
dari moisture merupakan komponen dari zat mineral dan tidak terikat
pada batubara.
Berdasarkan pengertian tersebut, serta melihat kembali kepada
bentuk-bentuk air yang terdapat dalam batubara, maka hanya air dalam
bentuk inherent moisture dan adherent moisture sajalah yang dapat
dikategorikan sebagai moisture batubara, sedangkan dua bentuk
lainnya yaitu air kristal mineral dan air hasil penguraian zat organik
karena oksidasi tidak termasuk air batubara.
Pada dasarnya air yang terdapat di dalam batubara maupun
yang dari batubara jika dipanaskan sampai kondisi tertentu terbagi ke
dalam bentuk-bentuk yang menggambarkan ikatan serta asal mula air
tersebut di dalam batubara. Ada dua bentuk atau wujud moisture pada
batubara yaitu air yang terdapat langsung di dalam batubara serta air
hasil penguraian zat organik karena adanya oksidasi terhadap batubara
tersebut.
Kelompok V

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Banyaknya jumlah inherent moisture di dalam suatu batubara


dapat digunakan sebagai tolak ukur tinggi rendahnya rank batubara
tersebut. Jika semakin tinggi nilai inherent moisture yang terkandung
dalam suatu batubara maka semakin rendah pula tingkat rank batubara
tersebut. Istilah lalin yang terdapat di permukaan batubara di dalam
pori-pori batubara yang relatif besar disebut dengan adherent moisture.
Air dalam bentuk ini mudah menguap dalam suhu ruang.
Adherent moisture adalah moisture yang dianggap terdapat pada
permukaan suatu batubara dan pori-pori batubara yang terlihat besar.
Surface moisture adalah istilah yang digunakan oleh International
Standard Organization (ISO), British Standard (BS), dan Australian
Standard (AS). Sedangkan ASTM atau American Standard for Testing
Materials menggunakan istilah free moisture. Nilai adherent moisture
diperoleh dari pengurangan nilai total moisture oleh nilai inherent
moisture (adherent moisture = total moisture inherent moisture).
Keberadaan adherent moisture pada batubara dapat terjadi
dalam beberapa situasi, antara lain:
1. Bercampurnya air tanah dengan batubara pada saat penambangan
maupun pada kondisi asalnya ketika masih di dalam tanah.
2. Air hujan yang membasuhi tumpukan batubara di stockpile.
3. Sisa-sisa air yang tertinggal pada permukaan batubara setelah
proses pencucian.
4. Air yang disemprotkan pad stockpile batubara yang bertujuan untuk
mengurangi debu batubara tersebut.
Kandungan air yang terdapat dalam batubara secara umum ada
dua, yaitu air permukaan (free moisture) dan kandungan air bawaan
(inherent moisture).
Kandungan air permukaan terdapat dalam permukaan dan
retakan-retakan batubara. Kandungan air bawaan ini penting untuk
diketahui, karena dapat digunakan untuk mengidentifikasi peringkat
batubara. Makin tinggi kandungan air bawaan dalam batubara, maka
makin rendah peringkat batubara tersebut. Biasanya analisa ini untuk

Kelompok V

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

mengetahui jumlah air bawaan yang terkandung dalam batubara


setelah dikeringanginkan dalam kondisi laboratorium.

..................................(7.1)

Keterangan :
M3

= massa cawan, tutup cawan dan contoh setelah pemanasan (g)

M2

= massa cawan, tutup cawan dan contoh sebelum pemanasan

(g)
M1

= massa contoh (g)

M ad = moisture dalam contoh yang telah dikeringkan (air-dried) (%)


Perhitungan :

............................(7.2)

Keterangan :
W1 = massa cawan, tutup cawan dan contoh sebelum pemanasan (g)
W2 = massa cawan, tutup cawan dan contoh setelah pemanasan (g)
Analisis

proksimat

batubara

bertujuan

untuk

menentukan

kadar moisture (air dalam batubara). Kadar moisture ini mencakup pula
nilai free moisture serta total moisture, ash (debu), volatile matter (zat
terbang), dan fixed carbon (karbon tertambat). Metode ini biasa
digunaakan untuk menetapkan rank batubara, untuk menunjukkan rasio
combustion ke incombustion, sebagai dasar pembelian dan penjualan,
dan untuk evaluasi keuntungan ataupun untuk tujuan lain. Dalam
pengujian kualitas batubara, analisis batubara didasarkan pada
keadaan as received (ar), air dried base (adb), dry base (db), dry ashfree (daf) dan dry mineral matter-free (dmmf).
Adapun parameter-parameter yang terukur dalam analisis
proksimat antara lain:

Kelompok V

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

1. Lengas (moisture)
Bentuk air dalam batubara dapat dibedakan menjadi lengas
permukaan (free/surface moisture), lengas tertambat (inherent
moisture) dan lengas total (total moisture).
a. Lengas Permukaan
Lengas ini berada pada pernukaan partikel batubara
akibat

pengaruh

dari

luar

seperti

cuaca/iklim

(hujan),

penyemprotan di stockpile pada saat penambangan atau


transportasi

tergantung dari kondisi penambangan serta

keadaan udara pada saat penyimpanan dan dapat hilang


dengan penguapan, misalnya air drying. Lengas ini tidak
tergantung pada tipe batubara namun dipengaruhi ukuran
partikel, karena kadar lengas meningkat dengan makin
besarnya luas permukaan luar batubara. Air yang ditambahkan
melalui penyemprotan untuk menekan debu dan mengurangi
abu juga termasuk sebagai lengan permukaan. Lengas bebas
biasanya akan terlepas ke udara apabila batubara dibiarkan di
dalam ruang pada suhu kamar sampai menjadi kesetimbangan
dengan kondisi udara di sekitarnya.
b. Lengas tertambat
Lengas ini adalah lengas
kimiawi

dan

fisika

di

dalam

yang

terikat

batubara

secara

pada

saat

pembentukan batubara. Lengas ini hanya berpengaruhnya


pada

pengangkutan,

pada pembakaran
kadar

lengas

penanganan, penggerusan,

maupun

pembakaran batubara. Pada umumnya

terikat semakin

tinggi

dengan

semakin

rendahnya peringkat (rank) batubara.


c. Lengas total
Lengas ini adalah banyaknya air yang terkandung
dalam
yang

batubara
terikat

seusai

secara

dengan

kimiawi

kondisi diterima,

maupun akibat

baik

pengaruh

kondisi luar seperti iklim, ukuran butiran, maupun proses


penambangannya.
2. Abu (ash)

Kelompok V

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Komposisi
unsur-unsur

batubara

organik

merupakan

hasil

bersifat

dan

heterogen,

senyawa

rombakan

batuan

terdiri

anorganik

batuan

dari
yang

yang

ada

di

sekitarnya, bercampur selama proses transportasi, sedimentasi


dan

proses

batubara

pembatubaraan.

ini

merupakan

yang

Abu

dikenal

kandungan

hasil

sebagai

residu

dari pembakaran
ash content.

Abu

non-combustible

yang

umumnya terdiri dari senyawa-senyawa silika oksida (SiO 2),


kalsium oksida (CaO), karbonat dan mineral-mineral lainnya.
Bahan sisa dalam bentuk padatan ini antara lain senyawa
SiO2,

TiO3, Al2O3,

Mn3O4,

CaO,

Fe2O3,

P2O, SO3, dan oksida unsur lain.


Kadar abu batubara secara
sebagai
dibakar

residu

anorganik

sempurna.

Kadar

yang
abu

MgO,

sederhana

K2O,

didefinisikan

terjadi setelah

dalam batubara

Na2O,

batubara

berpengaruh

terhadap nilai kalorinya, makin tinggi kadar abu maka nilai


kalornya

berkurang. Terjadinya

sebagai

inherent mineral

abu

matter

atau

matter.
a. Inherent mineral matter
Mineral ini berhubungan
pembentukan

batubara

itu

dalam

extraneous

dengan

sendiri,

batubara

dapat
mineral

tumbuhan

mineral

matter

asal
ini

tidak dapat dihilangkan atau dicuci dari batubara.


b. Extraneous mineral matter
Berasal dari tanah penutup atau lapisan-lapisan yang
terdapat di antara lapisan batubara, biasanya terdiri dari slate
(batusabak), sandstone (batupasir), clay (lempung), atau
limestone (batugamping). Mineral matter ini dapat dikurangi
pada saat pencuciam batubara setelah proses crushing.
Mineral matter atau abu dalam batubara yang terutama
terdiri dari senyawa senyawa Si, Al, Fe dan Se sedikit Ti, Mn, Mg,
Na, K dalam bentuk silikat oksida, sulfide, sulfat dan fosfat,
sedangkan unsur seperti As, Cu, Pb, Ni, Zn dan uranium sangat

Kelompok V

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

terdapat sedikit sekali yang disebut trace element, makin banyak


mineral yang terdapat di dalam suatu batubara maka kadar abu nya
juga semakin tinggi.

Hydrogen and Nitrogen in Analysis Samples of Coal and


Carbon in Analysis Samples of Coal and Coke. Penggunaan
analisis ini sebagai berikut:
a. Nilai karbon dan hidrogen dapat digunakan untuk menentukan
jumlah
proses

oksigen

(udara)

yang

diperlukan

dalam

pembakaran dan untuk perhitungan efisiensi proses

pembakaran.
b. Penentuan karbon dan hidrogen dapat digunakan dalam
perhitungan material balance, reaktivitas dan hasil produk yang
relevan dengan proses konversi batubara seperti gasifikasi dan
pencairan.
Kelompok V

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

c. Nilai karbon dan nitrogen dapat digunakan dalam perhitungan


material balance yang digunakan untuk tujuan perhitungan
emisi.
3. Coal Maceral
Pada penggolongan coal maceral, unsur moisture dan
mineral

matter

tetap,

akan

tetapi

unsur

organiknya

dibagi

berdasarkan substansi pembentuk batubara yang terdiri dari 3


golongan atau grup maceral yaitu vitrinite, exinite atau liptinite, dan
inertinite. Grup maceral ini didasarkan pada fosil atau bahan
pembentuk batubara seperti daun, akar, batang, cutikula, spora dan
lain-lain.

Gambar 7.4
Sketsa Coal Maceral
Kebanyakan pengujian yang dilakukan pada batubara bersifat
empiris. Hasil yang diperoleh tidak secara absolut mengukur sifat
sifat intrinsik dari batubara tersebut, tetap dengan melakukan
perbandingan terhadap batubarabatubara tertentu yang memiliki
peringkat, jenis dan sifat analisa yang mirip atau berdekatan. Hal ini
sangat jelas pada analisa proximate, HGI, abrasion index, dan ash
fusion temperature. Nilai absolut diperoleh dari hasil analisa
ultimatee dan nilai kalori. Hasil analisa dari pengujian parameter
tersebut biasanya dilaporkan dalam basis dry ash free (daf), dan
pada basis ini hasil tersebut tergantung dari validitas nilai kadar air
dan abu yang dilaporkan.
Kelompok V

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Berdasarkan pada analisa proksimat, terdapat beberapa


perbedaan

antara

metode

International

Organization

for

Standardization (ISO) dengan American Society for Testing and


Materials (ASTM). Perbedaan tersebut meliputi :
1. Moisture in the analysis sample
a. Moisture in the analysis sample berdasarkan metode ASTM
adalah :
1) Selama analisa, contoh dikeringkan di dalam oven pada
suhu 107 C selama satu jam.
2) Pengeringan contoh analisa dasar (general analysis
sample) sampai berat konstan selama preparasi contoh.
Dengan catatan pada preparasi contoh bahwa untuk lignit
perlu diperjelas antara penentuan berat konstan dan
invalidasi dari hasil analisa dari parameter lainnya yang
dapat terpengaruh dengan membiarkan contoh dengan
suhu yang meningkat pada waktu tertentu. Suhu dan
waktu maksimum yang diperbolehkan adalah 40 C
selama maksimum 14 jam.
3) Contoh dikeringkan dalam udara.
b. Moisture in the analysis sample berdasarkan metode ISO
adalah :
1) Selama preparasi contoh, contoh analisa dasar hanya
dikeringkan sampai contoh tersebut dialirkan melalui
peralatan penggerus dan pembagi. Waktu pengeringan
maksimum yang direkomendasikan adalah 6 jam pada 30
C atau 4 jam pada 40 C.
2) Selama analisa, contoh dikeringkan dalam oven pada
suhu 105 C sampai berat konstan. Untuk batubara
Indonesia dapat tercapai dalam 3 jam.
3) Batubara dikeringkan dalam nitrogen bebas oksigen dan
dalam minimum free space oven untuk mengurangi
kemungkinan batubara teroksidasi.
Kelompok V

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2. Ash in the analysis sample


a. Ash in the analysis sample berdasarkan metode ASTM
adalah :
1) Kadar abu (ash) ditentukan pada suhu 750 C.
2) Jika

contoh

mengandung

mineral-mineral

pirit

dan

karbonat dalam kadar yang signifikan, sulit untuk dapat


diperoleh nilai reprodusibilitas antar laboratorium yang
memuaskan,

kecuali furnace dipanaskan pada kenaikan

suhu yang tertentu. Jika prosedur tersebut digunakan dan


masih belum dapat memperoleh nilai duplikasi yang baik,
maka hasil analisa abu dapat dilaporkan dalam basis
sulfur free basis. Pada batubara Indonesia dikarenakan
kebanyakan memiliki pH yang rendah, maka kadar
mineral karbonatnya sangat kecil atau tidak ada.
3) Tidak ada penentuan rate kenaikan suhu pada furnace
sampai

mencapai

suhu

yang

dibutuhkan

untuk

kebanyakan jenis batubara.


b. Ash in the analysis sample berdasarkan metode ISO adalah :
1) Kadar abu (ash) ditentukan pada suhu 815 C.
2) Furnace harus mencapai suhu 500 C dlam waktu 45
menit dari keadaan suhu kamar, dan mencapai suhu

815

C dalam waktu 45 menit.


3. Volatile Matter in the analysis sample
a. Volatile matter in the analysis sampel berdasarkan metode
ASTM adalah :
1) Batubara dipanaskan dalam cawan platina pada suhu
950 C selama 6 menit.
2) Metode juga membahas mengenai penanganan sparkling
coal dimana terjadi kehilangan material batubara secara
fisik dari contoh, yang disebabkan oleh moisture yang
terlepas

secara

mendadak

jika

contoh

langsung

dipanaskan pada suhu 950 C. Metodenya adalah dengan


Kelompok V

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

memanaskan batubara secara bertahap pada suhu

600

C selama 6 menit, kemudian pada suhu 950 C selama 6


menit.
3) Tidak diterangkan mengenai udara di dalam furnace
selama pengujian.
b. Volatile matter in the analysis sampel berdasarkan metode
ISO adalah :
1) Batubara dipanaskan pada suhu 900 C selama 7 menit.
2) Pengujian menggunakan furnace dengan pintu tertutup
rapat sehingga udara tidak dapat mengalir ke dalam
furnace selama pengujian.

Kelompok V

Anda mungkin juga menyukai