Anda di halaman 1dari 6

Batubara diklasifikasikan menjadi empat kategori umum, berdasarkan "ranking.

" Mulai
dari lignit, subbitumen, bitumen sampai antrasit, mencerminkan kandungan jenis
batubara tersebut terhadap jumlah panas dan tekanan yang dihasilakan.

Kandungan karbon batubara merupakan penentu utama dari panas yang dihasilkan,
tetapi faktor lain juga mempengaruhi jumlah energi yang terkandung per bobotnya.
(Jumlah energi dalam batubara dinyatakan dalam British thermal unit per pon. BTU
adalah jumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu satu pon air sebesar satu
derajat Fahrenheit.)

Antrasit
Antrasit adalah batubara dengan kadar karbon tertinggi, antara 86 sampai 98 persen,
dan nilai panas yang dihasilakan hampir 15.000 BTU per pon. Paling sering digunakan
pada alat pemanas rumah.

Bitumen
Bitumen digunakan terutama untuk menghasilkan listrik dan membuat kokas di industri
baja. Pasar batubara yang tumbuh paling cepat untuk jenis ini, meskipun masih kecil,
adalah yang memasok energi untuk proses industri. Bitumen memiliki kandungan
karbon mulai 45 sampai 86 persen dan nilai panas 10.500 sampai 15.500 BTU per pon.

Subbitumen
Peringkat dibawah bitumen adalah subbitumen, batubara dengan kandungan karbon 35-
45 persen dan nilai panas antara 8.300 hingga 13.000 BTU per pon. Meskipun nilai
panasnya lebih rendah, batubara ini umumnya memiliki kandungan belerang yang lebih
rendah daripada jenis lainnya, yang membuatnya disukai untuk dipakai karena hasil
pembakarannya yang lebih bersih.

Lignit (Batu bara muda)
Lignit merupakan batubara geologis muda yang memiliki kandungan karbon terendah,
25-35 persen, dan nilai panas berkisar antara 4.000 dan 8.300 BTU per pon. Kadang-
kadang disebutbrown coal, jenis ini umumnya digunakan untuk pembangkit tenaga listrik

Jenis jenis batu bara.
Jenis - Jenis Batubara
JENIS JENIS BATUBARA

Sebelum masuk pada jenis jenis batubara terlebih dahulu perlu untuk diketahui apa itu
batubara.
Batubara terbentuk dari endapan organik yaitu sisa sisa tumbuhan tumbuhan yang
terjadi selama beberapa ratus juta tahun yang lalu yang mengalami pengubahan melalui
proses pembatubaraan.Pengertian umum dari batubara adalah batuan sedimen yang dapat
terbakar. Dan pada dasarnya terdiri dari karbon, oksigen dan nitrogen.

Ada 2 teori yang menerangkan terjadinya batubara yaitu :

Teori In-situ : Batubara terbentuk dari
tumbuhan atau pohon yang berasal dari hutan dimana batubara tersebut terbentuk.
Batubara yang terbentuk sesuai dengan teori in-situ lazimnya terjadi di hutan basah dan
berawa, sehingga pohon-pohon di hutan tersebut pada saat mati dan roboh, langsung
tenggelam ke dalam rawa tersebut, dan sisa tumbuhan tersebut tidak mengalami
pembusukan secara sempurna, dan akhirnya menjadi fosil tumbuhan yang membentuk
sedimen organik.

Teori Drift : Batubara terbentuk dari
tumbuhan atau pohon yang berasal dari hutan yang bukan di tempat dimana batubara
tersebut terbentuk. Batubara yang terbentuk sesuai dengan teori drift biasanya terjadi di
delta-delta, mempunyai ciri-ciri lapisan batubara tipis, tidak menerus (splitting), banyak
lapisannya (multiple seam), banyak pengotor (kandungan abu cenderung tinggi). Proses
pembentukan batubara terdiri dari dua tahap yaitu tahap biokimia (penggambutan) dan
tahap geokimia (pembatubaraan).


Tahap penggambutan (peatification) adalah tahap dimana sisa-sisa tumbuhan yang
terakumulasi tersimpan dalam kondisi bebas oksigen (anaerobik) di daerah rawa dengan
sistem pengeringan yang buruk dan selalu tergenang air pada kedalaman 0,5 - -[10 meter.
Material tumbuhan yang busuk ini melepaskan unsur H, N, O, dan C dalam bentuk
senyawa CO2, H2O, dan NH3 untuk menjadi humus. Selanjutnya oleh bakteri anaerobik
dan fungi diubah menjadi gambut (Stach, 1982, op cit Susilawati 1992).
Tahap pembatubaraan (coalification)
merupakan gabungan proses biologi, kimia, dan fisika yang terjadi karena pengaruh
pembebanan dari sedimen yang menutupinya, temperatur, tekanan, dan waktu terhadap
komponen organik dari gambut (Stach, 1982, op cit Susilawati 1992). Pada tahap ini
prosentase karbon akan meningkat, sedangkan prosentase hidrogen dan oksigen akan
berkurang (Fischer, 1927, op cit Susilawati 1992). Proses ini akan menghasilkan batubara
dalam berbagai tingkat kematangan material organiknya mulai dari lignit, sub bituminus,
bituminus, semi antrasit, antrasit, hingga meta antrasit.

Ada tiga faktor yang mempengaruhi proses pembetukan batubara yaitu: umur, suhu dan
tekanan.
Mutu endapan batubara juga ditentukan oleh suhu, tekanan serta lama waktu
pembentukan, yang disebut sebagai 'maturitas organik. Pembentukan batubara dimulai
sejak periode pembentukan Karbon (Carboniferous Period) dikenal sebagai zaman
batubara pertama yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang
lalu. Proses awalnya, endapan tumbuhan berubah menjadi gambut/peat (C60H6O34)
yang selanjutnya berubah menjadi batubara muda (lignite) atau disebut pula batubara
coklat (brown coal). Batubara muda adalah batubara dengan jenis maturitas organik
rendah.
Setelah mendapat pengaruh suhu dan tekanan secara continue selama jutaan tahun, maka
batubara muda akan mengalami perubahan yang secara bertahap menambah maturitas
organiknya dan mengubah batubara muda menjadi batubara sub-bituminus (sub-
bituminous). Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung sampai batubara menjadi
lebih keras dan warnanya lebih hitam sehingga membentuk bituminus (bituminous) atau
antrasit (anthracite). Dalam kondisi yang tepat, peningkatan maturitas organik yang
semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit.
Maturitas organik sebenarnya menggambarkan perubahan konsentrasi dari setiap unsur
utama pembentuk batubara, dalam proses pembatubaraan.

Sementara itu semakin tinggi peringkat batubara, maka kadar karbon akan meningkat,
sedangkan hidrogen dan oksigen akan berkurang. Disebabkan tingkat pembatubaraan
secara umum dapat diasosiasikan dengan mutu atau mutu batubara, batubara bermutu
rendah yaitu batubara dengan tingkat pembatubaraan rendah seperti lignite dan sub-
bituminus biasanya lebih lembut dengan materi yang rapuh dan berwarna suram seperti
tanah, memiliki tingkat kelembaban (moisture) yang tinggi dan kadar karbon yang
rendah, sehingga kandungan energinya juga rendah. Semakin tinggi mutu batubara,
umumnya akan semakin keras dan kompak, serta warnanya akan semakin hitam
mengkilat. Selain itu, kelembabannya pun akan berkurang sedangkan kadar karbonnya
akan meningkat, sehingga kandungan energinya juga semakin besar.


Dari tinjauan beberapa senyawa dan unsur yang terbentuk pada saat proses coalification
(proses pembatubaraan), maka dapat dikenal beberapa jenis batubara yaitu:

1. Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan
(luster) metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan kadar
air kurang dari 8%.





2. Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari
beratnya.

3. Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya
menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.



4. Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung air
35-75% dari beratnya.




5. Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling
rendah.

1. Peat/ gambut, (C
60
H
6
O
34
) dengan sifat :
Warna coklat
Material belum terkompaksi
Mernpunyai kandungan air yang sangat tinggi
Mempunvai kandungan karbon padat sangat rendah
Mempunyal kandungan karbon terbang sangat tinggi
Sangat mudah teroksidasi
Nilai panas yang dihasilkan amat rendah.
2. Lignit/ brown coa, (C
70
OH
5
O
25
) dengan ciri :
Warna kecoklatan
Material terkornpaksi namun sangat rapuh
Mempunyai kandungan air yang tinggi
Mempunyai kandungan karbon padat rendah
Mempunyai kandungan karbon terbang tinggi
Mudah teroksidasi
Nilai panas yang dihasilkan rendah.

3. Subbituminous (C
75
OH
5
O
20
) - Bituminous (C
80
OH
5
O
15
) dengan ciri :
Warna hitam
Material sudah terkompaksi
Mempunyai kandungan air sedang
Mempunyai kandungan karbon padat sedang
Mempunyai kandungan karbon terbang sedang
Sifat oksidasi rnenengah
Nilai panas yang dihasilkan sedang.

4. Antrasit (C
94
OH
3
O
3
) dengan ciri :
Warna hitam mengkilat
Material terkompaksi dengan kuat
Mempunyai kandungan air rendah
Mempunyai kandungan karbon padat tinggi
Mempunyai kandungan karbon terbang rendah
Relatif sulit teroksidasi
Nilai panas yang dihasilkan tinggi.

Anda mungkin juga menyukai