Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat kemurahan-
Nya laporan ini dapat penulis selesaikan sesuai dengan yang diharapkan. Dalan makalah
ini membahas mengenai analisis aliran daya pada sistem tenaga listrik 150 kV
menggunakan Digsilent. Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak
Adri Senen selaku dosen pengampu Distribusi Daya Listrik yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan bagi penulis dalam melaksanakan dan menyelesaikan laporan
Analisa tugas besar ini. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih
menemui beberapa kesulitan dan hambatan, disamping itu juga menyadari bahwa
penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan, maka dari
itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Semoga
laporan analisis aliran daya pada sistem tenaga listrik 150 kV menggunakan Digsilent ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Jakarta, 24 Juni 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Batasan Masalah 2
1.4 Tujuan Penelitian 2
1.5 Manfaat Penelitian 2
1.6 Sistematika Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN 4
2.1 Sistem Tenaga Listrik 4
2.2 Proses penghasilan listrik hingga sampai ke konsumen 5
2.3 Analisis Aliran Daya 7
2.4 Tegangan Jatuh 8
2.5 Rugi-rugi (Losses) pada Tiap Penyulang 9
BAB IIIANALISA 10
3.1 Analisis System Tenaga Pada Perangkat Digsilent 10
3.2 Drop Voltage 10
3.3Losses 13
3.4 Loading Trafo 14
KESIMPULAN 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada kehidupan kita sehari-hari, kita kerap menggunakan energy listrik tanpa
mengetahui bagaimana proses energi listrik itu sehingga kita bisa menggunakannya
untuk membantu kerja maupun aktifitas kita sehari-hari. Pada dasarnya energi listrik
yang kita gunakan pada kehidupan sehari-hari adalah berasal dari satu pembangkit.
Proses penyaluran energi listrik tersebut itu melalui beberapa tahap yakni
:Pembangkit (PLTA, PLTU, PLTN, PLTD, PLTG dan sebagainya) , Saluran
Transmisi, Gardu Induk, JTM (Jaringan tegangan menengah), Gardu Tiang, JTR
(Jariangan tegangan rendah), SR (Saluran Rumah).
Pertumbuhan penduduk dan peningkatan taraf hidup masyarakat membuat
konsumsi energi listrik kian meningkat. Penambahan beban ini harus diimbangi
dengan peningkatan pelayanan energi listrik, pada jaringan distribusi, pelayanan
penyaluran dinilai dari mutu energi listrik dari pangkal sampai ujung jaringan.
Dengan desain jaringan yang handal tidak hanya dapat menjaga kontinuitas
penyaluran energi listrik suatu jaringan, tapi juga dapat menekan rugi daya dan drop
tegangan penyulang.
Gardu Induk merupakan sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi) tenaga
listrik, atau merupakan satukesatuan dari sistem penyaluran (transmisi). Penyaluran
(transmisi) merupakan sub sistem dari sistemtenaga listrik. Berarti, gardu induk
merupakan sub-sub sistem dari sistem tenaga listrik. Sebagai sub sistem dari sistem
penyaluran (transmisi), gardu induk mempunyai peranan penting,
dalam pengoperasiannya tidak dapat dipisahkan dari
sistem penyaluran (transmisi) secara keseluruhan.
Studi aliran daya merupakan studi yang mengungkapkan kinerja dan aliran daya
(nyata dan reaktif) untuk keadaan tertentu ketika sistem bekerja. Analisis aliran
daya merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui kondisi sistem
dalam keadaan normal, sehingga sangat dibutuhkan dalam perencanaan
sistem untuk masa yang akan datang dan merupakan bahan evaluasi
terhadap sistem yang ada.Studi aliran daya memberikan informasi mengenai beban
saluran transmisi, losses, dan tegangan di setiap lokasi untuk evaluasi kinerja sistem

1
tenaga listrik. Oleh sebab itu studi aliran daya sangat diperlukan dalam perencanaan
serta pengembangan sistem di masa yang akan datang. Untuk menunjang
bertambahnya konsumsi energi listrik harus diimbangi dengan peningkatan kualitas
energi listrik. Caranya dengan melakukan analisis terhadap suatu sistem energi
listrik. Pada sistem tenaga listrik perlu dilakukan beberapa analisis seperti analisis
aliran daya, analisis stabilitas dan analisis hubung singkat. Analisi aliran daya
dilakukan pada sistem tenaga dalam keadaan beroperasi normal untuk keperluan
menentukan besar tegangan dan daya pada tiap busbar.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana aliran daya pada jaringan 150 kV?
2. Bagaimana pengaruh nilai drop voltage, losses pada sistem 150 kV?
3. Bagaimana loading transformator yang ideal untuk sistem 150 kV?

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai tegangan daya aktif, daya reaktif,
losses, loading transformator, dan jatuh tegangan masing-masing busbar pada sistem
150 kV.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini diharapkan berhasil dengan baik dan dapat mencapai
tujuan penelitian secara optimal yakni mengenai evaluasi kinerja sistem tenaga listrik
150 kV kemudian mampu menghasilkan laporan yang sistematis dan bermanfaat
secara umum.

1.5 Sistimatika Penulisan


Sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, dimana tiap bab
diuraikan sebagai berikut: BAB I, membahas tentang latar belakang, permasalahan
penelitian yang meliputi identifikasi masalah, ruang lingkup masalah, tujuan dan
manfaat penulisan serta sistematika penulisan. BAB DUA, mejelaskan dasar teori
mengenai sistem tenaga 150 kV secara teoritis dalam berbagai aspek. BAB TIGA
membahas analisa dari simulasi aliran daya sistem 150 kV dan spesifikasi-spesifikasi

2
data output yang yang diperoleh dari hasil observasi. BAB EMPAT berisikan
kesimpulan dari seluruh analisa.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sistem Tenaga Listrik


Sistem tenaga listrik merupakan sekumpulan pusat listrik dan pusat beban yang
satu sama lain dihubungkan oleh jaringan transmisi dan distribusi sehingga menjadi
sebuah kesatuan interkoneksi. Energi listrik dibangkitkan oleh pusat-pusat listrik
seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, dan PLTP. Kemudian energi listrik disalurkan
melalui transmisi dan didistribusikan ke beban-beban melalui saluran distribusi.
Gambar 2.1 Sistem Tenaga Listrik Sederhana

Pada sistem yang besar, tegangan keluaran generator dinaikkan menjadi tegnagan
transmisi yaitu berupa tegangan tinggi (TT) ataupun tegangan ekstra tinggi (TET)
untuk memperkecil rugi-rugi daya yang terjadi dengan menggunakan transformator
step up. Setelah ebergi listrik disalurkan melalui saluran transmisi maka sampailah
energi listrik ke gardu induk (GI) untuk diturunkan tegangannya menjadi tegangan
menengah (TM) menggunakan transformator step down.
Keluar dari GI maka energi listrik akan disalurkan melalui jaringan distribusi
primer pada level tegnagan menengah, kemudian kembali diturunkan tegangannya
pada gardu distribusi menjadi tegangan rendah dan akhirnya disalurkan melalui
jaringan distribusi sekunder kepada konsumen.

2.2 Proses penghasilan listrik hingga sampai ke konsumen


1. Pembangkit listrik
4
Pembangkit Listrik adalah bagian dari alat industri yang dipakai untuk
memproduksi dan membangkitkan tenaga listrik dari berbagai sumber tenaga
seperti:air, angin,uap,panas dll.pada sisi pembangkirt terdapat sistem mekanis
elektrik yang dapat merubah energi mekanik menjadi energi listrik pada output
pembangkit lisrik di tingkarkan atau dinaikkan berkali kali lipat, sebelum
dikirimkan ke gardu gardu induk menaikkan tegangan listrik tersebut
menggunakan trafo step up. tujuannya adalah agar tidak terjadi loss tegangan saat
di transformasikan.
Contoh pembangkit listrik adalah:
PLTU(PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP),
PLTA(PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR),
PLTGU(PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS DAN UAP),
PLTP(PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI),
PLTD(PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL),
PLTS(PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA),
PLTO(PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA OMBAK),
PLTG(PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS),
PLTSa(PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH),
PLTN(PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR)
PLTPS(PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PASANG SURUT)

2. Saluran Transmisi
Saluran Transmisi Merupakan proses penyaluran tenaga listrik dari tempat
pembangkit tenaga hingga saluran distribusi listrik sehingga dapat disalurkan ke
konsumer pengguna listik.
Pada umumnya saluran transmisi dalam penggunaannya dapat dibagi dua:
a. Saluran udara (overhead lines)
Saluran transmisi yang menyalurkan energi listrik melalui kawat-kawat
yang digantung pada isolator antar menara atau tiang transmisi.
Klasifikasi teganga transmisi listrik dengan saluran udara dibagi menjadi
4, yaitu :
1. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)  dengan orde tegangan
200kV-500kV

5
2. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dengan orde tangangan 30kV-
150kV
3. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) dengan orde tegangan  6kV-
30kV
4. Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) dengan orde tegangan  40V-
1000V

b. Saluran kabel tanah (underground cable)


Saluran transmisi yang menyalurkan energi listrik melalui kabel yang
dipendam didalam tanah.
klasifikasi tegangan transmisi listrik dengan saluran kabel dibagi menjadi
3, yaitu :
1. Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) dengan orde tegangan 30 kV -
150 kV
2. Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) dengan orde tangangan  6 kV-
20 kV
3. Saluran Kabel Tegangan Rendah (SKTR) dengan orde tangangan  40 V-
1000 V

3. Saluran Distribusi

Distribusi tenaga listrik adalah tahap akhir dalam pengiriman tenaga listrik ini


merupakan proses membawa listrik dari sistem transmisi listrik menuju ke
konsumen listrik. Gardu distribusi terhubung ke sistem transmisi dan menurunkan
tegangan transmisinya dengan menggunakan trafo.

Distribusi ini dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1. Distribusi Primer:
Yaitu jaringan distribusi yang berasal dari jaringan transmisi yang diturunkan
tegangannya di Gardu Induk (GI) menjadi Tegangan Menengah (TM) dengan
nominal tegangan 20kV yang biasa disebut JTM (Jaringan Tegangan
Menengah) lalu disalurkan ke lokasi-lokasi pelanggan listrik kemudian di
turunkan tegangannya di trafo pada gardu distribusi untuk disalurkan ke
pelanggan.

6
2. Distribusi Sekunder:
Yaitu jaringan distribusi dari gardu distribusi untuk di salurkan ke pelanggan
dengan klasifikasi tegangan rendah yaitu 220 V atau 380 V (antar fasa).
Pelanggan yang memakai tegangan rendah ini adalah pelanggan paling banyak
karena daya yang dipakai tidak terlalu banyak.

Konsumen rumah tangga maupun komersil biasanya terhubung dengan jaringan


distribusi sekunder melalui sambungan rumah listrik. Konsumen yang
membutuhkan tegangan yang lebih tinggi dapat mengajukan permohonan untuk
langsung terhubung dengan jaringan distribusi primer, atam ke level subtransmisi.

2.3. Analisis Aliran Daya


Dalam analisis aliran daya terdapat empat buah besaran pada masing-masing bus
jaringan yang ditinjau dan memegang peranan yaitu:
a. Daya aktif P (active power).
b. Daya reaktif Q (reactive power).
c. Harga skalar tegangan |V| (magnitude).
d. Sudut fase tegangan θ (angle).
Dua di antara empat besaran yang terdapat pada tiap bus tersebut sudah diketahui,
sedangkan dua besaran lainnya merupakan yang akan dihitung melalui proses iterasi.
Selanjutnya bus-bus dibagi dalam 3 (tiga) klasifikasi sebagai berikut:
1. Bus berayun (swing bus, yang sering juga disebut floating bus, slack bus atau atau
bus referensi, dipilih di antara bus generator atau penyedia daya yang mempunyai
kapasitas tertinggi di antara yang terpasang dalam jaringan yang ditinjau.
2. Bus kontrol tegangan (voltage controlled) atau bus generator, yaitu bus yang
mempunyai nilai tegangan dan daya reaktif tertentu. Tegangan pada bus ini dapat
dikendalikan dengan mengatur daya reaktif yangdisuplai atau diserap bus. Daya
reaktif ini dispesifikasi dalam jangkauan batas minimum dan maksimun tertentu.
Daya aktif dapat diatur untuk menjaga tegangan tertentu kecuali bila batas daya
reaktif yang dispesifikasikan terlampaui. Jika batas ini terlampaui, maka daya
reaktif ditetapkan pada pada batas tersebut dan tegangan akan diberikan pada nilai
yang diperlukan untuk menyelesaikan persamaan aliran daya.
3. Bus beban (load bus), yaitu bus yang mempunyai nilai daya aktif dan daya reaktif
tertentu yang diperoleh berdasarkan pengukuran pada saat tertentu. Nilai tegangan

7
bus beban harus dicari melalui proses iterasi sampai tercapai nilai tertentu yang
konvergen dengan toleransi ketelitian yang diinginkan.

Ketiga klasifikasi tersebut, pada sistem tenaga listrik yang lebih maju, terdapat
bus khusus; yakni device bus. Bus seperti ini dapat dijumpai pada sistem tenaga listrik
yang memiliki peralatan konverter tegangan tinggi DC (HVDC Converters) dan
terintegrasi dengan sistem AC. Slack bus berfungsi untuk menyuplai kekurangan daya
real P dan daya reaktif Q termasuk rugi-rugi daya pada saluran transmisi, karena rugi-
rugi daya ini baru dapat diketahui setelah penyelesaian akhir diperoleh.

2.4 Tegangan Jatuh


Penurunan tegangan (Voltage Drop) adalah beda tegangan yang dihitung dari titik
sumber sampai ke titik yang dihitung (titik beban) sesuai dengan panjang penyulang.
Dalam hal penyaluran tenaga listrik ini media yang digunakan adalah saluran
transmisi dan distribusi. Pada umumnya lokasi pusat listrik ke pusat beban memiliki
jarak yang jauh. Jarak yang jauh ini dapat menyebabkan jatuh tegangan (drop
voltage) ketika tegangan sampai pusat beban. Semakin jauh lokasi pusat beban dari
pusat listrik maka potensi jatuh tegangan listrik juga semakin besar. Oleh karena itu
untuk mengantisipasi terjadinya jatuh tegangan listrik, tegangan keluaran dari pusat
listrik dinaikkan melalui step up transformator, hingga sampai kepada gardu distribusi
pelanggan dengan keadaan tegangan yang layak digunakan.

2.5 Rugi-rugi (Losses) pada Tiap Penyulang


Dalam proses transmisi dan distribusi tenaga listrik seringkali dialami rugi-rugi
daya yang cukup besar yang diakibatkan oleh rugi-rugi pada saluran dan juga rugirugi
pada trafo yang digunakan. Kedua jenis rugi-rugi daya tersebut memberikan pengaruh
yang besar terhadap kualitas daya serta tegangan yang dikirim ke sisi pelanggan. Nilai
tegangan yang melebihi batas toleransi akan dapat menyebabkan tidak optimalnya
kerja dari peralatan listrik di sisi konsumen. Selain itu rugi daya yang besar akan
menimbulkan kerugian finansial di sisi perusahaan pengelola listrik. Berikut
penjelasan mengenai rugirugi yang terjadi pada jaringan distribusi, yaitu rugi-rugi
saluran.

8
BAB III
ANALISA

3.1 Analisis System Tenaga Pada Perangkat Digsilent


Di dalam Sistem Tenaga Listrik ada tiga komponen utama sebagai penyalur tenaga
listrik. Ketiga komponen tersebut adalah :
1. Sumber pembangkit, yang merupakan sumber utama dalam pembangkitan tenaga
listrik.
2. Saluran transmisi, yang merupakan suatu penghantar guna penyaluran tenaga listrik
jarak jauh.
3. Saluran distribusi, yang merupakan ujung jaringan pelayanan terhadap komsumen.

Total susut energi pada jaringan tenaga listrik mencapai 4,99 %.


Losses terbesar pada jaringan 220 V yaitu 2,42 %, pada sistem 20 kV 1,94 %, dan
pada sistem 70 kV 0,63 %.

9
3.2 Drop Voltage

Pada data di atas, kita dapat mengamati penurunan tegangan berdasarkan analisa
berikut ini:
Pada busbar 1, 10,5 KV (Pembangkit), mengalami kenaikan tegangan sebesar 0,996
KV dengan presentase penurunan tegangan sebesar 0 % sehingga tegangan pada
jaringan menjadi 10,5 KV
Pada busbar 2, 150 KV (Jaringan Transmisi), mengalami penurunan tegangan (drop
voltage) sebesar 0,963 KV dengan presentase penurunan tegangan hampir 3,24%
sehingga tegangan pada jaringan menjadi 144,45 KV
Pada busbar 3, 150 KV (Jaringan Transmisi), mengalami penurunan tegangan (drop
voltage) sebesar 0,981 KV dengan presentase penurunan tegangan sebesar 1,65 %
sehingga tegangan pada jaringan menjadi 147,11 KV
Pada busbar 4, 70 KV (Jaringan Transmisi), mengalami penurunan tegangan (drop
voltage) sebesar 0,95 KV dengan presentase penurunan tegangan sebesar 4,13 %
sehingga tegangan pada jaringan menjadi 66,86 KV
Pada busbar 5, 70 KV (Jaringan Transmisi), mengalami penurunan tegangan (drop
voltage) sebesar 0,953 KV dengan presentase penurunan tegangan sebesar 4,08 %
sehingga tegangan pada jaringan menjadi 66,71 KV
Pada busbar 6, 70 KV (Jaringan Transmisi), mengalami penurunan tegangan (drop
voltage) sebesar 0,976 KV dengan presentase penurunan tegangan sebesar 2,18 %
sehingga tegangan pada jaringan menjadi 68,30 KV

10
Pada busbar 7, 70 KV (Jaringan Transmisi), mengalami penurunan tegangan (drop
voltage) sebesar 0,976 KV dengan presentase penurunan tegangan sebesar 2,06 %
sehingga tegangan pada jaringan menjadi 68,32 KV

Pada busbar 8, 20 KV (Jaringan Distribusi Primer), mengalami penurunan tegangan


(drop voltage) sebesar 0,948 KV presentase hampir sebesar 5,61 % sehingga tegangan
pada jaringan menjadi 18,95 KV
Pada busbar 9, 20 KV (Jaringan distribusi primer), mengalami penurunan tegangan
(drop voltage) sebesar 0,933 KV dengan presentase penurunan tegangan hampir
sebesar 6,64 % sehingga tegangan pada jaringan menjadi 18,64 KV
Pada busbar 10, 20 KV (Jaringan Distribusi Primer), mengalami penurunan
tegangan (drop voltage) sebesar 0,916 KV dengan presentase penurunan tegangan
hampir sebesar 7,55 % sehingga tegangan pada jaringan menjadi 19,45 KV
Pada busbar 11, 20 KV (Jaringan Distribusi Primer), mengalami penurunan
tegangan (drop voltage) dengan presentase penurunan tegangan hampir sebesar 4,19
% sehingga tegangan pada jaringan menjadi 19,14 KV
Pada busbar 12, 20 KV (Jaringan Distribusi Primer), mengalami penurunan
tegangan (drop voltage) sebesar 0,972 KV dengan presentase penurunan tegangan
sebesar 2,34 % sehingga tegangan pada jaringan menjadi 19,45 KV
Pada busbar 13, 20 KV (Jaringan Distribusi Primer), mengalami penurunan
tegangan (drop voltage) sebesar 0,962 KV dengan presentase penurunan tegangan
hampir sebesar 3,28 % sehingga tegangan pada jaringan menjadi 19,24 KV
Pada busbar 14, 220 V (Jaringan Distribusi Skunder), mengalami penurunan
tegangan (drop voltage) sebesar 0,948 KV dengan presentase penurunan tegangan
hampir sebesar 5,61 % sehingga tegangan pada jaringan menjadi 0,21 KV
Pada busbar 15, 220 V (Jaringan Distribusi Skunder), mengalami penurunan
tegangan sebesar 0,948 KV dengan presentase penurunan tegangan hampir sebesar
5,61 % sehingga tegangan pada jaringan menjadi 0,21 KV

Analisa:
Drop voltage terbesar pada bus 10 yang bertegangan 20 kV dimana drop voltage
-7,55 yang masih dalam keadaan standar PLN karena belum melebihi setandar yang
telah ditentukan yaitu - 10% dari tegangan nominalnya.
Drop tegangan sangat dipengaruhi oleh panjang penghantar serta nilai impedasi
dimana nilai tersebut dipengaruhi oleh nilai resistansi dan nilai reaktansi saluran,
semakin besar nilai reaktansi dan nilai resistansi maka drop tegangan akan semakin
besar. Semakin panjang jaringan dan semakin banyak jumlah sambungan rumah yang
tersambung pada sebuah sambungan layanan pelanggan maka akan berkolerasi dengan
besarnya drop tegangan baik dibuktikan secara langsung dengan pengukuran langsung
pada konsumen.
Ketika faktor daya bernilai rendah , tegangan drop akan menjadi besar , sehingga
nilai tegangan diujung penerima menjadi kecil bila dibandingkan dengan Tegangan
diujung pengirim. Dan akan semakin besr selisihnya apabila dibandingkan dengan

11
nilai tegangan disii pengirim ketika pada kondisi tanpa beban, dimana arus tidak ada
yang mengalir.

Voltage Regulasi (VR) = ( VNL-No Load - VFL-Full Load ) / VFL-Full Load

Dari persaman Voltage Regulasi diatas, dengan rendahnya faktor daya , maka
voltage drop akan semakin besar dan akan menyebabkan Voltage Regulsai menjadi
tinggi.

Usaha Memperbaiki Tegangan:


Dalam sistem pengusahaan tenaga listrik, berbagai upaya dilakukan untuk
memperkecil nilai jatuh tegangan dan rugi-rugi daya yang terjadi pada saluran 16
distribusi. Hal tersebut dilakukan karena jatuh tegangan selain merugikan perusahaan,
juga merugikan pihak pelanggan sebagai pengguna jasa listrik yang selalu menuntut
jasa layanan dengan kualitas yang baik. Beberapa langkah upaya yang harus dilakukan
untuk memperkecil jatuh tegangan dan rugi daya adalah :
1. Penyeimbangan Beban
Pengaruh beban yang tidak seimbang pada masing-masing fase sangat besar, karena
untuk kondisi tersebut pada hantaran netral mengalir arus yang nilainya tidak terukur
dan sangat merugikan pengusahaan. Pada fase yang berbeban berat, nilai jatuh
tegangan akan lebih besar dibandingkan dengan fasa yang berbeban ringan. Untuk
memperkecil nilai rugi tersebut selalu di upayakan langkah-langkah pengukuran beban
secara realtime, terutama pada saat beban puncak, untuk pelaksanaan daerah
pemerataan beban.
Dengan keseimbangan beban maka dapat dihasilkan:
1. Arus pada setiap phasa akan mendekati harga yang sama.
2. Susut tegangan masing-masing fase akan mendekati sama.
2. Memperbesar Tegangan Kirim
Untuk nilai impedans saluran yang tetap, maka memperbesar tegangan pengirim
akan memberikan dampak kepada ujung tegangan penerima menjadi lebih besar,
sehingga regulasi tegangan menjadi lebih baik.
3. Memperbesar Penampang Hantaran
Ukuran penampang hantaran berpengaruh terhadap besar kecilnya nilai jatuh
tegangan maupun rugi daya yang terjadi. Oleh karena itu dalam perencanaan saluran

12
distribusi harus diperhitungkan besar-kecilnya penampang hantaran yang akan
dipasang, dan harus disesuaikan dengan pembebanan program jangka panjang.
Memperbesar penampang penghantar saluran berarti mengurangi besarnya nilai
impedans saluran tersebut. Sehingga untuk beban yang sama pada masing-masing
fase, nilai susut tegangannya akan menjadi semakin kecil.

3.3 Losses

Analisa:
Faktor yang diduga sebagai penyebab losses tersebut antara lain:
1. Adanya kerusakan jaringan distribusi. Energi listrik yang dikirimkan dari gardu
induk tidak akan sampai ke pelanggan karena dalam pendistribusiannya terjadi
kerusakan jaringan, sehingga daya listrik tersebut akan berubah menjadi energi
panas.
2. Sambungan layanan terhadap pelanggan yang tidak sesuai standart. Makah al
tersebut berkolerasi dengan semakin banyak jumlah tarikan sambungan rumah
pada sambungan layanan pelanggan, maka semakin besar pula losses (susut daya)
yang dihasilkan.

13
Losses pada sambungan layanan pelanggan 220 V lebih besar dari losses sambungan
layanan pelanggan 20 kV karena arus rata-rata konsumen pada pelanggan 220 V lebih
besar.

3.4 Loading Trafo

14
Analisa :

15
BAB III
KESIMPULAN

Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari simulasi aliran daya menggunakan
perangkat digsilent adalah sebagai berikut:

1. Penyebab utama yang menyebabkan terjadinya jatuh tegangan pada penyulang indrapuri
yaitu disebabkan oleh pajang saluran serta penghantar yang dipakai mempunyai
tahanan.
2. Total susut energi pada jaringan tenaga listrik mencapai 4,99 %.
3. Losses terbesar pada jaringan 220 V yaitu 2,42 %, pada sistem 20 kV 1,94 %, dan pada
sistem 70 kV 0,63 %.
4. .

16

Anda mungkin juga menyukai