Anda di halaman 1dari 40

TEKNOLOGI PEMANFAATAN

BATUBARA
KELOMPOK 4
1. Megawati Fratiwi
2. Muhammad Ricky
3. Meydila Narasati
4. Nila N. Fadila

Dosen Pembimbing : Taufiq Jauhari, S.T,


M.T
Definisi Batubara

Batuan sedimen (padatan) yang


dapat terbakar, terbentuk dari sisa
sisa tumbuhan purba, berwarna
coklat sampai hitam, yang sejak
pengendapannya mengalami proses
fisika dan kimia yang mengakibatkan
pengayaan pada kandungan
karbonnya. (Anggayana, 2002).
Adapun proses yang mengubah
tumbuhan menjadi batubara tadi
disebut dengan pembatubaraan
(coalification). B A T U B A R A
Proses Pembentukan Batubara
Peatification Coalification
(penggambutan) (pembatubaraan)
Gambut adalah sedimen
organik yang dapat
terbakar, berasal dari
Proses coalification
timbunan hancuran atau meliputi perkembangan
bagian tumbuhan yang dari gambut menjadi
terhumifikasi dan dalam batubara lignit (brown
kondisi tertutup udara (di coal), sub bituminous,
bawah air), tidak padat, bituminous, dan
memiliki kandungan air anthracite. Proses ini
lebih dari 75% dan dikontrol oleh beberapa
kandungan mineral lebih hal yaitu temperatur,
kecil dari 50% dalam
tekanan dan waktu.
kondisi kering (Anggayana,
2002).
(James G. Speight, 1994)

(James G. Speight, 1994)


Tahap Pembentukan Batubara
Pada gambar, kita lihat bahwa tumbuhan yang mati akan
menjadi endapan yang disebut gambut (peat). Seiring
lamanya waktu, kedalaman lapisan bumi, serta peningkatan
tekanan dan suhu, maka gambut tadi akan bertransformasi
menjadi batuan sedimen organik, yaitu lignite (batu bara
coklat/brown coal). Dari lignite berubah menjadi coal (batu
bara hitam/black coal). Coal tersusun menjadi beberapa
bentuk mineral, dari lapisan atas ke bawah, yaitu sub-
bituminous, bituminous, dan anthracite.
Di kedalaman7-8 km dari permukaan bumi (kerak
bumi),suhu mencapai 2000C-5000C dan tekanan sekitar 0,4-
0,5 GPa (3947.69-4934.61 atm)merubah coal anthracite
menjadi grafit.
UNSUR PEMBENTUK
BATUBARA
Unsur sangat kecil
Unsur berupa logam-
utama logam berat
(C,H, O, N, S, (heavy metals)
kadang kadang Unsur Dari sejumlah
Al, Si) logam berat,
kedua yang biasa
dipertimbangka
(Fe,Ca, Mg, Fe, n hanya 10
K, Na, P, Ti) unsur logam
berat yaitu
seperti As, Ba,
Cd, Cr, Cu, Pb,
Hg, Se, Zn, Ag.
Struktur Lapisan Batubara

Bentuk horse back

Bentuk Pinch
Bentuk clay vein

Bentuk Burried Hill


- Bentuk Fault (Patahan)

- Bentuk Fold (Perlipatan)


KLASIFIKASI BATUBARA
BERDASARKAN DERAJAT DAN
KUALITAS BATUBARA
LIGNIT

Lignit merupakan batubara geologis muda yang memiliki kandungan


karbon terendah, 25-35 persen, dan nilai panas berkisar antara 4.000 - 8.300
BTU per pon.
LIGNITE / BROWN
Warna kecoklatan COAL
Kandungan moisture yang tinggi 60-70 %
Kandungan karbon rendah 25-35 %
Kandungan air yang tinggi 35-75 %
Tingkat sulfur rendah <1 % dan abu rendah
sekitar 4%
Nilai panas yang dihasilkan rendah 4000-8300
BTU/pon
BITUMEN
(BITUMINOUS)

Jenis batubara yang lebih tinggi tingkatan kualitasnya. Mayoritas berwarna


hitam, namun kadang masih ada yang berwarna coklat tua. Bitumen digunakan
terutama untuk menghasilkan listrik dan membuat kokas di industri baja.
BITUMINOUS
Warna hitam
Kandungan karbon relatif tinggi 60-80 %
Kandungan air sedikit 8-10 %
Nilai panas yang dihasilkan tinggi 10.500 15.500
BTU/pon
Kandungan abu dan sulfur sedikit
BITUMEN
MENENGAH
(SUB - BITUMINOUS)

Jenis batubara sedang di antara jenis lignite dan jenis bituminous. Cocok
digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap.
Warna kecoklatan SUB - BITUMINOUS
Kandungan kelembaban yang tinggi
Mengandung sedikit karbon 35-45 %
Sumber panas kurang efisien dibandingkan
bitumen
Nilai panas yang dihasilkan 8300-13.000 BTU/pon
ANTRASIT

Jenis batubara yang paling baik kualitasnya. Pada proses pembakaran


memperlihatkan warna biru dengan derajat pemanasan yang tinggi. Digunakan
untuk berbagai macam industri besar yang memerlukan temperatur tinggi
ANTRASIT
Kandungan karbon sangat tinggi 92,1 - 98 %
Berwarna hitam sangat mengkilap
Kandungan air sedikit <8 %
Nilai panas yang dihasilkan tinggi 15.500 BTU/pon
GAMBUT / PEAT

Merupakan fase awal dari proses pembentukan batubara dan masih


memperlihatkan sifat awal dari bahan dasarnya.
GAMBUT / PEAT
Warna coklat
Struktur berpori
Kandungan air yang sangat tinggi >75 %
Nilai panas yang dihasilkan amat rendah 1.700 3000
Btu/pon
Kandungan sulfur dan abu sangat tinggi
KLASIFIKASI
BERDASARKAN CARA
TERBENTUKNYA

1. Batubara Paleogen
2. Batu Bara Neogon
3. Batu Bara Delta
1. Batubara Paleogen

Merupakan batu bara yang terbentuk pada


cekungan intranmontain, contohnya yang
terdapat di Ombilin, Bayah, Kalimantan
Tenggara serta Sulawesi Selatan.
2. Batu Bara Neogon

Yakni batu bara yang terbentuk pada


cekungan foreland, contohnya terdapat di
Tanjung Enim Sumatera Selatan.
3. Batu Bara Delta
Yakni endapan batu bara
yang terdapat di hampir
seluruh Kalimantan Timur.
KLASIFIKASI BERDASARKAN
DERAJAT METAFORANYA
Meta Anthracite
Anthracite
Semi Anthracite
Low Volatile Bituminous Coal
Medium Volatile Bituminous Coal
High Volatile Bituminous Coal
Sub Bituminous
Lignite
Meta Anthracite

Merupakan batubara dengan kadar


karbon tinggi, biasanya susah untuk
dinyalakan dan dibakar. Pada saat ini
mempunyai arti yang sangat kecil dalam
penggunaannya sebagai bahan bakar.
Semi Anthracite
Batubara jenis ini padat tapi agak lemah dibanding
dengan anthracite, terbakar dengan nyala api pendek
(rendah), bersih dan kebiru-biruan. Penggunaannya
hampir sama dengan anthracite. Memiliki nilai Carbon
= 90% 93% (dmmf), Oxygen = 2% 4% (dmmf)
Low Volatile Bituminous Coal
Batubara jenis ini berwarna hitam keabu-abuan,
mempunyai struktur yang bulat dan mudah pecah dalam
pengangkutan. Terbakar dengan nyala api yang pendek
dan tidak berasap. Digunakan sebagai campuran high
volatile bituminous coal dalam pembuatan coke, pemanas
ruangan. Low volatile bituminous coal tidak boleh
dikarbonasi sendiri pada oven yang berbentuk selokan
karena dapat berkembang dan merusak dinding oven.
Medium Volatile Bituminous Coal
Merupakan batubara yang mempunyai sifat antara low dan
high volatile bituminous coal sehingga karakteristiknya
berada diantara keduanya. Sebagian mempunyai sifat agak
lunak dan mudah pecah, sebagian lainnya mempunyai sifat
keras dan tidak pecah dalam pengangkutan. Berasap
apabila dibakar dengan cara yang tidak baik. Coke yang
dibuat dari batubara ini mempunyai kekuatan yang baik
sekali.
High Volatile Bituminous Coal
Batubara jenis ini mempunyai struktur yang homogen
dengan garis-garis yang mengkilat, bersifat keras dan
tidak mudah pecah dalam pengangkutan. Berasap apabila
dibakar dengan cara yang tidak baik. Mempunyai kadar
moisture dan moksigen yang cukup tinggi. Digunakan
dalam pembuatan coke dicampur dengan batubara dari
mutu yang lebih baik.
Klasifikasi Batubara Yang Sering
Dipergunakan Orang

1. Klasifikasi menurut ASTM


2. Klasifikasi NCB (National Coal Board)
3. Klasifikasi Coal Classification Scheme (ISO)
4. Australia Classification
5. ECE Classification
6. Kalsifikasi Fuel Ratio
1. Klasifikasi menurut ASTM (American
Standard Testing Material)

Klasifikasi ASTM ini didasarkan atas

persentase karbon padat dan nilai kalori (dalam

btu/lb), yang dihitung berdasarkan basis Dry

Mineral Matter Free (dmmf)


2. Klasifikasi NCB (National Coal Board)

Menyatakan angka dan uraian, dimana


kriteria untuk kelas-kelas adalah
kandungan zat terbang (VM) pada basis
Dry Mineral Matter Free (dmmf) dan Gray-
King Coke Type.
3. Klasifikasi Coal Classification Scheme (ISO)

Klasifikasi ISO dipergunakan untuk industri


kokas dan pembangkit listrik. Klasifikasi ISO
didasarkan pada kandungan VM batubara dalam
dry ash free (daf), nilai muai bebas (free swelling
index (FSI)) atau Roga index, dan Gray King Coke
Type.
4. Klasifikasi Australia Classification

Klasifikasi batubara Australia didasarkan pada


VM, FSI, Gray King Coke Type dan kandungan ash.
Parameter ash penting bagi klasifikasi ini, karena
batubara Australia memiliki kadar ash tinggi.
5. Klasifikasi ECE Classification

ECE membuat sistem klasifikasi yang


dapat dipergunakan secara luas, pada
tahun 1965 yang kemudian menjadi
standar international.
Sistem ini mampu menunjukkan coal rank dan potensi

penggunaannya, terutama coal group dan coal sub-group

yang menjelaskan perilaku batubara jika dipanaskan

secara perlahan maupun secara cepat sehingga dapat

memberikan gambaran kemungkinan penggunaannya.

Pada tahun 1988 sistem ini dirubah dengan lebih

menekankan pada pengukuran petrographic. Saat ini, sistem

ini didasarkan pada vitrinite reflectance dan reflectrogram,

komposisi maceral, FSI, VM, ash, sulfur, dan gross CV


6. Klasifikasi Fuel Ratio

Klasifikasi berdasarkan perbandingan antara


prosentase karbon tertambat dengan presentase zat
terbang dan dapat dirumuskan sebagai berikut :

fuel ratio = fixed carbon

volatile matter

Anda mungkin juga menyukai