LOGO
Menurut Asal
Menurut Bentuk
Bahan Bakar Fosil
Bahan Bakar Nabati
BATU BARA
COAL
LOGO
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Pengertian umum dari batubara adalah batuan sedimen yang dapat terbakar.
Unsur utama terdiri dari C, H, O, N, S, P
Batu bara adalah bahan bakar fosil yang terbentuk dari akumulasi endapan sisa tumbuhan
selama ratusan jutaan tahun yang mengalami proses fisika dan kimia karena pengaruh
geologi (pergeseran lempeng tektonik),suhu, tekanan dan panas sehingga membentuk
lapisan batubara
Sifat Fisik dan Kimia (secara umum)
1. Combustible Material, yaitu bahan atau material yang dapat dibakar/dioksidasi oleh
oksigen.
Material tersebut umumnya terdiri dari :
• karbon padat (fixed carbon)
• senyawa hidrokarbon
• senyawa sulfur
• senyawa nitrogen
2. Non Combustible Material, yaitu bahan atau material yang tidak dapat
dibakar/dioksidasi oleh oksigen.
Material tersebut umumnya terediri dari senvawa anorganik (SiO2, A12O3, Fe2O3, TiO2,
Mn3O4, CaO, MgO, Na2 O, K2O, dan senyawa logam lainnya dalam jumlah yang kecil)
yang akan membentuk abu/ash dalam batubara.
Faktor Komposisi Batubara
Proses dekomposisi
Geografis pengendapan
2. sumber energi tidak langsung, yaitu dengan cara mengubah batubara ke dalam
bentuk/fasa lain seperti
· briket batubara (proses karbonisasi/pirolisis)
· batubara cair (proses likuifaksi)
· gasifikasi batubara (menghasilkan Synthesis Natural Gas, SNG)
3. non energi:
· Digunakan sebagai karbon aktif pada industri kimia
· Kokas metalurgi pada industri pengolahan baja
Teori Terjadinya BatuBara
Teori In Situ Teori Drift
Batubara terbentuk di tempat dimana tumbuhan asal itu berada. Batubara terbentuk ditempat yang berbeda dengan tempat
tanaman semula tumbuh dan berkembang
Proses pembentukan batubara terdiri dari dua tahap yaitu tahap
biokimia (penggambutan) dan tahap geokimia (pembatubaraan).
Tanaman mati fosil tumbuhan membentuk sedimen organik Tanaman mati diangkut oleh media air berakumulasi di suatu
batu bara tempat tertutup membentuk batuan sedimen batu bara.
Jenis Batubara yang terbentuk dengan cara ini mempunyai Jenis batubara yang terbentuk dengan cara ini mempunyai
penyebaran luas dan merata, kualitasnya lebih baik karena kadar penyebaran tidak luas, tetapi dijumpai dibeberapa tempat,
abunya relatif sedikit. kualitas kurang baik karena banyak mengandung material
pengotor (impuriyties) yang terangkat bersama selama proses
pengangkutan dari tempat asal tanaman ketempat sedimentasi.
Batubara yang seperti ini di Indonesia didapatkan di lapangan Batubara yang terbentuk seperti ini di Indonesia di dapatkan di
batubara Muara Enim Sumatera Selatan. lapangan batubara di Kalimantan Timur, yaitu di daerah Delta
Mahakam.
Proses Pembentukan BatuBara
Kadar abu
Volatile Matter
Kandungan S
Kandungan H
Kandungan O
Kandungan N
Kandungan Cl
Kandungan P
Analisa Lainnya
Nilai Kalor
Komposisi Abu
Size Distribution
Combustion (Oxidation)
C(s) + ½ O2(g) 2CO(g)
CO(g) + ½ O2(g) CO2(g)
C(s) + O2(g) CO2(g)
H2(g) + ½ O2(g) H2O(g)
Reduction
C(s) + CO2(g) 2CO(g) (Boudouard reaction)
C(s) + H2O(g) CO(g) + H2(g) (Water-gas reaction)
C(s) + H2(g) 2CH4(g) (Methanation)
CO(g) + H2O(g) CO2(g) + H2(g) (Water-gas shift)
CH4(g) + H2O(g) CO(g) + 3H2(g) (Steam-methane
reforming)
Jenis Reaktor Gasifier
Gasifikasi
Proses Fisher Tropsch
Gas sintesis yang dihasilkan dari gasifikasi biomassa memiliki kandungan utama H 2, CO,
CO2, dan CH4.
Dengan Sintesis Fischer Tropsch syngas yang dihasilkan dari proses Gasifikasi Limbah
dapat selektif dikonversi menjadi Synfuels (bensin, solar, minyak tanah, metana, dll) serta
CHEMICALS seperti ethylene (untuk produksi polyethylene), propylene (untuk produksi
polypropylene, dan lain-lain)
Reaksi pertumbuhan rantai Fischer Tropsch dapat menghasilkan produk yang berada pada
rentang: hidrokarbon ringan (C1 dan C2), LPG (C3-C4), nafta (C5- C12), diesel (C13-C19),
dan wax (C20+). Saat ini sintesis FT dioperasikan secara komersial oleh Sasol Afrika
Selatan (berbasis batubara) dan Shell Malaysia (berbasis gas alam).
Sejauh Fischer Tropsch Sintesis telah terutama digunakan untuk menghasilkan Synfuels
dan bahan kimia dari batubara, Metana dan biomass
Komposisi Syn Gas (gas sintesis) hasil Gasifikasi
Pemanfaatan Syn Gas
Proses Fisher Tropsch
Hubungan antara perolehan hidrokarbon dengan probabilitas pertumbuhan rantai
digambarkan melalui persamaan distribusi rantai karbon sebagai berikut:
Penggunaan batubara
Munculnya polutan, seperti oksida belerang dan nitrogen (SOx dan NOx), partikel
dan unsur penelusuran (merkuri), emisi karbondioksida (CO2), dan emisi partikel-
partikel halus (abu)
Penanganan Batubara
Untuk mengurangi dampak-dampak negatif tersebut, digunakanlah teknologi
batubara bersih (Clean Coal Technology), yang mampu meningkatkan kinerja
lingkungan batubara. Teknologi ini dapat mengurangi emisi, mengurangi limbah,
dan meningkatkan jumlah energi yang diperoleh dari setiap ton batubara.
Electrostaric presipitator untuk menangkap emisi partikel-partikel halus.
Penggunaan FGD (flue gas desulphurization) untuk meminimalisasi emisi SO x
SCR (Selective Catalytic Reduction) dan SNCR (Selective Non Catalytic Reduction)
untuk mengurangi emisi NOx.
untuk mengurangi emisi SOx dan NOx juga dapat digunakan teknologi FBC
(Fluidized Bed Combustion).
Teknologi untuk mengurangi emisi CO2 adalah CCS (Carbon Capture and
Storage).
Electrostaric presipitator
Cara kerja ESP :
(1) melewatkan gas buang (flue gas) melalui suatu
medan listrik yang terbentuk antara discharge
electrode dengan collector plate, flue gas yang
mengandung butiran debu pada awalnya
bermuatan netral dan pada saat melewati medan
listrik, partikel debu tersebut akan terionisasi
sehingga partikel debu tersebut menjadi bermuatan
negatif (-).
(2) Partikel debu yang sekarang bermuatan negatif (-)
kemudian menempel pada pelat-pelat pengumpul
(collector plate), lihat gambar 4. Debu yang
dikumpulkan di collector plate dipindahkan kembali
secara periodik dari collector plate melalui suatu
getaran (rapping). Debu ini kemudian jatuh ke bak
penampung (ash hopper), lihat gambar 1 dan 2,
dan ditransport (dipindahkan) ke flyash silo dengan
cara di vakum atau dihembuskan.
flue gas desulphurization
1. Flue Gas Desulfurization
Untuk yang tipe basah, FGD menggunakan bahan baku air
laut sebagai media penyerap emisi sulfur. Flue gas yang keluar
dari boiler, dialirkan ke sistem Flue Gas Desulphurisation
(FGD) dan disemprot dengan menggunakan air laut sehingga
terjadi reaksi kimia berikut:
SO2 + H2O → H+ + HSO3–
Proses selanjutnya adalah proses oksidasi. Dengan
menggunakan oksidation air blower, udara dari atmosfer
dimasukkan ke dalam tangki larutan campuran antara air laut
dengan hasil dari reaksi kimia sebelumnya. Pada fase ini
terjadi reaksi kimia berikut:
HSO3– + ½O2 → HSO4–
Dan pada akhir proses, terjadi reaksi kimia secara alami di
naturalisation basin, yaitu:
HSO4– + HCO3– → SO42+ + H2O + CO2
Hasil reaksi kimia di atas merupakan zat-zat yang menjadi
penyusun alami air laut. Dan menurut hasil penelitian,
penambahan zat-zat tersebut ke dalam air laut masih tidak
berpengaruh terhadap keseimbangan air laut.
2. Flue Gas Desulphurization tipe kering, udara flue gas dimasukkan ke dalam
sistem dan disemprot dengan zat kimia absorber sulfur. Zat kimia absorber yang
digunakan bukan air laut, melainkan bahan-bahan kimia seperti CaCO3 (limestone)
dengan reaksi kimia absorbsi berikut:
CaCO3 (solid) + SO2 (gas) → CaSO3 (solid) + CO2 (gas)
Selain menggunakan CaCO3 juga dapat digunakan Ca(OH)2 dan Mg(OH)2
(magnesium hidroksida). Materi absorbsi tersebut dikabutkan oleh sebuah bagian
bernama ratary atomizer sehingga didapatkan ukuran partikel yang cukup kecil
untuk mengoptimalkan proses penyerapan SO2.
Proses Umum FGD
Batubara (fuel) dibakar dalam sebuah combustion chamber dengan
menggunakan campuran gas oksigen dan karbondioksida. Oksigen didapatkan
dari proses pemisahan nitrogen dan oksigen dari udara dalam sebuah Air
Separation Unit. Karbondioksida sendiri merupakan gas hasil pembakaran
batubara yang kembali dialirkan ke dalam combustion chamber. Aliran recycle
karbondioksida ini menyebabkan peningkatan konsentrasi gas karbondioksida
yang sangat signifikan di aliran keluaran sehingga memudahkan proses
pemisahan karbondioksida itu sendiri. Pemisahan karbondioksida dapat
diselenggarakan menggunakan metode konvensional seperti menggunakan CO2
absorber maupun metoda terkini seperti pemisahan dengan membran. Tingginya
konsentrasi CO2 di aliran umpan absorber atau membran akan memudahkan
proses pemisahan sehingga spesifikasi alat pemisah tidak terlalu memakan biaya
besar.
Sistem CSNOX
Prinsip kerja utama dari CSNOx adalah penggunaan gelombang frekuensi ultra rendah / Ultra
Low Frequency (ULF) yang dipancarkan ke air sebagai media kerjanya. Air tersebut
selanjutnya direaksikan dengan gas buang boiler untuk menyerap SO2, CO2, dan NOx. CSNOx
memiliki komponen-komponen utama sebagai berikut:
-Bio Fouling Control, berfungsi untuk mengendalikan organisme-organisme air (laut) pada air
sehingga tidak mengganggu proses selanjutnya.
-SOx Absorption Enhancer, komponen untuk mengoptimalkan proses penyerapan polutan sulfur
oleh air.
-pH Exciter, berfungsi untuk mengontrol pH air sebelum proses penyerapan polutan.
-Ultra Low Frequency Electrode, berfungsi memancarkan gelombang ultra rendah pada air.
-Mineral Scale Control, berfungsi untuk mencegah pembentukan kerak pada pipa-pipa.
-CO2 dan NOx Reducer, berfungsi untuk mengoptimalkan proses penyerapan CO2 dan NOx.
-Discharge Mixing Tank, berfungsi untuk penampung air hasil proses penyerapan sebelum
dikembalikan ke laut.
PEMBAKARAN BATUBARA DENGAN O2/CO2
Batubara (fuel) dibakar dalam sebuah combustion chamber dengan
menggunakan campuran gas oksigen dan karbondioksida. Oksigen didapatkan
dari proses pemisahan nitrogen dan oksigen dari udara dalam sebuah Air
Separation Unit. Karbondioksida sendiri merupakan gas hasil pembakaran
batubara yang kembali dialirkan ke dalam combustion chamber. Aliran recycle
karbondioksida ini menyebabkan peningkatan konsentrasi gas karbondioksida
yang sangat signifikan di aliran keluaran sehingga memudahkan proses
pemisahan karbondioksida itu sendiri. Pemisahan karbondioksida dapat
diselenggarakan menggunakan metode konvensional seperti menggunakan CO2
absorber maupun metoda terkini seperti pemisahan dengan membran. Tingginya
konsentrasi CO2 di aliran umpan absorber atau membran akan memudahkan
proses pemisahan sehingga spesifikasi alat pemisah tidak terlalu memakan biaya
besar.
Penghilangan unsur S dalam batubara juga dapat diaplikasikan sebelum
pembakaran berlangsung, sesudah pembakaran ataupun ketika pembakaran
batubara berlangsung. Berikut ini merupakan contoh penghilangan unsur S dalam
batubara dalam furnace ketika pembakaran berlangsung.Untuk "menangkap” S,
kedalam furnace disemburkan bubuk kapur CaCO3 yang disebut sorbent. Salah
satu alasan pemilihan CaCO3 adalah harganya yang murah dan mudah diperoleh.
Proses yang terjadi di dalam furnace adalah sebagai berikut :
1. Desulfurization (De-SOx) Reaction : CaCO3 → CaO + CO2 CaO + SO2+ ½ O2 →
CaSO4 (solid) ( S telah "tertangkap" dalam bentuk endapan )
2. Di suhu tinggi (di atas 1300˚ C) terjadi reaksi berikut: CaSO4 → CaO + SO2+ ½
O2 ( Hal ini menyebabkan De-SOx efisiensi berkurang drastis )
a. Oksidative ( temperatur penguraian batubara dibawah 400oC )
1). Zat Pengoksidasi Pada proses oksidasi untuk menghilangkan sulfur yang terkandung
dalam batubara menggunakan zat pengoksidasi sebagai berikut:
a) Metal ions (Fe+3, Hg+2, Ag+)
b) Strong acids (HNO3 + HClO4) c) O2, Cl2, SO2, H2O2 dan udara.
2). Meyers Process: Metode yang digunakan dalam proses oksidasi ini yaitu Metode Meyer
yang telah dikembangkan. Proses tersebut berdasarkan oksidasi kandungan sulfur bentuk
pirit dalam batubara dengan menggunakan larutan Ferric sulfate panas, tanpa menghilangkan
asam organik.
c) Batubara : berukuran 1.4 mm
d) Pereaksi : Fe2(SO4)3
e) Temperature : 100-130oC
f) Waktu : 5-6 jam
g) Tekanan : 3-6 atm
h) Pirit dioksidasikan menjadi ferrous sulfate, H2SO4 dan unsur S.
i) Penghilangan Pyritic-S : 83-99 %
j) As, Cd, Mn, Pb dan Zn juga dihilangkan.
3). Reaksi oksida desulfurisasi sebagai berikut:
5FeS2 + 23Fe2(SO4)3 + 24H2O→51FeSO4+ 4S
O2 ditambahkan untuk mengoksidasi FeSO4 agar kembali menjadi Fe2(SO4)3
4FeSO4 + 2H2SO4 + O2 →2Fe2(SO4)3 + 2H2O
Netralısasi batu kapur untuk menghilangkan kelebihan sulfat
Fe2(SO4)3 + CaO→3CaSO4 + Fe2O3
FeSO4 + CaO →CaSO4 + FeO
4). Reaksi oksidade sulfurisasi secara umum :
2FeS2 + 7O2 + 2H2O→ 2FeSO4 + 2H2SO4
4FeSO4 + O2 + 2H2SO4 →2Fe2(SO4)3 + 2H2O
Fe2(SO4)3 + 3H2O → Fe2O3 + 3H2SO4
b. Caustic ( temperatur penguraian batubara dibawah 400oC )
1). Reaksi Desulfurisasi menggunakan caustic :
2FeS2 + 6NaOH→2NaFeO2 + Na2S + 2H2O + O2
Coal-S + 2NaOH →Coal-O + Na2S + H2O
2). Molten Caustic Leaching (MCL)
Proses MCL konvensional menggunakan campuran NaOH + KOH (1:1), atau NaOH +
KOH + Ca(OH)2 pada temperatur 370-390 oC selama 2-3 jam.