Anda di halaman 1dari 49

BAB I

SISTEM TENAGA LISTRIK


Sistem tenaga listrik adalah rangkaian proses pembangkitan energi listrik
dan penyalurannya maupun distribusinya hingga sampai ke pelanggan selaku
pengguna tenaga listrik, dimana satu dengan lainnya saling berhubungan sehingga
dapat menghasilkan tenaga listrik yang dibutuhkan.
Sistem tenaga listrik terdiri dari empat unsur, yaitu pembangkit, transmisi,
distribusi, dan pemakaian tenaga listrik (beban). Energi listrik dibangkitkan di
pusat tenaga listrik (seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTN, PLTD) dan disalurkan
melalui jarak yang cukup jauh ke pusat-pusat pemakaian tenaga listrik.
Dikarenakan jarak antara pusat pembangkit dengan beban jauh, maka kerugian
dapat timbul pada saluaran transmisi. Untuk mengurangi kerugian-kerugian dalam
sistem tenaga listrik, maka tegangan yang keluar dari pembangkit dinaikkan
menjadi tegangan tinggi atau tegangan ekstra tinggi (tegangan transmisi).
Tegangan generator biasanya berupa tegangan menengah (TM). Di gardu induk
(GI) penaik tegangan melalui transformator tegangan dinaikkan menjadi tegangan
tinggi (TT) atau tegangan ekstra tinggi (TET) untuk disalurkan ke transmisi.
Tegangan transmisi yang masih digunakan di Indonesia adalah 70 kV dan 150 kV.
Sedangkan untuk tegangan menengah 20 kV digunakan pada jaringan distribusi.
prinsip kerja dalam sistem tenaga listrik dimulai dari bagian pembangkitan,
kemudian disalurkan melalui sistem jaringan transmisi kepada gardu induk dan
dari gardu induk disalurkan serta dibagi-bagi kepada pelanggan melalui saluran
distribusi.
Suatu sistem tenaga listrik pada umumnya terbagi menjadi 3 bagian yaitu :
1. Pembangkitan
2. Transmisi
3. Distribusi

Gambar 1. Sistem tenaga listrik

Gambar 2. Skema Sistem tenaga listrik

1. SISTEM PEMBANGKITAN
Sistem Pembangkitan Tenaga Listrik berfungsi membangkitkan energi listrik
melalui berbagai macam pembangkit tenaga listrik (PLTA, PLTU, PLTD, PLTP,
PLTG, PLTS, PLTN, PLTBiomassa, PLTMH, dsb). Pada Pembangkit Tenaga
Listrik ini sumber-sumber energi alam fosil atau terbarukan dirubah oleh
penggerak mula menjadi energi mekanis yang berupa kecepatan atau putaran,
selanjutnya energi mekanis tersbut di rubah menjadi energi listrik oleh generator.
Proses perubahan energi primer menjadi listrik pada pembangkit adalah sebagai
berikut :
1) Pada PLTU : Bahan bakar yang berasal dari fossil : batubara, minyak
bumi, gas alam, dipakai sebagai bahan bakar untuk memanaskan air dan
menghasilkan uap untuk menggerakkan turbin uap.
2) Pada PLTD atau PLTG : Bahan bakar minyak atau gas alam dipakai untuk
menggerakkan mesin diesel atau turbin gas.
3) Pada PLTN : bahan galian uranium atau thorium, menghasilkan reaksi
yang mengeluarkan panas dan memproduksi uap air untuk memutar turbin
uap.
4) Pada PLTA : energi potensial air diubah menjadi energi kinetic dan
selanjutnya energi mekanik memutar turbin air.
5) Pada PLTB (Bayu) : Tenaga angin dipakai untuk memutar turbin.
6) Pada PLTS (Surya) : Sinar matahari pada sel fotovoltaik menghasilkan
arus listrik.

2. SISTEM TRANSMISI

Sistem Transmisi berfungsi menyalurkan tenaga listrik dari pusat pembangkit


ke pusat beban melalui saluran transmisi. Agar rugi-rugi energi listrik (losses)
berkurang, maka energi listrik tersebut ditransmisikan dengan saluran
transmisi tegangan tinggi(150 kV) maupun tegangan ekstra tinggi(500 kV).
Untuk itu sebelum ditransmisikan, tegangan listrik terlebih dahulu dinaikkan
pada trafo penaik tegangan (step-up transformer). Saluran transmisi tegangan
tinggi di PLN kebanyakan mempunyai tegangan 66 kV, 150 kV dan 500 kV
(SUTET). Saluran transmisi ada yang berupa saluran udara dan ada yang berupa
kabel tanah, atau kabel laut. Misalnya yang menghubungkan pulau Jawa dan
Madura, serta antara pulau Jawa dan Bali adalah kabel laut 150 kV.
3. SISTEM DISTRIBUSI
Sistem Distribusi berfungsi mendistribusikan tenaga listrik ke konsumen yang
berupa pabrik, industri, perumahan dan sebagainya. Transmisi tenaga dengan
tengangan tinggi maupun tegangan ekstra tinggi pada saluran transmisi dirubah
pada gardu induk menjadi tegangan menengah atau tegangan distribusi primer,
yang selanjutnya tegangannya diturunkan lagi menjadi tegangan untuk konsumen.
Tegangan distribusi primer yang dipakai PLN adalah 20 kV. Sedangkan
tegangan rendah adalah 380/220 V. Jaringan antara pusat listrik dengan GI disebut
jaringan transmisi. Sedangkan setelah keluar dari GI biasa disebut jaringan
distribusi,. Listrik yang disalurkan melalui jaringan distribusi primer maka
kemudian tenaga listrik diturunkan tegangannya dalam gardu-gardu distribusi
menjadi tegangan rendah 380/220 Volt , kemudian disalurkan ke rumah-rumah
pelanggan (konsumen) PLN melalui sambungan rumah.
Namun untuk Pelanggan-pelanggan dengan daya besar seperti pabrik-pabrik,
listrik tidak disalurkan lewat jaringan tegangan rendah, melainkan disambung
langsung pada jaringan tegangan menengah, bahkan ada pula yang disambung
pada jaringan transmisi tegangan tinggi, untuk daya yang lebih besar
Persoalan-persoalan yang muncul pada sistem tenaga listrik meliputi antara
lain: aliran daya, operasi ekonomik (economic load dispatch), gangguan
hubungan singkat, kestabilan sistem, pengaturan daya aktif dan frekuensi,
pelepasan beban, pengetanahan netral sistem, pengaman sistem arus lebih,
tegangan lebih, keandalan dan interkoneksi sistem tenaga.\
4. PERANCANGAN DAN PERENCANAAN SISTEM TENAGA LISTRIK
Perancangan adalah proses atau cara membuat rancangan, dalam hal ini kalau
diterapkan pada sistem tenaga listrik akan melibatkan masalah bagaimana
merancang pembangkit, saluran transmisi dan distribusi tenaga listrik yang
disesuaikan dengan kebutuhan masa datang, 5-10 tahun untuk jangka menengah

dan 25-30 tahun untuk jangka panjang. Perencanaan adalah menyangkut masalah
pembuatan rencana, yang melibatkan masalah perencanaan pengoperasian,
perbaikan dan perluasan pada sistem tenaga listrik, sehingga diperlukan:
Analisis Aliran Beban Sistem Tenaga Listrik dimaksudkan untuk
penyempurnaan operasi sistem tenaga listrik baik pada saat dianalisis ataupun
masa yang akan datang yang menyangkut masalah operasi jaringan atau jatuh
tegangan pada jaringan yang harus dipertahankan konstan, perluasan sistem
berupa lokasi beban baru atau lokasi pembangkit baru, kondisi sistem masa yang
akan datang karena pertumbuhan beban yang pesat maupun interkoneksi sistem
tenaga listrik untuk mengantisipasi pertumbuhan beban yang begitu cepat.
Analisis Gangguan Sistem tenaga Listrik berfungsi untuk memberikan
informasi dalam menjawab masalah pengaman sistem tenaga listrik, koordinasi
isolasi sistem tenaga listrik serta koordinasi rele dan pemutus tenaga dalam
mengisolasi bagian atau peralatan yang terganggu. Gangguan yang dimaksud
adalah gangguan parallel (shunt) berupa gangguan simetris dan tidak simetris,
gangguan seri berupa satu fasa dan dua fasa putus, gangguan simultan berupa
gabungan gangguan shunt pada suatu tempat dan tempat yang lain atau gangguan
seri yang merupakan kombinasi gangguan diatas.
Analisis Stabilitas Sistem Tenaga Listrik menyangkut masalah kemampuan
sistem untuk tetap sinkron selama terjadi gangguan misalnya karena jatuhnya
suatu pembangkit tenaga, stabilitas penambahan beban baru, pemasangan motor
besar yang telah ada, penambahan unit pembangkit baru dan keperluan pengaturan
beban puncak.

BAB II

SISTEM DISTRIBUSI DAN GARDU DISTRIBUSI


A. SISTEM DISTRIBUSI
Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem
distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik
besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen.
Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah:
1. pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan
2. merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan
pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani
langsung melalui jaringan distribusi.
Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik besar dengan tegangan
dari 11 kV sampa 24 kV dinaikan tegangannya oleh gardu induk dengan
transformator penaik tegangan menjadi 70 kV ,154kV, 220kV atau 500kV
kemudian disalurkan melalui saluran transmisi. Tujuan menaikkan tegangan ialah
untuk memperkecil kerugian daya listrik pada saluran transmisi, dimana dalam hal
ini kerugian dayaadalah sebanding dengan kuadrat arus yang mengalir (I kwadrat
R). Dengan daya yang sama bila nilai tegangannya diperbesar, maka arus yang
mengalir semakin kecil sehingga kerugian daya juga akan kecil pula.
Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan lagi menjadi 20 kV dengan
transformator penurun tegangan pada gardu induk distribusi, kemudian dengan
sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan oleh saluran
distribusi primer. Dari saluran distribusi primer inilah gardu-gardu
distribusi mengambil tegangan untuk diturunkan tegangannya dengan trafo
distribusi menjadi sistem tegangan rendah, yaitu 220/380 Volt. Selanjutnya
disalurkan oleh saluran distribusi sekunder ke konsumen-konsumen. Dengan ini
jelas bahwa sistem distribusi merupakan bagian yang penting dalam sistem tenaga
listrik secara keseluruhan.
Sebagaimana diketahui, pada sistem distribusi terdapat dua bagian: Yaitu
distribusi primer, yang mempergunakan tegangan menengah, dan distribusi
sekunder, yang mempergunakan tegangan rendah.
1. Sistem Distribusi Primer
Pada distribusi primer terdapat tiga jenis konfigurasi dasar, yaitu: SISTEM
RADIAL, SISTEM LUP (LOOP), dan SISTEM SPINDEL

1.1 Sistem Radial

Sistem Radial adalah yang paling sederhana dan paling banyak dipakai, terdiri
atas fider ( feeders ) atau penyulang yang merupakan rangkaian tersendiri yang
seolah-olah keluar dari suatu sumber atau wilayah tertentu secara radial. Fider itu
dapat juga dianggap sebagai terdiri atas suatu bagian utama dari mana saluran
samping atau lateral lain bersumber dan dihubungkan dengan transformator
distribusi sebagaimana terlihat pada gambar 3

Gambar 3. Skema saluran sistem radial


Saluran samping sering disambung pada fider dengan sekring ( fuse). Dengan
demikian maka gangguan pada saluran samping tidak akan mengganggu seluruh
fider. Bilamana sekring ini tidak bekerja atau terdapat gangguan pada fider,
proteksi pada saklar daya di Gardu Induk akan bekerja, dan seluruh fider akan
kehilangan energi. Pemasokan pada Rumah Sakit atau pemakai vital lain tidak
boleh mengalami gangguan yang berlangsung lama, Dalam hal demikian, satu
fider tambahan disediakan, yang menyediakan suatu sumber penyedia energi
alternatif. Hal ini dilakukan dengan suatu saklar pindah, saklar pindah itu dapat
juga bekerja secara otomatik.
Bila tegangan pada saluran operasional hilang, saklar dengan sendirinya akan
memindahkan sambungan pada saluran alternative.
Kelebihan :
Bentuknya sederhana.
Biaya investasinya relatip murah
Kelemahan :
Kualitas pelayanan dayanya relatip jelek, karena rugi tegangan dan rugi
daya yang terjadi pada saluran relatip besar.

Kontinyuitas pelayanan daya tidak terjamin, sebab antara titik sumber dan
titik beban hanya ada satu alternatif saluran sehingga bila saluran tersebut
mengalami gangguan, maka seluruh rangkaian sesudah titik gangguan
akan mengalami black out secara total.
Untuk melokalisir gangguan, pada bentuk radial ini biasanya diperlengkapi
dengan peralatan pengaman berupa fuse, sectionaliser, recloser, atau alat pemutus
beban lainnya, tetapi fungsinya hanya membatasi daerah yang mengalami
pemadaman total, yaitu daerah saluran sesudah/dibelakang titik gangguan, selama
gangguan belum teratasi. Jadi, misalkan gangguan terjadi di titik F, maka daerah
beban K, L dan M akan mengalami pemadaman total. Jaringan distribusi radial ini
memiliki beberapa bentuk modifikasi, antara lain: Radial tipe pohon, Radial
dengan tie dan switch pemisah, Radial dengan pusat beban, Radial dengan
pembagian phase area.
1.2 Sistem Lup
Suatu cara lain guna mengurangi lama interupsi daya yang disebabkan
gangguan adalah dengan merancang fider sebagai LUP (loop ) dengan
menyambung kedua ujung saluran. Hal ini mengakibatkan bahwa suatu pemakai
dapat memperoleh pasokan energi dari dua arah. Bilamana pasokan dari salah satu
arah terganggu, pemakai itu akan disambung pada pasokan arah lainnya.
Kapasitas cadangan yang cukup besar harus tersedia pada tiap fider. Sistem Lup
dapat dioperasikan secara terbuka, ataupun secara tertutup.
Pada system lup terbuka, bagian-bagian fider tersambung melalui alat pemisah
( disconnectors), dan kedua ujung fider tersambung pada sumber energi. Pada
suatu tempat tertentu, pada fider, alat pemisah sengaja dibiarkan dalam keadaan
terbuka. Pada asalnya, system ini terdiri atas dua fider yang dipisahkan oleh suatu
pemisah, yang dapat berupa sekring, alat pemisah, saklar daya. (Gambar 4). Bila
terjadi gangguan, bagian saluran dari fider yang terganggu dapat dilepas dan
menyambungnya pada fider yang tidak terganggu. Sistem demikian biasanya
dioperasikan secara manual dan dipakai pada jaringan jaringan yang relatif kecil.

Gambar 4. Sistem Lup terbuka


Pada sistem Lup tertutup (gambar.5 ) diperoleh suatu tingkat keandalan yang
lebih tinggi. Pada sistem ini alat alat pemisah biasanya berupa saklar daya yang
lebih mahal. Saklar saklar daya itu digerakkan oleh relai yang membuka saklar
daya pada tiap ujung dari bagian saluran yang terganggu, sehingga bagian fider
yang tersisa tetap berada dalam keadaan berenergi. Pengoperasian relai yang baik
diperoleh dengan mempergunakan kawat pilot yang menghubungkan semua
saklar daya. Kawat pilot ini cukup mahal untuk dipasang dan dioperasikan.
Kadang-kadang rangkaian telepon yang disewa dapat dipakai sebagai pengganti
kawat pilot.

Gambar 5. Sistem Lup tertutup

1.3 Sistem Spindel


Terutama di kota yang besar, terdapat suatu jenis gardu tertentu, yang tidak
terdapat transformator daya. Gardu demikian dinamakan Gardu Hubung ( GH ).
GH pada umumnya menghubungkan dua atau lebih bagian jaringan primer kota
itu. Dapat pula terjadi bahwa pada suatu GH terdapat sebuah transformator
pengatur tegangan. Karena besar kota itu, kabel-kabel tegangan menengah ( TM)
mengalami terlampau banyak turun tegangan. Tegangan yang agak rendah ini
dinaikkan kembali dengan bantuan transformator pengatur tegangan. Dapat juga
terjadi bahwa pada GH, ditumpangi atau dititipi sebuah Gardu Distribusi ( GD).
Gambar 6. merupakan skema prinsip dari sistem Spindel.
Gambar 6

Spindel ini menghubungkan rel dari satu GI ( atau GH ) dengan rel dari GI
(atau GH) lain. Keistimewaannya adalah bahwa selain kabel-kabel, atau fider,
yang mengisi beberapa buah GD, terdapat satu kabel ( Kabel A pada gambar 6),
yang tidak mendapat beban GD. Kabel A ini selalu menghubungi rel kedua GI
( atau GH ) itu. Sedangkan kabel-kabel B memperoleh pengisian hanya dari salah
satu GI ( atau GH ). Bilamana salah satu kabel B atau salah satu GD terganggu,
maka pengisian dapat diatur sedemikian rupa, dari sisi I dan/atau sisi II hingga
dapat dihindari terjadinya suatu pemadaman, ataupun pemadaman terjadi secara
minimal.
Sistem ini banyak dipakai di Jakarta dan kota kota besar lainnya di Indonesia.
Sistem ini memberi keandalan operasi yang cukup tinggi dengan investasi
9

tambahan berupa kabel A yang relatif rendah. Bilamana kabel A terganggu maka
saklar S akan bekerja, dan sistem spindle ini sementara akan bekerja sebagai suatu
sistem biasa.
1.4 Sistem Jaring-Jaring (NET)
Merupakan gabungan dari beberapa saluran mesh, dimana terdapat lebih dari
satu sumber sehingga berbentuk saluran interkoneksi. Jaringan ini berbentuk
jaring-jaring, kombinasi antara radial dan loop. Titik beban memiliki lebih banyak
alternatip saluran/penyulang, sehingga bila salah satu penyulang terganggu,
dengan segera dapat digantikan oleh penyulang yang lain. Dengan demikian
kontinyuitas penyaluran daya sangat terjamin.
Spesifikasi Jaringan Distribusi Jaring-Jaring (NET) ini adalah:
Kelebihan:
Kontinyuitas penyaluran daya paling terjamin.
Kualitas tegangannya baik, rugi daya pada saluran amat kecil.
Dibanding dengan bentuk lain, paling flexible (luwes) dalam mengikuti
pertumbuhan dan perkembangan beban.
Kelemahan:
Sebelum pelaksanaannya, memerlukan koordinasi perencanaan yang teliti
dan rumit.
Memerlukan biaya investasi yang besar (mahal).
Memerlukan tenaga-tenaga terampil dalam pengoperasian nya
2. Sistem Distribusi Sekunder
Sistem distribusi sekunder digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik
dari gardu distribusi ke beban-beban yang ada di konsumen. Pada sistem distribusi
sekunder bentuk saluran yang paling banyak digunakan ialah sistem radial. Sistem
ini dapat menggunakan kabel yang berisolasi maupun konduktor tanpa isolasi.
Sistem ini biasanya disebut system tegangan rendah yang langsung akan
dihubungkan kepada konsumen/pemakai tenaga listrik dengan melalui peralatanperalatan sebagai berikut:
2.1 Papan pembagi pada trafo distribusi,
2.2 Hantaran tegangan rendah (saluran distribusi sekunder).
2.3 Saluran Layanan Pelanggan (SLP) (ke konsumen/pemakai)

10

2.4 Alat Pembatas dan pengukur daya (kWH. meter) serta fuse atau pengaman
pada pelanggan.
B. GARDU DISTRIBUSI
Gardu distribusi berfungsi untuk mengubah tegangan menengah menjadi
tegangan rendah dan sekaligus sebagai penyalur daya dari kabel jaringan primer
tegangan menengah ke jaringan tegangan rendah. Peralatan peralatan utama yang
terdapat pada gardu distribusi dapat dilihat pada gambar 7

Gambar 7. Gardu distribusi beserta peralatan utamanya


Dari gambar diatas, adalah kabel masuk ( incoming cable) dari gardu induk
atau dari gardu distribusi sebelumnya, dihubungkan ke rel utama melalui sakelar
pemisah ( isolating switch ) berfungsi untuk menghubungkan dan membuka
rangkaian dalam keadaan tidak berbeban.
Kabel keluar ( outgoing cable) yang menhubungkan gardu distribusi dengan
gardu hubung atau gardu distribusi lainnya, ditarik dari rel utama melalui saklar
beban ( load break switrch ) yang bekerja untuk membuka dan menutup rangkaian
dalam keadaan berbeban.. Saklar beban ini dipergunakan untuk pemutusan dan
pengisian saluran arus magnetisasi dan arus beban sehingga dalam kerjanya
memerlukan peralatan pemadam busur api. Trafo distribusi dihubungkan ke rel
utama melalui saklar pemisah yang dihubungkan seri dengan sekring, dan
hubungan ke rel tegangan rendahnya juga dihubungkan dengan saklar pemisah.
Jenis gardu distribusi saat ini banyak digunakan gardu beton. Berdasarkan
pemakaian daya listriknya, gardu beton dapat dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu:
1) Gardu konsumen umum ( publik )
Gardu ini adalah gardu yang menyalurkan daya untuk konsumen biasa
( perumahan ). Gardu ini mempunyai 2 sel tegangan menengah untuk masing-

11

masing kabel yang masuk dan kabel keluar., satu sel tegangan menengah untuk
pengaman trafo dan biasanya disiapkan satu tempat untuk satu kubikel cadangan.
Gardu konsumen umum mempunyai 2 tipe yaitu tipe 7 R2 dan A2. Jika
diperlukan satu arah kabel tambahan yang tetap, maka dipakai tipe 8 R, yaitu
gardu yang mempunyai 3 sel teganga menengah untuk kabel masuk dan keluar,
dan 1 sel tegangan menengah pengaman trafo dan disiapkan tempat untuk satru
sel cadangan.
2) Gardu campuran ( gardu konsumen umum dan konsumen khusus )
Gardu ini dipergunakan untuk konsumen khusus seperti pabrik, kantor atau
rumah sakit dan juga untuk konsumen umum disekitarnya. Gardu ini terdiri dari
tipe ST 16 yang mempunyai beberapa perbedaan susunan.
Susunan no 1. Mempunyai 2 buah trafo dengan kapasitas masing- masing 630
KVA dan dipergunakan untuk konsumen umum dan khusus, terdiri dari 4 sel
tegangan menengah yaitu satu sel untuk kabel masuk, satu sel untuk kabel keluar,
satu sel tegangan menengah untuk pengaman trafo konsumen umum, dan satu sel
tegangan menengah untuk pengfaman trafo konsumen khusus. .
Susunan no 2. Susunan ini mempunyai 6 buah sel tegangan menengah yaitu 3
buah pada konsumen umum dan 3 buah pada konsumen khusus yang masing
masing terdiri atas 1 sel trafo tegangan, 1 sel pemutus minyak dan 1 sel pengaman
trafo. Antara kedua ruangan tersenut disekat dengan sebuah pintu.
Susunan no 3. Untuk susunan no 3 ini ko nsumen khusus dapat mempunyai
daya lebih dari 630 KVA. Jumlah selnya 7 buah dengan 6 sel seperti pada susunan
no 2 diatas dan 1 sel tambahan berisi LBS ( pemutus ) yang dapat menyalurkan
daya ke gardu satelit.
Susunan no 4 Pada susunan no 4 ini selain mempunyai satu trafo untuk
konsumen khusus, juga dilengkapi 2 sel tegangan menengah untuk system
distribusi khusus ( kedua sel tersebut untuk kabel masuk dan kabel keluar,
sehingga system distribusi khusus tadi merupakan ring / loop).
Susunan no 5. Pada susunan no 5 ini selain 1 sel trafo untuk konsumen
umum , untuk konsumen khusus hanya ada 2 sel tegangan menengah ( pemutus /
LBS) dan digunakan untuk keluar-masuk kabel system distribusi khusus
kepunyaan konsumen khusus btersebut.
3) Gardu konsumen khusus ( private)
Gardu ini hanya digunakan untuk konsukmen khusus yaitu pabriuk, rumah
sakit atau kantor yang besar dengan daya antara 100 KVA sampai lebih dari 1260
KVA. Tipe gardu yang digunakan adsalah ST 16, ST 17 dan ST 18. Bila
12

menggunakan tipe ST 16 berarti ST 16 dengan susunan no 6. Sedangkan tipe ST


17 juga mempunyai beberapa susunan berdasarkan daya yang disalurkan ke
konsumen tersebut.
Susunan no 1 Daya yang disalurkan maksimum adalah 630 KVA dan hanya
menggunakan 1 trafo saja.
Susunan no 2 Besar daya yang disalurkan antara 630 KVA sampai 1260 KVA,
yaitu menggunakan satu buah trafo dan satu pemutus pengaman trafo untuk
disalurkan ke gardu satelit. Karena pengukuran pada sisi tegangan menengah
maka mempunyai beberapa sel tegangan menengah yaitu untuk masuk kabel,
keluar kabel, trafo tegangan, pengaman trafo, pemutus minyak dan pengaman
trafo.
Susunan no 3 Besarnya daya yang dapat disalurkan lebih dari 1260 KVA,
dengan menggunakan satu buah trafo 630 KVA dan 1 pemutus yang menyalurkan
daya ke instalasi konsumen ( private installation ).
Susunan no 4 Besar daya yang dapat disalurkan lebih dari 1260 KVA, yaitu
dengan memasang 1 trafo dan 1 pemutus untuk menyalurkan daya ke system
distribusi khusus milik konsumen.
Susunan no 5 Besar daya yang disalurkan lebih dari 1260 KVA, tanpa
memakai trafo tetapi memakai 2 pemutus untuk system distribusi khusus milik
konsumen.
Selain jenis dan tipe gardu distribusi yang telah dijelaskan diatas, dalam
system spindle dipergunakan juga gardu satelit dan gardu tengah.
1) Gardu Satelit
Gardu satelit adalah merupakan gardu distribusi yang tidak dilengkapi dengan
sel tegangan menengah dan hanya mempunyai 1 trafo dengan
kelengkapantegangan menengah sampai tegangan rendahnya. Tipe yang
dipergunakan adalah tipe 7 R2 dan tipe ST 18. Untuk gardu satelit ST 18
mempunyai 2 susunan, yaitu:
Susunan no 1 Digunakan untuk konsumen khusus dengan beban kurang dari
630 KVA dengan tegangan rendah 220/127 Volt, atau untuk beban yang kurang
dari 400 KVA dengan tegangan rendah 380/220 Volt, pengukuran pada sisi
tegangan rendahnya.
Susunan no 2. Seperti susunan no 1, hanya pengukuran dilakukan pada sisi
tegangan menengah. Letak gardu satelit untuk system spindle dapat dilihat pada
gambar 8

13

Gambar 8. Letak gardu satelit pada system spindel


C. TEGANGAN DISTRIBUSI
Tegangan distribusi yang digunakan di indonesia:
20 kV
380 V
220 V

: tegangan antar fasa pada JTM


: tegangan antar fasa pada JTR
: tegangan antar fasa ke nol pada JTR

D. JARINGAN DISTRIBUSI
Jaringan distribusi diklasifikasikan menjadi dua, diantaranya :
1. Jaringan Tegangan Menengah merupakan jaringan yang menghubungkan
gardu induk dengan gardu distribusi dengan menggunakan tegangan 6 kV,
7kV, 12 kV dan 20 kV. Jaringan tegangan menengah menggunakan 3 fasa.
Sistem Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
Sistem Kabel Tegangan Menengah (SKTM)
2. Jaringan Tegangan Rendah merupakan jaringan yang terhubung dari sisi
sekunder trafo distribusi hingga sambungan di rumah-rumah. Jaringan
tegangan rendah beroperasi dengan rating 220 380 V dengan fasa
tunggal.
Umumnya digunakan Sistem Saluran Udara Tegangan Rendah
(SUTR)
E. PENGAMAN DISTRIBUSI
Pengaman yang digunakan pada sistem distribusi tenaga listrik, antara lain:
1. Pengaman Lebur :
Pengaman Tegangan Rendah (NH, Fuse)
Pengaman Tegangan Menengah (Fuse Cut Out)

14

Fuse cut out (sekring) adalah suatu alat pengaman yang melindungi
jaringan terhadap arus beban lebih (over load current) yang mengalir melebihi
dari batas maksimum, yang disebabkan karena hubung singkat (short circuit) atau
beban lebih (over load). Konstruksi dari fuse cut out ini jauh lebih sederhana bila
dibandingkan dengan pemutus beban (circuit breaker) yang terdapat di Gardu
Induk (sub-station). Akan tetapi fuse cut out ini mempunyai kemampuan yang
sama dengan pemutus beban tadi. Fuse cut out ini hanya dapat memutuskan satu
saluran kawat jaringan di dalam satu alat. Apabila diperlukan pemutus saluran tiga
fasa maka dibutuhkan fuse cut out sebanyak tiga buah.

Gb. 9 Fuse Cut Out


2. Pengaman Tegangan Lebih :
Lightning Aresster
Lightning arrester adalah suatu alat pengaman yang melindungi jaringan
dan peralatannya terhadap tegangan lebih abnormal yang terjadi karena sambaran
petir (flash over) dan karena surja hubung (switching surge) di suatu jaringan.
Lightning arrester ini memberi kesempatan yang lebih besar terhadap tegangan
lebih abnormal untuk dilewatkan ke tanah sebelum alat pengaman ini merusak
peralatan jaringan seperti tansformator dan isolator. Oleh karena itu lightning
arrester merupakan alat yang peka terhadap tegangan, maka pemakaiannya harus
disesuaikan dengan tegangan sistem. Arrester petir atau disingkat arrester adalah
suatu alat pelindung bagi peralatan system tenaga listrik terhadap surya petir. Alat
pelindung terhadap gangguan surya ini berfungsi melindungi peralatan system
tenaga listrik dengan cara membatasi surja tegangan lebih yang datang dan
mengalirkannya ketanah.

15

3. Pengaman Trafo:
Relay Buchols
4. Pengaman Celah :
Celah Batang (rod gap)
Alat pengaman celah batang (rod gap) merupakan alat pengaman paling
sederhana, yang terdiri dari dua batang logam dengan penampang tertentu. Batang
logam bagian atas diletakkan di puncak isolator jenis pos (post type insulator)
dihubungkan dengan kawat penghantar jaringan distribusi, sedangkan batang
logam bagian bawah diletakkan pada bagian dasar isolator jenis pos yang
langsung berhubungan dengan ground. Jarak celah kedua batang logam tersebut
disesuaikan dengan tegangan percikan untuk suatu bentuk gelombang tegangan
tertentu.
Tanduk Api (arcing horn)
Seperti halnya alat pengaman celah batang, alat pengaman tanduk api ini
diletakkan dikedua ujung isolator gantung (suspension insulator) atau isolator
batang panjang (long rod insulator). Tanduk api dipasang pada ujung kawat
penghantar dan ujung isolator yang berhubungan langsung dengan ground (tanah)
yang dibentuk sedemikian rupa, sehingga busur api tidak akan mengenai isolator
saat terjadi loncatan api. Jarak antara tanduk atas dan bawah diatur sekitar 75-85
% dari panjang isolator keseluruhan. Tegangan loncatan api untuk isolator
gandengan dengan tanduk api ditentukan oleh jarak tanduk tersebut.
Celah Sekring (fuse rod gap)
Alat pengaman celah sekring ini merupakan gabungan antara celah batang
(rod gap) dengan sekring yang dihubungkan secara seri. Penggabungan ini
digunakan untuk menginterupsikan arus susulan (power follow current) yang
diakibatkan oleh percikan api. Oleh sebab itu celah sekring mempunyai
karakteristik yang sama dengan celah batang, dan alat ini dapat menghindarkan
adanya pemutusan jaringan sebagai akibat percikan, serta memerlukan
penggantian dan perawatan sekring yang telah dipakai. Kecuali itu agar supaya
penggunaannya efektif harus diperhatikan juga koordinasi antara waktu leleh
sekring dengan waktu kerja rele pengaman.
Celah Kontrol (control gap)
Alat pengaman celah kontrol terdiri dari dua buah celah yang diatur
sedemikian rupa, sehingga karakteristiknya mendekati celah bola ditinjau dari segi
lengkung volt-waktunya yang mempunyai karakteristik lebih baik dari celah
batang. Celah kontrol ini dapat dipakai bersama atau tanpa sekring; meskipun alat
ini dapat dipakai sebagai perlindungan cadangan atau sekunder, dan dianggap
sekelas dengan celah batang.
16

Celah Tanduk (horn gap)


Alat pengaman ini terbuat dari dua buah batang besi yang masing-masing
diletakkan diatas isolator. Celah yang dibuat oleh kedua batang besi itu, satu
batang dihubungkan langsung dengan kawat penghantar jaringan sedangkan yang
lainnya dihubungkan dengan sebuah resistor yang langsung terhubung ke ground
(tanah). Celah tanduk ini biasanya bekerja pada saat terjadi tegangan loncatan api
pada celahnya. Ketika tegangan surja mencapai 150 200 % dari tegangan
nominal jaringan, maka akan terjadi pelepasan langsung pada celah dan langsung
diteruskan ke ground melalui resistor.
5. Sistem Proteksi pada Jaringan Tegangan Menengah (JTM)
AVS (Automatic Vaccum Switch)
ALS (Automatic Line Switch)
AVR (Automatic Voltage Relay)
LBS (Load Break Switch)
F. KOMPONEN-KOMPONEN SISTEM DISTRIBUSI
Pada sistem distribusi terdapat beberapa komponen pendukung dalam sistem
operasionalnya, komponen-komponen tersebut merupakan satu kesatuan dalam
sistem distribusi, diantaranya:
1. Pemutus Tenaga (PMT) / Circuit Breaker (CB)
Pemutus tenaga (PMT) adalah adalah alat pemutus tenaga listrik yang
berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan hubungan listrik (switching
equipment) baik dalam kondisi normal (sesuai rencana dengan tujuan
pemeliharaan), abnormal (gangguan), atau manuver system, sehingga dapat
memonitor kontinuitas system tenaga listrik dan keandalan pekerjaan
pemeliharaan
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu pemutus tenaga atau Circuit
Breaker (CB) adalah :
a. Harus mampu untuk menutup dan dialiri arus beban penuh dalam waktu
yang lama.
b. Dapat membuka otomatis untuk memutuskan beban atau beban lebih.
c. Harus dapat memutus dengan cepat bila terjadi hubung singkat.
d. Celah (Gap) harus tahan dengan tegangan rangkaian, bila kontak
membuka.
e. Mampu dialiri arus hubung singkat dengan waktu tertentu.
f. Mampu memutuskan arus magnetisasi trafo atau jaringan serta arus
pemuatan (Charging Current)
g. Mampu menahan efek dari arching kontaknya, gaya elektromagnetik atau
kondisi termal yang tinggi akibat hubung singkat.
17

PMT tegangan menengah ini biasanya dipasang pada Gardu Induk, pada kabel
masuk ke busbar tegangan menengah (Incoming Cubicle) maupun pada setiap
rel/busbar keluar (Outgoing Cubicle) yang menuju penyulang keluar dari Gardu
Induk (Yang menjadi kewenangan operator tegangan menengah adalah sisi
Incoming Cubicle). Ditinjau dari media pemadam busur apinya PMT dibedakan
atas :
PMT dengan media minyak (Oil Circuit Breaker)
PMT dengan media gas SF6 (SF6 Circuit Breaker)
PMT dengan media vacum (Vacum Circuit Breaker)
Konstruksi PMT sistem 20 kV pada Gardu Induk biasanya dibuat agar PMT
dan mekanisme penggeraknya dapat ditarik keluar / drawable (agar dapat ditest
posisi apabila ada pemadaman karena pekerjaan pemeliharaan maupun gangguan).
2. Disconector (DS) / Saklar Pemisah
Adalah sebuah alat pemutus yang digunakan untuk menutup dan membuka
pada komponen utama pengaman/recloser, DS tidak dapat dioperasikan secara
langsung, karena alat ini mempunyai desain yang dirancang khusus dan
mempunyai kelas atau spesifikasi tertentu, jika dipaksakan untuk pengoperasian
langsung, maka akan menimbulkan busur api yang dapat berakibat fatal. Yang
dimaksud dengan pengoperasian langsung adalah penghubungan atau pemutusan
tenaga listrik dengan menggunakan DS pada saat DS tersebut masih dialiri
tegangan listrik.
Pengoperasian DS tidak dapat secara bersamaan melainkan dioperasikan satu
per satu karena antara satu DS dengan DS yang lain tidak berhubungan, biasanya
menggunakan stick (tongkat khusus) yang dapat dipanjangkan atau dipendekkan
sesuai dengan jarak dimana DS itu berada, DS sendiri terdiri dari bahan keramik
sebagai penopang dan sebuah pisau yang berbahan besi logam sebagai switchnya.
3. Air Break Switch (ABSw)
Air Break Switch (ABSw) adalah peralatan hubung yang berfungsi sebagai
pemisah dan biasa dipasang pada jaringan luar. Biasanya medium kontaknya
adalah udara yang dilengkapi dengan peredam busur api / interrupter berupa
hembusan udara. ABSw juga dilengkapi dengan peredam busur api yang
berfungsi untuk meredam busur api yang ditimbulkan pada saat membuka /
melepas pisau ABSw yang dalam kondisi bertegangan . Kemudian ABSw juga
dilengkapi dengan isolator tumpu sebagai penopang pisau ABSw , pisau kontak
sebagai kontak gerak yang berfungsi membuka / memutus dan menghubung /
memasukan ABSw , serta stang ABSw yang berfungsi sebagai tangkai penggerak
pisau ABSw. Perawatan rutin yang dilakukan untuk ABSw karena sering
dioperasikan, mengakibatkan pisau-pisaunya menjadi aus dan terdapat celah
18

ketika dimasukkan ke peredamnya / kontaknya. Celah ini yang mengakibatkan


terjadi lonjakan bunga api yang dapat membuat ABSw terbakar.
Pemasangan ABSw pada jaringan, antara lain digunakan untuk :
a. Penambahan beban pada lokasi jaringan
b. Pengurangan beban pada lokasi jaringan
c. Pemisahan jaringan secara manual pada saat jaringan mengalami
gangguan.
4. Load Break Switch (LBS)
Load Break Switch (LBS) atau saklar pemutus beban adalah peralatan hubung
yang digunakan sebagai pemisah ataupun pemutus tenaga dengan beban nominal.
Proses pemutusan atau pelepasan jaringan dapat dilihat dengan mata telanjang.
Saklar pemutus beban ini tidak dapat bekerja secara otomatis pada waktu terjadi
gangguan, dibuka atau ditutup hanya untuk memanipulasi beban.
5. Recloser ( Penutup Balik Otomatis / PBO )
Recloser adalah peralatan yang digunakan untuk memproteksi bila terdapat
gangguan, pada sisi hilirnya akan membuka secara otomatis dan akan melakukan
penutupan balik (reclose) sampai beberapa kali tergantung penyetelannya dan
akhirnya akan membuka secara permanen bila gangguan masih belum hilang
(lock out). Penormalan recloser dapat dilakukan baik secara manual maupun
dengan sistem remote. Recloser juga berfungsi sebagai pembatas daerah yang
padam akibat gangguan permanen atau dapat melokalisir daerah yang terganggu
Penutup balik/recloser adalah alat pengaman arus lebih yang diatur waktu
memutus dan menutup kembali secara otomatis, terutama untuk membebaskan
dari gangguan yang bersifat temporer/sementara.
Recloser mempunyai 2 (dua) karateristik waktu operasi (dual timming), yaitu
operasi cepat (fast) dan operasi lambat (delay)
Menurut fasanya recloser dibedakan atas :
a. Recloser 1 fasa
b. Recloser 3 fasa
Menurut sensor yang digunakan, recloser dibedakan atas :
a. Recloser dengan sensor tegangan (dengan menggunakan trafo tegangan)
digunakan di jawa timur
b. Recloser dengan sensor arus (dengan menggunakan trafo arus) digunakan
di jawa tengah
6. Sectionalizer

19

Sakelar seksi otomatis berfungsi untuk memisahkan saluran utama menjadi


beberapa seksi2, sehingga apabila terjadi gangguan pada salah satu seksi, luas
derah gangguan hanya terjadi pada seksi yang terganggu. Pengoperasian dari
sectionalizer selalu bersama-sama dengan penutup balik otomatis/recloser.
7. Overhead Lines ( SUTM / SKUTM )
Overhead lines adalah penghantar kawat yang pakai untuk menyalurkan daya
listrik yang melewti saluran udara dari pembangkit ke gardu induk, dari gardu
induk ke gardu induk atau dari gardu induk ke beban. Kawat ini ditarik antara
tower ke tower tanpa pelindung, sehingga overhead lines terbuka secara langsung,
baik terhadap lingkungan maupun cuaca.
8. Fault Section Indicator
Fault section indicator ini dalam pengoperasiannya ditempatkan pada pangkal
penyulang pada gardu induk yang dikoordinasikan dengan waktu operasi AVS/
saklar seksi otomatis pada jaringan distribusi. FSI digunakan untuk menunjukkan
seksi yang terganggu pada jaringan distribusi.
9. Disconecting switch
Peralatan untuk memutuskan atau menghubungkan rangkaian dalam keadaan
tidak ada beban/arus.
G. GANGGUAN SISTEM DISTRIBUSI
Jaringan distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga lsitrik yang paling
dekat dengan pelanggan/ konsumen. Ditinjau dari volume fisiknya jaringan distribusi pada umumnya lebih panjang dibandingkan dengan jaringan transmisi dan
jumlah gangguannya (sekian kali per 100 km pertahun) juga paling tinggi
dibandingkan jumlah gangguan pada saluransaluran transmisi. Jaringan distribusi
seperti diketahui terdiri dari jaringan distribusi tegangan menengah (JTM) dan
jaringan distribusi tegangan rendah (JTR). Jaringan distribusi tegangan menengah
mempunyai tegangan antara 3 kV sampai 20 kV. Pada saat ini PLN hanya
mengembangkan jaringan distribusi tegangan menengah 20 kV. Jaringan distribusi
tegangan menengah sebagian besar berupa saluran udara tegangan menengah dan
kabel tanah. Pada saat ini gangguan pada saluran udara tegangan menengah ada
yang mencapai angka 100 kali per 100 km per tahun. Sebagian besar gangguan
pada saluran udara tegangan menengah tidak disebabkan oleh petir melainkan
oleh sentuhan pohon, apalagi saluran udara tegangan menengah banyak berada di
dalam kota yang memiliki bangunan-bangunan tinggi dan pohon-pohon yang
lebih tinggi dari tiang saluran udara tegangan menengah. Hal ini menyebabkan
saluran udara tegangan menengah yang ada di dalam kota banyak terlindung
terhadap sambaran petir tetapi banyak diganggu oleh sentuhan pohon. Hanya

20

untuk daerah di luar kota selain gangguan sentuhan pohon juga sering terjadi
gangguan karena petir. Gangguan karena petir maupun karena sentuhan pohon ini
sifatnya temporer (sementara), oleh karena itu penggunaan penutup balik otomatis
(recloser) akan mengurangi waktu pemutusan penyediaan daya (supply
interupting time). Penyebab gangguan dapat dikelompokan menjadi :
a. Gangguan intern (dari dalam):
yaitu gangguan yang disebabkan oleh sistem itu sendiri. Misalnya gangguan
hubung singkat, kerusakan pada alat, switching kegagalan isolasi, kerusakan pada
pembangkit dan lain - lain.
b. Gangguan extern (dari luar)
yaitu gangguan yang disebabkan oleh alam atau diluar sistem. Misalnya
terputusnya saluran/kabel karena angin, badai, petir, pepohonan, layang - layang
dan sebagainya.
c. Gangguan karena faktor manusia
yaitu gangguan yang disebabkan oleh kecerobohan atau kelalaian operator,
ketidak telitian, tidak mengindahkan peraturan pengamanan diri, dan lain-lain.
Akibat gangguan yang terjadi pada sistem antara lain :
a. Beban lebih
Pada saat terjadi gangguan maka sistem akan mengalami keadaan kelebihan
beban karena arus gangguan yang masuk ke sistem dan mengakibatkan sistem
menjadi tidak normal. Gangguan beban lebih terjadi karena pembebanan sistem
distribusi yang melebihi kapasitas sistem terpasang. Gangguan ini sebenarnya
bukan gangguan murni, tetapi bila dibiarkan terus-menerus berlangsung dapat
merusak peralatan sistem.
b. Hubung singkat
Pada saat hubung singkat akan menyebabkan gangguan yang bersifat temporer
maupun yang bersifat permanen. Gangguan permanen dapat terjadi pada hubung
singkat 3 phasa, 2 phasa ketanah, hubung singkat antar phasa maupun hubung
singkat 1 phasa ketanah. Sedangkan pada gangguan temporer terjadi karena
flashover antar penghantar dan tanah, antara penghantar dan tiang, antara
penghantar dan kawat tanah dan lain - lain.
Gangguan permanen : Hubung singkat pada kabel, belitan trafo,
generator, (tembusnya isolasi).

21

Gangguan temporer : Flashover karena sambaran petir, flashover


dengan pohon, tertiup angin.
c. Tegangan lebih
Tegangan lebih dengan frekuensi daya, yaitu peristiwa kehilangan atau
penurunan beban karena switching, gangguan AVR, over speed karena kehilangan
beban. Selain itu tegangan lebih juga terjadi akibat tegangan lebih transient surja
petir dan surja hubung / switching. Gangguan tegangan lebih termasuk gangguan
yang sering terjadi pada saluran distribusi. Berdasarkan penyebabnya maka
gangguan tegangan lebih ini dapat dikelompokkan atas dua hal, yaitu :
a. Tegangan lebih power frekwensi.
Pada sistem distribusi hal ini biasanya disebabkan oleh kesalahan pada
AVR atau pengatur tap pada trafo distribusi.
b. Tegangan lebih surja
Gangguan ini biasanya disebabkan oleh surja hubung atau surja petir.
d. Hilangnya sumber tenaga
Hilangnya pembangkit biasanya diakibatkan oleh gangguan di unit
pembangkit, gangguan hubung singkat jaringan sehingga rele dan CB bekerja dan
jaringan terputus dari pembangkit.
Dari semua jenis gangguan tersebut, gangguan yang lebih sering terjadi dan
berdampak sangat besar bagi sistem distribusi adalah gangguan hubung singkat.
Sehingga istilah gangguan pada sistem distribusi lazim mengacu kepada gangguan
hubung singkat dan peralatan proteksi yang dipasang cenderung mengatasi
gangguan hubung singkat ini.
H. KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI
Kestabilan suatu peralatan atau sistem secara umum dapat didefenisikan
sebagai probabilitas suatu alat atau sistem untuk menyelenggarakan tujuannya
secara cukup untuk periode waktu tertentu dan kondisi operasi tertentu. Dari
defenisi diatas untuk melakukan analisa kestabilan terhadap keandalan suatu
system maka terdapat empat unsur yang penting di analisa.

Probabilitas
Kecukupan performance
Waktu
Kondisi operasi

Untuk kepentingan konsumen dalam penyaluran listrik yang handal, factor


utama yang dijadikan tolok ukur adalah frekuensi dari gangguan, durasi dari tiap

22

gangguan dan harga suatu tempat konsumen atas suplay listrik pada saat suplay
tidak tersedia.
Faktor yang Mempengaruhi Keandalan Sistem Distribusi
Keandalan sebuah sistem distribusi pada dasarnya ditentukan oleh hal-hal
sebagai berikut :
Konfigurasi dari sistem distribusi
Keandalan masing masing komponen
distribusi tersebut.
Pengaturan operasi saluran distribusi

yang

menyusun sistem

Sistem distribusi dengan konfigurasi tertentu dapat lebih andal dari sistem
distribusi konfigurasi lain, walaupun masing-masing mempunyai komponen yang
sama. Makin andal suatu konfigurasi, maka biayanya juga semakin mahal. Hal ini
misalnya dapat dilihat pada sistem konfigurasi radial dan sistem konfigurasi
spindle, dimana sistem konfigurasi spindle lebih andal, karena dilengkapi dengan
gardu hubung dan express feeder sehingga memungkinkan gardu distribusi salah
satu feeder disuplai oleh express feeder, tetapi dengan sendirinya investasi yang
harus ditanamkan lebih mahal yaitu untuk biaya gardu hubung dan express feeder
terse but. Sedangkan keandalan dari masing - masing komponen distribusi
tersebut dapat dilihat dari kegagalan yang terjadi dari komponen itu sendiri.
Terjadinya kegagalan komponen distribusi dapat disebabkan oleh beberapa
faktor yang antara lain :
a.

b.

Faktor dalam yaitu kegagalan yang terjadi karena kondisi komponen itu
sendiri seperti sarnbungan kabel yang tidak sernpurna, isolasi buruk dan
lain-lain.
Faktor luar : yaitu kegagalan yang terjadi diluar seperti tingginya
kelembaban pada gardu, pencemaran udara, dan lain-lain.

Disamping hal-hal yang tersebut diatas tadi, ada pula faktor-faktor diluar
sistem distribusi yaitu terjadinya gangguan pada transmisi sehingga akan
mempengaruhi keandalan sistem distribusi yang telah mempunyai keandalan yang
tinggi sekalipun.

Parameter Keandalan Sistem Distribusi

23

Untuk menentukan keandalan sebuah sistem distribusi tenaga listrik,


terlebih dahulu memahami beberapa pengertian dasar yang berkaitan dengan
keandalan yaitu gangguan pemutusan daya dan laju kegagalan.
Dalam telaah keandalan dan ketersediaan . indeks yang biasa dipakai
adalah : angka kegagalan ( failure rate ) dan jam-padam-gangguan ( forced hours
downtime ) per tahun. Ada beberapa definisi kegagalan yang sering dipakai,
yaitu :
a.
b.
c.
d.

Kehilangan daya sama sekali selama t > 1 cycle


Kehilangan daya sama sekali selama t > 10 cycle
Kehilangan daya sama sekali selama t > 5 detik
Kehilangan daya sama sekali selama t > 2 menit.

Pemilihan criteria kegagalan diatas tergantung pada macam beban pada titik
perhatian kita: yaitu sesuai dengan waktu maksimum pemadaman yang tidak
mengganggu kerja beban. Pada kasus tertentu, yang dimaksud kehilangan daya
sama sekali bisa berarti : tegangan pelayanan dibawah 70 %.
I. DEFINISI INDEKS KEANDALAN
Keandalan tingkat menengah, yaitu pada tingkat 3.
Tingkat 3: Padam beberapa menit, manipulasi oleh petugas yang stand by
di gardu atau dilakukan deteksi/pengukuran dan pelaksanaan manipulasi
jarak jauh.
Keandalan tingkat tinggi, yaitu pada tingkat 4 dan 5.
Tingkat 4: Padam beberapa detik, pengamanan dan manipulasi secara
otomatis.
Tingkat 5: Tanpa padam, dilengkapi instalasi cadangan terpisah dan
otomatis.
Beberapa variabel yang mempengaruhi indeks keandalan adalah panjang
penyulang dan kerapatan beban, konfigurasi saluran dan tegangan yang
disalurkan. Salah satu metode untuk meningkatkan keandalan jaringan distribusi
berdasarkan indeks keandalan adalah dengan menambahkan fuse, sectionalizer
atau recloser. Indeks keandalan merupakan suatu indikator keandalan yang
dinyatakan dalam besaran probabilitas. Indeks keandalan titik beban yang
biasanya digunakan meliputi laju pemutusan beban rata-rata f (pemutusan
beban/tahun), waktu keluar rata-rata r (jam/pemutusan beban) dan lama
pemutusan beban rata-rata U (jam/tahun). Indeks keandalan sistem yang banyak
digunakan antara lain :
System Average Interruption Frequency Index (SAIFI).

24

System Average Interruption Duration Index (SAIDI).


Customer Average Interruption Duration Index (CAIDI).
Average Service Unavailability Index (ASUI).
Average Service Availability Index (ASAI).
Energy Not Supplied Index (ENS).
Average Energy Not Supplied (AENS).

J. OTOMASI SITEM DISTRIBUSI


Optimasi sistem distribusi adalah pengoperasian jaringan distribusi yang
paling menguntungkan dengan memaksimalkan perangkatperangkat jaringan
namun tetap berada pada sistem yang di tetapkan, yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Daya terpasang tidak berlebihan.


Beban tidak terlalu kecil.
Rugi tegangan dan daya dalam batas-batas normal.
Keandalan sistem distribusi menjadi prioritas.
Keamanan terhadap lingkungannya terjaga.
Secara ekonomis menguntungkan.
Susut umur peralatan sesuai rencana.

Peralatan jaringan yang dapat dioptimasi antara lain :


1. Kawat penghantar
Optimasi pembebanan pada kawat penghantar adalah memaksimalkan batasan
besar arus yang dilalukan melewati penghantar sesuai dengan KHA dan kondisi
sekitarnya, sebab apabila berlebihan akan dapat mengakibatkan :
a.
b.
c.
d.

Pelunakan pada titik tumpu penghantar.


Pelunakkan pada titik tumpu ikatan penghantar.
Berkurangnya jarak aman / andongan.
Kerusakan pada isolasi.

2. Trafo Distribusi
Transformator adalah suatu alat listrik yang digunakan untuk
mentransformasikan daya atau energi listrik dari tegangan tinggi ke tegangan
rendah atau sebaliknya, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip
induksi-elektromagnet. Trafo yang umum digunakan untuk sistem distribusi yaitu
trafo 1 phasa dan trafo 3 phasa. Sedangkan berdasar sistem pengamannya, trafo
distribusi dibagi menjadi dua macam, yaitu trafo CSP dan trafo non CSP. Trafo
distribusi non CSP memiliki sistem pengamanan , diantaranya :
a. Pengaman TM terdiri dari :
a) Pemisah lebur : 20 kV, disesuaikan dengan kapasitas trafo yang
dipergunakan.

25

b) Arester 18 kV, 5 kA
c) Pembumian, dengan menunjuk SPLN yang ada untuk menetapkan
nilai pembumiannya.
b. Pengaman TR terdiri dari :
a) Kotak dengan pengaman lebur, untuk trafo dengan kapasitas lebih dari
atau sama dengan 50 kVA.
Sedangkan untuk trafo CSP (completely self protection), memiliki sistem
pengaman berupa pemutus tenaga pada sisi sekunder, dan pengaman lebur serta
arrester pada sisi primer. Ketiga pengaman tersebut merupakan suatu kesatuan
trafo CSP.
Pembebanan trafo bisa dilakukan melebihi daya pengenalnya pada suhu
sekitar trafo tersebut pada nilai tertentu tetapi harus dibatasi oleh lamanya
pembebanan lebih, agar susut umur trafo sesuai dengan yang direncanakan. Susut
trafo sangat dipengaruhi oleh suhu titik panas pada lilitan.

BAB III
MUTU LISTRIK

26

Mutu tenaga listrik sangat diperlukan dalam kaitannya dengan kualitas


penyediaan tenaga listrik dan pelayanan. Pertumbuhan pemakaian tenaga listrik
makin lama makin meningkat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya bagi
keperluan industri, maka mutu tenaga listrik harus juga semakin meningkat dan
menjadi tuntutan yang makin besar dari pihak pemakai tenaga listrik. Untuk
merekam kualitas tenaga listrik yang dihasilkan oleh pusat-pusat listrik digunakan
alat Power Network Analyzer Type (TOPAS) 1000 buatan LEM Belgia.
Mutu tenaga listrik yang dihasilkan pusat listrik, indikatornya antara lain
adalah:
1. Kontinuitas penyediaan, apakah tersedia 24 jam sehari sepanjang
tahun.
2. Nilai tegangan, apakah selalu ada dalam batas-batas yang diijinkan.
3. Nilai frekuensi, apakah selalu ada dalam batas-batas yang diijinkan.
4. Kedip tegangan, apakah besarnya dan lamanya masih dapat diterima oleh
pemakai tenaga listrik.
5. Kandungan harmonisa, apakah jumlahnya masih dalam batas-batas yang
dapat diterima oleh pemakai tenaga listrik.
Kelima indikator dapat direkam, jika ada permasalahan yang tidak sesuai,
dapat dibahas secara kuantitatif antara pihak penyedia dan pemakai tenaga listrik,
alat tersebut mampu melakukan perekaman pada:
a.
b.
c.
d.

Arus dari tegangan dalarn keadaan normal maupun transien.


Harmonisa yang terkandung dalam tegangan.
Kedip tegangan, variasi tegangan, dan kemiringan tegangan.
Frekuensi.

Masalah Power quality adalah persoalan perubahan bentuk tegangan, arus atau
frekuensi yang bisa menyebabkan kegagalan atau misoperation peralatan, baik
peralatan milik PLN maupun milik konsumen; artinya masalah Power Quality
bisa merugikan pelanggan maupun PLN. Suatu Sistem tenaga listrik dituntut
dapat memenuhi syarat dasar kebutuhan layanan (service requirement) kepada
konsumennya yaitu :
1.
2.
3.
4.

Dapat memenuhi beban puncak


Memiliki deviasi tegangan dan frekuensi yang minimum.
Menjamin urutan phase yang benar.
Menjamin distorsi gelombang tegangan dan harmonik yang minimum dan
bebas dari surja tegangan.
5. Menjamin suplai sistem tegangan dalam keadaan setimbang.
6. Memberikan suplai daya dengan keandalan tinggi dengan prosentase
waktu layanan yang tinggi dimana sistem dapat melayani beban secara
efektif.

27

Enam hal diatas dijadikan tolok ukur, apakah layanan yang diterima oleh
konsumen sudah baik atau belum. Masalah Power Quality menjadi penting karena
:
a. Saat ini kualitas peralatan yang dimiliki konsumen lebih sensitif.
b. Pada sistem utilitas telah terjadi meningkatnya level Harmonik.
c. Konsumen belum memiliki dan mendapat informasi yang cukup
menyangkut masalah power quality.
d. Kegagalan satu komponen pada sistem distribusi dan instalasi bisa
membawa konsekuensi tertentu.
Permasalahan Power Quality meliputi permasalahan-permasalahan seperti
berikut ini:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Transient
Short-duration variation
Long-duration variation
Voltage Unbalance
Waveform distortion
Voltage Fluctuation
Power Frequency variation

BAB IV
SISTEM PROTEKSI DAN PENTANAHAN
A. SISTEM PROTEKSI DAN PENTANAHAN
Yang dimaksud dengan proteksi sistem tenaga listrik adalah sistem proteksi
yang dilakukan kepada peralatan-peralatan listrik yang terpasang pada suatu
sistem tenaga misalnya generator, transformator jaringan dan lain-lain, terhadap
kondisi tidak normal operasi sistem itu sendiri. Kondisi tidak normal itu dapat

28

berupa antara lain : hubung singkat, tegangan lebih, beban lebih, frekuensi sistem
rendah, asinkron dan lain lain.
Pada sistem distribusi 20 kV hal yang terpenting pada sistem proteksi selain
alat proteksi itu sendiri, sistem pentanahan juga merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dalam sistem proteksi itu sendiri. Misalnya ada gangguan fasa yang
bocor ke tanah, maka bila sistem pentanahan tidak sesuai dengan sistem distribusi
yang diproteksi, maka alat proteksi tidak akan bekerja dengan benar, sehingga
dapat merusak peralatan jaringan maupun membahayakan keselamatan manusia.
Sistem pentanahan pada kenyataan di PLN terdapat beberapa pola, sehingga
sistem proteksinya juga berbeda-beda. Pada perencanaan konstruksi jaringan
distribusi untuk menentukan komponen jaringan, misalnya penghantar, harus
dipertimbangkan besarnya arus gangguan hubung singkat ketanah dan selanjutnya
sistem proteksi yang sesuai, sehingga tujuan membangun konstruksi jaringan
distribusi yang aman dan menguntungkan dapat tercapai.
B. FUNGSI PROTEKSI
Proteksi berfungsi adalah sebagai berikut,
1. Untuk menghindari ataupun untuk mengurangi kerusakan peralatanperalatan akibat gangguan (kondisi abnormal operasi sistem). Semakin
cepat reaksi perangkat proteksi yang digunakan maka akan semakin
sedikitlah pengaruh gangguan kepada kemungkinan kerusakan alat
2. Untuk cepat melokalisir luas daerah terganggu menjadi sekecil mungkin
3. Untuk dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi
kepada konsumsi dan juga mutu listrik yang baik.
4. Untuk mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh
listrik.
Pengetahuan mengenai arus-arus yang timbul dari pelbagai tipe gangguan
pada suatu lokasi merupakan hal yang sangat esensial bagi pengoperasian sistem
proteksi secara efektif. Jika terjadi gangguan pada sistem, para operator yang
merasakan adanya gangguan tersebut diharapkan segera dapat mengoeprasikan
circuit-circuit yang tepat untuk mengeluarkan sistem yang terganggu atau
memisahkan pembangkit dari jaringan yang terganggu. Sangat sulit bagi seorang
operator untuk mengawasi gangguan-gangguan yang mungkin terjadi dan
menentukan CB mana yang diperoperasikan untuk mengisolir gangguan tersebut
secara manual.
Mengingat arus gangguan yang cukup besar, maka perlu secepat mungkin
dilakukan proteksi. Hal ini perlu suatu peralatan yang digunakan untuk
mendeteksi keadaan-keadaan yang tidak normal tersbut dan selanjutnya

29

mengistruksikan circuit-circuit yang tepat untuk bekerja memutuskan rangkaian


atau sistem yang terganggu. Peralatan tersebut kita kenal dengan relay.
Ringkasnya proteksi dan tripping otomatik circuit-circuit yang sehubungan
mempunyai dua fungsi pokok :
1.

Mengisolir peralatan yang terganggu agar bagian-bagian yang lainnya


tetap beroperasi seperti biasa.
Membatasi kerusakan peralatan akibat panas lebih (over heating),
pengaruh gaya-gaya mekanik dst.

2.

Koordinasi antara relay dan circuit breaker (CB) dalam mengamati dan
memutuskan gangguan disebut sebagai sistem proteksi. Banyak hal yang harus
dipertimbangkan dalam mempertahankan arus kerja maksimum yang aman. Jika
arus kerja bertambah melampaui batas aman yang ditentukan dan tidak ada
proteksi atau jika proteksi tidak memadai atau tidak efektif, maka keadaan tidak
normal dan akan mengakibatkan kerusakan isolasi.
Pertambahan arus yang berkelebihan menyebabkan rugi-rugi daya pada
konduktor akan berkelebihan pula. Perlu diingat bahwa pengaruh pemanasan
adalah sebanding dengan kwadrat dari arus :
H=

I 2 Rt Joules

Dimana :
H = panas yang dihasilkan (Joule)
I = arus konduktor (ampere)
R = tahanan konduktor (ohm)
t = waktu atau lamanya arus yang mengalir (detik)
Proteksi harus sanggup menghentikan arus gangguan sebelum arus
tersebut naik mencapai harga yang berbahaya. Proteksi dapat dilakukan dengan
Sekering atau Circuit Breaker. Proteksi juga harus sanggup menghilangkan
gangguan tanpa merusak peralatan proteksi itu sendiri. Untuk ini pemilihan
peralatan proteksi harus sesuai dengan kapasitas arus hubung singkat breaking
capacity atau Repturing Capacity.
Disamping itu proteksi yang diperlukan harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
1.
2.

Sekering atau circuit breaker harus sanggup dilalui arus nominal


secara terus menerus tanpa pemanasan yang berlebihan (overheating).
Overload yang kecil pada selang waktu yang pendek seharusnya tidak
menyebabkan peralatan bekerja

30

3.

4.
5.

Proteksi harus bekerja walaupun pada overload yang kecil tetapi


cukup lama sehingga dapat menyebabkan overheating pada rangkaian
penghantar.
Proteksi harus membuka rangkaian sebelum kerusakan yang
disebabkan oleh arus gangguan yang dapat terjadi.
Proteksi harus dapat melakukan pemisahan (discriminative) hanya
pada rangkaian yang terganggu yang dipisahkan dari rangkaian yang
lain yang tetap beroperasi.

Proteksi overload dikembangkan jika dalam semua hal rangkaian listrik


diputuskan sebelum terjadi overheating. Jadi disini overload action relatif lebih
lama dan mempunyai fungsi inverse terhadap kwadrat dari arus.
Proteksi gangguan hubung singkat dikembangkan jika action dari sekering
atau circuit breaker cukup cepat untuk membuka rangkaian sebelum arus dapat
mencapai harga yang dapat merusak akibat overheating, arcing atau ketegangan
mekanik.
C. PRINSIP KERJA SISTEM PROTEKSI
Secara umum prinsip kerja dari sistem proteksi adalah sebagai berikut :
Melakukan koordinasi dengan tegangan sistem tegangan tinggi seperti:
Gardu Induk (GI), Transmisi, Pembangkitan
Mengamankan peralatan dari kerusakan dan gangguan.
Menghindari kemungkinan terjadinya kecelakaan.
Melokalisir gangguan.
Secepatnya membebaskan pemadaman karena gangguan (manuver).
Mengurangi frekwensi pemutusan
D. KOMPONEN UTAMA SISTEM PROTEKSI
Untuk mengamankan dari adanya gangguan, dilakukan dengan memasang alat
pengaman atau pelindung. Sedangkan untuk menghilangkan gangguan dengan
cepat oleh sistem perlindungannya, diperlukan sistem operasi yang cepat dan
benar. Suatu sistem proteksi/pengaman terdiri dari komponen alat-alat utama
meliputi:
a. Pemutus Daya
Untuk mempermudah dalam membuka dan menutup sustu
rangkaian dalam suatu sistem tenaga listrik baik dalam keadaan normal
maupun dalam keadaan gangguan, maka antar kedua rangkaian yang
berdekatan dipasang peralatan yang disebut pemutus beban atau pemutus
daya (PMT). Pemutus beban yang hanya bisa memutus rangkaian tanpa
beban saja disebut saklar pemisah (PMS). Dalam operasinya memutuskan

31

atau menghubungkan daya listrik akan terjadi busur api. Pemadaman busur
api dapat dilakukan dengan media minyak, udara dan gas.
Berdasarkan media pemadaman busur api listrik tersebut, PMT dibagi menjadi:
1. PMT dengan media minyak
2. PMT dengan media udara, dapat dibedakan atas:
PMT dengan udara hembus (Air Blast Circuit Breaker)
PMT dengan hampa udara (Vacuum Circuit Breaker)
3. PMT dengan media gas, yang menggunakan gas SF6 dan dibedakan atas
dua yaitu:
Tipe tekanan tunggal
Tipe tekanan ganda
b. Relai
Penggunaan pengaman pemutus daya untuk kerja otomatis perlu dilengkapi
dengan peralatan tambahan yang dapat mendeteksi perubahan keadaan yang
terjadi pada rangkaian. Peralatan tersebut berupa gulungan yang diberi daya dari
sumber DC melalui saklar yang dioperasikan dengan peralatan khusus yang
disebut relai (relay). Relai merupakan suatu peralatan yang dilengkapi dengan
kontak-kontak yang mampu merubah rangkaian lain. Oleh karena itu pemutus
tenaga yang dilengkapi dengan relai digunakan sebagai peralatan perlindungan
suatu sistem tenaga dari kemungkinan kerusakan yang diakibatkan oleh gangguan.
Fungsi dan Syarat Relai Pengaman, telah diuraikan diatas bahwa relai
merupakan salah satu dari komponen utama sistem tenaga listrik, maka untuk
mengetahui keandalannya perlu diketahui fungsi dan syarat relai pengaman yang
baik. Adapun fungsi dari relai pengaman adalah untuk menentukan dengan segera
pemutusan/penutupan pelayanan penyaluran setiap elemen sistem tenaga listrik
bila mendapatkan gangguan atau kondisi kerja yang abnormal. Fungsi lain dari
relai pengaman adalah untuk mengetahui letak dan jenis gangguan.
c. Transformator Arus dan Transformator Tegangan
Penggunaan transformator (trafo) ini didesain secara khusus untuk pengukuran
dalam sistem daya. Trafo pengukuran terdiri atas dua jenis yaitu: Trafo tegangan
(VT) dan trafo arus (CT). Arus dan tegangan pada peralatan daya yang harus
dilindungi dirubah oleh trafo arus dan trafo tegangan ketingkat lebih rendah
untuk pengoperasian relai. Tingkat yang lebih rendah ini diperlukan sebagai
masukan ke relai sehingga komponen-komponen yang digunakan untuk
konstruksi relai-relai tersebut secara fisik akan menjadi cukup kecil, disamping itu
petugas-petugas yang bekerja dengan relai tersebut dapat bekerja dalam
lingkungan yang aman.

32

E. PERSYARATAN KUALITAS PROTEKSI


Ada beberapa persyaratan yang sangat perlu diperhatikan dalam suatu
perencanaan sistem proteksi yang efektif yaitu :
a. Selektivitas dan Diskrimanasi
Efektivitas suatu sistem proteksi dapat dilihat dari kesanggupan sistem
dalam mengisolir bagian yang mengalami gangguan saja
b. Stabilitas
Sifat yang tetap tidak operasi apabila gangguan-gangguan terjadi diluar
zona yang melindungi (gangguan luar).
c. Kecepatan Operasi
Sifat ini lebih jelas, semakin lama arus gangguan terus mengalir, semakin
besar kerusakan peralatan. Hal yang paling penting adalah perlunya
membuka bagian-bagian yang terganggu sebelum generator-generator
yang dihubungkan sinkron kehilangan sinkronisasi dengan sistem
selebihnya. Waktu pembebasan gangguan yang tipikal dalam sistem sistem
tegangan tinggi adalah 140 ms. Dimana mendatang waktu ini hendak
dipersingkat menjadi 80 ms sehingga memerlukan relay dengan kecepatan
yang sangat tinggi (very high speed relaying)
d. Sensitivitas (kepekaan)
Yaitu besarnya arus gangguan agar alat bekerja. Harga ini dapat
dinyatakan dengan besarnya arus dalam jaringan aktual (arus primer) atau
sebagai prosentase dari arus sekunder (trafo arus).
e. Pertimbangan ekonomis
Dalam sistem aspek ekonomis hampir mengatasi aspek teknis, oleh karena
jumlah feeder, trafo dan sebagainya yang begitu banyak, asal saja
persyaratan keamanan yang pokok dipenuhi. Dalam sistem-sistem
transmisi justru aspek teknis yang penting. Proteksi relatif mahal, namun
demikian pula sistem atau peralatan yang dilindungi dan jaminan terhadap
kelangsungan peralatan sistem adalah vital. Biasanya digunakan dua
sistem proteksi yang terpisah, yaitu proteksi primer atau proteksi utama
dan proteksi pendukung (back up)
f. Realiabilitas (keandalan)
Sifat ini jelas, penyebab utama dari outage rangkaian adalah tidak
bekerjanya proteksi sebagaimana mestinya (mal operation).
g. Proteksi Pendukung
Proteksi pendukung (back up) merupakan susunan yang sepenuhnya
terpisah dan yang bekerja untuk mengeluarkan bagian yang terganggu
apabila proteksi utama tidak bekerja (fail). Sistem pendukung ini sedapat
mungkin indenpenden seperti halnya proteksi utama, memiliki trafo-trafo
dan rele-rele tersendiri. Seringkali hanya triping CB dan trafo-trafo
tegangan yang dimiliki bersama oleh keduanya.
33

Tiap-tiap sistem proteksi utama melindungi suatu area atau zona sistem daya
tertentu. Ada kemungkinan suatu daerah kecil diantara zona-zona yang berdekatan
misalnya antara trafo-trafo arus dan circuit breaker tidak dilindungi. Dalam
keadaan seperti ini sistem back up (yang dinamakan remote back up) akan
memberikan perlindungan karena berlapis dengan zona-zona utama
F. PENYEBAB GANGGUAN DAN PERALATAN PROTEKSINYA
1. Gangguan Pada Pembangkit / Generator
Satu fasa ke tanah
Dua fasa ke tanah
Tiga fasa ke tanah
Dapat mengakibatkan teganggan dan arus yang mengalir pada setiap fasanya
menjadi tidak seimbang, sehingga gangguan ini dapat merusak sistem dan juga
dapat menyebabkan kerusakan pada Generator dan motor pengerak, sehingga
dapat menyebabkan pemadaman aliran listrik. Oleh kerena itu dibutuhkan alat
proteksi yang andal untuk mengamankan atau melindungi peralatan-peralatan
yang ada di pembangkit energi listrik. mempercepat atau melokalisir apabila
terjadi gangguan. Proteksi yang digunakan adalah:
Pemutus Tenaga / Circuit Breaker ( PMT/CB)Pemutus Daya (PMT) atau
Circuit breaker (CB) adalah peralatan pada sistem tenaga listrik yang
berfungsi untuk memutuskan hubungan antara sisi sumber tenaga listrik
dan sisi beban yang dapat bekerja secara otomatis ketika terjadi gangguan
atau secara manual ketika dilakukan perawatan atau perbaikan.
Relay ProteksiPenggunaan pengaman pemutus daya untuk kerja otomatis
perlu dilengkapi dengan peralatan tambahan yang dapat mendeteksi
perubahan keadaan yang terjadi pada rangkaian. Peralatan tersebut berupa
gulungan yang diberi daya dari sumber DC melalui saklar yang
dioperasikan dengan peralatan khusus yang disebut relai (relay). Relai
merupakan suatu peralatan yang dilengkapi dengan kontak-kontak yang
mampu merubah rangkaian lain. Oleh karena itu pemutus tenaga yang
dilengkapi dengan relai digunakan sebagai peralatan perlindungan suatu
sistem tenaga dari kemungkinan kerusakan yang diakibatkan oleh
gangguan.
2. Gangguan Pada Saluran Transmisi
Gangguan ini relatif jarang karena lokasinya memakai tower yang tinggi,
namun tetap bisa terjadi, terutama gangguan yang disebabkan oleh petir, kawat
yang putus atau disabotasi. Contoh sabotase adalah menggergaji tower sehingga
tower menjadi roboh. Proteksi yang digunakan adalah:
Komponen pengaman pada saluran udara transmisi tegangan tinggi, antara lain :

34

Kawat Tanah Atau Grounding.


Zeus L.E.C Lightning Event Counter.Dipasang di sepanjang jalur SUTT
yang berfungsi untuk mengetanahkan arus listrik saat terjadinya gangguan
(sambaran) petir secara langsung. Pentanahan tiang untuk menyalurkan
arus listrik dari kawat tanah (ground wire) akibat terjadinya sambaran
petir. Terdiri dari kawat tembaga atau kawat baja yang di klem pada pipa
pentanahan dan ditanam di dekat pondasi tower (tiang) SUTT.
3. Gangguan Pada Gardu Induk (GI)
Banyak sekali penyebab gangguan di gardu induk, seperti trafo jebol karena
overload atau karena tua, oli trafo yang bocor, tersambar petir, isolator tembus,
percikan api atau korona, kelembaban tinggi, peralatan pendukung terbakar dan
lain-lain. Proteksi yang digunakan adalah:
Neutral Grounding Resistance (NGR) adalah komponen yang dipasang
antara titik netral trafo dengan pentanahan, dan Neutral Grounding
Resistance (NGR) berfungsi untuk memperkecil arus gangguan yang
terjadi.
Circuit Breaker (CB) adalah peralatan pemutus, yang berfungsi untuk
memutus rangkaian listrik dalam keadaan berbeban. Circuit breaker (CB)
dapat dioperasikan pada saat jaringan dalam kondisi normal maupun pada
saat terjadi gangguan. Kerena pada saat bekerja, CB mengeluarkan
(menyebabkan timbulnya) busur api, maka pada CB dilengkapi dengan
pemadam busur api.
Lightning Arrester (LA) Berfungsi untuk melindungi (pengaman)
peralatan listrik di gardu dari tegangan lebih akibat terjadinya sambaran
petir (lightning surge) pada kawat transmisi, maupun disebabkan oleh
surya hubung (switching surge). Dalam keadaan normal (tidak terjadi
gangguan) LA bersifat isolatif atau tidak bisa menyalurkan arus listrik.
Dan sebaliknya apabila terjadi gangguan LA akan bersifat konduktif atau
menyalurkan arus listrik ke bumi.
Penggunaan pengaman pemutus daya untuk kerja otomatis perlu dilengkapi
dengan peralatan tambahan yang dapat mendeteksi perubahan keadaan yang
terjadi pada rangkaian. Peralatan tersebut berupa gulungan yang diberi daya dari
sumber DC melalui saklar yang dioperasikan dengan peralatan khusus yang
disebut relai (relay). Relai merupakan suatu peralatan yang dilengkapi dengan
kontak-kontak yang mampu merubah rangkaian lain. Oleh karena itu pemutus
tenaga yang dilengkapi dengan relai digunakan sebagai peralatan perlindungan
suatu sistem tenaga dari kemungkinan kerusakan yang diakibatkan oleh gangguan.
4. Gangguan Pada JTM

35

Banyak sekali gangguan yang dialami oleh Jaringan tegangan menengah


(JTM) misalnya tertimpa pohon, terkena sayap burung atau kelelawar, kerangka
layang-layang yang menempel atau lengket di jaringan, tiang TV yang roboh dan
kena jaringan, fuse (pengaman/sekering) tegangan menengah putus, dan lain
sebagainya. Proteksi yang digunakan adalah:
Lightning Arresteradalah peralatan pada sistem tenaga listrik yang
berfungsi sebagai pengaman terhadap tegangan surja yang terjadi ketika
terjadi sambaran petir. Sambaran petir pada jaringan hantaran udara sistem
tenaga listrik merupakan suntikan muatan listrik yang menimbulkan
kenaikan tegangan sesaat yang cukup besar pada jaringan. Agar tegangan
lebih tersebut tidak merusak isolasi peralatan pada jaringan, maka
dipasang pelindung yang akan mengalirkan surja petir tersebut ke tanah.
IsolatorIsolator mempunyai peranan penting untuk mencegah terjadinya
aliran arus dari konduktor phasa ke bumi melalui menara pendukung
(tiang). Dengan demikian, isolator merupakan proteksi dalam sistem
transmisi energi listrik.
5. Gangguan Pada Distribusi atau JTR
Gangguan tegangan rendah atau distribusi yang sering ada seperti tidak
setabilnya tegangan listrik, kendornya sambungan, kabel terseret oleh mobil besar
seperti truk atau bis, tiang ditabrak mobil, kabel meleleh karena terlalu panas,
tertimpa pohon dan lain sebagainya. Proteksi yang digunakan adalah:
Fuse Cut Out (FCO)Cut out biasanya digunakan pada jaringan distribusi
20 kV untuk proteksi trafo distribusi dari arus lebih akibat hubung singkat,
dan juga diletakkan pada percabangan untuk proteksi jaringan. Prinsip
kerjanya adalah ketika terjadi gangguan arus maka fuse pada cut out akan
putus, seperti yang ada pada SPLN 64 tabung ini akan lepas dari pegangan
atas, dan menggantung di udara, sehingga tidak ada arus yang mengalir ke
Trafo.
Sekring Gardu / Pelebur TR biasanya digunakan pada jaringan distribusi
20 kV untuk proteksi jaringan tegangan rendah (JTR) dari arus lebih akibat
hubung singkat. Prinsip kerjanya adalah ketika terjadi gangguan arus maka
fuse pada sekring akan putus, sehingga tidak ada arus yang mengalir ke
jaringan tegangan rendah (JTR).
6. Gangguan Saluran Rumah (APP)
Gangguan yang sering terjadi berupa teganggan yang tidak setabil naik dan
turunnya daya listrik, KWH meter rusak dan MCB lemah atau rusak. Poteksi yang
digunakan adalah:

36

Miniature Circuit Breaker (MCB)Miniature circuite breaker atau MCB


merupakan komponen listrik yang bekerja dengan sistem thermal atau
panas. Didalamnya terdapat bimetal, dimana bila arus listrik yang
mengalir melebihi ukuran tertentu (karena kelebihan beban atau terjadi
hubung singkat) dari MCB ini, maka bimetal ini secara mekanis akan
memutus aliran listrik dan menggerakkan tuas ke posisi OFF. Secara
umum fungsi MCB antara lain :
1. Membatasi Penggunaan daya Listrik.
2. Mematikan listrik secara otomatis apabila terjadi hubungan
singkat.
3. Membagi daya pada instalasi rumah menjadi beberapa bagian,
sehingga lebih mudah untuk mendeteksi kerusakan instalasi
listrik.
G. SISTEM PENTANAHAN
1. Pentanahan melalui tahanan (resistance grounding)
Sistem yang ditanahkan dengan tahanan adalah sistem yang titik netralnya
dihubungkan dengan tanah melalui tahanan.Pada umumnya nilai tahanan
pentanahan lebih tinggi daripada reaktansi sistem pada tempat dimana tahanan itu
dipasang.Salah satu masalah dalam pentanahan netral melalui tahanan adalah
timbulnya rugi daya pada tahanan netral tersebut ketika terjadi gangguan fasa ke
tanah.Nilai tahanan pentanahan netral tersebut harus dapat membatasi arus
gangguan ke tanah antara 10% samapai 25% dari arus gangguan tiga fasa agar
tidak banyak panas yang hilang pada waktu terjadi gangguan ke tanah. Nilai
tahanan netral yang dapat digunakan tergantung pada kapasitas tegangan kerja
sistem
Ada dua penggolongan pentanahan dengan tahanan yaitu pentanahan
dengan tahanan tinggi dan pentanahan dengan menggunakan tahanan rendah.
Kedua jenis pentanahan ini dibuat untuk membatasi tegangan lebih agar tidak
melampui batas tegangan normal.
a. Pentanahan netral melalui tahanan rendah .Pentanahan netral sistem
dengan tahanan rendah hampir sama dengan dengan pentanahan secara
langsung(solid).Besar tahanan dipilih sedemikian rupa sehingga rele gangguan
ketanah dapat bekerja mendeteksi arus gangguan.Untuk arus gangguan ketanah
yang lebih besar dari 25% tidak direkomendasikan untuk menggunakan tahanan
sebab akan banyak rugi daya dalam bentuk panas yang hilang.
b. Pentanahan netral melalui tahanan tinggi adalah pentanahan netral
sistem dengan tahanan yang akan membatasi arus gangguan ketanah ke harga
yang sama atau sedikit lebih besar dari arus pelepasan kapasitif sistem.Biasanya
untuk sistem ini arus gangguan ketanah tidak lebih dari 25A dan digunakan pada

37

sistem distribusi tenaga listrik bertegangan rendah dan menengah.Sistem


pentanahan ini secara efektif mengontrol transient overvoltage selama terjadi
gangguan ke tanah dan memperkecil kerusakan karena kejutan dan busur listrik
yang berbahaya pada titik gangguan.
2. Pentanahan tanpa impedansi/langsung (solid grounding)
Pentanahan tanpa Impedansi atau langsung. Pentanahan ini ialah apabila
titik netral trafo kita hubungkan langsung ketanah, pada system ini bila terjadi
gangguan kawat ketanah akan mengakibatkan terganggunya kawat dan gangguan
ini harus diisolasi dengan memutus Pemutus daya ( PMT / CB ). Tujuannya untuk
mentanahkan titik netral secara langsung dan membatasi kenaikan tegangan dari
fasa yang tidak terganggu. digunakan pada sistem dengan tegangan 20 kV. Sistem
ini mengandalkan nilai besarnya tahanan pentanahan (makin kecil tahanan
pentanahan makin baik) yang dipengaruhi oleh bahan dari elektroda
pentanahannya
3. Pentanahan melalui reaktor (reactor grounding)
Reaktor pengetanahan ini digunakan bila trafo daya tidak cukup
membatasi arus gangguan tanah. Pengetanahan ini digunakan untuk memenuhi
persyaratan dari sistem yang diketanahkan dengan pengetanahan ini, besarnya
arus gangguan ketanah di atas 25% dari arus gangguan 3 fasa Keuntungannya
dengan mengetanahkan trafo daya adalah untuk menekan tegangan lebih transien,
sehingga trafo daya dapat menggunakan isolasi dan tipe arrester yang lebih kecil
dan mengurangi penggunaan metode pengetanahan dengan reaktor, terutama
untuk sistem-sistem di atas 115 kV. Suatu sistem dapat dikatakan ditanahkan
reatansi bila suatu impendansi yang lebih induktif, disiipkan dalam titik netral
trafo (generator) dengan tanah.
4. Pentanahan efektif (effective grounding)
Pentanahan netral yang sederhana dimana hubungan langsung dibuat
antara netral dengan tanah. Jika tegangan seimbang, juga kapasitasi fasa ke tanah
sama, maka arus-arus kapasitansi fasa tanah akanmenjadi sama dan saling berbeda
fasa 1200satu sama lainnya. Titik netral dari impedansi adalah pada potensial
tanah dan tidak ada arus yang mengalir antara netral impedansi terhadap netral
trafo tenaga.
5. Sistem Netral Tidak Diketanahkan
Arus Ictg yang mengalir dari fasa yang tergangu ketanah, yang mana
mendahului tegangan fasa aslinya kenetral dengan sudut 900. Akan terjadi busur
api (arcing) pada titik ganguan karena induktansi dan kapasitansi dari system.
Tengangan fasa yang sehat akan naik menjadi tegangan line (fasa-fasa) atau 3 kali

38

tegangan fasa, bahkan sampai 3 kali tegangan fasa. Pada sistem ini bila terjadi
gangguan phasa ke tanah akan selalu mengakibatkan terganggunya saluran (line
outage), yaitu gangguan harus di isolir dengan membuka pemutus daya. Salah
satu tujuan pentanahan titik netral secara langsung adalah untuk membatasi
tegangan dari fasa-fasa yang tidak terganggu bila terjadi gangguan fasa ke tanah.
6. Pentanahan Petersen Coil.
Kumparan petersen biasanya digunakan dalam sistem pentanahan 3 phasa
untuk membatasi arus busur selama terjadinya gangguan tanah. Kumparan ini
pertama dikembangkan oleh W.Petersen pada tahun 1916. Ketika terjadi sebuah
gangguan 1 phasa ke tanah pada sistem 3 phasa yang tidak ditanahkan, tegangan
dari phasa yang terganggu berkurang sampai tegangan tanah (0V). Gangguan ini
menyebabkan 2 phasa sehat tegangannya meningkat menjadi 3 kali tegangan
semula. Peningkatan tegangan ini menyebabkan suatu aliran arus Ic
melaluikapasitansi phasa ke tanah. Arus Ic yang meningkat 3 kali arus kapasitif
normal dan mengalir pada rangkaiannya. Ini menyebabkan pukulan pada lokasi
gangguan yangdikenal dengan busur tanah (arching ground ). Hal ini juga
menyebabkan tegangan berlebih pada sistem.
Gardu induk merupakan salah satu bagian dari sistem tenaga listrik yang
mempunyai kemungkinan sangat besar mengalami bahaya yang disebabkan oleh
timbulnya gangguan sehingga arus gangguan itu mengalir ke tanah sebagai akibat
isolasi peralatan yang tidak berfungsi dengan baik. Arus gangguan tersebut akan
mengalir pada bagian bagian peralatan yang terbuat dari metal dan juga mengalir
dalam tanah di sekitar gardu induk.
Arus gangguan ini menimbulkan gradien tegangan diantara :
peralatan dengan peralatan
peralatan dengan tanah
permukaan tanah itu sendiri
Besarnya gradien tegangan pada permukaan tanah tergantung pada:
Tahanan jenis tanah
struktur tanah tersebut
Salah satu usaha untuk memperkecil tegangan permukaan tanah maka
diperlukan suatu pentanahan yaitu dengan cara menambahkan elektroda
pentanahan yang ditanam ke dalam tanah. Oleh karena lokasi peralatan listrik
(gardu induk) biasanya tersebar dan berada pada daerah yang kemungkinannya
mempunyai struktur tanah berlapis-lapis maka diperlukan perencanaan
pentanahan yang sesuai, dengan tujuan untuk mendapatkan tahanan pentanahan
yang kecil sehingga tegangan permukaan yang timbul tidak membahayakan baik

39

dalam kondisi normal maupun saat terjadi gangguan ke tanah. Dalam paper ini
analisa dilakukan dengan menggunakan elektroda batang (Rod) dengan berbagai
jenis pemasangannya
Pentanahan peralatan adalah penghubungan bagian bagian peralatan listrik
yang pada keadaan normal tidak dialiri arus. Tujuannya adalah untuk membatasi
tegangan antara bagian bagian peralatan yang tidak dialiri arus dan antara bagian
bagian ini dengan tanah sampai pada suatu harga yang aman untuk semua kondisi
operasi baik kondisi normal maupun saat terjadi gangguan. Sistem pentanahan ini
berguna untuk memperoleh potensial yang merata dalam suatu bagian struktur dan
peralatan serta untuk memperoleh impedansi yang rendah sebagai jalan balik arus
hubung singkat ke tanah. Bila arus hubung singkat ke tanah dipaksakan mengalir
melalui tanah dengan tahanan yang tinggi akan menimbulkan perbedaan tegangan
yang besar dan berbahaya.
Dalam analisis ini digunakan beberapa parameter yaitu kedalaman penanaman
elektroda pentanahan, panjang elektroda batang, jumlah elektroda batang (rod),
ketebalan lapisan tanah bagian pertama dan tahanan jenis tanah tiap lapisan
dengan menggunakan beberapa asumsi yaitu:

Lapisan-lapisan tanah sejajar terhadap permukaan tanah


Tahanan jenis tanah adalah konstan untuk setiap lapisan
Analisa hanya dilakukan untuk elektroda rod
Panjang rod (L) untuk semua kemungkinan pemasangan adalah sama (3.5
meter).

Pada saat terjadi gangguan, arus gangguan yang dialirkan ke tanah akan
menimbulkan perbedaan tegangan pada permukaan tanah yang disebabkan karena
adanya tahanan tanah. Jika pada waktu gangguan itu terjadi seseorang berjalan di
atas switch yard sambil memegang atau menyentuh suatu peralatan yang
diketanahkan yang terkena gangguan, maka akan ada arus mengalir melalui tubuh
orang tersebut. Arus listrik tersebut mengalir dari tangan ke kedua kaki dan terus
ke tanah, bila orang tersebut menyentuh suatu peralatan atau dari kaki yang satu
ke kaki yang lain, bila ia berjalan di switch yard tanpa menyentuh peralatan. Arus
ini yang membahayakan orang dan biasanya disebut arus kejut. Berat ringannya
bahaya yang dialami seseorang tergantung pada besarnya arus listrik yang melalui
tubuh, lamanya arus tersebut mengalir dan frekuensinya.

40

BAB V
RUGI RUGI (LOSSES)
Daya listrik yang dikirim dan disalurkan dari gardu induk/trafo distribusi
ke pemakai mengalami rugi tegangan dan rugi daya, ini disebabkan karena saluran
distribusi mempunyai tahanan, induktansi, dan kapasitas. Karena saluran
distribusi primer ataupun sekunder berjarak pendek maka kapasitas dapat
diabaikan, dengan demikian dapat dibuat rangkaian ekivalen dari saluran
distribusi.
Kerugian akibat pelembekan, pelembekan logam perpengaruh terhadap
sedikit pada semua suhu dan merupakan fungsi suhu dan waktu. Bersamaan
dengan penurunan batas tegangan tarik pada keadaan komulatif. Pelembekan yang
terlihat dan kerugian tegangan tarik tidak berpengaruh jika penghantar dalam
batas yang dianjurkan. Pada keadaan tertentu harga harga pada suatu tingkat
umur yang ditaksir dapat ditentukan. Untuk para ahli perlu mengetahui hubungan
antara suhu kerja, waktu suhu kerja dan penurunan kekuatan penghantaryang
bersangkutan.
41

Kerugian akibat panas, jika suatu penghantar dialairi arus listrik secara
terus menerus maka akan menimbulkan panas, panas ini timbul akibat energi
listrik yang mengalir pada penghantar tersebut. Semakin lama arus tresebut
mengalir maka semakin panas penghantar tersebut dan semakin banyak energi
listrik yang hilang karena energi tersebut berubah menjadi panas. Hal inilah yang
merugikan karena jika energi itu hilang maka tegangan pada ujung penghantar
tersebut akan berkurang. semakin banyak energin yang menjadi panas maka
semakin banyak tegangan yang menghilang.
Kerugian akibat Jarak, jarak sangat berpengaruh pada keandalan jaringan
karena semakin jauh atau semakin panjang penghantar listrik tersebut maka akan
banyak tegangan listrik yang menghilang karena penghantar itu saendiri memiliki
hambatan atau tahanan, jadi karena jarak penghantar sangat jau dari sumber atau
pembangkit maka nilai hambatan penghantar itu sendiri akan mengurangi
tagangan yang mengalir pada penghantar tersebut.
Luas penampang kawat (penghantar), Arus listrik yang mengalir dalam
penghantar selalu mengalami tahanan dari penghantar itu sendiri, besarnya
tahanan tergantung bahannya.
Tegangan juga sangat berpengaruh terhadap rugi-rugi daya, semakin besar
tegangan pada suatu saluran, maka semakin kecil arus pada saluran tersebut.
Sedangkan arus adalah salah satu faktor yang mempengaruhi besar kecilnya rugirugi daya pada suatu saluran.
A. PENGERTIAN
Losses adalah perbedaan antaraenergi listrik yang disalurkan (Ns) dengan
energi listrik yang dipakai (NI). Apabila melalui suatu saluran listrik ( hantaran
udara atau kabel tanah ) disalurkan enersi listrik, maka akan dialami rugi rugi
I

R yang di-disipasikan oleh saluran sebagai panas.


Losses dalam satuan persentase (%)
LOSSES =

N s
x 100
Ns

B. JENIS-JENIS LOSSES PADA JARINGAN


Losses ini sendiri dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu bias berdasarkan
sifat dari losses tersebut (losses teknik dan non teknik), maupun berdasarkan
tempat terjadinya (losses transmisi, losses transformator, dan losses distribusi).
1. Losses Teknik

42

Yaitu hilangnya energi listrik yang dibangkitkan karena didesipasikan


menjadi energi panas yaitu losses I2Rt,
Susut Energi

= I R .t

( kWh )

a. Hilang daya tahanan


Hilang daya tahanan untuk saluran tiga fasa kawat untuk saluran
transmisi yang pendek dinyatakan oleh persamaan :
P1 = 3I2R
Dari segi ekonomis, hilang tenaga tahunan atau hilang tenaga tahunan rata-rata
perlu dipertimbangkan juga. Factor hilang tahunan adalah perbandingan antara
hilang tenaga tahunan rata-rata dan hilang daya pada beban maksimum. Dalam
hubungannya dengan factor beban (load factor) sering digunakan persamaan
pendekatan
fHT = 0,3fBT + 0,7 (fBT)2
dimana:

fHT = factor hilang tahunan


fBT = factor beban tahunan

b. Rugi-Rugi Tembaga pada trafo


Rugi yang disebabkan arus beban mengalir pada kawat tembaga
dapat ditulis sebagai :
Pcu = I . R

Dimana:

Pcu
I
R

= Rugi-Rugi tembaga
= Arus yang mengalir ke Trafo
= Resistansi Asli Trafo

2. Losses non teknis


Rugi rugi yang disebabkan oleh kesalahan pemasangan dan kerusakan
dari material/peralatan jaringan
C. PENYEBAB LOSSES PADA JARINGAN
1. Terjadi rugi-rugi pada saluran (penghantar)

43

I
R
X
Cos
L

= Arusnya yang mengalir pada penghantar


= Tahanan pada penghantar per km
= Reaktansi pada penghantar per km
= Faktor daya beban
= Panjang penghantar

2. Kesalahan pada pengukuran


Kesalahan baca stan kWh meter (deviasi error)

Kesalahan pada rasio trafo ukur (Current Transformer & Potential Transformer
Trafo ukur rusak (belitan hubung singkat, ini rusak)
Trafo ukur jenuh
Salah pada rating plate (seharusnya 150 / A, ditulis 100 / 5)

3. Beban tidak seimbang dan kawat netral mengalir arus

44

Pada konsisi beban tidak seimbang, maka arus pada netral akan nol.
Sedangkan pada kondisi ideal pada kawat netral ini seharusnya "nol". Bila ada
nilai tahanan pada kawat pentanahan netral, maka pada kawat netral akan
bertegangan besarnya arus yang mengalir sepanjang kawat netral akan
menyebabkan rugi daya di sepanjang kawat netral.
4. Kontak pada sambungan tidak baik (loss contact)

5. Penggunaan tenaga listrik yang tidak terukur


Pencurian listrik
Kebocoran listrik

6. Variasi tegangan pelayanan


Tegangan standar sistem tegangan rendah
Satu fasa : 127 V dan 220 V
Secara bertahap tegangan 127 V dihilangkan
Tiga fasa : 127 / 220 V dan 220 / 380 V
Secara bertahap tegangan 127 / 220 V dihilangkan
Toleransi tegangan pelayanan
Maksimal + 5 % minimal - 10 % ( untuk JTR 198 s/d 231 Volt sedangkan
untuk JTM 18 s/d 21 kV )
D. RUGI TEGANGAN
Sepanjang hantaran SR Maksimal 2 % bila disadapkan langsung dari JTR

45

Model SR, yang disadapkan langsung dari trafo, Maksimal 12 % disadapkan


langsung pada trafo

Perhitungan rugi tegangan


V = I (r . Cos Q + Sin Q) . L
atau
P
elta V = ---- (r + X tg Q) I ......... V atau kV
V
Untuk TM P dalam satuan MW
Untuk TR P dalam satuan Kv
Untuk TM dalam satuan kW
Untuk TR dalam satuan V
P
Pada TM = 100 (r + X . tg Q) ----- I ......... %
46

V2
P
Pada TR = 105 (r + X . tg Q) ----- I ......... %
V2
E. PENYEIMBANG BEBAN
Menyeimbangkan beban dapat dilakukan dengan cara dimulai dari tiang akhir:
Seimbangkan beban setiap fasa dari besanya pemakaian energi setiap
sambungan pelayanan.
Perhitungkan kembali kemungkinan ketidak seimbangan pada tiang sisi
hilir ke tiang sisi hulu
Pada tiang yang sulit diseimbangkan, pasang pentanahan pada hantaran
netral
Gangguan pada titik sambungan dapat terjadi karena:
Kontak antara pisau fuse dengan penjepit ground plate kurang baik
disebabkan oleh : pegas sudah lemas, permukaan kontak kotor.
Kontak antara sepatu kabel saluran opsting dengan rel PHB-TR kurang
baik disebabkan oleh ukuran sepatu kabel kurang sesuai, pengencangan
sepatu kabel tidak benar.
Kontak antara kabel opsting dengan kabel JTR kurang baik disebabkan
oleh: bahan dan ukuran material sambungan tidak sesuai, pengerjaan
penyambungan tidak benar
Kontak antara JTR dengan kabel SP kurang baik yang disebabkan oleh
bahan dan ukuran material sambungan tidak sesuai, penghantar tidak
benar.

47

REFERENSI
http://www.geyosoft.com/2015/dasar-sistem-tenaga-listrik (Diakses pada tanggal
16-12-2015 pukul 21.03 WITA)
https://distribusiduri.wordpress.com/category/sistem-tenaga-listrik/ (Diakses pada
tanggal 16-12-2015 pukul 21.05 WITA)
http://teknik-tenaga-listrik.blogspot.co.id/2015/08/sistem-tenaga-listrik.html
(Diakses pada tanggal 16-12-2015 pukul 21.08 WITA)
http://jonny-havianto.blogspot.co.id/2014/04/sistem-tenaga-listrik.html (Diakses
pada tanggal 17-12-2015 pukul 6.13 WITA)
www.dokumen.itp.ac.id/dokumen/.../Buku%20AST(Yusreni%20Warmi).pdf
(Diakses pada tanggal 17-12-2015 pukul 6.21 WITA)
http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_ELEKTRO/19510630
1982031-CHRIS_TIMOTIUS_KURNIA_K/TM_handout.pdf (Diakses pada
tanggal 16-12-2015 pukul 22.02 WITA)
http://dunia-listrik.blogspot.co.id/2008/12/sistem-distribusi-tenaga-listrik.html
(Diakses pada tanggal 18-12-2015 pukul 8.03 WITA)
https://daman48.files.wordpress.com/2010/11/materi-8-pengaman-jarinandistribusi.pdf (Diakses pada tanggal 18-12-2015 pukul 11.50 WITA)
https://hilmanhijriyansyah.wordpress.com/2012/12/10/sistem-distribusi/ (Diakses
pada tanggal 18-12-2015 pukul 8.53 WITA)
http://dodikkhoiruddin.blogspot.co.id/2015/02/komponen-sistem-distribusi.html
(Diakses pada tanggal 18-12-2015 pukul 9.33 WITA)
http://elektro-unimal.blogspot.co.id/2013/06/gangguan-pada-sistemdistribusi.html (Diakses pada tanggal 18-12-2015 pukul 9.58 WITA)
http://maulananggie.blogspot.co.id/2015/08/stabilitas-dan-keandalan.html
(Diakses pada tanggal 18-12-2015 pukul 12.51 WITA)
https://itsmen.wordpress.com/2012/04/01/gangguan-yang-terjadi-pada-jaringandistribusi/ (Diakses pada tanggal 18-12-2015 pukul 1.34 WITA)
http://duniaelektroku.blogspot.co.id/p/blog-page_7.html (Diakses pada tanggal
18-12-2015 pukul 2.10 WITA)

48

https://prezi.com/ckre2cii7l4j/keandalan-sistem-tenaga-listrik/ (Diakses pada


tanggal 18-12-2015 pukul 2.26 WITA)
http://dunia-listrik.blogspot.co.id/2010/03/kualitas-daya-listrik-power-quality.html
(Diakses pada tanggal 18-12-2015 pukul 2.39 WITA)
http://aroeskuat.blogspot.co.id/2009/06/mutu-tenaga-listrik.html (Diakses pada
tanggal 18-12-2015 pukul 3.22 WITA)
http://anak-elektro-ustj.blogspot.co.id/2013/03/sistem-proteksi-tenaga-listrik.html
(Diakses pada tanggal 19-12-2015 pukul 9.22 WITA)
http://www.pln.co.id/p3bjawabali/?p=451 (Diakses pada tanggal 19-12-2015
pukul 8.37 WITA)
http://antonabdullah93.blogspot.co.id/2015/02/sistem-pentanahan-dan-jenisjenis.html (Diakses pada tanggal 19-12-2015 pukul 9.02 WITA)
http://arisfirmansyah.weebly.com/listrik.html (Diakses pada tanggal 19-12-2015
pukul 10.11 WITA)
https://garslandi.wordpress.com/2014/01/03/contoh-soal-mesin-listrik/ (Diakses
pada tanggal 19-12-2015 pukul 11.03 WITA)
http://rudi-electrical.blogspot.co.id/2011/07/rumus-rugi-rugi-daya-jaringantegangan.html (Diakses pada tanggal 19-12-2015 pukul 11.48 WITA)

49

Anda mungkin juga menyukai