Bila dua sistem tegangan bolak-balik (AC) akan di paralel, maka kesamaan dari lima kondisi atau parameter berikut
ini harus dipenuhi. Kondisi tersebut adalah :
1. Tegangan
2. Frekuensi
3. Perbedaan fasa (sudut fasa)
4. Urutan fasa
5. Bentuk gelombang
Dua kondisi yang terakhir merupakan konstanta yang berkaitan dengan rancang bangun dan operasinya tidak
dapat dikontrol. Sedang tiga kondisi lainnya harus dikontrol agar tegangan frekuensi dan sudut fasanya sama
sebelum dihubungkan. Proses ini disebut sebagai Mensinkronkan.
Bila pada saat CB menutup, kesamaan dari mensinkronkan sirkit generator dengan sistem tidak terpenuhi, maka
akan terjadi gangguan listrik. Tingkat gangguan ini tergantung kepada perbedaan dari kondisi yang telah ditentukan.
Antara tegangan generator (yang akan dipararel) dengan tegangan sistem jaringan harus sama besarnya (nilainya).
Untuk menyamakan, maka tegangan generator harus diatur, yaitu dengan mengatur arus eksitasinya.
Frekuensi generator dan frekuensi sistem harus sama (match). Untuk menyamakan, maka putaran generator harus
diatur, yaitu dengan cara mengatur katup governor (aliran uap masuk turbin). Jika frekuensi generator lebih tinggi
dari pada frekuensi sistem, sistem akan mengalami sentakan beban MW dari mesin, artinya mesin membangkitkan
MW. Sebaliknya jika generator frekuensinya lebih rendah dari pada sistem, mesin akan mengalami sentakan MW
dari sistem , artinya mesin menjadi motor (motorig).
Double Frequency Meter yang digunakan saat akan Paralel Generator
Sudut fasa antara generator dan sistem harus sama. Untuk menyamakannya fasa generator harus diatur, yaitu
dengan cara mengatur kecepatan generator dengan katup governor. Apabila terjadi perbedaan fasa antara generator
dengan sistem akan mengakibatkan sentakan perpindahan daya antara mesin dan sistem. Hal ini mengakibatkan
kondisi gangguan dan terjadinya sirkulasi arus antara mesin dan sistem yang besarnya ditentukan oleh perbedaan
antara keduanya.
Salah satu cara untuk mengetahui perbedaan sudut fasa dengan Metode Tiga Lampu
Di dalam penyediaan listrik, perusahaan listrik mempunyai kewajiban untuk menyediakan kualitas listrik yang stabil
kepada pelanggan. Kualitas tersebut meliputi frekuensi dan tegangan yang selau konstan. Frekuensi di Indonesia
menggunakan standard 50 Hz. Variasi frekuensi sebaiknya tidak melebihi 1 % dari 50 Hz, yaitu : 49,5 – 50,5Hz atau
2970 – 3030 Rpm.
Bila ferkuensi menyimpang dari 50 Hz , maka jam listrik dan putaran motor akan berubah sehingga untuk peralatan
yang presisi atau teliti perubahan ini dapat mengakibatkan terganggunya operasi alat. Batas waktu penyimpangan
yang diperbolehkan dan tidak menimbulkan pengaruh adalah selama 10 detik.
Jika jumlah pembangkitan MW melebihi kebutuhan pelanggan (konsumen), maka kelebihan energi ini menaikan
putaran rotor semua turbin generator yang terhubung ke sistem sehingga frekuensi naik. Sebaliknya bila kebutuhan
beban pelanggan lebih besar dari MW yang dibangkitkan , maka semua turbin generator putarannya berkurang
sehingga frekuensi nya turun .
Tegangan nominal untuk sistem tegangan rendah kepada pelanggan adalah 220 Volt. Variasi tegangan yang
disarankan tidak melebihi 6% dari tegangan nominalnya. Jadi untuk tegangan nominal 220 Volt rentangnya adalah
206,8~ 233,2 V. Tidak seperti frekuensi, tingkat (level) tegangan pada seluruh sistem tidak sama. Tegangan sistem
dapat dipengaruhi oleh keadaan setempat atau ling ku ngan.
Pengukuran Sudut Fasa dengan Synchroscope.
Seringkali terdapat kerancuan antara perbedaan fasa dan frekuensi. Frekuensi adalah banyaknya siklus (sinusoida)
dalam satu detik dari suatu sirkuit listrik. Sedang perbedaan fasa adalah pergeseran sudut antara satu sirkuit dengan
sirkit listrik yang lain untuk fasa yang sama, lihat gambar dibawah ini.
Bila dua sistem tegangan bolak-balik (AC) akan di paralel, maka kesamaan dari lima kondisi atau parameter berikut
ini harus dipenuhi. Kondisi tersebut adalah Tegangan, Frekuensi, Perbedaan fasa (sudut fasa), Urutan fasa, Bentuk
gelombang