Anda di halaman 1dari 6

SUMBER BAHAN BAKAR DARI LIMBAH PADAT PADA PEMBANGKIT

LISTRIK DI PABRIK KELAPA SAWIT


I. PENDAHULUAN

Pemanfaatan limbah padat yang berasal dari hasil proses industri minyak sawit sebagai bahan
bakar sagat baik demi memenuhi kebutuhan energi listrik pada pabrik kelapa sawit (PKS).
Pemanfaatannya dijadikan bahan bakar pada boiler untuk menghasilkan energi uap untuk penggerak
turbin-generator sebagai pembangkit listrik.

Salah satu PKS swasta yang melaksanakan proses industri minyak sawit yaitu PT Asam Jawa yang
berada di Desa Pangarungan Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhan Batu Selatan Sumatera Utara.
Pada (PKS) PT. Asam Jawa ini mengolah bahan baku kelapa sawit menjadi minyak mentah sawit (CPO).
Untuk mengolah kelapa sawit tersebut menggunakan boiler sebagai pembangkit listrik tenaga uap
(turbin-generator).Dalam proses pengolahan kelapa sawit dibutuhkan daya listrik sebesar 641,14
kW/jam sedangkan daya yang dihasilkan oleh setiap turbin uap tidak selamanya mencukupi dalam
pengolahan kelapa sawit dikarenakan produksi uap dari boiler tidak stabil (kurang). Kekurangan daya
tersebut disuplai dari genset.

Dalam paper ini akan memaparkan berapa konsumsi energi listrik pada proses pengolahan
kelapa sawit pada sebuah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dan berapa besar potensi energi yang dapat
dihasilkan dari limbah padat dari pengolahan kelapa sawit sebagai bahan bakar pada pembangkit tenaga
listrik pada PKS PT. Asam Jawa.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Limbah Padat Kelapa Sawit

Dari sisa pengolahan buah kelapa sawit menjadi minyak mentah kelapa sawit curd palm oil
(CPO) diperoleh limbah yang memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai sumber bahan bakar. Limbah
yang dimaksud adalah limbah padat yang termasuk dalam kategori biomassa. Energi biomassa limbah
padat kelapa sawit merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang dapat menjawab kebutuhan
energy

alternatif. Limbah kelapa sawit ini memiliki kandungan kalori adalah cangkang memiliki nilai
kalori 3890 kkal/kg, serabut 2309 kkal/kg, dan tankos (tandan kosong) 2250 kkal/kg. Persentasi dari hasil
pengolahan kelapa sawit di PT. Asam Jawa dapat dilihat pada gambar 1.
Dari gambar 1 dapat kita ketahui bahwa persentasi untuk limbah padat cangkang 6,4 %, serabut 14,4 %,
dan tankos (tandan kosong) 21 %.

2.2 Ketel Uap (Boiler) Pada Pabrik Kelapa Sawit

Dalam pabrik kelapa sawit ketel uap (Boiler) merupakan jantung dari sebuah pabrik kelapa
sawit. Dimana, ketel uap ini lah yang menjadi sumber tenaga dan sumber uap yang akan dipakai untuk
mengolah kelapa sawit. Ketel uap merupakan suatu alat konversi energi yang merubah air menjadi uap
dengan cara pemanasan dan panas yang dibutuhkan air untuk penguapan diperoleh dari pembakaran
bahan bakar pada ruang bakar ketel uap.

Sebagian besar ketel uap yang digunakan pada pabrik kelapa sawit adalah ketel uap yang
menghasilkan uap superheated, dimana uap ini digunakan pertama kali untuk memutar turbin sebagai
pembangkit tenaga listrik kemudian sisa uap dari pembangkit yang disebut kondensat digunakan sebagai
pemanasan TBS pada sterilizer.

Menurut jenisnya ketel uap terbagi menjadi 2 bagian yaitu, ketel pipa air dan ketel pipa api.
Ketel yang digunakan pada pabrik kelapa sawit PT. Asam Jawa adalah adalah ketel pipa api, maksudnya
adalah api berada didalam pipa memanskan air yang berada diluar pipa.

2.3 Proses Konversi Energi Limbah Padat Kelapa Sawit

Untuk memperoleh energi listrik terdapat tahapan-tahapan dari sumber bahan bakar menjadi
energi listrik. Dari Gambar 2 terlihat bahwa cangkang dan serabut dimasukkan ke dalam ruang bakar
digunakan sebagai bahan bakar untuk memanaskan ketel uap sehingga menghasilkan uap yang
betekanan tingggi.

Ketel uap yang digunakan dalam proses pembakaran limbah ini adalah tipe khusus yang
menggunakan sistem grate. Berbeda dengan bahan bakar lain yang tidak menggunakan sistem grate.
Cangkang dan serabut ini dalam penggunaannya menggunakan 25% cangkang dan serabut 75%, hal ini
dikarenakan spesifikasi boiler.

Bila penggunaannya tidak sesuai maka akan merusak grate-nya. Setelah dari pembakaran
cangkang dan serabut akan memanaskan air sehingga menghasilkan uap. Uap yang bertekanan tinggi
dari boiler (20 kg/cm2 280 C0 ) mengalir melalui nozzle yang sekalius mengurangi tekanan uap sampai
menjadi bertekanan (19 kg/cm2 260 C0 ) diatur dengan efisiensi 85%. Poros turbin berputar dengan
kecepatan yang cukup tinggi direduksi kecepatan putarnya oleh reduction gear yang dipasang antara
turbin dan generator sehingga diperoleh sinkronissi kecepatan anatara turbin dan generator. Dan
karena generator berputar maka akan menimbulkan medan magnet listrik sehingga akan
membangkitkan tenaga listrik
Gambar 3. Proses konversi limbah padat menjadi energi listrik dan energi uap panas (kalor)

2.4 Energi Listrik

Energi merupakan hal yang terpenting dalam suatu industri, termasuk industri pertanian. Dalam
kegiatan usaha industri diperlukan input produksi pada tiap-tiap tahapan proses. Energi yang sering
digunakan dalam bidang industri adalah energi listrik. Hal ini dikarenakan energi listrik memilki
keunggulan sebagai seperti mudah memindahkannya, mudah dalam instalasinya, mudah
menggunakannya, mudah dalam pengaturannya.

Secara umum energi listrik didekati dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

Dimana :

EL = Energi Listrik (kJ/kg)

P = Daya peralatan/motor (kW) Efm = Faktor Efisiensi (%)

PF = Faktor Daya (%)

M = Kapasitas produksi (kg/jam)

Sedangkan untuk menghitung daya listrik (fasa tiga) digunakan rumus:

Dimana:

P = Daya listrik (kW)

V = Tegangan (volt)

I = Arus (ampere) Cos φ = Faktor daya


III. METODOLOGI

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan melakukan pengumpulan data-data dari
lapangan dan analisis data untuk mendapatkan kesimpulan.

3.1 Metode Pengumpulan Data

Dalam peaksanaan penelitian ini, dilakukan pengumpulan data lapangan dalam bentuk survey.
Data lapangan berupa data produksi pabrik PKS PT. Asam Jawa berupa data produksi rata-rata berupa
persentasi hasil produksi dan neraca bahan diambil untuk melihat jumlah limbah yang dihasilkan
khususnya data limbah padat biomassa yaitu tandan kosong, cangkang dan serabut.

3.2 Metode Analisis Data

Dari data kuantitatif yang dihasilkan dari data kinerja pabrik, selanjutnya dianalisisi secara
kuantitatif untuk mendapatkan nilai potensi energi listrik yang dapat dibangkitkan dari limbah biomassa
yang dihasilkan oleh PKS. Analisis yang dilakukan adalah analisis ketersediaan bahan bakar untuk
pembangkit listrik dari biomassa. Analisis kedua adalah analisis potensi energi yang dihasilkan dari
limbah biomassa.

Selanjutnya dengan menggunakan data hasil analisis ketersediaan bahan bakar, dilakukan
analisis potensi energi yang dapat dibangkitkan dengan bahan bakar yang tersedia dari dua pabrik
kelapa sawit.

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit Sebagai Bahan Bakar

PKS PT. Asam Jawa mempunyai kapasitas pengolahan pabrik sebesar 60 ton TBS/jam yang
terdiri dari dua line. Bahan bakar yang dihasilkan dari limbah padat kelapa sawit (LPKS) berupa
cangkang, serabut, dan tankos (tandan kosong). Namun yang dimanfaatkan menjadi bahan bakar boiler
hanya cangkang dan serabut.

Untuk mengetahui jumlah potensi limbah padat kelapa sawit (LPKS) menjadi bahan bakar boiler
pada PLTU di PKS diuraikan perhitungan sebagai berikut:

1. Perhitungan ketersediaan bahan bakar cangkang

Produksi = 30.000 Kg TBS/jam x 6,4 %

= 1.920 Kg/jam

Untuk 2 line maka produksi ketersediaan bahan bakar cangkang menjadi 3.840 Kg/jam

2. Perhitungan ketersediaan bahan bakar serabut

Produksi = 30.000 Kg TBS/jam x 14,4 %


= 4.320 Kg/jam

Untuk 2 line maka produksi ketersediaan bahan bakar cangkang menjadi 8640 Kg/jam

Maka, total ketersediaan bahan bahan bakar cangkang dan serabut adalah :

Biomassa = Cangkang + Serabut

= 3.840 Kg/jam + 8.640 Kg/jam

= 12.480 Kg/jam

Dari perhitungan di atas dapat dikatakan jumlah bahwa potensi produksi limbah padat kelapa
sawit cukup besar. Dengan kapasitas olah pabrik 60 ton (30.000 kg TBS/jam) dihasilkan limbah padat
kelapa sawit (LPKS) cangkang sebesar 3840 kg/jam dan serabut sebesar 8640 kg/jam. Maka, total
ketersediaan bahan bahan bakar cangkang dan serabut sebesar 12480 kg/jam.

Kebutuhan bahan bakar boiler dapat dihitung sebagai berikut:

Diketahui :

Kapasitas uap boiler (Mu) = 45.000 kg Uap/jam

Efesiensi teknis boiler (%) = 85 %

Nilai kalor cangkang (NK) = 3890 kkal/kg

Nilai kalor serabut (NK) = 2309 kkal/kg

∆ Entalpi = 620,87 kkal/kg

Perhitungan :

a. Komposisi antara cangkang dan serabut dalam 1 kg bahan umpan boiler yaitu 25 % : 75 % atau 1 : 3.
Maka nilai kalor bahan bakar umpan yaitu : = (0,25 x 3890) + (0,75 x 2309) = 2704,25 kkal/kg

b. Kebutuhan bahan bakar boiler:


Dengan komposisi yaitu:

 Cangkang = 0,25 x 10.804,26 kg/jam


= 2701,065 kg/jam
 Serabut = 0,75 x 10.804,26 kg/jam
= 8103,195 kg/jam
c. Sisa bahan bakar (ketersediaan – kebutuhan)
 Sisa bahan bakar = 12.480 - 10.804,26
= 1675,74 kg/jam - Cangkang = 3.840 – 2701,065 kg/jam = 1.138,935 kg/jam -
Serabut = 8.640 - 8103,195 kg/jam = 536,805 kg/jam Perbedaan jumlah kebutuhan bahan bakar
boiler dengan bahan bakar yang dihasilkan mengakibatkan adanya sisa bahan bakar cangkang dan
serabut. Dan ini bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan energi lainnya seperti misalnya dipasarkan
untuk memenuhi kebutuhan energi listrik di luar PKS itu sendiri.

a. Stasiun penerimaan buah & perebusan

b. Stasiun penebahan

c. Stasiun pengempaan

d. Stasiun pemurnian minyak

e. Stasiun pengolahan biji

2. Perhitungan daya listrik terukur pada kegiatan sarana pendukung a. Penyediaan Energi

b. Penyediaan air

Anda mungkin juga menyukai