DATA PERUMAHAN
1. Daya rumah 2200 VA sebanyak 25 buah
2. Daya rumah 1300 VA sebanyak 30 buah
3. Daya rumah 900 VA sebanyak 40 buah
4. Jalan pada perumahan mempunyai lebar jalan masuk 10 meter dan jalan perumahan
5 meter, dengan PJU Emin = 11 Lux
5. Jarak GTT permudin terhadap tiang Akhir JTR sebesar 150 meter
2. Jarak antara Gardu distribusi PLN pada pabrik terhadap SUTM yang ada adalah
400 m
3. Lebar jalan menuju pabrik 10 m sepanjang 150 m, dengan PJU Emin = 12 Lux
Untuk menentukan daya transformator pada GTT, kita harus menentukan faktor
ramalan pertumbuhan kebutuhan beban, yaitu:
Masalah – masalah yang timbul disini adalah untuk perencanaan tahunan untuk
memperbesar kapasitas penjualan tenaga listrik, untuk menanggulangi pertambahan beban
tersebut.
Untuk mengatasi hal tersebut di atas, kita harus mengetahui besar pertambahan beban
puncak untuk tahun – tahun mendatang. Untuk meramalkan kebutuhan tahunan, kebutuhan
beban sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu.
Ada beberapa macam cara meramalkan pertumbuhan beban, tetapi secara garis besar
dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Secara grafis
Dengan menggunakan data – data grafis dari tahun sebelumnya, yaitu dari kurva
tahunan dan besarnya daya (kW), maka dapat diramalkan pertumbuhan beban untuk
tahun – tahun mendatang dengan metode ekstrapolar. Metode ini adalah dengan
menarik garis – garis pertumbuhan beban untuk tahun – tahun berikutnya. Dengan
sendirinya hasil yang diperoleh dari penganalisaan secara grafis agak kasar. Oleh karena
itu cara ini digunakan hanya sebagai pembanding.
2. Secara analitis
Dalam metode ini, peramalan kebutuhan tenaga listrik digolongkan dalam empat
grup konsumen, yaitu:
a. Konsumen perumahan (residensial)
Jumlah anggota perumahan = A orang per rumah
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘
Jumlah perumahan = 𝐴
PERHITUNGAN
Total daya perumahan = 130.000 VA
130.000 (𝑉𝐴)
Rata – rata daya maksimum tiap rumah = = 1368,42 VA
95
Dengan asumsi setiap rumah memiliki anggota keluarga sebanyak 3 jiwa/rumah, maka
jumlah total penduduk = 3 x 95 = 285 jiwa.
Pertumbuhan penduduk tiap tahun (dimisalkan) = 2% per tahun.
Dari data – data di atas kita dapat meramalkan pertumbuhan beban pada perumdin
tersebut, yaitu:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑒𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ𝑎𝑛 95
1. Electrification ratio = = 95 = 1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑅𝑢𝑚𝑎ℎ
2. Jumlah penduduk 2 tahun mendatang = ( 1 + 0,02 )2x 285 jiwa = 296,514 jiwa
(dibulatkan 297 jiwa)
3. Jumlah tambahan perumahan 2 tahun mendatang
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑇𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 10
= =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑂𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟 𝑅𝑢𝑚𝑎ℎ 3
PERHITUNGAN TRANSFORMATOR
Persyaratan transformator GTT adalah dibawah 200kVA, tetapi jika di atas 200kVA,
maka transformator tersebut bukan transformator GTT melainkan gardu tersendiri.
= 95,188 VA
Jika faktor beban 0,81 (Tabel IEC) maka besarnya transformator yang digunakan
adalah:
100
= 𝑥 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔
81
100
= 𝑥 114,226
81
= 141,019
PEMILIHAN TRANSFORMATOR
Dari perhitungan di atas, didapat daya total sebesar 118.708VA, sedangkan untuk GTT
yang tersedia dipasaran adalah dengan daya 160kVA, maka dipilih transformator dengan
daya 160kVA dengan merk Trafindo dengan spesifikasi sebagai berikut:
1 Standar SPLN 50/97
2 Kapasitas 160kVA
3 Impedansi 4%
7 Efficiency
100% 98.52%
75% 98.74%
50% 98.93%
25% 98.70%
8 Noise level 55 dB
9 Dimension
Widht 715 mm
Length 1290 mm
Height 1220 mm
Weight 1045 kg
Cut-out berfungsi untuk mengamankan transformator dari arus lebih. Cut-out dipasang
pada sisi primer transformator. Dalam menentukan rating fuse cut-out, hal yang perlu
dipertimbangkan adalah:
Arus nominal beban untuk pemilihan rating arus kontinyu fuse cut-out
Tegangan sistem untuk pemilihan rating tegangan
Penggunaan CO tergantung pada arus beban, tegangan sistem, tipe sistem dan arus
gangguan yang mungkin terjadi
Dalam pemilihan Cut-out, bergantung pada jenis transformator yang dipakai apakah
memakai minyak atau berjenis transformator kering. Di dalam PUIL 2000 hal 190, apabila
menggunakan transformator minyak, In CO dikalikan 250% (maksimal).
160 𝑘𝑉𝐴
𝐼𝑛 = 250% 𝑥 = 11,5𝐴
√3 𝑥 20𝑘𝑉
Karena sadapan Lightning Arrester sebelum Cut out, maka dipilih fuse link tipe-K, yaitu
pelebur jenis letupan (expulsion) cepat. (IEC 282-2 (1970)/NEMA). Sehingga menggunakan fuse
link tipe-K dengan rating arus 8A.
Untuk menghitung besar KHA penghantar pada JTM, maka kita harus mengetahui
terlebih dahulu berapa daya transformator GTT yang dipakai, sehingga kita dapat
menghitung besar arus nominal yang akan melewati penghantar tersebut.
Daya transformator GTT adalah sebesar 160kVA, maka dari data tersebut dapat kita
hitung besar arus nominalnya sebagai berikut:
160𝑘𝑉𝐴
𝐼𝑛 = = 4,6𝐴
√3 𝑥 20𝑘𝑉
Dari katalog Kabelindo AAAC, didapat luas penampang penghantar sebesar 16mm2
dengan KHA sebesar 105A. Tetapi dalam praktiknya dilapangan untuk penghantar SUTM
paling kecil adalah 35mm2, maka dipilih penghantar AAAC 35mm2. Hal tersebut bertujuan
untuk mengurangi drop voltage sepanjang jalur SUTM.
Sama dengan menghitung KHA penghantar pada SUTM, untuk dapat menghitung
KHA penghantar pada jaringan SUTR juga harus mengetahui berapa daya transformator
yang digunakan pada GTT agar kita dapat mengetahui besa arus nominal yang akan
melewati penghantar tersebut. Tetapi, tegangan yang digunakan adalah tegangan
sekundernya.
Daya transformator GTT adalah sebesar 160kVA, maka dari data tersebut dapat kita
hitung besar arus nominalnya sebagai berikut:
160𝑘𝑉𝐴
𝐼𝑛 = = 243𝐴
√3 𝑥 380
Dari katalog Supreme NYY, didapat penghantar sebesar 95mm2 dengan KHA sebesar
335A. Tetapi dalam praktiknya digunakan satu atau dua tingkat di atasnya untuk
menghindari jatuh tegangan yang besar, maka dipilih penghantar NYY sebesar 120mm2.
KOMPONEN PHB-TR
Pengaman Utama
160𝑘𝑉𝐴
𝐼𝑛 =
√3 𝑥 400𝑉
𝐼𝑛 = 231𝐴
Sehingga dipilih pengaman utama NH Fuse Siba Size 2 dengan rating arus sebesar
250A.
Saklar Utama
160𝑘𝑉𝐴
𝐼𝑛 =
√3 𝑥 400𝑉
𝐼𝑛 = 231𝐴
KHA = 2,5 x In
= 2,5 x 231
=577,5 A
Sehingga dipilih LBS (Load Breaker Switch) merk SIRCO 3-pole dengan rating
arus sebesar 630A.
Busbar
Karena pada pengaman utama digunakan 1 penghantar tiap fasa, sehingga jumlah
batang busbar tiap fasa mengikuti jumlah penghantar tiap fasa, yaitu satu batang tiap fasa.
Untuk menghitung KHA busbar, kita harus mengetahui data – data yang diperlukan
untuk kebutuhan perhitungan KHA penghantar tersebut, yaitu:
160𝑘𝑉𝐴
𝐼𝑛 =
√3 𝑥 400𝑉
𝐼𝑛 = 231𝐴
KHA pada sisi outgoing transformator :
KHA = 1,25 x In
= 1,25 x 231
= 288,75A
A. Pada Group 1
Pengaman fasa R
45257
𝐼𝑛 = = 205,7 𝐴
220
KHA = 1,25 x In
= 1,25 x 205,7
= 257,14 A
B. Pada Group 2
Pengaman fasa R
17939
𝐼𝑛 = = 81,54𝐴
220
Dari tabel KHA penghantar TC NFA2X-T (katalog kabelindo) didapat luas
penampang penghantar sebesar 35mm2 dengan KHA 125A dan netral 25mm2
dengan KHA 102A.
Menggunakan pengaman NH Fuse dengan rating arus 100A.
Pengaman fasa S
17939
𝐼𝑛 = = 81,54𝐴
220
Dalam perencanaan ini, diketahui bahwa terdapat dua jaringan distribusi tenaga listrik.
Pertama adalah jaringan distribusi primer 20kV yang dikenal sebagai jaringan SUTM dan
jaringan distribusi sekunder 220/380volt yang dikenal sebagai jaringan SUTR.
Adapun dalam perencanaan ini ketentuan untuk kedua jaringan tersebut adalah sebagai
berikut:
Dalam penentuan jumlah tiang dan jarak antar tiang tergantung pada medan yang akan
kita pasang jaringan. Dalam hal ini pada daerah yang akan terpasang adalah daerah pinggiran
dengan medan cukup rata (pabrik/industri yang terletak pada area persawahan penduduk).
Sesuai dengan konstruksi tanahnya untuk jarak antara pabrik dan SUTM yang ada memiliki
kerataan tanah yang sudah diratakan untuk area jalan. Jarak antara aspal dan trotoar adalah
2 meter, dengan lebar jalan 12 meter, dan diperkirakan untuk perluasan jalan berkisar 1
meter kesamping, sehingga dapat kita pasang tiang dengan jarak sekitar 3,5 meter dari jalan
aspal.
Karena pada posisi tersebut di atas tanah yang akan kita tempati untuk penanaman
tiang listrik adalah area persawahan milik penduduk setempat sehingga harus ada jaminan
pembebasan tanah bila belum ada keterangan pembebasan tanah, maka dipakai area bebas
yatu di sisi jalan.
Pemasangan SUTM dan SUTR dengan medan seperti di atas harus mengambil cross
jalur terpendek dengan mempertimbangkan beberapa hal yang harus terpenuhi, yakni:
Jarak antara SUTM dengan tanah harus sesuai dengan standar pemasangan.
Jaringan yang terpasang tidak boleh terlalu rendah dan membahayakan bagi makhluk
hidup yang melintas di bawahnya.
Jaringan yang menyebrang jalan raya harus dilengkapi dengan jaring pengaman untuk
menghindari kalau nantinya terjadi kabel yang putus pada jaringan yang menyeberang
jalan tersebut.
Konstruksi tiang yang terdapat pada jaringan menyesuaikan dengan medan dengan
memperhatikan standar pemasangan jaringan yang ada dengan mempertimbangkan
keandalan, kemudahan dan keamanan.
Minimal penanaman tiang untuk SUTR dan SUTM adalah 1/6 dari tinggi tiang, selain
itu harus dipertimbangkan juga faktor jenis tanah yang akan digunakan sebagai tempat
penanaman.
Hubung singkat pada suatu penyulang dapat terjadi pada sisi atas transformator, kabel,
rel dan pemutus sirkit. Dalam hal ini perhitungan breaking capasity ini digunakan untuk
menentukan besarnya arus hubung singkat pada suatu titik dan breaking capasity pengaman
sehingga pengaman tersebut dapat mengamankan sirkit tanpa merusak pengaman tersebut
pada saat hubung singkat.
Pehitungan arus hubung singkat memerlukan data daya hubung singkat pada sisi LV,
panjang dari penghantar dan jenis penghantar tersebut. Untuk menentukan daya hubung
singkat dapat melalui tiga cara yaitu:
2. Transformator
S = 160kVA
Usc = 4%
U = 400V
Wc = 2350W
𝑊𝑐 𝑥𝑉0 2 𝑥10−3
𝑅2 =
𝑆2
2350 𝑥 4002 𝑥10−3
𝑅2 =
1602
= 14,68mΩ
2
𝑉𝑠𝑐 𝑥 𝑉0 2
𝑋2 = √( ) − 𝑅2 2
100 𝑥 𝑆
2
4 𝑥 4002
𝑋2 = √( ) − 14,682
100 𝑥 160
= 37,2mΩ
3. Penghantar
𝑙
𝑅3 = 𝜌
𝐴
10
= 22,5𝑥 120
= 1,87mΩ
0,12
X3 = 𝑥10
1
=1,2mΩ
5. Busbar utama
KHA minimal = 288,75A
Panjang (l) = 2m
𝑙
R5 = 𝜌 𝐴
2
= 22,5𝑥 200
= 0,225mΩ
0,15𝑥2
X5 = 1
=0,3mΩ
𝑉𝑜
𝐼𝑆𝐶 =
√3 𝑥 𝑍𝑡
400
𝐼𝑆𝐶 =
√3 𝑥 √16,8252 + 39,022
𝐼𝑆𝐶 = 5,43𝑘𝐴
Jadi, arus hubung singkat yang digunakan sebagai rating pengaman minimal sebesar
5,43kA.
Arrester dipakai sebagai alat proteksi utama dari tegangan lebih. Oleh karena itu,
pemilihan arrester harus sesuai dengan peralatan yang dilindunginya. Karena kepekaan
arrester terhadap tegangan, maka pemakainya harus disesuikan dengan tegangan sistem.
Pemilihan lightning arrester dimaksudkan untuk mendapatkan tingkat isolasi dasar yang
sesuai dengan Basic Insulation Level (BIL) peralatan yang dilindungi, sehingga didapatkan
perlindungan yang baik.
Pada pemilihan arrester ini dimisalkan tegangan impuls petir yang datang
berkekuatan 200 KV dalam waktu 0,1μs, jarak titik penyambaran dengan transformator 5
Km.
Koefisien Pentanahan
Didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan rms fasa sehat ke tanah
dalam keadaan gangguan pada tempat dimana penagkal petir, dengan tegangan rms
fasa ke fasa tertinggi dari sistem dalam keadaan tidak ada gangguan Untuk menetukan
tegangan puncak (Vrms) antar fasa dengan ground digunakan persamaan
Vrms = 20 kV
Dari persamaan di atas maka diperoleh persamaan untuk tegangan phasa dengan
ground pada sistem 3 phasa didapatkan persamaan :
Vrms 2
Vm(L - G) =
3
20kV 2
=
3
= 16,33 KV
16,33KV
Koefisien pentanahan =
20 KV
= 0,82
Keterangan :
Vm = Tegangan puncak antara phasa dengan ground (kV)
Vrms = Tegangan nominal sistem (kV)
Keterangan :
I = arus pelepasan arrester (A)
e = tegangan surja yang datang (KV)
Eo = tegangan pelepasan arrester (KV)
Z = impedansi surja saluran (Ω)
R = tahanan arrester (Ω)
Harga puncak surja petir yang masuk ke pembangkit datang dari saluran yang
dibatasi oleh BIL saluran. Dengan mengingat variasi teganagn flasover dan
probabilitas tembus isolator, maka 20% untuk faktor keamanannya, sehingga harga e
adalah :
e =1,2 BIL saluran
Keterangan :
e = tegangan surja yang datang (KV)
BIL = tingkat isolasi dasar transformator (KV)
I = 2e Eo
Z R
Z adalah impedansi saluran yang dianggap diabaikan karena jarak perambatan
sambaran tidak melebihi 10 Km dalam arti jarak antara GTT yang satu dengan yang
GTT yang lain berjarak antara 8 KM sampai 10 KM. (SPLN 52-3,1983 : 11)
tegangankejutimpuls100%
R =
aruspemuat
105KV
=
2,5KA
= 42 ohm
I = 2 200 KV 66,6 KV
0 42
= 7,95 kA
Keterangan :
E = tegangan yang sampai pada arrester (KV)
e = puncak tegangan surja yang datang
K = konsatanta redaman (0,0006)
x = jarak perambatan
Jatuh tegangan pada arrester dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
V =IxR
Sehingga tegangan pelepasan arrester didapatkan sesuai persamaan :
ea = Eo + (I x R) (25)
Keterangan :
I = arus pelepasan arrester (KA)
Eo = tegangan arrester pada saat arus nol (KV)
ea = tegangan pelepasan arrester (KV)
Z = impedansi surja (Ω)
R = tahanan arrester (Ω)
2 4000 KV / s x
= 133,3 KV+
300m / s
8,3 = 26,6x
x = 0,31 m
Jadi jarak arrester sejauh 31 cm dari transformator yang dilindungi.
Pemilihan Arrester
Dalam hal ini pemilihan arrester yang digunakan untuk sistem tegangan
menengah yaitu arrester katup. Arrester ini terdiri dari atas beberapa sela percik yang
dihubungkan seri dengan resistor tak-linier. Resistor tak linier mempunyai tahanan
yang rendah bila dialiri arus besar dan mempunyai tahanan yang besar saat dialiri arus
kecil. Resistor tak-linier umumnya digunakan untuk arrester yang terbuat dari bahan
silikon karbid. Kerja arrester ini tidak dipengaruhi keadaan udara sekitar karena sela
percik dan resistor tak-linier keduanya ditempatkan dalam tabung isolasi tertutup.
Sehingga dipilih arrester dengan spesifikasi berikut:
Merk : Elpro
Rated Voltage : 21 kV
MCOV : 17 kV
Ref. Voltage : 21 kV
Arus Pelepasan : 10 kA
Switching Impulse : 125 A
Gardu portal dan gardu cantol dilindungi dari surja petir dengan menggunkan
lightning arrester. Lightning arrester mempunyai karakteristik dengan parameter sebagai
berikut :
Rated Voltage : 18 kV
Discharge Voltage :
PENTANAHAN ARRESTER
Agar bahaya sambaran petir tidak masuk ke dalam sistem, maka arrester harus
ditanahkan. Pada pentanahan arrester, harus mempunyai tahanan maksimal 1ohm. Dalam
pentanahan ini, menggunakan sistem pentanahan elektroda batang tunggal dengan catatan:
Setelah dilakukan pengukuran tahanan jenis tanah selama beberapa bulan, diketahui
rata – rata tahanan jenis tanah (ρ) pada tanah perumahan sebesar 19ohm/m3.
Luas penampang elektroda adalah 1” Cu telanjang (r = 12,5mm)
Panjang elektroda 4 meter
Elektroda ditanam sedalam panjang elektroda
1+𝑙 1+4
𝑥= = = 1,25
𝑙 4
𝑙 + 2𝑙 4+8
𝑦= = =3
𝑙 4
1 + 2𝑙 1+8
𝑧= = = 1,125
2𝑙 8
ln 𝑥 ln 1,25
𝑚= = = 0,03
𝑙 4000
ln 𝑟 ln
12,5
ln 𝑦 ln 3
𝑛= = = 0,19
𝑙 4000
ln 𝑟 ln
12,5
ln 𝑧 ln 1,125
𝑞= = = 0,02
𝑙 4000
ln ln
𝑟 12,5
1 + 2𝑞 + 𝑛 − 4𝑚2
=
5 + 2𝑞 + 𝑛 − 8𝑚
= 0,24
𝑙 4000
= = 320
𝑟 12,5
𝑘 = 𝑓𝑘 𝑥 𝑓𝑒
= 0,24 𝑥 5,3
= 1,27
𝜌𝑘 19 . 1,27
= =
2𝜋𝑙 2 . 3,14 . 4
= 0,96 Ω (𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖)
Jadi, tahanan pentanahan yang diperoleh dengan pentanahan elektroda batang tunggal
sistem konfigurasi cross cycle pentanahan netral langsung adalah sebesar 0,96ohm. Karena
Rpt < 1ohm, maka memenuhi syarat PUIL.
PENTAHANAN TITIK BINTANG TRANSFORMATOR, BODI PANEL PHB-TR
DAN TIANG
Untuk menghindari tegangan sentuh pada peralatan, maka bodi panel harus
ditanahkan. Pentanahan tiang digunakan untuk mengurangi drop voltage pada konsumen
dan pada pentanahan PJU ini harus mempunyai tahanan maksimum 5 ohm. Dalam
pentanahan ini menggunakan sistem pentanahan elektroda batang tunggal dengan catatan:
Setelah dilakukan pengukuran tahanan jenis tanah selama beberapa bulan diketahui
rata – rata tahanan jenis tanah (ρ) pada tanah perumahan sebesar = 19ohm/m3.
Luas penampang elektroda adalah 1” Cu telanjang (r=12,5mm)
Panjang elektroda adalah 4 meter
Elektroda ditanam sedalam panjang elektroda
𝜌 4𝐿
𝑅𝑝𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ𝑎𝑛 = 𝑥 (𝑙𝑛 − 1)
2𝜋𝐿 𝑎
19 4𝑥4
= 𝑥 (𝑙𝑛 − 1)
2 𝑥 3,14 𝑥 4 0,125
= 2,89𝛺 (𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡, 𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑟𝑖 5𝛺
Jadi, tahanan pentanahan yang diperoleh dengan pentanahan elektroda batang tunggal
sistem pentanahan netral langsung adalah sebesar 2,89Ω. Karena Rpt < 5Ω, maka memenuhi
syarat PUIL.