Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejalan dengan berlangsungnya waktu, sumber daya manusia yang terus
bertambah ini akan menyebabkan suatu peristiwa kebutuhan sumber daya
alam yang semakin meningkat. Salah satu dari kebutuhan yang sangat penting
di dunia ini adalah sumber energi listrik, Di mana pada jaman modern ini bisa
dikatakan bahwa segala sesuatu selalu berhubungan dengan yang namanya
listrik. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin sulitnya menyalurkan energi
listrik ini dalam jumlah banyak, terbukti adanya jadwal pemadaman listrik
secara bergilir untuk beberapa wilayah guna mengurangi pemakaian listrik.
Di negara Indonesia sedang dalam proses pemenuhan kebutuhan dari pasokan
listrik, sehingga para ilmuwan dan pihak pemerintah sedang menjalankan
suatu solusi dimana akan membangun Pembangkit Listrik dengan bahan baku
yang tidak hanya minyak. Kita tahu bahwa Pembangkit listrik yang jumlahnya
sangat banyak di Indonesia dan mungkin seluruh dunia ialah menggunakan
bahan bakar solar, mengingat bahwa ironisnya solar merupakan SDM yang
tidak dapat diperbaharui dan mulai sedikit keberadaannya. Oleh karena itu,
dalam bab selanjutnya akan dibahas mengenai Pembangkit Listrik Tenaga Gas
dan beberapa kelebihan dan kekurangannya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diberikan perumusan masalah
sebagai berikut:
1) Sejarah awal mula Pembangkit Listrik Tenaga Gas?
2) Seperti apakah Instalasi dan komponen PLTG?
3) Bagaimana pemanfaatan gas alam untuk Bahan baku PLTG ini?
4) Jelaskan Proses kerja dari Pembangkit Listrik Tenaga Gas!
5) Sebutkan kelebihan dan kekurangan PLTG dibandingkan drngan
pembangkit lain!

1
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pembuatan
makalah ini agar dapat mengetahui:
1. Sejarah awal mula Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG).
2. Gambar Instalasi PLTG dan komponennya.
3. Pemanfaatan Gas Alam yang digunakan untuk Proses PLTG.
4. Proses kerja dari Pembangkit Listrik Tenaga Gas.
5. Keuntungan dan kerugian penggunaan PLTG.
1.4 Manfaat
Penulisan makalah ini disusun agar dapat bermanfaat sebagai berikut:
1) Informasi mengenai Proses Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG).
2) Mengetahui komponen dan instalasi alat sistem pada PLTG.
3) Mendapatkan penjelasan mengenai Proses Konversi Energi dari bahan
baku gas menjadi energy Listrik.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Tenaga Listrik


Tenaga listrik melibatkan produksi dan pengantaran energi listrik
dalam jumlah yang berkecukupan untuk menjalankan peralatan listrik
rumah tangga, peralatan perkantoran, mesin industri, dan menyediakan
energi yang cukup untuk penerangan umum, pemanasan, memasak, dan
lain-lain. Sistem tenaga listrik merupakan sekumpulan pusat listrik dan
gardu induk (pusat beban) yang satu sama lain dihubungkan oleh jaringan
transmisi dan jaringan distribusi sehingga merupakan sebuah kesatuan yang
terinterkoneksi.
Berikut pembagian dari sistem tenaga listrik, yaitu :
1. Pembangkitan/ konversi, yaitu sub-sistem yang merubah sumber daya
alam/ sumber energi primer menjadi tenaga listrik, misalnya: PLTA,
PLTP, PLTD, PLTU, PLTGU, PLTMG, dan lain-lain. Bagian ini
memiliki tegangan kerja 220 V – 32 kV.
2. Transmisi, yaitu sub-sistem pengiriman tenaga listrik dari pusat
pembangkit ke gardu-gardu induk transmisi, bagian ini di tandai oleh
tegangan kerja yang tinggi, misalnya 70 kV dan 150 kV pada sistem
Sulawesi Tengah.
3. Distribusi, yaitu sub-sistem pembagian tenaga listrik ke konsumen,
bagian ini ditandai oleh tegangan kerja yang menengah dan rendah
misal: 20 kV & 220 V.
4. Beban, yaitu sub-sistem yang menggunakan listrik untuk keperluan
hidup, produksi, pelayanan dan lain-lain. Beban Listrik secara umum
memiliki tegangan rendah sampai menengah, misalnya 110 V, 220 V,
380 V.

2.2 Pembangkit Tenaga Listrik


Sangat penting untuk mengenal karakteristik pembangkit listrik yang
berguna untuk meminimalisir pembiayaan bahan baku energi. Ketika sudah
mengenal karakteristik pembangkit listrik maka pengaturan output

3
pembangkit dapat diatur dengan baik. Berdasarkan karakteristik pembangkit
listrik, dapat dibuat model secara matematis untuk proses optimasi agar
dihasilkan biaya pembangkitan yang ekonomis.
Ada banyak jenis dari Pusat Pembangkitan Tenaga Listrik yang
beroperasi di Indonesia. Secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi
dua (2) kelompok besar, yaitu Pusat Pembangkitan Listrik Termal dan Pusat
Pembangkitan Non- Termal.
Pusat Listrik Termal adalah pusat pembangkitan tenaga listrik yang
melibatkan proses panas (thermal) dalam pembangkitan tenaga listriknya,
umumnya tipe pembangkitan ini membutuhkan bahan bakar yang berasal
dari bahan bakar fosil. Pusat listrik tipe ini dapat dibagi lagi menjadi
beberapa jenis, yaitu :
1. Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU)
2. Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD)
3. Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG)
4. Pusat Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG)
5. Pusat Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU)
6. Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)
Selain Pusat Pembangkitan Listrik Termal, masih ada juga pusat
pembangkitan lainnya, yaitu Pusat Pembangkitan Listrik Non-Termal,
dimana dalam proses pembangkitan tenaga listrik, menggunakan sumber
energi lain (alternatif) selain bahan bakar fosil, sehingga tidak melibatkan
proses panas 9 (thermal) didalamnya. Adapun pusat listrik yang termasuk
dalam jenis ini antara lain :
1. Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA)
2. Pusat Listrik Tenaga Surya (PLTS)
3. Pusat Listrik Tenaga Angin/Bayu (PLTB)
Pengoptimasian pada kedua klasifikasi pembangkit tersebut sangatlah
penting untuk memenuhi kebutuhan beban dengan biaya minimum. Namun,
di antara dua karakteristik pembangkit tersebut, pembangkit thermal cukup
menjadi perhatian dikarenakan biaya bahan bakar dan sering berubah.

4
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Sejarah awal mula Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG)

Teknologi transmisi dan distribusi jaringan listrik hampir tidak mengalami


perubahan selama 100 tahun. Sementara teknologi lain seperti media digital
pribadi dan energi yang terdistribusi sudah sangat berkembang, dan
perkembangan tersebut gagal diikuti oleh teknologi jaringan listrik. Pada sisi
transmisi, yang menjadi permasalahan adalah cukupkah transmisi yang ada
untuk mengalirkan listrik yang bersumber dari energi terbarukan ke dalam
jaringan transmisi dan distribusi. Karena banyak sumber energi terbarukan
yang terletak di lokasi yang sangat jauh dari pusat beban. Untuk saat ini, ada
beberapa teknologi jaringan listrik yang bisa dipertimbangkan para
pengembang jaringan, yaitu HVDC dan kabel berteknologi nano. High
Voltage Direct Current (HVDC), meski bukan merupakan konsep baru, tetapi
di Amerika Serikat menjadi perhatian seiring dengan banyaknya energi listrik
yang bersumber dari energi terbarukan yang harus dikirimkan kepada beban.

Sektor distribusi menghadapi masalah yang lain lagi, meteran dan laju
beban yang bisa timbul dengan adanya pembangkit-pembangkit listrik energi
terbarukan skala kecil. Artinya, dibutuhkan sistem jaringan listrik yang
”cerdas”. Untuk mengatur dan mengendalikan listrik masuk ke dalamnya,
peralatan pengatur interaktif, pengawasan jaringan, fasilitas penyimpanan
energi dan sistem yang bisa memberikan respon adanya permintaan perlu
diterapkan. Meng-upgrade infrastruktur transmisi dan distribusi tidak murah
dan tidak bisa dapat dilakukan dalam waktu dekat. Menurut Electric Power
Research Institute, biaya yang diperlukan untuk upgrading jaringan dengan
teknologi ”cerdas” sebesar US$ 100 milyar. Penyedia listrik dan jaringan akan
membayar mahal untuk upgrading tersebut, sama halnya dengan para
pelanggannya yang akan membayar lebih mahal. Tetapi, walau
bagaimanapun, besarnya biaya yang dibutuhkan untuk upgrade sebanding

5
dengan dampak ekonomi yang akan terjadi jika terjadi kegagalan jaringan
listrik. Sebagai contoh, di tahun 2003 sebagian wilayah utara Amerika Serikat
mengalami black out dan kerugian yang dialami sekitar US$ 6 milyar hanya
untuk beberapa hari.

Bersamaan dengan ini, akhirnya tenaga listrik dibangkitkan di pusat–pusat


listrik (power station) dan menambah pembangkit PLTG, kemudian
disalurkan melalui saluran transmisi setelah terlebih dahulu dinaikkan
tegannya oleh transformator penaik tegangan yang berada di pusat listrik.
Saluran tegangan tinggi di Indonesia mempunyai tegangan 150 kV yang
disebut sebagai Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan tegangan 500 kV
yang disebut sebagai Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET).

Gambar 1. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG)

Pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) merupakan sebuah pembangkit


energi listrik yang menggunakan peralatan/mesin turbin gas sebagai
penggerak generatornya. Turbin gas dirancang dan dibuat dengan prinsip kerja
yang sederhana dimana energi panas yang dihasilkan dari proses pembakaran
bahan bakar diubah menjadi energi mekanis dan selanjutnya diubah menjadi
energi listrik atau energi lainnya sesuai dengan kebutuhannya. Adapun
kekurangan dari turbin gas adalah sifat korosif pada material yang digunakan
untuk komponen-komponen turbinnya karena harus bekerja pada temperature
tinggi dan adanya unsur kimia bahan bakar minyak yang korosif (sulfur,
vanadium dll), tetapi dalam perkembangannya pengetahuan material yang
terus berkembang.

6
3.2 Instalasi dan komponen dari PLTG

Di dalam tanah banyak terkandung gas bumi (Petrolgas) atau sering pula
disebut Gas alam, yang timbul pada saat proses pembentukan minyak bumi,
gas tambang dan gas rawa (CH₄ atau methan). Seperti halnya dengan minyak
bumi, gas alam tersebut diperoleh dengan jalan pengeboran dari dalam tanah,
baik di daratan maupun di lepas pantai terhadap lokasi-lokasi yang diduga
terdapat kandungan gas alam.

PLN memiliki beberapa pembangkit listrik raksasa PLTG yang mestinya


dijalankan dengan gas, namun kini ada yang diberi bahan baku solar. Bahan
baku solar yang digunakan ini mengakibatkan dampak yang buruk bagi
lingkungan, yaitu terlihat pada Gambar 3 dimana terdapat cerobong yang
mengeluarkan asap hitam. Karena asap ini sebetulnya dapat mencemari udara,
dengan kata lain akan menyebabkan berkurangnya udara yeng bersih.

Padahal kita ketahui, PLTG (Pembangkit Listrik Tenaga Gas) itu tentu
didesain untuk diberi bahan baku gas. Oleh karena itu, di Indonesia sedang
berupaya menyediakan gas alam untuk bahan baku PLTG tersebut sehingga
tidak menggunakan solar, supaya tidak terjadi hal yang diinginkan seperti
halnya gambar di atas.

3.3 Gas alam untuk Bahan Baku PLTG

Pemanfaatan gas alam di Indonesia dimulai pada tahun 1960-an dimana


produksi gas alam dari ladang gas alam PT Stanvac Indonesia di Pendopo,
Sumatera Selatan dikirim melalui pipa gas ke pabrik pupuk Pusri IA, PT
Pupuk Sriwidjaja di Palembang. Perkembangan pemanfaatan gas alam di
Indonesia meningkat pesat sejak tahun 1974, dimana PERTAMINA mulai
memasok gas alam melalui pipa gas dari ladang gas alam di Prabumulih,
Sumatera Selatan ke pabrik pupuk Pusri II, Pusri III dan Pusri IV di
Palembang.

Karena sudah terlalu tua dan tidak efisien, pada tahun 1993 Pusri IA
ditutup,dan digantikan oleh Pusri IB yang dibangun oleh putera-puteri bangsa

7
Indonesia sendiri. Pada masa itu Pusri IB merupakan pabrik pupuk paling
modern di kawasan Asia, karena menggunakan teknologi karena
menggunakan teknologi tinggi. Di Jawa Barat, pada waktu yang bersamaan,
1974, PERTAMINA juga memasok gas alam melalui pipa gas dari ladang gas
alam di lepas pantai (off shore) laut Jawa dan kawasan Cirebon untuk pabrik
pupuk dan industri menengah dan berat di kawasan Jawa Barat dan Cilegon
Banten.

Sementara itu pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar gas


banyak digunakan di pabrik (peleburan besi dan tekstil) dan hotel. Berarti
energi panas yang dibutuhkan di kedua tempat itu bisa diambil dari panas gas
buang dengan menggunakan teknologi gas fired cogeneration. Berdasarkan
sumber panasnya,cogeneration dibagi menjadi dua yaitu:

1. Cogeneration Siklus Topping

Terjadi apabila bahan bakar dipakai langsung untuk memproduksi enrgy


listrik, kemudian gas panasnya digunakan untuk panas/uap proses. Jadi
energi listriknya terlebih dahulu diproduksi kemudian baru panas buangnya
dimanfaatkan. Bila cogeneration siklus topping digunakan pada PLTG,
maka gas panas yang digunakan untuk menghasilkan energi listrik pada
turbin harus mempunyai suhu 1600-1700 oF. Hal ini karena akan
menghasilkan gas buang dengan suhu 800-900 oF dan gas buang itu akan
dimanfaatkan dengan menggunakan Heat Recovery Steam Generation atau
panas proses dengan exchenger yang berfungsi untuk membangkitkan uap
proses.

2. Siklus Bottoming

Yaitu pemanfaatan gas buang melalui heart recovery sehingga


menghasilkan panas/uap proses. Selanjutnya digunakan untuk menggerakan
turbin uap sehingga dihasilkan energi listrik. Bila PLTG menggunakan
bahan bakar bermutu tinggi seperti bahan bakar sulfur rendah, maka gas
buang yang dihasilkannya bersih sehingga bisa digunakan langsung untuk
panas proses. Bila pada pengolahan gas buang ditambah bahan bakar,

8
sementara bila kapasitas terpasang PLTG turun maka efisiensinya juga
turun dengan demikian volume gas buang meningkatkan hal ini berarti
banyak gas buang tak terpakai.

Selain untuk kebutuhan dalam negeri, gas alam di Indonesia juga di


ekspor dalam bentuk LNG (Liquefied Natural Gas) Salah satu daerah
penghasil gas alam terbesar di Indonesia adalah Nanggröe Aceh
Darussalam. Sumber gas alam yang terdapat di daerah Kota Lhokseumawe
dikelola oleh PT Arun NGL Company. Gas alam yang terdapat pada Tabel
1 di atas tersebut telah diproduksi sejak tahun 1979 dan diekspor ke Jepang
dan Korea Selatan. Selain itu di Krueng Geukuh, Nanggröe Aceh Barôh
(kabupaten Aceh Utara) juga terdapat PT Pupuk Iskandar Muda pabrik
pupuk urea, dengan bahan baku utama dari gas alam.

3.4 Proses kerja dari PLTG

Apabila kita berbicara tentang PLTG maka kita harus berpikir tentang
open cycle. Pada open cycle dimulai dari pemompaan bahan bakar dan
pemasukan udara dari intake air filter menuju combuster. Di combuster
campuran bahan bakar dan udara disemprotkan oleh nozzle sehingga di ruang
bakar terjadi pembakaran. Pembakaran tadi akan memutar turbin gas yang
selanjutnya akan memutar generator yang akan menghasilkan energi listrik.

Gambar 2. Skala Proses Pembuatan listrik Tenaga Gas

9
Pusat listrik tenaga gas (PLTG) mempunyai Aliran generator pada Gambar
6.4 yang di dalamnya terdiri dari beberapa peralatan utama seperti:

1. Turbin gas (Gas Turbine).

2. Kompresor (Compressor).

3. Ruang Bakar (Combustor).

Sedangkan pinsip kerja dari sebuah PLTG didasarkan pada siklus Brayton
seperti pada diagram (p, v dan t, s) dibawah ini:

Gambar 3. Diagram siklus Brayton

Pada Gambar 5 dijelaskan bahwa mula-mula udara dari atmosfir ditekan di


dalam kompresor hingga temperature dan tekanannya naik dan proses ini biasa
disebut dengan proses kompresi dimana sebagian udara yang dihasilkan ini
digunakan sebagai udara pembakaran dan sebagiannya digunakan untuk
mendinginkan bagian-bagian turbin gas. Didalam ruang bakar sebagian udara
pembakaran tersebut akan bercampur dengan bahan bakar yang diinjeksikan
kedalamnya dan dipicu dengan spark plug akan menghasilkan proses
pembakaran hingga menghasilkan gas panas (energi panas) dengan
temperature dan tekanan yang tinggi, dari energi panas yang dihasilkan inilah
kemudian akan dimanfaatkan untuk memutar turbin dimana didalam sudu-
sudu gerak dan sudu-sudu diam turbin, gas panas tersebut temperature dan
tekanan mengalami penurunan dan proses ini biasa disebut dengan proses

10
ekspansi. Selanjutnya energi mekanis yang dihasilkan oleh turbin digunakan
untuk memutar generator hingga menghasilkan energi listrik.

Ada beberapa macam siklus kerja turbin gas sebagai berikut:

1. Turbin gas siklus terbuka (open cycle)


Seperti pada proses kerja turbin gas diatas, dimana gas panas yang
diekspansi didalam turbin akan menghasilkan gas bekas (flue gas) dengan
temperature yang masih cukup tinggi dan tekanan diatas sedikit dari
tekanan atmosfir, selanjutnya gas bekas ini dibuang atau dialirkan ke udara
luar.
2. Turbin gas siklus tertutup (closed cycle)
Seperti pada proses kerja turbin gas diatas, dimana gas panas yang
diekspansi didalam turbin akan menghasilkan gas bekas (flue gas) dengan
temperature yang masih cukup tinggi dan tekanan diatas sedikit dari
tekanan atmosfir, selanjutnya gas bekas ini dialirkan ke kedalam penukar
panas (heat rejected) untuk didinginkan dengan menggunakan media
pendingin air atau udara hingga temperaturnya turun dan dialirkan lagi
kedalam sisi masuk (suction) kompresor untuk dikompresi lagi. Turbin gas
siklus terbuka dilengkapi dengan regenerator
Seperti pada kedua proses kerja turbin gas diatas, dimana gas panas
yang diekspansi didalam turbin akan menghasilkan gas bekas (flue gas)
dengan temperature yang masih cukup tinggi dan tekanan diatas sedikit
dari tekanan atmosfir, selanjutnya gas bekas (flue gas) ini dialirkan
kedalam heat exchanger yang dikenal dengan istilah regenerator dimana
didalamnya gas bekas ini digunakan untuk memanaskan udara keluar
kompresor sebelum digunakan sebagai udara pembakaran didalam ruang
bakar (combustion chamber).
3. Turbin gas siklus terbuka dilengkapi dengan intercooler, regenerator dan
reheater.
Pada siklus ini baik kompresor maupun turbin gas masing-masing
terdiri dari 2 (dua) bagian yang terpisah dan biasa disebut dengan
kompresor tekanan rendah dan kompresor tekanan tinggi serta turbin gas

11
tekanan rendah dan turbin gas tekanan tinggi. Aliran udara dan gas-gas
yang dihasilkan dapat dijelaskan sebagai berikut, mula-mula udara
atmosfir masuk kedalam kompresor tekanan rendah untuk dikompresi, dari
udara tekan yang dihasilkan dialirkan kedalam intercooler untuk
didinginkan hingga menghasilkan temperature dan kelembaban serta
tekanan yang diinginkan dengan menggunakan media pendingin air atau
media pendingin lainnya, dari sini udara tersebut dialirkan ke dalam
kompresor tekanan tinggi untuk dikompresi lagi hingga menghasilkan
temperature yang tinggi dan tekanan dengan kepadatan yang lebih tinggi.
Dari keluaran kompresor tekanan tinggi udara tersebut dialirkan kedalam
regenerator untuk mendapatkan temperature yang lebih tinggi lagi yang
bertujuan untuk memudahkan terjadinya proses pembakaran dengan
melalui media pemanas gas bekas/buang (flue gas) yang memanfaatkan
gas bekas hasil dari turbin tekanan rendah. Selanjutnya udara keluaran dari
regenerator dialirkan kedalam ruang bakar utama (primary
combustionchamber) yang menghasilkan proses pembakaran dan dari
proses ini dihasilkan gas panas yang digunakan untuk memutar turbin
tekanan tinggi, hasil ekspansi gas panas dari turbin tekanan tinggi ini
berupa gas bekas (flue gas) dialirkan kedalam ruang bakar kedua
(secondary combustion chamber) dan biasa disebut juga dengan reheater
chamber yang selanjutnya gas bekas tersebut digunakan untuk udara
pembakaran didalamnya yang mampu menghasilkan gas panas lagi dan
digunakan untuk memutar turbin tekanan rendah.
Dari ketiga terakhir siklus turbin gas diatas secara keseluruhan
dimaksudkan untuk menghasilkan sebuah pusat listrik tenaga gas (PLTG)
dengan tingkat efisiensi yang diharapkan lebih tinggi dari turbin gas siklus
terbuka.

12
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari pembahasan pada bab sebelumnya, dapat memberikan kesimpulan


sebagai berikut:

1. Pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) merupakan salah satu dari instansi
pembangkit listrik oleh PLN dengan bahan baku gas alam.
2. PLTG adalah sebuah pembangkit energi listrik yang menggunakan
peralatan/mesin turbin gas sebagai penggerak generatornya.
3. Generator utamanya terdiri dari Turbin gas (Gas Turbine), Kompresor
(Compressor), dan Ruang Bakar (Combustor).
4. PLTG menggunakan prinsip kerja dengan siklus Brayton.
5. Terdapat 4 jenis Turbin yang digunakan pada PLTG, yaitu Turbin Gas
siklus terbuka, Turbin gas siklus tertutup, Turbin gas siklus terbuka
dengan regenerator, serta Turbin gas siklus terbuka dengan intercooler,
regenerator, dan reheater.

4.2 Saran

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat diberikan saran yaitu sebaiknya


PLTG di Indonesia dimanfaatkan sebaik-baiknya dengan melihat konsukuensi
kelebihan dan kekurangan yang ada, sehingga diperkirakan pembangunan
PLTG tidak sia-sia.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Proses Penyampaian Energi Listrik, (online)


(http://dunia-listrik.blogspot.com/2008/12/proses-penyampaian-energi-
listrik.html, diakses 21 Mei 2011)

Google Search. 2004. <="" i=""> (http://www.google.co.id/search?


q=Pembangkit+Listrik+Tenaga+Gas&hl=id&prmd=ivns&tbm=isch&tbo=u&sour
ce=univ&sa=X&ei=uSnXTb_1AcimrAeWxpmCBg&ved=0CFQQsAQ&biw=102
4&bih=509, diakses 21 Mei 2011)

Gunadarma. 2010. Industri Pembangkit Listrik Tenaga Gas, (online)


(http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/10/industri-pembangkit-listrik-tenaga-
gas/, diakses 21 Mei 2011)

Imaduddin. 2008. Distribusi Listrik, (online)


(imadudd1n.wordpress.com/2008/03/distribusi listrik.com, diakses 21 Mei 2008)

Rahmanta, 2011. Pembangkit Llistrik Tenaga Gas, (online)


http://rahmanta13.wordpress.com/2011/05/09/pembangkit-lisitrik-tenaga-gas-pltg/

Wibowo, Tri. 2009. Dampak Pembangkit Listrik yang Salah Makan,(online)


(http://www.triwibowo.com/dahlan-iskan-dampak-pembangkit-listrik-yang-salah-
makan-1

Wikipedia. 2004. Pembangkit Listrik Tenaga Gas, (online)


(http://wiki/eng.wikipedia/pembangkitlistriktenagagas.html, diakses 21 Mei 2011)

14
MAKALAH
“ Pembangkit Listrik Tenaga Gas ( PLTG ) ”

Di Susun Oleh:

Nama Kelompok : 1.

2.

3.

4.

5.

Kelas : X. F

Mata Pelajaran : Fisika

SMA NEGERI JAYALOKA


TAHUN AJARAN 2023/2024

15
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Atas segala nikmat
yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini
sebagaimana mestinya. Penyusun Makalah ini bertujuan untuk menambah
wawasan dan pengetahuan para pembaca tentang beberapa hal yang dibahas
dalam makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini belum terbilang dalam
kata sempurna karena, keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis.

Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai
pihak untuk perbaikan pada pembuatan makalah yang selanjutnya. Akhirnya
penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
terutama bagi penulis.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jayaloka, Oktober 2023

Penulis

16
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... ii

DAFTAR ISI........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ...................................................................................... 1


1.2 Rumusan masalah ................................................................................ 1
1.3 Tujuan .................................................................................................. 1

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Sistem tenaga listrik ............................................................................. 2


2.2 Pembangkit tenaga listrik ..................................................................... 2

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Sejarah Pembangkit Listrik Tenaga Gas ( PLTG ) .............................. 5


3.2 Instansi Dan Kompenen Dari PLTG .................................................... 5
3.3 Gas Alam Untuk Bahan Baku PLTG ................................................... 7
3.4 Proses Kerja Dari PLTG ...................................................................... 9

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan .......................................................................................... 13


4.2 Saran .................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 14

17

Anda mungkin juga menyukai