Anda di halaman 1dari 9

PLTGU MUARA KARANG

Disusun Guna Memenuhi UAS Mata Kuliah Utilitas:


Bahan Bakar, Penggerak Mula dan Teknik Tenaga Listrik

Dosen Pengampu:
Dr. Sunu Herwi Pranolo, S.T., M.Sc.

Disusun oleh:
Muhammad Rizki Murdowo I0518063
Yunita Aprilia I0518091

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2021
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang PLTGU Muara Karang


Menurut data statistik ketenagalistrikan tahun 2017 dari kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral, jenis pembangkit listrik di Indonesia di dominasi oleh pembangkit
listrik tenaga uap (PLTU) dengan jumlah kapasitas terpasang sebesar 30.208,23 MW yang
diikuti oleh pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) dengan kapasitas terpasang
10,146.11 MW.

Pusat Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) adalah kombinasi antara PLTG dan
PLTU, dimana PLTG adalah pembangkit listrik yang menggunakan gas alam/bahan bakar
minyak untuk menggerakan turbin gas yang dikopel dengan generator, sehingga generator
tersebut dapat menghasilkan energi listrik. Untuk memanfaatkan gas buang yang berasal dari
turbin gas pada PLTG maka gas buang dialirkan untuk memanaskan air di HRSG (Heat
Recovery Steam Genarator) sehingga menjadi uap jenuh kering. Uap jenuh kering inilah
yang akan digunakan untuk memutar turbin yang dikopel dengan generator. Kombinasi
inilah yang disebut dengan PLTGU. Turbin gas membutuhkan bahan bakar yang banyak
macammya, misalnya menggunakan HSD, PHE atau LNG.

Tantangan utama dalam PLTGU atau pembangkit listrik dengan siklus kombinasi
adalah pemanfaatan dari gas buang yang tepat dalam pembangkitan uap untuk memperoleh
hasil output siklus uap yang optimal. Dari segi biaya investasi pembangkit siklus kombinasi
juga sangat dipertimbangkan karena modal untuk pembangkit listrik Tenaga uap, lebih
mahal hingga mencapai angka 50% -nya dibandingkan dengan modal penambahan generator
uap pada pembangkit listrik tenaga gas (PLTG), yang memanfaatkan kembail gas buang
turbin bersuhu tinggi untuk membangkitkan uap panas bertekanan dengan Heat Recovery
Steam Generator (HRSG).

Unit Pembangkit (UP) Muara Karang yang terdiri dari, PLTU dan PLTGU Muara
Karang. Lokasi PLTU Mura Karang terletak di sebelah timur muara sungai Karang, yang
sekaligus sebagai kantor pusat. PLTU Muara Karang dibangun di atas tanah seluas ± 41,5
hektar, yang terdiri dari ± 12 hektar untuk bangunan sentral, dan ± 29,5 hektar untuk sarana
penunjang, seperti gedung, perumahan operator, dan lain-lain. Pusat Listrik Tenaga Uap dan
Gas (PLTGU) Muara Karang terletak di sebelah barat muara sungai Karang, Pluit-Jakarta.

2. Tujuan Penyusunan laporan


a. Mengetahui latar belakang PLTGU Muara Karang
b. Mengetahui Bahan bakar yang digunakan oleh PLTGU Muara karang
c. Mengetahui Kebutuhan Spesifik Bahan bakar pada PLTGU Muara Karang
d. Mengetahui Sistem Kelistrikan PLTGU Muara Karang
BAB II
PEMBAHASAN

1. System penyediaan bahan bakar


Minyak Residu (MFO) sebagai bahan bakar utama PLTU Muara Karang, yang
dipasok melalui kapal tanker yang berlabuh di pelabuhan minyak PLTU Muara Karang,
sejauh ± 4 Km dari pantai, melalui saluran pipa dasar laut. Untuk memasok bahan bakar
tersebut disediakan 3 buah tanki dengan kapasitas 2 x 19.000 Kl, 1 x 23.000 Kl,serta tanki
HSD dengan kapasitas 2 x 250 KL, yang dipergumakan sebagai alat penunjang. PLTU
Muara Karang unit 1, 2, dan 3 beroperasi menggunakan siklus rankine sederhana (non-
reheat) yang memiliki heat reat sebesar 2.170 KCAL/KWH, sedangkan unit 4 dan 5
beroperasi menggunakan siklus rankine reheat dengan heat reat sebesar 2.002 KCAL/KWH.
Apabila PLTU berproduksi dengan beban harian harian ± 80 % akan menghabiskan bahan
bakar minyak ± 2.533 ton/hari Secara keseluruhan, untuk menghasilkan energi listrik
sebesar 7.900 GWh pertahun, membutuhkan:

1. Bahan bakar gas sebanyak ± 52.300 MMSF.


2. Bahan bakar MFO sebanyak ± 480.400 Kl.
3. Bahan bakar HSD sebanyak ± 180.000 Kl.
2. Proses Produksi
Dalam Proses Pruduksi energi listrik, PLTGU Muara Karang menggunakan sistem
salinan (Combine Cycle) yang peralatan utama terdiri dari :

1. Turbin Gas, diawali dengan menjalankan motor starter (Penggerak Mula) memutar
Kompresor untuk memampatkan udara pada ruang bakar diinjeksikan bahan bakar gas
bumi atau HSD, kemudian dinyalakan dengan Igniter (untuk awal pembakaran) maka
terjadilah pembakaran di ruang bakar. Hasil pembakaran yang berupa gas bertekanan
tinggi yang mampu memutar turbin. Setelah itu, Kompresor dari Generator secara
otomatis memutuskan putaran pada motor starter pada putaran 2100 rpm. Putaran turbin
kompresor terus naik sampai 3000 rpm (full speed to load), selanjutnya generator
menghasilkan energi listrik untuk diparalelkan dengan jaringan interkoneksi Jawa Bali.
2. HRSG, Gas buang dari turbin Gas (dengan temperatur diatas 500 oC) dialirkan melalui
HRSG sehingga menghasilkan uap tekanan tinggi dan tekanan uap rendah. Proses
pemanasan air di HRSG ini tidak menggunakan bahan bakar tambahan, jadi semata-
mata menggunakan gas buang dari turbin gas.
3. Turbin Uap, Uap hasil produksi Ketel/HRSG digunakan untuk menggerakan turbin
uap, uap dari saluran tekanan tinggi masuk ke turbin tekanan tinggi (HP) selanjutnya
bersama-sama uap dari saluran tekanan rendah masuk kedalam turbin tekanan rendah
(IP) dan di kondensasikan di kondensor. Air kondensor dipanaskan kembali ke
ketel/HRSG sehingga kembali terbentuk uap untuk memutar turbin. Energi mekanik
turbin digunakan untuk memutar generator dan menghasilkan energi listrik kemudian di
paralelkan dengan jaringan interkoneksi Jawa-Bali. Proses ini mengkombinasikan
Turbin Gas dengan sistem Turbin Uap.
3. Daya terpasang
PT PJB UP Muara Karang saat ini terdiri dari 3 Blok yaitu:
 Blok 1, merupakan PLTGU (Combined cycle) dengan kapasitas total 508 MW.
Mempunyai konfigurasi 3-3-1. Gas turbine produk dari GE (General Electric)
 Blok 2, merupakan PLTGU (Combined cycle) dengan kapasitas total 850 MW.
Mempunyai konfigurasi 2-2-3. Gas turbine produk dari Mitsubishi
 PLTU 45, merupakan PLTU berbahan bakar gas dengan kapasitas 2x200 MW. PLTU
ini juga produk dari Mitsubishi
Unit pembangkit (UP) Muara Karang mampu memproduksi energi listrik sebesar
7900 GWh pertahun yang disalurkan melalui Jaringan Transmisi Tegangan Tinggi (JTTT)
150 KV yang sebagian besar di utamakan untuk mensuplai kebutuhan listrik Ibu Kota
Jakarta, terutama daerah VVIP, seperrti: Istana Presiden dan Gedung MPR/DPR, serta
keperluan publik lainnya. Kebutuhan ini dapat dipenuhi oleh PLTGU Muara Karang yang
mempunyai daya terpasang 500 MW serta PLTU Muara Karang yang mempunyai daya
terpasang masing-masing 100 MW untuk unit 1, 2, dan 3 serta masing-masing 200 mw
untuk unit 4, dan 5.
4. System penyaluran tenaga listrik

Tenaga listrik dari PLTU Muara Karang disalurkan melalui kabel udara 150 KV ke
gardu induk Angke, gardu induk Duri Kosambi dan melalui kabel bawah tanah 150 KV ke
gardu indiuk Budi Kemuliaan yang diteruskan untuk pemakaian di Istana Presiden dan
sekitarnya. Tempat penting yang mendapatkan aliran listrik dari PLTU Muara Karang
adalah Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Gedung MPR/DPR dan sekitarnya.

Gambar 4.1 Single Line Diagram PLTGU Muara Karang Blok 1

PLTGU Muara Karang Blok 1 terdiri dari 3 unit PLTG masing-masing berkapasitas
100 MW dan 1 unit PLTU berkapasitas 150 MW. Jadi total daya terpasang untuk PLTGU
Muara Karang Blok 1 adalah sebesar 450 MW. Single line diagram diatas mencakup ketiga
unit PLTG dan PLTU Blok 1 Muara Karang

Sistem 150 kV merupakan sistem interkoneksi Duri Kosambi 1 dan Duri Kosambi 2,
dimana daya yang dihasilkan pembangkit akan masuk ke sistem ini. Tidak dapat ditentukan
beban atau konsumen mana yang akan merasakan suplai dari PLTGU Muara Karang karena
nantinya suplai ke beban akan diatur oleh Pusat Pengatur Beban. Sistem 11.5 kV adalah
tegangan keluaran dari generator. Level tegangan ini dinaikkan ke 150 kV sesuai dengan
system 150 kV yang ada di region 1, dan diturunkan ke 6.3 kV untuk pemakaian sendiri.
Sistem 6.3 kV digunakan untuk menyuplai daya ke Main Control Center (MCC) dan
menyuplai daya ke auxillary transformer. Sistem 380 V digunakan untuk menyuplai beban -
beban esensial lainnya seperti oil pump, fan, valve, fire alarm system (heat detection, smoke
detection, gas detection), fire fighting system (sprinkler, hydrant), dan lampu penerangan.

Transformator yang digunakan terdiri dari 4 jenis yaitu

 Transformator utama yang berfungsi menaikkan tegangan dari 11.5 kV ke 150 kV.
 Transformator pemakaian sendiri yang berfungsi menurunkan tegangan dari 11.5 kV ke
6.3 kV.
 Transformator eksitasi yang berfungsi menurunkan tegangan dari 11.5 kV ke 380 V
untuk memberi suplai kebutuhan - kebutuhan lain pada gedung pembangkit.
 Transformator SST yang berfungsi untuk menurunkan tegangan dari 150 kV ke 6.3 kV
untuk pemakaian sendiri.
5. Kebutuhan spesifik bahan bakar PLTGU Muara karang
Daftar Pustaka

http://pembangkit-listrik00.blogspot.com/2017/10/pt-pjb-up-muara-karang.html

Adit, Risna Setiawan. 2015. Analisis Optimisasi Pembagian Beban Dengan Menggunakan
Metode Dynamic Programming Pada Pembangkit Di Muara Karang. Universitas
Pendidikan Indonesia.

Rahman, Faisal And Santoso, Dyos And Yanto, Joni. 2020. Optimasi Heat Recovery Steam


Generator (Hrsg) Pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap Muara Karang. Undergraduate
Thesis, Sriwijaya University.

Anda mungkin juga menyukai