1. SISTEM PEMBANGKITAN
Sistem Pembangkitan Tenaga Listrik berfungsi membangkitkan energi listrik
melalui berbagai macam pembangkit tenaga listrik (PLTA, PLTU, PLTD, PLTP,
PLTG, PLTS, PLTN, PLTBiomassa, PLTMH, dsb). Pada Pembangkit Tenaga
Listrik ini sumber-sumber energi alam fosil atau terbarukan dirubah oleh
penggerak mula menjadi energi mekanis yang berupa kecepatan atau putaran,
selanjutnya energi mekanis tersbut di rubah menjadi energi listrik oleh generator.
Proses perubahan energi primer menjadi listrik pada pembangkit adalah sebagai
berikut :
1) Pada PLTU : Bahan bakar yang berasal dari fossil : batubara, minyak
bumi, gas alam, dipakai sebagai bahan bakar untuk memanaskan air dan
menghasilkan uap untuk menggerakkan turbin uap.
2) Pada PLTD atau PLTG : Bahan bakar minyak atau gas alam dipakai untuk
menggerakkan mesin diesel atau turbin gas.
3) Pada PLTN : bahan galian uranium atau thorium, menghasilkan reaksi
yang mengeluarkan panas dan memproduksi uap air untuk memutar turbin
uap.
4) Pada PLTA : energi potensial air diubah menjadi energi kinetic dan
selanjutnya energi mekanik memutar turbin air.
5) Pada PLTB (Bayu) : Tenaga angin dipakai untuk memutar turbin.
6) Pada PLTS (Surya) : Sinar matahari pada sel fotovoltaik menghasilkan
arus listrik.
2. SISTEM TRANSMISI
dan 25-30 tahun untuk jangka panjang. Perencanaan adalah menyangkut masalah
pembuatan rencana, yang melibatkan masalah perencanaan pengoperasian,
perbaikan dan perluasan pada sistem tenaga listrik, sehingga diperlukan:
Analisis Aliran Beban Sistem Tenaga Listrik dimaksudkan untuk
penyempurnaan operasi sistem tenaga listrik baik pada saat dianalisis ataupun
masa yang akan datang yang menyangkut masalah operasi jaringan atau jatuh
tegangan pada jaringan yang harus dipertahankan konstan, perluasan sistem
berupa lokasi beban baru atau lokasi pembangkit baru, kondisi sistem masa yang
akan datang karena pertumbuhan beban yang pesat maupun interkoneksi sistem
tenaga listrik untuk mengantisipasi pertumbuhan beban yang begitu cepat.
Analisis Gangguan Sistem tenaga Listrik berfungsi untuk memberikan
informasi dalam menjawab masalah pengaman sistem tenaga listrik, koordinasi
isolasi sistem tenaga listrik serta koordinasi rele dan pemutus tenaga dalam
mengisolasi bagian atau peralatan yang terganggu. Gangguan yang dimaksud
adalah gangguan parallel (shunt) berupa gangguan simetris dan tidak simetris,
gangguan seri berupa satu fasa dan dua fasa putus, gangguan simultan berupa
gabungan gangguan shunt pada suatu tempat dan tempat yang lain atau gangguan
seri yang merupakan kombinasi gangguan diatas.
Analisis Stabilitas Sistem Tenaga Listrik menyangkut masalah kemampuan
sistem untuk tetap sinkron selama terjadi gangguan misalnya karena jatuhnya
suatu pembangkit tenaga, stabilitas penambahan beban baru, pemasangan motor
besar yang telah ada, penambahan unit pembangkit baru dan keperluan pengaturan
beban puncak.
BAB II
Sistem Radial adalah yang paling sederhana dan paling banyak dipakai, terdiri
atas fider ( feeders ) atau penyulang yang merupakan rangkaian tersendiri yang
seolah-olah keluar dari suatu sumber atau wilayah tertentu secara radial. Fider itu
dapat juga dianggap sebagai terdiri atas suatu bagian utama dari mana saluran
samping atau lateral lain bersumber dan dihubungkan dengan transformator
distribusi sebagaimana terlihat pada gambar 3
Kontinyuitas pelayanan daya tidak terjamin, sebab antara titik sumber dan
titik beban hanya ada satu alternatif saluran sehingga bila saluran tersebut
mengalami gangguan, maka seluruh rangkaian sesudah titik gangguan
akan mengalami black out secara total.
Untuk melokalisir gangguan, pada bentuk radial ini biasanya diperlengkapi
dengan peralatan pengaman berupa fuse, sectionaliser, recloser, atau alat pemutus
beban lainnya, tetapi fungsinya hanya membatasi daerah yang mengalami
pemadaman total, yaitu daerah saluran sesudah/dibelakang titik gangguan, selama
gangguan belum teratasi. Jadi, misalkan gangguan terjadi di titik F, maka daerah
beban K, L dan M akan mengalami pemadaman total. Jaringan distribusi radial ini
memiliki beberapa bentuk modifikasi, antara lain: Radial tipe pohon, Radial
dengan tie dan switch pemisah, Radial dengan pusat beban, Radial dengan
pembagian phase area.
1.2 Sistem Lup
Suatu cara lain guna mengurangi lama interupsi daya yang disebabkan
gangguan adalah dengan merancang fider sebagai LUP (loop ) dengan
menyambung kedua ujung saluran. Hal ini mengakibatkan bahwa suatu pemakai
dapat memperoleh pasokan energi dari dua arah. Bilamana pasokan dari salah satu
arah terganggu, pemakai itu akan disambung pada pasokan arah lainnya.
Kapasitas cadangan yang cukup besar harus tersedia pada tiap fider. Sistem Lup
dapat dioperasikan secara terbuka, ataupun secara tertutup.
Pada system lup terbuka, bagian-bagian fider tersambung melalui alat pemisah
( disconnectors), dan kedua ujung fider tersambung pada sumber energi. Pada
suatu tempat tertentu, pada fider, alat pemisah sengaja dibiarkan dalam keadaan
terbuka. Pada asalnya, system ini terdiri atas dua fider yang dipisahkan oleh suatu
pemisah, yang dapat berupa sekring, alat pemisah, saklar daya. (Gambar 4). Bila
terjadi gangguan, bagian saluran dari fider yang terganggu dapat dilepas dan
menyambungnya pada fider yang tidak terganggu. Sistem demikian biasanya
dioperasikan secara manual dan dipakai pada jaringan jaringan yang relatif kecil.
Spindel ini menghubungkan rel dari satu GI ( atau GH ) dengan rel dari GI
(atau GH) lain. Keistimewaannya adalah bahwa selain kabel-kabel, atau fider,
yang mengisi beberapa buah GD, terdapat satu kabel ( Kabel A pada gambar 6),
yang tidak mendapat beban GD. Kabel A ini selalu menghubungi rel kedua GI
( atau GH ) itu. Sedangkan kabel-kabel B memperoleh pengisian hanya dari salah
satu GI ( atau GH ). Bilamana salah satu kabel B atau salah satu GD terganggu,
maka pengisian dapat diatur sedemikian rupa, dari sisi I dan/atau sisi II hingga
dapat dihindari terjadinya suatu pemadaman, ataupun pemadaman terjadi secara
minimal.
Sistem ini banyak dipakai di Jakarta dan kota kota besar lainnya di Indonesia.
Sistem ini memberi keandalan operasi yang cukup tinggi dengan investasi
9
tambahan berupa kabel A yang relatif rendah. Bilamana kabel A terganggu maka
saklar S akan bekerja, dan sistem spindle ini sementara akan bekerja sebagai suatu
sistem biasa.
1.4 Sistem Jaring-Jaring (NET)
Merupakan gabungan dari beberapa saluran mesh, dimana terdapat lebih dari
satu sumber sehingga berbentuk saluran interkoneksi. Jaringan ini berbentuk
jaring-jaring, kombinasi antara radial dan loop. Titik beban memiliki lebih banyak
alternatip saluran/penyulang, sehingga bila salah satu penyulang terganggu,
dengan segera dapat digantikan oleh penyulang yang lain. Dengan demikian
kontinyuitas penyaluran daya sangat terjamin.
Spesifikasi Jaringan Distribusi Jaring-Jaring (NET) ini adalah:
Kelebihan:
Kontinyuitas penyaluran daya paling terjamin.
Kualitas tegangannya baik, rugi daya pada saluran amat kecil.
Dibanding dengan bentuk lain, paling flexible (luwes) dalam mengikuti
pertumbuhan dan perkembangan beban.
Kelemahan:
Sebelum pelaksanaannya, memerlukan koordinasi perencanaan yang teliti
dan rumit.
Memerlukan biaya investasi yang besar (mahal).
Memerlukan tenaga-tenaga terampil dalam pengoperasian nya
2. Sistem Distribusi Sekunder
Sistem distribusi sekunder digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik
dari gardu distribusi ke beban-beban yang ada di konsumen. Pada sistem distribusi
sekunder bentuk saluran yang paling banyak digunakan ialah sistem radial. Sistem
ini dapat menggunakan kabel yang berisolasi maupun konduktor tanpa isolasi.
Sistem ini biasanya disebut system tegangan rendah yang langsung akan
dihubungkan kepada konsumen/pemakai tenaga listrik dengan melalui peralatanperalatan sebagai berikut:
2.1 Papan pembagi pada trafo distribusi,
2.2 Hantaran tegangan rendah (saluran distribusi sekunder).
2.3 Saluran Layanan Pelanggan (SLP) (ke konsumen/pemakai)
10
2.4 Alat Pembatas dan pengukur daya (kWH. meter) serta fuse atau pengaman
pada pelanggan.
B. GARDU DISTRIBUSI
Gardu distribusi berfungsi untuk mengubah tegangan menengah menjadi
tegangan rendah dan sekaligus sebagai penyalur daya dari kabel jaringan primer
tegangan menengah ke jaringan tegangan rendah. Peralatan peralatan utama yang
terdapat pada gardu distribusi dapat dilihat pada gambar 7
11
masing kabel yang masuk dan kabel keluar., satu sel tegangan menengah untuk
pengaman trafo dan biasanya disiapkan satu tempat untuk satu kubikel cadangan.
Gardu konsumen umum mempunyai 2 tipe yaitu tipe 7 R2 dan A2. Jika
diperlukan satu arah kabel tambahan yang tetap, maka dipakai tipe 8 R, yaitu
gardu yang mempunyai 3 sel teganga menengah untuk kabel masuk dan keluar,
dan 1 sel tegangan menengah pengaman trafo dan disiapkan tempat untuk satru
sel cadangan.
2) Gardu campuran ( gardu konsumen umum dan konsumen khusus )
Gardu ini dipergunakan untuk konsumen khusus seperti pabrik, kantor atau
rumah sakit dan juga untuk konsumen umum disekitarnya. Gardu ini terdiri dari
tipe ST 16 yang mempunyai beberapa perbedaan susunan.
Susunan no 1. Mempunyai 2 buah trafo dengan kapasitas masing- masing 630
KVA dan dipergunakan untuk konsumen umum dan khusus, terdiri dari 4 sel
tegangan menengah yaitu satu sel untuk kabel masuk, satu sel untuk kabel keluar,
satu sel tegangan menengah untuk pengaman trafo konsumen umum, dan satu sel
tegangan menengah untuk pengfaman trafo konsumen khusus. .
Susunan no 2. Susunan ini mempunyai 6 buah sel tegangan menengah yaitu 3
buah pada konsumen umum dan 3 buah pada konsumen khusus yang masing
masing terdiri atas 1 sel trafo tegangan, 1 sel pemutus minyak dan 1 sel pengaman
trafo. Antara kedua ruangan tersenut disekat dengan sebuah pintu.
Susunan no 3. Untuk susunan no 3 ini ko nsumen khusus dapat mempunyai
daya lebih dari 630 KVA. Jumlah selnya 7 buah dengan 6 sel seperti pada susunan
no 2 diatas dan 1 sel tambahan berisi LBS ( pemutus ) yang dapat menyalurkan
daya ke gardu satelit.
Susunan no 4 Pada susunan no 4 ini selain mempunyai satu trafo untuk
konsumen khusus, juga dilengkapi 2 sel tegangan menengah untuk system
distribusi khusus ( kedua sel tersebut untuk kabel masuk dan kabel keluar,
sehingga system distribusi khusus tadi merupakan ring / loop).
Susunan no 5. Pada susunan no 5 ini selain 1 sel trafo untuk konsumen
umum , untuk konsumen khusus hanya ada 2 sel tegangan menengah ( pemutus /
LBS) dan digunakan untuk keluar-masuk kabel system distribusi khusus
kepunyaan konsumen khusus btersebut.
3) Gardu konsumen khusus ( private)
Gardu ini hanya digunakan untuk konsukmen khusus yaitu pabriuk, rumah
sakit atau kantor yang besar dengan daya antara 100 KVA sampai lebih dari 1260
KVA. Tipe gardu yang digunakan adsalah ST 16, ST 17 dan ST 18. Bila
12
13
D. JARINGAN DISTRIBUSI
Jaringan distribusi diklasifikasikan menjadi dua, diantaranya :
1. Jaringan Tegangan Menengah merupakan jaringan yang menghubungkan
gardu induk dengan gardu distribusi dengan menggunakan tegangan 6 kV,
7kV, 12 kV dan 20 kV. Jaringan tegangan menengah menggunakan 3 fasa.
Sistem Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
Sistem Kabel Tegangan Menengah (SKTM)
2. Jaringan Tegangan Rendah merupakan jaringan yang terhubung dari sisi
sekunder trafo distribusi hingga sambungan di rumah-rumah. Jaringan
tegangan rendah beroperasi dengan rating 220 380 V dengan fasa
tunggal.
Umumnya digunakan Sistem Saluran Udara Tegangan Rendah
(SUTR)
E. PENGAMAN DISTRIBUSI
Pengaman yang digunakan pada sistem distribusi tenaga listrik, antara lain:
1. Pengaman Lebur :
Pengaman Tegangan Rendah (NH, Fuse)
Pengaman Tegangan Menengah (Fuse Cut Out)
14
Fuse cut out (sekring) adalah suatu alat pengaman yang melindungi
jaringan terhadap arus beban lebih (over load current) yang mengalir melebihi
dari batas maksimum, yang disebabkan karena hubung singkat (short circuit) atau
beban lebih (over load). Konstruksi dari fuse cut out ini jauh lebih sederhana bila
dibandingkan dengan pemutus beban (circuit breaker) yang terdapat di Gardu
Induk (sub-station). Akan tetapi fuse cut out ini mempunyai kemampuan yang
sama dengan pemutus beban tadi. Fuse cut out ini hanya dapat memutuskan satu
saluran kawat jaringan di dalam satu alat. Apabila diperlukan pemutus saluran tiga
fasa maka dibutuhkan fuse cut out sebanyak tiga buah.
15
3. Pengaman Trafo:
Relay Buchols
4. Pengaman Celah :
Celah Batang (rod gap)
Alat pengaman celah batang (rod gap) merupakan alat pengaman paling
sederhana, yang terdiri dari dua batang logam dengan penampang tertentu. Batang
logam bagian atas diletakkan di puncak isolator jenis pos (post type insulator)
dihubungkan dengan kawat penghantar jaringan distribusi, sedangkan batang
logam bagian bawah diletakkan pada bagian dasar isolator jenis pos yang
langsung berhubungan dengan ground. Jarak celah kedua batang logam tersebut
disesuaikan dengan tegangan percikan untuk suatu bentuk gelombang tegangan
tertentu.
Tanduk Api (arcing horn)
Seperti halnya alat pengaman celah batang, alat pengaman tanduk api ini
diletakkan dikedua ujung isolator gantung (suspension insulator) atau isolator
batang panjang (long rod insulator). Tanduk api dipasang pada ujung kawat
penghantar dan ujung isolator yang berhubungan langsung dengan ground (tanah)
yang dibentuk sedemikian rupa, sehingga busur api tidak akan mengenai isolator
saat terjadi loncatan api. Jarak antara tanduk atas dan bawah diatur sekitar 75-85
% dari panjang isolator keseluruhan. Tegangan loncatan api untuk isolator
gandengan dengan tanduk api ditentukan oleh jarak tanduk tersebut.
Celah Sekring (fuse rod gap)
Alat pengaman celah sekring ini merupakan gabungan antara celah batang
(rod gap) dengan sekring yang dihubungkan secara seri. Penggabungan ini
digunakan untuk menginterupsikan arus susulan (power follow current) yang
diakibatkan oleh percikan api. Oleh sebab itu celah sekring mempunyai
karakteristik yang sama dengan celah batang, dan alat ini dapat menghindarkan
adanya pemutusan jaringan sebagai akibat percikan, serta memerlukan
penggantian dan perawatan sekring yang telah dipakai. Kecuali itu agar supaya
penggunaannya efektif harus diperhatikan juga koordinasi antara waktu leleh
sekring dengan waktu kerja rele pengaman.
Celah Kontrol (control gap)
Alat pengaman celah kontrol terdiri dari dua buah celah yang diatur
sedemikian rupa, sehingga karakteristiknya mendekati celah bola ditinjau dari segi
lengkung volt-waktunya yang mempunyai karakteristik lebih baik dari celah
batang. Celah kontrol ini dapat dipakai bersama atau tanpa sekring; meskipun alat
ini dapat dipakai sebagai perlindungan cadangan atau sekunder, dan dianggap
sekelas dengan celah batang.
16
PMT tegangan menengah ini biasanya dipasang pada Gardu Induk, pada kabel
masuk ke busbar tegangan menengah (Incoming Cubicle) maupun pada setiap
rel/busbar keluar (Outgoing Cubicle) yang menuju penyulang keluar dari Gardu
Induk (Yang menjadi kewenangan operator tegangan menengah adalah sisi
Incoming Cubicle). Ditinjau dari media pemadam busur apinya PMT dibedakan
atas :
PMT dengan media minyak (Oil Circuit Breaker)
PMT dengan media gas SF6 (SF6 Circuit Breaker)
PMT dengan media vacum (Vacum Circuit Breaker)
Konstruksi PMT sistem 20 kV pada Gardu Induk biasanya dibuat agar PMT
dan mekanisme penggeraknya dapat ditarik keluar / drawable (agar dapat ditest
posisi apabila ada pemadaman karena pekerjaan pemeliharaan maupun gangguan).
2. Disconector (DS) / Saklar Pemisah
Adalah sebuah alat pemutus yang digunakan untuk menutup dan membuka
pada komponen utama pengaman/recloser, DS tidak dapat dioperasikan secara
langsung, karena alat ini mempunyai desain yang dirancang khusus dan
mempunyai kelas atau spesifikasi tertentu, jika dipaksakan untuk pengoperasian
langsung, maka akan menimbulkan busur api yang dapat berakibat fatal. Yang
dimaksud dengan pengoperasian langsung adalah penghubungan atau pemutusan
tenaga listrik dengan menggunakan DS pada saat DS tersebut masih dialiri
tegangan listrik.
Pengoperasian DS tidak dapat secara bersamaan melainkan dioperasikan satu
per satu karena antara satu DS dengan DS yang lain tidak berhubungan, biasanya
menggunakan stick (tongkat khusus) yang dapat dipanjangkan atau dipendekkan
sesuai dengan jarak dimana DS itu berada, DS sendiri terdiri dari bahan keramik
sebagai penopang dan sebuah pisau yang berbahan besi logam sebagai switchnya.
3. Air Break Switch (ABSw)
Air Break Switch (ABSw) adalah peralatan hubung yang berfungsi sebagai
pemisah dan biasa dipasang pada jaringan luar. Biasanya medium kontaknya
adalah udara yang dilengkapi dengan peredam busur api / interrupter berupa
hembusan udara. ABSw juga dilengkapi dengan peredam busur api yang
berfungsi untuk meredam busur api yang ditimbulkan pada saat membuka /
melepas pisau ABSw yang dalam kondisi bertegangan . Kemudian ABSw juga
dilengkapi dengan isolator tumpu sebagai penopang pisau ABSw , pisau kontak
sebagai kontak gerak yang berfungsi membuka / memutus dan menghubung /
memasukan ABSw , serta stang ABSw yang berfungsi sebagai tangkai penggerak
pisau ABSw. Perawatan rutin yang dilakukan untuk ABSw karena sering
dioperasikan, mengakibatkan pisau-pisaunya menjadi aus dan terdapat celah
18
19
20
untuk daerah di luar kota selain gangguan sentuhan pohon juga sering terjadi
gangguan karena petir. Gangguan karena petir maupun karena sentuhan pohon ini
sifatnya temporer (sementara), oleh karena itu penggunaan penutup balik otomatis
(recloser) akan mengurangi waktu pemutusan penyediaan daya (supply
interupting time). Penyebab gangguan dapat dikelompokan menjadi :
a. Gangguan intern (dari dalam):
yaitu gangguan yang disebabkan oleh sistem itu sendiri. Misalnya gangguan
hubung singkat, kerusakan pada alat, switching kegagalan isolasi, kerusakan pada
pembangkit dan lain - lain.
b. Gangguan extern (dari luar)
yaitu gangguan yang disebabkan oleh alam atau diluar sistem. Misalnya
terputusnya saluran/kabel karena angin, badai, petir, pepohonan, layang - layang
dan sebagainya.
c. Gangguan karena faktor manusia
yaitu gangguan yang disebabkan oleh kecerobohan atau kelalaian operator,
ketidak telitian, tidak mengindahkan peraturan pengamanan diri, dan lain-lain.
Akibat gangguan yang terjadi pada sistem antara lain :
a. Beban lebih
Pada saat terjadi gangguan maka sistem akan mengalami keadaan kelebihan
beban karena arus gangguan yang masuk ke sistem dan mengakibatkan sistem
menjadi tidak normal. Gangguan beban lebih terjadi karena pembebanan sistem
distribusi yang melebihi kapasitas sistem terpasang. Gangguan ini sebenarnya
bukan gangguan murni, tetapi bila dibiarkan terus-menerus berlangsung dapat
merusak peralatan sistem.
b. Hubung singkat
Pada saat hubung singkat akan menyebabkan gangguan yang bersifat temporer
maupun yang bersifat permanen. Gangguan permanen dapat terjadi pada hubung
singkat 3 phasa, 2 phasa ketanah, hubung singkat antar phasa maupun hubung
singkat 1 phasa ketanah. Sedangkan pada gangguan temporer terjadi karena
flashover antar penghantar dan tanah, antara penghantar dan tiang, antara
penghantar dan kawat tanah dan lain - lain.
Gangguan permanen : Hubung singkat pada kabel, belitan trafo,
generator, (tembusnya isolasi).
21
Probabilitas
Kecukupan performance
Waktu
Kondisi operasi
22
gangguan dan harga suatu tempat konsumen atas suplay listrik pada saat suplay
tidak tersedia.
Faktor yang Mempengaruhi Keandalan Sistem Distribusi
Keandalan sebuah sistem distribusi pada dasarnya ditentukan oleh hal-hal
sebagai berikut :
Konfigurasi dari sistem distribusi
Keandalan masing masing komponen
distribusi tersebut.
Pengaturan operasi saluran distribusi
yang
menyusun sistem
Sistem distribusi dengan konfigurasi tertentu dapat lebih andal dari sistem
distribusi konfigurasi lain, walaupun masing-masing mempunyai komponen yang
sama. Makin andal suatu konfigurasi, maka biayanya juga semakin mahal. Hal ini
misalnya dapat dilihat pada sistem konfigurasi radial dan sistem konfigurasi
spindle, dimana sistem konfigurasi spindle lebih andal, karena dilengkapi dengan
gardu hubung dan express feeder sehingga memungkinkan gardu distribusi salah
satu feeder disuplai oleh express feeder, tetapi dengan sendirinya investasi yang
harus ditanamkan lebih mahal yaitu untuk biaya gardu hubung dan express feeder
terse but. Sedangkan keandalan dari masing - masing komponen distribusi
tersebut dapat dilihat dari kegagalan yang terjadi dari komponen itu sendiri.
Terjadinya kegagalan komponen distribusi dapat disebabkan oleh beberapa
faktor yang antara lain :
a.
b.
Faktor dalam yaitu kegagalan yang terjadi karena kondisi komponen itu
sendiri seperti sarnbungan kabel yang tidak sernpurna, isolasi buruk dan
lain-lain.
Faktor luar : yaitu kegagalan yang terjadi diluar seperti tingginya
kelembaban pada gardu, pencemaran udara, dan lain-lain.
Disamping hal-hal yang tersebut diatas tadi, ada pula faktor-faktor diluar
sistem distribusi yaitu terjadinya gangguan pada transmisi sehingga akan
mempengaruhi keandalan sistem distribusi yang telah mempunyai keandalan yang
tinggi sekalipun.
23
Pemilihan criteria kegagalan diatas tergantung pada macam beban pada titik
perhatian kita: yaitu sesuai dengan waktu maksimum pemadaman yang tidak
mengganggu kerja beban. Pada kasus tertentu, yang dimaksud kehilangan daya
sama sekali bisa berarti : tegangan pelayanan dibawah 70 %.
I. DEFINISI INDEKS KEANDALAN
Keandalan tingkat menengah, yaitu pada tingkat 3.
Tingkat 3: Padam beberapa menit, manipulasi oleh petugas yang stand by
di gardu atau dilakukan deteksi/pengukuran dan pelaksanaan manipulasi
jarak jauh.
Keandalan tingkat tinggi, yaitu pada tingkat 4 dan 5.
Tingkat 4: Padam beberapa detik, pengamanan dan manipulasi secara
otomatis.
Tingkat 5: Tanpa padam, dilengkapi instalasi cadangan terpisah dan
otomatis.
Beberapa variabel yang mempengaruhi indeks keandalan adalah panjang
penyulang dan kerapatan beban, konfigurasi saluran dan tegangan yang
disalurkan. Salah satu metode untuk meningkatkan keandalan jaringan distribusi
berdasarkan indeks keandalan adalah dengan menambahkan fuse, sectionalizer
atau recloser. Indeks keandalan merupakan suatu indikator keandalan yang
dinyatakan dalam besaran probabilitas. Indeks keandalan titik beban yang
biasanya digunakan meliputi laju pemutusan beban rata-rata f (pemutusan
beban/tahun), waktu keluar rata-rata r (jam/pemutusan beban) dan lama
pemutusan beban rata-rata U (jam/tahun). Indeks keandalan sistem yang banyak
digunakan antara lain :
System Average Interruption Frequency Index (SAIFI).
24
2. Trafo Distribusi
Transformator adalah suatu alat listrik yang digunakan untuk
mentransformasikan daya atau energi listrik dari tegangan tinggi ke tegangan
rendah atau sebaliknya, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip
induksi-elektromagnet. Trafo yang umum digunakan untuk sistem distribusi yaitu
trafo 1 phasa dan trafo 3 phasa. Sedangkan berdasar sistem pengamannya, trafo
distribusi dibagi menjadi dua macam, yaitu trafo CSP dan trafo non CSP. Trafo
distribusi non CSP memiliki sistem pengamanan , diantaranya :
a. Pengaman TM terdiri dari :
a) Pemisah lebur : 20 kV, disesuaikan dengan kapasitas trafo yang
dipergunakan.
25
b) Arester 18 kV, 5 kA
c) Pembumian, dengan menunjuk SPLN yang ada untuk menetapkan
nilai pembumiannya.
b. Pengaman TR terdiri dari :
a) Kotak dengan pengaman lebur, untuk trafo dengan kapasitas lebih dari
atau sama dengan 50 kVA.
Sedangkan untuk trafo CSP (completely self protection), memiliki sistem
pengaman berupa pemutus tenaga pada sisi sekunder, dan pengaman lebur serta
arrester pada sisi primer. Ketiga pengaman tersebut merupakan suatu kesatuan
trafo CSP.
Pembebanan trafo bisa dilakukan melebihi daya pengenalnya pada suhu
sekitar trafo tersebut pada nilai tertentu tetapi harus dibatasi oleh lamanya
pembebanan lebih, agar susut umur trafo sesuai dengan yang direncanakan. Susut
trafo sangat dipengaruhi oleh suhu titik panas pada lilitan.
BAB III
MUTU LISTRIK
26
Masalah Power quality adalah persoalan perubahan bentuk tegangan, arus atau
frekuensi yang bisa menyebabkan kegagalan atau misoperation peralatan, baik
peralatan milik PLN maupun milik konsumen; artinya masalah Power Quality
bisa merugikan pelanggan maupun PLN. Suatu Sistem tenaga listrik dituntut
dapat memenuhi syarat dasar kebutuhan layanan (service requirement) kepada
konsumennya yaitu :
1.
2.
3.
4.
27
Enam hal diatas dijadikan tolok ukur, apakah layanan yang diterima oleh
konsumen sudah baik atau belum. Masalah Power Quality menjadi penting karena
:
a. Saat ini kualitas peralatan yang dimiliki konsumen lebih sensitif.
b. Pada sistem utilitas telah terjadi meningkatnya level Harmonik.
c. Konsumen belum memiliki dan mendapat informasi yang cukup
menyangkut masalah power quality.
d. Kegagalan satu komponen pada sistem distribusi dan instalasi bisa
membawa konsekuensi tertentu.
Permasalahan Power Quality meliputi permasalahan-permasalahan seperti
berikut ini:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Transient
Short-duration variation
Long-duration variation
Voltage Unbalance
Waveform distortion
Voltage Fluctuation
Power Frequency variation
BAB IV
SISTEM PROTEKSI DAN PENTANAHAN
A. SISTEM PROTEKSI DAN PENTANAHAN
Yang dimaksud dengan proteksi sistem tenaga listrik adalah sistem proteksi
yang dilakukan kepada peralatan-peralatan listrik yang terpasang pada suatu
sistem tenaga misalnya generator, transformator jaringan dan lain-lain, terhadap
kondisi tidak normal operasi sistem itu sendiri. Kondisi tidak normal itu dapat
28
berupa antara lain : hubung singkat, tegangan lebih, beban lebih, frekuensi sistem
rendah, asinkron dan lain lain.
Pada sistem distribusi 20 kV hal yang terpenting pada sistem proteksi selain
alat proteksi itu sendiri, sistem pentanahan juga merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dalam sistem proteksi itu sendiri. Misalnya ada gangguan fasa yang
bocor ke tanah, maka bila sistem pentanahan tidak sesuai dengan sistem distribusi
yang diproteksi, maka alat proteksi tidak akan bekerja dengan benar, sehingga
dapat merusak peralatan jaringan maupun membahayakan keselamatan manusia.
Sistem pentanahan pada kenyataan di PLN terdapat beberapa pola, sehingga
sistem proteksinya juga berbeda-beda. Pada perencanaan konstruksi jaringan
distribusi untuk menentukan komponen jaringan, misalnya penghantar, harus
dipertimbangkan besarnya arus gangguan hubung singkat ketanah dan selanjutnya
sistem proteksi yang sesuai, sehingga tujuan membangun konstruksi jaringan
distribusi yang aman dan menguntungkan dapat tercapai.
B. FUNGSI PROTEKSI
Proteksi berfungsi adalah sebagai berikut,
1. Untuk menghindari ataupun untuk mengurangi kerusakan peralatanperalatan akibat gangguan (kondisi abnormal operasi sistem). Semakin
cepat reaksi perangkat proteksi yang digunakan maka akan semakin
sedikitlah pengaruh gangguan kepada kemungkinan kerusakan alat
2. Untuk cepat melokalisir luas daerah terganggu menjadi sekecil mungkin
3. Untuk dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi
kepada konsumsi dan juga mutu listrik yang baik.
4. Untuk mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh
listrik.
Pengetahuan mengenai arus-arus yang timbul dari pelbagai tipe gangguan
pada suatu lokasi merupakan hal yang sangat esensial bagi pengoperasian sistem
proteksi secara efektif. Jika terjadi gangguan pada sistem, para operator yang
merasakan adanya gangguan tersebut diharapkan segera dapat mengoeprasikan
circuit-circuit yang tepat untuk mengeluarkan sistem yang terganggu atau
memisahkan pembangkit dari jaringan yang terganggu. Sangat sulit bagi seorang
operator untuk mengawasi gangguan-gangguan yang mungkin terjadi dan
menentukan CB mana yang diperoperasikan untuk mengisolir gangguan tersebut
secara manual.
Mengingat arus gangguan yang cukup besar, maka perlu secepat mungkin
dilakukan proteksi. Hal ini perlu suatu peralatan yang digunakan untuk
mendeteksi keadaan-keadaan yang tidak normal tersbut dan selanjutnya
29
2.
Koordinasi antara relay dan circuit breaker (CB) dalam mengamati dan
memutuskan gangguan disebut sebagai sistem proteksi. Banyak hal yang harus
dipertimbangkan dalam mempertahankan arus kerja maksimum yang aman. Jika
arus kerja bertambah melampaui batas aman yang ditentukan dan tidak ada
proteksi atau jika proteksi tidak memadai atau tidak efektif, maka keadaan tidak
normal dan akan mengakibatkan kerusakan isolasi.
Pertambahan arus yang berkelebihan menyebabkan rugi-rugi daya pada
konduktor akan berkelebihan pula. Perlu diingat bahwa pengaruh pemanasan
adalah sebanding dengan kwadrat dari arus :
H=
I 2 Rt Joules
Dimana :
H = panas yang dihasilkan (Joule)
I = arus konduktor (ampere)
R = tahanan konduktor (ohm)
t = waktu atau lamanya arus yang mengalir (detik)
Proteksi harus sanggup menghentikan arus gangguan sebelum arus
tersebut naik mencapai harga yang berbahaya. Proteksi dapat dilakukan dengan
Sekering atau Circuit Breaker. Proteksi juga harus sanggup menghilangkan
gangguan tanpa merusak peralatan proteksi itu sendiri. Untuk ini pemilihan
peralatan proteksi harus sesuai dengan kapasitas arus hubung singkat breaking
capacity atau Repturing Capacity.
Disamping itu proteksi yang diperlukan harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
1.
2.
30
3.
4.
5.
31
atau menghubungkan daya listrik akan terjadi busur api. Pemadaman busur
api dapat dilakukan dengan media minyak, udara dan gas.
Berdasarkan media pemadaman busur api listrik tersebut, PMT dibagi menjadi:
1. PMT dengan media minyak
2. PMT dengan media udara, dapat dibedakan atas:
PMT dengan udara hembus (Air Blast Circuit Breaker)
PMT dengan hampa udara (Vacuum Circuit Breaker)
3. PMT dengan media gas, yang menggunakan gas SF6 dan dibedakan atas
dua yaitu:
Tipe tekanan tunggal
Tipe tekanan ganda
b. Relai
Penggunaan pengaman pemutus daya untuk kerja otomatis perlu dilengkapi
dengan peralatan tambahan yang dapat mendeteksi perubahan keadaan yang
terjadi pada rangkaian. Peralatan tersebut berupa gulungan yang diberi daya dari
sumber DC melalui saklar yang dioperasikan dengan peralatan khusus yang
disebut relai (relay). Relai merupakan suatu peralatan yang dilengkapi dengan
kontak-kontak yang mampu merubah rangkaian lain. Oleh karena itu pemutus
tenaga yang dilengkapi dengan relai digunakan sebagai peralatan perlindungan
suatu sistem tenaga dari kemungkinan kerusakan yang diakibatkan oleh gangguan.
Fungsi dan Syarat Relai Pengaman, telah diuraikan diatas bahwa relai
merupakan salah satu dari komponen utama sistem tenaga listrik, maka untuk
mengetahui keandalannya perlu diketahui fungsi dan syarat relai pengaman yang
baik. Adapun fungsi dari relai pengaman adalah untuk menentukan dengan segera
pemutusan/penutupan pelayanan penyaluran setiap elemen sistem tenaga listrik
bila mendapatkan gangguan atau kondisi kerja yang abnormal. Fungsi lain dari
relai pengaman adalah untuk mengetahui letak dan jenis gangguan.
c. Transformator Arus dan Transformator Tegangan
Penggunaan transformator (trafo) ini didesain secara khusus untuk pengukuran
dalam sistem daya. Trafo pengukuran terdiri atas dua jenis yaitu: Trafo tegangan
(VT) dan trafo arus (CT). Arus dan tegangan pada peralatan daya yang harus
dilindungi dirubah oleh trafo arus dan trafo tegangan ketingkat lebih rendah
untuk pengoperasian relai. Tingkat yang lebih rendah ini diperlukan sebagai
masukan ke relai sehingga komponen-komponen yang digunakan untuk
konstruksi relai-relai tersebut secara fisik akan menjadi cukup kecil, disamping itu
petugas-petugas yang bekerja dengan relai tersebut dapat bekerja dalam
lingkungan yang aman.
32
Tiap-tiap sistem proteksi utama melindungi suatu area atau zona sistem daya
tertentu. Ada kemungkinan suatu daerah kecil diantara zona-zona yang berdekatan
misalnya antara trafo-trafo arus dan circuit breaker tidak dilindungi. Dalam
keadaan seperti ini sistem back up (yang dinamakan remote back up) akan
memberikan perlindungan karena berlapis dengan zona-zona utama
F. PENYEBAB GANGGUAN DAN PERALATAN PROTEKSINYA
1. Gangguan Pada Pembangkit / Generator
Satu fasa ke tanah
Dua fasa ke tanah
Tiga fasa ke tanah
Dapat mengakibatkan teganggan dan arus yang mengalir pada setiap fasanya
menjadi tidak seimbang, sehingga gangguan ini dapat merusak sistem dan juga
dapat menyebabkan kerusakan pada Generator dan motor pengerak, sehingga
dapat menyebabkan pemadaman aliran listrik. Oleh kerena itu dibutuhkan alat
proteksi yang andal untuk mengamankan atau melindungi peralatan-peralatan
yang ada di pembangkit energi listrik. mempercepat atau melokalisir apabila
terjadi gangguan. Proteksi yang digunakan adalah:
Pemutus Tenaga / Circuit Breaker ( PMT/CB)Pemutus Daya (PMT) atau
Circuit breaker (CB) adalah peralatan pada sistem tenaga listrik yang
berfungsi untuk memutuskan hubungan antara sisi sumber tenaga listrik
dan sisi beban yang dapat bekerja secara otomatis ketika terjadi gangguan
atau secara manual ketika dilakukan perawatan atau perbaikan.
Relay ProteksiPenggunaan pengaman pemutus daya untuk kerja otomatis
perlu dilengkapi dengan peralatan tambahan yang dapat mendeteksi
perubahan keadaan yang terjadi pada rangkaian. Peralatan tersebut berupa
gulungan yang diberi daya dari sumber DC melalui saklar yang
dioperasikan dengan peralatan khusus yang disebut relai (relay). Relai
merupakan suatu peralatan yang dilengkapi dengan kontak-kontak yang
mampu merubah rangkaian lain. Oleh karena itu pemutus tenaga yang
dilengkapi dengan relai digunakan sebagai peralatan perlindungan suatu
sistem tenaga dari kemungkinan kerusakan yang diakibatkan oleh
gangguan.
2. Gangguan Pada Saluran Transmisi
Gangguan ini relatif jarang karena lokasinya memakai tower yang tinggi,
namun tetap bisa terjadi, terutama gangguan yang disebabkan oleh petir, kawat
yang putus atau disabotasi. Contoh sabotase adalah menggergaji tower sehingga
tower menjadi roboh. Proteksi yang digunakan adalah:
Komponen pengaman pada saluran udara transmisi tegangan tinggi, antara lain :
34
35
36
37
38
tegangan fasa, bahkan sampai 3 kali tegangan fasa. Pada sistem ini bila terjadi
gangguan phasa ke tanah akan selalu mengakibatkan terganggunya saluran (line
outage), yaitu gangguan harus di isolir dengan membuka pemutus daya. Salah
satu tujuan pentanahan titik netral secara langsung adalah untuk membatasi
tegangan dari fasa-fasa yang tidak terganggu bila terjadi gangguan fasa ke tanah.
6. Pentanahan Petersen Coil.
Kumparan petersen biasanya digunakan dalam sistem pentanahan 3 phasa
untuk membatasi arus busur selama terjadinya gangguan tanah. Kumparan ini
pertama dikembangkan oleh W.Petersen pada tahun 1916. Ketika terjadi sebuah
gangguan 1 phasa ke tanah pada sistem 3 phasa yang tidak ditanahkan, tegangan
dari phasa yang terganggu berkurang sampai tegangan tanah (0V). Gangguan ini
menyebabkan 2 phasa sehat tegangannya meningkat menjadi 3 kali tegangan
semula. Peningkatan tegangan ini menyebabkan suatu aliran arus Ic
melaluikapasitansi phasa ke tanah. Arus Ic yang meningkat 3 kali arus kapasitif
normal dan mengalir pada rangkaiannya. Ini menyebabkan pukulan pada lokasi
gangguan yangdikenal dengan busur tanah (arching ground ). Hal ini juga
menyebabkan tegangan berlebih pada sistem.
Gardu induk merupakan salah satu bagian dari sistem tenaga listrik yang
mempunyai kemungkinan sangat besar mengalami bahaya yang disebabkan oleh
timbulnya gangguan sehingga arus gangguan itu mengalir ke tanah sebagai akibat
isolasi peralatan yang tidak berfungsi dengan baik. Arus gangguan tersebut akan
mengalir pada bagian bagian peralatan yang terbuat dari metal dan juga mengalir
dalam tanah di sekitar gardu induk.
Arus gangguan ini menimbulkan gradien tegangan diantara :
peralatan dengan peralatan
peralatan dengan tanah
permukaan tanah itu sendiri
Besarnya gradien tegangan pada permukaan tanah tergantung pada:
Tahanan jenis tanah
struktur tanah tersebut
Salah satu usaha untuk memperkecil tegangan permukaan tanah maka
diperlukan suatu pentanahan yaitu dengan cara menambahkan elektroda
pentanahan yang ditanam ke dalam tanah. Oleh karena lokasi peralatan listrik
(gardu induk) biasanya tersebar dan berada pada daerah yang kemungkinannya
mempunyai struktur tanah berlapis-lapis maka diperlukan perencanaan
pentanahan yang sesuai, dengan tujuan untuk mendapatkan tahanan pentanahan
yang kecil sehingga tegangan permukaan yang timbul tidak membahayakan baik
39
dalam kondisi normal maupun saat terjadi gangguan ke tanah. Dalam paper ini
analisa dilakukan dengan menggunakan elektroda batang (Rod) dengan berbagai
jenis pemasangannya
Pentanahan peralatan adalah penghubungan bagian bagian peralatan listrik
yang pada keadaan normal tidak dialiri arus. Tujuannya adalah untuk membatasi
tegangan antara bagian bagian peralatan yang tidak dialiri arus dan antara bagian
bagian ini dengan tanah sampai pada suatu harga yang aman untuk semua kondisi
operasi baik kondisi normal maupun saat terjadi gangguan. Sistem pentanahan ini
berguna untuk memperoleh potensial yang merata dalam suatu bagian struktur dan
peralatan serta untuk memperoleh impedansi yang rendah sebagai jalan balik arus
hubung singkat ke tanah. Bila arus hubung singkat ke tanah dipaksakan mengalir
melalui tanah dengan tahanan yang tinggi akan menimbulkan perbedaan tegangan
yang besar dan berbahaya.
Dalam analisis ini digunakan beberapa parameter yaitu kedalaman penanaman
elektroda pentanahan, panjang elektroda batang, jumlah elektroda batang (rod),
ketebalan lapisan tanah bagian pertama dan tahanan jenis tanah tiap lapisan
dengan menggunakan beberapa asumsi yaitu:
Pada saat terjadi gangguan, arus gangguan yang dialirkan ke tanah akan
menimbulkan perbedaan tegangan pada permukaan tanah yang disebabkan karena
adanya tahanan tanah. Jika pada waktu gangguan itu terjadi seseorang berjalan di
atas switch yard sambil memegang atau menyentuh suatu peralatan yang
diketanahkan yang terkena gangguan, maka akan ada arus mengalir melalui tubuh
orang tersebut. Arus listrik tersebut mengalir dari tangan ke kedua kaki dan terus
ke tanah, bila orang tersebut menyentuh suatu peralatan atau dari kaki yang satu
ke kaki yang lain, bila ia berjalan di switch yard tanpa menyentuh peralatan. Arus
ini yang membahayakan orang dan biasanya disebut arus kejut. Berat ringannya
bahaya yang dialami seseorang tergantung pada besarnya arus listrik yang melalui
tubuh, lamanya arus tersebut mengalir dan frekuensinya.
40
BAB V
RUGI RUGI (LOSSES)
Daya listrik yang dikirim dan disalurkan dari gardu induk/trafo distribusi
ke pemakai mengalami rugi tegangan dan rugi daya, ini disebabkan karena saluran
distribusi mempunyai tahanan, induktansi, dan kapasitas. Karena saluran
distribusi primer ataupun sekunder berjarak pendek maka kapasitas dapat
diabaikan, dengan demikian dapat dibuat rangkaian ekivalen dari saluran
distribusi.
Kerugian akibat pelembekan, pelembekan logam perpengaruh terhadap
sedikit pada semua suhu dan merupakan fungsi suhu dan waktu. Bersamaan
dengan penurunan batas tegangan tarik pada keadaan komulatif. Pelembekan yang
terlihat dan kerugian tegangan tarik tidak berpengaruh jika penghantar dalam
batas yang dianjurkan. Pada keadaan tertentu harga harga pada suatu tingkat
umur yang ditaksir dapat ditentukan. Untuk para ahli perlu mengetahui hubungan
antara suhu kerja, waktu suhu kerja dan penurunan kekuatan penghantaryang
bersangkutan.
41
Kerugian akibat panas, jika suatu penghantar dialairi arus listrik secara
terus menerus maka akan menimbulkan panas, panas ini timbul akibat energi
listrik yang mengalir pada penghantar tersebut. Semakin lama arus tresebut
mengalir maka semakin panas penghantar tersebut dan semakin banyak energi
listrik yang hilang karena energi tersebut berubah menjadi panas. Hal inilah yang
merugikan karena jika energi itu hilang maka tegangan pada ujung penghantar
tersebut akan berkurang. semakin banyak energin yang menjadi panas maka
semakin banyak tegangan yang menghilang.
Kerugian akibat Jarak, jarak sangat berpengaruh pada keandalan jaringan
karena semakin jauh atau semakin panjang penghantar listrik tersebut maka akan
banyak tegangan listrik yang menghilang karena penghantar itu saendiri memiliki
hambatan atau tahanan, jadi karena jarak penghantar sangat jau dari sumber atau
pembangkit maka nilai hambatan penghantar itu sendiri akan mengurangi
tagangan yang mengalir pada penghantar tersebut.
Luas penampang kawat (penghantar), Arus listrik yang mengalir dalam
penghantar selalu mengalami tahanan dari penghantar itu sendiri, besarnya
tahanan tergantung bahannya.
Tegangan juga sangat berpengaruh terhadap rugi-rugi daya, semakin besar
tegangan pada suatu saluran, maka semakin kecil arus pada saluran tersebut.
Sedangkan arus adalah salah satu faktor yang mempengaruhi besar kecilnya rugirugi daya pada suatu saluran.
A. PENGERTIAN
Losses adalah perbedaan antaraenergi listrik yang disalurkan (Ns) dengan
energi listrik yang dipakai (NI). Apabila melalui suatu saluran listrik ( hantaran
udara atau kabel tanah ) disalurkan enersi listrik, maka akan dialami rugi rugi
I
N s
x 100
Ns
42
= I R .t
( kWh )
Dimana:
Pcu
I
R
= Rugi-Rugi tembaga
= Arus yang mengalir ke Trafo
= Resistansi Asli Trafo
43
I
R
X
Cos
L
Kesalahan pada rasio trafo ukur (Current Transformer & Potential Transformer
Trafo ukur rusak (belitan hubung singkat, ini rusak)
Trafo ukur jenuh
Salah pada rating plate (seharusnya 150 / A, ditulis 100 / 5)
44
Pada konsisi beban tidak seimbang, maka arus pada netral akan nol.
Sedangkan pada kondisi ideal pada kawat netral ini seharusnya "nol". Bila ada
nilai tahanan pada kawat pentanahan netral, maka pada kawat netral akan
bertegangan besarnya arus yang mengalir sepanjang kawat netral akan
menyebabkan rugi daya di sepanjang kawat netral.
4. Kontak pada sambungan tidak baik (loss contact)
45
V2
P
Pada TR = 105 (r + X . tg Q) ----- I ......... %
V2
E. PENYEIMBANG BEBAN
Menyeimbangkan beban dapat dilakukan dengan cara dimulai dari tiang akhir:
Seimbangkan beban setiap fasa dari besanya pemakaian energi setiap
sambungan pelayanan.
Perhitungkan kembali kemungkinan ketidak seimbangan pada tiang sisi
hilir ke tiang sisi hulu
Pada tiang yang sulit diseimbangkan, pasang pentanahan pada hantaran
netral
Gangguan pada titik sambungan dapat terjadi karena:
Kontak antara pisau fuse dengan penjepit ground plate kurang baik
disebabkan oleh : pegas sudah lemas, permukaan kontak kotor.
Kontak antara sepatu kabel saluran opsting dengan rel PHB-TR kurang
baik disebabkan oleh ukuran sepatu kabel kurang sesuai, pengencangan
sepatu kabel tidak benar.
Kontak antara kabel opsting dengan kabel JTR kurang baik disebabkan
oleh: bahan dan ukuran material sambungan tidak sesuai, pengerjaan
penyambungan tidak benar
Kontak antara JTR dengan kabel SP kurang baik yang disebabkan oleh
bahan dan ukuran material sambungan tidak sesuai, penghantar tidak
benar.
47
REFERENSI
http://www.geyosoft.com/2015/dasar-sistem-tenaga-listrik (Diakses pada tanggal
16-12-2015 pukul 21.03 WITA)
https://distribusiduri.wordpress.com/category/sistem-tenaga-listrik/ (Diakses pada
tanggal 16-12-2015 pukul 21.05 WITA)
http://teknik-tenaga-listrik.blogspot.co.id/2015/08/sistem-tenaga-listrik.html
(Diakses pada tanggal 16-12-2015 pukul 21.08 WITA)
http://jonny-havianto.blogspot.co.id/2014/04/sistem-tenaga-listrik.html (Diakses
pada tanggal 17-12-2015 pukul 6.13 WITA)
www.dokumen.itp.ac.id/dokumen/.../Buku%20AST(Yusreni%20Warmi).pdf
(Diakses pada tanggal 17-12-2015 pukul 6.21 WITA)
http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_ELEKTRO/19510630
1982031-CHRIS_TIMOTIUS_KURNIA_K/TM_handout.pdf (Diakses pada
tanggal 16-12-2015 pukul 22.02 WITA)
http://dunia-listrik.blogspot.co.id/2008/12/sistem-distribusi-tenaga-listrik.html
(Diakses pada tanggal 18-12-2015 pukul 8.03 WITA)
https://daman48.files.wordpress.com/2010/11/materi-8-pengaman-jarinandistribusi.pdf (Diakses pada tanggal 18-12-2015 pukul 11.50 WITA)
https://hilmanhijriyansyah.wordpress.com/2012/12/10/sistem-distribusi/ (Diakses
pada tanggal 18-12-2015 pukul 8.53 WITA)
http://dodikkhoiruddin.blogspot.co.id/2015/02/komponen-sistem-distribusi.html
(Diakses pada tanggal 18-12-2015 pukul 9.33 WITA)
http://elektro-unimal.blogspot.co.id/2013/06/gangguan-pada-sistemdistribusi.html (Diakses pada tanggal 18-12-2015 pukul 9.58 WITA)
http://maulananggie.blogspot.co.id/2015/08/stabilitas-dan-keandalan.html
(Diakses pada tanggal 18-12-2015 pukul 12.51 WITA)
https://itsmen.wordpress.com/2012/04/01/gangguan-yang-terjadi-pada-jaringandistribusi/ (Diakses pada tanggal 18-12-2015 pukul 1.34 WITA)
http://duniaelektroku.blogspot.co.id/p/blog-page_7.html (Diakses pada tanggal
18-12-2015 pukul 2.10 WITA)
48
49