Anda di halaman 1dari 44

PERENCANAAN INSTALASI PABRIK INDUSTRI LOGAM

A. Menentukan besarnya daya terpasang


Dalam memasang instalasi tenaga listrik harus menentukan daya terpasang terlebih
dahulu. Dalam menentukan besarnya daya terpasang ini adalah menentukan besarnya kemampuan
nilai daya trafo yang akan digunakan untuk Instalasi TM/TM/TR. Maka harus diperhatikan
ketentuan – ketentuan diantaranya adalah :

a) Menentukan besarnya nilai beban total


Dalam pemilihan trafo harus memperhatikan hubungan daya terpasang dan daya
tersambung dari PLN dengan daya pada trafo. Hal ini ditunjukkan untuk menentukan nilai
daya yang tersedia pada tarif dasar listrik

Nilai daya total diperoleh dari 5 kelompok beban yang sudah ditentukan sebagai berikut:

S = kel 1 + kel 2 + kel 3 + kel 4 + kel 5+kel 6

= (750 + 500 + 500 + 400 + 100+100 ) kVA

= 2350 kVA

b) Ketentuan beban maksimum


Ketentuan beban maksimum ini perlu memperhatikan berbagai faktor, slah satunya faktor
kebutuhan. Pada perencanaan ini yang sedang dikerjakan adalah pabrik industri logam. Dari aspek
tersebut maka dapat kita asumsiskan faktor kebutuhannya untuk pabrik industri logam adalah 0.5 –
0.7 sehingga perhitungannya adalah :
= FK (faktor kebutuhan) x Daya beban total

= 0,7 x 2350 kVA

= 1645 kVA

c) Menghitung besar daya terpasang dengan prediksi pertambahan beban


mendatang
Penggunaan energi listrik dimasa yang akan datang maka nilai beban , diprediksi akan
bertambah. Pertambahan dari beban ini adalah diakibatkan semakin bertambahnya jumlah
manusia yang di iringi dengan kebutuhannya. Seperti kebutuhan tenaga listrik, sehingga dalam
pertambahan beban ini harus diantisipasi dari sekarang dengan memberikan kuota daya lebih
besar dari nilai total daya terpasang. Oleh karena itu nilai daya terpasang dapat
dipertimbangkan agar dibebankan sebesar 80% dari nilai daya maksimum suatu trafo. Daya
diperkirakan dalam penambahan beban sebeswar 20% dari nilai daya terpasang. Sehingga
daya trafo yang dibutuhkan sebesar :

Kapasitas daya terpasang = Kebutuhan beban maksimum x 120%

= 1645 kVA x 120%

= 1974 kVA

d) Dengan mempertimbangkan kebutuhan beban maksimum sebesar 1645 kVA dan


perhitungan daya trafo yang dibutuhkan sebesar 1974 kVA, maka sesuai standar nilai daya
trafo yang tersedia di pasaran dipilih trafo dengan daya sebesar 2000 kVA. Pemilihan trafo
dengan daya 2000 kVA karena kita mengacu pada produk yang dijuial di pasaran. Terdapat
banyak aspek yang perlu diperhatikan dalam pemilihan trafo, seperti halnya losses, tingkat
kebisingan dsb. Oleh karena itu membandingkan beberapa produk sangat diperlukan agar
didapatkan barang yang sesuai. Berikut ini adalah perbandingan 2 merk trafo yang diambil
dari 2 produk catalog trafo. Trafo yang akan dibandingkan adalah trafo daya 1600 kVA jenis
Tunorama.

Hal – hal yang perlu diperhatikan untuk pelanggan :

a)Pelanggan tersebut adalah pelanggan TM/TM/TR


b) Pelanggan adalah pelanggan TM (20 Kv), pengukuran pada sisi TM (20 kV) dan pemakaian
pada sisi TR (380 V).
c) Menurut SPLN No. D3. 002 – 1 : 2007, Pelanggan diatas 200 kVA trafonya adalah milik
sendiri atau milik pelanggan, dan ditempatkan pada suatu tempat yaitu gardu distribusi.
Penyediaan trafo ditanggung oleh pelanggan. Jika pelanggan menggunakan trafo yang
disewakan PLN, maka biaya sewa unit trafo PLN yang dioperasikan sepenuhnya oleh
pelanggan.
d) Pelanggan termasuk pelanggan tarif I-3/TM (200 kVA keatas), tarif I-3 yaitu tarif untuk
keperluan industri besar menengah (TM).
e) Biaya yang dibebankan kepada pelanggan adalah :
 Biaya beban yaitu biaya tetap yang ditagihkan kepada pelanggan berkaitan dengan jumlah
daya kVA yang di sediakan PLN.
 Biaya pemakaian :
1) Blok WBP : waktu beban puncak antara jam 17.00 – 22.00 WIB. Tarif blok WBP
= k x Rp 680

k = faktor perbandingan antara harga WBP dan LWBP sesuai dengan karakteristik
beban sistem kelistrikan setempat (1,4≤ k ≤ 2). Ditetapkan oleh perusahaan
perseroan (persero) PT PLN.

2) Blok LWBP : luar waktu beban puncak. Tarif LWBP = Rp. 680
 Biaya kelebihan kVARh adalah biaya yang dikenakan karena kelebihan
pemakaian daya reaktif (kVARh) dikenakan dalam hal faktor daya rata – rata setiap bulan
kurang dari 0,85. tarif kVARh = Rp. 735/kVARh.
f) Tarif dasar listrik untuk keperluan penjualan curah / bulk pada tegangan menengah dengan
daya diatas 200 kVA diperuntukkan bagi pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik.
g) Bagi pelanggan tenaga listrik TM yang memakai transformator PLN dikenakan biaya
pemakaian transformator distribusi (TM/TR) sebesar Rp. 2450 untuk setiap kVA daya
tersambung tiap bulan(golongan TDL : keputusan menteri energi dan sumber daya mineral N0.
12 mei – juli 2001 hal 58).

Keandalan dan Sistem Instalasinya

a) Kontinuitas pelayanan
Kontinuitas penyaluran bagi pemanfaatan tenaga listrik adalah pelayanan yang memberikan
kapasitas yang cukup dalam menyediakan daya pada beban puncak dengan variasi tegangan
yang baik.

b) Memiliki energi cadangan


Dalam hal ini, untuk meningkatkan keandalan pelayanan, konsumen dapat menggunakan 2
penyulang atau lebih. Akan tetapi biaya investasi tinggi, tetapi keandalan sistem tinggi.
Konsumen juga dapat menggunakan pembangkit darurat berupa genset. Dimana jika
penyulang yang beroperasi mengalami gangguan, dapat di pasok dari energi alternatif/ genset
secara efektif dalam waktu singkat dengan menggunakan fasilitas Automatic change over
switch dari penyulang utama ke energi dari hasil genset yang bertujuan memasok energi ke
beban yang vital saja.

c) Jangkauan pelayanan
Yaitu mengambil pasokan tenaga listrik / penyulang SUTM yang terdekat. Dimana bertujuan
agar investasi murah, mudah dalam pembanguna, mudah pengoperasiannya dan rugi – rugi
yang didapat kecil.

d) Proteksi jaringan
Dimana proteksi jaringan sangat penting yaitu jika terjadi gangguan pada suatu cabang pada
sisi tegangan rendah maka tidak mengganggu cabang yang lain ataupun mengganggu sisi TM.

e) Gardu SLTM
SPLN 56 – 2 : 1994

 Gardu SLTM ditempatkan sedemikian rupa sehingga memudahkan pemasangan


pengoperasian dan pemeliharaan.
 Dasar lantai gardu harus diatas peil banjir.
 Gardu harus diberi penerangan dalam dengan kuat penerangan 25 lux, dihitung dari lantai
dengan panel.
 Letak meter pengukuran pada APP setinggi 1,5 m dari lantai.
 Konstruksi gardu distribusi untuk SLTM mengacu kepada SPLN gardu distribusi.
B. Perencanaan dan pemilihan trafo
Dalam merencanakan dan pemilihan trafo harus mengetahui kapasitas daya terpasang
dahulu. Dalam sistem instalasi ini daya yang digunakan adalah 100 kVA. Berikut ini adalah hal –
hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan transformator distribusi yang mempunyai tegangan
tertinggi (untuk peralatan) 24 KV atau kurang, baik melalui import maupun pembelian dalam
negeri.

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pemesanan transformator menurut SPLN 50 :
1997 yaitu :

 Suhu rata – rata tahunan disesuaikan dengan kondisi iklim di Indonesia yaitu 30 0
 Rugi – rugi transformator harus di standarisasi.
 Standart rugi – rugi transformator baru harus ≤ 2.0 %
 Redaksional diuraikan lebih jelas
 Spesifikasi umum :
a) Daya pengenal
b) Tegangan pengenal (input dan output) dan tegangan penyadapan.
c) Kelompok vektor
d) Tingkat isolasi dasar
e) Karakteristik elektris

Dalam pemilihan trafo juga harus diperhatikan distributor perusahaan trafo. Jika
distributor trafo di Indonesia tidak ada atau import maka biaya investasi akan semakin mahal,
karena itu kami memilih trafo merk ”Trafindo” karena distributor tersebut di Indonesia telah ada
dan telah sesuai standart : SPLN, SLI IEC PUBLICATION 76 dan memiliki spesifikasi sebagai
berikut :

C. Perhitungan Arus Nominal Primer dan Sekunder trafo

1) In Primer pada trafo 2000 kVA

2000 kVA
¿= =57 A
√3 ×20 kV

2) In Sekunder pada trafo 2000 kVA

2000 kVA
¿= =2886.7 A
√3 × 400V
D. Menentukan In pada masing-masing cabang

a. Kelompok 1 S = 750 kVA e. Kelompok4 S = 400 kVA

750 kVA 400 kVA


¿= =1139 A ¿= =607 A
√3 ×380 V √3 ×380 V
b. Kelompok 2 S = 500 Kva f. Kelompok5 S = 100 kVA

500 kVA 100 kVA


¿= =759 A ¿= =151 A
√3 ×380 V √3 ×380 V
c. Kelompok 3 S = 500 kVA g. Kelompok 6 S = 100 kVA
500 kVA 100 kVA
¿= =759 A ¿= =151 A
√3 ×380 V √3 ×380 V

PERHITUNGAN DAN PENENTUAN PADA PENGHANTAR DAN BUSBAR

A. Menentukan KHA Penghantar pada sisi HV dan LV Transformator


Sisi HV = 125 % x In
= 1,25 x 57 = 72 A
Sisi LV = 125 % x In
= 1,25 x 2886.7 = 3608.3 A

B. Menentukan KHA Penghantar pada masing-masing cabang


Cabang 1 = 125 % x In
= 1,25 x 1139 = 1424 A
Cabang 2 = 125 %x In
= 1,25 x 759 = 949 A
Cabang 3 = 125 %x In
= 1,25 x 759 = 949 A
Cabang 4 = 125 %x In
= 1,25 x 607 = 759 A
Cabang 5 = 125 %x In
= 1,25 x 151 = 190 A
Cabang 6 = 125 %x In
= 1,25 x 151 = 190 A

Dari perhitungan KHA di atas, maka penghantar yang digunakan adalah :


1. Penghantar sisi HV ( Primer Transformator )
KHA sisi HV Trafo = 57 A
a. Dari tiang TM menuju ke incoming kubikel PLN
 Dipilih penghantardengan jenis N2XSEYFGbY karena dari tiang TM menuju
ke Gardu Distribusi penghantar ditanam di tanah.
Perencanaan
 Merujuk Tabel 7.3-11a pada PUIL bab 7 dipilih penghantar jenis
N2XSEYFGbY 3 x 25mm2 dengan KHA 127 A.
 Karena kabel dipasang secara berhimpitan maka memiliki factor koreksi 0,80
( PUIL bab 7 Tabel 7.3-19 ) sehingga,
127 A x 0,80 = 101,6 A ( masih memenuhi )
Pemilihan
 Dikarenakan pada catalog kabel dengan merk SUPREME tidak ada kabel
N2XSEYFGbY dengan luas penghantar 25 mm 2 dan adanya adalah yang 35
mm2 dengan KHA = 171 A( masih memenuhi ), maka dipilih kabel dengan
spesifikasi sebagai berikut ;
SUPREME, 3 x 35 mm2 type N2XSEYFGbY 12/20 (24kV)
SPLN 43-5 / IEC 60502-2.

b. Dari outgoing kubikel PLN menuju incoming kubikel pelanggan.


Perencanaan
 Merujuk Tabel 7.3-9a1 pada PUIL bab 7 dipilih penghantar jenis N2XSY
3x(1x35mm2 )pemasangan di udara dengan KHA 233 A.
 Karena kabel dipasang secara berhimpitan maka memiliki factor koreksi 0,95
(PUIL bab 7 Tabel 7.3-20) sehingga,
233 A x 0,90 = 209,7 A ( masih memenuhi )
Pemilihan
 Pada catalog kabel dengan merk SUPREME dipilih kabel dengan jenis
N2XSYdengan luas penghantar 35 mm 2 dengan KHA = 181 A( masih
memenuhi ), dengan spesifikasi sebagai berikut ;
SUPREME, 3x(1x35 mm2) type N2XSY 12/20 (24kV)
SPLN 43-5 / IEC 60502-2.

c. Dari outgoing kubikel pelanggan menuju sisi HV trafo.


Perencanaan
 Merujuk Tabel 7.3-9a1 pada PUIL bab 7 dipilih penghantar jenis N2XSY
3x(1x35mm2 ) pemasangan di udara dengan KHA 233 A.
 Karena kabel dipasang secara berhimpitan maka memiliki factor koreksi 0,95
(PUIL bab 7 Tabel 7.3-20) sehingga,
233 A x 0,90 = 209,7 A ( masih memenuhi )
Pemilihan
 Pada catalog kabel dengan merk SUPREME dipilih kabel dengan jenis
N2XSYdengan luas penghantar 35 mm 2 dengan KHA = 181 A( masih
memenuhi ), dengan spesifikasi sebagai berikut ;
SUPREME, 3x(1x35 mm2) type N2XSY 12/20 (24kV)
SPLN 43-5 / IEC 60502-2.

2. Penghantar sisi LV ( Sekunder trafo – MDP )


KHA = 3608 A

Perencanaan
 Pada catalog kabel dengan merk SUPREME dipilih kabel dengan jenis NYY
dengan luas penampang penghantar 150 mm 2 sejumlah 10 buah dengan KHA =
430 A, maka ;
430 A : 0,90 x 10 = 3870 ( masih memenuhi ), dengan spesifikasi sebagai
berikut ;
SUPREME, 10 x (1x150 mm2) type NYYrm 0,6/1 (1,2) kV
SPLN 43-1 / IEC 60502-1.
 Untuk penghantar netral, penghantar yang dipilih sama dengan penghantar
fasa hanya saja nilainya setengah dari penghantar fasa ( PUIL bab 4 hal. 109 ),
dengan spesifikasinya sebagai berikut ;
SUPREME, 5 x (1x150 mm2) type NYY rm 0,6/1 (1,2) kV
SPLN 43-1 / IEC 60502-1
 Untuk penghantar PE, karena luas penampang penghantar fasa lebih dari
35mm2,maka penghantar PE yang dipilih setengah dari penghantar fasa ( PUIL
bab 3 hal. 77 ), dan dipilih kabel BCC dengan spesifikasinya sebagai berikut ;
KABELINDO, 5 x (1x150 mm2) type BCC-H
SPLN 41 - 5 , SNI 04 - 3894
 Sepatu kabel
dipililih dari merk Cembre, dengan spesifikasinya sebagai berikut ;
Cembre, Conductor Size 150 mm2, A 35 – M 14, Stud (ᴓ) 14 mm, d =
15mm.
 Busbar
2000 kVA
¿= =2886.7 A
√3 ×380
KHAminimal = 125 % x 2886.7 A=3608.4 A
- Menurut PUIL 2000 bab 6 pada Tabel 6.6-1hal. 235,
 Penghantar fasa menggunakan busbar tembaga telanjang ukuran
60 x 10 mm berjumlah 4 batang dengan KHA arus bolak balik
3800 A (masih memenuhi),
 Penghantar netral dan PE karena KHA bernilai setengah dari
penghantar fasa yaitu 1899 A sesuai dengan teori perhitungan
jumlah kabel sebelumnya maka menggunakan busbar tembaga
telanjang ukuran 60 x 10 mm berjumlah 2 batang dengan KHA
arus bolak balik 1960 A (memenuhi),

3. Penghantar Cabang
Cabang 1 : KHA = 1424 A
Pemilihan
 Pada catalog kabel dengan merk SUPREME untuk penghantar fasa dan
netral dipilih kabel dengan jenis yang sama yaitu NYFGbY dengan luas
penampang penghantar 6 x 3 x 120 mm2 dengan KHA = 282 A untuk masing
masing penghantar, maka 282 x 0,87 = 245.34 A ( masih memenuhi),
sehingga spesifikasi kabel yang akan dibeli adalah sebai berikut ;
(Copper Conductor, PVC Insulated, Steel Flat Wire Armor, PVC Sheathed)
Standard Specification : IEC 60502-1
 Untuk penghantar PE dipilih kabel BCC dengan spesifikasinya sebagai berikut
;
KABELINDO, 3 x 120 mm2type BCC-1/2H
SPLN 41 - 4 , SNI 04 – 3895

Cabang 2 : KHA = 949 A


Pemilihan
 Pada catalog kabel dengan merk SUPREME untuk penghantar fasa dan
netral dipilih kabel dengan jenis yang sama yaitu NYFGbY dengan luas
penampang penghantar 4 x 3 x 120 mm2 dengan KHA = 282 A untuk masing
masing penghantar, maka 282 x 0,87 = 245.34 A ( masih memenuhi),
sehingga spesifikasi kabel yang akan dibeli adalah sebai berikut ;
(Copper Conductor, PVC Insulated, Steel Flat Wire Armor, PVC Sheathed)
Standard Specification : IEC 60502-1
 Untuk penghantar PE dipilih kabel BCC dengan spesifikasinya sebagai berikut
;
KABELINDO, 2 x 120 mm2type BCC-1/2H
SPLN 41 - 4 , SNI 04 – 3895

Cabang 3 : KHA = 949 A


Pemilihan
 Pada catalog kabel dengan merk SUPREME untuk penghantar fasa dan
netral dipilih kabel dengan jenis yang sama yaitu NYFGbY dengan luas
penampang penghantar 4 x 3 x 120 mm2 dengan KHA = 282 A untuk masing
masing penghantar, maka 282 x 0,87 = 245.34 A ( masih memenuhi),
sehingga spesifikasi kabel yang akan dibeli adalah sebai berikut ;
(Copper Conductor, PVC Insulated, Steel Flat Wire Armor, PVC Sheathed)
Standard Specification : IEC 60502-1
 Untuk penghantar PE dipilih kabel BCC dengan spesifikasinya sebagai berikut
;
KABELINDO, 2 x 120 mm2type BCC-1/2H
SPLN 41 - 4 , SNI 04 – 3895

Cabang 4 : KHA = 949 A


Pemilihan
 Pada catalog kabel dengan merk SUPREME untuk penghantar fasa dan
netral dipilih kabel dengan jenis yang sama yaitu NYFGbY dengan luas
penampang penghantar 4 x 3 x 70 mm2 dengan KHA = 203 A untuk masing
masing penghantar, maka 203 x 0,87 = 176.61 A ( masih memenuhi),
sehingga spesifikasi kabel yang akan dibeli adalah sebai berikut ;
(Copper Conductor, PVC Insulated, Steel Flat Wire Armor, PVC Sheathed)
Standard Specification : IEC 60502-1
 Untuk penghantar PE dipilih kabel BCC dengan spesifikasinya sebagai berikut
;
KABELINDO, 2 x 70 mm2type BCC-1/2H
SPLN 41 - 4 , SNI 04 – 3895

Cabang 5 : KHA = 190 A


Pemilihan
 Pada catalog kabel dengan merk SUPREME untuk penghantar fasa dan
netral dipilih kabel dengan jenis yang sama yaitu NYFGbY dengan luas
penampang penghantar 3 x 95 mm2 dengan KHA = 242 A untuk masing
masing penghantar, maka 242 x 0,87 = 210.54 A ( masih memenuhi),
sehingga spesifikasi kabel yang akan dibeli adalah sebai berikut ;
(Copper Conductor, PVC Insulated, Steel Flat Wire Armor, PVC Sheathed)
Standard Specification : IEC 60502-1
 Untuk penghantar PE dipilih kabel BCC dengan spesifikasinya sebagai berikut
;
KABELINDO, 2 x 95 mm2type BCC-1/2H
SPLN 41 - 4 , SNI 04 – 3895

Cabang 6 : KHA = 190 A


Pemilihan
 Pada catalog kabel dengan merk SUPREME untuk penghantar fasa dan
netral dipilih kabel dengan jenis yang sama yaitu NYFGbY dengan luas
penampang penghantar 3 x 95 mm2 dengan KHA = 242 A untuk masing
masing penghantar, maka 242 x 0,87 = 210.54 A ( masih memenuhi),
sehingga spesifikasi kabel yang akan dibeli adalah sebai berikut ;
(Copper Conductor, PVC Insulated, Steel Flat Wire Armor, PVC Sheathed)
Standard Specification : IEC 60502-1
 Untuk penghantar PE dipilih kabel BCC dengan spesifikasinya sebagai berikut
;
KABELINDO, 2 x 95 mm2type BCC-1/2H
SPLN 41 - 4 , SNI 04 – 3895
PERHITUNGAN PEMILIHAN PENGAMAN

R1 X1

R2 X2

R3 X3

R4 X4

R5 X5

R6 X6

R7 X7

Hubung singkat pada suatu penyulang dapat terjadi pada sisi atas trafo, kabel, rel dan
pemutusan sirkit. Dalam hal ini perhitungan digunakan untuk menentukan besarnya arus
hubung singkat pada suatu titik dan breaking capacity pengaman, sehingga pengaman tersebut
dapat mengamankan sirkit tanpa merusak pengaman tersebut pada hubung singkat.

Untuk perhitungan arus hubung singkat pada LV maka diperlukan data daya hubung
singkat pada sisi LV, panjang dari pada penghantar dan jenis penghantar tersebut.
Untuk penentuan tersebut daya hubung singkat dapat diketahui melalui tiga cara, yaitu :

1) Melihat data pada gardu induk


2) Melihat MVA peralatan
3) Dengan cara permisalan

Pada perhitungan ini dilakukan dengan cara ketiga yaitu dimisalkan dan data yang
diketahui adalah sebagai berikut :

 Daya hubung singkat 500 ∠ 810 MVA


 S = 1000 kVA
 V0 = 400 V
 In = 1408 A
 Isc = 27,08 kA
 Vsc = 5%

Perhitungan arus hubung singkat

R (mΩ) X(mΩ)

a. Jaringan sisi atas

V 2 xCos ϕx 10−3 V 2 xSinϕx 10−3


0 0
R 1= X 1=
Psc Psc
2 0 −3 2 0 −3
400 xCos 85 x 10 400 xSin85 x 10
R 1= X 1=
500 500
R 1=0 , 027 X 1=0 , 166 Ω
b. Transformator

WcxV 2 x 10−3
0
R 2= 2
S
22000 x 4002 x 10−3
R 2=
20002
R 2=0 . 88
2
VscxV
X 2=
√( S
400
02
) − ( R 2 )2

X 2=
√(
4
x
100 2000
X 2=5 . 12Ω
02
) −( 0 . 88 )2

c. Koneksi kabel dari transformator

R 3=ρ
L X 3=0,08 xL
A X 3=0,08 x 35
35 X 3=2.8
R 3=5 . 625
500
R 3=0 . 39

d. pengaman utama

R 4=0 X 4=0

e. Dari Pengaman utama

R 5=ρ
L X 5=0,08 xL
A X 5=0,08 x 35
35 X 5=2.8
R 5=5 . 625
500
R 5=0 . 39

f.Rel busbar.
L
R 6= ρ
A X 6=0,08xL
1. 5
R 6=5 . 625 X 6=0,08x 1.5
500
R 6=0. 0562
X 6=0.12

Breaking Capacity :

Rt 1 = R1 + R2 + R3

= 0.027 + 0.8 + 0.39

= 1.466 Ohm

Xt 1 = X1 + X2 + X3

= 0.166 + 5.2 + 2.8

= 8.166 Ohm

U 202
Isc M1 =
√ 3 √ Rt 12+ Xt 12

4002
=
√ 3 √ 1.4662 +8.1662

= 11134 A

Rt 2 = Rt1 + R4 + R5 + R6

= 1.466 + 0 + 0.39 + 0.056

= 1.912 Ohm

Xt2 = Xt1 + X4 + X5 + X6

= 8,166 + 0.12 + 2.8 + 0.12


= 11.206 Ohm

U 202
Isc M2 =
√ 3 √ Rt 22+ Xt 22

4002
=
√ 3 √ 1.9122+ 11.2062

= 8126 A

Pemilihan pengaman untuk industry logam ini dapat menggunakan 3 metode yaitu :

1. Metode In x 250 %
2. Metode In x fk
3. Metode pemilihan berdasarkan KHA kabel

Dari tiga metode diatas kita bisa memilih secara bebas tergantung kebutuhan, berikut
pemilihan pengaman berdasarkan KHA kabel

Pengaman Utama :

In Sekunder pada trafo 2000 kVA

2000 kVA
¿= =2886.7 A
√3 × 400V
Dipilih ACB merk Schneider dengan data sbb :
Merk :schneider
Type : Masterpact NW 32 tipe H1 3200 N
Trip unit : Micrologic 2.0 A
Breaking : 70 kA
Ir : 3200
Im : 1.5-10 Ir

Cabang 1 = 125 % x In
= 1,25 x 1139 = 1424 A
Dipilih MCCB merk Schneider dengan data sbb :
Merk :schneider
Type : Compact NS 1600 N/H
Trip unit : Micrologic 2.0
Breaking : 50 kA
Ir : 640 - 1600
Im : 1.5-10 Ir

Cabang 2 = 125 %x In
= 1,25 x 759 = 949 A
Dipilih MCCB merk Schneider dengan data sbb :
Merk :schneider
Type : Compact NS 1000 N/H
Trip unit : Micrologic 2.0
Breaking : 50 kA
Ir : 400 - 1000
Im : 1.5-10 Ir

Cabang 3 = 125 %x In
= 1,25 x 759 = 949 A
Dipilih MCCB merk Schneider dengan data sbb :
Merk :schneider
Type : Compact NS 1000 N/H
Trip unit : Micrologic 2.0
Breaking : 50 kA
Ir : 400 - 1000
Im : 1.5-10 Ir

Cabang 4 = 125 %x In
= 1,25 x 607 = 759 A
Dipilih MCCB merk Schneider dengan data sbb :
Merk :schneider
Type : Compact NS 800 N
Trip unit : Micrologic 2.0
Breaking : 50 kA
Ir : 320 - 800
Im : 1.5-10 Ir

Cabang 5 = 125 %x In
= 1,25 x 151 = 190 A
Dipilih MCCB merk Schneider dengan data sbb :
Merk :schneider
Type : Compact NSX 160 N
Trip unit : Micrologic 2.0
Breaking : 36 kA
Ir : 63-160
Im : 1.5-10 Ir

Cabang 6 = 125 %x In
= 1,25 x 151 = 190 A
Dipilih MCCB merk Schneider dengan data sbb :
Merk :schneider
Type : Compact NSX 160 N
Trip unit : Micrologic 2.0
Breaking : 36 kA
Ir : 63-160
Im : 1.5-10 Ir
PEMILIHAN GENSET

Genset harus dapat memenuhi beban sebagai berikut :

 Kelengkapan penggerak yang menggunakan tenaga listrik dan perlengkapan


pengasut yang memerlukan pengisian.
 Lift keadaan darurat dengan anggapan pada suatu kumpulan lift hanya satu lift
yang bekerja.
 Daya yang digunakan untuk menurunkan lift.
 Kipas untuk penghisap asap.
 Pompa air untuk sistem pemadaman.
 Pemanfaatan listrik pada saat kebakaran.
 Penerangan darurat.
 Beban tambahan.

(Puil 2000 : 8.21.3.1)

Oleh karena itu keluaran generator (kW, kVA) harus mampu memikul beban
dasar dan beban asut dari motor lain tanpa menimbulkan fluktuasi yang berlebihan
pada tegangan suplainya. Oleh karena itu dalam menjaga kontinuitas kerja beban yaitu
beban prioritas utama. Dimana beban prioritas tidak boleh off pada saat black out.

Beban prioritas pada beban ini yaitu beban pada kelompok 2 yang besarnya 750 kVA.
Genset dipilih yaitu genset yang mampu dibebani 100% daya yang dibutuhkan. Maka
saat pemilihan genset, genset harus lebih besar kapasitasnya dari total daya yang
dibutuhkan yaiutu dikalikan 120% dari kebutuhan prioritas

Daya genset = 120% x 750 kVA

= 937 kVA

Sehingga digunakan genset :

Model = YBC 800 - QSK23G3 + HCI634G

Merk = YOUNES BROS

Rating kVA` = 900 kVA

Rating kW = 648 W

Power factor = 0.8

Vout = 400 V

In = 1299 A

* Untuk lebih lengkap lihat keterangan pada lampiran

Menentukan KHA, kabel dan pengaman genset :

 KHA = 1,25% x In genset

= 1,25% x 1139 A

= 1424 A

 Maka menggunakan kabel NYY dipasang sejajar dengan luas penampang 6 (1


x 120 mm2) dengan KHA = 303

 Busbar menggunakan tembaga ukuran 10 x 63 x 1 ( 630 mm 2 ) dengan KHA =


1569 A. Merk isoflex
 Untuk penghantar PE, karena luas penampang penghantar fasa lebih dari 35mm 2,maka
penghantar PE yang dipilih setengah dari penghantar fasa ( PUIL bab 3 hal. 77 ), dan
dipilih kabel BCC dengan spesifikasinya sebagai berikut ;
KABELINDO, 5 x (1x150 mm2) type BCC-H

Tipe pengaman genset

In = 1139 A

Ihs = 11 kA

Maka dipilih pengaman menggunakan ACB

Merek = Scnheider

Type = Masterpack NT tipe H2 + micrologic 2.0 E

Ihs = 50 kA

In = 1250 A
PERHITUNGAN, PERENCANAAN, DESAIN SANGKAR FARADAY

Medan listrik berpengaruh dan berbahaya bagi pekerja yang bekerja pada atau dekat sekali
dengan bagian dari jaringan yang bertegangan. Pekerja dapat mempergunakan perlindungan untuk hal
tersebut seperti sangkar faraday dimana kuat medan listrik didalam pelindung konduktor ini
merupakan fungsi dari derajat perlindungannya.
Sangkar pelindung terbuat dari bahan konduktor dan beberapa tahun yang lalu Faraday telah
menunjukkan bahwa kuat medan listrik didalam sangkar adalah nol (0) bila sangkar berbentuk kotak
penuh. Namun jika sangkar tersebut berbentuk kotak penuh sehingga pekerja didalamnya bebs
terhadap medan listrik, maka hal ini tidak dapat dipakai untuk bekerja. Perlindungan terhadap medan
ini hanya dilakukan oleh sangkar yang hanya berbentuk setengah kotak atau sangkar yang tidak
berbentuk kotak penuh, tergantung pada derajat perlindungan yang kita inginkan.
Dalam perhitungan ini yang perlu diperhatikan adalah system pengaman dari sisi TR maupun
TT pada trafo. Sesuai dengan catalog yang ada jarak aman sisi tegangan tinggi adalah = 500
mmdengan perkiraan panjang tangan manusia sekitar kurang lebih 500 mm.sehingga dapat terhitung
sangkar faraday sesuai dengan dimensi trafo yang digunakan.
Dimensi trafo yang digunakan dengan data sebagai berikut :
Panjang (A) : 2100 mm
Lebar (B) : 1250 mm
Tinggi (C) : 2080 mm
Sehingga diperoleh dimensi sangkar faraday terpasang sebagai berikut :
Panjang : (jarak aman trafo+panjang tangan manusia) x 2 + panjang trafo
: ( 750 + 500 ) x 2 + 2100 mm
: 4600 mm.
Lebar : (jarak aman trafo+panjang tangan manusia) x 2 + lebar trafo
: ( 750 + 500 ) x 2 + 1250 mm
: 3750 mm
Tinggi : (jarak aman trafo dengan atap) + tinggi trafo
: ( 750 + 500 ) x2 + 2080 mm
: 4580 mm

PERHITUNGAN, PERENCANAAN, DAN DESAINCELAH UDARA PADA


GARDU INDUK

Perhitungan untuk ventilasi Trafo

Penempatan gardu Transformator harus sedemikian rupa sehingga masih dapat diberi
ventilasi udara tanpa menggunakan cerobong udara. Dalam hal kubu transformator diberi
ventilasi ke bagian luar tanpa menggunakan saluran udara setelah dikurangi dengan luas
yang dipakai untuk saringan, trali dan kisi-kisi untuk angin, tidak boleh kurang dari 1000
cm2 untuk kapasitas transformator di bawah 50 kVA. Lubang ventilasi harus ditutup
dengan trali, saringan, dan kisi-kisi angin yang cukup kuat demi keamanan. Saluran udara
untuk ventilasi harus dibuat dari bahan yang tahan api. (Puil 2000 : 5.8.3.4 : hal 194).

Trafo yang digunakan 2000 kVA :

2000
x 1000 cm2 =40000 cm 2
A = 50

Dibagi menjadi 8 celah ventilasi, 4 ventilasi berada didinding sisi bawah, 4 celah terdapat
disisi atas dinding tempatnya keluar udara. Jadi ukuran ventilasi menjadi

40000 cm2
= =5000 cm2
8
Jadi setiap ventilasi berukuran = 100 cm x 50 cm (P x L)

Perhitungan untuk ventilasi gardu

Ventilasi yang cukup dengan luas jendela ventilasi tidak kurang dari 20 % luas
dinding (buku instalasi tegangan menengah hal 121).

Luas Ventilasi = 20 % x L gardu

= 20% x (20 m x 20 m)

= 80 m2

Jadi untuk keseluruhan luas ventilasi = 80 m2

Dalam kerjanya transformator tidak lepas dari kerugian salah satunya adalah panas, panas
yang berlebihan pada trafo dapat mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan antara lain:
1) Drop tegangan.
2) Pemanasan pada minyak trafo yang berlebihan, sehingga menyebabkan turunnya
kualitas minyak trafo yang dapat mengakibatkan tegangan tembus minyak trafo turun.
Sehingga dalam kerjanya trafo menuntut sistem pendinginan yang baik, oleh karena itu sistem
pendinginannya harus mempunyai kinerja yang baik, dari berbagai macam faktor yang mempengaruhi
pendinginan salah satunya adalah sirkulasi udara, karena dalam perencanaan ini trafo yang digunakan
diletakkan dalam ruangan (indoor). Untuk itu kita harus menghitung seberapa besar celah ventilasi
yang dibutuhkan agar sirkulasi udara dapat berjalan dengan baik.
Celah ventilasi pada trafo dihitung pada saat load losses pada suhu 75 oC dengan losses sebesar
13000 Watt = 13 kW hal tersebut dapat dilihat pada data trafo.
Data lain yang diketahui adalah sebagai berikut:
1) Temperatur udara masuk(t1) 20oC
3) Temperatur udara keluar (t2) 35oC
1
(α )=
4) Koefisiensi muai udara 273
5) Tinggi ruangan = 4 meter.
Dengan data di atas dapat dicari volume udara yang dibutuhkan untuk mensirkulasi panas

860 Pv
V= x (1−α t 1 )
adalah sebagai berikut: 1116 (t 2 −t 1 )
dimana:
Pv = rugi trafo (Kw) / no load losses + load losses = 22 + 3 = 25kW
t1 = temperatur udara masuk (oC)
t2 = temperatur udara keluar (oC)
α = koefisien muai udara
H = ketinggian ruangan (m)
sehingga:
860 × 25 1
V=
1116 × ( 35−20 )
× 1−(273
× 20 )
V =1.189 m 3 /s

H
v=
Kemampuan pemanasan udara yang mengalir disepanjang tangki trafo adalah : ξ
dimana:
H=ketinggian (m) = 2,080 m
ζ = koefisien tahanan aliran udara
Koefisien tahanan aliran udara berbeda-beda tergantung pada kondisi daripada tempat
diletakkannya trafo itu sendiri.
Kondisi tempat Ζ
Sederhana 4.....6
Sedang 7.....9
Baik 9.....10 (jaringan konsen)>20
Apabila kondisi tempat dimisalkan adalah baik maka ζ = 9.
Sehingga:
2
v=
6
v=0,333
Maka dapat kita hitung celah ventilasi sebagai berikut:
V
qc (penampang celah udara yang masuk) : v
1,189
q c= =3.57 m 2
0,333

Karena udara yang keluar memiliki temperatur yang lebih tinggi daripada udara yang masuk
yang diakibatkan proses pendinginan trafo dalam ruangan sehingga terjadi pemuaian maka ventilasi
udara keluar yang dibutuhkan harus lebih besar daripada celah ventilasi udara masuk, dengan kata lain:

q A ¿ qC ¿
Sehingga:
2
q A=1,1 × qc =1,1 ×3.57=3.93 m

Nilai perhitungan diatas adalah nilai minimum, sehingga pemakaian ventilasi udara bisa
memakai ukuran yang lebih besar dari ukuran perhitungan diatas.

PERHITUNGAN, PERENCANAAN, DESAIN


ARRESTER, CUT OUT DAN TIANG TM

A. ARESTER
Arrester dipakai sebagai alat proteksi utama dari tegangan lebih. Karena kepekaan arrester
terhadap tegangan, maka pemakainya harus disesuikan dengan tegangan sistem. Pemilihan
lightning arrester dimaksudkan untuk mendapatkan tingkat isolasi dasar yang sesuai dengan Basic
Insulation Level (BIL) peralatan yang dilindungi, sehingga didapatkan perlindungan yang baik.
Pada pemilihan arrester ini dimisalkan tegangan impuls petir yang datang berkekuatan 400 KV
dalam waktu 0,1μs, jarak titik penyambaran dengan transformator 5 Km.

 Tegangan dasar arrester


Pada jaringan tegangan menengah arrester ditempatkan pada sisi tegangan tinggi (primer)
yaitu 20 KV. Tegangan dasar yang dipakai adalah 20 KV sama seperti tegangan pada sistem.
Hal ini dimaksudkan agar pada tegangan 20 KV arrester tersebut masih tetap mampu
memutuskan arus ikutan dari sistem yang effektif.
 Tegangan sistem tertinggi umumnya diambil harga 110% dari harga tegangan nominal
sistem. Pada arrester yang dipakai PLN adalah :
Vmaks = 110% x 20 kV
= 22 kV, dipilih arrester dengan tegangan teraan 24kV.

 Koefisien Pentanahan
Didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan rms fasa sehat ke tanah dalam keadaan
gangguan pada tempat dimana penangkal petir. Untuk menetukan tegangan puncak (Vrms)
antar fasa dengan ground digunakan persamaan :

Vm 22 kV
Vrms= = =15,56 kV
√2 √2
Dari persamaan di atas maka diperoleh persamaan untuk tegangan phasa dengan ground
pada sistem 3 phasa didapatkan persamaan :

Vrms × √ 2 15,5 kV × √2
Vm( L−G )= = =12,65 kV
√3 √3

Vm ( L−G ) 12,65 kV
Koefisien pentanahan= = =0,81
Vrms 15,56 kV

Keterangan :
Vm = Tegangan puncak antara phasa dengan ground (KV)
Vrms = Tegangan nominal sistem (KV)

 Tegangan pelepasan arrester


Tegangan kerja penangkap petir akan naik dengan naiknya arus pelepasan, tetapi kenaikan ini
sangat dibatasi oleh tahanan linier dari penangkap petir.

Tegangan yang sampai pada arrester :


e 400 kV
E= = =133,33 kV
K × x 0,0006 ×5 Km

Keterangan :
E = tegangan pelepasan arester (KV)
e = puncak tegangan surja yang datang
K = konsatanta redaman (0,0006)
x = jarak perambatan

Harga puncak surja petir yang masuk ke pembangkit datang dari saluran yang dibatasi oleh
BIL saluran. Dengan mengingat variasi tegangan flashover dan probabilitas tembus isolator, maka
20% untuk faktor keamanannya, sehingga harga e adalah :
e =1,2 BIL saluran
Keterangan :
e = tegangan surja yang datang (kV)
BIL = tingkat isolasi dasar transformator (kV)

 Arus pelepasan nominal (Nominal Discharge Current)


2e−E
I=
Z+R
Z adalah impedansi saluran yang dianggap diabaikan karena jarak perambatan sambaran tidak
melebihi 10 Km dalam arti jarak antara GTT yang satu dengan yang GTT yang lain berjarak antara 8
Km sampai 10 Km. ( SPLN 52-3,1983 : 11 )

tegangan impuls 100 % 105 kV


R= = =42 Ω
arus pemuat 2,5

2× 400 kV −133,33
I= =15,8 kA
0+42 Ω
Keterangan :
I = arus pelepasan arrester (A)
e = tegangan surja yang datang (KV)
Eo = tegangan pelepasan arrester (KV)
Z = impedansi surja saluran (Ω)
R = tahanan arrester (Ω)
Jatuh tegangan pada arrester dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
V =IxR
Sehingga tegangan pelepasan arrester didapatkan sesuai persamaan :
ea = Eo + (I x R)
Keterangan :
I = arus pelepasan arrester (KA)
Eo = tegangan arrester pada saat arus nol (KV)
Eo = tegangan pelepasan arrester (KV)
Z = impedansi surja (Ω)
R = tahanan arrester (Ω)

 Pemilihan tingkat isolasi dasar (BIL)


“Basic Impuls Insulation Level (BIL) level yang dinyatakan dalam impulse crest voltage
(tegangan puncak impuls) dengan standart suatu gelombang 1,5 x 40 μs. Sehingga isolasi dari
peralatan-peralatan listrik harus mempunyai karakteristik ketahanan impuls sama atau lebih
tinggi dari BIL tersebut.

 Pemilihan tingkat isolasi dasar (BIL)


Harga puncak surja petir yang masuk ke pembangkit datang dari saluran yang dibatasi oleh
BIL saluran. Dengan mengingat variasi tegangan flasover dan probabilitas tembus isolator,
maka 20% untuk faktor keamanannya, sehingga harga E adalah :

e =1,2 BIL saluran


e = 1,2 x 125 KV
e = 150 KV
Basic Impuls Insulation Level (BIL) level yang dinyatakan dalam impulse crest voltage
(tegangan puncak impuls) dengan standart suatu gelombang 1,2/50 μs. Sehingga isolasi dari
peralatan-peralatan listrik harus mempunyai karakteristik ketahanan impuls sama atau lebih
tinggi dari BIL tersebut. Sehingga dipilih BIL arrester yang sama dengan BIL transformator
yaitu 125 KV

 Margin Perlindungan Arrester


Untuk mengitung dari margin perlindungan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
MP = (BIL / KIA-1) x 100%
MP = (125 KV/ 133,3 – 1) x 100%
= 94,5 %
Keterangan :
MP = margin perlindungan (%)
KIA = tegangan pelepasan arrester (KV)
BIL = tingkat isolasi dasar (KV)
Berdasarkan rumus di atas ditentukan tingkat perlindungan untuk tafo daya. Kriteria yang
berlaku untuk MP > 20% dianggap cukup untuk melindungi transformator.

 Jarak penempatan Arrester dengan Peralatan


Penempatan arrester yang baik adalah menempatkan arrester sedekat mungkin dengan
peralatan yang dilindungi. Jarak arrester dengan peralatan Yang dilindungi digunakan
persamaan sebagai berikut :
2×A×x
Ep = ea + v
2×4000 KV /μs×x
= 133,3 KV+ 300 m/μs
8,3 = 26,6x
x = 0,31 m
jadi jarak arrester sejauh 31 cm dari transformator yang dilindungi.
Perhitungan jarak penempatan arrester di atas digunakan untuk transformator tiang. Namun di
wilayah Malang juga terdapat penempatan transformator di permukaan tanah dengan
menggunakan kabel tanah. Transformator diletakkan di atas tanah dan terhubung dengan
arrester yang tetap diletakkan di atas tiang melalui kabel tanah.

Tabel Batas Aman Arrester

IMPULS BIL BIL


PETIR ARRESTER TRAF0 KONDISI KETERANGAN
(KV) (150 KV) (125 KV)
Tegangan masih di bawah
120 KV < 150 KV <125 KV Aman rating transformator maupun
arrester

Tegangan masih memenuhi


125 KV <150 KV =125 KV Aman
batasan keduanya

130 KV <150 KV >125 KV Aman Tegangan lebih diterima


arrester dan dialirkan ke
tanah
Masih memenuhi batas
150 KV =150 KV >125 KV Aman tegangan tertinggi yang bisa
diterima arrester.
Tidak Arrester rusak, transformator
200 KV >150 KV >125 KV
aman rusak

 Pemilihan Arrester
Dalam hal ini pemilihan arrester yang digunakan untuk sistem tegangan menengah yaitu
arrester katup. Arrester ini terdiri dari atas beberapa sela percik yang dihubungkan seri dengan
resistor tak-linier. Resistor tak linier mempunyai tahanan yang rendah bila dialiri arus besar
dan mempunyai tahanan yang besar saat dialiri arus kecil. Resistor tak-linier umumnya
digunakan untuk arrester yang terbuat dari bahan silikon karbid. Kerja arrester ini tidak
dipengaruhi keadaan udara sekitar karena sela percik dan resistor tak-linier keduanya
ditempatkan dalam tabung isolasi tertutup.

B. CUT OUT
Cut Out berfungsi untuk mengamankan transformator dari arus lebih. Cut out dipasang pada sisi
primer transformator, dalam menentukan cut-out hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah:

 Arus nominal beban untuk pemilihan rating arus kontinyu cut-out


 Tegangan sistem untuk pemilihan rating tegangan
 Penggunaan CO tergantung pada arus beban, tegangan sistem, type sistem, dan arus
gangguan yang mungkin terjadi.
Dalam pemilihan Cut Out, teragantung dari pemakaian trafo apakah memakai minyak atau trafo
kering. Di dalam PUIL 2000 hal 190, apabila menggunakan trafo kering, In Co dikalikan 125 %
(maksimal).

4000kVA
In CO = 130 % X √3 X 20kV
= 150 A
Dari data diatas dapat dipilih CO dengan spesifikasi sebagai berikut:
Rating arus : 150 A
Rating tegangan : 20 kV
PERENCANAAN KUBIKEL MV

Kubikel 20 kV adalah komponen peralatan untuk memutuskan dan menghubungkan,


pengukuran, tegangan, arus maupun daya, peralatan proteksi dan control. Didalam perencanaan ini,
pelanggan memesan daya kepada PLN sebesar 2335 kVA, pelanggan ini termasuk pelanggan TM / TM
/ TR sehinga trafo milik pelanggan, rugi-rugi ditanggung pelanggan, pengukuran di sisi TT dan trafo
ditempatkan di gardu distribusi.

Kubikel terdiri dari dua unit. Pertama adalah milik PLN (yang bersegel) dan kubikel milik
pelanggan (hak pelanggan sepenuhnya). Setiap kubikel terdiri dari incoming, metering dan outgoing.
Pada perencanaan ini, kubikel pelanggan dan PLN disamakan spesifikasinya, karena selain PLN,
pelanggan juga perlu memonitoring metering milik pelanggan itu sendiri. Spesifikasi kubikel ialah:

1. Incoming : IMC
2. Metering : CM2
3. Outgoing : DM1-A
Dari schneider / Merlin Gerin

1. INCOMING (IMC)
Terdiri atas LBS (load break switch), coupling kapasitor dan CT

- LBS
Ialah pemutus dan penyambung tegangan dalam keadaan berbeban, komponen berbeban terdiri
atas beberapa fungsi yaitu:
1. Earth Switch
2. Disconnect Switch
3. Load Break Switch
Untuk meng-energized, proses harus berurutan (1-2-3) dan memutus beban harus dengan
urutan kebalikan (3-2-1).
- Coupling Capasitor
Dalam penandaan kubikel membutuhkan lampu tanda dengan tegangan kerja 400 V. Karena
pada kubikel mempunyai tegangan kerja 20 kV, maka tegangan tersebut harus diturunkan
hingga 400 V menggunakan coupling capasitor dengan 5 cincin yang menghasilkan output
tegangan
20 kV
¿ =400 V
5
- Current Transformator (CT)
Trafo yang digunakan adalah trafo dengan daya 800 kVA. Sehingga arus nominalnya ialah:

800 kVA
I n= =23,09 A
√ 3 × 20 kV
meter yang digunakan hanya mampu menerima arus sampai 5 A. Sehingga dibutuhkan trafo
arus (CT) dengan spesifikasi:
1. Transformer ARM / N2F
2. Single Primary Winding
3. Double Secondary Winding Untuk Pengukuran dan Pengaman
4. Arus rating : 50 A / 5
5. Burden : 7,5 VA
6. Class : 0,5
2. METERING (CM2)
Terdiri atas LBS type CS, busbar 3 phasa, LV circuit isolation switch, LV fuse, 3 fuse type UTE
atau DIN 6.3 A, heater 150 W (karena daerah degan tingkat kelembaban tinggi).
- Load Break Switch type CS
Dioperasikan dengan pengungkit yang terdiri atas :
1. Earth switch
2. Disconnect switch
Auxiliary kontak untuk CM2 yaitu 10 + 2c

- Voltage transformator
 Transformer VRC2 / S1 phase to phase 50 Hz
 Reted voltege : 24 kV
 Primary voltage : 20 kV
 Secondary voltage : 100 V
 Thermal power : 500 VA
 Kelas akurasi : 0,5
- Fuse
Fuse yang digunakan pada kubikel metering tergantung dari tegangan kerja dan transformator
yang digunakan. Setelah melihat tabel seleksi fuse (katalog kubikel), fuse CF dengan rating
100 A (standart DIN).

- Heater 150 W
Heater digunakan sebagai pemanas dalam kubikel. Sumber listrik heater ini berdiri sendiri 220
V-AC. Difungsikan untuk menghindari flash over akibat embun yang ditimbulkan oleh
kelembaban di sekitar kubikel.

3. OUTGOING (DM1-A)
Terdiri atas:
 SF1 atau SF set circuit breaker (CB with SF6 gas)
 Pemutus dari earth switch
 Three phase busbar
 Circuit breaker operating mechanism
 Dissconector operating mechanism CS
 Voltage indicator
 Three ct for SF1 CB
 Aux- contact on CB
 Connections pads for ary-type cables
 Downstream earhting switch.
Dengan aksesori tambahan:
 Aux contact pada disconnector
 Additional enclosure or connection enclosure for cabling from above
 Proteksi menggunakan stafimax relay atau sepam progamable electronic unit for SF1 -CB.
 Key type interlock
 150 W heating element
 Stands footing
 Surge arrester
 CB dioperasikan dengan motor mekanis.

A. PEMILIHAN KOMPONEN KUBIKEL


1. Pemilihan Disconnecting Switch (DS).
Disconnecting switch merupakan peralatan pemutus yang dalam kerjanya (menutup
dan membuka) dilakukan dalam keadaan tidak berbeban, karena alat ini hanya difungsikan
sebagai pemisah bukan pemutus.
Jika DS dioperasikan pada saat keadaan berbeban maka akan terjadi flash over atau
percikan-percikan api yang dapat merusak alat itu sendiri.
Fungsi lain dari disconnecting switch adalah difungsikan sebagai pemisah tegangan
pada waktu pemeliharaan dan perbaikan, sehingga dperlukan saklar pembumian agar tidak
ada muatan sisa.
Karena DS dioperasikan sebagai saklar maka perhitungannya adalah
Strafo 800 kVA
I= ×1,15= ×1,15=23,09 A
√3 × 20 kV √3 × 20 kV
Sehingga dipilih DS dengan type SF 6 with earthing switch.

2. Pemilihan Load Break Switch.


Kemampuan pemutus ini harus disesuaikan dengan rating nominal dari tegangan kerja,
namun LBS juga harus mampu beroperasi saat arus besar ( Ics ) tanpa mengalami kerusakan.
Cara pengoperasian LBS bisa secara manual yaitu digerakkan melalui penggerak mekanis
yang dibantu oleh sisitem pegas dan pneumatic.pemilihan LBS ditentukan berdasarkan dengan
Rating arus nominal dan tegangan kerjannya :

Strafo 800 kVA


I= ×1,15= ×1,15=23,09 A
√3 × 20 kV √3 × 20 kV
3. Pemilihan Current Transformer.
Berdasarkan data dari trafo, dengan mengetahui tegangan kerja dan daya trafo maka dapat
dipilih CT dengan perhitungan sebagai berikut :
- Daya trafo = 800 kVA
- I primer = 23,12 A
- V primer = 20 kV
- Vsekunder = 400V

Dari data pemilihan kubikel dapat dipilih CT sebagai berikut:


a. Forunit IMC
Transformer ARM2/N2F
- single primary winding;
- double secondary winding for measurement and protection.
Short-time withstand current Ith (kA)
- I1n = 50 A
- Ith = 12,5 kA
- t=1s
- measurement and protection 5 A = 10 VA - 5P10
b. For 400 - 630 Aunit DM-1A
Transformer ARJP1/N2F
- double primary winding;
- single secondary winding for measurement and protection..
Short-time withstand current Ith (kA)
- I1n = 20 / 40 A
- Ith = 12,5 kA
- t = 0,8 s
- measurement and protection 5 A = 5 VA - 5P10

4. Pemilihan Potential Transformer


Berdasarkan data dari trafo, dengan mengetahui tegangan kerja dan daya trafo maka dapat
dipilih PT dengan perhitungan sebagai berikut :
- Daya trafo = 800 kVA
- I primer = 23,12 A
- V primer = 20 kV
- I sekunder = 1156,07 A
- Vsekunder = 230 / 380 V
Dari data pemilihan kubikel dapat dipilih PT sebagai berikut:
For units CM2,
rated voltage (kV) = 24
primary voltage (kV) = 20
secondary voltage (V) = 100
thermal power (VA) = 500
accuracy class = 0.5
rated output for single primary winding (VA) = 50

5. Pemilihan CB
CB = 250% x Ip
= 250% x 23,12 A
= 57,8 A
Dipilih CB dengan Inominal = 57,8 A

Spesifikasi pada kubikal IMC terdapat:


1. Peralatan pokok:
 Saklar dan saklar pentanahan
 Busbar 3 fasa
 Indicator tegangan
 Busbar tiga fasa bagian bawah untuk line outgoing.
 Tiga buah CT
2. Accessories:
 Motor untuk mengoperasikan saklar mekanik
 Kontak Bantu
 Pengunci interlock
 Pemanas dengan daya elemen 50W
 Enclosure atau hubungan enclosure untuk pengawatan
 Phase comparator
 Indicator kesalahan
 Surge arrestors (hanya untuk kubikal 500 mm)

PERENCANAAN PEMASANGAN KAPASITOR BANK PADA INDUSTRI

Kapasitor bank adalah peralatan listrik untuk meningkatkan power factor (pf), yang terdiri
dari rangkaian-rangkaian kapasitor yang dirangkai dalam suatu panel yang disebut panel
kapasitor bank, yang sisusun seri atau paralel dalam suatu grup dengan lapisan logam. Dalam
kapasitor bank terdapat resistor yang berfungsi sebagai alat internal untuk membuang sisa
tegangan. Biasanya kapasitor bank disusun dalam variasi rating tegangan sekitar 240 V –
24940 V dan dalam rating kapasitas sekitar 2,5 – 1000 kVAr.
Kapasitor banyak digunakan di industry dengan berbagai pertimbangan. Pemasangan
kapasitor mempunyai keuntugan sebagai berikut :
1. Menghilangkan kelebihan beban atas kelebihan pemakaian pemakaian daya reaktif
2. Menurunkan pemakaian KVA total
3. Optimasi jaringan
a. Meningkatkan daya yang bisa disuplai oleh trafo
b. Menurunkan susut tegangan
c. Menurunkan rugi – rugi kabel

Diketahui data pabrik sebagaiberikut :

 Harmonisa 30%
 Power factor 0.75
 Power factor yang diinginkan 0.95
 Daya aktif 1762.5 W

Perhitungan menggunakan metode 1 ( tabel cos phi ). Melihat tabel cos phi
menunjukkan factor pengali sebesar 0,371.Maka daya reaktif yang diperlukan :

0,553 x 1762.5 kW = 974.6 kVAr

Melihat kebutuhan daya reaktif sebesar 974.6 kVAr, nilai perubahan power factor
( fluktuasi ) yang tinggi dan harmonisa yang tinggi maka dipilih kapasitor bank produk ABB
series CLMR denganspesifikasiumumsebagaiberikut :

 kVAr : 880
 steps : 4
 Reactor : include
 Circuit breaker : T7H1200BW
PERHITUNGAN ATS

Untuk ATS rating arusnya disesuaikan dengan pengaman utama, sehingga dari
perhitungan pengaman utama, maka dipilih ATS CTST series dengan rating sebesar 4000 A
produk CATERPILLAR dengan spesifikasi sebagai berikut :

 Rated Voltage : 600 VAC / 125 VDC


 Rated current : 4000 A
 Pole :4
 Operating current : 65 A
 Operating voltage : 240 V

Lebih lengkapnya mengenai dimensi dan spesifikasi lain tentang ATS


CATERPILLAR bisa dilihat pada katalog.

PENTANAHAN BODY TRAFO, SANGKAR FARADAY, BODY CUBICLE

Pada pentanahan body trafo, sangkar faraday,body cubicle harus mempunyai


tahanan maksimum 5 ohm. Dalam pentanahan ini menggunakan sistem pentanahan elektroda
batang tunggal dengan catatan:

 Elektroda ditanam pada tanah ladang dengan tahanan jenis ( ρ ): 100 ohm/m
 Luas penampang elektroda adalah 5/8”Cu telanjang
r = 7,94 mm
 Menggunakan sistem pentanahan elektroda batang tunggal
 Panjang elektroda = 3 meter
 Elektroda ditanam sedalam panjang elektroda
ρ 4L
R pentanahan = 2 .π . L
ln −1
a ( )
100 4x3
= ( ln
2. π .3 0 ,00794
−1 )
= 33,5 Ω Tidak memenuhi syarat karena lebih dari 5Ω

Menggunakan konfigurasi DOUBLE STRAIGHT

l 3
k =In =In =5,9
r 0 , 00794

1+L 1+3 In.x In.1 ,33


x= = =1 , 33 m= = =0, 048
L 3 k 5,9

1+2 m 1+2 ( 0 ,048 )


= =
Factor pengali konfigurasi 2 2 =0,548

ρ
Rpt= x
2 πL factor pengali konfigurasi

100
= x 0 ,548=2,9Ω
2 πx 3 memenuhi persyaratan karena Rpt<5Ω

 Jadi, tahanan pentanahan yang diperoleh dengan pentanahan elektroda batang tunggal
sistem double straight adalah sebesar 2,9 Ω. Sehinggamemenuhisyarat PUIL.
PENTANAHAN ARESTER DAN KABEL NA2XSGBY

(KAWAT BRAID/GB PENTANAHAN)

Agar bahaya sambaran petir tidak masuk ke dalam siatem maka arrester harus di
tanahkan. Dalam pentanahan ini menggunakan sistem pentanahan elektroda batang tunggal
dengan catatan:

 Elektroda ditanam pada tanah ladang dengan tahanan jenis ( ρ ): 100 ohm/m
 Luas penampang elektroda adalah 5/8”Cu telanjang
r = 7,94 mm
 Menggunakan sistem pentanahan elektroda batang tunggal
 Panjang elektroda = 3 meter
 Elektroda ditanam sedalam panjang elektroda
ρ 4L
R pentanahan = 2 .π . L
ln −1
a ( )
100 4x3
= ( ln
2. π .3 0 ,00794
−1 )
= 33,5 Ω Tidak memenuhi syarat karena lebih dari 5Ω

Menggunakan konfigurasi DOUBLE STRAIGHT

l 3
k =In =In =5,9
r 0 , 00794

1+L 1+3 In.x In.1 ,33


x= = =1 , 33 m= = =0, 048
L 3 k 5,9

1+2 m 1+2 ( 0 ,048 )


= =
Factor pengali konfigurasi 2 2 =0,548

ρ
Rpt= x
2 πL factor pengali konfigurasi

100
= x 0 ,548=2,9Ω
2 πx 3 memenuhi persyaratan karena Rpt<5Ω

 Jadi, tahanan pentanahan yang diperoleh dengan pentanahan elektroda batang tunggal
sistem double straight adalah sebesar 2,9 Ω. Sehinggamemenuhisyarat PUIL.

Anda mungkin juga menyukai