PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seiring kemajuan teknologi, kebutuhan akan listrik menjadi kebutuhan utama bagi
keberlangsungan hidup manusia, tidak hanya untuk skala rumah tangga terlebih untuk dunia
perindustrian. Mengingat akan hal ini, maka PT PLN (Persero) sebagai perusahaan negara yang
bertugas menyediakan kebutuhan listrik mencanangkan Program Percepatan Pembangunan
Pembangkit Listrik. Dengan dibangunnya proyek PLTU ini sekaligus memanfaatkan potensi
batubara kalori rendah dikarenakan batubara digunakan sebagai bahan bakar utama PLTU.
Dalam hal ini PLTU menggunakan batubara sebagai bahan bakar, dari penggunaan bahan bakar
batubara ini, penghematan yang bisa diperoleh dari pengurangan bahan bakar minyak (BBM)
adalah sekitar Rp 4 triliun per tahun. (Kementrian ESDM, 2007).
Konsumsi bahan bakar pembangkit listrik Perusahaan Listrik Negara (PLN), Independen
Power Producer (IPP) dan Private Power Utility (PPU) didominasi oleh bahan bakar batubara
dengan target sekitar 47% atau lebih dari 189 juta Setara Barel Minyak (SBM), kemudian
diikuti oleh bahan bakar gas dan minyak dengan target masing masing sebesar 23% atau
sebesar 92 juta SBM dan 19% (76 juta SBM), sedangkan sisanya diisi oleh hidro (8%) dan
panas bumi (4%). Pada tahun 2020 diprediksi penggunaan batubara akan tetap sangat
mendominasi bahan bakar untuk pembangkit, yaitu sebesar 60% atau sekitar 557 juta SBM
(Prambudi, 2014).
Untuk bahan bakar fosil lain, seperti gas dan minyak, akan mencapai masing-masing
14% (133 juta SBM) dan 6% (55 juta SBM). Sedangkan sisanya sebesar 20%, atau sebesar 183
juta SBM, diisi oleh bahan bakar yang berasal dari energi baru terbarukan, seperti panas bumi,
air, matahari, angin, sampah dan gasifikasi batubara. Pada tahun 2030 diproyeksikan bahwa
batubara akan tetap mendominasi dengan target sekitar 69% (1068 juta SBM). Sisanya diisi
oleh gas dan Energi Baru Terbarukan (EBT). Pada tahun 2030 tersebut, pembangkit berbahan
bakar nuklir sudah beroperasi dengan konsumsi bahan bakar nuklir sebesar 3% (46 juta SBM)
dari total bahan bakar pembangkit listrik nasional (Prambudi, 2014).
Begitu besar manfaat dari adanya PLTU bagi kehidupan manusia akan tetapi PLTU juga
menyumbang limbah ke lingkungan baik limbah dalam bentuk cair, gas dan padat. Limbah
pada PLTU perlu diupayakan pengelolaannya sesuai dengan baku mutu lingkungan agar jika
limbah yang sudah diolah ini dibuang ke lingkungan bebas tidak akan membahayakan
kehidupan lingkungan dan seisinya.
Makalah Limbah Industri Program Magister Teknik Lingkungan – Prahaya Gilang Pamungkas - 22960054 1
2. PEMBAHASAN
2.1. Definisi dan Bahan Baku PLTU
Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batubara adalah sebuah instalasi pembangkit
tenaga listrik menggunakan mesin turbin yang diputar oleh uap yang dihasilkan melalui
pembakaran batubara. PLTU batubara adalah sumber utama dari listrik dunia saat ini, sekitar
60% listrik dunia bergantung pada batubara karena biaya PLTU batubara tergolong ekonomis
(Tidja, 2016).
Pusat pembangkit listrik adalah salah satu contoh bagaimana proses konversi energi itu
terjadi. Pada dasarnya semua pembangkit mengubah energi dari satu bentuk ke bentuk lainnya.
Batubara atau minyak yang dibakar terjadi dari tumbuhan, tanaman atau organisme yang
membusuk. Tanaman pada dasarnya tumbuh pada bumi dan menyimpan energi yang diperoleh
dari matahari. Dengan berlalunya waktu dimana tanaman ini tertimbun tetapi tetap menyimpan
energinya. Proses konversi energi pada PLTU berlangsung melalui 3 tahapan, yaitu :
1. Energi kimia dalam bahan bakar diubah menjadi energi panas dalam bentuk uap
bertekanan dan bertemperatur tinggi.
2. Energi panas (uap) diubah menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran.
3. Energi mekanik diubah menjadi energi listrik.
2.2. Sistem Pembakaran dan Mekanisme Kerja pada PLTU Batu Bara
Cara kerja PLTU batubara, mula-mula batubara dari luar dialirkan kepenampung
batubara dengan conveyor, kemudian dihancurkan menggunakan pulverized fuel coal. Tepung
batubara halus kemudian dicampur dengan udara panas oleh forced draught. Dengan tekanan
yang tinggi campuran tersebut disemprotkan ke dalam boiler sehingga akan terbakar dengan
cepat dengan semburan api, kemudian air dialirkan keatas melalui pipa yang ada di dinding
boiler. Air dimasak menjadi uap kemudian uap dialirkan ke tabung boiler untuk memisahkan
uap dari air yang terbawa. Selanjutnya uap air dialirkan ke superheater yang melipat gandakan
suhu dan tekanan uap hingga mencapai suhu 500 oC dan tekanan sekitar 200 bar yang
menyebabkan pipa ikut berpijar menjadi merah. Untuk mengatur turbin mencapai set point,
dilakukan dengan mensetting steam governor valve secara manual maupun otomatis. Uap
keluaran dari turbin mempunyai suhu sedikit di atas titik didih, sehingga perlu dialirkan ke
condensor agar menjadi air yang siap untuk dimasak ulang. Sedangkan air pendingin dari
condensor akan disemprotkan kedalam cooling tower sehingga menimbulkan asap air pada
cooling tower (Tidja, 2016).
Makalah Limbah Industri Program Magister Teknik Lingkungan – Prahaya Gilang Pamungkas - 22960054 2
Air yang sudah agak dingin dipompa balik ke condensor sebagai air pendingin ulang.
Sedangkan gas buang dari boiler diisap oleh kipas penghisap agar melewati electrostatik
preciptator untuk mengurangi polusi dan gas yang sudah dipasang dibuang melalui cerobong
(Tidja, 2016). Secara garis besar berikut fungsi operasional peralatan pada PLTU berbahan
bakar batubara.
a. Boiler
Boiler adalah salah satu alat penukar panas. Dalam boiler terjadi pembakaran bahan
bakar (batu bara) (Gambar 1). Panas hasil pembakaran digunakan untuk mengubah fase air
menjadi uap. Batubara sebelum masuk keruang pembakaran (furnace) disalurkan oleh
coalfeders menuju coal pulvelizer. Temperatur dari ruang bakar furnace 10000. Proses
penggerusan batu bara terjadi di pulvelizer yang mengubah batu bara ukuran +50 mm menjadi
200 mass sebanyak minimal 70%. Penggerusan ini berfungsi untuk memaksimalkan luas
permukaan kontak pembakaran dari partikel batubara (Tidja, 2016).
Selanjutnya hasil penggerusan batu bara dihembuskan dengan udara bertemperatur
tertentu (+60 oC) menuju ruang bakar. Sedangkan untuk kesempurnaan pembakaran disistem
boiler diperlukan jumlah udara yang optimum, sehingga didapatkan energi panas hasil
pembakaran yang maksimal. Kontruksi boiler terdiri dari ribuan tube, dimana air diubah
menjadi uap lewat jenuh dengan temperatur (50 oC) dengan tekanan 170 bar sebelum masuk
ke turbin untuk menggerakan turbin (Tidja, 2016).
Makalah Limbah Industri Program Magister Teknik Lingkungan – Prahaya Gilang Pamungkas - 22960054 3
b. Turbin
Turbin (Gambar 2) berfungsi untuk mengubah energi potensial menjadi energi kinetik.
Uap hasil pembakaran hasil boiler melewati fase tekanan tinggi, akan masuk ke high pressure
turbine selanjutnya keluaran dari uap tersebut akan masuk ke sistem reheating (pemanasan
ulang) untuk menaikkan temperatur sebelum masuk ke intermedite pressure turbin lalu
hasilnya masuk ke low pressure. Uap hasil keluaran low pressure turbin langsung masuk ke
kondensor. Putaran turbin adalah 3000 rpm (Tidja, 2016).
Makalah Limbah Industri Program Magister Teknik Lingkungan – Prahaya Gilang Pamungkas - 22960054 4
d. Kondensor
Kondesor (Gambar 4) merupakan salah satu alat penukar kalor yang berfungsi untuk
membuang panas uap setelah melewati turbin sehingga berubah menjadi cair yang nantinya
dapat di sirkulasikan kembali ke boiler untuk dipanaskan kembali menjadi uap. Selain itu
kondensor juga dapat menaikkan efisiensi turbin, karena dengan mengusahakan vacuum di
dalam kondensor uap bekas dari turbin akan segera dapat keluar dan tidak memberikan reaksi
tekanan terhadap putaran turbin (Sutina, Bagus Wijaya Kusuma, & Ngurah Priambadi, 2020).
Dari keterangan prinsip kerja secara garis besar dari PLTU berbahan bakar batubara maka
skema secara lengkap untuk PLTU berbahan bakar batubara dapat dilihat pada (Gambar 5).
Makalah Limbah Industri Program Magister Teknik Lingkungan – Prahaya Gilang Pamungkas - 22960054 5
Keterangan :
1) Cooling tower; 2) Cooling water pump; 3) Transimission line 3 phase; 4) Transformer 3-
phase; 5) Generator Listrik 3-phase; 6) Low pressure turbine; 7) Boiler feed pump; 8)
Condenser; 9) Intermediate pressure turbine; 10) Steam governor valve; 11) High pressure
turbine; 12) Deaerator; 13) Feed heater; 14) Conveyor batubara; 15) Penampung batubara; 16)
Pemecah batubara; 17) Tabung Boiler; 18) Penampung abu batubara; 19) Pemanas; 20) Forced
draught fan; 21) Preheater; 22) combustion air intake; 23) Economizer; 24) Air preheater; 25)
Precipitator; 26) Induced air fan; 27) Cerobong.
Makalah Limbah Industri Program Magister Teknik Lingkungan – Prahaya Gilang Pamungkas - 22960054 6
Proses pengolahan yang terjadi yaitu proses kimia dan fisika. Air dari blowdown boiler
atau chemical cleaning dari boiler dipompakan menuju netralisasi basin. Suhu air blowdown
berkisar 50 0C. Di basin netralisasi air di aerasi dan diatur pH nya. Aerasi dilakukan dengan
tujuan untuk meningkatkan kontak antar udara dan air, sehingga terjadi proses oksidasi
senyawa kimia dan pengadukan. Pada neutralizing ini, dilakukan juga penambahan alkali dan
asam untuk memperbaiki pH. Kemudian air dipompakan ke waste water storage. Air limbah
WTP yang terkumpul di basin drainage, dipompakan juga menuju waste water storage.
Air limbah melalui mixing basin untuk diatur kembali pH nya dan aerasi untuk
meningkatkan oksigen. Bagian akhir dari mixing basin ini adalah injeksi koagulan dan flokulan
dengan pengadukan agiator. Kemudian air dialirkan ke sedimentation tank. Air akan
mengalami pengendapan karena partikel padat menjadi besar dan berat. Pada tangki
sedimentasi partikel yang besar akan terperangkap pada lamela dan terkumpul di dasar tangki
untuk kemudian partikel padat yang membentuk lumpur dipindahkan ke sludge thickener,
sedangkan overflow akan mengalir ke filter water basin sebagai umpan autobackwash filter.
Air akan melewati filter dengan bantuan tekanan dari pompa filter water lit up.
Selanjutnya air limbah tertampung pada middle water basin. Jika hasil proses belum
tercapai, pH maupun TSS nya, akan dikembalikan ke waste storage basin. Purified waste water
basin menampung overflow dari middle water basin dengan kapasitas 20 m3, dan siap
dipompakan ke basin effluent yang berdampingan dengan neutralizing basin untuk kemudian
digunakan sebagai cadangan umpan coal flusing storage (penyiraman debu batubara) dan atau
siap di kembalikan ke lingkungan.
Penanganan sludge terjadi di sludge thickener dimana cara kerjanya hampir sama dengan
tangki sedimentasi. Feed water masuk ke tangki dan akan diatur pengendapan sludgenya
dengan scrapper agar terpusat di tengah dasar tangki. Sedangkan effluent akan mengalir dari
atas melewati weir, menuju industrial waste water drainage pipe. Lumpur dipompakan menuju
membrane filter press atau plate filter untuk memisahkan padatan yang tidak larut dalam air
dan berupa lumpur dengan air, sehingga menjadi padatan dalam bentuk cake dan air. Dua
piringan lempeng ini akan menutup dengan hidrolik, kemudian dialirkan lumpur bertekanan
melewati lempeng plate. Lumpur akan tertahan di lempeng dan air akan kembali ke sludge
thickener. Ketika plate dibuka akan dihasilkan padatan lumpur (filter cake) yang siap diproses
selanjutnya.
Makalah Limbah Industri Program Magister Teknik Lingkungan – Prahaya Gilang Pamungkas - 22960054 7
WTP Waste Water
Mixing Basin
Storage Basin
Blowdown boiler
Coagulan
Basin Effluent Middle Water Filter
Basin Sedimentation
r Tank
Sludge thickener
Waste Water
Purifier
Clean Water
Makalah Limbah Industri Program Magister Teknik Lingkungan – Prahaya Gilang Pamungkas - 22960054 8
2.3.2. Pengelolaan Limbah Padat PLTU
Limbah padat yang berupa fly ash dan bottom ash (FABA) dari silo diangkut dengan
menggunakan dump truck untuk dikumpulkan di landfill. Cara kerjanya adalah dump truck
diposisikan tepat berada di bawah silo dan abu jatuh ke dalam bak dump truck. Setelah penuh,
selanjutnya abu ini dibawa dan dibuang ke tempat pembuangan abu (landfill). Dalam
pengolahan limbah abu ini akan menjalin kerjasama dengan pihak ketiga. Limbah B3 seperti
drum bekas, tong, kaleng, dan lain-lain disimpan untuk sementara waktu dalam sebuah
bangunan khusus tempat penyimpanan sementara (TPS) limbah B3. Bangunan tempat
penyimpanan limbah B3 ini harus memiliki konstruksi kokoh, pencahayaan yang baik dan
memiliki sirkulasi udara yang baik. Setiap limbah padat ini disusun berdasarkan kesamaan jenis
atau karakteristiknya, dalam waktu tertentu limbah B3 ini diambil oleh pihak ketiga untuk
dikelola lebih lanjut.
Ditumpahkan
Silo tempat penampungan
Diangkut dump truck di ash disposal
sementara FABA
(landfill)
Makalah Limbah Industri Program Magister Teknik Lingkungan – Prahaya Gilang Pamungkas - 22960054 9
Gas buang dari hasil pembakaran yang mengandung SOx dan NOx terlebih dahulu
dibersihkan dari kandungan abu terbang melalui electrostatic precipitator (EPS) dimasukkan
dalam suatu ruang untuk dilembabkan dan didinginkan menggunakan spray cooler, dengan
jumlah air tergantung pada jumlah clan spesifikasi gas buang. Selanjutnya gas buang yang
sudah bersih dan abu lebih lembab dan dingin dialirkan kedalam vessel (chamber) untuk
diiradiasi elektron, menggunakan mesin berkas. elektron agar terbentuk pasangan ion dan
radikal-radikal bebas yang akan mempercepat pembentukan reaksi asam sulfat dan asam nitrat.
Bersarnaan dengan itu sebelum terjadi proses reaksi, diinjeksikan ammoniak (NH3) yang ikut
mengalir bersama gas buang yang telah didinginkan sehingga pada saat terjadi reaksi
pembentukan asam sulfat dan asam nitrat, segera dapat ditangkap oleh ammoniak untuk
membentuk pupuk. Jumlah ammoniak yang diperlukan tentunya harus seimbang dengan
produk asam sulfat dan asam nitrat selanjutnya adalah proses pengambilan produk samping
dari proses pengolahan gas buang ini.
Gambar 9. Skema pengelolaan gas buang pada PLTU dengan MBE (Rukijatmo dan
Munawir, 2003)
Makalah Limbah Industri Program Magister Teknik Lingkungan – Prahaya Gilang Pamungkas - 22960054 10