Anda di halaman 1dari 29

PERENCANAAN PERUMAHAN

DATA PERUMAHAN
1. Daya rumah 2200 VA sebanyak 25 buah
2. Daya rumah 1300 VA sebanyak 30 buah
3. Daya rumah 900 VA sebanyak 40 buah
4. Jalan pada perumahan mempunyai lebar jalan masuk 10 meter dan jalan perumahan
5 meter, dengan PJU Emin = 11 Lux
5. Jarak GTT permudin terhadap tiang Akhir JTR sebesar 150 meter

DATA PADA PABRIK LVMDP


1. Data pabrik pada LVMDP Kelompok 1 = 100 kVA
Kelompok 2 = 200 kVA
Kelompok 3 = 300 kVA
Kelompok 4 = 400 kVA

2. Jarak antara Gardu distribusi PLN pada pabrik terhadap SUTM yang ada adalah
400 m
3. Lebar jalan menuju pabrik 10 m sepanjang 150 m, dengan PJU Emin = 12 Lux

DATA SARANA STADION SEPAKBOLA


1. Data Lapangan 120 m x 70 m
2. E rata-rata min 300 Lux di pakai type 4 Menara (Metode leugi ferari stadium)
PENENTUAN DAYA TRANSFORMATOR GTT

Untuk menentukan daya transformator pada GTT, kita harus menentukan faktor
ramalan pertumbuhan kebutuhan beban, yaitu:

RAMALAN PERTUMBUHAN BEBAN

Pertumbuhan beban atau melonjaknya kebutuhan suatu perencanaan pengembangan


sistem tenaga listrik adalah merupakan masalah penting bagi suatu perencanaan
pengembangan sistem tenaga listrik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dan
mendorong melonjaknya kebutuhan listrik tersebut, misalnya adanya perdagangan dan
industri yang tumbuh dengan pesat, pertambahan penduduk yang semakin meningkat dan
sebagainya.

Masalah – masalah yang timbul disini adalah untuk perencanaan tahunan untuk
memperbesar kapasitas penjualan tenaga listrik, untuk menanggulangi pertambahan beban
tersebut.

Untuk mengatasi hal tersebut di atas, kita harus mengetahui besar pertambahan beban
puncak untuk tahun – tahun mendatang. Untuk meramalkan kebutuhan tahunan, kebutuhan
beban sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu.

Ada beberapa macam cara meramalkan pertumbuhan beban, tetapi secara garis besar
dapat dibagi menjadi dua yaitu:

1. Secara grafis
Dengan menggunakan data – data grafis dari tahun sebelumnya, yaitu dari kurva
tahunan dan besarnya daya (kW), maka dapat diramalkan pertumbuhan beban untuk
tahun – tahun mendatang dengan metode ekstrapolar. Metode ini adalah dengan
menarik garis – garis pertumbuhan beban untuk tahun – tahun berikutnya. Dengan
sendirinya hasil yang diperoleh dari penganalisaan secara grafis agak kasar. Oleh karena
itu cara ini digunakan hanya sebagai pembanding.
2. Secara analitis
Dalam metode ini, peramalan kebutuhan tenaga listrik digolongkan dalam empat
grup konsumen, yaitu:
a. Konsumen perumahan (residensial)
 Jumlah anggota perumahan = A orang per rumah
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘
 Jumlah perumahan = 𝐴

 Jumlah langganan dari perumahan = 2 x electrification ratio


 Dimana electrification ratio = perbandingan antara jumlah konsumen rumah
tangga yang memakai tenaga listrik dengan jumlah seluruh rumah tangga.
 Jadi jumlah kebutuhan tenaga listrik untuk konsumen residensial adalah
= 3 x pemakaian maksimum rata – rata untuk seluruh rumah
b. Konsumen komersil
 Jumlah dari langganan komersial = jumlah langganan perumahan x contituent
ratio
 Dimana constituent ratio = perbandingan antara jumlah konsumen komersil
dengan jumlah konsumen perumahan
 Jadi jumlah kebutuhan tenaga listrik untuk konsumen komersil adalah = 5 x
pemakaian max rata – rata dari tiap langganan komersil
c. Konsumen industri
Kebutuhan menurut permintaan dari para konsumen industri
d. Konsumen fasilitas umum
Kebutuhan untuk fasilitas umum = { 4 + 6 } x 10%

PERHITUNGAN
Total daya perumahan = 130.000 VA
130.000 (𝑉𝐴)
Rata – rata daya maksimum tiap rumah = = 1368,42 VA
95

 Dengan asumsi setiap rumah memiliki anggota keluarga sebanyak 3 jiwa/rumah, maka
jumlah total penduduk = 3 x 95 = 285 jiwa.
 Pertumbuhan penduduk tiap tahun (dimisalkan) = 2% per tahun.

Dari data – data di atas kita dapat meramalkan pertumbuhan beban pada perumdin
tersebut, yaitu:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑒𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ𝑎𝑛 95
1. Electrification ratio = = 95 = 1
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑅𝑢𝑚𝑎ℎ

2. Jumlah penduduk 2 tahun mendatang = ( 1 + 0,02 )2x 285 jiwa = 296,514 jiwa
(dibulatkan 297 jiwa)
3. Jumlah tambahan perumahan 2 tahun mendatang
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑇𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 10
= =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑂𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟 𝑅𝑢𝑚𝑎ℎ 3

= 3,33 rumah (dibulatkan menjadi 4 rumah)


4. Jumlah tambahan konsumen perumahan 2 tahun mendatang
= Jumlah tambahan perumahan x electrification ratio
= 4 x 1 = 4 rumah

PERHITUNGAN TRANSFORMATOR

Persyaratan transformator GTT adalah dibawah 200kVA, tetapi jika di atas 200kVA,
maka transformator tersebut bukan transformator GTT melainkan gardu tersendiri.

Dalam pemilihan transformator harus memperhatikan beberapa hal, yaitu faktor


keserempakan beban dan faktor perkembangan beban untuk beberapa tahun mendatang.

Maka, dari sini kita dapat menentukan transformator dengan tahapan :

1. Harus mengetahui nilai beban total


Nilai beban total dari perumahan dinas tersebut sebagai berikut:

1. Pelanggan 2200VA 25 buah 55.000VA

2. Pelanggan 1300VA 30 buah 39.000VA

3. Pelanggan 900VA 40 buah 36.000VA

4. Lampu PJU Utama 187 VA 32 buah 5.984 VA

Daya total = 135.984 VA


2. Kebutuhan beban maksimum

Untuk mengetahui kebutuhan beban maksimum, maka perlu diperhatikan faktor


kebersamaan pelanggan sebagai berikut:
Jumlah sambungan jenis
Faktor Kebersamaan
pelanggan Heterogen
2–4 0,85
6 – 10 0,80
11 – 20 0,70
2 – 40 0,60
>40 0,40
Tabel Faktor Kebersamaan

Dipilih faktor kebersamaan sebesar 0,40, sehingga:

Stotal = 0,70 x 135,984 VA

= 95,188 VA

3. Hubungan dengan prediksi pertambahan beban mendatang (cadangan)


Dalam penggunaan energi listrik pada masa mendatang, nilai beban dapat kita
prediksi akan bertambah. Pertambahan beban harus diantisipasi dari sekarang dengan
memberikan kuota daya lebih dari total nilai daya terpasang. Oleh karena itu, daya
terpasang dapat dipertimbangkan agar dibebankan sebesar 80% dari nilai daya
maksimum transformator. Diperkirakan pertambahan beban sebesar 20%, sehingga
daya transformator yang dibutuhkan sebesar:
= Kebutuhan beban maksimum x 120%
= 95,188 VA x 1,2
= 114,226 VA

4. Faktor pembebanan transformator


Daya transformator terpasang harus lebih besar daripada daya kontrak
tersambung PLN agar transformator tidak bekerja secara maksimum. Faktor
pembebanan transformator sebaiknya 80% dari pembebanan total agar transformator
bekerja dengan efektif (IEC 60354 dan SPLN 17:1979).

Jika faktor beban 0,81 (Tabel IEC) maka besarnya transformator yang digunakan
adalah:
100
= 𝑥 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔
81
100
= 𝑥 114,226
81

= 141,019

PEMILIHAN TRANSFORMATOR

Dari perhitungan di atas, didapat daya total sebesar 118.708VA, sedangkan untuk GTT
yang tersedia dipasaran adalah dengan daya 160kVA, maka dipilih transformator dengan
daya 160kVA dengan merk Trafindo dengan spesifikasi sebagai berikut:
1 Standar SPLN 50/97

2 Kapasitas 160kVA

3 Impedansi 4%

4 No load losses 400watt

5 Load losses 2000watt

6 Total losses 2400watt

7 Efficiency

100% 98.52%

75% 98.74%

50% 98.93%

25% 98.70%

8 Noise level 55 dB
9 Dimension

Widht 715 mm

Length 1290 mm

Height 1220 mm

Weight 1045 kg

PERHITUNGAN FUSE CUT OUT

Cut-out berfungsi untuk mengamankan transformator dari arus lebih. Cut-out dipasang
pada sisi primer transformator. Dalam menentukan rating fuse cut-out, hal yang perlu
dipertimbangkan adalah:

 Arus nominal beban untuk pemilihan rating arus kontinyu fuse cut-out
 Tegangan sistem untuk pemilihan rating tegangan
 Penggunaan CO tergantung pada arus beban, tegangan sistem, tipe sistem dan arus
gangguan yang mungkin terjadi

Dalam pemilihan Cut-out, bergantung pada jenis transformator yang dipakai apakah
memakai minyak atau berjenis transformator kering. Di dalam PUIL 2000 hal 190, apabila
menggunakan transformator minyak, In CO dikalikan 250% (maksimal).

160 𝑘𝑉𝐴
𝐼𝑛 = 250% 𝑥 = 11,5𝐴
√3 𝑥 20𝑘𝑉

Karena sadapan Lightning Arrester sebelum Cut out, maka dipilih fuse link tipe-K, yaitu
pelebur jenis letupan (expulsion) cepat. (IEC 282-2 (1970)/NEMA). Sehingga menggunakan fuse
link tipe-K dengan rating arus 8A.

PERHITUNGAN PENGHANTAR INCOMING DAN OUTGOING TRAFO GTT

Perhitungan penghantar pada incoming transformator

Untuk menghitung besar KHA penghantar pada JTM, maka kita harus mengetahui
terlebih dahulu berapa daya transformator GTT yang dipakai, sehingga kita dapat
menghitung besar arus nominal yang akan melewati penghantar tersebut.
Daya transformator GTT adalah sebesar 160kVA, maka dari data tersebut dapat kita
hitung besar arus nominalnya sebagai berikut:

160𝑘𝑉𝐴
𝐼𝑛 = = 4,6𝐴
√3 𝑥 20𝑘𝑉

𝐾𝐻𝐴 = 1,25 𝑥 𝐼𝑛 = 1,25 𝑥 4,6 = 5,75𝐴

Dari katalog Kabelindo AAAC, didapat luas penampang penghantar sebesar 16mm2
dengan KHA sebesar 105A. Tetapi dalam praktiknya dilapangan untuk penghantar SUTM
paling kecil adalah 35mm2, maka dipilih penghantar AAAC 35mm2. Hal tersebut bertujuan
untuk mengurangi drop voltage sepanjang jalur SUTM.

Perhitungan penghantar pada outgoing transformator

Sama dengan menghitung KHA penghantar pada SUTM, untuk dapat menghitung
KHA penghantar pada jaringan SUTR juga harus mengetahui berapa daya transformator
yang digunakan pada GTT agar kita dapat mengetahui besa arus nominal yang akan
melewati penghantar tersebut. Tetapi, tegangan yang digunakan adalah tegangan
sekundernya.

Daya transformator GTT adalah sebesar 160kVA, maka dari data tersebut dapat kita
hitung besar arus nominalnya sebagai berikut:

160𝑘𝑉𝐴
𝐼𝑛 = = 243𝐴
√3 𝑥 380

𝐾𝐻𝐴 = 1,25 𝑥 𝐼𝑛 = 1,25 𝑥 243 = 304𝐴

Dari katalog Supreme NYY, didapat penghantar sebesar 95mm2 dengan KHA sebesar
335A. Tetapi dalam praktiknya digunakan satu atau dua tingkat di atasnya untuk
menghindari jatuh tegangan yang besar, maka dipilih penghantar NYY sebesar 120mm2.

KOMPONEN PHB-TR
Pengaman Utama
160𝑘𝑉𝐴
𝐼𝑛 =
√3 𝑥 400𝑉
𝐼𝑛 = 231𝐴
Sehingga dipilih pengaman utama NH Fuse Siba Size 2 dengan rating arus sebesar
250A.
Saklar Utama

160𝑘𝑉𝐴
𝐼𝑛 =
√3 𝑥 400𝑉
𝐼𝑛 = 231𝐴
KHA = 2,5 x In
= 2,5 x 231
=577,5 A
Sehingga dipilih LBS (Load Breaker Switch) merk SIRCO 3-pole dengan rating
arus sebesar 630A.

Busbar

Karena pada pengaman utama digunakan 1 penghantar tiap fasa, sehingga jumlah
batang busbar tiap fasa mengikuti jumlah penghantar tiap fasa, yaitu satu batang tiap fasa.

Untuk menghitung KHA busbar, kita harus mengetahui data – data yang diperlukan
untuk kebutuhan perhitungan KHA penghantar tersebut, yaitu:

160𝑘𝑉𝐴
𝐼𝑛 =
√3 𝑥 400𝑉
𝐼𝑛 = 231𝐴
KHA pada sisi outgoing transformator :

KHA = 1,25 x In

= 1,25 x 231

= 288,75A

Dari total pembebanan penghantar kontinyu untuk tembaga penamapang persegi.


berdasarkan PUIL ukuran busbar yang memenuhi KHA 288,75A minimal adalah 25 x 5mm
maka dipilih busbar isoflex TCB dengan ketebalan 30 x 5 x 2000mm.
PEMBAGIAN PEMBEBANAN GTT

Pembagian daya ini dimaksudkan agar dicapainya keseimbangan beban sehingga


salah satu belitan transformator tidak mendapatkan beban yang berlebih. Untuk dapat
menentukan pembagian beban yang seimbang, maka diperlukan rekap seluruh beban yang
ada. Rekapitulasi daya sebagai berikut:

No Beban Daya (VA) Jumlah Daya Total (VA)


1 Rumah 900VA 900 40 36.000
2 Rumah 1300VA 1300 30 39.000
3 Rumah 2200VA 2200 25 55.000
4 PJU 187 32 5.984
Jumlah 135.984

Tabel Rekapitulasi Daya

1. Pembagian Beban Masing – Masing Fasa


No Beban R S T
1 Rumah 900 VA 12600 11700 11700
2 Rumah 1300 VA 13000 13000 13000 VA
3 Rumah 2200 VA 17600 19800 17600
4 PJU utama 187 2057 2057 2057
Total 45.257 46.557 44.357 136.171
PERHITUNGAN PENGAMAN DAN PENGHANTAR PADA SUTR

A. Pada Group 1
 Pengaman fasa R
45257
𝐼𝑛 = = 205,7 𝐴
220

KHA = 1,25 x In
= 1,25 x 205,7
= 257,14 A

Dari tabel KHA penghantar TC NFA2X-T (katalog kabelindo) didapat luas


penampang penghantar sebesar 35mm2 dengan KHA 125A dan netral 25mm2
dengan KHA 102A.
Menggunakan pengaman NH Fuse dengan rating arus 100A.
 Pengaman fasa S
20139
𝐼𝑛 = = 91,54𝐴
220
Dari tabel KHA penghantar TC NFA2X-T (katalog kabelindo) didapat luas
penampang penghantar sebesar 35mm2 dengan KHA 125A dan netral 25mm2
dengan KHA 102A.
Menggunakan pengaman NH Fuse dengan rating arus 100A.
 Pengaman fasa T
19665
𝐼𝑛 = = 89,39𝐴
220
Dari tabel KHA penghantar TC NFA2X-T (katalog kabelindo) didapat luas
penampang penghantar sebesar 35mm2 dengan KHA 125A dan netral 25mm2
dengan KHA 102A.
Menggunakan pengaman NH Fuse dengan rating arus 100A.

B. Pada Group 2
 Pengaman fasa R
17939
𝐼𝑛 = = 81,54𝐴
220
Dari tabel KHA penghantar TC NFA2X-T (katalog kabelindo) didapat luas
penampang penghantar sebesar 35mm2 dengan KHA 125A dan netral 25mm2
dengan KHA 102A.
Menggunakan pengaman NH Fuse dengan rating arus 100A.

 Pengaman fasa S

17939
𝐼𝑛 = = 81,54𝐴
220

Dari tabel KHA penghantar TC NFA2X-T (katalog kabelindo) didapat luas


penampang penghantar sebesar 35mm2 dengan KHA 125A dan netral 25mm2
dengan KHA 102A.

Menggunakan pengaman NH Fuse dengan rating arus 100A.


 Pengaman fasa T
18647
𝐼𝑛 = = 84,76𝐴
220
Dari tabel KHA penghantar TC NFA2X-T (katalog kabelindo) didapat luas
penampang penghantar sebesar 35mm2 dengan KHA 125A dan netral 25mm2
dengan KHA 102A.
Menggunakan pengaman NH Fuse dengan rating arus 100A.

PENENTUAN JENIS TIANG PADA SUTM DAN SUTR

Konstruksi Jaringan Distribusi

Dalam perencanaan ini, diketahui bahwa terdapat dua jaringan distribusi tenaga listrik.
Pertama adalah jaringan distribusi primer 20kV yang dikenal sebagai jaringan SUTM dan
jaringan distribusi sekunder 220/380volt yang dikenal sebagai jaringan SUTR.

Adapun dalam perencanaan ini ketentuan untuk kedua jaringan tersebut adalah sebagai
berikut:

Tinggi tiang SUTM : 13m

Tinggi tiang SUTR : 9m

Jarak antar tiang SUTM : 40m

Jarak antar tiang SUTR : 40m

Dalam penentuan jumlah tiang dan jarak antar tiang tergantung pada medan yang akan
kita pasang jaringan. Dalam hal ini pada daerah yang akan terpasang adalah daerah pinggiran
dengan medan cukup rata (pabrik/industri yang terletak pada area persawahan penduduk).
Sesuai dengan konstruksi tanahnya untuk jarak antara pabrik dan SUTM yang ada memiliki
kerataan tanah yang sudah diratakan untuk area jalan. Jarak antara aspal dan trotoar adalah
2 meter, dengan lebar jalan 12 meter, dan diperkirakan untuk perluasan jalan berkisar 1
meter kesamping, sehingga dapat kita pasang tiang dengan jarak sekitar 3,5 meter dari jalan
aspal.
Karena pada posisi tersebut di atas tanah yang akan kita tempati untuk penanaman
tiang listrik adalah area persawahan milik penduduk setempat sehingga harus ada jaminan
pembebasan tanah bila belum ada keterangan pembebasan tanah, maka dipakai area bebas
yatu di sisi jalan.

Pemasangan SUTM dan SUTR dengan medan seperti di atas harus mengambil cross
jalur terpendek dengan mempertimbangkan beberapa hal yang harus terpenuhi, yakni:

 Jarak antara SUTM dengan tanah harus sesuai dengan standar pemasangan.
 Jaringan yang terpasang tidak boleh terlalu rendah dan membahayakan bagi makhluk
hidup yang melintas di bawahnya.
 Jaringan yang menyebrang jalan raya harus dilengkapi dengan jaring pengaman untuk
menghindari kalau nantinya terjadi kabel yang putus pada jaringan yang menyeberang
jalan tersebut.
 Konstruksi tiang yang terdapat pada jaringan menyesuaikan dengan medan dengan
memperhatikan standar pemasangan jaringan yang ada dengan mempertimbangkan
keandalan, kemudahan dan keamanan.
 Minimal penanaman tiang untuk SUTR dan SUTM adalah 1/6 dari tinggi tiang, selain
itu harus dipertimbangkan juga faktor jenis tanah yang akan digunakan sebagai tempat
penanaman.

A. Konstruksi Jaringan SUTM


Berdasarkan layout denah yang telah dibuat, maka konstruksi tiang jaringan
tegangan menengah adalah sebagai berikut:
1. Tabel Nomenklatur Tiang SUTM
Kode Jenis Kekuatan Penahan Keterangan
No
Tiang Tiang Tiang Tiang
1 D14A1 TM1 13m 350Dan
2 D14A2 TM1 13m 350Dan
3 D14A3 GTT-2T 13m 350Dan
1.1 Kelengkapan Tiang SUTM
1.1.1 Tiang Beton
Dalam perencanaan ini, tiang beton yang digunakan adalah tiang beton dengan
tinggi 13 meter dan memiliki 350dAN.
1.1.2 Kelengkapan Tiang TM1
Pada tiang jenis TM1, material yang digunakan adalah:
No Nama Material Jumlah Satuan
1 Cross Arm 2000 (type tumpu) 1 Pcs
2 Arm Tie Type 750 Pipe Ø ¾” 1 Pcs
3 Bolt & Nut M16x400 + Washer (Double Arm) 2 Set
4 Bolt & Nut M16x50 / M16x120 + Washer 1 Set
5 20kV Pin Insulator 3 Set
6 Alluminium Binding Wire 3,2mm X Mtr
7 Alluminium Tape 4,0mm Y Mtr
8 Preformet Top Tie 240/150/70/35 3 Pcs
Keterangan: Nomor 6 dan 7 digunakan tanpa nomor 8. Apabila nomor 8
digunakan, maka nomor 6 dan 7 tidak digunakan.

B. Konstruksi Jaringan SUTR


Berdasarkan layout denah yang telah dibuat, maka konstruksi tiang JTR adalah
sebagai berikut:
Tabel 1. Nomerklatur Tiang SUTR
No Kode Tiang Jenis Tiang Kekuatan Tiang Penahan Tiang Keterangan
1 D14A4 TR1 9m 200dAN - -
2 D14A5 TR4 9m 200dAN - -
3 D14A6 TR3 9m 200dAN - -
4 D14A5D1 TR4 9m 200dAN - -
5 D14A5D1A1 TR3 9m 200dAN - -
6 D14A5D1C1 TR1 9m 200dAN - -
7 D14A5D1C2 TR3 9m 200dAN - -
8 D14A5D2 TR4 9m 200dAN - -
9 D14A5D2A1 TR3 9m 200dAN - -
10 D14A5D2C1 TR1 9m 200dAN - -
11 D14A5D2C2 TR3 9m 200dAN - -
12 D14A5B1 TR4 9m 200dAN - -
13 D14A5B1A1 TR3 9m 200dAN - -
14 D14A5B1C1 TR3 9m 200dAN - -

1.1 Kelengkapan Tiang SUTR


1.1.1 Tiang Beton
Dalam perencanaan ini, tiang beton yang digunakan adalah tiang beton dengan
tinggi 9 meter dan memiliki kekuatan 350dAN

1.1.2 Kelengkapan Tiang TR1


Pada tiang TR1, material yang digunakan adalah:
No Nama Material Jumlah Satuan
1 Suspension Clamp Bracket 1 Set
2 Suspension Clamp 1 Set
3 Stainless Steel Strip 0,75 Mtr 2 Pcs
4 Stopping Buckle 2 Pcs
5 Plastic Strap 3 Pcs

1.1.3 Kelengkapan Tiang TR3


Pada tiang TR3, material yang digunakan adalah:
No Nama Material Jumlah Satuan
1 Tension Bracket 1 Set
2 Strain Clamp 1 Set
3 Stainless Steel Strip 0,75 Mtr 4 Pcs
4 Stopping Buckle 4 Pcs
5 Plastic Strap 2 Pcs
6 PVC 2” – 50cm 1 Pcs
7 Link 2 Pcs
8 Dead End Tubes 4 Pcs

1.1.4 Kelengkapan Tiang TR4


Pada tiang TR4, material yang digunakan adalah:
No Nama Material Jumlah Satuan
1 Tension Bracket 2 Set
2 Strain Clamp 2 Set
3 Stainless Steel Strip 0,75 Mtr 2 Pcs
4 Stopping Buckle 2 Pcs
5 Plastic Strap 3 Pcs

PERHITUNGAN BREAKING CAPASITY

Hubung singkat pada suatu penyulang dapat terjadi pada sisi atas transformator, kabel,
rel dan pemutus sirkit. Dalam hal ini perhitungan breaking capasity ini digunakan untuk
menentukan besarnya arus hubung singkat pada suatu titik dan breaking capasity pengaman
sehingga pengaman tersebut dapat mengamankan sirkit tanpa merusak pengaman tersebut
pada saat hubung singkat.

Pehitungan arus hubung singkat memerlukan data daya hubung singkat pada sisi LV,
panjang dari penghantar dan jenis penghantar tersebut. Untuk menentukan daya hubung
singkat dapat melalui tiga cara yaitu:

1) Melihat data pada gardu induk


2) Melihat MVA peralatan
3) Dengan cara permisalan
Pada perhitungan ini dilakukan dengan cara yang ketiga yaitu dengan cara permisalan.
Data yang diketahui adalah sebagai berikut:
 Daya hubung singkat = 500∠81° MVA
 S = 160kVA
 V0 = 400V
 Load Loss Trafo (Pk) = 25000watt
 VSC = 4%

1. Jaringan sisi atas (tegangan menengah)


𝑉0 2 𝑥 cos 81° 𝑥 10−3
𝑅1 =
𝑃𝑠𝑐
4002 𝑥 cos 81° 𝑥 10−3
𝑅1 =
500
= 0,05mΩ
𝑉0 2 𝑥 sin 81° 𝑥 10−3
𝑋1 =
𝑃𝑠𝑐
4002 𝑥 sin 81° 𝑥 10−3
𝑋1 =
500
= 0,32mΩ

2. Transformator
S = 160kVA
Usc = 4%
U = 400V
Wc = 2350W
𝑊𝑐 𝑥𝑉0 2 𝑥10−3
𝑅2 =
𝑆2
2350 𝑥 4002 𝑥10−3
𝑅2 =
1602
= 14,68mΩ

2
𝑉𝑠𝑐 𝑥 𝑉0 2
𝑋2 = √( ) − 𝑅2 2
100 𝑥 𝑆

2
4 𝑥 4002
𝑋2 = √( ) − 14,682
100 𝑥 160

= 37,2mΩ
3. Penghantar
𝑙
𝑅3 = 𝜌
𝐴
10
= 22,5𝑥 120

= 1,87mΩ
0,12
X3 = 𝑥10
1

=1,2mΩ

4. Pemutus daya utama


80% pembebanan trafo = 80% x 160kVA
= 128kVA
R4 = 0mΩ
X4 = 0mΩ

5. Busbar utama
KHA minimal = 288,75A
Panjang (l) = 2m
𝑙
R5 = 𝜌 𝐴
2
= 22,5𝑥 200

= 0,225mΩ
0,15𝑥2
X5 = 1

=0,3mΩ

6. Perhitungan arus hubung singkat


𝑅𝑡 = 0,05 + 14,68 + 1,87 + 0 + 0,225
= 16,825mΩ
𝑋𝑡 = 0,32 + 37,2 + 1,2 + 0 + 0,3
= 39,02mΩ

𝑉𝑜
𝐼𝑆𝐶 =
√3 𝑥 𝑍𝑡
400
𝐼𝑆𝐶 =
√3 𝑥 √16,8252 + 39,022
𝐼𝑆𝐶 = 5,43𝑘𝐴

Jadi, arus hubung singkat yang digunakan sebagai rating pengaman minimal sebesar
5,43kA.

PERHITUNGAN, PERENCANAAN ARRESTER

Arrester dipakai sebagai alat proteksi utama dari tegangan lebih. Oleh karena itu,
pemilihan arrester harus sesuai dengan peralatan yang dilindunginya. Karena kepekaan
arrester terhadap tegangan, maka pemakainya harus disesuikan dengan tegangan sistem.
Pemilihan lightning arrester dimaksudkan untuk mendapatkan tingkat isolasi dasar yang
sesuai dengan Basic Insulation Level (BIL) peralatan yang dilindungi, sehingga didapatkan
perlindungan yang baik.
Pada pemilihan arrester ini dimisalkan tegangan impuls petir yang datang
berkekuatan 200 KV dalam waktu 0,1μs, jarak titik penyambaran dengan transformator 5
Km.

 Tegangan Dasar Arrester


Pada jaringan tegangan menengah arrester ditempatkan pada sisi tegangan tinggi
(primer) yaitu 20 KV. Tegangan dasar yang dipakai adalah 20 KV sama seperti
tegangan pada sistem. Hal ini dimaksudkan agar pada tegangan 20 KV arrester
tersebut masih bisa bekerja sesuai dengan karakteristinya yaitu tidak bekerja pada
tegangan maksimum sistem yang direncanakan, tetapi masih tetap mampu
memutuskan arus ikutan dari sistem yang effektif.

 Tegangan Sistem Tertinggi


Umumnya diambil harga 110% dari harga tegangan nominal sistem. Pada
arrester yang dipakai PLN adalah :
Vmaks = 110% x 20 kV
= 22 kV, dipilih arrester dengan tegangan teraan 24Kv

 Koefisien Pentanahan
Didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan rms fasa sehat ke tanah
dalam keadaan gangguan pada tempat dimana penagkal petir, dengan tegangan rms
fasa ke fasa tertinggi dari sistem dalam keadaan tidak ada gangguan Untuk menetukan
tegangan puncak (Vrms) antar fasa dengan ground digunakan persamaan
Vrms = 20 kV

Dari persamaan di atas maka diperoleh persamaan untuk tegangan phasa dengan
ground pada sistem 3 phasa didapatkan persamaan :

Vrms 2
Vm(L - G) =
3

20kV  2
=
3
= 16,33 KV
16,33KV
Koefisien pentanahan =
20 KV
= 0,82
Keterangan :
Vm = Tegangan puncak antara phasa dengan ground (kV)
Vrms = Tegangan nominal sistem (kV)

 Tegangan Pelepasan Arrester


Tegangan kerja penangkap petir akan naik dengan naiknya arus pelepasan,
tetapi kenaikan ini sangat dibatasi oleh tahanan linier dari penangkap petir.
Tegangan yang sampai pada arrester :
e
E =
K .e.x
200 KV
E =
0,0006  5Km
= 66,6 KV

Keterangan :
I = arus pelepasan arrester (A)
e = tegangan surja yang datang (KV)
Eo = tegangan pelepasan arrester (KV)
Z = impedansi surja saluran (Ω)
R = tahanan arrester (Ω)

Harga puncak surja petir yang masuk ke pembangkit datang dari saluran yang
dibatasi oleh BIL saluran. Dengan mengingat variasi teganagn flasover dan
probabilitas tembus isolator, maka 20% untuk faktor keamanannya, sehingga harga e
adalah :
e =1,2 BIL saluran
Keterangan :
e = tegangan surja yang datang (KV)
BIL = tingkat isolasi dasar transformator (KV)

 Arus Pelepasan Nominal (Nominal Discharge Current)

I = 2e  Eo
Z R
Z adalah impedansi saluran yang dianggap diabaikan karena jarak perambatan
sambaran tidak melebihi 10 Km dalam arti jarak antara GTT yang satu dengan yang
GTT yang lain berjarak antara 8 KM sampai 10 KM. (SPLN 52-3,1983 : 11)
tegangankejutimpuls100%
R =
aruspemuat

105KV
=
2,5KA
= 42 ohm
I = 2  200 KV  66,6 KV
0  42
= 7,95 kA

Keterangan :
E = tegangan yang sampai pada arrester (KV)
e = puncak tegangan surja yang datang
K = konsatanta redaman (0,0006)
x = jarak perambatan
Jatuh tegangan pada arrester dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
V =IxR
Sehingga tegangan pelepasan arrester didapatkan sesuai persamaan :
ea = Eo + (I x R) (25)
Keterangan :
I = arus pelepasan arrester (KA)
Eo = tegangan arrester pada saat arus nol (KV)
ea = tegangan pelepasan arrester (KV)
Z = impedansi surja (Ω)
R = tahanan arrester (Ω)

 Pemilihan Tingkat Isolasi Dasar (BIL)


“Basic Impuls Insulation Level (BIL) level yang dinyatakan dalam impulse crest
voltage (tegangan puncak impuls) dengan standart suatu gelombang 1,5 x 40 μs.
Sehingga isolasi dari peralatan-peralatan listrik harus mempunyai karakteristik
ketahanan impuls sama atau lebih tinggi dari BIL tersebut.

 Pemilihan Tingkat Isolasi Dasar (BIL)


Harga puncak surja petir yang masuk ke pembangkit datang dari saluran yang
dibatasi oleh BIL saluran. Dengan mengingat variasi tegangan flasover dan
probabilitas tembus isolator, maka 20% untuk faktor keamanannya, sehingga harga E
adalah :
e =1,2 BIL saluran
e = 1,2 x 125 KV
e = 150 KV
Basic Impuls Insulation Level (BIL) level yang dinyatakan dalam impulse crest
voltage (tegangan puncak impuls) dengan standart suatu gelombang 1,2/50 μs.
Sehingga isolasi dari peralatan-peralatan listrik harus mempunyai karakteristik
ketahanan impuls sama atau lebih tinggi dari BIL tersebut. Sehingga dipilih BIL
arrester yang sama dengan BIL transformator yaitu 125 KV

 Margin Perlindungan Arrester


Untuk mengitung dari margin perlindungan dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
MP = (BIL / KIA-1) x 100%
MP = (125 KV/ 133,3 – 1) x 100%
= 94,5 %
Keterangan :
MP = margin perlindungan (%)
KIA = tegangan pelepasan arrester (KV)
BIL = tingkat isolasi dasar (KV)

Berdasarkan rumus di atas ditentukan tingkat perlindungan untuk tafo daya.


Kriteria yang berlaku untuk MP > 20% dianggap cukup untuk melindungi
transformator.

 Jarak penempatan Arrester dengan Peralatan


Penempatan arrester yang baik adalah menempatkan arrester sedekat mungkin
dengan peralatan yang dilindungi. Jarak arrester dengan peralatan Yang dilindungi
digunakan persamaan sebagai berikut :
2 A x
Ep = ea +
v

2  4000 KV / s  x
= 133,3 KV+
300m / s
8,3 = 26,6x
x = 0,31 m
Jadi jarak arrester sejauh 31 cm dari transformator yang dilindungi.

Perhitungan jarak penempatan arrester di atas digunakan untuk transformator


tiang. Namun di wilayah Malang juga terdapat penempatan transformator di
permukaan tanah dengan menggunakan kabel tanah. Transformator diletakkan di atas
tanah dan terhubung dengan arrester yang tetap diletakkan di atas tiang melalui kabel
tanah.
Impuls Petir BIL Arrester BIL Trafo
Kondisi Keterangan
(KV) (150 KV) (125 KV)
120 KV < 150 KV <125 KV Aman Tegangan masih di bawah rating
transformator maupun arrester
125 KV <150 KV =125 KV Aman Tegangan masih memenuhi batasan
keduanya

130 KV <150 KV >125 KV Aman Tegangan lebih diterima arrester dan


dialirkan ke tanah
150 KV =150 KV >125 KV Aman Masih memenuhi batas tegangan
tertinggi yang bisa diterima arrester.
200 KV >150 KV >125 KV Tidak Arrester rusak, transformator rusak
aman
Tabel Batas Aman Arrester

 Pemilihan Arrester
Dalam hal ini pemilihan arrester yang digunakan untuk sistem tegangan
menengah yaitu arrester katup. Arrester ini terdiri dari atas beberapa sela percik yang
dihubungkan seri dengan resistor tak-linier. Resistor tak linier mempunyai tahanan
yang rendah bila dialiri arus besar dan mempunyai tahanan yang besar saat dialiri arus
kecil. Resistor tak-linier umumnya digunakan untuk arrester yang terbuat dari bahan
silikon karbid. Kerja arrester ini tidak dipengaruhi keadaan udara sekitar karena sela
percik dan resistor tak-linier keduanya ditempatkan dalam tabung isolasi tertutup.
Sehingga dipilih arrester dengan spesifikasi berikut:

Merk : Elpro
Rated Voltage : 21 kV
MCOV : 17 kV
Ref. Voltage : 21 kV
Arus Pelepasan : 10 kA
Switching Impulse : 125 A

Sedangkan berdasarkan teori buku PLN :

Pembumian titik netral transformator sisi tegangan rendah. Kedua elekroda


pembumian tersebut dihubungkan dengan penghantar yang berfungsi sebagai ikatan
penyama potensial yang digelar di bawah tanah.

Nilai pengenal LA 5 kA untuk posisi di tengah jaringan dan 10 kA untuk posisi


pada akhir jaringan. Nilai tahanan pembumian tidak melebihi 1 ohm. Proteksi jaringan
kabel tanah hanya dilindungi dari 2 penyebab gangguan, gangguan fasa-fasa dan gangguan
fasa-tanah.
Proteksi Surja Petir

Gardu portal dan gardu cantol dilindungi dari surja petir dengan menggunkan
lightning arrester. Lightning arrester mempunyai karakteristik dengan parameter sebagai
berikut :

 Rated Voltage : 18 kV

 Rated Current : 5 kA, 10 kA, 15 kA

 Discharge Voltage :

o Positive polarity : 59 kV Rms maksimum


o Negative polarity : 60 kV Rms maksimum
Lightning arrester dibumikan dengan menggunakan penghatar BC berukuran luas
penampang 35 mm2 dan memakai elektroda pembumian tersendiri dengan nilai tahanan
pembumian tidak melebihi 1 Ohm. Lightning arrester ditempatkan sedekat mungkin pada
peralatan yang dilindungi. Lightning arrester dipergunakan pada gardu konstruksi luar
(gardu portal dan cantol) untuk menghindari over voltage akibat adanya surja petir.

Sadapan penghantar lightning arrester dengan penghantar transformator dapat


sebelum atau sesudah pemasangan fuse cut out. Berikut ini diberikan beberapa
pertimbangan keuntungan dan kerugian masing-masing cara di atas.

 Pemasangan LA sebelum FCO


Keuntungan : Pengamanan terhadap surja petir tidak dipengaruhi oleh
kemungkinan FCO putus.
Kerugian : Kegagalan LA memadamkan sistem penyulang
Penghantar LA lebih panjang
 Pemasangan LA setelah FCO
Keuntungan : Jika LA rusak / gagal, FCO putus tidak memadamkan sistem SUTM
Kerugian : fuse link rentan terhadap surja petir
NB:

o Untuk saluran udara sangat panjang, pemasangan LA sesudah FCO dapat


dipertimbangkan dengan menggunakan fuse link type – H.
o Untuk saluran udara pendek pemasangan LA sebelum FCO lebih baik sebagai
pilihan dengan menggunakan fuse link type - K
Pemilihan Arrester :
Sehingga dipilih LA (sesuai katalog diatas) namun dengan arus pelepasan cukup 5 kA.
Pertimbangan didasarkan berdasarkan penempatan GTT berada di tengah jaringan (5 kA)
dan pemasangan dipasang sebelum FCO .

PENTANAHAN ARRESTER

Agar bahaya sambaran petir tidak masuk ke dalam sistem, maka arrester harus
ditanahkan. Pada pentanahan arrester, harus mempunyai tahanan maksimal 1ohm. Dalam
pentanahan ini, menggunakan sistem pentanahan elektroda batang tunggal dengan catatan:

 Setelah dilakukan pengukuran tahanan jenis tanah selama beberapa bulan, diketahui
rata – rata tahanan jenis tanah (ρ) pada tanah perumahan sebesar 19ohm/m3.
 Luas penampang elektroda adalah 1” Cu telanjang (r = 12,5mm)
 Panjang elektroda 4 meter
 Elektroda ditanam sedalam panjang elektroda

1+𝑙 1+4
𝑥= = = 1,25
𝑙 4
𝑙 + 2𝑙 4+8
𝑦= = =3
𝑙 4
1 + 2𝑙 1+8
𝑧= = = 1,125
2𝑙 8
ln 𝑥 ln 1,25
𝑚= = = 0,03
𝑙 4000
ln 𝑟 ln
12,5
ln 𝑦 ln 3
𝑛= = = 0,19
𝑙 4000
ln 𝑟 ln
12,5

ln 𝑧 ln 1,125
𝑞= = = 0,02
𝑙 4000
ln ln
𝑟 12,5

Factor pengali konfigurasi cross cycle (fk)

1 + 2𝑞 + 𝑛 − 4𝑚2
=
5 + 2𝑞 + 𝑛 − 8𝑚

1 + 2 . 0,02 + 0,19 − 4 . 0,032


=
5 + 2 . 0,02 + 0,19 − 8 . 0,03

= 0,24

Factor pengali elektroda batang tunggal (fe)

𝑙 4000
= = 320
𝑟 12,5

Berdasarkan tabel faktor pengali elektroda batang tunggal fe = 5,3

𝑘 = 𝑓𝑘 𝑥 𝑓𝑒

= 0,24 𝑥 5,3

= 1,27

Sehingga tahanan pembumian total konfigurasi cross cycle (Rpt)

𝜌𝑘 19 . 1,27
= =
2𝜋𝑙 2 . 3,14 . 4

= 0,96 Ω (𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖)

Jadi, tahanan pentanahan yang diperoleh dengan pentanahan elektroda batang tunggal
sistem konfigurasi cross cycle pentanahan netral langsung adalah sebesar 0,96ohm. Karena
Rpt < 1ohm, maka memenuhi syarat PUIL.
PENTAHANAN TITIK BINTANG TRANSFORMATOR, BODI PANEL PHB-TR
DAN TIANG

Untuk menghindari tegangan sentuh pada peralatan, maka bodi panel harus
ditanahkan. Pentanahan tiang digunakan untuk mengurangi drop voltage pada konsumen
dan pada pentanahan PJU ini harus mempunyai tahanan maksimum 5 ohm. Dalam
pentanahan ini menggunakan sistem pentanahan elektroda batang tunggal dengan catatan:

 Setelah dilakukan pengukuran tahanan jenis tanah selama beberapa bulan diketahui
rata – rata tahanan jenis tanah (ρ) pada tanah perumahan sebesar = 19ohm/m3.
 Luas penampang elektroda adalah 1” Cu telanjang (r=12,5mm)
 Panjang elektroda adalah 4 meter
 Elektroda ditanam sedalam panjang elektroda

𝜌 4𝐿
𝑅𝑝𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ𝑎𝑛 = 𝑥 (𝑙𝑛 − 1)
2𝜋𝐿 𝑎
19 4𝑥4
= 𝑥 (𝑙𝑛 − 1)
2 𝑥 3,14 𝑥 4 0,125
= 2,89𝛺 (𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡, 𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑟𝑖 5𝛺

Jadi, tahanan pentanahan yang diperoleh dengan pentanahan elektroda batang tunggal
sistem pentanahan netral langsung adalah sebesar 2,89Ω. Karena Rpt < 5Ω, maka memenuhi
syarat PUIL.

Anda mungkin juga menyukai