Anda di halaman 1dari 6

PERENCANAAN (PLTH) PEMBANGKITAN LISTRIK TENAGA HYBIRID

(ANGIN/SURYA/FUEL CELL) DI KOTA KUPANG MENGGUNAKAN


SOFTWARE HOMER

Nama : putri Amelia Nama : Yunny alfanira


Npm : 207030742 Npm : 207030754
Prodi Teknik Elektro Prodi Teknik Elektro
Universitas Balikpapan Universitas Balikpapan

Abstrak : Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid (PLTH) adalah integrasi sistem pembangkit listrik
berbasis energi fosil (tak terbarukan) dan pembangkit listrik terbarukan. Tujuan utamanya untuk
menghemat pemakaian bahan bakar dan mengurangi emisi terutama CO2. Secara menyeluruh,
integrasi pada sistem PLTH ini merupakan sistem yang multi variabel sehingga digunakan bantuan
perangkat lunak, dalam hal ini HOMER. perangkat lunak ini mengoptimasi berdasarkan nilai NPC
terendah.
Dengan studi kasus optimasi sistem PLTH di kota kupang provinsi Nusa Tenggara Timur,
diintegrasikan Fuel Cell, PLTB dan PLTS. Pada kondisi yang optimum ini, Homer Menentukan dan
menghitung kontribusi ketiga pembangkit dengan nilai bersih sekarang (net present cost, NPC),
biaya pembangkitan listrik (cost of electricity, COE) emisi CO2 yang dihasilkan sistem kg/tahun.

I. PENDAHULUAN
Kota kupang adalah sebuah pulau di Provinsi Nusa tenggara Timur Indonesia, luas wilayah
180,3 Km2 dengan jumlah penduduk sekitar 442,865 jiwa (data BPS 2021) jumlah pelanggan PT. PLN
(Persero) NTT Cabang Kupang sampai dengan bulan maret 2021 adalah 130.843 pelanggan.
Penduduk yang bisa menikmati listrik lebih kurang 48.27% dari total jumlah Kepala Keluarga. Dengan
jumlah pelanggan yang hanya sebagian kecil dari seluruh jumlah penduduk menggambarkan rasio
elektrifikasi di kota kupang masih kecil.
Maka dari itu kami akan membuat suatu simulasi perancangana suatu sistem Pembangkit
listrik Tenaga Hybrid Dengan Menggunakan Energi Terbarukan yang berpotensi di kota tersebut. Kota
kupang kedepannya akan dijadikan kota Energi mandiri Dengan Pemanfaatan Sumber energi yang ada,
misal : energi matahari, energi Angin, mikrohidro, arus laut dan lainnya. Pada Pembahasan ini kami
akan memanfaatkan enegi matahari, energi angin dan Fuel Cell dan disimulasikan menggunakan
software homer , software ini akan menghitung ketiga kombinasi pembangkit tersebut dengan
berbagai inputan parameter, diantaranya :
1. Intensitas radiasi matahari
2. Kecepatan angin
3. Beban harian
4. Suhu rata-rata daearah tersebut
5. Komponen dan biaya pembangkitan
Dengan data-data tersebut, Program dapat dijalankan tinggal kedepannya memperhitungkan berapa
banyak kebutuhan beban di kota kupang dan seberapa efisien pembangkit listrik tenaga hybrid ini.
II. LANDASAN TEORI
1. PLTS (Pembangkit Listrik tenaga Surya)
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) adalah suatu teknologi pembangkit listrik yang
mengkonversi energi foton dari surya menjadi energi listrik. Konversi ini dilakukan pada panel
surya yang terdiri dari sel – sel fotovoltaik. Sel – sel ini merupakan lapisan – lapisan tipis dari
silikon (Si) murni atau bahan semikonduktor lainnya yang diproses sedemikian rupa, sehingga
apabila bahan tersebut mendapat energi foton akan mengeksitasi elektron dari ikatan
atomnya menjadi elektron yang bergerak bebas, dan pada akhirnya akan mengeluarkan
tegangan listrik arus searah.

Gambar 2.1 Proses Konversi Energi Listrik Pada Panel Surya

Pada siang hari modul surya menerima cahaya matahari yang kemudian diubah menjadi listrik
melalui proses fotovoltaik. Listrik yang dihasilkan oleh modul dapat langsung disalurkan ke beban
ataupun disimpan dalam baterai sebelum digunakan ke beban. Pada malam hari, dimana modul surya
tidak menghasilkan listrik, beban sepenuhnya dicatu oleh battery. Demikian pula apabila hari
mendung, dimana modul surya menghasilkan listrik lebih rendah dibandingkan pada saat matahari
benderang. Modul surya dengan kapasitas tertentu dapat menghasilkan jumlah listrik yang berbeda-
beda apabila ditempatkan pada daerah yang berlainan.
PLTS memanfaatkan cahaya matahari untuk menghasilkan listrik DC (direct current), yang
dapat diubah menjadi listrik AC (alternating current) apabila diperlukan. Oleh karena itu meskipun
cuaca mendung, selama masih terdapat cahaya, maka PLTS tetap dapat menghasilkan listrik. PLTS
pada dasarnya adalah pecatu daya (alat yang menyediakan daya), dan dapat dirancang untuk mencatu
kebutuhan listrik yang kecil sampai dengan besar, baik secara mandiri, maupun dengan hybrid, baik
dengan metoda desentralisasi (satu rumah satu pembangkit) maupun dengan metoda sentralisasi
(listrik didistribusikan dengan jaringan kabel). Sebuah sistem fotovoltaik yang terintegrasi dalam
Pembangkit hybrid terdiri dari sebuah solar modul dan DC.AC converter untuk konversi daya Dc yang
dihasilkan menjadi energi listrik AC yang dibutuhkan sebenarnya diperoleh setelah konversi dari
modul tunggal dapat diperkirakan melalui.

Pac = Pdc STC * n


Dimana :
Pac : Nilai actual yang diperoleh power AC
Pdc, STC : Rata daya DC dalam kondisi uji standard
n : effisiensi konfersi dari DC ke AC

pada sistem hybrida arus DC yang dihasilkan sel surya langsung dialirkan
pada Bus DC dan kemudian daya DC dari komponen lainnya dialirkan
ke DC/AC konverter sebelum didistribusikan ke beban.
2. PLTB (Pembangkit listrik Tenaga Bayu/ Angin)
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) adalah suatu teknologi pembangkit listrik yang merubah
potensi energi angin menjadi energi listrik. Angin adalah udara yang bergerak/mengalir, sehingga
memiliki kecepatan, tenaga dan arah. Penyebab dari pergerakan ini adalah pemanasan bumi oleh
radiasi matahari. Udara di atas permukaan bumi selain dipanaskan oleh matahari secara langsung,
juga mendapat pemanasan oleh radiasi matahari bumi tidak homogen, maka jumlah energi matahari
yang diserap dan dipancarkan kembali oleh bumi berdasarkan tempat dan waktu adalah bervariasi.
Hal ini menyebabkan perbedaan temperatur pada atmosfer, yang menyebabkan perbedaan kerapatan
dan tekanan atmosfer. Udara memiliki sifat untuk selalu mencapai kesetimbangan tekanan, karena itu
perbedaan kecepatan dan tekanan atmosfer ini menyebabkan udara bergerak dari daerah
yang bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah.

Gambar 2.2 Model Pembangkit Listrik Tenaga Angin

Dalam buletin 17 FAO internal working yang berjudul “ windmils for water lifting and the generator of
electricity on the farm” yang di tulis oleh E.W. Golding, daya yang dihasilkan energi angin diruumuskan
sebagai berikut :

P = k.F.A.E.v3

Dengan P = daya
k = konstanta =1,37.10 (kw)
F = faktor= 0,5926
A = penampang (m2)
E = efisiensi rotor dan peralatan yang lain
v = kecepatan angina
(m/det)

3. Fuel Cell

Fuel Cell menurut definisi adalah sebuah sel-sel listrikyang dapat menyimpan energi listrik terus
menerus sehingga dan dapat menyalurkan daya listrik berkelajuntan tanpa batas waktu
(Connihan,1981).Fuel Cell mengubah hidrogen atau yang mengandung bahan bakar menjadi lenergi
listrik, energi ditambah panas melalui reaksi elektrokimia hidrogen dan oksigen ke dalam air, proses
reaksi elektrolis terbalik :

2 H2(gas) + O2(gas) + 2 H2O + energy listrik DC


Kinerja Hydrogen Fuel Cell serupa sepupa seperti sel-sel (accu), hanya saja reaksi kimia
penghasilan tenaga listrik ini menggunakan hydrogen dan oksigen yang bereaksi dan mengalir seperti
aliran bahan bakar melalui sebuah motor bakar. Namun tidak ada pembakaran dalam proses
pembangkit listrik ini. Dengan demikian limbah dari proses ini hanyalah air murni yang aman untuk
dibuang.

Gambar 2.3 Bagian Kinerja “hydrogen fuel cell”

secara sederhana proses dapat dilihat pada Gambar.2.3 diatas :


 Hidrogen (yang ditampung dalam sebuah tabung khusus) dialirkan melewati anoda,
dan oksigen/udara dialirkan pada katoda.
 Pada anoda dengan bantuan katalis platina Pt hidrogen dipecah menjadi bermuatan
Positif (ion/proton), dan negatif (elektron).
 Membran di tengah-tengah anoda-katoda kemudian hanya berfungsi mengalirkan
Proton menyebrang ke katoda.
 Proton yang tiba di katoda bereaksi dengan udara dan menghasilkan air.
 Tumpukan elektron di anoda akan menjadienergi listrik searah yang dapat
menyalakan lampu.

4. Software Homer
Homer adalah suatu model Micropower untuk mempermudah dalam mengevaluasi desain dari
jaringan tunggal (grid-off) maupun jaringan yang terkoneksi dengan sistem (grid-connected). Dalam
merancang sistem pembangkit harus diperhatikan mengenai konfigurasi sistem, , diantaranya :
komponen apa saja yang tidak dapat dimasukkan dalam konfigurasi sistem, berapa banyak dan berapa
ukuran masing- masing komponen yang harus digunakan, banyaknya pilihan teknologi dalam
penghitungan biaya dan ketersediaan sumber daya energi yang ada, optimasi Homer dan algoritma
analisis yang sensitif dapat lebih mudah untuk mengevaluasi konfigurasi sistem dan banyak
kemungkinan.
Model ini dapat menganalisa stand alone sistem dengan menggunakan bebearapa komponen
energi angin, PV dan fuel cell, daya DC yang dihasilkan PV dan fuel Cell di ubah menjadi AC dan di
salurkan ke Bus AC, daya yang dihasilkan wind turbin secara langsung dialirkan ke Bus AC, kelebihan
daya akan disimpan dibatteray dan electrolizer, yang menghasilkan hidrogen kelebihanya akan di
maksukkan kembali di hidrogen tank.

Tabel 4.1 Rating Komponen


Peralatan Type Rating
Wind turbin PGE 20/30 20 KW
PV 80 KW
Fuel Cell 10 KW
Bettry CP6100D 20 KW
Converter 20 KW
Electrolyzer 60 KW
Hidrogen Tank 80 KW

 Potensi Angin
Berdasarkan potensi angin di kota kupang, rata-rata kecepatan angin diukur dengan ketinggian
12 meter dari permukaan tanah didapatkan 4.90 m/s data kecepatan angin selama satu tahun
dapat dilihat pada gambar 4.2

Gambar 4.2 Kecepatan angin rata-rata di kota kupang

 Potensi Penyinaran dan Radiasi Matahari


Data indeks kecerahan (clearness index) dan radiasi sinar matahari (solar radiation) adalah rata-
rata global radiasi matahari pada permukaan horizontal, dinyatakan 6,36 kWh/m2/day dalam
setahun. Sumber data diperoleh dengan pengukuran langsung atau melalui bantuan HOMER yang
akan menghubungkan ke satelit NASA melalui internet dengan memberikan letak lintang dan
bujur lokasi penelitian.
Gambar 4.3 Indeks kecerahan dan radiasi sinar matahari

III. PENUTUP
a. Kesimpulan
Secara keseluruhan dalam studi kasus ini, sistem PLTH yang optimal adalah kombinasi dari
PLTS, PLTB dan Fuel Cell. Kontribusi PLTS terhadap sistem PLTH sebesar 67% sedangkan PLTB
sebesar 33% dan Fuel cell sebesar 1 % dalam hal ini fuel cell hanya sebagai back up energy .
Konfigurasi ini ditetapkan sebagai yang paling optimal berdasarkan nilai NPC terendah yaitu
sebesar $ 870.084 dan biaya listrik (COE) sebesar $ 0,887 per kWh. Kelebihan energinya selama
setahun sebesar 50.029 kWh.
Dengan lingkungan dapat dikurangi dengan menerapkan sistem PLTS-PLTB-Fuel Cell dimana
dapat meminimalkan Co2 -0,844 kg/tahun, Co 0,607 Kg/tahun, hidrokarbon
0,065Kg/tahun,Nitrogen Oxidasi 5,31 Kg/tahun.

IV. DAFTAR PUSTAKA

Herlina,” Analisa Dampak Lingkungan Dan Biaya Pembangkitan Listrik Tenaga Hibrida Di Pulau Sebesi
Lampung Selatan.” Unversitas Indonesia 2009

Nasa,” Surface Metorology And Solar Energy”, httpeosweb.larc.nasa. gov,2009

mashudi, Studi, “Of PLTP Subang 150 MW Influence Development In Mount Tangkuban Perahu Of
West Java Region Electricity Tarieffs”,

Anda mungkin juga menyukai