Anda di halaman 1dari 38

PERENCANAAN JARINGAN

Perencanaan untuk membuat konstruksi SUTM, SUTR, GTT untuk perumahan


dengan data :.
a) Data perumahan.
1) Pelanggan 1300 VA sebanyak 50 unit rumah. (1fasa)
2) Pelanggan 6600 VA sebanyak 30 unit rumah. (3fasa)
b) Data fasilitas.
1) Masjid 2200 VA sebanyak 1 unit. (1fasa)
2) Pos Satpam 450 VA sebanyak 2 unit. (1fasa)
3) Mini Market 2200 VA sebanyak 1 unit. (1fasa)
4) PJU 10600 VA (3fasa)
Catatan
i. Perumahan dan Fasilitas disupplai GTT sendiri.
ii. Jarak GTT terhadap rumah yang paling jauh SUTR : 75 meter.

Tugas
1) Single line total.
2) Single line GTT
3) Single line TM.
4) Single line TR
5) RAB GTT.
6) RAB SUTM.
7) RAB SUTR
8) Biaya investasi + biaya kepengurusan ke PLN.
Penentuan Daya Trafo GTT Yang Dibutuhkan.

Untuk menentukan daya trafo pada GTT kita harus menentukan factor ramalan
pertumbuhan kebutuhan beban yaitu:
Ramalan Pertumbuhan Beban
Pertumbuhan beban atau melonjaknya kebutuhan suatu perencanaan pengembangan
system tenaga listrik adalah merupakan masalah penting bagi suatu perencanaan
pengembangan system tenaga listrik. Ada beberapa factor yang mempengaruhi dan
mendorong melonjaknya kebutuhan listrik tersebut, misalnya adanya perdagangan dan
industri yang tumbuh dengan pesat, pertambahan penduduk yang semakin meningkat dan
sebagainya.
Masalah-masalah yang timbul disini adalah untuk untuk perencanaan tahunan untuk
memperbesar kapasitas penjualan tenaga listrik, untuk menanggulangi pertambahan beban
tersebut.
Untuk mengatasi hal tersebut diatas, kita harus mengetahui besar pertambahan
beban puncak untuk tahun-yahun mendatang. Untuk meramalkan kebutuhan tahunan,
kebutuhan beban sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu.
Ada beberapa macam cara meramalkan pertumbuhan beban, tetapi secara garis
besar dapat dibagi menkadi dua yaitu:
o Secar grafis.
o Secara analitis.
a) Secara Grafis.
Dengan menggunakan data-data grafis dari tahun sebelumnya, yaitu dari kurva
tahunan dan besarnya daya(kW), maka dapat diramalkan pertumbuhan beban untuk
tahun-tahun mendatang dengan metode extrapolar. Metode ini adalah dengan menarik
garis-garis pertumbuhan beban untuk tahun-tahun berikutnya. Dengan sendirinya hasil
yang diperoleh dari penganalisaan secara grafis agak kasar. Oleh karena itu cara ini
digunakan hanya sebagai pembanding.
b) Secara Analitis.
Dalam metode ini peramalan kebutuhan tenaga listrik digolongkan dalam empat group
konsumen, yaitu:
1) Konsumen perumahan(residensial).
o Jumlah anggota perumahan = A orang per rumah (1).
JumlahPenduduk
o Jumlah perumahan = A (2).
o Jumlah langganan dari perumahan = (2) X electrification ratio (3).
Dimana electrification ratio = perbandingan antara jumlah konsumen rumah
tangga yang memakai tenaga listrik dengan jumlah seluruh rumah tangga.
 Jadi jumlah kebutuhan tenaga listrik untuk konsumen Residensial adalah
= (3) X pemakaian maksimum rata-rata untuk seluruh rumah. (4).

2) Konsumen komersil.
 Jumlah dari langganan komersil = jumlah langganan perumahan x
constituent ratio (5).
 Dimana constituent ratio = perbandingan antara jumlah jumlah konsumen
komersil dengan jumlah konsumen perumahan.
 Jadi jumlah kebutuhan tenaga listrik untuk konsumen komersil adalah
= (5) X pemakaian maksimum rata-rata dari tiap langganan komersil
(6).
3) Konsumen industri.
Kebutuhan menurut permintaan dari para konsumen industri (7).
4) Konsumen Fasilitas Umum.
Kebutuhan untuk fasilitas umum ={(4)+(6)} x 10% (8).
Data-data yang diperlukan:
Fasilitas
1) Masjid 2200 VA sebanyak 1 unit : 2.200 VA
2) Pos Satpam 450 VA sebanyak 2 unit : 900 VA
3) Mini Market 6600 VA sebanyak 1 unit : 2.200 VA
4) PJU 10600 VA : 10.600VA+
: 15.900 VA
Perumahan
1) Pelanggan 1300 VA sebanyak 50 rumah : 65.000 VA
2) Pelanggan 6600 VA sebanyak 30 rumah : 198.000 VA+
: 263.000 VA.
263.000VA
o Rata-rata daya maksimum tiap rumah = = 3.287,5 VA.
80
o Dengan asumsi setiap rumah memiliki anggota keluarga sebanyak 4 jiwa per rumah
maka jumlah total penduduk = 4 x 80 = 320 jiwa.
o Pertumbuhan penduduk tiap tahun(dimisalkan) = 2% per tahun.

Dari data-data diatas kita dapat meramalkan pertumbuhan beban pada perumdin tersebut
yaitu:
JumlahKonsumenPerumahan
1) Electrification ratio : JumlahRumah
300
: 300 = 1.
2) Jumlah penduduk 5 Tahun mendatang.
5
= (1+0,02) x 320 jiwa = 353,3 jiwa.
= dibulatkan 354 jiwa.
3) Jumlah perumahan 5 tahun mendatang.
= jumlah penduduk / 4
= 354/ 4 =88,9 rumah.
= 89 rumah.
4) Jumlah konsumen perumahan 5 tahun mendatang.
=jumlah rumah x Electrification ratio
= 89 x 1.
= 89 rumah.
5) Jumlah total beban perumahan = jumlah konsumen x daya rata-rata tiap rumah
= 89 x 3.287,5 VA
= 292.587,5 VA
6) Beban fasilitas umum = 15.900 VA
7) Beban total GTT = Beban fasilitas umum + Beban perumahan
= 15.900 VA + 292.587,5 VA = 308.487,5 VA

Karena beban nya termasuk jenis bangunan perumahan dengan flat pemanas maka
dipilih FK sebesar 0,8.
 Total Beban x FK
= 308.487,5 VA x 0,8
= 246.790 VA
Kemudian menghitung cadangan untuk antisipasi jika ada pengembangan beban.
Cadangan yang di pilih adalah 20%
 Kebutuhan daya x cadangan
= 246.790 VA x 120%
= 296.148 VA
Karena beban yang ditanggung oleh trafo adalah beban 1 fasa dan 3 fasa maka
kapasitas daya trafo yang digunakan adalah:
296.148VA
Daya trafo perumahan =
2
= 148.074 VA
= 149 KVA
JADI TRAFO GTT YANG DIGUNAKAN DIPILIH DENGAN DAYA
TRAFO 250 KVA SEJUMLAH 1 BUAH DAN 160 KVA SEJUMLAH 1 BUAH

Dikarenakan spesifikasi trafo yang di gunakan ONAN maka


pembebanan maksimum trafo adalah daya nominal trafo x factor
pembebanan ( 0,81 ) = 250 KVA x 0,81 = 202,5 KVA ( Masih
memenuhi )
Dikarenakan spesifikasi trafo yang di gunakan ONAN maka
pembebanan maksimum trafo adalah daya nominal trafo x factor
pembebanan ( 0,81 ) = 160 KVA x 0,81 = 129,6 KVA ( Masih
memenuhi )
Total GTT : 202,5 KVA + 129,6KVA = 332,1 KVA (Memenuhi
yang dibutuhkan yaitu : 296.148 VA atau 297 KVA

PERHITUNGAN PENGHANTAR , PENGAMAN , DAN PEMBEBANAN

 GTT 250 kVA merk Trafindo

1) Perhitungan penghantar pada SUTM.


Untuk menghitung KHA penghantar kita harus mengetahui data-data yang
diperlukan untuk kebutuhan perhitungan KHA penghantar tersebut, yaitu:
 Daya trafo GTT : 250 KVA ( lihat perhitungan trafo GTT).
Dari data diatas maka In dapat dihitung yaitu:
250 KVA
 In = √3 x20 . 000
= 7,21 A.
 KHA = 1,25 x In
= 9,01 A.
 Maka menggunakan kabel AAAC/S yaitu All Alloy Aluminium Conductor
2
berisolasi XLPE dengan ukuran 35 mm ,sesuai Sutrado Kabel Catalog memiliki
KHA = 167A.

2) Perhitungan penghantar pada SUTR.


Untuk menghitung KHA penghantar kita harus mengetahui data-data yang
diperlukan untuk kebutuhan perhitungan KHA penghantar tersebut, yaitu:
 Daya trafo GTT : 250 KVA ( lihat perhitungan trafo GTT).
Dari data diatas maka In dapat dihitung yaitu:
250 KVA
 In =
√3 X 400
= 360,8 A
 KHA = 1,25 x In
= 451 A.
Kabel pada JTR

Kabel SR menuju APP

2
 Maka menggunakan kabel NFA2X-T dengan ukuran 3x70+1x50 mm ,sesuai
Sutrado Kabel Catalog memiliki (KHA 196 A) pada setiap jurusan. Lalu dari
SUTR/JTR menuju ke SR yang kemudian disambungkan ke APP rumah
menggunakan kabel NFA2X ukuran 2x16 mm2
3) Perhitungan Drop Tegangan

Drop tegangan yang diizinkan menurut standar PUIL 2000 adalah maksimal sebesar
5%.pada perencanaan ini dimisalkan jarak antara GTT dan antar beban 200 m

3 . L. I
∆V ¿ √
A .X

3 X 200 X 196
¿√
260 X 32
¿ 8,16 v

8,16
%V ¿ x 100%
400
¿ 2,04 % (masih memenuhi)

4) Menentukan Kabel Dari Sisi Sekunder Trafo Menuju Ke LV Panel

Kabel dari sisi sekunder trafo menuju LV Panel

KHA = 125% x In
=125% x 360,8 A
= 451 A

Penghantar yang digunakan adalah kabel NYY 0,6/1KV ukuran(1x240 mm2 )tiap
fasa dengan KHA 590 A dipasang diudara pada suhu maksimum lingkungan sebesar
45°C.
5) Pemilihan Busbar Dari Trafo Ke Panel

KHA Kabel x ∑kabel per fasa


= 590 A x 1
= 590 A

Maka busbar yang digunakan sesuai dengan PUIL 2000 hal 235 adalah busbar
tembaga 2x(Cubars 4x 30x3 mm) dilapisi dengan lapisan konduktif,pembebanan
kontinu = 600 A

6) Pemilihan Sepatu Kabel


 Sepatu Kabel dari sisi sekunder trafo ditentukan dari ukuran bushing sekunder.

Karena In = 360,8 A maka bushing dipilih dengan In = 630 A dengan ukuran


lubang M20 sehingga penentuan sepatu kabel pada luas penampang kabel
240mm2 dipilih diameter lubang 20mm

 Sesuai Pemberlakuan Distribusi Jawa Timur bahwa ukuran lubang mur dan
baut pada pengaman adalah M12 maka sepatu kabel pada luas penampang
kabel 240mm2 dipilih dengan diameter lubang 12 mm.
7) Pembagian Pembebanan Untuk GTT 1 (250 kVA)

Pembagian ini dimaksudkan agar dicapai keseimbangan beban agar salah satu belitan
trafo tidak mendapat beban yang tidak berlebih. Karena pada GTT ini dibebani oleh
beban 3 fasa yaitu rumah 3 lantai yang berjumlah 30 rumah maka pembagian sebagai
berikut :

Daya Jurusan 1
Beban
(VA) Σbeban R S T
Rumah 3 Lt 6600 10 66.000
ΣDaya per Fasa 22.000 22.000 22.000
Σ Daya Tiap Jurusan 66.000 VA

Daya Jurusan 2
Beban
(VA) Σbeban R S T
Rumah 3 Lt 6600 10 66.000
ΣDaya per Fasa 22.000 22.000 22.000
Σ Daya Tiap Jurusan 66.000 VA

Daya Jurusan 3
Beban
(VA) Σbeban R S T
Rumah 3 Lt 6600 10 66.000
ΣDaya per Fasa 22.000 22.000 22.000
Σ Daya Tiap Jurusan 66.000 VA

Digunakan LV panel 3 jurusan 1 pintu.

Dari data diatas maka In dapat dihitung yaitu:

Perhitungan Pengaman Utama dan Jurusan pada GTT 1


S
I N pada sisi sekunder=
√ 3 ×V
250 kVA
I N pada sisi sekunder= =360,8 A
√3 × 400

Perhitungan Pengaman Utama


Diketahui :
S = 250 kVA
250 kVA
I = =¿ 360,8 A
√3 × 400
Pengaman Max = 2,50 x In
= 902 A
KHA = 1,25 x 360,8 A
= 451 A

Pemilihan pengaman Utama :


Nilai I Pengaman harus diatas In dan dibawah nilai KHA. Maka dipilih MCCB
400A type EZC400N3400 dengan nilai breaking capacity 36 kA merk Schneider. Dan
menggunakan busbar tembaga 1x(Cubars 4x 40x3 mm) dilapisi dengan lapisan
konduktif,pembebanan kontinu = 460 A pada setiap fasanya.

Perhitungan Pengaman Jurusan


Karena pada jurusan 1,2, dan 3 memiliki beban yang sama tiap fasanya maka penentuan
pengaman tiap fasa jurusan seperti berikut

Pada Fasa R , S , T

22.000VA
In = =¿100 A
220 V

KHA = 125% x In
= 1.25 x 100
= 125 A

Pemilihan pengaman Cabang :


Nilai I Pengaman harus diatas In dan dibawah nilai KHA. Maka pemilihan pengaman untuk
fasa R,S,T pada setiap jurusan dipilih NH FUSE BUSSMANN dengan rating 100A dan
kabel NYY 0,6/1kV ukuran (1x35 mm2 )dengan KHA 170 A pada setiap fasanya serta
sepatu kabel dengan diameter 12mm

 GTT 160 kVA merk Trafindo


1) Perhitungan penghantar pada SUTM.
Untuk menghitung KHA penghantar kita harus mengetahui data-data yang diperlukan
untuk kebutuhan perhitungan KHA penghantar tersebut, yaitu:
 Daya trafo GTT : 160 kVA ( lihat perhitungan trafo GTT).
Dari data diatas maka In dapat dihitung yaitu:

160 kVA
 In =
√ 3 X 20 kV
= 4,61A.
 KHA = 1,25 x In
= 5,77 A.

 Maka menggunakan kabel AAAC/S yaitu All Alloy Aluminium Conductor


2
berisolasi XLPE dengan ukuran 35 mm ,sesuai Sutrado Kabel Catalog memiliki
KHA = 167A

2) Perhitungan penghantar pada SUTR.


Untuk menghitung KHA penghantar kita harus mengetahui data-data yang
diperlukan untuk kebutuhan perhitungan KHA penghantar tersebut, yaitu:
 Daya trafo GTT : 160 KVA ( lihat perhitungan trafo GTT).
Dari data diatas maka In dapat dihitung yaitu:

160 kVA
 In =
√ 3 X 400V
= 230,94 A
 KHA = 1,25 x In
= 288,6 A.

2
 Maka menggunakan kabel NFA2X-T dengan ukuran 3x70+1x50 mm ,sesuai
Sutrado Kabel Catalog memiliki (KHA 196 A) pada setiap jurusan. Lalu dari
SUTR/JTR menuju ke SR yang kemudian disambungkan ke APP rumah
menggunakan kabel NFA2x ukuran 2x16 mm2.
3) Perhitungan Drop Tegangan
Drop tegangan yang diizinkan menurut standar PUIL 2000 adalah maksimal sebesar
5%.pada perencanaan ini dimisalkan jarak antara GTT dan antar beban 200 m

3 . L. I
∆V ¿ √
A .X

3 X 200 X 196
¿√
260 X 32
¿ 8,16 v

8,16
%V ¿ x 100%
400
¿ 2,04 % (masih memenuhi)

4) Menentukan Kabel Dari Sisi Sekunder Trafo Menuju Ke LV Panel

Kabel dari sisi sekunder trafo menuju LV Panel

KHA = 125% x In
=125% x 230,94 A
= 288,675 A

Penghantar yang digunakan adalah kabel NYY 0,6/1KV ukuran(1x120 mm2 )tiap
fasa dengan KHA 375 A dipasang diudara pada suhu maksimum lingkungan sebesar
45°C.

8) Pemilihan Busbar Dari Trafo Ke Panel


KHA Kabel x ∑kabel per fasa
= 375 A x 1
= 375 A

Maka busbar yang digunakan sesuai dengan PUIL 2000 hal 235 adalah busbar
tembaga 1x(Cubars 4x 25x5 mm) dilapisi dengan lapisan konduktif,pembebanan
kontinu = 385 A

9) Pemilihan Sepatu Kabel


 Sepatu Kabel dari sisi sekunder trafo ditentukan dari ukuran bushing sekunder.

Karena In = 230,94 A maka bushing dipilih dengan In = 250 A dengan ukuran


lubang M12 sehingga penentuan sepatu kabel pada luas penampang kabel
120mm2 dipilih diameter lubang 12mm

 Sesuai Pemberlakuan Distribusi Jawa Timur bahwa ukuran lubang mur dan
baut pada pengaman adalah M12 maka sepatu kabel pada luas penampang
kabel 120mm2 dipilih dengan diameter lubang 12 mm.

 PEMBAGIAN PEMBEBANAN UNTUK GTT 2 (160 kVA)


Pembagian ini dimaksudkan agar dicapai keseimbangan beban agar salah satu belitan
trafo tidak mendapat beban yang tidak berlebih. Pembagian beban sebagai berikut :

Total
Fasa Keterangan
Jalur Beban Jumlah Beban
R S T
Rumah 1 Lantai 1300VA 17 22.100 - -
Tarikan Fasa
1 Minimarket 2200VA 1 2.200 - - 26.594,75
PJU 50 W/50,5VA 6 303,03 - - R
PJU 68 W/68,68VA 29 1.991,72 - -
Jumlah 53 26.594,75
Rumah 1 Lantai 1300VA 17 - 22.100 -
Masjid 2200VA 1 - 2.200 - Tarikan Fasa
2 26.647,28
PJU 68 W/68,68VA 28 - 1.923,04 - S
PJU 70 W/70,7VA 6 - 424,24 -
Jumlah 52 26.647,28
Rumah 1 Lantai 1300VA 16 20.800 Tarikan Fasa
Pos Satpam 450VA 2 900 25.820,8
3 T
PJU 68 W/68,68VA 60 4.120,8
Jumlah 77 25.820,8

Total Keseluruhan 182 26.594,75 26.647,28 25.820,8 79.062,83

Rasio Antar Fasa

Fasa R-S

26.647,28−26.594,75
¿ x 100 %=0,06 %
79.062,83

Fasa S-T

26.647,28−25.820,8
¿ x 100 %=1,04 %
79.062,83
Fasa T-R

26.594,75−25.820,8
¿ x 100 %=0,97 %
79.062,83

Dari perhitungan rasio antar fasa diatas maka dapat disimpulkan bahwa transformator
dalam keadaan seimbang karena persentase rasio antar fasanya tidak melebihi ketentuan
yaitu 5%

Pembagian Jurusan pada LV Panel

Daya Jurusan 1
Beban
Daya
(VA) Σbeban R Jurusan 2S T
Beban
Rumah 1 Lt 1300
(VA) 23
Σbeban 22.100
R 7800
S T
Rumah 1 Lt
Masjid 1300
2200 27
1 14.300
2.200 20.800
Minimarket
Pos Satpam 2200
450 12 2200 900
PJU 50
68 W 50,5
68,68 886 303,03 1.923,04 4.120,8
PJU 70
68 W 68,68
70,7 296 1.991,72 424,24
ΣDaya per Fasa 4.494,75
22.100 14.300
12.347,28 20.800
5.020,8
Σ Daya Tiap Jurusan 39.594,75
39.468,08
Digunakan LV panel 2 jurusan 1 pintu.

Dari data diatas maka In dapat dihitung yaitu:

Perhitungan Pengaman Utama dan Cabang pada GTT2


S
I N pada sisi sekunder=
√ 3 ×V
160 kVA
I N pada sisi sekunder= =230,94 A
√3 × 400

Perhitungan Pengaman Utama


Diketahui :
S = 160 kVA
160 kVA
I = =¿ 230,94 A
√3 × 400
Pengaman Max = 2,50 x In
= 577,35 A
KHA = 1,25 x 230,94 A
= 288,6 A

Pemilihan pengaman Utama :


Nilai I Pengaman harus diatas In dan dibawah nilai KHA. Maka dipilih MCCB
250A type EZC400N3250 dengan nilai breaking capacity 36 kA merk Schneider.Dan
menggunakan busbar tembaga 1x(Cubars 4x 25x5 mm) dilapisi dengan lapisan
konduktif,pembebanan kontinu = 385 A pada setiap fasanya.

Perhitungan Pengaman Jurusan

A. Jurusan 1

Pada Fasa R
22.100VA
In = =¿ 100,45 A
220 V

KHA = 125% x In
= 1.25 x 100,45 A
= 125,56 A

Pemilihan pengaman Cabang :


Nilai I Pengaman harus diatas In dan dibawah nilai KHA. Maka dipilih NH FUSE
BUSSMANN dengan size 01 rating 125 A dan kabel NYY 0,6/1kV ukuran (1x35 mm2 )
dengan KHA 170 A serta sepatu kabel dengan diameter 12mm

Pada Fasa S

12.347,28VA
In = =¿ 56,12 A
220 V

KHA = 125% x In
= 1.25 x 56,12 A
= 70,15 A

Pemilihan pengaman Cabang :


Nilai I Pengaman harus diatas In dan dibawah nilai KHA. Maka dipilih NH FUSE
BUSSMANN dengan rating 63 A dan kabel NYY 0,6/1kV ukuran (1x16 mm2 )dengan
KHA 100 A serta sepatu kabel dengan diameter 12mm

Pada Fasa T

5.020,8VA
In = =¿ 22,82 A
220 V

KHA = 125% x In
= 1.25 x 22,82 A
= 28,52 A
Pemilihan pengaman Cabang :

Nilai I Pengaman harus diatas In dan dibawah nilai KHA. Maka dipilih NH FUSE
BUSSMANN dengan rating 25 A dan kabel NYY 0,6/1kV ukuran (1x35 mm2 )dengan
KHA 170 A pada setiap fasanya serta sepatu kabel dengan diameter 12mm

B. Jurusan 2

Pada Fasa R

4.494,75 VA
In = =¿ 20,43 A
220 V

KHA = 125% x In
= 1.25 x 20,43 A
= 25,53 A
Pemilihan pengaman Cabang :
Nilai I Pengaman harus diatas In dan dibawah nilai KHA. Maka dipilih NH FUSE
BUSSMANN dengan size 000 rating 25 A dan kabel NYY 0,6/1kV ukuran (1x4
mm2)dengan KHA 46 A serta sepatu kabel dengan diameter 12m

Pada Fasa S

14.300VA
In = =¿ 65 A
220 V

KHA = 125% x In
= 1.25 x 65 A
= 81,25 A

Pemilihan pengaman Cabang :


Nilai I Pengaman harus diatas In dan dibawah nilai KHA. Maka dipilih NH FUSE
BUSSMANN dengan size 01 rating 100 A dan kabel NYY 0,6/1kV ukuran (1x16 mm2 )
dengan KHA 100 A serta sepatu kabel dengan diameter 12mm

Pada Fasa T

20.800VA
In = =¿ 94,54 A
220 V

KHA = 125% x In
= 1.25 x 94,54 A
= 118,18 A

Pemilihan pengaman Cabang :

Nilai I Pengaman harus diatas In dan dibawah nilai KHA. Maka dipilih NH FUSE
BUSSMANN dengan size 01 rating 100 A dan kabel NYY 0,6/1kV ukuran
(1x25mm2)dengan KHA 135 A serta sepatu kabel dengan diameter 12mm
PENGAMAN GTT

 Fuse Cut Out

Karakteristik utama suatu cut-out adalah sehubungan dengan kebuuhan antara


waktu dan arus. Hubungan antara minimum melting dan maksimim clearing time,
ditentukan dari test data yang menghasilkan karakteristik waktu dan arus. Kurva minimum
melting time dan maksimum clearing time adalah petunjuk yang penting dalam penggunaan
fuse link pada system yang dikoordinasikan.
Melting time adalah interval waktu antara permulaan arus gangguan dan
pembusuran awal. Interval selama dalam masa pembusuran berakhir adalah arching time.
Sedangkan clearing time adalah melting time ditambah dengan arching time.

Factor-faktor dalam pemilihan fuse cut-out


Penggunaan cut-out tergantung pada arus beban, tegangan, type system, dan arus
gangguan yang mungkinterjadi. Keempat factor diatas ditentukan dari tiga buah rating cut-
out, yaitu :
1) Pemilihan rating arus kontinyu
Rating arus kontinyu dari fuse besarnya akan sama dengan atau lebih besar
arus arus beban kontinyu maksimum yang diinginkan akan ditanggung. Dalam
menentukan arus beban dari saluran, pertimbangan arus diberikan pada kondisi
normal dan kondisi arus beban lebih ( over load ).
Pada umumnya outgoing feeder 20 kV dari GI dijatim mampu menanggung
arus beban maksimum630 A, maka arus beban sebesar 100 A. pada cabang adalah
cukup. Dijatim rating arus tertinggi cut-out adalah 100 A.
2) Pemilihan Rating tegangan
Rating tegangan ditentukan dari karakteristik sebagai berikut :
 Tegangan system fasa atau fasa ke tanah maksimum.
 System pentanahan.
 Rangkaian satu atau tiga fasa.
Sesuai dengan teganga sisitem dijatim maka rated tegangan cut-out dipilih
sebesar 20 kV dan masuk ke BIL 150.

3) Pemilihan rating Pemutusan.


Setiap transformator berisolasi minyak harus diproteksi dengan gawai proteksi arus lebih
secara tersendiri pada sambungan primer, dengan kemampuan atau setelan tidak lebih dari
250 %dari arus pengenal transformator.
Setelah melihat data- data diatas maka perhitungan pemilihan fuse cut-out adalah
sebagai berikut :

 Arus untuk cut-out GTT 250 KVA


KVA (trafo)
I co= ×2,5
√3×20 kV
250 kVA
I co= ×2,5
√ 3×20 kV
= 18,04 A
Nilai tersebut adalah nilai maksimum sedangkan dalam perencanaan ini digunakan
CO dengan perhitungan 100 % dikarenakan pada perencanaan kapasitas trafo sudah
memperhatikan factor pengembangan 5 tahun mendatang.
Rating arus kontinyu dari fuse besarnya dianggap sama atau lebih besar dari beban
kontinyu maksimal yang diinginkan / ditanggung. Oleh karena itu dipilih CO dengan arus
sebesar 100 A tipe FHRW 24-100 merk proteksindo dengan fuse link 15 A (sesuai tabel
katalog) merk proteksindo.

 Arus untuk cut-out GTT 160 kVA


kVA(trafo )
I co= ×2,5
√3×20 kV
160 kVA
I co= ×2,5
√ 3×20 kV
= 11,54 A
Nilai tersebut adalah nilai maksimum sedangkan dalam perencanaan ini digunakan
CO dengan perhitungan 100 % dikarenakan pada perencanaan kapasitas trafo sudah
memperhatikan factor pengembangan 5 tahun mendatang.
Rating arus kontinyu dari fuse besarnya dianggap sama atau lebih besar dari beban
kontinyu maksimal yang diinginkan / ditanggung. Oleh karena itu dipilih CO dengan arus
sebesar 100 A tipe FHRW 24-100 merk proteksindo dengan fuse link 10 A (sesuai tabel
katalog) merk proteksindo.
 Arrester

CARA MEMILIH ARESTER UNTUK TRANSFORMATOR 20 KV


Arrester dipakai sebagai alat proteksi utama dari tegangan lebih. Oleh
karena pemilihan arrester harus sesuai dengan peralatan yang dilindunginya. Karena
kepekaan arrester terhadap tegangan, maka pemakainya harus disesuikan dengan
tegangan sistem.
Pemilihan lightning arrester dimaksudkan untuk mendapatkan tingkat isolasi dasar
yang sesuai dengan Basic Insulation Level (BIL) peralatan yang dilindungi,
sehingga didapatkan perlindungan yang baik.
Pada pemilihan arrester ini dimisalkan tegangan impuls petir yang datang
berkekuatan 400 KV dalam waktu 0,1μs, jarak titik penyambaran dengan
transformator 5 Km.
 Tegangan dasar arrester
Pada jaringan tegangan menengah arrester ditempatkan pada sisi tegangan tinggi
(primer) yaitu 20 KV. Tegangan dasar yang dipakai adalah 20 KV sama seperti
tegangan pada sistem. Hal ini dimaksudkan agar pada tegangan 20 KV arrester
tersebut masih bisa bekerja sesuai dengan karakteristinya yaitu tidak bekerja
pada tegangan maksimum sistem yang direncanakan, tetapi masih tetap mampu
memutuskan arus ikutan dari sistem yang effektif.
 Tegangan sistem tertinggi umumnya diambil harga 110% dari harga tegangan
nominal sistem. Pada arrester yang dipakai PLN adalah :
Vmaks = 110% x 20 KV
= 22 KV, dipilih arrester dengan tegangan teraan 24 KV.
 Koefisien Pentanahan
Didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan rms fasa sehat ke tanah
dalam keadaan gangguan pada tempat dimana penagkal petir, dengan tegangan
rms fasa ke fasa tertinggi dari sistem dalam keadaan tidak ada gangguan Untuk
menetukan tegangan puncak (Vrms) antar fasa dengan ground digunakan
persamaan :
Vm
Vrms = √2
22
= √2
= 15,5 KV
Dari persamaan di atas maka diperoleh persamaan untuk tegangan phasa dengan
ground pada sistem 3 phasa didapatkan persamaan :
Vrms×√ 2
Vm(L - G) = √3
15,5×√ 2
= √3
= 12,6 KV
12,6 KV
Koefisien pentanahan = 15,5 KV
= 0,82
Keterangan :
Vm = Tegangan puncak antara phasa dengan ground (KV)
Vrms = Tegangan nominal sistem (KV)
 Tegangan pelepasan arrester
Tegangan kerja penangkap petir akan naik dengan naiknya arus pelepasan, tetapi
kenaikan ini sangat dibatasi oleh tahanan linier dari penangkap petir.
Tegangan yang sampai pada arrester :
e
E = K .e. x
400 KV
E = 0 ,0006×5 Km
= 133,3 KV
Keterangan :
I = arus pelepasan arrester (A)
e = tegangan surja yang datang (KV)
Eo = tegangan pelepasan arrester (KV)
Z = impedansi surja saluran (Ω)
R = tahanan arrester (Ω)
Harga puncak surja petir yang masuk ke pembangkit datang dari saluran yang
dibatasi oleh BIL saluran. Dengan mengingat variasi teganagn flasover dan
probabilitas tembus isolator, maka 20% untuk faktor keamanannya, sehingga
harga e adalah :
e =1,2 BIL saluran (23)
Keterangan :
e = tegangan surja yang datang (KV)
BIL = tingkat isolasi dasar transformator (KV)
 Arus pelepasan nominal (Nominal Discharge Current)
2 e−Eo
I = Z+R
Z adalah impedansi saluran yang dianggap diabaikan karena jarak perambatan
sambaran tidak melebihi 10 Km dalam arti jarak antara GTT yang satu dengan
yang GTT yang lain berjarak antara 8 KM sampai 10 KM. ( SPLN 52-3,1983 :
11 )
tegangankejutimpuls 100 %
R = aruspemuat
105 KV
= 2,5 KA
= 42 Ω
2×400 KV −133 , 3 KV
I = 0+42 Ω
= 15,8 KA
Keterangan :
E = tegangan yang sampai pada arrester (KV)
e = puncak tegangan surja yang datang
K = konsatanta redaman (0,0006)
x = jarak perambatan
Jatuh tegangan pada arrester dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
V =IxR
Sehingga tegangan pelepasan arrester didapatkan sesuai persamaan :
ea = Eo + (I x R) (25)
Keterangan :
I = arus pelepasan arrester (KA)
Eo = tegangan arrester pada saat arus nol (KV)
ea = tegangan pelepasan arrester (KV)
Z = impedansi surja (Ω)
R = tahanan arrester (Ω)
 Pemilihan tingkat isolasi dasar (BIL)
“Basic Impuls Insulation Level (BIL) level yang dinyatakan dalam impulse crest
voltage (tegangan puncak impuls) dengan standart suatu gelombang 1,5 x 40 μs.
Sehingga isolasi dari peralatan-peralatan listrik harus mempunyai karakteristik
ketahanan impuls sama atau lebih tinggi dari BIL tersebut.
 Pemilihan tingkat isolasi dasar (BIL)
Harga puncak surja petir yang masuk ke pembangkit datang dari saluran yang
dibatasi oleh BIL saluran. Dengan mengingat variasi tegangan flasover dan
probabilitas tembus isolator, maka 20% untuk faktor keamanannya, sehingga
harga E adalah :
e =1,2 BIL saluran
e = 1,2 x 125 KV
e = 150 KV
Basic Impuls Insulation Level (BIL) level yang dinyatakan dalam impulse crest
voltage (tegangan puncak impuls) dengan standart suatu gelombang 1,2/50 μs.
Sehingga isolasi dari peralatan-peralatan listrik harus mempunyai karakteristik
ketahanan impuls sama atau lebih tinggi dari BIL tersebut. Sehingga dipilih BIL
arrester yang sama dengan BIL transformator yaitu 150 KV

 Margin Perlindungan Arrester


Untuk mengitung dari margin perlindungan dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
MP = (BIL / KIA-1) x 100%
MP = (150 KV/ 133,3 – 1) x 100%
= 125.28 %
Keterangan :
MP = margin perlindungan (%)
KIA = tegangan pelepasan arrester (KV)
BIL = tingkat isolasi dasar (KV)
Berdasarkan rumus di atas ditentukan tingkat perlindungan untuk tafo daya.
Kriteria yang berlaku untuk MP > 20% dianggap cukup untuk melindungi
transformator .
 Jarak penempatan Arrester dengan Peralatan
Penempatan arrester yang baik adalah menempatkan arrester sedekat mungkin
dengan peralatan yang dilindungi. Jarak arrester dengan peralatan Yang
dilindungi digunakan persamaan sebagai berikut :
2×A×x
Ep= ea + v
2×4000 KV /μs×x
125 = 133,3 KV+ 300 m/μs
8,3 = 26,6x
x = 0,31 m
jadi jarak arrester sejauh 31 cm dari transformator yang dilindungi.
Perhitungan jarak penempatan arrester di atas digunakan untuk transformator
tiang. Namun di wilayah Malang juga terdapat penempatan transformator di
permukaan tanah dengan menggunakan kabel tanah. Transformator tersebut
berada dalam tempat terpisah dengan pengaman arresternya. Transformator
diletakkan di atas tanah dan terhubung dengan arrester yang tetap diletakkan di
atas tiang melalui kabel tanah.
Tabel Batas Aman Arrester
IMPUL BIL BIL KONDISI KETERANGAN
S PETIR ARRESTE TRAF0
(KV) R (125 KV)
(150 KV)
Tegangan masih
di bawah rating
120 KV < 150 KV <125 KV Aman transformator
maupun arrester
Tegangan masih
125 KV <150 KV =125 KV Aman memenuhi
batasan
keduanya
Tegangan lebih
130 KV <150 KV >125 KV Aman diterima arrester
dan dialirkan ke
tanah
Masih memenuhi
batas tegangan
150 KV =150 KV >125 KV Aman tertinggi yang
bisa diterima
arrester.
Tidak Arrester rusak,
200 KV >150 KV >125 KV aman transformator
rusak

Berdasarkan keterangan diatas maka pemilihan BIL arrester harus mempunyai


kemampuan yang sama atau diatas tegangan BIL petir (150 kV), sedangkan untuk BIL trafo
dapat menggunakan BIL yang lebih rendah yaitu 125 kV.jadi pada perencanaan ini
menggunakan arrester merk Tranquell Normal Heavy Ditribution Arrester dengan rated
voltage 24kV dan maximum discharge voltage(tegangan pelepasan maximum) 138kV
PENTANAHAN

 Pentanahan Arrester

Agar bahaya sambaran petir tidak masuk kedalam sistem, maka arrester harus ditanahkan.
Pada pentanahan arrester harus mempunyai tahanan maksimum 1 ohm. Dalam pentanahan
ini menggunakan sistem pentanahan elektroda batang tunggal dengan catatan :

√ Elektroda ditanam pada tanah ladang dengan tahanan jenis ( ρ ) 100 ohm/m
5
√ Luas penampang elektroda adalah “Cu telanjang (r = 7,94 mm)
8
√ Panjang elektroda adalah 4 m
√ Jarak antar elektroda (L)adalam 8 m (2x panjang elektroda)
√ Elektroda ditanam sedalam panjang elektroda
√ Menggunakan sistem pentanahan dengan konfigurasi ‘cross cycle’.

L L

Konfigurasi pentanahan Cross Cycle

PERMUKAAN TANAH

2a

Ditanam sedalam panjang elektroda yaitu 4 m


K×ρ
= ׿ ¿
R pentanahan 2πl faktor pengali konfigurasi
1+2 q+2 n−4 m
=
faktor pengali 5+2 q+n−8 m

l 8
k =ln = =6,91
r 0,00794

ln x ln 1,25 1+ L 1+ 4
m= = =0,32⇨ x= = =1,25
k 6,91 L 4

ln z ln 1,125 1+2 L 1+8


q= = =0,017 ⇨ z = = =1,125
k 6,91 2L 8

*nilai n sama dengan q


1+ 2q +n−4 m 2
Faktor pengali ¿
5+2 q+ n−8 m
1+ 2(0,017)+(0,017)−4 (0,32)2
¿
5+2(0,017)+0,017−8( 0,32)
= 0,15 Ω
ρ x faktor pengali konfigurasi
R pentanahan =
2 πL
100 x 0,15
= 2. π . 4
= 0,6 Ω
Jadi, tahanan pentanahan yang diperoleh dengan pentanahan elektroda batang tunggal sistem
konfigurasi cross cycle adalah sebesar 0,6 Ω. Sehingga memenuhi persyaratan PUIL bahwa
Rp < 1 Ω

 Pentanahan Titik Netral Trafo,Body Trafo, dan PHB TR

Agar permukaan tanah di lokasi GTT mempunyai perbedaan potensial yang serendah-
rendahnya pada waktu terjadi hubung tanah. Sistem pentanahan GTT menggunakan
konduktor yang ditanam secara horisontal dengan bentuk kisi-kisi.
Dengan catatan :
√ Menggunakan elektroda jenis batang, ditanam dengan kedalaman sepanjang
elektroda.
√ Elektroda ditanam pada tanah ladang dengan tahanan jenis ( ρ ) 100 ohm/m.
√ Diameter elektroda adalah 16 mm, sehingga jari-jari elektroda (a) adalah 8 mm.
√ Panjang elektroda (L) 2,5 m.
√ Jarak antar elektroda 2 meter.

R pentanahan 1 elektroda

ρ 4L
R = (ln −1)
2 πL a
100 4×2,5
= (ln −1)
2×3,14×2,5 0 ,008
100
= (7,1−1)
9, 42
=64 ,8 Ω

Menurut peraturan di dalam PUIL tahanan pentanahan maksimal adalah 5 Ohm. Jadi
pentanahan 1 lektroda tidak mencukupi. Sehingga digunakan pentanahan elektroda dengan
sistem ‘Grid’. Diinginkan tahanan pentanahan adalah 4 Ohm,
R 1elektrodq
maka jumlah elektroda yang diperlukan adalah = Ryangdiinginkan
64,8
= 4

= 16,2 => 16 batang

Sehingga didapat R pentanahan total adalah


64 ,8
=4 , 05
Rtotal = 16 Ohm
Dengan elektroda pentanahan bentuk grid telah memenuhi persyarat PUIL

SKEMA PENANAMAN BATANG PENTANAHAN


 Tampak Samping (untuk penanaman salah satu elektrode
batang)

PERMUKAAN TANAH

2M 2M 2M
L

2a
2M

 Tampak Atas
6M
2M
2M

6M

Anda mungkin juga menyukai