Anda di halaman 1dari 7

KULIAH TEKNOLOGI BATUBARA

RESUME
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) DI PULAU
JAWA PLTU SURALAYA

Dibuat oleh :

1. Ibnu Sucipto (10070115001)


2. Farid Cahya Gilang (10070115023)
3. Gita Ashari Pratama (10070115026)
4. Arijuddin Gifari (10070114007)
Kelas : A – Teknik Pertambangan

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
1440 H / 2018 M
A. Pengertian dan Perkembangan PLTU di Indonesia
Pembangkit Listrik Tenaga Uap atau biasa yang disingkat PLTU
merupakan pembangkit yang mengandalkan energi kinetik dari uap untuk
menghasilkan energi listrik. Bentuk utama pembangkit listrik jenis ini adalah
generator yang dihubungkan ke turbin dimana untuk memutar turbin diperlukan
energi kinetik dari uap panas atau kering. Pembangkit listrik tenaga uap
menggunakan berbagai macam bahan bakar terutama batu-bara dan bahan
bakar minyak serta MFO untuk start awal.
Ketika kapasitas PLTU sudah mencapai 400 MW maka bahan bakarnya
sudah tidak menggunakan minyak bumi lagi melainkan batubara. Batubara yang
dipakai secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yaitu batubara berkualitas
tinggi dan batubara berkualitas rendah. Bila batubara yang dipakai kualitasnya
tinggi maka akan sedikit sekali menghasilkan unsur berbahaya, sehingga tidak
begitu mencemari lingkungan. Sedangkan bila batubara yang dipakai mutunya
rendah maka akan banyak menghasilkan unsur berbahaya seperti Sulfur,
Nitrogen dan Sodium. Apalagi bila pembakarannya tidak sempurna maka akan
dihasilkan pula unsur beracun seperti CO, akibatnya daya guna menjadi rendah.
Banyaknya pemakaian batubara tentunya akan menentukan besarnya
biaya pembangunan PLTU. Harga batu bara itu sendiri ditentukan oleh nilai
panasnya (Kcal/Kg), artinya bila nilai panas tetap maka harga akan turun 1%
pertahun. Sedang nilai panas ditentukan oleh kandungan zat SOx yaitu suatu zat
yang beracun, jadi pada pembangkit harus dilengkapi alat penghisap SOx. Hal
inilah yang menyebabkan biaya PLTU Batu bara lebih tinggi sampai 20% dari
pada PLTU minyak bumi. Bila batu bara yang digunakan rendah kandungan
SOx-nya maka pembangkit tidak perlu dilengkapi oleh alat penghisap SOx
dengan demikian harga PLTU batu bara bisa lebih murah. Keunggulan
pembangkit ini adalah bahan bakarnya lebih murah harganya dari minyak dan
cadangannya tersedia dalam jumlah besar serta tersebar di seluruh Indonesia.

B. PLTU Suralaya
PLTU Suralaya merupakan pembangkit listrik tenaga uap terbesar di
ASEAN dengan kapasitas total sebesar 3400 MW. PLTU Suralaya dimiliki oleh
anak perusahaan PT.PLN (persero) yaitu PT.Indonesia Power. PLTU Suralaya
sendiri memiliki 7 unit pembangkit, yaitu pada unit 1-4 memiliki kapasitas
sebesar 4x400 MW sedangkan unit 5-7 memiliki kapasitas sebesar 3x600 MW.
Sekarang sudah ada unit yang baru yaitu unit 8, tetapi bukan milik PT. Indonesia
Power melainkan PT.PLN (persero). PLTU Suralaya dulu mensuplai 30%
kebutuhan listrik nasional. Tetapi sekarang mensupali 20% kebutuhan listrik
nasional dikarenakan sudah banyak pembangkit-pembangkit yang dibangun di
Indonesia.
Proses pembangunannya sendiri dimulai pada tahun 1980. Membangun
PLTU dibutuhkan waktu kurang lebih 3 tahun dan membutuhkan modal yang
besar dengan pengembalian modal yang lama. Dalam pembangunannya, PLTU
Suralaya terdapat tiga tahap pembangunan. Pembangunan tahap pertama
sebesar 2x400 MW beroperasi tahun pada 1984. Tahap kedua sebesar 2x400
MW beroperasi pada tahun 1989. Dan pada tahap ketiga sebesar 3x600 MW dan
beroperasi pada tahun 1997. Jadi umur PLTU Suralaya sudah 27 tahun hampir
menginjak 30 tahun.
Umur PLTU sendiri dirancang untuk 30 tahun. Akan tetapi, dapat
beropersai lebih 30 tahun asalkan memiliki maintenance yang baik. Dan memiliki
management operation yang bagus sehingga effisiensi PLTU sendiri tetap
terjaga bahkan meningkat (retrovit). Karena pada PLTU terdapat proses
pembakaran dan memiliki suhu tinggi, biasanya daerah rawan adalah alat-alat
atau perlengkapan yang terkena panas atau efeknya yaitu boiler tube, safety
valve boiler dan hydrogen plant.
Dalam menunjang aktifitas kepembangkitan di Suralaya, dibangun empat
buah dermaga yang berguna sebagai tempat berlabuhnya kapal-kapal
pengangkut batubara dari luar Jawa. Dermaga pertama untuk kapal pengangkut
batubara bermuatan besar yaitu dengan kapasitas batubara 60 ribu ton.
Dermaga kedua untuk kapal pengangkut batubara dengan kapasitas sebesar 25
ribu ton. Dermaga tiga untuk kapal dengan kapasitas sebesar 18 ribu ton. Dan
dermaga empat dengan kapal batubara kapasitas 8 ribu ton. Batubara yang
masih dikapal diangkut dengan crane sebagai alat pemindah dari kapal ke belt
conveyor. Belt conveyor memindahkan batubara ke area stock batubara ataupun
ke unit.
Tabel 1
Kualitas batubara Eosen dan Miosen dari contoh permukaan di beberapa cekungan
di Indonesia.
Umur Cekungan CV (kal/gr) Peringkat
Ombilin 6600-7000 Bituminus
Sumatera Tengah 6300-6800 Bituminus
Asam-Asam 6300-6800 Bituminus
Eosen Pasir 6100-6790 Bituminus
Barito (NC) 6000-7000 Bituminus
Barito (SH/HA) 7100-8000 Bituminus-Semiantrasit
Ketungau 6300-6900 Bituminus
Sumatera Selatan (NC) 4000-5500 Subbituminus
Sumatera Selatan (HA) 6000-8000 Bituminus-Antrasit
Bengkulu 6200-6500 Bituminus
Meulaboh 5100-5500 Subbituminus
Miosen Kutei (NC) 4950-5500 Subbituminus
Kutei (SH) 6000-7650 Bituminus
Tarakan 4800-5500 Subbituminus
Barito 4500-5500 Subbituminus
Asam-Asam 4300-4690 Subbituminus

Keterangan: NC = Normal Coalification,


SH = Structure highs,
HA = Heat affected,
CV = calorific value
Setiap harinya PLTU Suralaya menghabiskan batubara sebanyak 35 ribu
ton per harinya. Apabila ada gangguan pada bahan bakar, maksimal 8 jam
sudah dapat teratasi karena proses pembakaran PLTU membutuhkan waktu
yang lama. Untuk menjaga keberlangsungan aktifitas kepembangkitan, batubara
sudah disediakan untuk satu bulan yang akan datang yang disimpan di area
stock batubara. Gunanya untuk mencegah apabila ada gangguan pengantaran
batubara oleh kapal atau suplai dari perusahaan batubara kurang. Batubara yang
digunakan berasal dari bukit asam. PLTU Suralaya dapat menggunakan
batubara dengan nilai kalori sebesar 4200 kcal/kg s.d 5200 kcal/kg dengan
desaign optimalnya adalah sebesar 5100 kcal/kg. Adapun spesifikasi yang
dikeluarkan PT Bukit Asam yakni sebagai berikut.
Tabel 2
Spesifikasi Kualitas Batubara PT. Bukit Asam
Parameter TE 55 TE 59 TE63 TE 67 TE 70

CV (kkal/kg, adb) 5.500-5600 5.601-6.000 6.100-6.400 6.401-6.800 6.801-7.200

TM (%, ar) 23,76-29,64 23,54-29,51 19,47-28,52 13,57-20,32 9,44-15,89

IM (%, adb) 11,79-18,12 11,10-15,91 9,80-13,54 6,56-10,74 4,46-8,09

Ash (%, adb) 4,48-10.90 3,41-7,56 2,58-6,27 2,30-6.93 2,25-5,86

VM (%, adb) 36,67-40,70 38,34-42,06 39,61-42,76 39,86-42,99 40,17-41,00

FC (%, adb) 36,70-40,15 39,06-42,30 41,29-44,08 43,48-46,95 46,40-49,70

TS (%, adb) 0,12-1,01 0,08-0,94 0,53-1,87 0,21-0,93 0,17-1,18

Sumber : Laboratorium PT Bukit Asam Tanjung Enim, 2012

Keterangan : CV = Calorific Value


TM = Total Moisture
IM = Inherent Moisture
VM = Volatile Matter
FC = Fixed Carbon
TS = Total Moisture
Kenyataannya suplai batubara dari bukit asam hanya dapat memenuhi
setengah dari kebutuhan batubara di Suralaya. Oleh karena itu, dibutuhkan
suplai selain dari bukit asam bisa dari Kalimantan yaitu dari KIDECO COAL,
BERAU COAL, dan ADARO asalkan memiliki spesifikasi batubara yang hampir
sama.
Secara rinci, pasokan dari tiga perusahaan itu adalah dari Berau Coal
sebanyak 240.000 ton dengan harga CIF (Cost, Insurance and Freight) Rp
950.000 per ton. Adaro memasok tambahan 220.000 ton dengan harga CIF Rp
910.000 per ton, dan Kideco memasok 120.000 ton dengan harga CIF Rp
903.000 per ton.
Konsep dasar dari PLTU adalah batubara sebagai bahan bakar utama
harus disediakan dengan kualifikasi tertentu dan untuk jangka waktu lama.
Batubara sebagai bahan bakar PLTU, melalui perjalanan yang cukup panjang
akhirnya dimanfaatkan untuk memanaskan boiler yang berisi air (salah satu
contohnya di PLTU Suralaya, Jawa Barat) membutuhkan 1.500 ton liter air. Uap
air yang keluar dari boiler mempunyai tekanan 174kg/cm2 pada 5400.
Tabel 3
Persyaratan kualitas batubara untuk industri PLTU
1 Total moisture 23.6 %
2 Ash content 7.8 %
3 Volatile matter 30.3 %
4 High heating value 5.242 kcal/kg
5 Total sulfur 0.4 %
6 Alkali dalam abu max. 2 %
7 Hardgrove index 50 –60

Uap air yang dihasilkan dialirkan keturbin. Masing-masing turbin (di PLTU
Suralaya) di unit 1, 2, 3 dan 4 berkapasitas 400 MW , unit 5, 6 dan 7
berkapasitas 600 MW dan masing-masing turbin dihubungkan langsung dengan
generator. Tegangan listrik yang dihasilkan dinaikan dar 23.000 Volt menjadi 500
Volt, dengan menggunkan trafo sebelum disalurkan kesistem jaringan. Uap yang
sudah melalui turbin didinginkan dan dikondensasikan menjadi air didalam
kondensor sebelum dikembalikan ke boiler. Kondensor sendiri didinginkan oleh
air yang dipompakan dari air laut. Oleh sebab itu PLTU selalu dibangun didaerah
pantai.
Kondensor berfungsi untuk mengembunkan uap air yang telah digunakan
untuk memutar turbin menjadi air kondensat yang selanjutnya dipompa kembali
ke boiler untuk dipanaskan dan diubah menjadi uap air yang digunakan untuk
memutar turbin lagi (cross cycle). Sedangkan air laut yang telah digunakan
dialirkan kembali kelaut (open cycle).
Uap dialirkan keturbin yang menyebabkan turbin bergerak.Poros turbin
dihubungkan /di kopel dengan poros generator. Gerakan turbin tersebut akan
mengakibatkan pula gerakan generator sehingga dihasilkan energi listrik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Firmansyah, M. 2009 Kontrol Kualitas Batubara PT. Bukit Asam (Persero)


Tbk, Tanjung Enim.
2. Sunarijanto, dkk. 2008. Batubara. PT. Bukit Asam (Persero) Tbk : Jakarta
3. Reza. 2012. “PLTU Suryalaya”. scribd.com. Diakses 28 November 2018

Anda mungkin juga menyukai