Oleh:
MUSBARI
(1710003421019)
ii
ABSTRAK
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Segala puji kehadirat ALLAH SWT atas rahmat, nikmat dan
taufiknya, sehingga penulis dapat menyeselesaikan skripsi yang berjudul “Studi
Analisis Sistem Pembumian Pada Tower BTS (Base Transceiver Station)
Telkomsel Di Kampung Km 11 Padang Laban Kenagariaan Pasir Pelangai, Kec.
Ranah Pesisir, Kab. Pesisir Selatan”. Skripsi ini penulis buat sebagai salah satu
syarat memperoleh gelar sarjana strata satu (S-1) Universitas Ekasakti Padang,
Fakultas Teknik dan Perencanaan, Program Studi Teknik Elektro.
Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Ayah dan ibu yang telah memberikan dorongan baik dari segi perhatian
maupun materi.
2. Bapak Dr. Otong Rosadi, SH, M.Hum. selaku Rektor Universitas Ekasakti
Padang.
3. Bapak Drs. Risal Abu, ST, M.Eng, selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Ekasakti Padang.
4. Ibu Rosnita Rauf, ST,.MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro
Universitas Ekasakti Padang.
5. Bapak Ir. Yani Ridal,.MT, selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan ide, nasehat dan kepercayaan serta bimbingannya.
6. Bapak Budiman, ST,.M.PdT, selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan ide, nasehat dan kepercayaan serta bimbingannya.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...........................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................vii
DAFTAR TABEL...............................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 2
1.5 Batasan Masalah ....................................................................................... 2
1.6 Sistematika Penulisan ............................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Tower BTS.............................................................................. 4
2.1.1 Fungsi BTS....................................................................................... 4
2.1.2 Jenis-Jenis BTS................................................................................ 5
2.1.3 Komponen BTS................................................................................ 8
2.2 Teori Petir..................................................................................................12
2.2.1 Penyebab Terjadinya Petir................................................................12
2.2.2 Parameter-Parameter Petir................................................................15
2.2.3 Sambaran Petir..................................................................................17
2.2.4 Kerusakan Sambaran Petir...............................................................21
2.3 Sistem Pentanahan.....................................................................................23
2.3.1 Bagian Sistem Pentanahan...............................................................24
2.3.2 Jenis-Jenis Pentanahan.....................................................................24
2.3.3 Bagian-Bagian Pentanahan...............................................................26
2.3.4 Earth Tester......................................................................................31
2.4 Tegangan Sentuh Dan Tegangan Langkah................................................32
v
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian.........................................................................................36
3.2 Lokasi Penelitian......................................................................................36
3.3 Data-Data Yang Dibutuhkan....................................................................36
3.4 Langkah-Langkah Penelitian....................................................................37
3.5 Sistematika Perhitungan...........................................................................39
BAB IV DATA PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data..........................................................................................43
4.2 Perhitungan Sistem Pentanahan Pada Tower BTS...................................47
4.3 Perhitungan Tegangan Sentuh Dan Tegangan Langkah..........................53
4.4 Pembahasan..............................................................................................60
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan................................................................................................62
5.2 Saran..........................................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan
permasalahannya sebagai berikut:
1. Bagaimana kelayakan proteksi penangkal petir pada tower BTS?
2. Berapa tahanan jenis yang dihasilkan pada tanah tower BTS?
3. Apa dampak jika terjadi tegangan sentuh dan tegangan langkah?
2
1.6 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini disusun atas bagian-bagian tertentu
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan
masalah serta hal-hal yang bersangkutan dengan tujuan pembuatan skripsi.
BAB V PENUTUP
Berisikan kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan analisa data
hasil pengamatan dan pembahasan proposal skripsi serta saran-saran yang
bersifat membangun untuk perbaikan dan pengembangan lebih lanjut
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2. Sebagai protokol jalur sinyal radio
BTS dapat berfungsi sebagai pemancar dan penerima (transceiver) sinyal
koneksi dari atau ke MS serta menghubungkan MS dengan bagian lain dalam
jaringan seperti Base Station Controller (BSC), Mobile Switching Center (MSC),
Short Message Service Center (SMSC), dan sebagainya dengan menggunakan tipe
radio antar muka.
3. Mengontrol kualitas jaringan GSM
BTS dapat digunakan mengendalikan atau mengawasi kualitas GSM,
apalagi dalam hal frekuensi hopping dan antena diversity.
5
Sumber: (Riki nursetiawan.blogspot)
Gambar 2.1 Tower BTS empat kaki
b. Tower BTS tiga kaki
Tower tiga kaki terdiri atas 2 jenis tower, yaitu tower yang mempunyai tiga
kaki dengan diameter pipa besi 9 cm ke atas (Triangle Tower) dan tower dengan
pipa besi berdiameter kurang dari 9 cm. Triangle tower dapat dipasang antena dan
radio yang cukup banyak karena bahan konstruksinya yang kuat. Berbeda dengan
tower tiga kaki yang menggunakan pipa besi berdiameter kurang dari 9 cm, tower
ini biasanya tidak banyak dipasang komponen-komponen antena maupun radio.
Tinggi maksimal tower tiga kaki yang direkomendasikan adalah 60 meter,
tinggi rata-rata tower di Indonesia sendiri adalah 40 meter. Tower jenis ini
dibangun dengan cara menyusun bagian demi bagian tower, Satu bagian memiki
ukuran panjang empat sampai lima meter.Semakin pendek suatu bagian tersebut
maka akan semakin kuat towernya, tetapi biaya pembuatan sudah tentu akan jauh
lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena setiap bagian memerlukan tali pancang dan
spanner.Jarak patok spanner minimal memiliki jarak sejauh 8 meter dengan
tower.Semakin panjang suatu tali penguat maka akan semakin baik, hal itu karena
6
ikatannya semakin kuat dan kokoh sehingga tali penguat tersebut tidak semakin
meruncing di tower bagian atas.
Sumber : (Pakuanpos.com)
Gambar 2.2 Tower BTS tiga kaki
c. Tower BTS satu kaki
Tower satu kaki ini terbagi menjadi 2 jenis.
A. Monopole Tower
Jenis tower yang pertama yaitu tower yang terbuat dari pipa atau plat baja
yang tidak disertai dengan spanner, tower ini mempunyai diameter dengan ukuran
40 cm sampai dengan 50 cm serta ketinggian towernya dapat mencapai 42 m.
7
Sumber: (Telehouse engineering.com)
Gambar 2.3 tower BTS satu kaki
B. Tower Pribadi
Tower satu kaki merupakan tower yang bisa digunakan untuk keperluan
pribadi, ketinggian tower pipa ini dianjurkan tidak lebih dari 20 meter karena jika
lebih dari itu pipa dapat membengkok apabila mendekati atau melebihi angka
tersebut maka pipa besi harus di kuatkan.Penguatan ini dilakukan dengan sppaner,
tetapi tentu saja kekuatan tower ini menjadi sangat bergantung pada kekuatan
sppaner itu sendiri.
Walaupun masih dapat memuat sinyal koneksi tetapi tower jenis ini tidak
disarankan untuk menerima sinyal informatika yang stabil. Karena tower
gampang sekali tergoyangkan dan akan mengganggu sistem koneksi datanya
sehingga perangkat menerima sinyal akan mencari data secara continue yang
menyebabkan ketidakefesienan komunikasi data.
2.1.3 Komponen BTS
Pada menara BTS terdapat berbagai komponen yang saling menunjang satu
sama lain.Komponen-komponen tersebut di antaranya antena sektoral dan
microwave, penangkal petir, lampu, shelter, dan berbagai komponen lainnya.
1. Shelter
Shelter merupakan tempat yang biasanya digunakan untuk penyimpanan alat-
alat yang berkaitan dengan perangkat BTS. Lokasinya sendiri biasanya berada
tepat di bawah tower, hal ini agar tercipta efisiensi transfer data, transfer daya, dan
mengurangi kebutuhan lahan dalam pembangunannya. Komponen yang ada pada
shelter biasanya ada RBS 3G dengan RBS 2G, 1 RBS ada 6 TRU di mana setiap 1
TRU memiliki 2 TRx.
8
Sumber: (ryanputra94’s Blog-wordPress.com)
Gambar 2.4 Shelter
2. Antena sektoral
Antena sektoral yaitu sebuah antena yang berfungsi untuk memberi pancaran
dan menerima sinyal. Antena yang digunakan adalah antena 3 sektor dengan
kombinasi Distributed Control System (DCS) dengan cakupan satu sektor adalah
120°.
Sumber: (Lovenetworking-WordPress.com)
Gambar 2.5 Antena sektoral
3. Antena microwave
Microwave sistem adalah salah satu metode dengan pancaran dan penerima
gelombang mikro yang berfrekuensi sangat tinggi.Microwave system biasanya
dipakai untuk komunikasi BTS dengan BTS lainnya atau BTS dengan
BSC.Microwave System yang dipakai yaitu dengan sistem indoor, meskipun
antena microwave-nya sendiri selalu terpasang pada menara.Antena Microwave
Radio memiliki bentuk sama seperti rebana, antena ini tergolong jenis antena
dengan kinerja yang tinggi atau biasa disebut dengan antena high performance.
Biasanya ada 2 merek antenna microwave yang sering digunakan yaitu RFS
dan Andrew.Antena yang bulat mirip dengan rebana ini mempunyai penutup yang
9
biasa disebut dengan radome.Fungsi radome yang utama adalah untuk melindungi
komponen antena yang ada di dalamnya, biasanya untuk melindungi dari cuaca
yang buruk
4. Penangkal petir
Penangkal petir merupakan komponen yang digunakan dalam rangka
melindungi tower dari sambaran petir.
Sumber: (dutarimba.com)
Gambar 2.6 Penangkal petir
5. Lampu
Fungsi utama lampu ini yaitu sebagai indikator bahwa ada menara di area
tersebut untuk mencegah pesawat atau helikopter menabrak BTS.
6. TRU
Transmitter Receiver Unit (TRU) adalah hardware yang terletak pada Radio
Base Station dalam BTS yang berisi slot-slot kanal.
Sumber: (tembongsondingdaya.com)
Gambar 2.8 Power distribution box (PDB)
11. Grounding
Grounding berguna untuk dapat mengurangi atau mengatasi ancaman bahaya
yang berasal dari tegangan tinggi.
11
2.2 Teori Petir
Peristiwa petir merupakan gejala alam yang tidak bisa dicegah oleh
manusia.Petir adalah suatu fenomena cahaya yang terang benderang yang
dihasilkan oleh tenaga listrik alam yang terjadi diantara awan-awan atau awan
ketanah, sering terjadi bila cuaca mendung atau badai, petir merupakan peristiwa
alam yaitu proses pelepasan muatan listrik ( electrical discharge ) yang terjadi di
atmosfer.Petir biasanya menyambar objek yang tertinggi pada suatu daerah.
Secara fisika petir merupakan gejala alam yang bisa kita analogikan dengan
sebuah kapasitor raksaa, dimana lempeng pertama adalah awan (bisa lempeng
negative atau lempeng positif ) dan lempeng kedua adalah bumi (dianggap netral).
Penangkal petir adalah rangkaian jalur yang difungsikan sebagai jalur atau
jalan bagi petir menuju ke permukaan bumi, tanpa merusak benda-benda yang
dilewatinya.
2. Donward Leader
Proses ionisasi pada awan petir tersebut akan menghasilkan medan listrik
antara awan petir dan bumi. Apabila medan listrik yang dihasilkan mencapai level
breakdown voltage kira-kira 100 juta volt terhadap bumi, maka akan terjadi
pelepasan elektron dari awan petir ke bumi (Downward Leader). Pelepasan
muatan elektron ini pada umumnya berupa lidah-lidah petir yang bercahaya yang
turun bertahap menuju permukaan bumi dengan kecepatan rambat rata-rata 100 -
800 km/detik. Bentuk downward leader ditampilkan pada Gambar 2.10
4. Return Stroke
Return Stroke yang diistilahkan dengan sambaran balik merupakan arus petir
yang sesungguhnya yang mengalir dari bumi menuju awan petir melalui kanal
ionisasi yang sudah terbentuk di atas. Oleh karena kanal udara yang terionisasi ini
memiliki konduktivitas yang tinggi, maka kecepatan rambat arus petir ini jauh
lebih cepat dibandingkan dengan kecepatan rambat dari step leader, yaitu ±
20.000 - 110.000 km/detik.
14
Sumber : (Slide ToDoc.com)
Gambar 2.12 Retrun stroke
Petir terjadi karena ada perbedaan potensial antara awan dan bumi. Proses
terjadinya muatan pada awan karena dia bergerak terus menerus secara teratur dan
selama pergerakannya akan berinteraksi dengan awan lainnya sehingga muatan
negatif akan berkumpul pada salah satu sisi (atas atau bawah), sedangkan muatan
positif berkumpul pada sisi sebaliknya. Jika perbedaan potensial antara awan dan
bumi cukup besar, maka akan terjadi pembuangan muatan negatif (elektron) dari
awan ke bumi atau sebaliknya untuk mencapai kesetimbangan. Pada proses
pembuangan muatan ini, media yang dilalui elektron adalah udara. Pada saat
elektron mampu menembus ambang batas isolasi udara inilah terjadi ledakan
suara. Petir lebih sering terjadi pada musim hujan, karena pada keadaan tersebut
udara mengandung kadar air yang lebih tinggi sehingga daya isolasinya turun dan
arus lebih mudah mengalir. Karena ada awan bermuatan negatif dan awan
bermuatan positif, maka petir juga bisa terjadi antar awan yang berbeda muatan.
15
a. Bentuk gelombang arus petir
Bentuk gelombang arus petir ini menggambarkan besar arus, kecuraman
(kenaikan arus), serta lamanya kejadian (durasi gelombang), dinyatakan oleh
waktu ekor. Pada kenyataannya, bentuk gelombang arus petir tidak sama persis
antara satu dengan yang lainnya. Bukan saja antara satu kejadian dengan kejadian
lainnya, akan tetapi pada satu kejadian kilat dengan sambaran ganda, bentuk
gelombang arus petirnya bisa berbeda cukup lumayan, antara sambaran pertama
dengan sambaran susulan. Kejadian terutama pada petir negatif yang sebagian
besar selalu ada subsequent stroke-nya. Karena ada perbedaan tersebut, maka
bentuk standar gelombang arus petir berbeda-beda untuk suatau negara atau
lembaga, misalnya standar Jepang (JIS), atau Jerman (VDE), Inggris (BS) dan
sebagainya. Untuk internasional biasanya mengacu pada IEC. Bentuk gelombang
arus petir dinyatakan dalam dua besaran yakni, waktu muka (Tf) yang menyatakan
lamanya muka gelombang (front duration) dan kecuraman arus, serta waktu ekor
(Tt).
Sumber: (backupkuliah.blogsport.com)
Gambar 2.13 Bentuk gelombang impuls petir
b. Kerapatan sambaran(Ng)
Parameter ini menyatakan banyaknya aktifitas petir atau sambaran petir ke
bumi dalam rentang satu tahun disuatu wilayah, dinyatakan dalam sambaran per
km2per tahun.Jumlah sambaran kilat ini sebanding dengan jumlah hari guruh per
taun atau biasa disebut Iso Keraunic Level (IKL). Banyak peneliti yang
16
memberikan perhatian kearah ini dan mengemukakan rumus-rumus yang
berlainan. Unuk Indonesia, T.S. Hutauruk memberikan usulan kepada sambaran
petir adalah sebesar :
Ng = 0,15 IKL (2.1)
Dimana :
Ng = Kerapatan sambaran petir
IKL= Indeks Iso Keraunic Level (IKL)
c. Arus puncak(Imax)
Parameter arus puncak ini menentukan jatuh tegangan resistif pada
tahanan pentanahan dan tahanan peralatan yang terkena sambaran.Selain itu juga,
ikut menentukan kenaikan temperatur pada peralatan yang disambar.Biasanya
nilai arus puncak ini yang digunakan dalam menyatakan suatu gelombang impuls
petir, bersama-sama dengan dua besaran gelombang sebelumnya yaitu waktu
muka (Tf) dan waktu ekor (Tt).
Menurut Whitehead, arus puncak ini menentukan jarak sambaran petir
(striking distance), dengan persamaan :
r= 8,0. Imax0,65(meter) (2.2)
Dimana :
r = Jarak sambaran petir (m)
Imax = Arus puncak petir (kA)
d. Kecuraman gelombang atau steepness(di/dt)
Parameter ini menyatakan kecepatan kenaikan arus petir setiap satuan
waktu (di/dt). Semakin besar nilai arus dalam setiap satuan waktu, berarti semakin
curam bentuk gelombang arusnya dan semakin pendek durasi muka gelombang
(front duration).
2.2.3 Sambaran Petir
Petir terjadi berawal dari proses fisika dimana terjadi pengumpulan
muatanmuatan listrik di awan. Dalam keadaan normal, pada atmosfer bumi
terdapat ion positif dan ion negatif yang tersebar secara acak. Ion-ion ini terjadi
karena tumbukan atom, pancaran sinar kosmis dan energi thermis. Pada keadaan
cuaca cerah terdapat medan listrik yang berarah tegak lurus kebawah menuju
17
bumi. Dengan adanya medan listrik tersebut, maka butiran air yang ada di udara
akan terpolarisasi karena induksi. Bagian atas bermuatan negatif dan bagian
bawah bermuatan positif. Di dalam awan adakalanya terjadi pergerakan arus udara
ke atas membawa butir-butir air yang berat jenisnya lebih tinggi. Karena
mengalami pendinginan, butiran air ini akan membeku sehingga berat jenisnya
membesar yang mengakibatkan timbulnya gerakan ke bawah dengan kecepatan
sangat tinggi. Dalam pergerakannya, timbul gaya tarik terhadap ion-ion negatif
dan menolak ion positif.
Sumber : (dinapermata,niningpurwasih.2009)
Gambar 2.14 Muatan pada awan
Akibatnya butiran air besar yang mengandung ion negatif berkumpul di
bagian bawah awan, sementara pada bagian atas awan akan berkumpul ion
bermuatan positif. Bersamaan dengan terjadinya pengumpulan muatan, pada awan
timbul medan listrik yang intensitasnya semakin besar dan akibatnya gerakan ke
bawah butir-butir air menjadi terhambat atau terhenti. Akibatnya terbentuk medan
listrik antara awan dan permukaan bumi. Apabila medan listrik ini melebihi
kekuatan tembus udara terjadilah pelepasan muatan. Distribusi muatan di awan
pada umumnya di bagian atas bermuatan positif dan di bagian bawah bermuatan
negatif. Sambaran akan diawali oleh kanal muatan negatif menuju daerah yang
terinduksi positif, umumnya sambaran yang terjadi adalah sambaran muatan
negatif dari awan ke tanah.
18
Polaritas awan tidak hanya berpengaruh pada arah sambaran, tetapi juga
berpengaruh pada besar arus sambaran. Aliran muatan listrik yang terjadi antara
awan dengan tanah disebabkan adanya kuat medan listrik, antara muatan awan
dengan muatan induksi di permukaan tanah yang polaritasnya berlawanan.
Semakin besar muatan yang terdapat pada awan, semakin besar pula medan listrik
yang terjadi. Apabila kuat medan ini melebihi kekuatan tembus udara, maka
terjadilah aliran muatan dari awan ke tanah. Peristiwa aliran ini disebut kilat atau
petir.
Setiap sambaran petir diawali dengan muatan awal bercahaya lemah yang
disebut dengan aliran perintis (pilot streamer). Aliran perintis ini menentukan arah
pearambatan muatan awan ke udara. Kejadian ini disebabkan adanya tembus
listrik lokal di dalam awan, akibat kuat medan listrik yang dibentuk oleh muatan
mayoritas negatif dengan muatan minoritas positif di bagian bawah awan petir.
Arus yang berhubungan dengan aliran perintis ini sangat kecil yang hanya
mencapai beberapa ampere. Tembus lokal memberi kesempatan kepada muatan
untuk bergerak dan bergesekan dengan uap air dengan temperatur yang tinggi,
sehingga akan meningkatkan konsentrasi muatan negatif di awan.
Akibat konsentrasi muatan yang amat tinggi sehingga melebihi harga
kritisnya, menyebabkan terbentuknya lidah muatan negatif. Lidah bermuatan
negatif adalah gejala aliran muatan sebagian yang dikenal dengan nama sambaran
perintis (stepped leader).
Langkah dari sambaran perintis selalu diikuti oleh titik-titik cahaya yang
bergerak turun ke bumi dan melompat-lompat lurus, dengan arah lompatan
langkah yang berubah, sehingga keseluruhan jalannya tidak lurus dan patah-patah.
Selama pusat muatan di awan dapat memberikan muatan untuk mempertahankan
gradien tegangan pada ujung sambaran perintis yang melebihi kekuatan tembus
udara, maka sambaran perintis akan terus bergerak turun. Sebaliknya bila gradien
tegangan di ujung sambaran perintis lebih kecil dari kekuatan tembus udara, maka
tidak terjadi lidah berikutnya dan sambaran perintis akan berhenti. Bila perintis ini
telah dekat dengan bumi, akan terbentuk kanal muatan positif dari bumi yang naik
menyongsong turunnya sambaran perintis. Pertemuan kedua kanal akan
19
menyebabkan ujung sambaran perintis terhubung singkat ke tanah dan seketika
gelombang muatan positif di bumi bergerak naik menuju ke pusat awan. Peristiwa
Sumber : (dinapermata,niningpurwasih.2009)
Gambar 2.15 Sambaran langsung pada tower BTS
Sambaran petir mempunyai besar arus surja yang berbeda-beda.
Probabilitas besarnya arus surja petir yang terjadi ini dirumuskan menurut
Anderson-erikson sebagai berikut :
1
Pi= 2,6
× 100 %
I0 (2.3)
1+(31 kA )
Dimana :
Pi = Probabilitas sambaran petir(%)
I 0 = Puncak arus petir(kA)
20
2.2.4 Kerusakan Sambaran Petir
1. Sambaran petir langsung melalui bangunan
Sambaran petir yang langsung mengenai struktur bangunan rumah, kantor
dan gedung, tentu saja hal ini sangat membahayakan bangunan tersebut beserta
seluruh isinya karena dapat menimbulkan kebakaran, kerusakan perangkat
elektrik/elektronik atau bahkan korban jiwa. Maka dari itu setiap bangunan di
wajibkan memasang instalasi penangkal petir. Cara penanganannya adalah dengan
cara memasang terminal penerima sambaran petir serta instalasi pendukung
lainnya yang sesuai dengan standart yang telah di tentukan. Terlebih lagi jika
sambaran petir langsung mengenai manusia, maka dapat berakibat luka atau cacat
bahkan dapat menimbulkan kematian. Banyak sekali peristiwa sambaran petir
langsung yang mengenai manusia dan biasanya terjadi di areal terbuka.
2. Sambaran petir melalui sambaran listrik
Bahaya sambaran ini sering terjadi, petir menyambar dan mengenai
sesuatu di luar area bangunan tetapi berdampak pada jaringan listrik di dalam
bangunan tersebut, hal ini karena sistem jaringan distribusi listrik/PLN memakai
kabel udara terbuka dan letaknya sangat tinggi, bilamana ada petir yang
menyambar pada kabel terbuka ini maka arus petirakan tersalurkan ke pemakai
langsung. Cara penanganannya adalah dengan cara memasang perangkat arrester
sebagai pengaman tegangan lebih (over voltage). Instalasi surge arrester listrik ini
dipasang harus dilengkapi dengan grounding system
3. Sambaran petir melalui jaringan telekomunikasi
Bahaya sambaran petir jenis ini hampir serupa dengan yang ke-2 akan
tetapi berdampak pada perangkat telekomunikasi, misalnya telepon dan PABX.
Penanganannya dengan cara pemasangan arrester khusus untuk jaringan PABX
yang di hubungkan dengan grounding. Bila bangunan yang akan di lindungi
mempunyai jaringan internet yang koneksinya melalui jaringan telepon maka alat
ini juga dapat melindungi jaringan internet tersebut.
21
Pengamanan terhadap suatu bangunan atau objek dari sambaran petir pada
prinsipnya adalah sebagai penyedia sarana untuk menghantarkan arus petir yang
mengarah ke bangunan yang akan kita lindungi tanpa melalui struktur bangunan
yang bukan merupakan bagian dari sistem proteksi petir atau instalasi penangkal
petir, tentunya harus sesuai dengan standar pemasangan instalasinya.
Ada 2 jenis kerusakan yang di sebabkan sambaran petir, yaitu :
a) Kerusakan Thermis, kerusakan yang menyebabkan timbulnya kebakaran.
b) Kerusakan Mekanis, kerusakan yang menyebabkan struktur bangunan retak,
rusaknya peralatan elektronik bahkan menyebabkan kematian
1) Kerusakan akibat sambaran langsung
Kerusakan ini biasanya langsung mudah diketahui sebabnya, karena jelas
petir menyambar sebuah gedung dan sekaligus peralatan listrik atau elektronik
yang ada di dalamnya ikut rusak kemungkinan mengakibatkan kebakaran gedung,
dan kerusakan yang parah pada peralatan PABX, kontrol AC, komputer, alat
pemancar yang akan hancur total.
2) Kerusakan akibar sambaran petir tidak langsung
Kerusakan ini sulit diidentifikasi dengan jelas karena petir yang
menyambar pada satu titik lokasi sehingga hantaran induksi melalui aliran listrik
atau kabel PLN, telekomunikasi, pipa pam dan peralatan besi lainnya dapat
mencapai 1 km dari tempat petir tadi terjadi. Sehingga tanpa disadari dengan tiba-
tiba peralatan komputer, pemancar TV, radio, PABX terbakar dan rusak. Misalkan
Petir menyambar tiang PLN lokasi A sehingga tegangan atau arusnya mencapai
dan merusak peralatan rumah sakit dan peralatan telekomunikasi di lokasi B
karena jarak tiang PLN (A) ke rumah sakit dan peralatan telekomunikasi tersebut
(B) adalah kurang atau sama dengan 1 km.Dengan berkembangnya teknologi yang
sangat pesat hingga kini, maka pelepasan muatan petir dapat merusak jaringan
listrik dan peralatan elektronik yang lebih sensitif.
Sambaran petir pada tempat yang jauh sudah mampu merusak sistem
elektronika dan peralatannya, seperti instalasi komputer, perangkat
telekomunikasi seperti PABX, sistem kontrol, alat-alat pemancar dan instrument
serta peralatan elektronik sensitif lainnya. Untuk mengatasi masalah ini maka
22
perlindungan yang sesuai harus diberikan dan dipasang pada peralatanatau
instalasi terhadap bahaya sambaran petir langsung maupun induksinya. Salah satu
penyebab semakin tingginya kerusakan peralatan elektronika karena induksi
sambaran petir tersebut adalah karena sangat sedikitnya informasi mengenai petir
dan masalah yang dapat ditimbulkannya.
Menanam elektroda pentanahan secara merata di sekeliling bangunan,
sehingga tegangan tanah yang timbul di sekeliling bangunan dapat diperkecil.
Memperdalam pentanahan elektroda pentanahan sehingga dari arus petir dapat
menyebar di bagian permukaan sebelah dalam dari tanah relatif lebih banyak
dibandingkan dengan muatan yang mengalir di permukaan tanah, sehingga
tegangan tanah di permukaan dapat diperkecil. Menghubungkan sistem perpipaan
tersebut dengan elektroda pentanahan yang terdekat atau dengan menggunakan
sistem pentanahan yang berbentuk grid.
2.3 Sistem Pentanahan
Dalam PUIL 2011 (PUIL: Persyaratan Umum Instalasi Listrik) dikenal
beberapa jenis pembumian antara lain pembumian fungsional, pembumian paralel
dan pembumian proteksi. Secara umum sistem pembumian adalah suatu rangkaian
mulai dari kutub elektroda, hantaran penghubung sampai terminal pembumian
yang berfungsi untuk menyalurkan arus lebih ke bumi sehingga dapat
memberikan proteksi terhadap manusia dari sengatan listrik dan mengamankan
komponen-komponen instalasi agar dapat terhindar dari bahaya arus dan tegangan
asing, serta perangkat dapat beroperasi sesuai dengan ketentuan teknis yang
semestinya.
Sistem pentanahan adalah hubungan penghantar listrik yang menghubungkan
sistem, badan peralatan dan instalasi dengan tanah sehingga dapat mengamankan
manusia dari sengatan listrik dan mengamankan komponen-komponen instalasi
dari bahaya tegangan/arus abnormal. Oleh karena itu, sistem pentanahan menjadi
bagian yang sangat penting pada sistem tenaga listrik. Secara umum, tujuan
sistem pentanahan adalah menjamin keselamatan orang dari sengatan listrik baik
dalam keadaan normal atau tidak dari tegangan sentuh dan tegangan langkah,
23
menjamin kerja peralatan listrik atau elektronik, mencegah kerusakan peralatan
listrik atau elektronik dan menyalurkan energi sengatan petir ke tanah.
24
Secara garis besar pentanahan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
Pentanahan sistem
Pentanahan peralatan
Pentanahan penangkal petir
A. Pentanahan sistem
Sistem dengan titik netral ditanahkan adalah suatu sistem yang titik netral
dari sistem tersebut sengaja dihubungkan ke tanah, baik melalui impdansi maupun
secara langsung. Adapun tujuan pentanahan titik netral sistem adalah sebagai
berikut.
Menghikangkan gejala-gejala busur api pada suatu sistem.
Membatasi tegangan-tegangan pada fasa yang tidak terganggu.
Meningkatkan keandalan pelayanan dalam penyaluran tenaga listrik.
Mengurangi/membatasi tegangan lebih transient yang disebabkan oleh
pelayanan bunga api yang berulang-ualang.
Memudahkan dalam menentukan sistem proteksi serta memudahkan dalam
menentukan lokasi gangguan.
B. Pentanahan peralatan
Pentanahan peralatan sistem pentanahan netral pengaman (PNP) adalah
tindakan pengamanan dengan cara menghubungkan badan peralatan atau instalasi
yang di proteksi dengan hantaran netral yang ditanahkan sedemikian rupa
sehingga apabila terjadi kegagalan isolasi tidak terjadi tengangan sentuh yang
tinggi sampai berkerjanya alat pengaman arus lebih. Yang dimaksud dari
peralatan ini adalah bagian-bagian mesin yang secara normal tidak dilalui arus
listrik namun dalam kondisi abnormal dimungkinkan dilalui arus listrik.
Pentanahan peralatan bertujuan:
Untuk membatasi tegangan atara bagian-bagian peralatan yang tidak dilalui
arus dan antara bagian-bagian ini dengan tanah sampai dengan suatu harga
yang aman untuk semua kondisi yang normal atau tidak normal.
Untuk memperoleh impedansi yang rendah dari jalan balik arus hubung
singkat ke tanah.
25
C. Pentanahan penangkal petir
Untuk menghindari timbulnya kecelakaan atau kerugian akibat sambaran
petir, maka diadakan usaha pemasangan instalasi penangkal petir pada tower BTS
akibat sambaran petir ini akan mengakibatkan ke langsung objek tersambar.
Dengan adanya instalasi penangkal petir maka diharapkan sambaran petir dapat
dikendalikan melalui instalasi penangkal petir yang di teruskan ke tanah tanpa
merusak benda disekitarnya.
26
Sumber: (wijdan kelistrikan.com)
Gambar 2.16 Elektroda batang
Nilai tahanan tanah untuk pentanahan pada elektroda batang tunggal bisa
diketahui dengan mempergunakan persamaan Dwight sebagai berikut.
ρ 4L
Rbt = (¿ −1) (2.4)
2 πL d
Dimana:
Rbt = Tahanan pembumian elektroda batang [Ω]
ρ = Tahanan jenis tanah [Ω.m]
L = Panjang batang yang tertanam [ m ]
d = Diameter elektroda batang [ m ]
2. Elektroda pelat
Elektroda pelat ialah elektroda dari bahan logam atau dari kawat kasa. pada
umumnya elektroda ini di tanam dalam kedalam tanah, elektroda ini digunakan
bila di inginkan tahanan pentanahan yang kecil dan sulit diproleh dengan
menggunakan jeis-jenis elektroda lain.
ρ b
R p 1= ( 1+ 1,84 ) (2.5)
4,1 L t
27
Dimana :
Rpl = Tahanan pembumian elektroda plat [ Ω ]
ρ = Tahanan jenis tanah [Ω.m]
L = Panjang elektroda plat [ m ]
b = Lebar plat [ m ]
t = Kedalaman plat tertanam dari permukaan tanah [ m ]
3. Elektroda pita
Elektroda pita ialah elektroda yang terbuat dari hantaran berbentuk pita atau
berpenampang bulat atau hantaran pilin yang pada umumnya ditanam secara
dangkal. Pemancangan ini akan bermasalah apabila mendapati lapisan-lapisan
tanah yang berbatu, disamping sulit pemancangannya untuk mendapatkan nilai
tahanan yang rendah juga bermasalah. Untuk mengganti pemancang secara
vertikal ke dalam tanah dapat dilakukan dengan menanam batang hantaran secara
mendatar (horizontal) dan dangkal.
28
Gambar 2.18 Elektroda pita dalam beberapa konfigurasi
Sedangkan untuk nilai tahan pada pentanahan elektroda pita dapat di hitung
dengan menggunkan rumus:
ρ 2L
Rpt=
πL( )
¿
d
(2.6)
Dimana :
Rpt = Tahanan pembumian elektroda pita [ Ω ]
ρ = Tahanan jenis tanah [Ω.m]
L = Panjang elektroda pita yang tertanam [ m ]
d = Lebar pita/diameter elektroda pita kalau bulat [ m ]
C. Kabel BC
29
Kabel BC adalah kabel yang terbuat dari logam tembaga tanpa perlindungan
yang digunakan untuk grounding. Kabel BC tidak dianjurkan dipakai sebagai
penghantar fhasa listrik karena dapat berbahaya jika terkena sentuhan atau hubung
singkat.
Sumber: (Agus Sugiharto.Blogsport)
Gambar 2.19 Elektroda jembatan (Grid)
30
Sumber: (Agus Sugiharto.Blogsport)
Gambar 2.21 Busbar
F. Penangkal petir
Proteksi eksternal adalah instalasi dan alat-alat di luar suatu struktur
bangunan untuk menangkap dan menghantarkan arus petir ke sistem pembumian
(grounding). Dengan kata lain, proteksi eksternal berfungsi sebagai ujung tombak
penangkap muatan listrik dan arus petir di areal yang telah dipasang sistem
proteksi petir. Terminal Udara (Air Termination) adalah bagian sistem proteksi
petir eksternal yang di khususkan untuk menangkap sambaran petir, berupa
elektroda logam yang dipasang secara tegak maupun mendatar. Penangkap petir di
tempatkan sedemikian rupa sehingga mampu menangkap semua sambaran
petir tanpa mengenai bagian struktur yang dilindungi.
Penangkal petir memiliki dua jenis bentuk yang sering digunakan, yaitu
penangkal petir konvensional dan elektrostatis. Keduanya dibedakan berdasarkan
ruang lngkup perlindungan dari bahaya petir dan penempatanya.
1. Penangkal petir konvensional
Jenis ini erat kaitannya dengan penangkal petir pertama ciptaan Benjamin
Franklin. Sejak dahulu, penangkal petir ini paling sering dipakai di rumah-rumah
hingga sekarang. Penangkal petir konvensional cocok digunakan di gedung atau
di lahan yang tidak terlalu luas, seperti rumah, ruko dan lainya.
2. Penangkal petir elektrostatis
Penangkal petir ini memiliki jangkauan perlindungan lebih luas dibanding
penangkal petir konvensional. Semakin tinggi penempatanya, semakin luas juga
area jangkauan perlindungannya. Maka dari itu, kita sering menemukan jenis ini
dilahan berarea luasd dan gedung yang tinggi, seperti perkebunan, lapangan golf,
daerah tambang, kawasan industri, gedung perkantoran, dan pencakar langit.
Sayangnya penangkal petir elektrostatis lebih mahal dan menyita bnyak waktu
untuk memasangnya.
2.3.4 Earth Tester
31
Earth Tester adalah alat untuk mengukur nilai resistansi dari grounding,
Besarnya tahanan tanah sangat penting untuk diketahui sebelum dilakukan
pentanahan dalam sistem pengaman dalam instalasi listrik. Untuk mengetahui
besar tahanan tanah pada suatu area digunakan alat ukur analog. Hasil pengukuran
analog berpotensi terjadinya kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut,maka dirancanglah suatu alat ukur tahanan tanah
digital yang memiliki kemudahan dalam pembacaan nilai tahanan yang diukur.
Perancangan alat ukur tahanan tanah digital menggunakan tiga batang
elektroda yang ditanahkan yaitu elektroda E (Earth), elektroda P (Potensial) dan
elektroda C (Current). Tujuan penggunaan tiga batang elektroda tersebut adalah
untuk mengetahui sejauh mana tahanan dapat mengalirkan arus listrik. Alat ukur
tahanan tanah ini terdiri dari beberapa blok diagram rangkaian, antara lain
rangkaian osilator, rangkaian tegangan input, rangkaian arus input, mikrokontroler
dan rangkaian penampil. Sebelum hasil pengukuran di tampilkan ke LCD, data
diolah dirangkaian mikrokontroler.
Keuntungan dengan manggunakan mikrokontuler ini yaitu keluaran dari
rangkaian input ini debelum masuk ke LCD bisa diatur. Sehingga, perancangan
alat ukur tahanan tanah digital ini dapat mengukur tahanan tanah dengan teliti dan
akurat. Hasil pengukuran tahanan tanah juga bergantung pada kondisi tanah itu
sendiri. Pengukuran tahanan tanah dilakukan dengan membandingkan alat ukur
rakitan dengan alat ukur yang sudah ada dengan merek Kyoritsu Earth Tester
Digital. Selisih nilai pengukuran antara alat ukur rakitan dengan alat ukur yang
sudah ada adalah sebesar 0,31 ohm.
32
Sumber: (Slide share.com)
Gambar 2.22 Alat ukur earth tester
33
Hal ini berarti bahwa personil yang berdiri di dekat titik arus gangguan jika
arus gangguan mengalir ke tanah akan menimbulkan beda potensial besar antara
kaki ke kaki. Beda potensial tersebut akan semakin mengecil pada area yang
semakin jauh dari titik gangguan.
Sumber: (TNeutron.blogsport.com)
Gambar 2.24 Besaran tegangan langkah
Tegangan langkah untuk berat 50 kg dapat di cari dengan persamaan :
0,116
I k=
√t
E s=I k ( R g +1,5 ρ ) (2.7)
Sedangkan tegangan langkah untuk berat 70 kg di gunakan persamaan :
0,157
I k=
√t
E s=I k ( R g +6 ρ ) (2.8)
Dimana :
t = Lama waktu (detik)
E s= Tegangan langkah (volt)
R g= Resistansi grounding (Ω)
ρ = Tahanan jenis tanah (Ω.m)
b. Tegangan sentuh
Tegangan sentuh merupakan sumber masalah yang sama seperti tegangan
langkah (step potential) – Lihat Gambar 2.16 tegangan sentuh menyangkut aliran
34
arus gangguan (fault current) ke tanah yang disebabkan adanya perbedaan
tegangan antara titik kontak ke tanah dan struktur konduktif yang berdekatan.
Sumber: (TNeutron.blogsport.com)
Gambar 2.25 Tegangan sentuh
Tegangan sentuh adalah tegangan yang timbul diantara objek yang disentuh
dengan suatu titik berjarak 1 meter, dimana objek itu terhubung dengan grid
pembumian. Besarnya arus gangguan yang mengalir ketubuh manusia dibatasi
oleh tahanan tubuh manusia dan tahanan kontak kaki manusia ke tanah.
Tegangan sentuh untuk berat 50 kg dapat dicari dengan persamaan :
0,116
I k=
√t
E s=I k ( R g +1,5 ρ ) (2.9)
Sedangkan tegangan sentuh untuk berat 70 kg dapat di cari dengan persamaan :
0,157
I k=
√t
E s=I k ( R g +6 ρ ) (2.10)
Dimana :
t = Lama waktu (detik)
E s= Tegangan langkah (volt)
R g= Resistansi grounding (Ω)
ρ = Tahanan jenis tanah (Ω.m)
35
36
BAB III
METODE PENELITIAN
Studi literatur
Analisa
Kesimpulan
Selesai
38
1. Mulai
Ditahap ini peneliti mulai merencanakan segala segala sesuatu yang
menyangkut dengan kelancaran skripsi penulis, mulai dari survey kelokasi
penelitian dan berdiskusi dengan dosen pembimbing tentang masalah judul yang
akan diangkat oleh peneliti.
2. Survey lokasi
Survey lokasi atau survey lapangan adalah tahap awal yang sangat penting
dalam kelancaran skripsi penulis, karena dalam survey lokasi tersebut kita dapat
mengetahui letak keadaan tower BTS telkomsel.
3. Pengumpulan data
Pada tahap ini peneliti melakukan pengumpulan data apa-apa saja yang
dibutuhkan untuk menyiapkan skripsi peneliti mulai dari data denah/layout lokasi
tower BTS telkomsel, data tinggi tower BTS telkomsel, data tinggi penangkal
petir tower BTS telkomsel, data panjang elektroda grounding tower BTS
telkomsel, data tahanan grounding tower BTS telkomsel, dan data ukuran kabel
BC yang dipakai pada penangkal petir.
4. Pengolahan data
Pada tahap ini peneliti melakukan perhitungan mengenai tahanan
pentanahan dan arus petir pada tower BTS telkomsel yang akan digunakan untuk
penghitungan dan analisa pemasangan pengukuran
5. Analisa
Pada tahap ini peneliti melakukan pengkajian ulang tentang penelitian yang
telah dilakukan
6. Kesimpulan
Pada tahap ini peneliti merumuskan kesimpulan dari hasil penelitian yang
telah
7. Selesai
39
3.5 Sistematika perhitungan
A. Perhitungan puncak arus petir(I0)
Arus puncak petir dapat di hitung menggunakan persamaan :
Fg = 3,8371 x 10-3 x IKL0,8179 x P0,5179
−3
Li .−2,40752. Ha )
I0 = 29,5143 . Fg0,332737 . e (−4.14107.10 (3.1)
Dimana :
Fg = Kerapatan sambaran petir (sambaran/km2)
IKL= Jumlah hari guruh pertahun (hari/tahun)
P = Curah hujan (mm/tahun)
I0 = Arus puncak petir (kA)
Li = Derajat lintang geografi (º)
Ha = Ketinggian awan terendah (m)
Dimana :
di
= Kecuraman arus puncak (kA)
dt
I0 = Arus puncak petir (kA)
40
Dimana :
r s = Jarak sambaran petir (m)
D. Perhitungan sudut perlindungan petir (º)
Untuk menghitung sudut perlindungan menggunakan persamaan Menurut
persamaan Amstrong dan Whitehead :
h1
a=arc sin 1−
[ ] rs
(3.6)
41
I0 = Arus puncak petir (kA)
G. Perhitungan tahanan jenis tanah (ρ)
Tahanan tanah dapat dihitung menggunakan persamaan :
2 πL . R g
ρ= (3.11)
4L
ln −1
a
Dimana :
ρ = Tahanan jenis tanah (Ω.m)
L = Panjang elektroda(m)
R g = Resistansi grounding(Ω)
a = Diameter elektroda batang (m)
H. Perhitungan tahanan kaki tower (Ω)
Untuk menghitung tahanan pada kaki tower menggunakan persamaan :
ρ 2L
R=
2 πL [
ln
a
−1 ] (3.12)
Dimana:
ρ= Tahanan jenis tanah (Ω.m)
L= Panjang elektroda (m)
a= Diameter elektroda batang (m)
R= Tahanan pentanahan (Ω)
I. Perhitungan tegangan sentuh (v)
Tegangan sentuh untuk berat 50 kg dapat dicari dengan persamaan :
0,116
I k=
√t
E s=I k ( R g +1,5 ρ ) (3.13)
Sedangkan tegangan sentuh untuk berat 70 kg dapat di cari dengan
persamaan :
0,157
I k=
√t
E s=I k ( R g +6 ρ ) (3.14)
Dimana :
42
t = Lama waktu (detik)
E s= Tegangan langkah (volt)
R g= Resistansi grounding (Ω)
ρ = Tahanan jenis tanah (Ω.m)
J. Perhitungan tengangan langkah (v)
Tegangan langkah untuk berat 50 kg dapat di cari dengan persamaan :
0,116
I k=
√t
E s=I k ( R g +1,5 ρ ) (3.15)
Sedangkan tegangan langkah untuk berat 70 kg di gunakan persamaan :
0,157
I k=
√t
E s=I k ( R g +6 ρ ) (3.16)
Dimana :
t = Lama waktu (detik)
E s= Tegangan langkah (volt)
R g= Resistansi grounding (Ω)
ρ = Tahanan jenis tanah (Ω.m)
k. Perhitungan tegangan induksi dari konduktor penyalur
Untuk mencari tegangan induksi pada konduktor penyalur dapat di cari
menggunakan persamaan :
c
M =0,2 ×b × ln
a
di
U i=M ×
dt
Dimana:
M = Besarnya induktansi (H)
b = Tinggi gedung (m)
c = Jarak BTS dari konduktor penyalur (m)
a = Jarak sisi terdekat BTS dengan konduktor penyalur (m)
di
= Kecuraman arus puncak petir (kA)
dt
43
L. Perhitungan tegangan jatuh pada sistem pembumian
Untuk menghitung tegangan jatuh pada pembumian menggunakan
persamaan :
V = I0 × Rek
Dimana :
Rek = Resistansi ekivalen(Ω)
BAB IV
DATA PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
44
Tabel 4.1 Data tower BTS dari PT.Dayamitra Telekomunikasi
No Parameter Keterangan
10 Tinggi bangunan 3m
11 Lebar lokasi 12 m
12 Panjang lokasi 10 m
Berikut merupakan data-data yang diperlukan di dalam penelitian
diperoleh dari BMKG kota Padang
Tabel 4.2 Data BMKG
No Keterangan Parameter
45
1 Jumlah hari guruh pertahun 186 hari/tahun
(hari/tahun)
46
Sumber : (PT.Dayamitratelkotapadang)
Gambar 4.1 Tinggi penangkal petir ke tanah
47
Sumber : (PT.Dayamitratelkotapadang)
Gambar 4.2 Sketsa denah lokasi
48
4.2 Perhitungan Sistem Pentanahan Pada Tower BTS
1. Perhitungan arus puncak petir(Io)
Arus puncak petir dengan hari guruh pertahun adalah 186 dengan rata-
ratanya 15,5 sedangkan curah hujan 5021 pertahun dan garis lintang selatan
56’150 dengan ketinggian awan terendah 900 meter ditentukan dengan persamaan:
Fg = 3,8371 x 10-3 x IKL0,8179 x P0,5179
= 3,8371 x 10-3 x 1860,8179 x 50210,5179
= 3,8371 x 71,818 x 82,535
Fg = 22,74
Maka arus petir :
−3
I0 = 29,5143 . Fg0,332737 . e (−4.14107.10 Li .−2,40752. Ha )
−3
= 29,5143 . 22,740,332737 . e (−4.14107.10 Li .−2,40752.900 )
= 29,5143 . 2,82783 . e0,05038
= 29,5143 . 2,82783 . 1,05167
= 87,7738 kA
dimana :
h1 =¿ Tinggi finial dari permukaan tanah = 54 m
r s=¿ Jarak sambaran petir (m)
54
a=arc sin 1− [ 240,307 ]
a=50,83 °
b. Radius perlindungan petir pada permukaan tanah
r =h1 × tan a 2
r =54 × tan50,83 °
r =66,28 m
Menurut Brown dan Whitehead :
a. Sudut proteksi petir
54
a=arc sin 1− [ 203,601 ]
a=47,28 °
50
b. Radius perlindungan petir dari permukaan tanah
r =54 × tan 47,28
r =58,47 m
51
6. Perhitungan pentanahan kaki tower
Tabel 4.5 Parameter kaki tower
No Parameter Keterangan
1 Tipe kaki 4 SST
2 Jenis logam Besi baja
3 Jenis kabel penyalur Tembaga BC 50mm
ke tanah
4 Penyambungan Di las tembaga dan
di cadweld
5 Jenis elektroda Elektroda batang
Dalam menghitung pembumian kaki tower yang telah di tanam tegak lurus
dan pada kedalaman berapa cm di bawah permukaan tanah. Maka persamaan :
ρ 2L
R=
2 πL [
ln
a
−1 ]
Dimana:
ρ= Tahanan jenis tanah = 20,44Ω
L= Panjang elektroda = 3 m
a= Diameter elektroda batang = 0,016 m
R= Tahanan pembumian
Maka :
20,44 2 ×3
R=
2 ×3,14 × 3
ln [
0,016
−1 ]
20,44
¿ [ ln 375−1 ]
18,84
¿ 4,9 Ω
52
a ¿=¿ 2 m, tinggi bangunan (b) = 3 m, jarak sisi terdekat bangunan dengan
konduktor penyalur (c) = 3 m dan menggunakan persamaan :
M =0,2 ×b × ln ( ac )
di
U i=M ×
dt
Maka besar induktansi bersama dari konduktor penyalur terhadap peralatan
BTS adalah :
M =0,2 ×3 × ln ( 32 )
M =0,243 H
Maka besarnya tegangan induksi adalah :
U i=0,243× 28,871
= 7 kV
Penyambungan antara empat buah tembaga batang kaki tower dihubungkan
secara parallel kemudian dihubungkan menggunakan sistempembumian grid
yang ditempatkan dibawah pondasi pagar menggunakan kabel BC 50 mm
dibawah pagar maka :
1 1 1
R=ρ
[ (
LT √ 20 × A
1+
1+0,5 ( 20A ) )]
Dimana :
ρ = Tahanan jenis tanah
LT = Panjang total Kawat
A= Luas area cakupan pentanahan
1 1 1
R=ρ
[ 54 √ 20 ×120
(
1+
1+0,5
20
( 120 ) )]
¿ 20,44 [ 0,018+0,020 ×1,92 ]
¿ 1,14 Ω
53
Maka resistansi grounding antara menara dengan pentanahan grid yang
dihubungkan secara parallel :
1 1 1
= +
R ek 4,9 1,14
Rek =¿ 1,07 Ω
54
waktu(t)= 0,1 sampai 0,5 detik dapat di hitung menggunakan persamaan sebagai
berikut.
0,116
I k=
√t
E s=I k ( R g +1,5 ρ )
Dimana :
Dengan lama waktu (t) = 0,1 detik
0,116
I k=
√ 0,1
= 0,3668
Maka :
E s=0,3668 ( 6,1+1,5 .20,44 )
E s=13,483 volt
Es 13,483 volt 9,532 volt 7,782 volt 6,741 volt 6,028 volt
Es 18,247 volt 12,902 volt 10,535 volt 9,123 volt 8,160 volt
Maka :
El =0,1640 ( 6,1+ 6 .20,44 )
El =21,113 volt
59
El 47,221 volt 33,382 volt 27,254 volt 23,610 volt 21,113 volt
Maka :
El =0,3510 ( 6,1+ 6 .20,44 )
El =45,187 volt
Dengan lama waktu (t)= 0,3 detik
0,157
I k=
√ 0,3
= 0,2866
Maka :
60
El =0,2866 ( 6,1+ 6 .20,44 )
El =36,896 volt
Dengan lama waktu (t)= 0,4 detik
0,157
I k=
√ 0,4
= 0,2482
Maka :
El =0,2482 ( 6,1+6 . 20,44 )
El =31,953 volt
Dengan lama waktu (t)= 0,5 detik
0,157
I k=
√ 0,5
= 0,2220
Maka :
El =0,2220 ( 6,1+ 6 .20,44 )
El =28,580 volt
4.4 Pembahasan
Dalam sistem pentanahan pada tower BTS Telkomsel di kampung KM 11
Padang Laban, Kanagarian Pasia Pelangai, Kecamatan Ranah Pesisir, Kabupten
Pesisir Selatan, Provinsi Sumatra Barat, PT. Dayamitra kota Padang diperoleh
hasil perhitungan seperti hasil dalam BAB IV sebagai berikut.
Dari hasil perhitungan maka di dapat arus puncak petir melalui
perhitungan hari guruh dan curah hujan adalah sebesar 87,7738 kA. Kerapatan
61
sambaran petir 22,74 sambaran/km2 tahun dan kecuraman arus petir yaitu 28,871
kA/μs . Dengan menggunakan perhitungan di atas maka peneliti bisa membuat
perbandingan jarak sambaran, sudut perlindungan dan radius perlindungan seperti
tabel 4.10 di bawah ini.
Tabel 4.10 Perbandingan jarak sambaran, Sudut perlindungan dan Radius perlindungan.
62
Dari tabel 4.11 dan pada perhitungan tahanan jenis tanah(ρ) di atas maka
peneliti menyimpulkan tahanan jenis tanah(ρ) diperoleh dari perhitungan sebesar
20,44 Ω.m maka di lihat pada tabel 4.11 jenis tanah adalah tanah rawa.
Setelah di lakukan perhitungan tegangan sentuh dan tegangan langkah
berdasarkan resistansi grounding(Rg) dan tahanan jenis tanah(ρ) dengan lama
waktu(t) 0,1 sampai 0,5 detik pada berat 50 kg dan 70 kg dapat di lihat pada tabel
4.12 untuk tegangan sentuh dan tegangan langkah dengan berat 50 kg sedangkan
pada tabel 4.13 utuk berat 70 kg sebagai berikut.
Tabel 4.12 Nilai tegangan sentuh dan tegangan langkah dengan berat 50 kg
Waktu Ik Tegangan sentuh Tegangan langkah
0,1 0,3668 13,483 volt 47,221 volt
0,2 0,2593 9,532 volt 33,382 volt
0,3 0,2117 7,782 volt 27,254 volt
0,4 0,1834 6,741 volt 23,610 volt
0,5 0,1640 6,028 volt 21,113 volt
Tabel 4.13 Nilai tegangan sentuh dan tegangan langkah dengan berat 70 kg
Waktu Ik Tegangan sentuh Tegangan langkah
0,1 0,4964 18,247 volt 63,906 volt
0,2 0,3510 12,902 volt 45,187 volt
0,3 0,2866 10,535 volt 36,896 volt
0,4 0,2482 9,123 volt 31,953 volt
0,5 0,2220 8,160 volt 28,580 volt
Dari tabel di atas dapat di simpulkan untuk tegangan sentuh dan tegangan
langkah berat 50 kg dengan lama waktu 0,1 sampai 0,5 detik diperoleh masing-
masing sebesar 13,483 volt dan 47,221 volt dimana nilai tersebut masih berada
dalam batas yang diizinkan dan dapat di kategorikan aman bagi manusia dan
peralatan di sekitar tower BTS. Sedangkan tegangan sentuh dan tegangan langkah
berat 70 kg dengan lama waktu 0,1 sampai 0,5 diperoleh hasil masing-masing
sebesar 18,247 volt dan 63,906 volt dimana nilai tersebut juga masih berada
63
dalam batas yang diizinkan dan dapat di kategorikan aman bagi manusia dan
peralatan di sekitar tower BTS.
Dan dari perhitungan tegangan jatuh pada sistem pembumian dengan
menggunakan arus puncak petir maksimum sebesar 87,7734 kA diperoleh nilai
tegangan jatuh sebesar 93,91 kV. Dengan arus yang menyambar finial dan
disalurkan melalui down conduktor terjadi tegangan induksi ke peralatan BTS
yang nilainya sebesar 7 kV dari penjelasan ini maka peneliti menganalisa bahwa
tegangan induksi pada sistem pembumian cukup berbahaya jika berada di satu
titik.
64
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan pada BAB IV maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut.
1. Puncak arus petir(I0) 87,7738 kA, kerapatan dabaran petir 22,74
sambaran/km2 dan kecuraman arus petir 28,871 kA.
2. Radius perlindungan petir 66,28 m dengan nilai sudut perlindungan 50,83º
dan jarak sambaran petir 240,304 m dengan ini proteksi petir eksternal
sudah cukup baik, karena proteksinya sudah mencakup area menara.
3. Tahanan pada ke empat kaki tower 4,9 Ω tahanan ini sudah memenuhi
standar PUIL 2000 dengan nilai di bawah 5 Ω
4. Tahanan jenis tanah 20,44 Ω tahanan ini termasuk jenis tanah rawa
5. Besarnya tegangan jatuh pada sistem pembumian yang telah terhubung
dengan arus petir 87,7738 kA adalah 93,91 kV
6. Besarnya tegangan induksi yang muncul dari down conduktor yang di aliri
arus kecuraman petir sebesar 28,872 kA adalah 9,4 kV
7. Tegangan sentuh dan tegangan langkah berat 50 kg dengan lama waktu 0,1
sampai 0,5 detik diperoleh nilai sebesar 13,483 volt dan 47,221 volt
8. Tegangan sentuh dan tegangan langkah berat 70 kg dengan lama waktu 0,1
sampai 0,5 diperoleh nilai sebesar 18,247 volt dan 63,906 volt
5.2 Saran
Seteleh melakukan penelitian, menurut peneliti tower BTS sangat
memerlukan sistem proteksi untuk keamanan manusia dan juga peralatan
karena tower BTS sering terkena sambaran petir, dan keandalan juga harus
dilakukan secara efektif untuk mencegah terjadinya kebakaran dan tegangan
listrik abnormal pada tower BTS.
65
DAFTAR PUSTAKA
64