Anda di halaman 1dari 9

OPTIMASI PEMBAGIAN BEBAN PADA SEKTOR PEMBANGKITAN

PEKANBARU PLTD/G TELUK LEMBU PADA BUS 20 kV DENGAN METODE


NEWTON

Arbi Wahyu*, Firdaus**Nurhalim**


*Alumni Teknik Elektro Universitas Riau **Jurusan Teknik Elektro Universitas Riau
Kampus Binawidya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293
Jurusan Teknik Elektro Universitas Riau
Email: arbi.wau@yahoo.co.id

ABSTRACT

The electricity demand always increases and electricity consumption too changes every time.
The cost of power generation also changes when the electric load changes. planning is
required to determine the portion of the generation of each plant in order to obtain an
economical generation. In this study, solving solution using Newton's method aided with
software Microsoft Office Excel and Matlab 2008b. The results of the testing that has been
done, that PLTMG Haleyora operates at 08.00 am at 14.484 MW, while the maximum
operating diesel from 10.00 am to 24.00 pm for 7 MW. while the peak load period all plants
operate optimally

Keywords: Optimization, Load, Generation, Method Newton

1. PENDAHULUAN pembangkitan pekanbaru. Oleh karena itu,


perlu adanya penjadwalan unit-unit
Kebutuhan energi listrik semakin pembangkit untuk mensuplai beban
meningkat. Disisi lain energi tidak dapat di sehingga diperoleh biaya pembangkitan
simpan dalam jumlah yang besar, sehingga seminimal mungkin..
harus disediakan pada saat dibutuhkan oleh Dalam melayani beban, pembangkit pada
kosumen. Besar kecilnya beban serta sistem 20 kV PT PLN (Persero) Sektor
perubahannya tergantung pada kebutuhan pembangkitan Pekanbaru mempunyai
para konsumen akan listrik. Daya yang beberapa pembangkit yaitu , PT. PLN
dibangkitkan atau diproduksi harus selalu mempunyai, PLTD 1 X 10 MW, serta
sama dengan daya yang dikonsumsi, daya beberapa diantaranya pembangkit swasta/
yang digunakan oleh konsumen secara sewaan , PT. Haleyora Power Indo PLTMG
teknis umumnya dikatakan sebagai beban 1 X 18 MW, PT. Riau Power PLTG 1 X
sistem. Besar beban sistem tenaga listrik 25 MW, PT. V Power PLTMG 2 X 25
berubah-ubah terhadap waktu, dengan MW, PT. Hutan Alam PLTMG 1 X 25 MW
demikian beban unit pembangkit juga .
berubah-ubah terhadap waktu dalam Metode Newton adalah metode yang
partisipasinya melayani beban sistem. Hal digunakan untuk menentukan daya
ini mengakibatkan biaya bahan bakar per keluaran masing masing pembangkit untuk
satuan waktu dalam rupiah per jam juga memenuhi kebutuhan beban. Diharapkan
berubah-ubah menurut waktu, sehingga dengan penggunaan metode ini akan
perlu direncanakan bagaimana pembagian ditemukan pembebanan ekonomis dari
beban secara ekonomis diantara unit-unit semua pembangkit yang ada di sektor
pembangkit termis pada sektor

Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 2016 1


pembangkitan pekanbaru PLTD/G Teluk sistem ini terdiri dari : pusat pengatur /
Lembu. gardu induk, gardu hubung, saluran
tegangan menengah/jaringan primer (6 kV
2. LANDASAN TEORI dan 20 kV) yang berupa saluran udara atau
2.1 Sistem Tenaga Listrik kabel bawah tanah, saluran tegangan
Secara umum, sistem tenaga listrik dibagi rendah / jaringan sekunder (380 V dan 220
menjadi tiga bagian utama, yaitu V), gardu distribusi tegangan yang terdiri
pembangkit tenaga listrik, penyaluran dari panel-panel pengatur tegangan baik
tenaga listrik, dan distribusi tenaga listrik. tegangan menengah ataupun tegangan
Ketiga bagian ini tidak dapat dipisahkan rendah, dan trafo. (Joko, 2010)
karena merupakan suatu sistem yang
kompleks yang bekerja untuk menyalurkan 2.2 Operasi sistem tenaga listrik
daya dari pusat pembangkit ke pusat-pusat Proses pembangkitan tenaga listrik
beban. Lebih jelasnya dapat dilihat pada dalam pusat-pusat listrik termis
gambar berikut : memerlukan biaya bahan bakar yang tidak
sedikit. Biaya bahan bakar serta rugi-rugi
dalam jaringan merupakan faktor-faktor
yang harus ditekan agar menjadi sekecil
mungkin. Biaya operasional dari sistem
Gambar 1. Diagram Segaris Sistem tenaga listrik pada umumnya merupakan
Tenaga Listrik Sederhana (Tobing Bonggas) bagian biaya yang terbesar dari biaya
operasi suatu perusahaan listrik. Secara
Energi listrik yang dihasilkan pusat garis besar biaya operasi dari sautu sistem
pembangkit listrik akan disalurkan melalui tenaga listrik terdiri dari :
saluran transmisi kemudian melalui saluran x Biaya pembelian tenaga listrik
distribusi akan sampai ke konsumen. x Biaya pegawai
1. Pembangkit Listrik (Power Plant) x Biaya bahan bakar dan
Pusat pembangkit listrik merupakan tempat materialoperasi
pertama kali energi listrik dibangkitkan x Biaya lain-lain.
atau dihasilkan. Di sini terdapat turbin Dari keempat biaya di atas, biaya bahan
penggerak awal dan juga generator yang bakar pada umumnya adalah biaya yang
mengubah tenaga turbin menjadi energy terbesar. Untuk PLN biaya bahan bakar
listrik. Terdapat beberapa jenis pusat adalah kira-kira 60% dari biaya operasi
pembangkit listrik yang biasanya dibagi secara keseluruhan (Djiteng Marsudi, 2006)
kedalam dua bagian besar yaitu pembangkit .
hidro (PLTA) dan pembangkit thermal
(PLTU, PLTG, PLTGU, PLTD, PLTP).
2. Saluran Transmisi Tenaga Listrik 2.3 Karakteristik Input - Output
Transmisi tenaga listrik merupakan proses Pembangkit Thermal
penyaluran tenaga listrik dari pusat Karakteristik ini memperlihatkan
pembangkitan listrik hingga saluran hubungan antara input pembangkit sebagai
distribusi listrik sehingga nantinya sampai fungsi dari output pembangkit. Persamaan
pada konsumen/pengguna listrik. karakteristik input-output pembangkit
3. Saluran Distribusi menyatakan hubungan antara jumlah bahan
Saluran distribusi ini merupakan sub sistem bakar yang dibutuhkan untuk menghasilkan
tenaga listrik yang langsung berhubungan daya tertentu pada pembangkit listrik yang
dengan pelanggan/konsumen dan berfungsi didekati dengan fungsi binomial, yaitu :
dalam hal pembagian atau penyaluran
tenaga listrik ke beberapa tempat. Sub
Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 2016 2
Gambar 3. Operasi Bersama Antara Unit
Pembangkit Dalam Menyuplai Suatu Beban
Bersama (Allan J Wood 1984)

Gambar 2. Karakteristik kurva input Output Karena dalam hal ini rugi ± rugi transmisi
Pembangkit thermal diabaikan maka persamaan menjadi:
(Saadat, 1999) PG PD (3)
F ( P) D EP JP 2 (1) 2.5 Metode Newton
Dimana : Metode Newton adalah metoda
F (P) = Biaya bahan bakar perjam (Rp /Jam) lanjutan dari metode gradient, metode ini
P = Output pembangkit thermal ke ± i (MW) digunakan unutk mencari pembenaran agar
D , E , J = Konstanta persamaan membuat gradient menjadi nol
2.4 Economic Dispatch pada Unit ’] x 0 (4)
Pembangkit Thermal dengan Untuk permasalahan economic dispatch
mengabaikan rugi-rugi transmisi maka bentuk persamaan :
Operasi sistem tenaga listrik pada N N
frekuensi konstan dapat disebut seimbang " ¦ Fi ( Pi ) O ( PLoad ¦P i (5)
jika power balance( PG ), yaitu i 1 i 1
Secara umum metoda newton akan
pembangkitan daya real sama dengan total
menyelesaikan yang lebih dekat dalam satu
beban ( PD ) ditambah rugi-rugi transmisi(
langkah dibandingkan metoda gradient,
PL ), yang dituliskan sebagai berikut : dengan langka sebagai berikut:
PG PD PL (2) Hal yang harus dilakukan
Namun, permasalahan Economic menentukan fungsi lambda (turunan
Dispatch pada penulisan ini akan dibatasi pertama) dari fungsi biaya masing masing
yaitu tidak memperhitungkan adanya rugi- pembangkit semua. Hasil turunan pertama
rugi transmisi pada rangkaian pembangkit. dari fungsi ± fungsi tersebut di jadikan
Model permasalahan ini mengasumsikan dalam satu matrix yaitu matrix grand
bahwa hanya ada satu bus dalam sistem lagrange seperti di bawah ini:
yang menghubungkan beberapa
generator/pembangkit yang ada seperti Matrix Grand Lagrange :
pada gambar berikut : ª d º
ª w" º « dP F1 ( P1 ) O»
« wP » « 1 »
« 1» « d F (P )
« w" » O»
« dP2 2 2 »
« wP2 » « d »
’" « w" » « F3 ( P3 ) O»
(6)
« » « dP3 »
« wP3 » « N »
« w" »
«
¬ wO ¼
»
«
P
« Load ¦ »
Pi »
¬« i 1 ¼»

Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 2016 3


Matrik grand lagrange di rubah 3.2 Metode Pengumpulan data
menjadi matrik hess sehingga membentuk, Dalam penelitian ini proses
Matrix Hess : pennggumpulann data yang dilakukan yaitu
ª d 2F º data primer didapat langsung dari tempat
« 1 0 0 1»
« dP 2 » penelitian dalam hal ini PT. PLN (Persero)
« 1 »
« d 2 F2 » Pembangkitan Sektor Pekanbaru PLTD/G
>H @ « 0 0 1»
(7)
« dP22 » Teluk lembu, sedangkan data sekunder
« » diambil dari beberapa jurnal/ skripsi
« 0 d 2F 3
0 1»
« dP32 » pendukung. Seingga dapat menjadi
« »
¬« 1 1 1 0 ¼» landasan teori yang kuat untuk
Hasil dari inverse Matrix Hess : kesempurnaan penelitian
ª P1 º 3.3 Studi Literatur
« »
[H 1
] « P2 » (8) Melakukan studi keperpustakaan
« P3 »
« » dan kajian dari buku-buku teks pendukung,
¬« O ¼»
jurnal-jurnal ilmiah yang relevan yang
Maka untuk mencari nilai porsi pembangkit dapat menunjang untuk penelitian tugas
baru ialah: akhir ini.
û3 +-1 x Matrix Grand Lagrange (9)
Hasil Metoda Newton menentukan 3.4 Software Yang Di Gunakan
Untuk Software yang digunakan dalam
pembangkit ekonomis : penelitian ini ada 2 yaitu :
1. Microsoft Excel 2010
PBaru PLama 'P` (10)
Microsoft Excel digunakan dalam hal
pengolahan data bahan ± bakar yang
3. METODE PENELITIAN didapat dari catata operator masing
3.1 Flowchart Penelitian masing pembangkit sehingga
mendapatkan kurva karakteristik dengan
analisa regresi polynomial orde 2. Serta
menampilka data dalam bentuk grafik
untuk mendapatkan pola/ skema
pembangkitan
2. Matlab R2008b
Matlab R2008b ini hanya digunakan
dalam pehitungan matrik hess, serta
inverse matrik hess

3.5 Kondisi Sektor Pembangkitan


Pekanbaru PLTD/G Teluk Lembu

Adapun pembangkit pada bus 20 kV Sektor


Pembangkitan Pekanbaru PLTD/G Teluk
Lembu , Berikut ini adalah data dari masing
masing pembangkit :

Gambar 4. Alur penelitian

Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 2016 4


Tabel 1. Data Pembankit dan Kapasitas
pembangkit (Data PLN)

3.6 Data Beban dalam satuhari (Perjam) Gambar 5. Kurva Beban Harian 20 kV
Teluk Lembu (Data PLN)
Data ini dapat dlihat seberapa besar Dari kurva tersebut terlihat jelas bahwa
beban yang ada pada bus 20 kV yang ingin pada jam (18.00 ± 22.00) terjadi beban
di Optimasi dengan metoda newton. puncak lebih dari 120 MW, setelah jam
Diakrenakan data dari pembangkit PT. V 22.00 barulah beban kembali turun.
Power dengan kapasitas 2x 25 MW tidak
bisa di dapatkan maka diasumsikan 4. ANALISA DAN PEMBAHASAN
memberikan daya optimal : 4.1 Pembuatan Kurva input ±Output
masing masing pembangkit
Tabel 2. Beban Pada 3 November Untuk menghasilkan kurva ini adalah
2015 yang akan dilakukan optimasi metode dengan cara membandingkan input dan
newton (Data PLN) output masing masing pembangkit dan data
yang digunakan adalah data operasi dari
masing masing pembangkit tersebut
menggunakan regresi polinomial orde 2
pada bab II .

Tabel 3. Data Input vs Output Pembagkit


(Data PLN)

Dari tabel diatas dapat terlihat


perbedaan beban pada beban puncak (17.00
± 23.00) beban meningkat unutk Dengan menggunakan Microsoft
memudahkan maka ditampilkan dalam office excel dapat diperoleh kurva input
bentuk grafik/ kurva seperti Dapat dilihat outputnya seperti gambar dibawah ini
pada gambar dibawah ini

Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 2016 5


a. PLTD Untuk mendapatkan fungsi biaya
dari masing masing pembangkit hanya
dengan mengalikan karakteristik input ±
output denga harga bahan bakar, dalam hal
ini adalah HSD dan GAS, Harga bahan
bakar didapat dari harian kompas tanggal
24 November 2015 berdasarkan harga
industri yaitu HSD: RP 9.448,48 /Liter, dan
GAS: 4,2 USD atau setara denga Rp.
50.400/ mmbtu gas. Maka fungsi biaya
Gambar 6. Kurva Input ± Output PLTD masing masing pembangkit menjadi
sebagai berikut
b. PLTG RIAU POWER
Tabel 4. Fungsi Biaya Pembangkit

4.2 Penggunaan Metoda Newton


Berikut ini adalah contoh
Gambar 7. Kurva Input ± Output PLTG penggunaan metoda newton dalam
Riau Power pengaturan pembebanan pembangkit pada
bus 20 kV per jam sebagai berikut
c. PLTMG HUTAN ALAM Pada tabel 3.2 diambil contoh pada jam
01.00 beban yang akan di optimasi sebesar
39,83 MW , maka fungsi lambda (turunan
pertama) pada fungsi biaya adalah :

Tabel 5. Fungsi Lambda

Gambar 8. Kurva Input ± Output PLTMG


Hutan Alam

d. PLTMG HALEYORA

Asumsikan nilai awal dari masing masing


pembangkit:

P1 = PLTD Teluk lembu = 4 MW


P2 = PLTG Riau Power = 20,83 MW
P3 = PLTMG Hutan Alam = 15 MW
Gambar 9. Kurva Input ± Output P4 = PLTMG Haleyora =0
PLTMG HALEYORA
Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 2016 6
O = Lambda =0
Maka diadapat Hasil Optimasi sebaai
Maka berikut:
dF1 PBaru PAsumsi ' P
(4) 40770,192 23256,48867(4) 52255,76349
dP1
dF2 ª P1 º ª 4 (1,1036957) º ª 3,19974 º
(21) 217581840 12055680(20,83) 33537974,4 « » « » « »
dP2 « P2 » « 21 1,9435303 » « 20,50635 »
dF3 « P3 » «15 ( 0,8398345) » «15,8398345 »
(15) 50353218 3185280(15) 2573928 « » « » « »
dP3 ¬« O ¼» ¬«0 ( 50394,9003)¼» ¬«50394,9003¼»
Maka hasil optimasi dengan metoda
newton untuk beban jam 01.00 WIB dapat
Maka Matrix Grand Lagrange dapat di bangkitkan:
menjadi:
ª d

º PLTD PLN Teluk Lembu = 3, 19974MW
ª w" º « dP F1 ( P1 )
« wP » « 1 » PLTG Riau Power = 20,50635 MW
« 1» « d F (P )
« w" » O»
« wP2 »
« dP2 2 2 » PLTMG Hutan Alam = 15,8398345 MW
’" « d »
« w" » « F3 ( P3 ) O» Lambda = Rp 50.394,9003
« » « dP3 »
« wP3 » « N »
« w" »
«
¬ wO ¼
»
«
P
« Load ¦ »
Pi » 4.3 Hasil Perhitunngan Optimasi Metoda
¬« i 1 ¼»
Newton
Pada bus 20 kV Terdapat 4
ª 40770,1912 2356,488557 (4)º ª52255,76349º
« » « » pembangkit yang akan dioptimasi,
= «« 21758140 12055680 (21,83) »» = «« 33537974,4 »» Berdasarkan langkah ± langkah perhitungan
50353128 318520 (15) 2573928
« » « » optimasi pada bab III, maka didapat hasil
«¬ 0 »¼ «¬ 0 »¼
optimasi berupa tabel perjam sebagai
Matrix Hess adalah : berikut :
Tabel 6. Hasil Optimasi Newton
ª 2 º
« d F1 0 0 1»
« 2 »
« dP1 »
« »
« d 2 F2 »
« 0 0 1»
>H @ « dP 2 »
« 2 »
« d 2F 3 »
« 0 0 1»
« dP 2 »
« 3 »
«¬ 1 1 1 0 »¼

ª2356,488557 0 0 1º
« »
« 0 12055680 0 1»
« 0 0 318520 1»
« »
¬« 1 1 1 0 ¼»

Inverse Matrix hess :


ª 3,9326265e 007 8,2189813e 008 3,1107283 0,9908540 º
« »
H 1 « 8,2189813e 008 8,27899009 6,0087423 0,0019114 »
« 3,1107283e 007 6,0008742 3,1167292 0,0072344 »
« »
«¬ 0,9908540 0,0191144 0,00723446 23043,7869545»¼

maka;
' P H 1 x Matrix Grand Lagrange (’L)
ª 3,9326265e 007 8,2189813e 008 3,1107283 0,9908540 º ª52255,76349º
« » « »
8,2189813e 008 8,27899009 6,0087423 0,0019114 » « 35587440 »
'P « x
« 3,1107283e 007 6,0008742 3,1167292 0,0072344 » « 2573928 »
« » « »
¬« 0,9908540 0,0191144 0,00723446 23043,7869545¼» ¬« 0 ¼»
ª 1,1036957 º Pada tebel dapat jelas terlihat bahwa
« »
« 1,9435303 »
«
«
0,8398345 »
»
pada jam 18.00 ± 21.00 WIB (periode
¬« 101180,339380¼» beban puncak) semua pembangkit pada bus

Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 2016 7


20 kV beroperasi maksimal oleh sebab itu Pada tabel diatas 4.9 Pembangkit yang
maka optimasi newton tidak dilakukan. mempunyai biaya pembagkita paling mahal
Pembangkit PLTD dan PLTMG Haleyora adalahh PLTG Riau Power dan PLTMG,
mulai beroperasi secara maksimal yaitu ini dikarenakan PLTG Riau Power dan
pada jam 10.00 WIB sampai pada jam PLTMG Hutan alam bekerja maksimal
24.00 WIB . dalam satu hari, sedangkan biaya paling
Rata rata pembangkitan perjam PLTD mura yaitu PLTD hanya Rp470.587,75/
adalah 5,59068 MW/ Jam, PLTG Riau perjam
Power 19,88823 MW/ Jam, PLTMG Hutan
Alam sebesar19,28575 MW/ Jam, dan 4.5 Pola Penjadwalan
PLTMG Haleyora sebesar 11,77876 MW/
Jam. Dapat di simpulkan bahwa PLTG Hasil Optimasi metode newton (pada
Riau Power dan PLTMG hutan alam tabel 4.8) maka didapatkan Grafik atau
beroperasi paling tinggi dalam satu hari Pola Penjadwalan dari masing masing
pembaggkit yang ada pada pembangkit
4.4 Biaya Pembangkitan Pembangkitan sektor pekanbaru PLTD/G teluk lembu
Untuk memperoleh biaya pembangkitan
masing masing pembangkit dengan cara
mesubtitusikan nilai total pembangkitan
kedalam fungsi biaya masing masing
pembangkit

Tabel 7. Total Biaya Pembangkitan

Gambar 10. Pola Optimasi Pembangkit

Berdasarkan gambar diatas dapat di


lihat bahwa PLTMG haleyora hanya
beroperasi mulai jam 8.00 ± 24.00 WIB,
sedangkan Pembangkit PLTD PLN Teluk
lembu, PLTG Riau Power, PLTMG Hutan
Alam(HA), beroperasi 24 jam dalam satu
hari, hanya saja optimasi PLTMG Haleyora
Berdasarkan tabel diatas maka pada (HY) pada jam 11.00 beroperasi maksimal
periode beban puncak (18.00±22.00 WIB), sampai jam 24.00 dan PLTD Teluk mebu
semua pembangkit bekerja maksimal pada jam 10.00 sampai jam 24.00 WIB.
sehingga total biaya pembangkitan nya
adalah Rp 490.135.339,34, dan total biaya 5. KESIMPULAN
terendah terjadi pada jam 02.00 WIB Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan
sebesar Rp35.262.945,06. optimasi metoda newton pada bus 20 kV,
maka kesimpulannya adalah sebagai
berikut :
Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 2016 8
1. PLTD beroperasi maksimal mulai dari Marsudi, Djiteng.,1990 ³2SHUDVL 6LVWHP
jam 10.00 s/d 24.00 Wib, 7HQJD /LVWUL´ %DODL 3HQHUELW GDQ
Humas ISTN , Jakarta.
2. Dari hasil optimasi PLTMG haleyora %RHGLRQR .RVWHU :D\DQ ´6WDWLVWLND
mulai beroperasi jam 08.00 s/d 24.00 GDQ 3UREDELOLWDV´ 37 5HPDMD
sementara PLTG Riau Power dan Rosdakarya, Bandung
PLTMG hutan alam beroperasi 24 jam Indriani, 2006 Optimasi Penjadwalan Unit
Pembangkit Thermal Dengan
3. Dari Hasil Optimasi Biaya Pembangkitan Dinamics Pograming Jurusa Teknik
tertinggi perjam adalah PLTG Riau Elektro, Faultas Teknik Universitas
power dan PLTMG Hutan Alam ini Bengkulu
disebaban oleh kedua pembangkit ini Riyanto ,2012, Penjadwalann Pembangkit
beoperasi maksimal dalam satu hari Tenaga Listrik Menggunakan Ant
penuh Colony Optimization, Jurusan Teknik
Elektro, Universitas Brawijaya Malang
4. Biaya pembakitan perjam termurah RizkyR, 2014,Optimasi Penjadwalan
adalahh PLTD sebesar Rp. 470.587,75 Pembangkit Termal Dengan Sistem
Penyimpanan Energi Menggunakan
5. Berdasarkan hasil analisa Metoda Algoritma Genetika, Jurusan Teknik
Newton pada jam beban pucak bus 20 Elektro, Universitas Gajah Mada
kV membutuhkan suplai sebesar 12,089 Sartika, 2012, Optimasi Biaya Bahan Bakar
MW dari interkoneksi 150 kV Untuk Penjadwalan Unit- Unit Pada
Pembangkit Thermal Sistem Minahasa
6. Pada Periode beban puncak optimasi Dengan Metode Iterasi Lamda ,
tidak dapat dilakukan karena semua Jurusan Teknik Elektro, Universitas
pembangkit bekerja dalam keadaan Lambung Mangurat
maksimal . Mariang, 2013 Optimasi Penjadwalan
Pembangkit Listrik di Sistem Sorong,
7. Jika Sektor Pembangkitan Pekanbaru Jurusan Teknik Elektro , Universitas
PLTD/G Teluk lembu terpisah dari Sam Ratulangi Manado
interkoneksi, maka hal ini tidak akan
bisa terjadi pada beban pucak, karena
pada beban puncak memerlukan suplai
dari interkoneksi 150 kV (tidak bisa
mencukupi untuk suplainya sendiri)

DAFTAR PUSTAKA

Saadat,Hadi,1999, Power System Analysis,


Mc Graw-Hill,.
Wood,A.J.,, 1984 et al,Power Generation,
Operation andControl,New York, John
Weley & Sons,.
Nadjamuddin Harun,,2011´ 23HUDVL
Ekonomis Sistem Tenaga Listri
%HUEDVL /RJLND 6DPDU´ .HPHQWULDQQ
Riset Teknnologi

Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober 2016 9

Anda mungkin juga menyukai