Anda di halaman 1dari 23

TAHAP 4

 PEMILIHAN GENSET
Di dalam pabrik terdapat beban – beban prioritas, maksudnya adalah saat suplai dari
PLN mati beban ini tidak boleh mati juga. Oleh karena itu beban akan disuplai oleh
generator set. Besar daya pada kelompok 1, 2, 3 dan 4 maka kapasitas genset yang
dipilih harus memenuhi besar beban tersebut. Kapasitas daya dari genset adalah
sebagai berikut:
Kapasitas daya = Faktor kebutuhan x total daya beban x 100% + cadangan
= 0,89 x 840 x 110% = 822,36 kVA
Berdasarkan besarnya kapasitas daya di atas, maka genset yang digunakan dayanya
sebesar 1000 kVA dengan spesifikasi sebagai berikut:
Model ABC-P1000-S

AC Freq(HZ) 50

Voltage 230/400

Rated Power ( KVA / KW) 1000 / 800

Max Power (KVA / KW) 1100 / 880

Power Factor 0.8

Phase 3

Engine Perkins

Engine Model 4008-TAG2A

No. of Cylinder 8

Engine Speed (RPM) 1500

Cooling System Water Cooling

Alternator Stamford

Alternator Type HCI634J

Bore and Stroke (mm) 160 x 190


Displacement (L) 30.5

Fuel Consumption @ 100% (L/Hr) 215

Oil Capacity (L) 153

Noise Level @ 7 Meters (DB) ≤ 69

 PENGAMAN GENSET
Kva x 1000
Rating arus genset =
V x√3
1000 x 1000
=
400 x √ 3
= 1.443 A
Untuk pengaman genset disesuaikan dengan rating arus dari genset itu sendiri sebesar
1443 A. Maka pengaman yang dipilih adalah ACB type NW16 ( H1 ) dengan rated
800 sampai 1600 A dan Ihs = 65 kA. ( Lampiran 36 )
Arus Nominal Genset
1.000 .000
¿=
√ 3× 400
¿ 1443,4 A
KHA=125 % x 1443,4 A
¿ 1804 A

Menggunakan kabel NYY merk supreme 4 x (1 x 185 mm 2) berinti tunggal 3 fasa


dengan KHA 490 A di udara dengan suhu keliling 30˚C (Lampiran 37)
Busbar tembaga telanjang ukuran 60 x 10 dilapisi lapisan konduktif 2 batang dengan
dengan pembebanan kotinue = 1960 A (Lampiran 38)

 ARRESTER
Arrester dipakai sebagai alat proteksi utama dari tegangan lebih. Oleh karena
pemilihan arrester harus sesuai dengan peralatan yang dilindunginya. Karena
kepekaan arrester terhadap tegangan, maka pemakainya harus disesuikan dengan
tegangan sistem.
Pemilihan lightning arrester dimaksudkan untuk mendapatkan tingkat isolasi
dasar yang sesuai dengan Basic Insulation Level (BIL) peralatan yang dilindungi,
sehingga didapatkan perlindungan yang baik.
Pada pemilihan arrester ini dimisalkan tegangan impuls petir yang datang
berkekuatan 400 KV dalam waktu 0,1μs, jarak titik penyambaran dengan
transformator 5 Km.
 Tegangan dasar arrester
Pada jaringan tegangan menengah arrester ditempatkan pada sisi tegangan tinggi
(primer) yaitu 20 KV. Tegangan dasar yang dipakai adalah 20 KV sama seperti
tegangan pada sistem. Hal ini dimaksudkan agar pada tegangan 20 KV arrester
tersebut masih bisa bekerja sesuai dengan karakteristinya yaitu tidak bekerja pada
tegangan maksimum sistem yang direncanakan, tetapi masih tetap mampu
memutuskan arus ikutan dari sistem yang effektif.
 Tegangan sistem tertinggi umumnya diambil harga 110% dari harga
tegangan nominal sistem. Pada arrester yang dipakai PLN adalah :
Vmaks = 110% x 20 KV
= 22 KV, dipilih arrester dengan tegangan 28 KV.
 Koefisien Pentanahan
Didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan rms fasa sehat ke tanah dalam
keadaan gangguan pada tempat dimana penagkal petir, dengan tegangan rms fasa ke
fasa tertinggi dari sistem dalam keadaan tidak ada gangguan Untuk menetukan
tegangan puncak (Vrms) antar fasa dengan ground digunakan persamaan:
Vm
Vrms = √ 2
22
= √2
= 15,5 KV
Dari persamaan di atas maka diperoleh persamaan untuk tegangan phasa
dengan ground pada sistem 3 phasa didapatkan persamaan :
Vrms×√2
Vm(L - G) = √3
15,5×√ 2
= √3
= 12,6 KV
12,6 KV
Koefisien pentanahan = 15,5 KV
= 0,82
Keterangan :
Vm = Tegangan puncak antara phasa dengan ground (KV)
Vrms = Tegangan nominal sistem (KV)
 Tegangan pelepasan arrester
Tegangan kerja penangkap petir akan naik dengan naiknya arus pelepasan, tetapi
kenaikan ini sangat dibatasi oleh tahanan linier dari penangkap petir.
Tegangan yang sampai pada arrester :
e
E = K .e. x
400 KV
E = 0 ,0006×5 Km
= 133,3 KV
Keterangan :
I = arus pelepasan arrester (A)
e = tegangan surja yang datang (KV)
Eo = tegangan pelepasan arrester (KV)
Z = impedansi surja saluran (Ω)
R = tahanan arrester (Ω)
Harga puncak petir yang masuk ke pembangkit datang dari saluran yang dibatasi oleh
BIL saluran. Dengan mengingat variasi teganagn flasover dan probabilitas tembus
isolator, maka 20% untuk faktor keamanannya, sehingga harga e adalah :
e = 1,2 BIL saluran
Keterangan :
e = tegangan surja yang datang (KV)
BIL = tingkat isolasi dasar transformator (KV)
 Arus pelepasan nominal (Nominal Discharge Current)
2e−Eo
I= Z+R
Z adalah impedansi saluran yang dianggap diabaikan karena jarak perambatan
sambaran tidak melebihi 10 Km dalam arti jarak antara GTT yang satu dengan yang
GTT yang lain berjarak antara 8 KM sampai 10 KM. ( SPLN 52-3,1983 : 11 )
tegangankejutimpuls 100 %
R = aruspemuat
105 KV
= 2,5 KA
= 42 Ω
2×400 KV −133 , 3 KV
I = 0+42 Ω
= 15,8 KA
Keterangan :
E = tegangan yang sampai pada arrester (KV)
e = puncak tegangan surja yang datang
K = konsatanta redaman (0,0006)
x = jarak perambatan
Jatuh tegangan pada arrester dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
V =IxR
Sehingga tegangan pelepasan arrester didapatkan sesuai persamaan :
ea = Eo + (I x R)
Keterangan :
I = arus pelepasan arrester (KA)
Eo = tegangan arrester pada saat arus nol (KV)
ea = tegangan pelepasan arrester (KV)
Z = impedansi surya (Ω)
R = tahanan arrester (Ω)
 Pemilihan tingkat isolasi dasar (BIL)
“Basic Impuls Insulation Level (BIL) level yang dinyatakan dalam impulse crest
voltage (tegangan puncak impuls) dengan standart suatu gelombang 1,5 x 40 μs.
Sehingga isolasi dari peralatan-peralatan listrik harus mempunyai karakteristik
ketahanan impuls sama atau lebih tinggi dari BIL tersebut.
 Pemilihan tingkat isolasi dasar (BIL)
Harga puncak surja petir yang masuk ke pembangkit datang dari saluran yang
dibatasi oleh BIL saluran. Dengan mengingat variasi tegangan flasover dan
probabilitas tembus isolator, maka 20% untuk faktor keamanannya, sehingga harga E
adalah :
e =1,2 BIL saluran
e = 1,2 x 150 KV
e = 180 KV
Basic Impuls Insulation Level (BIL) level yang dinyatakan dalam impulse crest
voltage (tegangan puncak impuls) dengan standart suatu gelombang 1,2/50 μs.
Sehingga isolasi dari peralatan-peralatan listrik harus mempunyai karakteristik
ketahanan impuls sama atau lebih tinggi dari BIL tersebut. Sehingga dipilih BIL
arrester yang sama dengan BIL transformator yaitu 150 KV
 Margin Perlindungan Arrester
Untuk mengitung dari margin perlindungan dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
MP = (BIL / KIA-1) x 100%
MP = (150 KV/ 133,3 – 1) x 100%
= 125.28 %
Keterangan :
MP = margin perlindungan (%)
KIA = tegangan pelepasan arrester (KV)
BIL = tingkat isolasi dasar (KV)
Berdasarkan rumus di atas ditentukan tingkat perlindungan untuk tafo daya. Kriteria
yang berlaku untuk MP > 20% dianggap cukup untuk melindungi transformator .
 Jarak penempatan Arrester dengan Peralatan
Penempatan arrester yang baik adalah menempatkan arrester sedekat mungkin dengan
peralatan yang dilindungi. Jarak arrester dengan peralatan Yang dilindungi digunakan
persamaan sebagai berikut :
2×A×x
Ep = ea + v
2×4000 KV /μs×x
125 = 133,3 KV+ 300 m/μs
8,3 = 26,6x
x = 0,31 m
Jadi jarak arrester sejauh 31 cm dari transformator yang dilindungi.
Perhitungan jarak penempatan arrester di atas digunakan untuk transformator tiang.
Namun di wilayah Malang juga terdapat penempatan transformator di permukaan
tanah dengan menggunakan kabel tanah. Transformator tersebut berada dalam tempat
terpisah dengan pengaman arresternya. Transformator diletakkan di atas tanah dan
terhubung dengan arrester yang tetap diletakkan di atas tiang melalui kabel tanah.
Tabel Batas Aman Arrester
IMPUL BIL BIL KONDISI KETERANGAN
S PETIR ARRESTE TRAF0
(KV) R (125 KV)
(150 KV)
Tegangan masih di bawah rating transformator
maupun arrester
120 KV < 150 KV <125 KV Aman
Tegangan masih memenuhi batasan keduanya
125 KV <150 KV =125 KV Aman
Tegangan lebih diterima arrester dan dialirkan
130 KV <150 KV >125 KV Aman ke tanah

Masih memenuhi batas tegangan tertinggi yang


bisa diterima arrester.
150 KV =150 KV >125 KV Aman

Tidak Arrester rusak, transformator rusak


200 KV >150 KV >125 KV aman

Berdasarkan keterangan diatas maka pemilihan BIL arrester harus mempunyai


kemampuan yang sama atau diatas tegangan BIL petir (150 kV), sedangkan untuk
BIL trafo dapat menggunakan BIL yang lebih rendah yaitu 125 kV.
5. MENENTUKAN LUASAN GARDU DISTRIBUSI TIPE BETON

 Acuan 1 BUKU PLN 4 tentang Standar tata letak ( layout ) halaman 13


(Lampiran 39) dan PUIL 2000 Bab 9 Tabel 9.9-1 Jarak aman minimum halaman
448 (Lampiran 40)

 Dasar 2 Surat keputusan GM Distribusi Jawa Timur No. 0013.K/GM.DIST-


JATIM/2010 pasal 7 (sesuaikan dengan Daya Kontrak Pelanggan)( Lampiran 41 )

6. PERHITUNGAN SANGKAR FARADAY PADA TRAFO

Medan listrik berpengaruh dan berbahaya bagi pekerja yang bekerja pada atau
dekat sekali dengan bagian dari jaringan yang bertegangan. Pekerja dapat
mempergunakan perlindungan untuk hal tersebut seperti sangkar faraday dimana
kuat medan listrik didalam pelindung konduktor ini merupakan fungsi dari derajat
perlindungannya
Dalam perhitungan ini yang perlu diperhatikan adalah system pengaman dari sisi TR
maupun TM pada trafo. Sesuai dengan catalog yang ada jarak aman sisi tegangan

tinggi adalah = 75 cm.( PUIL Bab 9 Hal. 448 )


Dimensi trafo yang digunakan dengan data sebagai berikut :
Panjang (A) : 1780 mm
Lebar (B) : 1080 mm
Tinggi (C) : 1750 mm
Sehingga diperoleh dimensi sangkar faraday terpasang sebagai berikut :
Panjang : ( jarak aman trafo + panjang tangan manusia ) x 2 + panjang trafo
: ( 500 + 750 ) x 2 + 1780 mm
: 4280 mm
Lebar : ( jarak aman trafo + panjang tangan manusia ) x 2 + lebar trafo
: ( 500 + 750 ) x 2 + 1080 mm
: 3580 mm
Tinggi : (jarak aman trafo dengan atap) + tinggi trafo
: 1000 mm + 1750 mm
: 2750 mm

Sehingga dimensi Sangkar Faraday pada Pabrik PT. Jaya Abadi dengan Panjang 4,28
meter, Lebar 3,58 meter, dan Tinggi 2,75 meter ( Lampiran 42 )
7. Karakteristik dan Pemilihan Cut-Out
Karakteristik utama suatu cut-out adalah sehubungan dengan kebuuhan antara
waktu dan arus. Hubungan antara minimum melting dan maksimim clearing time,
ditentukan dari test data yang menghasilkan karakteristik waktu dan arus. Kurva
minimum melting time dan maksimum clearing time adalah petunjuk yang penting
dalam penggunaan fuse link pada system yang dikoordinasikan.
Melting time adalah interval waktu antara permulaan arus gangguan dan
pembusuran awal. Interval selama dalam masa pembusuran berakhir adalah arching
time. Sedangkan clearing time adalah melting time ditambah dengan arching time.
 Faktor-faktor dalam pemilihan fuse cut-out
Penggunaan cut-out tergantung pada arus beban, tegangan, type system, dan
arus gangguan yang mungkinterjadi. Keempat factor diatas ditentukan dari tiga buah
rating cut-out, yaitu :
1) Pemilihan rating arus kontinyu
Rating arus kontinyu dari fuse besarnya akan sama dengan atau lebih besar arus arus
beban kontinyu maksimum yang diinginkan akan ditanggung. Dalam menentukan
arus beban dari saluran, pertimbangan arus diberikan pada kondisi normal dan
kondisi arus beban lebih ( over load ). Pada umumnya outgoing feeder 20 kV dari GI
dijatim mampu menanggung arus beban maksimum 630 A, maka arus beban sebesar
100 A.
2) Pemilihan Rating tegangan
Rating tegangan ditentukan dari karakteristik sebagai berikut :
 Tegangan system fasa atau fasa ke tanah maksimum.
 System pentanahan.
 Rangkaian satu atau tiga fasa.
Sesuai dengan teganga sistem di jatim maka rated tegangan cut-out dipilih sebesar 20
kV dan masuk ke BIL 150.
3) Pemilihan rating Pemutusan.
Menurut PUIL 2000 5.8.1.8.1 halaman 191 “ Setiap transformator berisolasi minyak
harus diproteksi dengan gawai proteksi arus lebih secara tersendiri pada sambungan
primer, dengan kemampuan atau setelan tidak lebih dari 250 % dari arus pengenal
transformator ’’ (Lampiran 43)
Setelah melihat data- data diatas maka perhitungan pemilihan fuse cut-out
adalah sebagai berikut :
 Arus
Dayatrafo
I co= ×2,5
√ 3×20 kV
1.000 k V
Ico = x 2,5
√3 x 20 kV
= 72, 16 A
Rating arus kontinyu dari fuse besarnya dianggap sama atau lebih besar dari
beban kontinyu maksimal yang diinginkan / ditanggung. Oleh karena itu dipilih Fuse
cut out merk Hebbel (Lampiran 44) dengan arus sebesar 100 A, yang mempunyai
spesifikasi umum sebagai berikut:
o Type : CP710313
o Voltage Nominal : 27 KV
o Current continuous : 100 A
o Interupting RMS Asym : 12 kA
8. Perhitungan dan menentukan macam-macam grounding
Grounding atau pentanahan adalah sistem yang berfungsi untuk mentanahkan atau
membuang arus bocor beban ataupun tegangan lebih yang biasanya disebabkan oleh
sambaran petir kedalam tanah mlalui penghantar BC dan batang arde sehingga dapat
mengamankan dari manusia.
a. Grounding arrester dan armour kabel N2XSEFGbY
Agar bahaya sambaran petir tidak masuk ke dalam sistem maka arrester harus di
tanahkan dan harus mempunyai tahanan < 1 ohm. Dalam pentanahan ini
menggunakan sistem pentanahan elektroda batang tunggal dan Elektroda
ditanampada tanah ladang dengan tahanan jenis ( ρ ): 100 ohm/m.
Di pilih elektroda batang dengan spesifikasi sebagai berikut :
 Diameter 25 mm dan jari – jari 12,5 mm = 0,0125 m (r)
 Panjang elektroda = 3 meter
 Elektroda ditanam sedalam panjang elektroda
ρ 4L
R pentanahan = 2 .π . L
(
ln −1
a )
100 4 x3
= ( ln
2. π .3 0,0125
−1 )
= 30,74 Ω Tidak memenuhi syarat karena lebih dari 1Ω
Menggunakan konfigurasi metode “ TRIANGLE “
Jarak antar elektroda ( l ) = 6 m ( 2 x panjang elektroda )
1+2 m
 k=
3
Nilai x:
1+l 1+6
x= = =1,17
l 6
Nilai m:
lnx ln 1,17
m= = =0,025
l 6
ln ln
r 0,0125
1+2 m 1+ 2 x 0,025
 k= = =0,35 (faktor pengali)
3 2
 Rpt =R ( batang tunggal ) x f . pengali
100
= x 0,35= 0,92 ohm
2πx 6
Jadi, pentanahan yang diperoleh dengan sistem pentanahan elektroda batang dengan
metode square sejumlah 3 buah. Sehingga nilai R pembumiannya menjadi 0,92 ohm.
b. Grounding titik bintang transformator distribusi
Pada pentanahan titik netral trafo harus mempunyai tahanan maksimum 5 ohm.
Dalam pentanahan ini menggunakan sistem pentanahan elektroda batang tunggal dan
Elektroda ditanampada tanah ladang dengan tahanan jenis ( ρ ): 100 ohm/m.
Di pilih elektroda batang dengan spesifikasi sebagai berikut :
 Diameter 25 mm dan jari – jari 12,5 mm = 0,0125 m (r)
 Panjang elektroda = 2 meter
 Elektroda ditanam sedalam panjang elektroda
ρ 4L
R pentanahan = 2 .π . L
ln −1
a ( )
100 4 x2
= ( ln
2. π .2 0,0125
−1 )
= 43,5 Ω Tidak memenuhi syarat karena lebih dari 5Ω
Menggunakan konfigurasi DOUBLE STRAIGHT
l 4
k =In =In =5,7
r 0 , 0125
1+L 1+4
x= = =1 ,25
L 4
In. x In.1 ,25
m= = =0 ,039
k 5,7
Factor pengali konfigurasi
1+m 1+ ( 0 , 039 )
= =
2 2 = 0,5
ρ
Rpt= x
2 πL factor pengali konfigurasi
100
= x 0,5=2Ω
2πx 4 memenuhi persyaratan karena Rpt<5Ω

Jadi, tahanan pentanahan yang diperoleh dengan pentanahan elektroda batang


tunggal sistem double straight adalah sebesar 2,8 Ω.
c. Grounding bersama Sangkar Faraday, bodi trafo, bodi kubikel pelanggan
maupun PLN, serta bodi LV-MDP.
Pada pentanahan body trafo, sangkar faraday dan bodi kubikel harus mempunyai
tahanan maksimum 5 ohm. Dalam pentanahan ini menggunakan sistem pentanahan
elektroda batang tunggal dan Elektroda ditanampada tanah ladang dengan tahanan
jenis ( ρ ): 100 ohm/m.
Di pilih elektroda batang dengan spesifikasi sebagai berikut :
 Diameter 25 mm dan jari – jari 12,5 mm = 0,0125 m (r)
 Panjang elektroda = 2 meter
 Elektroda ditanam sedalam panjang elektroda
ρ 4L
R pentanahan = 2 .π . L
ln −1
a ( )
100 4 x2
= (ln
2. π .2 0,0125
−1 )
= 43,5 Ω Tidak memenuhi syarat karena lebih dari 5Ω
Menggunakan konfigurasi DOUBLE STRAIGHT
l 4
k =In =In =5,7
r 0 , 0125
1+L 1+4
x= = =1 ,25
L 4
In. x In.1 ,25
m= = =0 ,039
k 5,7

Factor pengali konfigurasi


1+m 1+ ( 0 , 039 )
= =
2 2 = 0,5
ρ
Rpt= x
2 πL factor pengali konfigurasi
100
= x 0,5=2Ω
2πx 4 memenuhi persyaratan karena Rpt<5Ω

Jadi, tahanan pentanahan yang diperoleh dengan pentanahan elektroda batang


tunggal sistem double straight adalah sebesar 2,8 Ω.
Lampiran 36
Lampiran 37
Lampiran 38
Lampiran 39
Lampiran 40

Lampiran 41
Lampiran 42

Lampiran 43
Lampiran 44

Anda mungkin juga menyukai