Anda di halaman 1dari 21

PERENCANAAN INSTALASI TEGANGAN MENENGAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS INSTALASI TEGANGAN MENENGAH


YANG DIBINA OLEH BAPAK ANANG DASA NOFWAN, Btech, MMT.

OLEH :
NAMA : DIMAS PEBRIAN SANTOSO
NIM : 1731120035
KELAS : 2B D3 TEKNIK LISTRIK

POLITEKNIK NEGERI MALANG


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK LISTRIK
2019
1. Deskripsi Objek
PT. JAYA ABADI
Industri pakan ternak membutuhkan perencanaan untuk konstruksi Saluran
Udara Tegangan Menengah, gardu pelanggan Tegangan Menengah, Gardu Trafo
Tiang, Saluran Udara Tegangan Rendah, tergantung dengan denah situasi pabrik
industri. Perencanaan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam yang
perlu dirangkai untuk setiap usaha demi mencapai suatu tujuan. Tanpa adanya
perencanaan seringkali pelaksanaan suatu kegiatan akan mengalami kesulitan
dalam mencapai suatu tujuannya.
Hal pertama yang harus diperhatikan dalam industri pakan ternak yaitu
penentuan lokasi pabrik, penentuan lokasi pabrik sangat berguna untuk
menentukan kelangsungan hidup pabrik pakan. Pabrik pakan sebaiknya didirikan
di wilayah yang strategis dan mayoritas suatu penduduk dalam pengembangan
pabrik industri pakan. Pada perencanaan pabrik pakan ternak dengan luas 2
hektar (100m x 200m) dan tergolong industri pakan ternak produksi besar yang
lebih dari 10ton/hari dengan lebih dari 100 orang perkerja, didesain dengan 5
gedung utama yang tediri dari :
1. Gedung pengolahan baku,
2. Gedung pembuatan pakan ternak,
3. Gedung pengecekan kualitas pakan ternak
4. Gedung pengemasan produk,
5. Gudang penyimpanan pak ternak.
Keseluruhan gedung pada pengaplikasian produksi dibantu dengan motor
listrik agar target pemenuhan produksi dapat tercapai, sehingga anggaran terhadap
kebutuhan listrik perlu diperhatikan agar perencanaan seimbang dengan modal
yang dikeluarkan. Pabrik ini disupplai dengan sumber listrik PLN dan dibantu
dengan Genset sebagai sumber listrik cadangan. Namun permasalahan yang
timbul adalah jarak dari tiang terakhir menuju trafo pabrik sejauh 1000ms
sehingga perlu adanya perancangan konstruksi atas permasalahan tersebut.
Penggolongan beban untuk sumber PLN terbagi atas 4 kelompok yaitu 230 KVA,
240 KVA, 180KVA, dan 190 KVA yang nantinya akan terbagi sub sub kecil,
untuk pengoprasian mesin listrik, sistem penerangan , dan sistem tata kelola
sirkulasi udara pabrik
2. DIAGRAM SINGLE LINE

JTM 20 KV

CO + FUSE LINK

PLN

PELANGGAN

GARDU PLN
CUBICAL PLN

GARDU PELANGGAN
CUBICAL PELANGGAN

2O KV/
22O V
G /
380V

AUTOMATIC VOLTAGE TRANSFORMER

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2 KELOMPOK 3 KELOMPOK 4

SDP 1 SDP 2 SDP 3 SDP 4

Diagram single line tersebut merupakan layout pada jaringan dari JTM
sampai pengelompokan bahan yang sudah direncanakan, dan ditambahkan
dengan cadangan yang nantinya digunakan sebagai jalur alternatif dalam
pengembangan pabrik.

Jarak SUTM yang ada terhadap GTT yang akan dibangun 100 meter.
1. Data pabrik pada LV MDP
Kelompok 1 = 230 kVA
Kelompok 2 = 240 kVA
Kelompok 3 = 180 kVA
Kelompok 4 = 190 kVA
Jarak pabrik terhadap SUTM terdekat 1000m (1kms)
2. Menghitung jumlah kebutuhan beban
Total Daya beban adalah :
230 kVA + 240 kVA + 180 kVA + 190 kVA = 840 kVA
3. Menentukan Kebutuhan maksimum Beban :

Faktor kebutuhan Industri Makanan = 0,7 – 0,9


Maximum Demand 750
Faktor kebutuhan yang dipilih = = = 0,89
Connecting Load 840
Daya yang digunakan x Faktor kebutuhan
= 840 kVA x 0,89
= 748 kVA
 Alasan pemilihan Faktor Kebutuhan

Berdasarkan daya total yang dibutuhkan industri yaitu sebesar 840 kVA ,
akan tetapi daya total tersebut tidak langsung dipakai seluruhnya, karena tiap
industri mempunyai faktor keserempakan beban yang berbeda.
Pada pabrik pakan ternak PT. ABADI JAYA besaran faktor kebutuhan
dipilih berdasarkan waktu penggunaan beban dan jenis beban yang beroperasi,
dikarenakan produk yang dihasilkan adalah makanan ternak, pabrik ini
mengoprasikan 80% mesin mesin listrik dan alat alat pendukung yang
dioperasikan pada siang hari/waktu kerja, untuk tambahan 5% termasuk
kebutuhan daya yang digunakan setiap 1 minggu sekali untuk pengecekkan
kualitas makanan ternak tersebut, dan penggunaan daya pada malam hari hanya
sebatas penerangan pabrik, mesin pengering bahan baku dan gudang pengemasan.
Maka dipilih faktor kebutuhan industri makanan adalah 0,89
4. Cadangan daya
Di pabrik pakan ternak PT. ABADI JAYA menggunakan cadangan 10%,
dimana cadangan 10% digunakan sebagai pengembangan produksi pabrik yang
memerlukan tambahan motor listrik, mixer, mesin pemindah bahan (elevator),
mesin penghembus (blower), mesin penimbang (weigher), mesin penggiling
(hammer mill), oven dan mesin pembuat pellet (boiler, cooler, screw conveyor,
dan vibrator)

5. Menghitung kapasitas daya terpasang


Kapasitas daya terpasang = kebutuhan maksimum + cadangan disini
digunakan cadangan sebesar 10% agar jika pabrik tersebut ingin menambah beban
maka kapasitas dayanya akan masih terpenuhi.
748 kVA x 110% = 823 kVA

6. Kontrak Daya PLN


Sesui dengan hasil perhitungan kapasitas daya terpasang =
kebutuhan maksimum + cadangan = 748 kVA x 110% = 823 kVA diambil 865
kVA sesuai kontrak PLN Berdasarkan web resmi PLN
(https://www.pln.co.id/pelanggan/layanan-online/simulasi-tagihan/simulasi-
perubahan-daya) ( Lampiran 1 )
 Jenis Golongan Tarif Dasar Listrik ( Lampiran2 )
Karena daya yang tersambung diatas 200 kVA, maka trafo tidak memakai
GTT (Gardu Trafo Tiang), melainkan Gardu Distribusi. Penyediaan trafo
ditanggung pelanggan dan rugi-rugi (kVARh) pada jaringan di tanggung pula oleh
pelanggan. Dari kebutuhan daya terpasang sebesar 823 kVA, sesuai TDL dan
perpres No. 8 Tahun 2011 industri ini tergolong tarif I-3 / TM (Industri menengah
dengan batas daya 200 kVA ke atas)
Adapun syarat – syarat menurut SK.GM Nomor 0131.K/GM.DIST-
JATIM/2013 golongan tarif I-3/TM ( Lampiran 3 ) adalah :
a. Kontrak daya dengan PLN.
b. Adanya gardu distribusi karena pelanggan harus memiliki trafo
sendiri.
c. Rugi – rugi ( kVARh ) pada jaringan ditanggung oleh pelanggan.
d. Sistem menggunakan AMR ( Automatic Monitoring Reading )
e. kWH yang digunakan mengguanakan kelas ketelitian 0,05
Pelanggan TM/TM/TR dengan golongan tarif I-3 / TM, menggunakan alat
ukur dengan KWH meter kode sambungan 412 dan kVARH meter kode
sambungan 402 yaitu:
412 = 4 kawat, double tarif dan register sekunder, register sekunder
menggunakan CT dan PT.
402 = 4 kawat, single tarif dan register sekunder, register sekunder
menggunakan CT dan PT.

7. Biaya Penyambungan Untuk PT. JAYA ABADI

Pada dasarnya ketentuan tarif penyambungan PLN mengacu pada Permen


ESDM nomor 27 tahun 2017 Hal 17 Lampiran 1 tentang Sambungan 3 fasa atau
tambah daya dengan pembatasan daya dan pengukuran tegangan menegah sebesar
Rp.631/VA, sehingga pabrik makanan ternak PT. JAYA ABADI membutuhkan
uang sebesar 865.000 VA x 631 = Rp. 545.815.000 untuk biaya penyambungan
( Lampiran 4).
Untuk tarif tenaga listrik untuk keperluan industri (I-3/TM) mengacu pada
Permen ESDM nomor 28 tahun 2016 Hal 18 Lampiran 4 tentang tarif tenaga
listrik yang disediakan oleh PT. PLN sebesar, k x Rp.1.115 (WBP), Rp.1.115
(LWBP), dan Rp.1.200 (kVAR). Dengan (k) merupakan faktor pebandingan WBP
dan LWBP yang ditetapkan oleh PLN. ( Lampiran 5 ) serta JTM tambahan 1kms
(Lampiran 6).
8. Load Factor
Pembebanan transformator pada dasarnya diatur dalam SPLN maupun
IEC secara umum, pada perencanaan pembebanan trafo PT. ABADI JAYA
dirujuk pada aturan IEC 60354 tentang pembebanan trafo yang disesuaikan
dengan suhu lingkungan, pada kasus ini suhu rata rata di lingkungan pabrik
sebesar 30oC dan rencananya akan menggunakan trafo berpendingin ONAN,maka
pembebanan trafo distribusi sebesar 0,91 tau 91% ( Lampiran 7) serta suhu
tertinggi yang dipakai di Kota Probolinggo
berdasarkan web resmi BMKG https://www.bmkg.go.id/cuaca/prakiraan-cuaca-
indonesia.bmkg?Prov=12&NamaProv=Jawa%20Timur ( Lampiran 8 )

9. Kapasitas Trafo
 Daya Terpasang = 823 kVA
100
x Kapasitas daya terpasang
91
100
x 823 kVA=904 kVA
91

10. Daya trafo berdasarkan katalog pabrikan


Berdasarkan dengan hasil kapasitas trafo diperoleh daya 904 kVA
tidak tersedia di pabrikan. Sehingga dipilih trafo dengan daya 1000 kVA
berdasarkan katalog pabrikan ( Lampiran 9)

11. Parameter Trafo


Kualifikasi transformator dengan daya 1.000 KVA 20KV/400V dipilih
dengan cara membandingkan 4 merk trafo yang berbeda, agar didapatkan kualitas
trafo yang baik dengan mempertimbangkan beberapa parameter yang dijadikan
acuan dalam memilih. Pada PT. ABADI JAYA dipilih trafo Starlite dengan
keunggulan meliputi nilai load dan no load losses, dimensi dan effisiensi, untuk
penyediaan harga dianggarkan oleh pabrik sebesar Rp. 200.000.000
(berdasarkan harga trafo dengan daya 1000kVA senilai Rp. 125.000.000
sampai dengan mencapai kisaran Rp. 200.000.000) untuk pembelian trafo.
Adapun parameter yang dijadikan pembanding untuk kasus permasalahan PT.
ABADI JAYA adalah :

1. Load Losses
Parameter ini didapatkan melalui pengujian short sircuit, dimana tujuan
pengujian ini dilakukan agar mendapatkan nilai dari kerugian tembaga pada saat
beban nominal, dan untuk mendapatkan % tegangan impedansi, dalam
menentukan kualitas trafo dipilih parameter load losses sekecil mungkin
dikarenakan kerugian pada load losses akan menimbulkan panas pada trafo
sehingga memperpendek umur pakai suatu trafo.

2. No Load Losses
Parameter ini didapatkan melalui pengujian open sircuit, dimana tujuan
pengujian ini dilakukan agar mendapatkan nilai rugi inti suatu transformator
meliputi rugi histerisis dan edy current (arus pusar) dimana rugi histerisis akan
berakibat terganggunya jalur fluktuasi pada inti dan edy current berakibat pada
panas yang memperpendek umur pakai trafo, sehingga dipilih parameter no load
losses yang terkecil dalam memilih trafo.

3. Impedansi (%)
Impedansi tansformator merupakan total jumlah keseluruhan perlawanan terhadap
arus AC didalam sebuah trafo, nilai impedansi dapat dicari menggunakan
pengujian short sircuit. Fungsi dari nilai persen impedansi adalah untuk
mengetahui drop tegangan yang dihasilkan akibat impedansi suatu trafo, sehingga
parameter ini dipilih yang besaran nilainya kecil untuk menghindari drop
tegangan yang terlalu besar akibat adanya impedansi.

4. Dimensi
Dimensi merupakan ukuran keseluruhan dari suatu trafo yang dimaksudkan agar
dalam pemilihan trafo, pembeli dapat menyesuaikan panjang, tinggi, dan lebar
terhadap kondisi tempat peletakan trafo. Dalam hal ini, parameter dimensi
merupakan hal penting dalam proses perencanaan pembelian suatu trafo.

5. Noise Level (dB)


Noise level merupakan parameter dari trafo yang mengindikasi adanya kebisingan
dalam pengoprasian trafo, yang mana semakin tinggi nilai dari noise level maka
semakin bising trafo tersebut, untuk tingkatan noise level terdiri dari range 0 –
194 dB

6. Effisiensi
Effisiansi merupakan parameter yang berpengaruh dalam pemilihan kualitas trafo,
dikarenakan effisiensi berfunsi untuk melihat seberapa baik kualitas
pengonversian trafo atas hambatan dari parameter parameter lain, untuk effisiensi
paling baik adalah 100% dimana proses transformasi dapat berlangsung tanpa
kendala berarti yang diakibatkan gangguan dari parameter lain. Untuk pemilihan
effisiensi, dipilih effisiensi yang paling besar dikarenakan semakin baik
effisiensi ,maka baik pula kualitas dari trafo tersebut.

7. Harga
Pada parameter ini dipilih harga yang sebanding dengan kualitas trafo dan juga
kemampuan daya beli konsumen, sehingga penentuan harga dan kualitas dapat
direncanakan dengan membandingkan beberapa merk dan parameter trafo yang
diinginkan dengan biaya yang dianggarkan.

12. Perbandingan Trafo


Perbandingan 4 merk trafo yaitu :
1. Starlite
2. Trafoindo
3. Sintra
4. Unindo

13. Pemilihan Trafo


PT. ABADI JAYA memilih trafo Starlite dengan keunggulan meliputi
nilai load losses, no load losses, dimensi, impedansi, tingkat kebisingan dan
effisiensi.

14. Spesifikasi Detail Trafo:

No Load Total Effisiensi Noise


Merk Kapasita Impedansi Load Losses Losses Lengt Widt Height Cos phi level
N s (%) Losses (Watt) (Watt) h h (mm) (1,0) DB Harga
o (Watt) (mm) (mm) (A)
1. Starlite 1000kVA 5 1840 12100 13940 1780 1080 1750 98,63 63 Rp.
2. Trafoindo 1000kVA 5 1950 12000 13950 1730 1185 1520 98,58 - Rp. 175.000.000
3. Sintra 1000kVA 5 2300 12100 14400 1760 1450 1680 - - Rp.
4. Unindo 1000kVA 5 1600 13000 14600 1800 1070 1730 - - Rp. 146.000.000
Lampiran 1

Kontrak daya diambil dari simulasi PLN.co.id sebagai pertimbangan


dalam memilih besaran daya yang dibutuhkan oleh konsumen dan disediakan oleh
pihak PLN, serta dijadikan acuan anggaran dalam melakukan perubahan daya.
Lampiran 2
Lampiran 3
Dimuat berdasarkan SK.GM Nomor 0131.K/GM.DIST-JATIM/2013
sebagai bahan pertimbangan perencanaan kebutuhan untuk pasang daya
sebesar 691 kVA – 2180 kVA.
Lampiran 4
Dimuat berdasarkan Permen nomor 27 tahun 2017, dipergunakan
sebagai bahan pertimbangan penentuan tarif untuk sambungan 3 fasa atau
tambah daya dengan pembatasan daya dan pengukuran tegangan menengah
yang diperuntukkan sebagai perencanaan penganggaran biaya oleh PT. ABADI
JAYA.
Lampiran 5
Dimuat berdasarkan Permen nomor 28 tahun 2016 dan Tarif Ajustment
PT. PLN sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan biaya tarif
penyambungan yang sesuai dengan golongan dan batas daya, untuk pihak PT.
ABADI JAYA tergolong jenis keperluan industri (I-3/TM).
Lampiran 6

Dimuat berdasarkan SK.GM Nomor 0131.K/GM.DIST-JATIM/2013


sebagai bahan pertimbangan perencanaan konstruksi SUTM dengan jarak 1 kms.
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9

Untuk pemilihan trafo berdasarkan SPLN 50 : 1997 tabel 2 halaman 5,

pabrik ini menggunakan trafo sebesar 1000 KV

Anda mungkin juga menyukai