Anda di halaman 1dari 7

Pengertian batubara

Batu bara adalah bahan tambang non logam yang sifatnya seperti arang kayu,
tetapi panas yang dihasilkan lebih besar. Batubara adalah fosil dari tumbuh-
tumbuhan yang mengalami perubahan kimia akibat tekanan dan suhu yang tinggi
dalam kurun waktu lama. Komposisi penyusun batu bara terdiri dari campuran
hidrokarbon dengan komponen utama karbon. Di samping itu juga mengandung
senyawa dari oksigen, nitrogen, dan belerang. Batu bara diklasifikasikan menurut
kadar kandungan karbon yang ada di dalamnya
Proses terbentuknya batubara
Sebagian penyelidik berpendapat bahwa batubara yang terbentuk di daerah sub-
tropis berasal dari gambut sedangkan di daerah tropis berasal dari tumbuh-
tumbuhan mangrove. Proses terjadinya batubara disebut proses inkolen atau air
yang ada di dalamnya dan bahan-bahan yang mudah menguap. Nitrogen makin
kecil sedangkan kadar zat arang atau karbon bertambah persentasenya. Tumbuh-
tumbuhan tidak mengalami pembusukan dan kemudian ditimbuni lempung pasir,
kerikil yang akhirnya terjadi proses pembentukan batubara.
Ada 2 teori yang menerangkan terbentuk batubara yaitu :

Teori In-situ : Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang berasal dari
hutan dimana batubara tersebut terbentuk. Batubara yang terbentuk sesuai dengan
teori in-situ biasanya terjadi di hutan basah dan berawa, sehingga pohon-pohon di
hutan tersebut pada saat mati dan roboh, langsung tenggelam ke dalam rawa
tersebut, dan sisa tumbuhan tersebut tidak mengalami pembusukan secara
sempurna, dan akhirnya menjadi fosil tumbuhan yang membentuk sedimen
organik.

Teori Drift : Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang berasal dari hutan
yang bukan di tempat dimana batubara tersebut terbentuk. Batubara yang
terbentuk sesuai dengan teori drift biasanya terjadi di delta-delta, mempunyai ciri-
ciri lapisan batubara tipis, tidak menerus (splitting), banyak lapisannya (multiple
seam), banyak pengotor (kandungan abu cenderung tinggi). Proses pembentukan
batubara terdiri dari dua tahap yaitu tahap biokimia (penggambutan) dan tahap
geokimia (pembatubaraan).

Tahap penggambutan (peatification) adalah tahap dimana sisa-sisa tumbuhan yang


terakumulasi tersimpan dalam kondisi bebas oksigen (anaerobik) di daerah rawa
dengan sistem pengeringan yang buruk dan selalu tergenang air pada kedalaman
0,5 - -[10 meter. Material tumbuhan yang busuk ini melepaskan unsur H, N, O,
dan C dalam bentuk senyawa CO2, H2O, dan NH3 untuk menjadi humus.
Selanjutnya oleh bakteri anaerobik dan fungi diubah menjadi gambut (Stach,
1982, op cit Susilawati 1992).
Tahap pembatubaraan (coalification) merupakan gabungan proses biologi, kimia,
dan fisika yang terjadi karena pengaruh pembebanan dari sedimen yang
menutupinya, temperatur, tekanan, dan waktu terhadap komponen organik dari
gambut (Stach, 1982, op cit Susilawati 1992). Pada tahap ini prosentase karbon
akan meningkat, sedangkan prosentase hidrogen dan oksigen akan berkurang
(Fischer, 1927, op cit Susilawati 1992). Proses ini akan menghasilkan batubara
dalam berbagai tingkat kematangan material organiknya mulai dari lignit, sub
bituminus, bituminus, semi antrasit, antrasit, hingga meta antrasit.

Jenis-jenis batubara beserta karakteristiknya


1. Gambut / Peat
Golongan ini sebenarnya termasuk jenis batubara, tapi merupakan bahan bakar. Hal ini
disebabkan karena masih merupakan fase awal dari proses pembentukan batubara.
Endapan ini masih memperlihatkan sifat awal dari bahan dasarnya (tumbuh-tumbuhan).
2. Lignite
Lignite atau batubara-cokelat adalah jenis batubara muda yang baru tebentuk. Dikatakan
batubara muda karena lignite merupakan bentuk pertama dari proses coalifaction dari
gambut menjadi batubara.

Menurut penelitian, lignite tebentuk sejak 251 juta tahun yang lalu. Atau dengan kata
lain, material yang membentuk berasal dari zaman Mesozoic dan Cenozoic.
Karakteristik lignite, antara lain ;
Berwarna cokelat
Memiliki energi yang sedikit (sekitar 10 - 20 MJ/Kg)
Memiliki banyak bahan pengotor (Sampai 40 - 75% bahan pengotor)
Kandungan unsur karbon hanya 60 sampai 70%
Dan mengandung sekitar 9 - 19% debu
Karena tingkat efisiensinya yang sangat rendah, lignite tidak dipasarkan secara luas untuk
kebutuhan transportasi atau industri. Lignit biasanya dipakai sebagai bahan bakar PLTU
(pembangkit listrik tenaga uap).

3. Sub-bituminous
sub-bituminous merupakan jenis batubara yang sedikit lebih tua dari lignite namun masih
sedikit lunak. Sehingga belum bisa disebut batubara sempurna. Sub-bituminous memiliki
warna cokelat kehitaman dengan kadar air yang masih tinggi namun lebih rendah
dibandingkan lignite.
Jenis batubara ini hanya memiliki 40 - 60 % karbon dan kandungan energinya 19 - 26
MJ/Kg. Meskipun memiliki sedikit karbon, sub-bituminous memiliki tekstur lebih padat
daripada lignite sehingga berat jenisnya juga lebih berat dibandingkan lignite. Hal itulah
yang menyebabkan sub-bituminous memiliki energi lebih banyak.

4. Bituminous coal
Bituminous coal adalah jenis batubara berwarna hitam yang paling banyak digunakan
pada industri dan PLTU. Jenis batubara ini memiliki kualitas jauh lebih baik dari lignite.

Batubara ini terbentuk dari jenis sebelumnya, yakni sub-bituminous coal yang semakin
dalam dan semakin lama tertimbun, sehingga tekstur batubara menjadi keras dan
warnanya menjadi lebih hitam.

Kandungan karbonya sendiri mencapai 80% dari total beratnya, selain karbon bituminous
coal juga terususun dari material hidrogen, sulfur, nitrogen dan air.

Karakteristik bituminous coal antara lain ;

Fixed karbon sekitar 60 - 80%


Kandungan debu sekitar 6 - 12 %
Energi yang dihasilkan mencapai 35 MJ/Kg

5. Antrasit
Batubara antrasit adalah jenis batubara keras yang berwarna hitam mengkilat, secara fisik
memang hampir sama seperti bitumonous coal tapi antrasit memiliki tekstur lebih padat,
mengkilat dan lebih sedikit debunya.

Secara umum, antrasit adalah jenis batubara dengan grade tertinggi karena dari semua
jenis batubara tipe inilah yang memiliki kandungan carbon yang paling banyak, sehingga
energi yang dihasilkan juga jauh lebih banyak dari jenis bituminous coal.

Karekteristik antrasit antara lain ;

Berwarna hitam pekat


Kandungan fixed karbon diatas 80%
Sedikit mengandung bahan pengotor
Energi yang dihasilkan diatas 35 MJ/Kg
Lebih sulit terbakar
Asap pembakaran cenderung lebih bersih
Meski ini merupakan grade batubara terbaik, penggunaan antrasit pada skala industri
cukup jarang. Hal itu dikarenakan jumlah antrasit pada alam itu lebih sedikit dan biaya
produksi yang mahal sehingga harganya juga akan sangat mahal.

POTENSI BATUBARA KABUPATEN JAYAPURA


Perhitungan sumberdaya batubara berdasarkan pada penyebaran kearah lateral
yang didapatkan dari korelasi beberapa singkapan yang diamati selama
peninjauan lapangan dan rekonstruksi yang dilakukan di daerah penyelidikan
kabupaten jayapura serta dengan memperhatikan kriteria-kriteria geologi seperti
yang terdapat dalam SNI.
Dari hasil pengamatan data singkapan dan korelasi data di daerah kabupaten
jayapura dimana data dikelompokan menurut kedudukannya (Arah jurus dan
kemiringannya) dapat dihitung sumberdaya batubara (Untuk mempermudah
perhitungan dibagi dalam beberapa blok perhitungan). Dengan melihat pada
kerapatan data di daerah inventarisasi dibandingkan luas daerah sebaran batubara
serta dengan memperhitungkan kompleksitas struktur geologi di daerah kabupaten
jayapura maka sumberdaya batubara di daerah ini dapat dikelompokan sebagai
sumberdaya tereka ( SNI).
Semua hasil perhitungan sumberdaya batubara dihitung per lapisan yang dibatasi
oleh parameter-parameter geologi meliputi ; Struktur geologi dan kemiringan
lapisan batubara. Hasil perhitungan menunjukan sumberdaya batubara di daerah
inventarisasi sebanyak : 2.160.535,5 Ton.
BATUBARA ONROF
Lapisan ini ditemukan pada lokasi singkap di sekitar daerah Onrof dengan
panjang sebaran 3.500m.  tebal rata-rata 1,00m, kemiringan berkisar antara 200-
220. Lapisan ini dicirikan oleh batubara, hitam-kecoklatan, kusam, mengandung
banyak pyrite dan resin yang tersebar di seluruh lapisan.  Pengapit atas dari
lapisan ini adalah lempung kelabu tua kehitaman dengan lensa-lensa batupasir
halus pada beberapa tempat. 
Lapisan pengapit bawah adalah batu lempung kelabu tua kehitaman dengan lensa-
lensa batupasir halus.  Kemenerusan (kontinuitas) lateral dari lapisan ini tidak
begitu baik dimana pada beberapa tempat lapisan ini menghilang dan terpotong
oleh lapisan batu pasir.  Dari sifat kemenerusan yang tidak baik (diskontinue)
maka lapisan  ini diperkirakan merupakan lensa-lensa batubara yang merupakan
sisipan pada batu lempung. 
Sisipan Batubara yang di jumpai pada daerah penelitian dalam bentuk Lignit dan
Subbituminous yang tersisipkan dalam singkapan batu lempung.
LOKASI DAN KESAMPAIAN DAERAH
Secara administratif, lokasi penelitian terletak pada wilayah di administrasi
kecamatan nimboran dan kecamatan kentuk greisi Kabupaten Jayapura provinsi
papua. Secara astronomis, lokasi penelitian terletak pada koordinat 140’05’00”-14
020’00” bujur timur dan 0230’00”-0245’00” lintang
selatan dan dengan luas areal penelitian lebih kurang 50.000 hektar. Kesampaian
daerah penelitian adalah dapat ditempuh dengan kendaraan beroda dua dan beroda
empat selama lebih kurang enam jam ke arah barat dari Kota
Jayapura.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai