Anda di halaman 1dari 83

BAHAN BAKAR

RIF’AH AMALIA, ST, MT

LOGO
Menurut Asal
Menurut Bentuk
Bahan Bakar Fosil
Bahan Bakar Nabati
BATU BARA
COAL

RIF’AH AMALIA, ST, MT

LOGO
PENDAHULUAN
Pendahuluan
 Pengertian umum dari batubara adalah batuan sedimen yang dapat terbakar.
 Unsur utama terdiri dari C, H, O, N, S, P
 Batu bara adalah bahan bakar fosil yang terbentuk dari akumulasi endapan sisa tumbuhan
selama ratusan jutaan tahun yang mengalami proses fisika dan kimia karena pengaruh
geologi (pergeseran lempeng tektonik),suhu, tekanan dan panas sehingga membentuk
lapisan batubara
Sifat Fisik dan Kimia (secara umum)

 Secara umum sifat fisik batubara adalah sebagai berikut:


– Berwarna coklat sampai hitam.
– Berlapis menyerupai batuan sedimen.
– Padat.
– Mudah terbakar.
– Non kristalin.
– Berat Jenis 1,25 -1,70.
– Kekerasan 0,5 - 2,5.
Komposisi Batubara (secara umum)

1. Combustible Material, yaitu bahan atau material yang dapat dibakar/dioksidasi oleh
oksigen.
Material tersebut umumnya terdiri dari :
• karbon padat (fixed carbon)
• senyawa hidrokarbon
• senyawa sulfur
• senyawa nitrogen

2. Non Combustible Material, yaitu bahan atau material yang tidak dapat
dibakar/dioksidasi oleh oksigen.
Material tersebut umumnya terediri dari senvawa anorganik (SiO2, A12O3, Fe2O3, TiO2,
Mn3O4, CaO, MgO, Na2 O, K2O, dan senyawa logam lainnya dalam jumlah yang kecil)
yang akan membentuk abu/ash dalam batubara.
Faktor Komposisi Batubara

Material dasar tumbuhan

Proses dekomposisi

Umur geologi pengendapan

Geotektonik (suhu&tekanan,struktur lapisan batubara, instrusi magma)

Geografis pengendapan

Rao dan Rubin (2002)


Pemanfaatan Batubara
1. sumber energi langsung, yaitu dengan cara langsung membakarnya dan
mengambil energi panasnya (seperti di PLTU, dan Industri semen)

2. sumber energi tidak langsung, yaitu dengan cara mengubah batubara ke dalam
bentuk/fasa lain seperti
· briket batubara (proses karbonisasi/pirolisis)
· batubara cair (proses likuifaksi)
· gasifikasi batubara (menghasilkan Synthesis Natural Gas, SNG)

3. non energi:
· Digunakan sebagai karbon aktif pada industri kimia
· Kokas metalurgi pada industri pengolahan baja
Teori Terjadinya BatuBara
Teori In Situ Teori Drift

Batubara terbentuk di tempat dimana tumbuhan asal itu berada. Batubara terbentuk ditempat yang berbeda dengan tempat
tanaman semula tumbuh dan berkembang
Proses pembentukan batubara terdiri dari dua tahap yaitu tahap
biokimia (penggambutan) dan tahap geokimia (pembatubaraan).

Tanaman mati  fosil tumbuhan  membentuk sedimen organik  Tanaman mati  diangkut oleh media air  berakumulasi di suatu
batu bara tempat tertutup  membentuk batuan sedimen  batu bara.

Jenis Batubara yang terbentuk dengan cara ini mempunyai Jenis batubara yang terbentuk dengan cara ini mempunyai
penyebaran luas dan merata, kualitasnya lebih baik karena kadar penyebaran tidak luas, tetapi dijumpai dibeberapa tempat,
abunya relatif sedikit. kualitas kurang baik karena banyak mengandung material
pengotor (impuriyties) yang terangkat bersama selama proses
pengangkutan dari tempat asal tanaman ketempat sedimentasi.
Batubara yang seperti ini di Indonesia didapatkan di lapangan Batubara yang terbentuk seperti ini di Indonesia di dapatkan di
batubara Muara Enim Sumatera Selatan. lapangan batubara di Kalimantan Timur, yaitu di daerah Delta
Mahakam.
Proses Pembentukan BatuBara

Tahap penggambutan (peatification) dimulai


saat tumbuhan yang telah mati mengalami
pembusukan dan menjadi humus. Humus ini
diubah menjadi gambut oleh bakteri anerobik
dan fungi hingga gambut (lignit) terbentuk

Tahap pembatubaraan (coalification)


merupakan gabungan proses biologi, kimia,
dan fisika yang terjadi karena pengaruh
pembebanan dari sedimen yang menutupinya,
temperatur, tekanan, dan waktu terhadap
komponen organik dari gambut
Reaksi Kimia Pembentukan Batubara
 Proses kimia pada tahap penggabutan :
5(C6Hl005) + mineral matter  C125H105O10NS + 3CH4 + 8H20 + 6C02 + CO
(Selulosa) (lignit) (gasmetan)

 Proses kimia pada tahap coalification :


2(C125H105O10NS)  C137H97O9NS + 5CH4 + 1OH20 + 8C02 + CO
(Lignit) (bituminous) (gas metan)

2(C137H97O9NS) C240H90O4NS + 5CH4 + 1OH20 + 8C02 + CO


(bituminous) (antrasit) (gas metan)
Klasifikasi Batubara (ASTM)
Jenis Rumus Kandungan Ciri-ciri
BatuBara Kimia
Gambut/ C60H6O34 berpori dan memiliki kadar · Warna coklat · Material belum terkompaksi · Mernpunyai kandungan
peat air di atas 75% serta nilai air yang sangat tinggi · Mempunvai kandungan karbon padat sangat
kalori yang paling rendah. rendah · Mempunyal kandungan karbon terbang sangat tinggi · Sangat
mudah teroksidasi · Nilai panas yang dihasilkan amat rendah.
Lignit/ C70OH5O25 batubara yang sangat lunak · Warna kecoklatan · Material terkornpaksi namun sangat rapuh ·
Brown coal yang mengandung air 35- Mempunyai kandungan air yang tinggi · Mempunyai kandungan karbon
75% dari beratnya. padat rendah · Mempunyai kandungan karbon terbang tinggi · Mudah
teroksidasi · Nilai panas yang dihasilkan rendah
Sub- C75OH5O20 mengandung sedikit karbon · Warna hitam · Material sudah terkompaksi · Mempunyai kandungan
bituminus dan banyak air air sedang · Mempunyai kandungan karbon padat sedang · Mempunyai
kandungan karbon terbang sedang · Sifat oksidasi rnenengah · Nilai
panas yang dihasilkan sedang
Bituminus C80OH5O15 mengandung 68 – 86% · Warna hitam · Material sudah terkompaksi · Mempunyai kandungan
unsur karbon (C) dan air sedang · Mempunyai kandungan karbon padat sedang · Mempunyai
berkadar air 8-10% dari kandungan karbon terbang sedang · Sifat oksidasi rnenengah · Nilai
beratnya panas yang dihasilkan sedang
Antrasit C94OH3O3 warna hitam berkilauan · Warna hitam mengkilat · Material terkompaksi dengan kuat ·
(luster) metalik, Mempunyai kandungan air rendah · Mempunyai kandungan karbon
mengandung antara 86% – padat tinggi · Mempunyai kandungan karbon terbang rendah · Relatif
98% unsur karbon (C) sulit teroksidasi · Nilai panas yang dihasilkan tinggi
dengan kadar air kurang
dari 8%.
Klasifikasi
Pemanfaatan
Batubara
Penambangan Terbuka
Penambangan Bawah Tanah/Tertutup
5. Room and Pillar
1. Open Stope
Room an d pillar merupakan suatu system
Open Stope adalah penambangan tanpa
penambangan bawah tanah untuk endapan
membuat penyangga-penyangga. Syarat
batubara dengan menggunakan penyangga-
bahan galian yang dapat ditambang dengan
penyangga yang umumnya dari kayu, dengan
metoda ini adalah atapnya cukup kuat
bentuk blok-blok persegi.
menahan beban tanpa disangga atau dengan
atau bisa disebut juga cukup kompeten.
6. Cut an Fill
2. Supported Stope Cut and fill adal ah salah satu metoda
penambangan, dalam metoda penambangan
Dalam metoda penambangan seperti ini (Pada
ini, dengan cara menggali atau membuat
umumnya mineral logam) bawah tanah
bukaan-bukaan dan kemudian mengisi
dengan cara membuat penyangga-penyangga.
kembali dengan material lain bekas bukaan
Dalam penyanggaan bahan yang bisa
tersebut.
digunakn seperti kayu, besi, beton, atau baut
besi (roof bolting).
7. Gophering
3. Long Wall Dalam metoda penambangan ini dengan
membuat bukaan-bukaan berukuran relatif
Long Wall adalah suatu sistem penambangan
kecil dan sempit secara tidak beraturan, atau
bawah tanah untuk endapan batubara dengan
dikenal sebagai lobang tikus.
membuat lorong-lorong panjang, secara
mekanis dan bagian dari front penambangan
yang sudah selesai ditambang dibiarkan 8. Block Caving
runtuh dengan sendirinya (caving ). Merupakan suatu sistem penambangan bawah
tanah, dengan car meruntukan bagian yang
4. Short Wall sudah selesai ditambang (mined out ).
Short wall adalah penambangan bawah tanah
untuk endapan batu bara, dengan membuat
lorong-lorong yang ukurannya lebih kecil atau
lebih pendek dari long wall.
Analisa Proximate

Moisture (kadar air)

Kadar abu

Volatile Matter

Rao dan Rubin (2002)


Fixed Carbon
Analisa Ultimate
Kandungan C

Kandungan S

Kandungan H

Kandungan O

Kandungan N

Kandungan Cl

Kandungan P
Analisa Lainnya
Nilai Kalor

Hardgrove Grindability Index

Komposisi Abu

Size Distribution

Slagging dan fouling factor

Ash Fusion Temperature


Gasifikasi
 Pyrolysis
Biomass  heat Char + Tar (bio-oil) + Gas (CO,CO2, H2, CH4)

 Combustion (Oxidation)
C(s) + ½ O2(g) 2CO(g)
CO(g) + ½ O2(g) CO2(g)
C(s) + O2(g) CO2(g)
H2(g) + ½ O2(g) H2O(g)

 Reduction
C(s) + CO2(g) 2CO(g) (Boudouard reaction)
C(s) + H2O(g) CO(g) + H2(g) (Water-gas reaction)
C(s) + H2(g) 2CH4(g) (Methanation)
CO(g) + H2O(g) CO2(g) + H2(g) (Water-gas shift)
CH4(g) + H2O(g) CO(g) + 3H2(g) (Steam-methane
reforming)
Jenis Reaktor Gasifier
Gasifikasi
Proses Fisher Tropsch
 Gas sintesis yang dihasilkan dari gasifikasi biomassa memiliki kandungan utama H 2, CO,
CO2, dan CH4.
 Dengan Sintesis Fischer Tropsch syngas yang dihasilkan dari proses Gasifikasi Limbah
dapat selektif dikonversi menjadi Synfuels (bensin, solar, minyak tanah, metana, dll) serta
CHEMICALS seperti ethylene (untuk produksi polyethylene), propylene (untuk produksi
polypropylene, dan lain-lain)
 Reaksi pertumbuhan rantai Fischer Tropsch dapat menghasilkan produk yang berada pada
rentang: hidrokarbon ringan (C1 dan C2), LPG (C3-C4), nafta (C5- C12), diesel (C13-C19),
dan wax (C20+). Saat ini sintesis FT dioperasikan secara komersial oleh Sasol Afrika
Selatan (berbasis batubara) dan Shell Malaysia (berbasis gas alam).
 Sejauh Fischer Tropsch Sintesis telah terutama digunakan untuk menghasilkan Synfuels
dan bahan kimia dari batubara, Metana dan biomass
Komposisi Syn Gas (gas sintesis) hasil Gasifikasi
Pemanfaatan Syn Gas
Proses Fisher Tropsch
 Hubungan antara perolehan hidrokarbon dengan probabilitas pertumbuhan rantai
digambarkan melalui persamaan distribusi rantai karbon sebagai berikut:

Dengan: = probabilitas pertumbuhan rantai, bergantung pada jenis katalis


(Fe, Co) yang digunakan n = jumlah atom C dalam rantai hidrokarbon w n = fraksi
massa hidrokarbon yang memiliki n buah atom C
 Penggunaan syn-gas secara langsung adalah untuk :
1. bahan bakar boiler
2. power generation
3. hydrogen treatment
4. fuel cells
 Penggunaan syn-gas secara tidak langsung adalah untuk :
1. pupuk urea
2. metanol
3. etanol
4. bahan bakar sintetis
5. bahan kimia
Sintesis Bahan Bakar
 Sintesis bahan bakar sintetik dari syn-gas hasil gasifikasi batubara dilakukan
dengan Proses Fischer-Tropsch (FT)
𝑛 𝐶𝑂 + (2𝑛 + 1) 𝐻2↔ 𝐶𝑛𝐻(2𝑛+2) + 𝑛 𝐻2O
Reaksi FT dijalankan pada reaktor dengan suhu 150-300oC dan
tekanan hingga 50 bar. Katalis yang digunakan adalah besi dan
cobalt.
 Mekanisme utama dalam reaksi FT adalah sebagai berikut:
CO + 2 H2  -CH2- + H2O, ∆H0FT = -165 kJ/mol.
Sintesis Bahan Bakar Sintesis
Perbandingan
Reaktor FT
Kondisi Operasi Reaktor FT
Keuntungan Synfuels
 Bebas sulfur, tidak berwarna dan memiliki bau tidak
 Memungkinkan penurunan yang signifikan dalam gas polusi diatur
dan non-diatur seperti NOx, SOx, PM, VOC
 Synfuels dapat segera didistribusikan melalui infrastruktur SPBU
yang ada dan dapat digunakan dalam pembakaran yang ada dan
mesin jet tanpa konversi apapun.
 Synfuels membantu mengurangi gas rumah kaca, seperti Fischer
Tropsch Diesel menghasilkan 5% lebih sedikit CO2 dan Fischer
Tropsch Minyak Tanah 2,4% CO2 kurang dari fosil-bahan bakar.
Hydrogenation
 Hidrogenasi adalah proses reaksi batubara dengan gas hydrogen bertekanan
tinggi.
 Reaksi ini diatur sedemikian rupa (kondisi reaksi, katalisator dan kriteria bahan
baku) agar dihasilkan senyawa hidrokarbon sesuai yang diinginkan, dengan
spesifikasi mendekati minyak mentah.
 Hidrogenasi batubara menjadi proses alternatif untuk mengolah batubara
menjadi bahan bakar cair pengganti produk minyak bumi, proses ini dikenal
dengan nama Bergius proses, disebut juga proses pencairan batubara (coal
liquefaction).
 Hidrogenasi batubara dapat merubah steam-coal menjadi batubara caking coal
yang dapat berfungsi sebagai bahan pengikat atau aditif pada industri
pembuatan kokas sedangkan ekstraksi batubara dapat menghasilkan pitch
dengan kualitas baik
Indirect Liquefaction Process/ Indirect Coal Liquefaction (ICL)

 Mengubah batubara ke dalam bentuk gas terlebih dahulu untuk kemudian


membentuk Syngas (campuran gas CO dan H2). Syngas kemudian
dikondensasikan oleh katalis (proses Fischer-Tropsch) untuk menghasilkan
produk ultra bersih yang memiliki kualitas tinggi.
Direct Liquefaction Process/ direct coal liquefaction (DCL)

 Banyak negara mengembangkan teknologi Likuifaksi Batubara. Di Amerika


Serikat berkembang berbagai proyek pengembangan pencairan batubara.
 Dan Jepang, sebagai salah satu negara pengembang teknologi Likuifaksi
Batubara terkenal dengan salah satu proyeknya yaitu NEDOL memiliki 2 metode
likuifaksi batubara yaitu Bituminous Coal Liquefaction dan Brown Coal
Liquefaction.
Brown Coal Liquefaction
 Proses pada Brown Coal Liquefaction, secara umum terdiri atas 3 proses, yaitu: Coal Pretreatment
Process, Slurry Preheating Process, Primary hydrogenation process dan Secondary hydrogenation
process.
· Pretreatment Process merupakan proses peremukan raw brown coal, pengeringan, dan
pembuatan Slurry. Slurry dibuat dengan mencampurkan 1 bagian batubara brown coal dengan 2.5
bagian pelarut, lalu ditambahkan katalis yang mengandung besi (iron catalyst). Lalu Slurry diproses
ke preheating process.
· Primary hydrogenation process dilakukan dengan mengalirkan gas hidrogen pada
Temperatur 430-450°C dan tekanan 150-200 kg/cm 2G agar dapat terjadi proses likuifaksi.
· Produk yang dihasilkan dikirim ke kolom distilasi dan didistilasi menjadi naphta, light oil dan
medium oil.
· Kolom distilasi bawah yang mengandung padatan dialirkan menuju kolom pemisah padatan-
cairan pada proses pengeringan pelarut. Distilat cair kemudian dibawa ke proses Secondary
hydrogenation dan padatan dibuang.
· Reaktor jenis fixed bed yang diisi katalis Ni-Mo agar proses hidrogenasi dapat terjadi pada
temperatur 300-400°C dan tekanan 150-200 kg/cm 2G.
· Kemudian dilakukan distilasi kembali agar dapat dipisahkan menjadi nephta, light distillate dan
medium distillate.
· Setelah proses selesai, dihasilkan 3 barrel batubara cair dari 1 ton batubara brown coal kering
Manfaat Likuifikasi Batubara
1. Batubara terjangkau dan tersedia di seluruh dunia, memungkinkan berbagai
negara untuk mengakses cadangan batubara dalam negeri -dan pasar internasional-
dan mengurangi ketergantungan pada impor minyak, serta meningkatkan
keamanan energi.
2. Batubara Cair dapat digunakan untuk transportasi, memasak, pembangkit listrik
stasioner, dan di industri kimia.
3. Batubara yang diturunkan adalah bahan bakar bebas sulfur, rendah partikulat,
dan rendah oksida nitrogen.
4. Bahan bakar cair dari batubara merupakan bahan bakar olahan yang ultra-bersih,
dapat mengurangi risiko kesehatan dari polusi udara dalam ruangan
5. Satu ton batu bara menghasilkan 6,2 barel minyak sintesis yang bisa digunakan
sebagai jet fuel,minyak diesel dan gasoline.
Spesifikasi Batubara Pembangkit
Permasalahan Batubara
 Tambang batubara
Gangguan lahan, amblesan tambang, pencemaran air, serta polusi debu dan suara.

 Penggunaan batubara
Munculnya polutan, seperti oksida belerang dan nitrogen (SOx dan NOx), partikel
dan unsur penelusuran (merkuri), emisi karbondioksida (CO2), dan emisi partikel-
partikel halus (abu)
Penanganan Batubara
 Untuk mengurangi dampak-dampak negatif tersebut, digunakanlah teknologi
batubara bersih (Clean Coal Technology), yang mampu meningkatkan kinerja
lingkungan batubara. Teknologi ini dapat mengurangi emisi, mengurangi limbah,
dan meningkatkan jumlah energi yang diperoleh dari setiap ton batubara.
 Electrostaric presipitator untuk menangkap emisi partikel-partikel halus.
 Penggunaan FGD (flue gas desulphurization) untuk meminimalisasi emisi SO x
 SCR (Selective Catalytic Reduction) dan SNCR (Selective Non Catalytic Reduction)
untuk mengurangi emisi NOx.
 untuk mengurangi emisi SOx dan NOx juga dapat digunakan teknologi FBC
(Fluidized Bed Combustion).
 Teknologi untuk mengurangi emisi CO2 adalah CCS (Carbon Capture and
Storage).
Electrostaric presipitator
 Cara kerja ESP :
(1) melewatkan gas buang (flue gas) melalui suatu
medan listrik yang terbentuk antara discharge
electrode dengan collector plate, flue gas yang
mengandung butiran debu pada awalnya
bermuatan netral dan pada saat melewati medan
listrik, partikel debu tersebut akan terionisasi
sehingga partikel debu tersebut menjadi bermuatan
negatif (-).
(2) Partikel debu yang sekarang bermuatan negatif (-)
kemudian menempel pada pelat-pelat pengumpul
(collector plate), lihat gambar 4. Debu yang
dikumpulkan di collector plate dipindahkan kembali
secara periodik dari collector plate melalui suatu
getaran (rapping). Debu ini kemudian jatuh ke bak
penampung (ash hopper), lihat gambar 1 dan 2,
dan ditransport (dipindahkan) ke flyash silo dengan
cara di vakum atau dihembuskan.
flue gas desulphurization
1. Flue Gas Desulfurization
 Untuk yang tipe basah, FGD menggunakan bahan baku air
laut sebagai media penyerap emisi sulfur. Flue gas yang keluar
dari boiler, dialirkan ke sistem Flue Gas Desulphurisation
(FGD) dan disemprot dengan menggunakan air laut sehingga
terjadi reaksi kimia berikut:
SO2 + H2O → H+ + HSO3–
 Proses selanjutnya adalah proses oksidasi. Dengan
menggunakan oksidation air blower, udara dari atmosfer
dimasukkan ke dalam tangki larutan campuran antara air laut
dengan hasil dari reaksi kimia sebelumnya. Pada fase ini
terjadi reaksi kimia berikut:
HSO3– + ½O2 → HSO4–
 Dan pada akhir proses, terjadi reaksi kimia secara alami di
naturalisation basin, yaitu:
HSO4– + HCO3– → SO42+ + H2O + CO2
 Hasil reaksi kimia di atas merupakan zat-zat yang menjadi
penyusun alami air laut. Dan menurut hasil penelitian,
penambahan zat-zat tersebut ke dalam air laut masih tidak
berpengaruh terhadap keseimbangan air laut.
2. Flue Gas Desulphurization tipe kering, udara flue gas dimasukkan ke dalam
sistem dan disemprot dengan zat kimia absorber sulfur. Zat kimia absorber yang
digunakan bukan air laut, melainkan bahan-bahan kimia seperti CaCO3 (limestone)
dengan reaksi kimia absorbsi berikut:
CaCO3 (solid) + SO2 (gas) → CaSO3 (solid) + CO2 (gas)
 Selain menggunakan CaCO3 juga dapat digunakan Ca(OH)2 dan Mg(OH)2
(magnesium hidroksida). Materi absorbsi tersebut dikabutkan oleh sebuah bagian
bernama ratary atomizer sehingga didapatkan ukuran partikel yang cukup kecil
untuk mengoptimalkan proses penyerapan SO2.
Proses Umum FGD
 Batubara (fuel) dibakar dalam sebuah combustion chamber dengan
menggunakan campuran gas oksigen dan karbondioksida. Oksigen didapatkan
dari proses pemisahan nitrogen dan oksigen dari udara dalam sebuah Air
Separation Unit. Karbondioksida sendiri merupakan gas hasil pembakaran
batubara yang kembali dialirkan ke dalam combustion chamber. Aliran recycle
karbondioksida ini menyebabkan peningkatan konsentrasi gas karbondioksida
yang sangat signifikan di aliran keluaran sehingga memudahkan proses
pemisahan karbondioksida itu sendiri. Pemisahan karbondioksida dapat
diselenggarakan menggunakan metode konvensional seperti menggunakan CO2
absorber maupun metoda terkini seperti pemisahan dengan membran. Tingginya
konsentrasi CO2 di aliran umpan absorber atau membran akan memudahkan
proses pemisahan sehingga spesifikasi alat pemisah tidak terlalu memakan biaya
besar.
Sistem CSNOX
 Prinsip kerja utama dari CSNOx adalah penggunaan gelombang frekuensi ultra rendah / Ultra
Low Frequency (ULF) yang dipancarkan ke air sebagai media kerjanya. Air tersebut
selanjutnya direaksikan dengan gas buang boiler untuk menyerap SO2, CO2, dan NOx. CSNOx
memiliki komponen-komponen utama sebagai berikut:
-Bio Fouling Control, berfungsi untuk mengendalikan organisme-organisme air (laut) pada air
sehingga tidak mengganggu proses selanjutnya.
-SOx Absorption Enhancer, komponen untuk mengoptimalkan proses penyerapan polutan sulfur
oleh air.
-pH Exciter, berfungsi untuk mengontrol pH air sebelum proses penyerapan polutan.
-Ultra Low Frequency Electrode, berfungsi memancarkan gelombang ultra rendah pada air.
-Mineral Scale Control, berfungsi untuk mencegah pembentukan kerak pada pipa-pipa.
-CO2 dan NOx Reducer, berfungsi untuk mengoptimalkan proses penyerapan CO2 dan NOx.
-Discharge Mixing Tank, berfungsi untuk penampung air hasil proses penyerapan sebelum
dikembalikan ke laut.
PEMBAKARAN BATUBARA DENGAN O2/CO2
 Batubara (fuel) dibakar dalam sebuah combustion chamber dengan
menggunakan campuran gas oksigen dan karbondioksida. Oksigen didapatkan
dari proses pemisahan nitrogen dan oksigen dari udara dalam sebuah Air
Separation Unit. Karbondioksida sendiri merupakan gas hasil pembakaran
batubara yang kembali dialirkan ke dalam combustion chamber. Aliran recycle
karbondioksida ini menyebabkan peningkatan konsentrasi gas karbondioksida
yang sangat signifikan di aliran keluaran sehingga memudahkan proses
pemisahan karbondioksida itu sendiri. Pemisahan karbondioksida dapat
diselenggarakan menggunakan metode konvensional seperti menggunakan CO2
absorber maupun metoda terkini seperti pemisahan dengan membran. Tingginya
konsentrasi CO2 di aliran umpan absorber atau membran akan memudahkan
proses pemisahan sehingga spesifikasi alat pemisah tidak terlalu memakan biaya
besar.
 Penghilangan unsur S dalam batubara juga dapat diaplikasikan sebelum
pembakaran berlangsung, sesudah pembakaran ataupun ketika pembakaran
batubara berlangsung. Berikut ini merupakan contoh penghilangan unsur S dalam
batubara dalam furnace ketika pembakaran berlangsung.Untuk "menangkap” S,
kedalam furnace disemburkan bubuk kapur CaCO3 yang disebut sorbent. Salah
satu alasan pemilihan CaCO3 adalah harganya yang murah dan mudah diperoleh.
Proses yang terjadi di dalam furnace adalah sebagai berikut :
1. Desulfurization (De-SOx) Reaction : CaCO3 → CaO + CO2 CaO + SO2+ ½ O2 →
CaSO4 (solid) ( S telah "tertangkap" dalam bentuk endapan )
2. Di suhu tinggi (di atas 1300˚ C) terjadi reaksi berikut: CaSO4 → CaO + SO2+ ½
O2 ( Hal ini menyebabkan De-SOx efisiensi berkurang drastis )
a. Oksidative ( temperatur penguraian batubara dibawah 400oC )
1). Zat Pengoksidasi Pada proses oksidasi untuk menghilangkan sulfur yang terkandung
dalam batubara menggunakan zat pengoksidasi sebagai berikut:
a) Metal ions (Fe+3, Hg+2, Ag+)
b) Strong acids (HNO3 + HClO4) c) O2, Cl2, SO2, H2O2 dan udara.
2). Meyers Process: Metode yang digunakan dalam proses oksidasi ini yaitu Metode Meyer
yang telah dikembangkan. Proses tersebut berdasarkan oksidasi kandungan sulfur bentuk
pirit dalam batubara dengan menggunakan larutan Ferric sulfate panas, tanpa menghilangkan
asam organik.
c) Batubara : berukuran 1.4 mm
d) Pereaksi : Fe2(SO4)3
e) Temperature : 100-130oC
f) Waktu : 5-6 jam
g) Tekanan : 3-6 atm
h) Pirit dioksidasikan menjadi ferrous sulfate, H2SO4 dan unsur S.
i) Penghilangan Pyritic-S : 83-99 %
j) As, Cd, Mn, Pb dan Zn juga dihilangkan.
3). Reaksi oksida desulfurisasi sebagai berikut:
5FeS2 + 23Fe2(SO4)3 + 24H2O→51FeSO4+ 4S
O2 ditambahkan untuk mengoksidasi FeSO4 agar kembali menjadi Fe2(SO4)3
4FeSO4 + 2H2SO4 + O2 →2Fe2(SO4)3 + 2H2O
Netralısasi batu kapur untuk menghilangkan kelebihan sulfat
Fe2(SO4)3 + CaO→3CaSO4 + Fe2O3
FeSO4 + CaO →CaSO4 + FeO
4). Reaksi oksidade sulfurisasi secara umum :
2FeS2 + 7O2 + 2H2O→ 2FeSO4 + 2H2SO4
4FeSO4 + O2 + 2H2SO4 →2Fe2(SO4)3 + 2H2O
Fe2(SO4)3 + 3H2O → Fe2O3 + 3H2SO4
b. Caustic ( temperatur penguraian batubara dibawah 400oC )
1). Reaksi Desulfurisasi menggunakan caustic :
2FeS2 + 6NaOH→2NaFeO2 + Na2S + 2H2O + O2
Coal-S + 2NaOH →Coal-O + Na2S + H2O
2). Molten Caustic Leaching (MCL)
Proses MCL konvensional menggunakan campuran NaOH + KOH (1:1), atau NaOH +
KOH + Ca(OH)2 pada temperatur 370-390 oC selama 2-3 jam.

Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu


c. Reduction (proses hidrosulfurisasi pada temperatur > 440 oC).
Reaksi yang terjadi pada proses reduksi adalah sebagai berikut :
FeS2 + H2 →FeS(s) + H2S (g)
FeS + H2 →Fe + H2S (g)
Desulfurisasi secara Biologi
Kandungan sulfur dalam batubara dapat dihilangkan dengan metode
biologi yang dikenal dengan Mikrobial desulfurization. Proses desulfurisasi
secara mikrobiologi dapat dilakukan dengan cara pengoksidasian pyrite,
unsur S, dan S-organik oleh bakteri. Beberapa mikroorganisme yang
mampu mengoksidasi Sulfur, yaitu:
 Acidithiobacillus ferrooxidans, (for FeS2).
 Acidithiobacillus thiooxidans, (for FeS2) .
 Leptospirillum ferrooxidans, (for FeS2).
 Sulfolobus acidocalderius (for FeS2).
 Rhodopseudomonas spheriodes (for organic-S).
1. Reaksi
2. Proses konversi batubara menggunakan biotechnolgy
Desulfurisasi secara fisik
Desulfurisasi secara fisika memiliki peran penting dalam pengurangan kandungan
sulfur dan abu dalam batubara, hanya dapat menghilangkan pyritic sulfur dan
mineral lainnya.
1. Advanced novel coal beneficiation techniques
2. Microcel (column flotation)
SCR (Selective Catalytic Reduction) dan SNCR (Selective
Non Catalytic Reduction)
Fluidized Bed Combustion
 Gas buang dari cerobong dimasukkan ke dalam fasilitas FGD. Ke
dalam alat ini kemudian disemprotkan udara sehingga SO2 dalam
gas buang teroksidasi oleh oksigen menjadi SO3. Gas buang
selanjutnya "didinginkan" dengan air, sehingga SO3 bereaksi
dengan air (H2O) membentuk asam sulfat (H2SO4). Asam sulfat
selanjutnya direaksikan dengan Ca(OH)2 sehingga diperoleh hasil
pemisahan berupa gipsum (gypsum). Gas buang yang keluar dari
sistim FGD sudah terbebas dari oksida sulfur. Hasil samping proses
FGD disebut gipsum sintetis karena memiliki senyawa kimia yang
sama dengan gipsum alam.
Teknologi IGCC
 Integrated Gasification Cycle Combined (IGCC) atau sering disebut sebagai
proses Combined Cycle adalah salah satu proses pembangkit tenaga listrik
mengolah bahan bakar, seperti batubara, biomass atau heavy oil residue menjadi
syntesa gas (CO2/H2).
 IGCC merupakan perpaduan teknologi gasifikasi batubara dan proses
pembangkitan uap.
 Bagian-bagian penting dalam proses ini adalah: proses gasifikasi, reaksi yang
dikenal dengan Water-gas shift reaction dan bagian turbin generator penghasil
energi listrik.
 Sintesa gas hasil proses gasifikasi diteruskan dengan konversi tahapan kedua
dimana karbon monoksida CO diubah menjadi CO2 dalam reaksi reversible
(bolak-balik) yang dikenal dengan water-gas shift, disini konversi terfokus pada
pembentukan H2.
CO + H2O  CO2 + H2
 Keunikan proses water-gas shift yang merupakan reaksi bolak-balik (reversible)
memungkinkan optimalisasi proses ini dengan cara menangkap (capture) CO2 yang
dihasilkan secara langsung dengan memisahkan dari gas hydrogen yang dihasilkan.
Konsep ini menjadi konsep yang dikembangkan dengan potensi ramah lingkungan atau
disebut juga dengan proses IGCC dengan konsep penangkapan emisi gas CO2 atau Carbon
Capture and Storage (CCS). Teknologi ini diperkenalkan oleh David Luebke dan kawan-
kawan dengan mekombinasikan teknologi IGCC dan penangkapan CO2 menggunakan
teknologi membrane yang disebut dengan Supported Ionic Liquids Membrane (SILM).
Proses ini juga mampu memperbaiki efisiensi panas dibandingkan dengan konvensional
IGCC.
 Gas hasil gasifikasi batubara mengalami proses pembersihan sulfur dan nitrogen. Sulfur
yang masih dalam bentuk H2S dan nitrogen dalam bentuk NH3 lebih mudah dibersihkan
sebelum dibakar dari pada sudah dalam bentuk oksida dalam gas buang. Sedangkan abu
dibersihkan dalam reaktor gasifikasi. Gas yang sudah bersih ini dibakar di ruang bakar dan
kemudian gas hasil pembakaran disalurkan ke dalam turbin gas untuk menggerakkan
generator. Gas buang dari turbin gas dimanfaatkan dengan menggunakan HRSG (Heat
Recovery Steam Generator) untuk membangkitkan uap. Uap dari HRSG (setelah turbin
gas) digabungkan dengan uap dari HRSG (setelah reaktor gasifikasi) digunakan untuk
menggerakkan turbin uap yang akan menggerakkan generator.
 Untuk memperoleh CBM, sumur produksi dibuat melalui pengeboran dari
permukaan tanah sampai ke lapisan batubara target. Karena di dalam tanah
sendiri lapisan batubara mengalami tekanan yang tinggi, maka efek penurunan
tekanan akan timbul bila air tanah di sekitar lapisan batubara dipompa
(dewatering) ke atas. Hal ini akan menyebabkan gas metana terlepas dari lapisan
batubara yang memerangkapnya, dan selanjutnya akan mengalir ke permukaan
tanah melalui sumur produksi tadi. Selain gas, air dalam jumlah yang banyak
juga akan keluar pada proses produksi ini.

Anda mungkin juga menyukai