SUNGAI RUMBAI
Taufik Hidayat1), Andi Sofyan S.T, M.T. 2)
123
Falkultas Teknik Elektro, Institut Teknologi padang
email: 2018310043.taufik@itp.ac.id
Abstrak — Jaringan distribusi tenaga listrik merupakan komponen sistem tenaga listrik yang
berfungsi sebagai pendistribusi atau penyalur tenaga listrik dari gardu induk menuju
konsumen. Jaringan distribusi terdiri dari jaringan distribusi primer yang memiliki tegangan
kerja 20 kV dan jaringan distribusi sekunder yang memiliki tegangan kerja 380/220 Volt.
Kualitas tenaga listrik yang diterima oleh pelanggan sangat dipengaruhi oleh kondisi jaringan
distribusi. Rekonfigurasi dapat merubah parameter-parameter saluran distribusi antara lain,
seperti impedansi dan arus penyulang. Akibat perubahan kedua parameter tersebut, akan turut
merubah rugi daya dan jatuh tegangan pada penyulang, keseimbangan arus phasa dan
keseimbangan arus penyulang serta arus hubung singkat pada sisi ujung penyulang. Kondisi
jaringan distribusi yang tidak optimal akan mengakibatkan pelayanan yang kurang efektif
pula, salah satunya karena akibat adanya jatuh tegangan dan rugi-rugi daya.
Kata kunci : Rekonfigurasi, Tegangan, Energi Listrik, Rugi daya
Abstrak — The electric power distribution network is a component of the electric power system that
functions as a distributor or distributor of electricity from the substation to the consumer. The
distribution network consists of a primary distribution network that has a working voltage of 20 kV
and a secondary distribution network that has a working voltage of 380/220 Volts. The quality of
electricity received by customers is strongly influenced by the condition of the distribution network.
Reconfiguration can change distribution line parameters, such as impedance and feeder current. As a
result of changing these two parameters, it will also change the power loss and voltage drop on the
feeder, the phase current balance and the feeder current balance as well as the short circuit current on
the end side of the feeder. The condition of the distribution network that is not optimal will also result
in ineffective service, one of which is due to voltage drops and power losses.
1. PENDAHULUAN
PT PLN (Persero) Rayon Sungai Rumbai utama yaitu 57,196 kms dan besarnya beban yang
merupakan salah satu rayon terjauh dari beberapa ditanggung GH Sungai Rumbai antara 75 - 173 A.
rayon yang terdapat di PLN Area Solok yang Baik buruknya sistem penyaluran dan distribusi
mengelola sistem distribusi primer untuk tiga tenaga listrik dapat dilihat dari kualitas daya yang
Kabupaten, Bungo, Dharmasraya dan Tebo. diterima oleh konsumen. Kualitas daya yang baik,
Sistem distribusi primer ini mendapatkan suplai antara lain meliputi : kapasitas daya yang
energi utama dari dua Gardu Induk (GI) yaitu GI memenuhi dan tegangan yang selalu konstan.
Muaro Bungo dan GI Sungai Langsek. Melalui Tegangan diharapkan dalam keadaan konstan,
Ekspress feeder Pinang, GI Muaro Bungo terutama jatuh tegangan yang terjadi di ujung
menyuplai energi listrik ke Gardu Hubung (GH) saluran. Pada feeder Kota Sungai Rumbai
Sungai Rumbai. tegangan pada ujung salurannya yaitu 16,1 kV -
Dalam usaha pendistribusian listrik di PT PLN 17,8 Kv. Rekonfigurasi dapat merubah parameter-
(Persero) Rayon Sungai Rumbai ditemukan parameter saluran distribusi antara lain, seperti
beberapa kendala, diantaranya tegangan yang impedansi dan arus penyulang. Akibat perubahan
tidak stabil dan tegangan terlalu rendah antara kedua parameter tersebut, akan turut merubah rugi
17,1 - 18,8 kV pada GH Sungai Rumbai, hal ini daya dan jatuh tegangan pada penyulang,
diakibatkan jauhnya jarak dari suplai energi keseimbangan arus phasa dan keseimbangan arus
penyulang serta arus hubung singkat pada sisi
ujung penyulang (Hakimah, 2019).
A. Sistem Penyaluran Energi Listrik
sumber energi dari tenaga air, disamping mudah dan distribusi skunder. Gambar 1. menunjukkan skema
pengoperasiaanya (Ir. Chris Timotius 2006). penyaluran energi listrik dari pusat pembangkit sampai
Pembangkit listrik tenaga air seringkali jauh dari ke pelanggan dan gambar
pusat kota atau konsumen yang membutuhkan 1. Diagram segaris proses penyaluran penyaluran
energi listrik (Putra 2020). Generator di pusat energy listrik ke pelanggan.
pembangkit biasanya menghasilkan tegangan B. Daya Listrik
menengah antara 6 kV sampai 24 kV, maka untuk Besarnya energi yang diserap atau dihasilkan
memperbesar daya hantar maka dinaikkan ke dalam suatu rangkaian disebut daya (Zamrodah 2016).
tingkat tegangan yang lebih tinggi yaitu 70 kV, Sumber energi seperti tegangan menghasilkan arus,
150 kV, 200 kV ,275 kV, 500 kV Negara lain juga sedangkan beban yang terhubung dengannya
menggunakan trafo step-up di gardu induk hingga mengkonsumsi arus (Maulana dkk., 2019). Daya
1000 kVdi Gardu Induk (GI) pembangkit, adalah konsep bisnis yang menggambarkan upaya
kemudian disalurkan melalui saluran transmisi untuk memindahkan beban per satuan waktu, atau
tegangan tinggi (SUTT, SUTET) ke pusat beban jumlah energi listrik yang dikonsumsi per detik.
(Rahman 2018). Untuk penyaluran daya ke Berdasarkan definisi tersebut, persamaan daya yang
konsumen maka tegangan tinggi transmisi harus diperoleh dengan mengalikan tegangan (V) dan arus (I)
diturunkan ketegangan menengah dengan adalah:
menggunakan transformator daya step-down di P = I × V (2.1)
Gardu Induk pusat beban (Duyo 2020). Misalnya Dimana:
tegangan tinggi 500 kV ke 275 kV ,275 kV ke 150
kV atau 150 kV diturunkan ke tegangan menengah P = daya (Watt)
20 kV (saluran distribusi) (Sasongko, Suyanto dan I = arus (Amper)
Mujiman, 2017). Konsumen besar (industri) dapat
disupplai dari tegangan menegah 20 kV V = tegangan (Volt)
sedangankan untuk konsumen kecil (perumahan) Dalam sistem arus bolak-balik (AC), ada tiga jenis
tegangan 20 kV diturunkan pada trafo didtribusi daya untuk beban dengan impedansi (Z):
menjadi tegangan rendah 380 Volt atau 220 Volt. 1. Daya Aktif (P)
kemudian baru dapat disupplai ke pelanggan
(Suardika dkk., 2018). Daya aktif adalah daya aktif, yaitu daya yang
dibutuhkan oleh konsumen. Satuan daya aktif adalah
watt.
P = V × I × Cos 𝜃 (persamaan LDF. PF (2.7)
satu fase) C. Loss Factor (LF) dan Loss Load Factor
(LLF) Loss Factor adalah perbandingan arus rata-
P = √3 × V × I × Cos θ (persamaan tiga fase) rata terhadap arus puncak sedangkan Loss Load
(2.2) Factor sebagai koefisien yang diperhitungkan
1. Daya Reaktif (Q) dalam menghitung losses adalah perbandingan
Daya reaktif adalah daya yang dihasilkan oleh antara rugi- rugi daya rata – rata terhadap rugi daya
efek induksi elektromagnetik melalui beban beban puncak.
yang memiliki nilai induktif. Satuan daya LF = Ir/Ip (2.8)
reaktif adalah Var.
Q = V × I × sinθ LLF = 0.3.LF + 0.7.LF2 (2.9)
D. Drop Tegangan Sistim 3 Fasa 4 Kawat
Q = √3 × V × I × sinθ (2.3) Suatu jaringan tegangan menengah 3 fasa 4 kawat
2. Daya Semu (S) dalam operasinya memiliki korelasi drop tegangan
tergantung oleh pemerataan bebannya, sehingga
Losses 3 Fasa 4 Kawat dapat dirumuskan korelasi drop tegangan sistem 3
Suatu jaringan tegangan menengah 3 fasa 4 fsa 4 kawat sebagai berikut :
kawat dalam operasinya memiliki korelasi
losses dalam perhitunganya tergantung oleh 1. Beban di ujung dan seimbang
pemerataan bebannya, sehingga dapat Drop Tegangan =
dirumuskan korelasi losses sistem 3 fsa 4
kawat sebagai berikut : (R total × Cos θ + X total × Sin θ)
P× (kV)² (2.10)
2. Beban di ujung dan seimbang
2. Beban di ujung dan seimbang
P𝐿𝑜𝑠𝑠𝑒𝑠 Teknis = 3 . I2. R . L . LLF. Drop Tegangan =
PF (2.5)
(R × Cos θ + X × Sin θ) × 0,75 × 100
3. Beban di tengah dan diujung seimbang P×L (kV)² (2.11)
P𝐿𝑜𝑠𝑠𝑒𝑠 Teknis = 3 . I . R . L . LLF .
2
3. Beban Merata dan Seimbang
LDF. PF (2.6)
Drop Tegangan =
4. Beban Merata dan Seimbang
(R × Cos θ + X × Sin θ) × 0,5 × 100
P𝐿𝑜𝑠𝑠𝑒𝑠 Teknis = 3 . I2. R . L . LLF . P×L (kV)² (2.12)
Untuk impedansi beban (Z), daya semu adalah
daya yang diukur atau dibaca pada alat ukur.
Daya semu adalah jumlah daya aktif dan daya A. Metode Pengambilan data
reaktif, dan satuan daya ini adalah VA. Pengumpulan data diperoleh dari bagian perencanaan
S = V × I (2.4) perubahan pola operasi di ULP Painan, metode yang
digunakan dalam pengumpulan data adalah :
2. METODE
1. Metode observasi
metode yang digunakan untuk mengamati Metode observasi adalah suatu metode pengumpulan
perbedaan kondisi kelistrikan sebelum data dengan cara mengamati secara langsung masalah
jaringan direkonfigurasi dan sesudah yang ingin diperiksa di tempat.
jaringan direkonfigurasi. Perhitungan ini 2. Metode wawancara
Metode wawancara adalah metode pengumpulan data
perlu dilakukan untuk dapat menentukan
melalui sesi tanya jawab (wawancara) dengan orang
perbandingan pola operasi sebelum dan yang sudah dikenal.
sesudah rekonvigurasi mana yang lebih 3. Metode literatur
baik diterapkan di penyulang tersebut Metode kepustakaan adalah metode pembahasan suatu
tentunya dengan losses dan drop tegangan masalah melalui studi banding dengan literatur yang
yang relatif kecil. Sebagai perbandingan relevan. Data bantu untuk menghitung rugi-rugi dan
penulis juga melakukan perhitungan jatuh tegangan berupa data sekunder dan primer.
menggunakan aplikasi Etap 19.0.1.
Simulasi ETAP 12.6
Tabel 3. 2 Rugi daya F. Kota Sungai Rumbai dan Setelah diperoleh LF maka dapat dihitung LLF
F. yang direncanakan sebelum dan sesudah dengan persamaan (2.9) :
direkonfigurasi
Loss Load Factor (LLF) = LLF = 0.3.LF +
0.7.LF2 = 0,3.0,864+0,7.0,8642
= 0,76