Anda di halaman 1dari 4

Abstrak

Determination of the coal spreading and coal quality is important in coal exploration. Penentuan
penyebaran batubara dan kualitas batubara adalah penting dalam eksplorasi batubara.
Determination of the coal spreading use in the manufacture of coal layer model, while the
determination of coal quality is useful for evaluating the feasible or not coal is being mined and
to knowing they have the potential to supply the market demand. Penentuan penyebaran batubara
digunakan dalam pembuatan model lapisan batubara, sedangkan penentuan kualitas batubara
berguna untuk mengevaluasi batubara layak atau tidak sedang ditambang dan untuk mengetahui
mereka memiliki potensi untuk memasok permintaan pasar. This final task was developed with
the aim is to determine the pattern of coal spreading Seam A and Seam B, knowing the coal
quality spreading based on the parameters of moisture content, ash, sulfur, fixed carbon and
caloryfic values, and knowing the rank coal research areas based on ASTM (American Society
for Testing and Materials). Tugas akhir ini dikembangkan dengan tujuan adalah untuk
menentukan pola penyebaran batubara Seam A dan Seam B, mengetahui penyebaran kualitas
batubara berdasarkan parameter kadar air, abu, sulfur, karbon tetap dan nilai-nilai caloryfic, dan
mengetahui batubara peringkat daerah penelitian berdasarkan ASTM (American Society untuk
Pengujian dan Material). Methods used to this research are the field survey methods, descriptive
methods, and analytical methods. Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode
survei lapangan, metode deskriptif, dan metode analisis. Survey methods done by taking data
directly in the field. Metode survey dilakukan dengan mengambil data langsung di lapangan.
descriptive method done with identify coal Seam A and Seam B which includes the identification
of geophysical logs and megascopic identification of core drilling results. metode deskriptif
dilakukan dengan mengidentifikasi batubara Seam A dan Seam B yang meliputi identifikasi
geofisika log dan identifikasi megascopic hasil pengeboran inti. Analytical method is qualitative
analysis which is determine the distribution of coal quality Seam A and Seam B based on the
analysis of water content, ash, sulfur, fixed carbon and caloryfic values and the result is
isoquality maps created using surfer 8 software, autocad and corel draw. Metode analitik adalah
analisis kualitatif yang menentukan pembagian kualitas batubara Seam A dan Seam B
berdasarkan analisis kadar air, abu, sulfur, karbon tetap dan nilai-nilai caloryfic dan hasilnya
adalah peta isoquality dibuat menggunakan surfer 8 software, autocad dan corel menggambar.
Coal spreading patterns of Seam A and Seam B in research areas consistently well with the
stretch direction of northwest-southeast and relatively thick coal. Pola penyebaran batubara Seam
A dan Seam B di daerah penelitian secara konsisten baik dengan arah bentangan baratlaut-
tenggara dan relatif batubara tebal. The value of the quality parameters of each coal Seam A has
an average content of Inherent Moisture (IM) are 13.94%, ash content are 3.57%, the content of
Total Sulfur (TS) are 0.15%, Fixed Carbon content ( FC) are 39.89%, and the content Calorific
Value (CV) are 5412 Cal / g. Nilai parameter kualitas masing-masing batubara Lapisan A
memiliki kandungan rata-rata Inherent Moisture (IM) adalah 13,94%, kadar abu adalah 3,57%,
isi Total Sulfur (TS) adalah 0,15%, Tetap kadar Karbon (FC) adalah 39,89%, dan konten Nilai
Kalor (CV) adalah 5412 Cal / g. While the quality value of each parameter Seam B coal has an
average content of Inherent Moisture (IM) are 14.20%, ash content are 3.96%, the content of
Total Sulfur (TS)) are 0.13%, Fixed content carbon (FC) are 39.57%, and the content Calorific
Value (CV) are 5536 Cal / g. Sedangkan nilai kualitas dari masing-masing parameter batubara
Seam B memiliki kandungan rata-rata Inherent Moisture (IM) adalah 14,20%, kadar abu adalah
3,96%, isi Total Sulfur (TS)) adalah 0,13%, kadar karbon tetap (FC) adalah 39,57%, dan konten
Nilai Kalor (CV) adalah 5536 Cal / g. Based on the results of calculation and coal classification
using the ASTM's standard coal Seam A has a calorific value of 9741.6 Btu / lb, while the Seam
B has a calorific value of 9964.8 Btu / lb which both entered in the category Sub Bituminus B.
Berdasarkan hasil perhitungan dan klasifikasi batubara dengan batubara standar ASTM's Lapisan
A memiliki nilai kalori 9741,6 / lb Btu, sedangkan seam B memiliki nilai kalori 9964,8 / lb Btu
yang baik dimasukkan dalam kategori Sub bituminus B.

Batubara yang kaya dengan kandungan karbon dapat dijadikan sebagai sumber energi dan bahan
bakar alternatif pengganti bahan bakar minyak dan gas yang sudah semakin menipis. Cadangan
batubara asal Sulawesi cukup besar, namun hingga saat ini beIum dapat dimanfaatkan secara
optimal sebagai bahan bakar mengingat kandungan sulfur dan abunya relatif tinggi, dapat
menyebabkan kerusakan alat pembakar pencemaran lingkungan. Maka dengan demikian perlu
dilakukan usaha desulfurisasi (dan deashing). Dalam penelitian ini dipilih metode flotasi, dengan
harapan selain kandungan sulfur dapat diturunkan, kadar abu juga turut tereduksi, sehingga nilai
kalor batubara dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan. Penelitian desulfurisasi dilakukan
dalam sebuah alat kolom flotasi, dilengkapi kompressor untuk pembangkit gelembung udara,
dipelajari waktu flotasi optimum dan dimensi kolom flotasi (L/D) optimum yang memberikan
hasil desulfurisasi batubara yang maksimum. Bahan batubara diperoleh dari daerah Mallawa,
Maros (Sulawesi-Selatan). Analisis sulfur batubara dilakukan dengan alat spektrofotometer UV,
sedangkan nilai kalor batubara diukur dengan alat bom kalorimeter. Analisis lainnya dilakukan
menurut metode standar ASTM. Dari penelitian ini diperoleh waktu flotasi optimum 40 menit
dan dimensi kolom flotasi optimum 22 yang dapat mereduksi sulfur batubara dari 3,28% turun
menjadi 1,32% (recovery sulfur maksimum 60%), dan juga mereduksi abu dari I2,23% menjadi
9,03% sehingga nilai kalor relatif bertahan bahkan sedikit meningkat dari 5825 kal/g menjadi
5975 kal/g. Kualitas batubara hasil flotasi dalam penelitian ini sudah hampir mencapai target
standar yang dikehendaki bagi industri pengguna bahan bakar batubara, dan masih
memungkinkan ditingkatkan dengan jalan mengoptimasi variable-variabel flotasi lainnya (seperti
pH slurry, laju alir udara, ukuran butiran batubara, jenis frother dan lain-ain). Kata Kunci: abu,
batubara, flotasi, sulfur

Parameter-parameter dalam Analisa Batubara


1.Analisis proksimat batubara (coal proximate analysis)

Analisis proksimat batubara bertujuan untuk menentukan kadar Moisture (air dalam batubara) kadar
moisture ini mengcakup pula nilai free moisture serta total moisture, ash (debu), volatile matters (zat
terbang), dan fixed carbon (karbon tertambat). Moisture ialah kandungan air yang terdapat dalam
batubara sedangkan abu (ash) merupakan kandungan residu non-combustible yang umumnya terdiri
dari senyawa-senyawa silika oksida (SiO2), kalsium oksida (CaO), karbonat, dan mineral-mineral
lainnya,Volatile matters adalah kandungan batubara yang terbebaskan pada temperatur tinggi tanpa
keberadaan oksigen (misalnya CxHy, H2, SOx, dan sebagainya),
Fixed carbon ialah kadar karbon tetap yang terdapat dalam batubara setelah volatile matters dipisahkan
dari batubara. Kadar fixed carbon ini berbeda dengan kadar karbon (C) hasil analisis ultimat karena
sebagian karbon berikatan membentuk senyawa hidrokarbon volatile.

2.Nilai kalor batubara (coal calorific value)


Salah satu parameter penentu kualitas batubara ialah nilai kalornya, yaitu seberapa banyak energi yang
dihasilkan per satuan massanya. Nilai kalor batubara diukur menggunakan alat yang disebut bomb
kalorimeter.

Kalorimater bom terdiri dari 2 unit yang digabungkan menjadi satu alat. Unit pertama ialah unit
pembakaran di mana batubara dimasukkan ke dalam bomb lalu diinjeksikan oksigen lalu bomb tersebut
dimasukkan kedalam bejana disini batubara dibakar dengan adanya pasokan udara/oksigen sebagai
pembakar. Unit kedua ialah unit pendingin/kondensor (water handling).

3.Kadar sulfur
Salah satu cara untuk menentukan kadar sulfur yaitu melalui pembakaran pada suhu tinggi. Batubara
dioksidasi dalam tube furnace dengan suhu mencapai 1350°C. Sulfur oksida (SOx) yang terbentuk
sebagai hasil pembakaran kemudian ditangkap oleh oleh detektor infra merah kalau menggunakan
metode infrared sedangkan kalau menggunakan metode HTM akan ditangkap oleh larutan peroksida
lalu dititrasi dengan natrium borat dan kemudian dianalisis.

4.Analisis ultimat batubara (coal ultimate analysis)


Analisis ultimat dilakukan untuk menentukan kadar karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen, (N),
dan sulfur (S) dalam batubara. Seiring dengan perkembangan teknologi, analisis ultimat batubara
sekarang sudah dapat dilakukan dengan cepat dan mudah. Analisa ultimat ini sepenuhnya dilakukan
oleh alat yang sudah terhubung dengan komputer. Prosedur analisis ultimat ini cukup ringkas; cukup
dengan memasukkan sampel batubara ke dalam alat dan hasil analisis akan muncul kemudian pada layar
komputer.

5.Analisa Size Analisis

Data analisis dari suatu hasil tambang ialah satu data dari data-data yang diperlukan dalam perancangan
coal preparation plant, pada crushing plant dan screening plant pemeriksaan size diperlukan untuk
melihat apakah hasil dari proses masih sesuai dengan spesifikasi atau tidak, pada proses loading
dilakukan untuk mengantisifasi masalah yang timbul karena kalau terlalu banyak yang fine coal nilai total
moisturenya cenderung meningkat dan akan berdebu pada saat kering.

Anda mungkin juga menyukai