BAB VII
ANALISA TOTAL MOISTURE
7.1. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum analisa total moisture adalah untuk
mengerti, mampu melaksanakan, menganalisa serta membandingkan
cara kerja total moisture batubara dengan metode ASTM dan ISO.
7.2. Dasar Teori
Analisis batubara untuk bahan bakar digolongkan menjadi
beberapa analisis, yakni analisis dasar yaitu analisis proksimate
(moisture, ash, volatile matter dan fixed carbon), analisis ultimate
(karbon, hidrogen, nitrogen, sulfur dan oksigen), penentuan unsur
tertentu dalam batubara dan penentuan khusus untuk batubara bahan
bakar (nilai panas, indeks hardgrove, indeks abrasi, suhu leleh ash,
analisis ash, kalor dan lain-lain) (Muchjidin, 2006).
Jika batubara dimisalkan sebagai batang atau tabung, maka
bagianbagian komponen batubara adalah sebagai berikut :
Gambar 7.1
Sketsa Komponen Batubara
Substansi batubara selain seperti yang diilustrasikan diatas,
batubara juga dapat digolongkan lagi menjadi beberapa golongan
substansi seperti :
1. Coal Proximate
Batubara dapat dibagi menjadi 4 bagian dalam proximate,
dimana pada bagian organik batubara dibagi lagi menjadi 2
berdasarkan sifat penguapan atau keteruraian dengan pemanasan
Kelompok V
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 7.2
Sketsa Coal Proximate
2. Coal Ultimate
Pada penggolongan batubara ultimate, unsur moisture dan
mineral matter tetap, tetapi unsur organiknya dibagi berdasarkan
unsur pembentuk organik tersebut. Unsur-unsur pembentuk organik
batubara terdiri dari total carbon, baik yang berasal gugus alifatik
maupun yang berasal dari gugus aromatic. Kemudian hidrogen
(tidak termasuk hidrogen yang berasal dari air atau moisture serta
nitrogen, sulfur dan oksigen. Dalam penentuannya oksigen tidak
Kelompok V
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 7.3
Skesta Coal Ultimate
Salah satu tahapan penting dalam rangkaian proses
eksploitasi dan produksi batubara adalah memahami benar tipikal
batubara dalam hal ini kualitasnya. Mengingat biaya eksploitasi
yang mahal, kita harus memperhitungkan aspek ekonomis. Hanya
batubara dengan kualitas yang bagus dan seamnya (lapisan) tebal
akan menjadi titik target untuk ditambang. Demikian juga dalam
rangkaian
proses
produksi
yang
pada
ujungnya
akan
dengan
kebutuhan.
Untuk
mengetahui
persentasi
Kelompok V
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
cara
dalam
dalam
menganalisa
batubara
tersebut
kadar
yang
air
yang
pertama
Gambar
7.4
Sketsa
Oven
Moisture
b. Kadar
Abu (Ash
Content)
Analisa
kadar abu
batubara
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar
7.5
Sketsa
Automatik
Proximate
c. Volatile Matter
Volatile
matters
adalah
kandungan
batubara
yang
Kelompok V
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar
7.6
Sketsa Volatile Matter Analyzer
d. Fixed Carbon
Fixed carbon ialah kadar karbon tetap yang terdapat
dalam batubara setelah volatile matters dipisahkan dari batubara.
Kadar fixed carbon ini berbeda dengan kadar karbon (C) hasil
analisis ultimate karena sebagian karbon berikatan membentuk
senyawa hidrokarbon volatile. Nilai FC tidak didapat melalui
analisis tetapi melalui perhitungan berikut ini
e. Total Sulfur
Total sulfur adalah banyaknya kandungan sulfur dalam
batubara, baik itu sulfur organik atau sulfur an-organik. Sulfur
atau
wujud
belerang
mineral
dalam
pirit,
batubara
kalsium
dapat dijumpai
sulfat,
atau
dalam
belerang
Kelompok V
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar
7.7
Sketsa
Alat Uji Kadar
Sulfur
untuk keperluan
Kelompok V
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 7.8
Sketsa Alat Uji Analisa Ultimate
Pada dasarnya air yang terdapat dalam suatu batubara maupun
yang terurai dari batubara apabila dipanaskan hingga suhu tertentu,
terbagi dalam bentuk-bentuk yang menggambarkan ikatan serta asal
muasal air tersebut dalam batubara.
Ada dua bentuk wujud moisture pada batubara yakni air yang
terdapat di dalam batubara dalam wujud H 2O dan air hasil penguraian
zat organik yang ada dalam batubara tersebut. Air yang terdapat dalam
batubara dapat dibagi dalam tiga bentuk, yaitu:
1. Inherent moisture
Inherent moisture adalah air yang secara fisik terikat
dalam rongga-rongga kapiler serta pori-pori batubara yang relatif
kecil, serta mempunyai tekanan uap air yang lebih kecil jika
dibandingkan dengan tekanan uap air yang terdapat di
permukaan batubara. Inherent moisture disebut juga bed
moisture atau in-situ moisture adalah moisture yang terkandung
dalam batubara (dalam molekul batubara) di lapisan bawah
tanah.
Untuk
mensimulasi
kondisi
bawah
tanah,
yang
karena
adanya
perbedaan
kondisi
tersebut,
maka
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2. Adherent moisture
Adherent moisture adalah air yang terdapat di permukaan
batubara atau di dalam pori-pori batubara yang relatif besar. Air
dalam bentuk ini mudah menguap pada suhu ruang.
3. Air Kristal
Air kristal adalah air yang terikat secara kimiawi di dalam
batubara. Bentuk ini akan menguap pada suhu yang sangat tinggi.
Karena air ini terikat pada mineral-mineral yang terkandung dalam
batubara, maka suhunya pun akan tergantung pada jenis mineral
tersebut. Penguapan pada umumnya terjadi pada 450 C.
Beberapa negara menetapkan standar-standar yang berbeda pula
tergantung konsesinya masing-masing.
Moisture pada batubara bukanlah seluruh air yang terdapat
dalam pori-pori batubara baik yang besar maupun kecil yang terbentuk
dari penguraian batubara selama pemanasan. Moisture dari batubara
ialah air yang menguap dari batubara apabila dipanaskan sampai suhu
105 110 C. Moisture terdiri dari satu senyawa kimia tunggal,
wujudnya dapat berbentuk air dalam batubara, berbentuk senyawa
teradsorpsi dan sebagai senyawa yang terikat secara kimia. Sebagian
dari moisture merupakan komponen dari zat mineral dan tidak terikat
pada batubara.
Berdasarkan pengertian tersebut, serta melihat kembali kepada
bentuk-bentuk air yang terdapat dalam batubara, maka hanya air dalam
bentuk inherent moisture dan adherent moisture sajalah yang dapat
dikategorikan sebagai moisture batubara, sedangkan dua bentuk
lainnya yaitu air kristal mineral dan air hasil penguraian zat organik
karena oksidasi tidak termasuk air batubara.
Pada dasarnya air yang terdapat di dalam batubara maupun
yang dari batubara jika dipanaskan sampai kondisi tertentu terbagi ke
dalam bentuk-bentuk yang menggambarkan ikatan serta asal mula air
tersebut di dalam batubara. Ada dua bentuk atau wujud moisture pada
batubara yaitu air yang terdapat langsung di dalam batubara serta air
hasil penguraian zat organik karena adanya oksidasi terhadap batubara
tersebut.
Kelompok V
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Kelompok V
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
..................................(7.1)
Keterangan :
M3
M2
(g)
M1
............................(7.2)
Keterangan :
W1 = massa cawan, tutup cawan dan contoh sebelum pemanasan (g)
W2 = massa cawan, tutup cawan dan contoh setelah pemanasan (g)
Analisis
proksimat
batubara
bertujuan
untuk
menentukan
kadar moisture (air dalam batubara). Kadar moisture ini mencakup pula
nilai free moisture serta total moisture, ash (debu), volatile matter (zat
terbang), dan fixed carbon (karbon tertambat). Metode ini biasa
digunaakan untuk menetapkan rank batubara, untuk menunjukkan rasio
combustion ke incombustion, sebagai dasar pembelian dan penjualan,
dan untuk evaluasi keuntungan ataupun untuk tujuan lain. Dalam
pengujian kualitas batubara, analisis batubara didasarkan pada
keadaan as received (ar), air dried base (adb), dry base (db), dry ashfree (daf) dan dry mineral matter-free (dmmf).
Adapun parameter-parameter yang terukur dalam analisis
proksimat antara lain:
Kelompok V
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
1. Lengas (moisture)
Bentuk air dalam batubara dapat dibedakan menjadi lengas
permukaan (free/surface moisture), lengas tertambat (inherent
moisture) dan lengas total (total moisture).
a. Lengas Permukaan
Lengas ini berada pada pernukaan partikel batubara
akibat
pengaruh
dari
luar
seperti
cuaca/iklim
(hujan),
dan
fisika
di
dalam
yang
terikat
batubara
secara
pada
saat
pengangkutan,
pada pembakaran
kadar
lengas
penanganan, penggerusan,
maupun
terikat semakin
tinggi
dengan
semakin
batubara
terikat
seusai
secara
dengan
kimiawi
kondisi diterima,
maupun akibat
baik
pengaruh
Kelompok V
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Komposisi
unsur-unsur
batubara
organik
merupakan
hasil
bersifat
dan
heterogen,
senyawa
rombakan
batuan
terdiri
anorganik
batuan
dari
yang
yang
ada
di
proses
batubara
pembatubaraan.
ini
merupakan
yang
Abu
dikenal
kandungan
hasil
sebagai
residu
dari pembakaran
ash content.
Abu
non-combustible
yang
TiO3, Al2O3,
Mn3O4,
CaO,
Fe2O3,
residu
anorganik
sempurna.
Kadar
yang
abu
MgO,
sederhana
K2O,
didefinisikan
terjadi setelah
dalam batubara
Na2O,
batubara
berpengaruh
berkurang. Terjadinya
sebagai
inherent mineral
abu
matter
atau
matter.
a. Inherent mineral matter
Mineral ini berhubungan
pembentukan
batubara
itu
dalam
extraneous
dengan
sendiri,
batubara
dapat
mineral
tumbuhan
mineral
matter
asal
ini
Kelompok V
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
oksigen
(udara)
yang
diperlukan
dalam
pembakaran.
b. Penentuan karbon dan hidrogen dapat digunakan dalam
perhitungan material balance, reaktivitas dan hasil produk yang
relevan dengan proses konversi batubara seperti gasifikasi dan
pencairan.
Kelompok V
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
matter
tetap,
akan
tetapi
unsur
organiknya
dibagi
Gambar 7.4
Sketsa Coal Maceral
Kebanyakan pengujian yang dilakukan pada batubara bersifat
empiris. Hasil yang diperoleh tidak secara absolut mengukur sifat
sifat intrinsik dari batubara tersebut, tetap dengan melakukan
perbandingan terhadap batubarabatubara tertentu yang memiliki
peringkat, jenis dan sifat analisa yang mirip atau berdekatan. Hal ini
sangat jelas pada analisa proximate, HGI, abrasion index, dan ash
fusion temperature. Nilai absolut diperoleh dari hasil analisa
ultimatee dan nilai kalori. Hasil analisa dari pengujian parameter
tersebut biasanya dilaporkan dalam basis dry ash free (daf), dan
pada basis ini hasil tersebut tergantung dari validitas nilai kadar air
dan abu yang dilaporkan.
Kelompok V
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
antara
metode
International
Organization
for
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
contoh
mengandung
mineral-mineral
pirit
dan
mencapai
suhu
yang
dibutuhkan
untuk
815
secara
mendadak
jika
contoh
langsung
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
600
Kelompok V