Anda di halaman 1dari 17

Pencucian batubara dilakukan dengan memanfaatkan

perbedaan densitas relatif untuk memisahkan batubara


bersih dari shale yang berkadar abu tinggi. Densitas
relatif adalah perbandingan densitas suatu benda
dengan densitas air, misal densitas relatif batubara
adalah 1,4 (tanpa satuan), karena densitas air 1 gr/cm3.

Adanya hubungan antara densitas relatif dengan kadar


abu membuat pengendalian densitas relatif di dalam
operasi pencucian akan dapat mempertahankan
batubara bersih dengan kadar abu tertentu, sehingga
nilai kalor, sulfur dan sifat-sifat penting lainnya juga
dapat ditentukan.
 Sebelum dilakukan pencucian terhadap suatu
batubara kotor, harus diketahui distribusi densitas
relatif, artinya harus diketahui berapa bagian dari
batubara kotor tersebut merupakan batubara dengan
densitas relatif rendah, menengah, tinggi, dan kadar
abu dari setiap fraksi densitasnya. Jika data ini
tersedia maka sistem pencucian batubara dapat
ditentukan. Berat batubara bersih, middling,
pengotornya,dan kadar abu masing-masing produk ini
dapat diperkirakan.

 Metode untuk mendapatkan data distribusi densitas


relatif dan kadar abu batubara disebut karakteristik
ketercucian (washability), dan pengujiannya dikenal
sebagai analisis uji endap-apung.
 Batubara yang baru ditambang tidak hanya terdiri dari
batubara bersih dan shale. Batubara juga mengandung
partikel yang memiliki densitas relatif antara 1,4
sampai 2,4 dan bahkan ada yang lebih kecil dari 1,4
dan lebih besar dari 2,4. Contohnya, pirit memiliki
densitas relatif sekitar 5.

 Jika sejumlah partikel diambil dari batubara kemudian


ditentukan densitas relatifnya dan dianalisis kadar
abunya. Umumnya partikel yang densitas relatifnya
kecil akan memiliki kadar abu yang rendah, sedangkan
partikel yang densitas relatifnya tinggi memiliki kadar
abu yang tinggi pula. Partikel middling memiliki
densitas relatif yang berada di tengah-tengah, dan
kadar abunya lebih besar dari kadar abu batubara
bersih tetapi lebih kecil dari kadar abu shale.

 Bila densitas relatif meningkat, kadar abu juga akan


meningkat.
 Semua benda yang memiliki densitas lebih rendah dari
air (kurang dari 1) akan terapung, sedangkan yang
memiliki densitas lebih besar dari 1 akan tenggelam di
dalam air.

 Prinsip dasar ini dipakai dalam operasi pencucian


batubara di mana batubara diusahakan terapung di
dalam suatu fluida sedang pengotornya diusahakan
tenggelam. Artinya densitas fluida yang digunakan
haruslah terletak di antara densitas batubara dan
densitas pengotornya.
 Analisis uji endap-apung biasanya terapkan untuk
percontoh batubara yang berasal dari :
* batubara yang baru ditambang untuk umpan pabrik
* setiap produk yang keluar pabrik
* bahan pengotor yang keluar dari pabrik
* batubara yang telah diremuk dari inti bor
* batubara yang diambil langsung dari lapisannya
 Proses sink and float adalah salah satu pemisahan
antara mineral berharga dengan mineral tidak
berharga dengan mendasarkan pada perbedaan
berat jenis (densitas) antara mineral-mineral yang
akan dipisahkan dengan densitas suatu media.
Selain berdasarkan pada perbedaan densitas,
ukuran partikel dan kekentalan (viskositas)
mediapun akan mempengaruhi terhadap waktu dan
kecepatan jatuh partikel di dalam proses
pemisahan.

 Tujuan dari proses ini adalah selain untuk


menentukan densitas media pemisah, juga untuk
mengevaluasi efisiensi dari pada alat pemisah
dalam suatu proses pemisahan, sehingga baik
buruknya suatu proses pemisahan akan dapat
diketahui.
 Pekerjaan preparasi perconto harus dilakukan secara
hati-hati sesuai dengan aturan-aturan yang telah
ditentukan, agar diperoleh perconto yang dapat
mewakili dari unit perconto secara keseluruhan.
 Preparasi perconto tergantung pada analisis yang
akan dilakukan. Preparasi dapat terdiri dari
peremukan, pengayakan dan pengeringan batubara.
Perconto yang akan digunakan untuk analisis sink
and float biasanya disiapkan dalam keadaan kering.
Bila perconto dalam jumlah yang besar, yaitu melebihi
dari jumlah perconto yang diperlukan untuk analisis,
maka harus dilakukan pembagian perconto dengan
cara coning and quatering.
 Sebelum melakukan uji endap apung, harus
ditentukan terlebih dahulu fraksi ukuran yang akan
diuji dan densitas relatif yang akan digunakan.
 Selannjutnya apakah pengujian akan dimulai dari
cairan dengan densitas relatif terendah atau
tertinggi. Pilihan ini sangat tergantung pada
densitas relatif yang akan dipakai untuk membuang
sebagian besar material pada tahap awal.
 Perconto batubara yang kotor yang mengandung
sedikit shale sebaiknya diuji dengan memakai
densitas relatif mulai dari yang terendah sampai
yang tertinggi. Sebaliknya jika yang akan diuji
adalah perconto dengan sebagian besar
mengandung shale, sebaiknya dimulai dari densitas
yeng tertinggi.
 Dalam melakukan uji endap apung batubara,
metode yang digunakan adalah memasukan
perconto batubara ke dalam serangkaian media
yang densitas relatifnya berlainan secara berurutan
dan mengamati apakah batubara tersebut dapat
terapung atau tenggelam.
 Media yang akan digunakan merupakan cairan berat
dalam suatu range density dengan perbedaan
densitas relatif secara bertahap. Jarak dan
besarnya interval densitas relatif ditentukan sesuai
dengan yang diperlukan. Biasanya besar interval
adalah 0,05 pada selang densitas relatif 1,30 – 1,70.
Dengan jarak interval tersebut, batubara akan
mengalami keterapungan dan ketenggelaman.
 Cairan yang digunakan untuk uji endap apung disebut
sebagai media.
 Media yang digunakan adalah :
perchloro ethylene (densitas relatif sekitar 1,61),
solar (0,83) dan bromoform (2,89). Untuk
mendapatkan cairan dengan densitas relatif yang
diinginkan, maka dilakukan pencampuran dari larutan
diatas dengan perbandingan yang tepat. Campuran
antara perchloro ethylene dan solar dilakukan untuk
mendapatkan densitas relatif antara 1,3 – 1,6. Cairan
dengan densitas relatif 1,7 – 1,8 dapat disiapkan
dengan mencampur bromoform dan perchloro
ethylene.
 Untuk mengukur densitas suatu cairan digunakan
alat hydrometer.
 Waktu yang diperlukan untuk uji endap apung
tergantung dari kecepatan pengendapan partikel di
dalam suatu media. Kecepatan pengendapan
suatu partikel secara umum dipengaruhi oleh
beberapa parameter, yaitu : diameter partikel,
densitas partikel, densitas media, dan viskositas
media.
Diameter partikel
Bila parameter yang lain seperti densitas partikel,
densitas media dan viskositas media besarnya
sama, maka semakin besar ukuran diameter
partikel akan semakin besar pula kecepatan
pengendapannya, sehingga waktu yang
diperlukan untuk pengendapan akan lebih cepat
a) Sampel dikeringkan dengan suhu kurang dari 35oC
sampai tidak terasa basah dan lembab.
b) Setelah itu, pertama-tama sample dimasukan ke
dalam larutan dengan berat jenis terendah, lalu
diaduk secara perlahan selama sekurang-
kurangnya 2 menit
c) Bagian terapung lalu diambil dan dibersihkan dari
larutan yang menempel, untuk kemudian
dikeringkan pada suhu kurang dari 35oC. Setelah
itu ditimbang beratnya, kemudian dianalisis untuk
mencari jumlah kandungan abunya.
d) Bagian yang tenggelam (mengendap) juga diambil
dan dibersihkan dari larutan yang menempel,
setelah itu dimasukan kedalam larutan dengan
berat jenis berikutnya (lebih besar dari yang
sebelumnya) lalu diaduk perlahan dan didiamkan.
Dari situ akan didapatkan bagian yang mengapung
dan mengendap. Bagian yang mengapung diproses
lagi dengan cara yang sama seperti diatas.

e)Bagian yang tenggelam, lagi untuk dimasukan ke


dalam larutan berikutnya dengan berat jenis yang
lebih tinggi lagi. Demikian prosedur ini diulang
sampai ke larutan dengan berat jenis tertinggi
dalam daftar. Pada larutan ini, setelah diaduk dan
didiamkan, akan terdapat pula bagian yang
mengapung dan tenggelam/mengendap. Kedua
bagian ini lalu diambil secara terpisah, dibersihkan
dari larutan yang menempel, dikeringkan,
ditimbang beratnya, lalu dianalisis untuk mencari
jumlah kandungan abunya.
f) Berat jenis dari larutan uji, setelah dipakai pada
pengujian yang berulang-ulang tentunya akan
mengalami perubahan nilai. Karena itu, perlu
dilakukan pengecekan dengan densimeter (alat
ukur berat jenis).

g) Bila sample uji banyak mengandung komponen


yang memiliki berat jenis tinggi, maka setelah
diproses dengan larutan uji dengan berat jenis
terendah, akan lebih baik seandainya kemudian
urutannya dirubah sehingga menjadi dari larutan uji
dengan berat jenis tertinggi terlebih dahulu.
 Pada akhir uji endap apung diperoleh satu seri fraksi
yang telah dikeringkan, mulai dari yang terapung
pada densitas relatif paling rendah sampai yang
tenggelam pada densitas relatif yang paling tinggi.

 Setiap fraksi yang sudah kering kemudian ditimbang


dan berat keseluruhannya dihitung dan dibandingkan
dengan berat total perconto sebelum diuji. Persen
berat untuk masing-masing fraksi dapat dihitung.

 Selanjutnya setiap fraksi disiapkan untuk analisis


kadar abu. Data persen berat dan kadar abu
dimasukkan ke dalam tabel.
 Studi pencucian batubara perlu dilakukan supaya batubara
yang dihasilkan dalam proses pencucian tersebut dapat lebih
menguntungkan. Pengujian mampu uji (washability test)
adalah pengujian pencucian batubara yang dilakukan untuk
menentukan sifat-sifat yang dimiliki batubara pada proses
pencucian.

 Prosedur pekerjaan yang dilakukan dalam pengujian


pencucian batubara adalah :
- pemercontohan batubara yang presentatif
- melakukan analisis ayak dari perconto yang didapat
- melakukan uji endap apung pada setiap ukuran fraksi
- menentukan kadar abu dan sulfur setiap ukuran fraksi
- menggambarkan kurva ketercucian dari data yang didapat
- interpretasi data dan kurva yang didapat
 Di dalam pencucian batubara, kurva partisi
adalah suatu metode untuk menganalisis
efisiensi pemisahan suatu alat. Metode ini
hanya berlaku untuk pencucian yang
menggunakan metode perbedaan densitas
relatif.
 Metode ini pertama kali diusulkan oleh
TROMP yang kemudian disebut kurva Tromp.
Nama lain yang sering dipakai adalah kurva
distribusi (distribution curve), kurva
kesalahan (error curve).

Anda mungkin juga menyukai