Puji syukur senantiasa kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat kemurahan-
Nya laporan ini dapat penulis selesaikan sesuai dengan yang diharapkan. Dalan makalah
ini membahas mengenai analisis aliran daya pada sistem tenaga listrik 150 kV
menggunakan Digsilent. Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak
Adri Senen selaku dosen pengampu Distribusi Daya Listrik yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan bagi penulis dalam melaksanakan dan menyelesaikan laporan
Analisa tugas besar ini. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih
menemui beberapa kesulitan dan hambatan, disamping itu juga menyadari bahwa
penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan, maka dari
itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Semoga
laporan analisis aliran daya pada sistem tenaga listrik 150 kV menggunakan Digsilent ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Batasan Masalah 2
1.4 Tujuan Penelitian 2
1.5 Manfaat Penelitian 2
1.6 Sistematika Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN 4
2.1 Sistem Tenaga Listrik 4
2.2 Proses penghasilan listrik hingga sampai ke konsumen 5
2.3 Analisis Aliran Daya 7
2.4 Tegangan Jatuh 8
2.5 Rugi-rugi (Losses) pada Tiap Penyulang 9
BAB IIIANALISA 10
3.1 Analisis System Tenaga Pada Perangkat Digsilent 10
3.2 Drop Voltage 10
3.3Losses 13
3.4 Loading Trafo 14
KESIMPULAN 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
tenaga listrik. Oleh sebab itu studi aliran daya sangat diperlukan dalam perencanaan
serta pengembangan sistem di masa yang akan datang. Untuk menunjang
bertambahnya konsumsi energi listrik harus diimbangi dengan peningkatan kualitas
energi listrik. Caranya dengan melakukan analisis terhadap suatu sistem energi
listrik. Pada sistem tenaga listrik perlu dilakukan beberapa analisis seperti analisis
aliran daya, analisis stabilitas dan analisis hubung singkat. Analisi aliran daya
dilakukan pada sistem tenaga dalam keadaan beroperasi normal untuk keperluan
menentukan besar tegangan dan daya pada tiap busbar.
2
data output yang yang diperoleh dari hasil observasi. BAB EMPAT berisikan
kesimpulan dari seluruh analisa.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Pada sistem yang besar, tegangan keluaran generator dinaikkan menjadi tegnagan
transmisi yaitu berupa tegangan tinggi (TT) ataupun tegangan ekstra tinggi (TET)
untuk memperkecil rugi-rugi daya yang terjadi dengan menggunakan transformator
step up. Setelah ebergi listrik disalurkan melalui saluran transmisi maka sampailah
energi listrik ke gardu induk (GI) untuk diturunkan tegangannya menjadi tegangan
menengah (TM) menggunakan transformator step down.
Keluar dari GI maka energi listrik akan disalurkan melalui jaringan distribusi
primer pada level tegnagan menengah, kemudian kembali diturunkan tegangannya
pada gardu distribusi menjadi tegangan rendah dan akhirnya disalurkan melalui
jaringan distribusi sekunder kepada konsumen.
2. Saluran Transmisi
Saluran Transmisi Merupakan proses penyaluran tenaga listrik dari tempat
pembangkit tenaga hingga saluran distribusi listrik sehingga dapat disalurkan ke
konsumer pengguna listik.
Pada umumnya saluran transmisi dalam penggunaannya dapat dibagi dua:
a. Saluran udara (overhead lines)
Saluran transmisi yang menyalurkan energi listrik melalui kawat-kawat
yang digantung pada isolator antar menara atau tiang transmisi.
Klasifikasi teganga transmisi listrik dengan saluran udara dibagi menjadi
4, yaitu :
1. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) dengan orde tegangan
200kV-500kV
5
2. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dengan orde tangangan 30kV-
150kV
3. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) dengan orde tegangan 6kV-
30kV
4. Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) dengan orde tegangan 40V-
1000V
3. Saluran Distribusi
1. Distribusi Primer:
Yaitu jaringan distribusi yang berasal dari jaringan transmisi yang diturunkan
tegangannya di Gardu Induk (GI) menjadi Tegangan Menengah (TM) dengan
nominal tegangan 20kV yang biasa disebut JTM (Jaringan Tegangan
Menengah) lalu disalurkan ke lokasi-lokasi pelanggan listrik kemudian di
turunkan tegangannya di trafo pada gardu distribusi untuk disalurkan ke
pelanggan.
6
2. Distribusi Sekunder:
Yaitu jaringan distribusi dari gardu distribusi untuk di salurkan ke pelanggan
dengan klasifikasi tegangan rendah yaitu 220 V atau 380 V (antar fasa).
Pelanggan yang memakai tegangan rendah ini adalah pelanggan paling banyak
karena daya yang dipakai tidak terlalu banyak.
7
bus beban harus dicari melalui proses iterasi sampai tercapai nilai tertentu yang
konvergen dengan toleransi ketelitian yang diinginkan.
Ketiga klasifikasi tersebut, pada sistem tenaga listrik yang lebih maju, terdapat
bus khusus; yakni device bus. Bus seperti ini dapat dijumpai pada sistem tenaga listrik
yang memiliki peralatan konverter tegangan tinggi DC (HVDC Converters) dan
terintegrasi dengan sistem AC. Slack bus berfungsi untuk menyuplai kekurangan daya
real P dan daya reaktif Q termasuk rugi-rugi daya pada saluran transmisi, karena rugi-
rugi daya ini baru dapat diketahui setelah penyelesaian akhir diperoleh.
8
BAB III
ANALISA
9
3.2 Drop Voltage
Pada data di atas, kita dapat mengamati penurunan tegangan berdasarkan analisa
berikut ini:
Pada busbar 1, 10,5 KV (Pembangkit), mengalami kenaikan tegangan sebesar 0,996
KV dengan presentase penurunan tegangan sebesar 0 % sehingga tegangan pada
jaringan menjadi 10,5 KV
Pada busbar 2, 150 KV (Jaringan Transmisi), mengalami penurunan tegangan (drop
voltage) sebesar 0,963 KV dengan presentase penurunan tegangan hampir 3,24%
sehingga tegangan pada jaringan menjadi 144,45 KV
Pada busbar 3, 150 KV (Jaringan Transmisi), mengalami penurunan tegangan (drop
voltage) sebesar 0,981 KV dengan presentase penurunan tegangan sebesar 1,65 %
sehingga tegangan pada jaringan menjadi 147,11 KV
Pada busbar 4, 70 KV (Jaringan Transmisi), mengalami penurunan tegangan (drop
voltage) sebesar 0,95 KV dengan presentase penurunan tegangan sebesar 4,13 %
sehingga tegangan pada jaringan menjadi 66,86 KV
Pada busbar 5, 70 KV (Jaringan Transmisi), mengalami penurunan tegangan (drop
voltage) sebesar 0,953 KV dengan presentase penurunan tegangan sebesar 4,08 %
sehingga tegangan pada jaringan menjadi 66,71 KV
Pada busbar 6, 70 KV (Jaringan Transmisi), mengalami penurunan tegangan (drop
voltage) sebesar 0,976 KV dengan presentase penurunan tegangan sebesar 2,18 %
sehingga tegangan pada jaringan menjadi 68,30 KV
10
Pada busbar 7, 70 KV (Jaringan Transmisi), mengalami penurunan tegangan (drop
voltage) sebesar 0,976 KV dengan presentase penurunan tegangan sebesar 2,06 %
sehingga tegangan pada jaringan menjadi 68,32 KV
Analisa:
Drop voltage terbesar pada bus 10 yang bertegangan 20 kV dimana drop voltage
-7,55 yang masih dalam keadaan standar PLN karena belum melebihi setandar yang
telah ditentukan yaitu - 10% dari tegangan nominalnya.
Drop tegangan sangat dipengaruhi oleh panjang penghantar serta nilai impedasi
dimana nilai tersebut dipengaruhi oleh nilai resistansi dan nilai reaktansi saluran,
semakin besar nilai reaktansi dan nilai resistansi maka drop tegangan akan semakin
besar. Semakin panjang jaringan dan semakin banyak jumlah sambungan rumah yang
tersambung pada sebuah sambungan layanan pelanggan maka akan berkolerasi dengan
besarnya drop tegangan baik dibuktikan secara langsung dengan pengukuran langsung
pada konsumen.
Ketika faktor daya bernilai rendah , tegangan drop akan menjadi besar , sehingga
nilai tegangan diujung penerima menjadi kecil bila dibandingkan dengan Tegangan
diujung pengirim. Dan akan semakin besr selisihnya apabila dibandingkan dengan
11
nilai tegangan disii pengirim ketika pada kondisi tanpa beban, dimana arus tidak ada
yang mengalir.
Dari persaman Voltage Regulasi diatas, dengan rendahnya faktor daya , maka
voltage drop akan semakin besar dan akan menyebabkan Voltage Regulsai menjadi
tinggi.
12
distribusi harus diperhitungkan besar-kecilnya penampang hantaran yang akan
dipasang, dan harus disesuaikan dengan pembebanan program jangka panjang.
Memperbesar penampang penghantar saluran berarti mengurangi besarnya nilai
impedans saluran tersebut. Sehingga untuk beban yang sama pada masing-masing
fase, nilai susut tegangannya akan menjadi semakin kecil.
3.3 Losses
Analisa:
Faktor yang diduga sebagai penyebab losses tersebut antara lain:
1. Adanya kerusakan jaringan distribusi. Energi listrik yang dikirimkan dari gardu
induk tidak akan sampai ke pelanggan karena dalam pendistribusiannya terjadi
kerusakan jaringan, sehingga daya listrik tersebut akan berubah menjadi energi
panas.
2. Sambungan layanan terhadap pelanggan yang tidak sesuai standart. Makah al
tersebut berkolerasi dengan semakin banyak jumlah tarikan sambungan rumah
pada sambungan layanan pelanggan, maka semakin besar pula losses (susut daya)
yang dihasilkan.
13
Losses pada sambungan layanan pelanggan 220 V lebih besar dari losses sambungan
layanan pelanggan 20 kV karena arus rata-rata konsumen pada pelanggan 220 V lebih
besar.
14
Analisa :
15
BAB III
KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari simulasi aliran daya menggunakan
perangkat digsilent adalah sebagai berikut:
1. Penyebab utama yang menyebabkan terjadinya jatuh tegangan pada penyulang indrapuri
yaitu disebabkan oleh pajang saluran serta penghantar yang dipakai mempunyai
tahanan.
2. Total susut energi pada jaringan tenaga listrik mencapai 4,99 %.
3. Losses terbesar pada jaringan 220 V yaitu 2,42 %, pada sistem 20 kV 1,94 %, dan pada
sistem 70 kV 0,63 %.
4. .
16