MODUL 2
TEKNIK JARINGAN TENAGA LISTRIK
Oleh
Drs. Hambali, M.Kes
Rahmad Hidayat, MPd.T
Nevi Faradina, ST, MT
Drs. Hendri, MT,Ph.D
2
ini dilengkapi dengan contoh-contoh soal. Setelah selesai teman-teman mempelajari ini,
silahkan lanjutkan dengan mengerjakan latihan dan test formatif yang telah disediakan.
Materi Kegiatan Belajar 1 disusun sesuai dengan kebutuhan dan kisi-kisi yang
telah ditetapkan, yang terdiri dari :
a. Sistim jaringan transmisi tenaga listrik
b. Sistem jaringan didtribusi tenaga listrik
c. Prinsip sistim proteksi jaringan tenaga listrik
d. Fungsi masing-masing koponen pada gardu induk
e. Pemilihan ukuran transformator tenaga untuk sistim jaringan tenaga listrik.
Selamat mengikuti materi ini semoga peserta PPG dengan baik
2. Petunjuk Belajar
Kegiatan belajar ini akan berjalan dengan lebih lancar bila Anda mengikuti
langkah belajar sebagai berikut: Pahami dulu mengenai berbagai kegiatan penting
dalam kegiatan ini mulai tahap awal sampai akhir.
1. Pelajari dan pahami materi kegiatan belajar secara berurutan, mulai dari Kegiatan
Belajar 1 sampai Kegiatan Belajar 4.
2. Keberhasilan proses pembelajaran Anda dalam materi modul ini sangat tergantung
kepada kesungguhan Anda dalam mengerjakan latihan. Untuk
3. Jika Anda menemui kesulitan, silakan hubungi instruktur/widiaiswara pembimbing
atau fasilitator yang mengajar mata diklat ini.
Selamat belajar, semoga Anda sukses memahami pengetahuan yang diuraikan
dalam modul ini sebagai bekal bertugas di sekolah nantinya.
A. INTI
Kegiatan Belajar 1:
A. Capaian Pembelajaran
Menguasai teori dan aplikasi materi bidang studi ketenagalistrikan yang
mencakup: (1) pembangkit tenaga listrik, (2) jaringan tenaga listrik, (3) instalasi
3
tenaga listrik, (4) teknik otomasi industri, (5) teknik pendingin dan tata udara,
dan (6) teknik tenaga listrik, termasuk advance materials secara bermakna yang
dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi), dan
“bagaimana” (penerapan) dalam kehidupan sehari-hari; yang dapat menjelaskan
aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi), dan “bagaimana” (penerapan dalam
kehidupan sehari-hari) sehingga dapat membimbing peserta didik SMK
mencapai kompetensi keahlian yang dibutuhkan DUDI.
B. Uraian Materi
1. Jenis – jenis Menara Jaringan transmisi
a. Menurut bentuk konstruksinya, jenis-jenis menara jaringan transmisi dibagi atas
4 macam, yaitu:
1). Lattice Tower
4
Gambar 2.Tiang Saluran Tubular Steel Pole
3). RCC (Reinforced Concrete)Pole
5
Gambar 4. Tiang Saluran Jenis Wooden Pole
Sumber : Diklat PLN (2011)
b. Menurut fungsinya, menara jaringan transmisi dibagi atas 7 macam yaitu:
1) Dead end tower
Dead end tower merupakan tiang akhir yang berlokasi di dekat Gardu
induk, menara ini hampir sepenuhnya menanggung gaya tarik.
2) Section tower
Section tower merupakan tiang penyekat antara sejumlah menara
penyangga dengan sejumlah tower penyangga lainnya karena alasan
kemudahan saat pembangunan (penarikan kawat), umumnya
mempunyai sudut belokan yang kecil.
3) Suspension tower
Merupakan menara penyangga, tower ini hampir sepenuhnya
menanggung gaya berat, umumnya tidak mempunyai sudut belokan.
6
Gambar 5.Suspension Tower
Sumber: dokumentasi pribadi
4) Tension Tower
Merupakan menara penegang, tower ini menanggung gaya tarik yang
lebih besar daripada gaya berat, umumnya mempunyai sudut belokan.
7
Gambar 6.Tension Tower
Sumber : Diklat PLN (2011)
5) Transposision Tower
Merupakan tower tension yang digunakan sebagai tempat melakukan
perubahan posisi kawat fasa guna memperbaiki impendansi transmisi.
8
Gambar 7.Transposision Tower
Sumber : Diklat PLN (2011)
6) Gantry tower
Merupakan menara berbentuk portal digunakan pada persilangan antara
dua saluran transmisi. Tiang ini dibangun di bawah saluran transmisi
existing.
7) Combined Tower
Merupakan menara yang digunakan oleh dua buah saluran transmisi
yang berbeda tegangan operasinya.
9
2. Klasifikasi menara jaringan transmisi
Menurut penggunannya diklasifikasikan menjadi:
a. Menara pada Posisi Sudut.
Digunakan pada posisi tarikan yang membentuk sudut untuk saluran-saluran
transmisi dengan tegangan kerja yang relatif rendah (dibawah 70 kV).
b. Menara baja
10
Menara ini digunakan untuk transmisi Saluran Udara Tegangan Tinggi
(SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Extra Tinggi (SUTET).
11
menara mengakibatkan menara listrik tersebut roboh, dan penyaluran energi
listrik ke konsumen pun menjadi terganggu. Suatu menara atau menara listrik
harus kuat terhadap beban yang bekerja padanya, antara lain yaitu:
1) Gaya berat menara dan kawat penghantar (gaya tekan).
2) Gaya tarik akibat rentangan kawat.
3) Gaya angin akibat terpaan angin pada kawat maupunbadan menara.
3. Klasifikasi Saluran Transmisi Berdasarkan Tegangan
Transmisi tenaga listrik sebenarnya tidak hanya penyaluran energi listrik
denganmenggunakan tegangan tinggi dan melalui saluran udara (overhead line).
Namuntransmisi adalah proses penyaluran energi listrik dari satu tempat ke
tempatlainnya. Standar tegangan tinggiyang berlaku di Indonesia adalah 30kV,
70kV dan 150kV.Ditinjau dari klasifikasi tegangannya,adalah
a. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) ≥ 500 kV
Saluran udara tegangan ekstra tinggi menyalurkan tenaga listrik berskala besar
dari pembangkit ke pusat-pusat beban dengan menggunakan tegangan tinggi
maupun tegangan ekstra tinggi.Pada umumnya saluran transmisi di Indonesia
digunakan pada pembangkitdengan tegangan 500 kV. Tujuannya adalah agar
drop tegangan daripenampang kawat dapat direduksi secara maksimal sehingga
diperolehoperasional yang efektif dan efisien.
12
Gambar10. Transmisi Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)
Sumber : Diklat PDKB PLN (2015)
Akan tetapi terdapat permasalahanmendasar dalam pembangunan SUTET, yaitu
konstruksi tiang (tower) yangbesar dan tinggi, memerlukan tanah yang luas,
memerlukan isolator yangbanyak sehingga memerlukan biaya besar. Masalah
lain yang timbul dalampembangunan SUTET adalah masalah sosial, yang
akhirnya berdampak pada masalah pembiayaan, antara lain: timbulnya protes
dari masyarakat yang menentang pembangunan SUTET, permintaan ganti rugi
tanah untuk tapak tower yang terlalu tinggi tinggi, adanya permintaan ganti rugi
sepanjang jalur SUTET dan lain sebagainya. Pembangunan transmisi ini cukup
efektif untuk jarak 100 km sampai dengan 500 km.
13
Berkaskonduktor disebut Bundle Conductor. Jarak terjauh yang paling efektif
darisaluran transmisi ini ialah 100km. Jika jarak transmisi lebih dari 100 km
makategangan jatuh (drop voltage) terlalu besar, sehingga tegangan diujung
transmisimenjadi rendah.Untuk mengatasi hal tersebut maka sistem transmisi
dihubungkan secara ring system atau interconnection system. Ini sudah
diterapkan di Pulau Jawa dan akan dikembangkan di pulau-pulau besar lainnya
di Indonesia.
14
kota (Pemkot) sampai dengan jajaran terbawah, PDAM, Telkom, Perum
Gas, Dinas Perhubungan, Kepolisian, dan lain-lain.
Jenis kabel yang digunakan yaitu kabel yang berisolasi dengan bahan Poly
Etheline atau kabel berisolasi jenis Cross Link Poly Etheline (XLPE).Kabel
yang isolasinya berbahan kertas yang diperkuat dengan minyak (oil paper
impregnated). Inti (core) kabel dan pertimbangan pemilihan:
1) Single core dengan penampang 240 mm2 – 300 mm2 tiap core.
2) Three core dengan penampang 240 mm2 – 800 mm2 tiap core.
3) Pertimbangan fabrikasi.
4) Pertimbangan pemasangan di lapangan.
Pada saat ini di Indonesia telah terpasang SKTT bawah laut (Sub Marine Cable)
dengan tegangan operasi 150 KV, yaitu:
1) Sub marine cable 150 KV Gresik – Tajungan (Jawa – Madura).
2) Sub marine cable 150 KV Ketapang – Gilimanuk (Jawa – Bali).
15
Gambar13.SKTT Bawah Laut Saluran Transmisi
Sumber : Diklat PLN (2011)
Beberapa hal yang perlu diketahui:Sub marine cable ini ternyata rawan timbul gangguan.
Direncanakan akan dibangun sub marine cable Jawa – Sumatera. Untuk Jawa – Madura, saat
ini sedang dibangun SKTT 150 KV yang dipasang (diletakkan) di atas Jembatan Suramadu.
Perancangan jaringan transmisi tenaga listrik
Desain saluran transmisi tergantung beberapa hal, yaitu
1) Jumlah daya yang harus disalurkan
2) Jarak dan jenis medan yang dilalui
3) Biaya yang tersedia
4) Pertumbuhan beban dimasa akan dating
Dengan demikian jaringan transmisi jarak pendek tergantung pada resistansi dan
induktansinya saja.Dalam kenyataan pada jaringan transmisi induktansi dan
resistansi didistribusikan ke seluruh panjang jaringan, tetapi pada jaringan transmisi
jarak pendek jumlah induktansi dan resistansi jaringan dianggap berkumpul pada
satu tempat.
16
Jaringan transmisi yang mempunyai panjang antara 80 – 150 Km dan tegangan
jaringan antara 20 – 100 KV, termasuk pada kategori jaringan transmisi jarak
menengah, dalam hal ini kapasitansi jaringan diperhitungkan mengingat jarak dan
besarnya tegangan kerja.Kapasitansi jaringan jarak menengah secara seragam
didistribusikan ke seluruh panjang jaringan dan dianggap terpusat pada satu titik
atau lebih.Jaringan transmisi yang mempunyai jarak di atas 150 Km dan tegangan
kerja di atas 100 KV, termasuk pada kategori transmisi jarak jauh.Dalam jaringan ini
impedansi dan admitansi diperhitungkan secara seragam, didistribusikan sepanjang
jaringan dan tidak lagi dianggap berkumpul pada satu tempat atau lebih.
Resistansi saluran sangat menentukan evaluasi dari efisiensi sistem transmisi dan
studi ekonomisnya. Besar kecilnya nilai tahanan penghantar tergantung dari
panjang (l) dan luas penampang (A), seperti ditunjukkan oleh persamaan:
ρl
RDC = (Ω) (1)
A
dimana:
ρ = resistivitas penghantar(Ω.m)
l = panjang penghantar (m)
A = Luas penampang penghantar (mm2)
Resistansi penghantar dipengaruhi oleh bebrapa faktor, yaitu :
1) Frekuensi
2) Pilinan
3) Temperatur
17
Jika arus bolak-balik (AC) mengalir pada penghantar, arus tidak terdistribusi
merata di seluruh bagian konduktor. Kepadatan arus lebih tinggi dipermukaan
konduktor daripada di bagian dalamnya. Hal ini menyebabkan resistansi AC lebih
tinggi daripada resistansi DC-nya. Fenomena ini dikenal sebagai “skin effect”.
Sebagai contoh, pada 60 Hz, resistansi AC lebih tinggi sekitar 2% dari resistansi
DC.
dimana R2 dan R1 adalah resistansi pada temperatur t2(oC) dan t1 (oC) berturut-
turut, sedangkan T (oC) adalah konstanta suhu yang nilainya tergantung dari jenis
material penghantarnya. Nilai resistivity (ρ) atau specific resistance tidak hanya
tergantung pada bahan konduktor tetapi juga pada temperaturnya. Jika ρ1 dan ρ2
adalah harga resistivity pada temperatur t1 dan t2, maka :
𝛼𝛼
𝛼𝛼1 = 1+𝛼𝛼0 𝑡𝑡 (0C) (4)
0 1
18
penghantar berubah maka fluksi megnetiknyapun berubah, dan tegangan akan
diinduksikan pada rangkaian. Untuk bahan nonmagnetic, induktansi L,
merupakan perbandingan fluksi magnetic total yang melingkupi arus yang
mengalir pada penghantar.
𝜆𝜆
𝐿𝐿 = 𝑖𝑖
(H) (5)
dimana
λ = fluks linkage dalam Weber turn.
Ix
Hx =
2πx (6)
19
Nilai ini didapat dengan mengabaikan efek kulit (skin effect) dan menganggap
kerapatan arus merata di seluruh bagian penghantar.
Induktansi di Luar Penghantar
Induktansi di luar penghantar yang mengalirkan arus I pada radius antara D1 dan
D2 seperti gambar berikut dihitung dengan persamaan
D2
Lext = 2 × 10− 7 ln (8)
D1
20
Gambar16.Induktansi sendiri dan induktansi bersama
D
L1( ext ) = 2 × 10 −7 ln (9)
r1
konduktor 1 menjadi :
1 D
L1 = 2 × 10 −7 ln + 2 × 10 −7 ln H/m (11)
r1 ' 1
1 D
L2 = 2 × 10 −7 ln + 2 × 10 −7 ln H/m (12)
r2 ' 1
Jika kedua konduktor identik, r1 = r2 = r, L1 = L2 = L,
maka induktansi perfasa permeter adalah :
21
1 D
L = 2 × 10 −7 ln + 2 × 10 −7 ln H/m (13)
r' 1
Persamaan (13) menunjukkan bahwa bagian pertama dari persamaan merupakan
fungsi dari radius konduktor sedangkan bagian keduanya bergantung pada jarak
antar konduktor. Bagian kedua persamaan (13) disebut sebagai inductance
spacing factor.
1
−
Pernyataan r ' = re
4
dikenal sebagai Geometric Mean Radius (GMR) dan
diberi notasi Ds. Substitusi Ds ke persamaan (13) memberikan induktansi perfasa
dalam miliHenri/km
D
L = 0,2 ln mH/km (14)
Ds
karena I2 = - I1 maka
λ1 = (L11 - L12)I1
λ2 = (-L21 + L22)I2 (16)
22
Bila persamaan (16) dibandingkan denan persmaaan (11) dan (13) kita
mendapatkan :
1
L11 = 2 × 10− 7 ln
r1 '
1
L22 = 2 × 10 − 7 ln
r2 '
1
L12 = L21 = 2 × 10 −7 ln (17)
D
23
1 1 1
La = 2 × 10 −7 ln + a 2 ln + a ln
r' D12 D13
1 1 1
Lb = 2 × 10 −7 a ln + ln + a 2 ln (19)
D12 r' D23
1 1 1
Lc = 2 × 10 −7 a 2 ln + a ln + ln
D13 D23 r'
Pada analisa sistem tenaga, model satu fasa seringkali sangat membantu. Maka
agar simetris bisa diperoleh, pada saluran yang posisi antar konduktornya tidak
simetris dilakukan cara transposisi satu-satu. Transposisi satu-satu adalah
mempertukarkan posisi penghantar-penghantar pada saluran 3 fasa setiap satu
pertiga panjang saluran, sehingga setiap penghantar menempati semua posisi
penghantar lainnya, seperti gambar di bawah ini.
s 1
ωLc = X c = 2ω ( 2 ln + ) × 10 − 7 Ω / m
r 2
(20)
24
s 1
X c = ωM = 2ω ( 2 ln + ) × 10 −7 Ω / m
r 2
a + a2 = -1 , maka :
2 × 10 -7 1 1 1 1
L= 3 ln − ln − ln − ln
3 r' D12 D23 D13
1 1
= 2 × 10 ln − ln
-7
1
r' (D12 D23 D13 )3
1
= 2 × 10 -7 ( D D D )3
ln 12 23 13
r'
GMD
= 0,2 ln mH/km
Ds (21)
dimana
GMD = 3 D12 D23 D13
25
Gambar20.Saluran 1 Fasa dengan 2 Penghantar Bundel
Penghantar x terdiri dari n konduktor identik dialiri arus sebesar I masuk ke
bidang gambar, sedangkan penghantar y terdiri dari m konduktor identik dengan
arus –I. Radius antar konduktor x adalah rx dan antar konduktor y adalah ry.
Menggunakan rumus-rumus sebelumnya, maka induktansi penghantar x adalah :
GMD
L x = 2 × 10 −7 ln [H/m]
GMR x
di mana
26
Rd.c= 0,105 x 65 = 6,8 Ω
Resistansi mantel (sheath)
23,2 ×10−6 ×65×105
= 30Ω =
𝜋𝜋 (2,82 −2,52)
Dalam suatu sistim tiga fasa diperhitungkan besarnya reaktansi fasa ke netral
dalam hal ini reaktansi induktif mutual konduktor ke sheath)
𝑑𝑑
Xm = ωM =2π x 50 x 2 ln(𝑟𝑟 ) x10-7 Ω/m
𝑠𝑠
Dimana
rs = jeruji sheath rata-rata
d = jarak sumbu ke sumbu = 6,1 cm
Jadi
6,1
𝑋𝑋𝑚𝑚 = 2𝜋𝜋 × 50 × 2 × 𝑙𝑙𝑙𝑙 = 1 × 10−7 Ω/m
(2,5+2,8)
2
6,1
=314 x 2 ln (0,915) × 10−7 × 65000
= 7,707 Ω
Reaktansi total saluran:
3,43
=7,75 - 302 +3,42 = 7,737 Ω
27
Daya yang dikirim (Vs)= 400 x 66 kV=26 400 kVA
𝑉𝑉𝑉𝑉− ∆𝑉𝑉 26400−544 25856
Faktor daya = 𝑉𝑉𝑉𝑉
= 26400
= 26400= 0,9794
28
a. Jatuh tegangan
Jatuh tegangan pada saluran transmisi adalah selisih antara tegangan pada
pangkal pengiriman (sending end) dan tegangan pada ujung penerimaan
(receiving end) tenaga listrik. Pada saluran bolak-balik besarnya tergantung
dariimpedansi dan admitansi saluran serta pada beban dan faktor daya. Jatuh
tegangan relatif dinamakan regulasi tegangan (voltage regulation), dan
dinyatakan oleh rumus:
𝑉𝑉𝑠𝑠 −𝑉𝑉𝑟𝑟
%VReg= × 100% (30)
𝑉𝑉𝑆𝑆
dimana
Vs = tegangan pada pangkal pengiriman
Vr = tegangan pada ujung pengiriman
Contoh :
Suatu jaringan tenaga listrik dengan besar tegangan pada sumber 20 kV, dan
tegangan pada ujung terukur sebesar 19,5 kV. Hitung besar regulasi tegangan
pada jaringan tersebut!
Penyelesaian:
Vs = 20 kV
Vr = 19,5 kV
VReg=((20 – 19,5)/20)100%= 2,5 %
29
b. Faktor perencanaan sistem
Perencanaan jaringan transmisi harus dirancang semaksimalmungkin, untuk
perkembangan dikemudian hari.Persyaratan sistem transmisi seperti diatas
hanya bisa dipenuhi bilatersedia modal (investasi) yang cukup besar, sehingga
sistem bisa dilengkapidengan peralatan-peralatan yang mempunyai kualits
tinggi. Selainpemeliharaan sistem yang berkesinambungan sesuai jadwal yang
ditentukanseringkali berakibat fatal pada sistem jaringan justru karena kelalaian
dalamcara pemeliharaan yang sebenarnya, disamping perencanaan awal
yangkurang memenuhi syarat.
Untuk sistem tenaga listrik yang besar (power utility) biaya untuk
systemtransmisi bisa mencapai 50 % - 60 % investasi keseluruhan yang
diperlukanuntuk sistem tenaga listrik. Apalagi sistem transmisimerupakan
bagian yangpaling banyak mengalami gangguan-gangguan sehingga bisa
mengganggukontinuitas aliran tenaga listrik pada konsumen.
1) Sistem jaringan distribusi tenaga listrik dapat diklasifikasikan
dari berbagai segi, antara lain adalah :
a) Berdasarkan ukuran tegangan
b) Berdasarkan ukuran arus
c) Berdasarkan sistem penyaluran
d) Berdasarkan konstuksi jaringan
e) Berdasarkan bentuk jaringan
30
8. Jaringan Distribusi
a. Konfigurasi Jaringan Distribusi
1) Jaringan distribusi radial
Jaringan distribusi radial adalah
jaringan distribusi tegangan menengah yang memiliki 1 sumber pengisian, tidak
ada sumber cadangan apabila jaringan terputus maka semua akan mengalami
pemadaman
2) Jaringan distribusi loop
Jaringan distribusi loop adalah jaringan distribusi tegangan menengah dengan
sistim tertutup yang dimulai dari 1 sumber daya melewati beberapa pusat beban
dan kemudian kembali lagi ke sumber semula
3) Jaringan distribusi spindle
Jaringan distribusi spindle adalah gabungan dari sistim radial dan loop yaitu
suatu pola jaringan khusus yang ditandai dengan ciri adanya sejumlah saluran
keluar dari Gardu Induk (GI) menuju ke suatu titik temu yaitu di Gardu Hubung
(GB), dan mempunyai jaringan yang tidak dibebani pada kondisi normal yaitu
feeder express
Feeder express digunakan untuk melayani gangguan feeder setelah bagian
terganggu di isolasi
31
sistem lebih tinggi dari tegangan terpakai untuk konsumen. Standartegangan untuk
jaringan distribusi primer ini adalah 6 kV, 10 kV, dan 20 kV (sesuai standar PLN).
Sedangkan di Amerika Serikat standar tegangan untuk jaringan distribusi primer ini
adalah 2,4 kV, 4,16 kV, dan 13,8 kV.
2) Sistem jaringan distribusi sekunder
Sistem jaringan distribusi sekunder atau sering disebut jaringan distribusi tegangan
rendah (JDTR), merupakan jaringan yang berfungsi sebagai penyalur tenaga listrik dari
gardu-gardu pembagi (gardu distribusi) ke pusat-pusat beban (konsumen tenaga listrik).
Besarnya standar tegangan untuk jaringan ditribusi sekunder ini adalah 127/220 V
untuk sistem lama, dan 220/380 V untuk sistem baru, serta 440/550 V untuk keperluam
industri.
Besarnya tegangan maksimum yang diizinkan adalah 3 sampai 4% lebih besar dari
tegangan nominalnya. Penetapan ini sebanding dengan besarnya nilai tegangan jatuh
(voltage drop) yang telah ditetapkan berdasarkan PUIL 2011, bahwa rugi-rugi daya
pada suatu jaringan adalah 15%. Dengan adanya pembatasan tersebut stabilitas
penyaluran daya ke pusat-pusat beban tidak terganggu.
3) Tegangan Lebih
Pada sistem jaringan tenaga listrik seringkali terjadi perubahan tegangan yang lebih tinggi
dari tegangan maksimumnya,baik lebih tinggi untuk sesaat yang berupa tegangan lebih
peralihan (transient over voltage) maupun lebih tinggi secara bertahan yang berupa
tegangan lebih stasioner. Pada umumnya tegangan lebih ini ditimbulkan oleh dua sebab,
yaitu disebabkan kerana sistem itu sendiri dan sebab luar sistem.Tegangan lebih yang
disebabkan oleh sistem itu sendiri biasanya terjadi karena :
a) Adanya gangguan hubung singkat (short circuit) padakawatpenghantar jaringan.
b) Putusnya kawat penghantar yang panjangnya melebihi batastertentu.
c) Adanya kerja hubung yang terjadi karena penutupan atau pembukaan saklar (switch)
dengan cepat, atau tak serempaknya pemutusan saklar pemutus jaringan padarangkaian
tiga fasa. Tegangan lebih yang disebabkan dari luar sistem, biasanya terjadi karena
d) Adanya gangguan yang disebabkan peristiwa alamiah yang tidak dapat dikendalikan oleh
manusia, seperti sambaranpetir.
Tegangan lebih yang disebabkan karena sambaran petirini berjalan dengan cepat dengan
bentuk gelombang yangberubah-ubah (tak periodik), sehingga dikenal dengan tegangan lebih
peralihan (transient over voltage).Sedang untuk tegangan lebih yang disebabkan dari sistem
itusendiri biasanya bertahan cukup lama yang berbentuk sama dengan tegangan sistem,
32
sehingga dikenal dengan teganganlebih stasioner atau tegangan lebih periodik.
Besarnyategangan lebih periodik ini dapat mencapai 120 sampai 200 %dari tegangan
nominalnya, sedangkan dari tegangan lebihperalihan bisa mencapai hingga 500 % dari
tegangan nominalnya. Hal ini disebabkan karena pengaruh panjang jaringan, sehingga
besarnya dibatasi oleh rambatannya sepanjang jaringan tersebut melalui beberapa tiang.
Karena besarnya tegangan lebih peralihan ini, maka perencanaan isolasi dari peralatan
jaringan kebanyakan berdasarkan tegangan lebih peralihan tersebut. Hal ini dilakukan agar
peralatan jaringan dapat mengatasi gangguan tegangan lebih tersebut.
33
Penutup
1. Rangkuman
Mari kita merangkum modul 2 kegiatan belajar 1 tentang menara transmisi adalah
suatu penopang saluran transmisi yang berbentuk menara baja, tiang baja, tiang beton
bertulangdan tiang kayu.
Penopang dari bahan baja; baja, beton atau kayu digunakan pada saluran - saluran
dengan tegangan kerja relatif tinggi. Penggunaan tegangan extra tinggi digunakan
penopang bentuk .tower (menara) baja dibagi sesuai dengan fungsinya,yaitu : menara
dukung, menara sudut, menara ujung,menara percabangan dan menara transposisi.
Konstruksi menara baja merupakan jenis konstruksi transmisi saluran udara tegangan
tinggi (SUTT) ataupun transmisi saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET) yang
paling banyak digunakan di jaringan PLN.
Terdapat 2 kategori saluran trasmisi yaitu overheadlines dan saluran kabel tanah
(underground cable). Penyalurkan tenaga listrik melalui kawat- kawat yang digantung
pada menara transmisi dengan perantaraan isolator - isolator, sedangkan kategori yang
kedua menyalurkan tenaga listrik melalui kabel-kabel yang ditanam dalam tanah. Pada
kedua menara transmisi ini mempunyai keuntungan dan kerugian sendiri-sendiri,
dibandingkan saluran udara, saluranbawah tanah tidak terpengaruh oleh cuaca
buruk,taufan, hujan angin, bahaya petir dan sebagainya.Lagipula, saluran bawah tanah
lebih estetis karena tidak mengganggu pemandangan. Karena alas an terakhir. saluran
bawah tanah lebih disukai, terutamauntuk daerah yang padat penduduknya dan di kota-
kota besar. Namun biaya pembangunannya jauh lebihmahal dibandingkan dengan
saluran udara, danperbaikannya jauh lebih sukar bila terjadi gangguan hubung singkat
dan kesukaran- kesukaran lain.
Jenis yang digunakan pada saluran transmisiadalah jenis porselin atau gelas.Menurut
penggunaandan kontruksinya dikenal tiga jenis isolator yaitu,isolator jenis pasak,
isolator jenis pos-saluran, isolatorgantung. Isolator jenis pasak dan isolator jenis
possalurandigunakan pada saluran transmisi dengan kerjarelatif rendah (kurang dari 22
- 33 kV), sedang isolatorgantung dapat digandeng menjadi rentengan isolatoryang
jumlahnya disesuaikan kebutuhan.Jika jaringan dipakai untuk menyalurkan tenaga
listrik tidak timbul panas yang berlebihan atau rugi tegangan yang besar. Isolasinya
34
juga harus sesuai dengan sistem tegangan yang digunakan, semakin besar sistem
tegangan yang dipakai menuntut pula isolasi yang lebih besar.
Regulasi sebuah transmisi didefinisikan sebagai : “Kenaikkan tegangan pada ujung
penerima ketika beban penuh diputuskan, di mana tegangan pada ujung pengiriman
konstant.” Efisiensi jaringan didefinisikan sebagai: “Perbandingan antara daya
penerimaan dengan daya yang dikirimkan”.
Pembangunan saluran udara tegangan tinggi harus sudah melalui proses rancang
bangun yang aman bagi lingkungan serta sesuai dengan standar keamanan
internasional, Salah satu tujuan perencanaan sistem transmisi adalah menemukan
ukuran konduktor yang sesuai sehingga kehilangan daya dapat diminimalisir dan
perkiraan biaya yang dibutuhkan dapat diketahui.Pemilihan tegangan saluran
transmisiberkaitan erat dengan kapasitas daya yang disalurkan.Perencanaan suatu
jaringan juga meliputipenentuan ukuran tipe konduktor kawat berkas (bundle
conductor) lebih tepat biladigunakan pada tegangan transmisi dengan tegangan diatas
230 kV, tetapi dapat juga digunakan untuktegangan transmisi yang lebih rendah apabila
dibutuhkankapasitas saluran transmisi yang lebih baik dan tinggi.Pada umumnya
ditemukan bahwa jaringan transmisi tegangan rendah lebih ekonomis dari pada
tegangan tinggi untuk jalur transmisi kurang dari 2 km. Untuk sistem tenaga listrik
yang besar (power utility) biaya untuk systemdistribusi bisa mencapai 50 % - 60 %
investasi keseluruhan yang diperlukanuntuk sistem tenaga listrik. Adapun beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam penempatan jalur transmisi adalah sebagai berikut;
a. Jalur transmisi terletak pada lokasi yang mudah untuk diakses
b. Ditempatkan pada lokasi tanah yang kokoh dan relative stabil
c. Legalitas dan pembebasan lahan yang digunakan jalur transmisi tidak
mengalami masalah.
d. Tempatkan jalur transmisi dengan jarak yang aman dengan gedung dan pohon.
e. Jangan tempatkan tiang listrik pada sisi bukit atau bidang yang miring.
f. Minimalkan belokan pada jaringan transmisi
Sistem jaringan distribusi tenaga listrik dapat diklasifikasikan dari berbagai segi,
antara lain adalah :
a. Berdasarkan ukuran tegangan
b. Berdasarkan ukuran arus
c. Berdasarkan sistem penyaluran
d. Berdasarkan konstuksi jaringan
e. Berdasarkan bentuk jaringan
35
Berdasarkan sistem penyalurannya, jaringan distribusi dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu dengan :
a. saluran udara (overhead line) dan
b. saluran bawah tanah (underground cable).
36
Tes Formatif Modul Kb 1
b. Concrete pole
c. Lattice tower
d. Wooden pole
e. Tipe menara
2. Kenapa saluran kabel tegangan tinggi jarang dipakai pada saluran transmisi
a. Tidak memerlukan perawatan
b. Lebih mudah di monitor gangguannya
c. Bebas gangguan cuaca
d. Memerlukan biayayanglebih besar jika dibanding SUTT.
e. Menyebabkan beban kapasitif lebih besar
37
e. Aluran kabel tegangan rendah
38
8. Kenapa pada jaringan transmisi tegangan menengah kapasitansi
diperhitungkan?
a. Kapasitansi jaringan jarak menengah secara seragamdidistribusikan ke
seluruh panjang jaringan dan dianggap terpusat pada satu titik atau lebih
b. Kapasitansi didistribusikan sepanjang jaringan dan tidak lagi dianggap
berkumpul pada satu tempat atau lebih.
c. c.Karena jaringan transmisi yang mempunyai panjang antara 80 – 150 Km
dan tegangan jaringan antara 20 – 100 KV,
d. jaraknya yang pendek dan tegangannya tidak terlalu tinggi
9. Apabila jalur yang panjang akan kehilangan daya dan penuruan tegangan
yang lebih besar, jadi jika dalam perencanaan jaringan transmisi apa yang
harus kita lakukan.
a. Jangan ditempatkan pada jalur yang miring
b. Memilih jalur yang pendek
c. Menimalkan belokan pada jaringan transmisi
d. Menempatkan pada lokasi yang mudah di akses
e. Memilih jalur menengah
10. Kawat berkas lebih tepat biladigunakan pada tegangan transmisi dengan
tegangandiatas 230 kV, tetapi dapat juga digunakan untuktegangan transmisi
yang lebih rendah apabila dibutuhkankapasitas saluran transmisi yang lebih
baik dan tinggi.Dari pernyataan diatas termasuk faktor yang manakah dalam
perencanaan jaringan transmisi tenaga listrik.
a. Bundle konduktor
b. Pemilihan ukuran konduktor
c. Perencanaan isolasi saluran transmisi
d. Input dan yang dikirim dan panjang saluran
e. Bundle isolator
39
DAFTAR PUSTAKA
Aslimeri,dkk. (2008). Teknik Transmisi Tenaga Listrik Jilid 2 untuk SMK. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan
Nasional.
Aslimeri, dkk. 2010. Teknik Transmisi Tenaga Listrik Jilid 3 SMK. Jakarta :
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan.
Daman Suswanto. 2009. Sistem Distribusi Tenaga Listrik Untuk Mahasiswa Teknik
Elektro. Padang : Jurusan Teknik Elektro: FT-UNP.
40
No. Kode: DAR 2/Profesional/413/Nomor Modul--/2019
Pendalaman Materi
Teknik Ketenagalistrikan
Modul 2
TEKNIK JARINGAN TENAGA LISTRIK
KB 2 Sistem Proteksi Jaringan
Oleh:
Rahmat Hidayat,M.Pd.T
2019
A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Salam PPG ..!!!, rekan-rekan peserta ppg dalam jabatan, pada modul dua
kegiatan belajar 2 ini kita akan membahas tentang 1. Pengertian sistem
proteksi 2. Tujuan sistem proteksi 3. Jenis gangguan pada jaringan distribusi
4. Kriteria sistem proteksi 5. Daerah sistem proteksi 6. Arester 7. Fuse cut out
Setelah itu kita akan membahas contoh penentuan fuse pada FCO sehingga
saudara dapat menentukan kapasitas FCO untuk system 20 kv, dan mampu
menentukan tegangan peleasan arrester secara sederhana. Itulah kira-kira
materi yang akan kita pelajari pada kegiatan belajar 2 modul dua ini. Selamat
Belajar!
2. Relevansi
Dengan mempelajari modul ini, peserta diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan, pemahaman dan penguasaan materi mengenai sistem proteksi
jaringan, Fuse Cut Out dan Tegangan Pelepasan Arrester.
3. Petunjuk Belajar
4. INTI
a. Capaian Pembelajaran (CPBS)
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan peserta mampu menguasai
teori dan aplikasi materi bidang studi ketenagalistrikan yang mencakup:
(1) pembangkit tenaga listrik, (2) jaringan tenaga listrik, (3) instalasi
tenaga listrik, (4) teknik otomasi industri, (5) teknik pendingin dan tata
udara, dan (6) teknik tenaga listrik, termasuk advance materials secara
42
bermakna yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa”
(filosofi), dan “bagaimana” (penerapan) dalam kehidupan sehari-hari;
yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi), dan
“bagaimana” (penerapan dalam kehidupan sehari-hari) sehingga dapat
membimbing peserta didik SMK mencapai kompetensi keahlian yang
dibutuhkan DUDI.
c. Bahan Kajian
1. Pengertian sistem proteksi
2. Tujuan sistem proteksi
3. Jenis gangguan pada jaringan distribusi
4. Kriteria sistem proteksi
5. Daerah sistem proteksi
6. Arrester
7. Fuse cut out
43
bawah tanah, dan lain sebagainya terhadap kondisi abnormal operasi
sistem tenaga listrik tersebut.
44
bangunan-bangunan tinggi dan pohon-pohon yang lebih tinggi dari tiang
saluran udara tegangan menengah. Hal ini menyebabkan saluran udara
tegangan menengah yang ada di dalam kota banyak terlindung terhadap
sambaran petir tetapi banyak diganggu oleh sentuhan pohon. Hanya
untuk daerah di luar kota selain gangguan sentuhan pohon juga sering
terjadi gangguan karena petir. Gangguan karena petir maupun karena
sentuhan pohon ini sifatnya temporer (sementara), oleh karena itu
penggunaan penutup balik otomatis (recloser) akan mengurangi waktu
pemutusan penyediaan daya (supply interupting time).
a) Kepekaan (sensitivity) :
Peralatan proteksi (rele) harus cukup peka dan mampu mendeteksi
gangguan di kawasan pengamannya.
Meskipun gangguan yang terjadi hanya memberikan rangsangan yang
sangat minim, peralatan pengaman (rele) harus mampu mendeteksi
secara baik.
b) Keandalan (reliability) :
Dependability :
1) Peralatan proteksi (rele) harus memiliki tingkat kepastian bekerja
(dependability) yang tinggi.
2) Peralatan proteksi (pengaman) harus memiliki keandalan tinggi
(dapat mendeteksi dan melepaskan bagian yang terganggu), tidak
boleh gagal bekerja.
Security :
3) Peralatan proteksi (pengaman) harus memiliki tingkat kepastian untuk
tidak salah kerja atau tingkat security (keamanannya) harus tinggi.
4) Yang dimasksud salah kerja adalah kerja yang semestinya tidak kerja,
misal : karena lokasi gangguan di luar kawasan pengamannya atau
sama sekali tidak ada gangguan.
5) Salah kerja bisa mengakibatkan terjadinya pemadaman, yang
semestinya tidak perlu terjadi.
c) Kecepatan (speed) :
Peralatan proteksi (pengaman) harus mampu memisahkan sub sistem
yang mengalami gangguan secepat mungkin. Untuk menciptakan
46
selektifitas yang baik, ada kemungkinan suatu pengaman terpaksa diberi
waktu tunda (time delay), tetapi waktu tunda tersebut harus secepat
mungkin. Dengan tingkat kecepatan yang baik, maka terjadinya
kerusakan/ kerugian, dapat diperkecil.
d) Selektifitas (selectivity) :
Peralatan proteksi (pengaman) harus cukup selektif dalam mengamankan
sistem. Dapat memisahkan bagian sistem yang terganggu sekecil
mungkin, yaitu hanya sub sistem yang terganggu saja yang memang
menjadi kawasan pengaman utamanya. Rele harus mampu membedakan,
apakah gangguan terletak di kawasan pengaman utamanya, dimana rele
harus bekerja cepat, atau terletak di sub sistem berikutnya, dimana rele
harus bekerja dengan waktu tunda atau tidak bekerja sama sekali.
e) Kecepatan (speed) :
Peralatan proteksi (pengaman) harus mampu memisahkan sub sistem
yang mengalami gangguan secepat mungkin. Untuk menciptakan
selektifitas yang baik, ada kemungkinan suatu pengaman terpaksa diberi
waktu tunda (time delay), tetapi waktu tunda tersebut harus secepat
mungkin. Dengan tingkat kecepatan yang baik, maka terjadinya
kerusakan/ kerugian, dapat diperkecil.
47
Gambar 1. Daerah Pengamanan Pada Sistem Tenaga Listrik
Keterangan :
1 = Zone Generator
2 = Zone Transformator Step-Up
3 = Zone Busbar
4 = Zone Transmisi
5 = Zone Transformator Step-Down
6 = Zone Beban
Setiap daerah proteksi pada umumnya terdiri atas satu atau lebih elemen
sistem tenaga listrik. Misalnya generator, busbar, transformator,
transmisi, dan lain-lain. Agar seluruh sistem tenaga listrik dapat
diamankan, maka harus ada daerah yang tumpang-tindih (overlap).
Artinya ada elemen sistem yang diamankan oleh dua daerah
pengamanan. Setiap daerah pengaman dijaga oleh relay yang sesuai
dengan karakteristik peralatan yang diamankan. Pada umumnya yang
menjadi batas pengamanan antar daerah pengamanan adalah trafo arus
yang mencatu ke rele.
6. LINGTHING ARESTER
Lightning arrester (penangkal petir) yang berfungsi menangkal
gelombang berjalan dari petir yang akan masuk ke instalasi pusat
pembangkit gelombang berjalan dari petir yang akan masuk ke instalasi
pusat pembangkit listrik. Gelombang berjalan juga pemutus tenaga atau
circuit breaker (switching). Tinggi (TET) yang besarnya di atas 350 kV,
48
surja tegangan switching lebih besar dari pada surja petir. gelombang
berjalan dari petir yang akan masuk ke instalasi pusat pembangkit listrik.
Gelombang berjalan juga dapat berasal dari pembukaan dan penutupan
dapat berasal dari pembukaan dan penutupan
Pada sistem Tegangan Ekstra
circuit breaker (switching). Pada sistem Tegangan Ekstra Tinggi (TET)
yang besarnya di atas 350 kV, surja tegangan yang disebabkan oleh yang
disebabkan oleh besar dari pada surja petir. Saluran udara yang keluar
dari pusat pembangkit listrik merupakan
Saluran udara yang keluar dari pusat pembangkit listrik merupakan
bagian instalasi pusat pembangkit listrik yang paling rawan sambaran
petir dan karenanya harus diberi lightning arrester. Selain itu, berada di
depan setiap transformator. Hal ini perlu karena pada petir yang
merupakan gelombang berjalan menuju ke transformator akan melihat
transformator sebagai suatu ujung terbuka (karena transformator
mempunyai isolasi terhadap gelombang pantulannya akan saling
memperkuat dengan gelombang yang datang.
Berarti transformator dapat mengalami tegangan surja dua kali besarnya
tegangan gelombang surja yang datang. Untuk mencegah terjadinya hal
ini, lightning arrester harus dipasang sedekat mungkin dengan
transformator. Hal ini perlu karena pada petir yang merupakan
gelombang berjalan menuju ke transformator akan melihat transformator
sebagai suatu ujung
bumi/tanah) sehingga gelombang pantulannya akan saling memperkuat
dengan gelombang yang datang. Lightning arrester bekerja pada
tegangan tertentu di atas tegangan operasi untuk membuang muatan
listrik dari surja petir dan berhenti beroperasi pada tegangan tertentu di
atas tegangan operasi agar tidak terjadi arus pada tegangan operasi, dan
perbandingan dua tegangan ini disebut rasio proteksi arrester.
Tingkat isolasi bahan arrester harus berada di bawah tingkat isolasi
bahan transformator agar apabila sampai terjadi flashover, maka
flashover diharapkan terjadi pada arrester dan tidak pada transformator.
49
Gambar 2. Arrester
Arrester dipakai sebagai alat proteksi utama dari tegangan lebih.. Karena
kepekaan arrester terhadap tegangan, maka pemakainya harus disesuikan
dengan tegangan sistem. Pemilihan lightning arrester dimaksudkan untuk
mendapatkan tingkat isolasi dasar yang sesuai dengan Basic Insulation
Level (BIL) peralatan yang dilindungi, sehingga didapatkan perlindungan
yang baik.
Pada pemilihan arrester ini dimisalkan tegangan impuls petir yang datang
berkekuatan 100 KV dalam waktu 0,1μs, jarak titik penyambaran dengan
transformator 5 Km.
22
=
2
= 15,5 KV
Vrms × 2
Vm(L - G) =
3
15,5 × 2
=
3
= 12,6 KV
12,6 KV
Koefisien pentanahan =
15,5 KV
= 0,82
Keterangan :
e
E =
K .e.x
51
400 KV
E =
0,0006 × 5 Km
= 133,3 KV
Keterangan :
Harga puncak surja petir yang masuk ke pembangkit datang dari saluran
yang dibatasi oleh BIL saluran. Dengan mengingat variasi tegangan
flashover dan probabilitas tembus isolator, maka 20% untuk faktor
keamanannya, sehingga harga e adalah :
52
Gammbar 3 Fuse Cut Off
Perlengkapan fuse ini terdiri dari sebuah rumah fuse (fuse support),
pemegang fuse (fuse holder) dan fuse link sebagai pisau pemisahnya dan
dapat diindetifikasi dengan hal-hal seperti berikut :
1. Tegangan Isolasi Dasar ( TID ) pada tingkat distribusi
2. Utamanya digunakan untuk penyulang TM dan proteksi trafo
3. Konstruksi mekanis didasarkan pemasangan pada tiang /crossarm
4. Dihubungkan ke sistim distribusi dengan batas-batas tegangan
operasinya
Pada LBS ,Fuse Cut Out ini dipasang untuk mengamankan jaringan atau
system dari arus hubung singkat pada VT . Jika terjadi
53
masalah/kerusakan pada VT sehingga FCO akan segera memutus
rangkaian listrik agar jaringan aman dari arus hubung singkat pada VT.
Fuse cut out distribusi diklasifikasi dalam 2 macam fuse yaitu : Fuse
letupan (Expulsion Fuse) dan Fuse Liquid (Liquid Filled Fuse).
Namun pada kenyataannya dilapangan fuse cutout letupan (expulsion)
lebih banyak dipakai untuk jaringan distribusi dibanding dengan power
fuse, istilah letupan (expulsi) merupakan suatu tanda yang
dipergunakan fuse sebagai tanda adanya busur listrik yang melintas
didalam tabung fuse yang kemudian dipadamkannya.Peristiwa yang
terjadi pada bagian dalam tabung fuse ini adalah peristiwa penguraian
panas secara partial akibat busur dan timbulnya gas yang di deionisasi
pada celah busurnya sehingga busur api segera menjadi padam pada
saat arus menjadi nol.
55
Gambar 6. Fuse Cut Out Tertutup
Contoh:
Beban yang akan dipasang pada suatu unit adalah 260 W, maka:
1. Beban yang digunakan 260 W,
maka arus yang akan diserap adalah: 260 W/24 V = 10,8 A 2.
Ukuran dari fuse adalah (rated current): 10,8 A x 2 = 21,6 A 3.
Maka ukuran fuse adalah 25 A (ukuran fuse diambil satu tingkat
diatas rated current)
Ukuran kabel
Ukuran kabel yang digunakan dalam perhitungan ini adalah
ukuran Sectional Area dari suatu kabel. Sectional area adalah
luasan dari konduktor yang ada pada kabel apabila kabel dipotong
dan dilihat dari depan yang mempunyai satuan milimeter persegi
(mm2).
Sectional area
Menentukan ukuran sectional area dari kabel ditentukan oleh
beberapa hal, yaitu:
1. Fuse breakpoint,
2. Panjang kabel dalam satuan meter (mulai dari sumber
tegangan hingga bertemu dengan earthing point),
3. Drop tegangan yang diijinkan,
4. Panas yang timbul pada kabel
Garis ini akan memotong skala oC dan mm2. Untuk skala oC,
ukuran sectional area yang dibutuhkan adalah 2,5 mm2.Untuk
skala mm2, ukuran sectional area yang dibutuhkan adalah 4,0
mm2.. Diantara dua pilihan tersebut, pilihlah yang paling besar
ukuran sectional area-nya.
59
NT Fuse atau NH Fuse adalah alat listrik yang digunakan sebagai
pengaman pada rangkaian listrik. NT Fuse/ NH Fuse berfungsi
untuk memutuskan arus apabila dilewati arus berlebih, sehingga
tidak merusak alat listrik atau mesin yang terpasang. NT Fuse /
NH Fuse bekerja pada listrik tegangan rendah hingga 630 Volt.
NH Fuse / NT Fuse merupakan fuse sakali pakai, dimana apabila
sudah terputus, tidak bisa dipakai lagi dan perlu diganti dengan
fuse baru yang memiliki karakteristik sama.
60
Pilih NH Fuse yang terbuat dari material keramik yang baik dan
blade terminal yang baik untuk pengamanan yang optimal. Material
keramik yang baik (berwarna kecoklatan), memiliki daya tahan
terhadap suhu panas yang lebih baik, sehingga lebih tahan lama.
Demikian juga dengan blade terminal yang baik, akan membuat
posisi dudukan lebih kuat dan aman pada saat pemasangan.
Holder fuse atau fuse base berfungsi sebagai kaki dudukan untuk
NT Fuse / NH Fuse yang akan dipasang. Ukuran size NH Fuse /
NT Fuse holder atau fuse base, ditentukan berdasarkan ukuran
NT/NH Fuse yang digunakan. Contoh: Untuk memasang NT Fuse /
NH Fuse size 00, perlu menggunakan fuse holder dudukan size 00
juga. Holder NT Fuse / NH Fuse juga dapat dipilih berdasarkan
material fuse base holder tersebut. Pilihan Fuse base holder yang
umum digunakan adalah fuse holder metal, fuse holder keramik
atau dapat juga menggunakan fuse rail dan fuse rail disconnect.
f. Forum Diskusi
Buatlah sebuah makalah yang bertemakan penentuan kapasitas arrester,
jelaskan dengan runtut kegiatan yang benar, selamat berdiskusi!
5. PENUTUP
61
1. Rangkuman
Secara umum sistem proteksi ialah cara untuk mencegah atau membatasi
kerusakan peralatan terhadap gangguan, sehingga kelangsungan penyaluran
tenaga listrik dapat di pertahankan. Sistem proteksi tenaga listrik merupakan
sistem pengaman pada peralatan peralatan yang terpasang pada sistem tenaga
listrik, seperti generator, busbar, transformator, saluran udara tegangan tinggi,
saluran kabel bawah tanah, dan lain sebagainya terhadap kondisi abnormal
operasi sistem tenaga listrik tersebut.
Jenis gangguan : gangguan hubung singkat, gangguan beban lebih, gangguan
tegangan lebih. Kriteria sistem proteksi kepekaan (sensitivity), keandalan
(reliability), kecepatan (speed),selektifitas (selectivity).
Daerah sistem proteksi 1 = zone generator 2 = Zone Transformator Step-Up 3
= Zone Busbar 6 = Zone Beban 4 = Zone Transmisi 5 = Zone Transformator
Step-Down 6 = Zone Beban
2. Tes Formatif
1. ………. merupakan jaringan yang berfungsi untuk menyalurkan energi
listrik dari gardu induk ke gardu induk lain maupun dari gardu induk ke
pelanggan/beban.
a. Sistem Proteksi
b. Sistem Proteksi Jaringan
c. Jaringan Distribusi
d. Jaringan dan Proteksi Jaringan
e. Jaringan Transmisi
62
a. Zone Generator
b. Zone Transformator Step-Up
c. Zone Busbar
d. Zone Beban
e. Zone Transmisi
63
6. Pemilihan lightning arrester dimaksudkan untuk mendapatkan tingkat
isolasi dasar yang sesuai dengan BIL. BIL singkatan dari.......
a. Basic Instalasi Listrik
b. Based Instalasi Listrik
c. Basic Insulation Level
d. Based Insulation Level
e. Basic Instalasi Level
9. ………..ketika terjadi gangguan arus maka fuse pada cut out akan putus,
dan tabung ini akan lepas dari pegangan atas, dan menggantung di udara,
sehingga tidak ada arus yang mengalir ke sistem.
a. Prinsip Kerja FCO
b. Tegangan Dasar
c. Tegangan Maksimal
d. Tegangan Pelepasan Arester
e. Tegangan Arester
10. Perbandingan antara tegangan rms fasa sehat ke tanah dalam keadaan
gangguan pada tempat dimana penangkal petir disebut…..
a. Tegangan Dasar
b. Koefisien Pentanahan
c. Tegangan Maksimal
d. Tegangan Pelepasan Arester
e. Tegangan Arester
64
Daftar Pustaka
Djiteng Marsudi. (2011). Pembangkitan Energi Listrik. Penerbit Erlangga.
http://dunialistrikelektron.blogspot.com/2015/04/prinsip-kerja-fuse-cut-out-
fco.html
65
66
No. Kode: DAR 2/Profesional/413/Nomor Modul--/2019
Pendalaman Materi
Teknik Ketenagalistrikan
Modul 2
Peralatan Gardu Induk
Oleh:
Nevi Faradina, S.T, M.T
2. Relevansi
Dengan mempelajari modul ini, peserta diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan penguasaan materi
mengenai gardu listrik serta peralatan–peralatan penyokongnya dalam
mengaliri listrik dari gardu induk sampai ke konsumen.
3. Petunjuk Belajar
1) Dengan uraian yang ringkas, jelas dan bahasa yang mudah
dimengerti, dengan membaca modul ini diharapkan siswa dapat
belajar mandiri tentang peralatan gardu induk.
2) Kegiatan belajar ini dikembangkan berdasarkan teori dasar yang
ditemukan ke beberapa contoh penerapan dalam kehidupan
sehari – hari
3) Apabila setelah selesai silahkan dikerjakan tes formatifnya
untuk mengukur seberapa besar pemahaman terhadap materi
dalam kegiatan pembelajaran ini.
B. INTI
1. Capaian Pembelajaran (CPBS)
68
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan peserta mampu menguasai
teori dan aplikasi materi bidang studi ketenagalistrikan yang mencakup:
(1) pembangkit tenaga listrik, (2) jaringan tenaga listrik, (3) instalasi
tenaga listrik, (4) teknik otomasi industri, (5) teknik pendingin dan tata
udara, dan (6) teknik tenaga listrik, termasuk advance materials secara
bermakna yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa”
(filosofi), dan “bagaimana” (penerapan) dalam kehidupan sehari-hari;
yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi),
dan “bagaimana” (penerapan dalam kehidupan sehari-hari) sehingga
dapat membimbing peserta didik SMK mencapai kompetensi keahlian
yang dibutuhkan DUDI.
3. Bahan Kajian
Peralatan gardu induk dan aplikasinya dalam pembelajaran
ketenagalistrikan
4. Indikator esensial
a. Disajikan gambar diagram satu garis gardu induk peserta dapat
menganalisis jenis GI yang ada.
b. Peserta dapat menghitung rugi-rugi daya pada saluran transmisi
gardu induk
69
5. Uraian Materi
A. Pengertian dan Fungsi Gardu Induk
Gardu Induk merupakan suatu instalasi yang merupakan bagian dari
sistem tenaga listrik, terdiri dari susunan sejumlah peralatan yang
menempati daerah tertentu yang berfungsi menerima dan
menyalurkan daya listrik serta menjamin keandalan sistem
penyaluran tenaga listrik.
Adapun fungsi dari Gardu Induk adalah sebagai berikut:
a. Mentransformasikan tegangan (penaik atau penurun tegangan) :
i. Dari tegangan ekstra tinggi ke tegangan tinggi (500
KV/150 KV).
ii. Dari tegangan tinggi ke tegangan yang lebih rendah (150
KV/ 70 KV).
iii. Dari tegangan tinggi ke tegangan menengah (150 KV/ 20
KV, 70 KV/20 KV).
iv. Dengan frekuensi tetap (di Indonesia 50 Hertz).
b. Pengukuran pengawasan operasi serta pengaturan pengamanan
dari sistem tenaga listrik.
c. Untuk mengatur aliran daya listrik dari saluran transmisi ke
saluran transmisi lainnya yang kemudian didistribusikan ke
konsumen.
71
daya, pada umumnya dipasang di luar gedung. Gardu jenis ini
juga disebut dengan Gas Insutaled Substation (GIS). Umumnya
gardu ini dibangun didaerah padat pemukiman.
72
jalan dengan gedung bertingkat tinggi. Kebanyakan gardu
induk ini dibangun dibawah jalan raya.
3. Menurut Fungsinya:
a. Gardu Induk Penaik Tegangan
Adalah gardu induk yang berfungsi untuk menaikkan
tegangan, yaitu tegangan pembangkit (generator) dinaikkan
menjadi tegangan sistem. Gardu Induk ini berada di lokasi
pembangkit tenaga listrik. Karena output voltage yang
dihasilkan pembangkit listrik kecil dan harus disalurkan pada
jarak yang jauh, maka dengan pertimbangan efisiensi,
tegangannya dinaikkan menjadi tegangan ekstra tinggi atau
tegangan tinggi.
73
Adalah gardu induk yang berfungsi untuk menurunkan
tegangan, dari tegangan tinggi menjadi tegangan tinggi yang
lebih rendah dan menengah atau tegangan distribusi. Gardu
induk terletak di daerah pusat-pusat beban, karena di gardu
induk inilah pelanggan (beban) dilayani.
Gambar 3.7 Single line diagram gardu induk sistem double busbar
Sumber: http://switchyard-electric.blogspot.com/2011/04/konsep-dasar-
gardu-induk.html
77
secara deret (seri). Single line diagram, dapat dilihat pada
gambar 3.8 dibawah.
78
3. Transformator Tenaga adalah
Transformator yang berfungsi
untuk menyalurkan tenaga listrik
dari tegangan tinggi ke tegangan
rendah atau sebaliknya.
4. Transformator Arus (CT) adalah
transformator instrument yang
berfungsi untuk merubah arus
besar menjadi arus kecil sehingga
dapat diukur dengan Amper meter.
5. Transformator Tegangan/Potensial
(PT) adalah transformator
instrument yang berfungsi untuk
merubah tegangan tinggi menjadi
tegangan rendah sehingga dapat
diukur dengan Volt meter.
6. Netral Grounding Resistor (NGR)
adalah alat bantu untuk pengaman
peralatan transformator tenaga, bila
terjadi hubung singkat pada sistem
sekunder.
7. Vektor group adalah hubungan
kumparan tiga fasa sisi primer,
sekunder dan tertier yang
dijelaskan dengan angka pada jam.
79
Alat ini berfungsi untuk mentrasformasikan daya listrik, dengan
merubah tegangannya.
Sumber: studylibid.com
81
lunak), maka arus Eddy yang menginduksi inti besi akan
semakin besar. Eddy current dapat menyebabkan kerugian daya
pada sebuah trafo karena pada saat terjadi induksi arus listrik
pada inti besi, maka sejumlah energi listrik akan diubah menjadi
panas.
Untuk mengurangi arus Eddy, maka inti besi trafo dibuat
berlapis-lapis, tujuannya untuk memecah induksi arus Eddy
yang terbentuk di dalam inti besi. Perbedaan induksi arus Eddy
di dalam inti besi tunggal dengan inti besi berlapis dapat dilihat
pada gambar 3.11 berikut ini.
ii. Kumparan
82
Gambar 3.12 Kumparan
Sumber: https://www.wikikomponen.com
iv. Tangki
Pada umumnya bagian-bagian dari transformator yang
terendam minyak transformator berada (ditempatkan) dalam
tangki. Untuk menampung pemuaian minyak transformator, tangki
dilengkapi dengan konservator.
v. Bushing Transformator
Bushing merupakan sarana penghubung antara belitan
dengan jaringan luar. Bushing terdiri dari sebuah konduktor
yang diselubungi oleh isolator. Isolator tersebut berfungsi
sebagai penyekat antara konduktor bushing dengan body main
tank transformator.
83
Gambar 3.14 Bushing Transformator
Sumber: https://www.transformers-magazine.com/component/k2/4945-transformer-
bushings-and-oil-leaks.html
84
melakukan transformasi dari besaran arus yang besar menjadi
besaran arus yang kecil agar dapat dibaca oleh panel metering atau
alat ukur yang terhubung keperluan pengukuran dan proteksi. CT
banyak digunakan dalam pemasangan panel metering seperti pada
KWH meter.
85
Sumber: https://www.electrical4u.com/voltage-transformer-or-potential-
transformer-theory/
e. Transformator Bantu (Auxiliary Transformator)
Transformator yang digunakan untuk membantu beroperasinya
secara keseluruhan gardu induk tersebut. Merupakan pasokan
utama untuk alat-alat bantu seperti motor-motor listrik 3 fasa yang
digunakan pada motor pompa sirkulasi minyak transformator
beserta motor motor kipas pendingin. Yang paling penting adalah
sebagai pemasok utama sumber tenaga cadangan seperti sumber
DC, dimana sumber DC ini merupakan sumber utama jika terjadi
gangguan dan sebagai pasokan tenaga untuk proteksi sehingga
proteksi tetap bekerja walaupun tidak ada pasokan arus AC.
Transformator bantu sering disebut sebagai transformator
pemakaian sendiri sebab selain fungsi utama diatas, juga
digunakan untuk penerangan, sumber untuk sistim sirkulasi pada
ruang baterai, sumber pengggerak mesin pendingin (Air
Conditioner) karena beberapa proteksi yang menggunakan
elektronika/digital diperlukan temperatur ruangan dengan
temperatur antara 20ºC -28ºC.
86
Sumber:http://www.istpower.com/products-applications/earthing-earthing-auxiliary-
transformers/
3. Peralatan Penghubung
Peralatan penghubung terbagi dua, yaitu:
a. Pemutus Tenaga (PMT)
87
PMT adalah Suatu peralatan pemutus rangkaian listrik pada
suatu sistem tenaga listrik, yang mampu untuk membuka dan
menutup rangkaian listrik pada semua kondisi, termasuk arus
hubung singkat, sesuai dengan ratingnya. Juga pada kondisi
tegangan yang normal ataupun tidak normal.
b. Pemisah (PMS)
Disconnecting switch atau pemisah (Pms) suatu peralatan
sistem tenaga listrik yang berfungsi sebagai saklar pemisah
rangkaian listrik tanpa arus beban (memisahkan peralatan listrik
dari peralatan lain yang bertegangan), dimana pembukaan atau
penutupan Pms ini hanya dapat dilakukan dalam kondisi tanpa
beban.
88
Gambar 3.21 Pemisah
Sumber: http://ichsandi.blogspot.com/2010/04/pemutus-tenaga-pmt-circuit-
breaker-cb.html
89
Gambar 3.22 Single Line Penempatan Pemisah
Sumber: https://www.bloglistrik.com/2016/06/pemisah-pms.html
4. Panel Hubung
90
Panel hubung merupakan pusat sistem gardu induk. Dengan panel
hubung inilah operator dapat mengawasi dan melakukan kontrol
keadaan sistem gardu induk. Jika terjadi gangguan, panel hubung
secara otomatis membuka pemutus beban melalui sebuah relay
pengaman (proteksi).
Sumber: https://www.bloglistrik.com
5. Baterai
Sumber tenaga untuk sistem kontrol dan proteksi selalu harus
mempunyai keandalan dan stabilitas yang tinggi, maka baterai dipakai
sebagai sumber tenaga kontrol dan proteksi di dalam Gardu Induk.
Peranan dari baterai adalah sangat penting karena justru pada saat
gangguan terjadi, baterai inilah yang merupakan sumber tenaga untuk
menggerakan alat-alat kontrol dan proteksi.
91
Gambar 3.24 Baterai
Sumber: https://www.bloglistrik.com
7. Sistem Pendingin
Jika dalam suatu gardu induk dipakai transformator dengan
pendinginan air atau kondensator sinkron dengan pendinginan gas zat
92
air, maka air pendinginnya diambil dari sungai, air bawah tanah, bak
pendingin atau menara pendingin yang dibangun untuk sirkulasi air
pendingin itu. Dalam hal yang terakhir, air bawah tanah atau air
minum kota dipakai untuk penambahan. Air minum kota karena
mahal, jarang dipakai, kecuali jika cadangan air bawah tanahnya
terbatas.
8. Alat Pelindung
Alat - alat pelindung (protective device) dalam arti luas, disamping
pemutus beban dan relay pengaman, adalah sebagai berikut:
I. Lightning arrester
Sumber: https://electrical-engineering-portal.com
D. Rugi-Rugi Daya
Dalam proses pentrasmisian antar gardu, daya yang dikirim tidak
akan seluruhnya diterima. Banyak daya yang hilang ditentukan oleh
resistensi kawat dan juga jarak pentransmisian. Untuk menghitung
resistansi total kawat penghantar saluran transmisi gardu induk dapat
menggunakan persamaan (1),
Untuk mencari rugi – rugi daya pada jaringan transmisi 1 fasa dapat
digunakan persamaan (2).
94
Plosses 1ɸ = 𝐼𝐼 2 . 𝑅𝑅 (2)
Dimana:
Plosses = rugi - rugi daya 1 fasa (watt).
I = arus saluran per fasa (Ampere).
R = resistansi total pada saluran (Ω).
Plosses3ɸ = 3. 𝐼𝐼 2 . 𝑅𝑅 (3)
Dimana:
Plosses3ɸ= rugi - rugi daya 3 fasa (watt)
I = arus (Ampere).
R = resistansi total pada saluran (Ω).
E=Pxt (4)
Dimana:
E = Energi listrik (watt jam)
P = Daya listrik (watt)
t = Lama pemakaian (jam)
𝐸𝐸
Biaya listrik = 1000 𝑥𝑥 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 (5)
95
Dimana:
𝐸𝐸
1000
= Energi listrik (kWh)
Contoh soal:
Hitunglah rugi-rugi daya dan biaya kerugian PLN 1 jam atas rugi-rugi
daya transmisi berjarak 18 km pada kawat penghantar ACSR 240/40
yang memiliki resistansi 0,119 Ω untuk setiap 1000 meter, jika arus
yang mengalir sebesar 45 A dan biaya tarif dasar listrik Rp. 1.467,-
/kWh.
Jawab:
Menghitung resistansi total:
Resistansi total = Resistansi kawat penghantar x jarak
= 0,119 x 18
= 2,142 Ω
Menghitung rugi-rugi daya:
Plosses3ɸ = 3. 𝐼𝐼 2 . 𝑅𝑅
= 3 𝑥𝑥 452 𝑥𝑥 2,142
= 13.012,65 watt
Menghitung energi listrik per jam:
E = 𝑃𝑃 𝑥𝑥 𝑡𝑡
= 13.012,65 𝑥𝑥 1
= 13.012,65 watt jam
Biaya kerugian yang dialami PLN atas rugi-rugi daya untuk
transmisi selama 1 jam:
𝐸𝐸
Biaya listrik = 1000 𝑥𝑥 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇
13.012,65
= 1000
𝑥𝑥 1.467
= Rp. 19.089,-
96
6. Forum Diskusi
Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran ini, diskusikan:
1) Jenis gardu induk yang ada di daerah anda dan buatlah diagram
satu garisnya.
2) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besar kecilnya rugi-rugi
daya.
E. PENUTUP
1. Rangkuman
1) Gardu induk adalah suatu instalasi yang merupakan bagian dari
sistem tenaga listrik yang berfungsi untuk menyalurkan daya listrik
serta menjamin sistem penyaluran tenaga listrik. Selain untuk
merubah tegangan transmisi, gardu induk juga merupakan tempat
interkoneksi antar pembangkit.
2) Jenis-jenis gardu induk:
1. Menurut pemasangan peralatan
a. Gardu induk pasang luar
b. Gardu induk pasang dalam
c. Gardu induk setengah pasangan luar
d. Gardu induk pasangan bawah tanah
2. Menurut Besaran Tegangannya:
a. Gardu induk tegangan ekstra tinggi
b. Gardu induk tegangan tinggi
3. Menurut Fungsinya
a. Gardu induk penaik tegangan
b. Gardu induk penurun tegangan
c. Gardu induk pengatur tegangan
d. Gardu induk pengatur beban
4. Menurut isolasi yang digunakan:
a. Gardu Induk yang menggunakan isolasi udara
97
b. Gardu Induk yang menggunakan isolasi gas SF 6
5. Menurut system rel (busbar):
a. Gardu Induk sistem ring busbar
98
3) Peralatan gardu induk, terdiri dari:
1. Transformator daya, terdiri dari :
a. Transformator daya
b. Neutral Grounding Resistance
c. Transformator arus (CT)
d. Transformator tegangan (PT)
e. Transformator Bantu
2. Alat pengubah fasa
3. Peralatan penghubung, terdiri dari:
a. Pemutus tenaga (PMT)
b. Pemisah (PMS)
4. Panel hubung
5. Baterai
6. Peralatan SCADA dan telekomunikasi
7. Sistem pendingin
8. Alat pelindung
9. Bangunan gardu induk
4) Nilai resistansi sebanding dengan resistansi jenis penghantar dan
jarak antar gardu.
5) Rugi – rugi daya pada jaringan transmisi 1 fasa, dapat dihitung
dengan persamaan: Plosses 1ɸ = 𝐼𝐼 2 .R
6) Rugi – rugi daya pada jaringan transmisi 3 fasa, dapat dihitung
dengan persamaan: Plosses3ɸ = 3. 𝐼𝐼 2 . 𝑅𝑅
99
2. Tes Formatif
1. Diantara pilihan berikut, manakah yang bukan merupakan fungsi
dari transformator :
a. Mentransformasikan tegangan.
b.Merubah frekuensi.
c. Pengukuran pengawasan operasi
d.Pengaturan pengamanan dari sistem tenaga listrik.
e. Untuk mengatur aliran daya listrik dari saluran transmisi ke
saluran transmisi lainnya yang kemudian didistribusikan ke
konsumen
2. Nama lain dari gardu induk adalah …
a. Trafo
b.Transformator
c. Busbar
d.Relay
e. Substation
3. Alat listrik yang digunakan untuk melakukan pengukuran besaran
arus pada gardu induk disisi primer yang kemudian
ditransformasikan disebut dengan:
a. Voltmeter
b.Potential Transformer
c. Current Transformator
d.Neutral Grounding Resistance
e. Amperemeter
4. Tujuan dari dilakukannya Neutral Grounding Resistance (NGR),
adalah:
a. Untuk menaik dan menurunkan tegangan listrik
b.Untuk memperbaiki faktor daya
c. Untuk mengontrol besarnya arus gangguan yang mengalir
d.Untuk mengukur resistansi
100
e. Untuk memutuskan dan menghubungkan beban bila terjadi
gangguan.
5. Titik hubungan pertemuan (connecting) antara transformator daya,
SUTT/ SKTT dengan komponen listrik lainnya, untuk menerima
dan menyalurkan tenaga listrik disebut
a. Koneksi
b.Saklar
c. Busbar
d.Relay
e. GIS
6. Perhatikan gambar di bawah ini
101
Gambar ini merupakan diagram dari:
a. Single line diagram gardu induk single busbar
b.Single line diagram gardu induk double busbar
c. Single line diagram gardu induk setengah busbar
d.Single line diagram gardu induk Full busbar
e. Single line diagram gardu induk round busbar
8. Gambar dibawah ini merupakan salah satu peralatan gardu induk,
yaitu :
a. Transformator Daya
b.NGR
c. Transformator Arus atau CT
d.Transformator Tegangan atau PT
e. Switchgear
9. Resistansi total saluran transmisi antara dua gardu yang berjarak 20
kilometer dan menggunakan kawat penghantar jenis ACSR 240/40
dengan tahanan sebesar 0.119 Ω/Km adalah:
102
a. 2.38 Ω
b.571.2 Ω
c. 14.28 Ω
d.168 Ω
e. 0.005 Ω
10. Rugi daya yang dialami saluran transmisi tegangan tinggi gardu
induk yang berjarak 15 km, mengalirkan arus sebesar 240 A di
masing-masing fasa, dan menggunakan kawat penghantar jenis
ACSR dengan tahanan sebesar 0.119 Ω/Km adalah:
a. 240.000 W
b.308.448 W
c. 115.563 W
d.88.940 W
e. 96.879 W
Kunci Jawaban:
1. B 2. E 3. C 4. C 5. C
6. A 7. B 8. C 9. A 10. B
103
3. Daftar Pustaka
[1] Arismunandar, Artono. (2004). Teknik Tenaga Listrik. PT
Pradnya Paramita.
[2] Djiteng Marsudi. (2011). Pembangkit Energi Listrik. Penerbit
Erlangga.
[3] Fasilitas dan peralatan gardu induk. http://kontens-
listrik.blogspot.com/2012/03/fasilitas-dan-peralatan-gardu-
induk.html. Diakses tanggal 29 September 2019.
[4] Komponen-komponen peralatan pada switchyard gardu induk.
https://scadaku.wordpress.com/2014/05/22/komponen-komponen-
peralatan-pada-switchyard-gardu-induk/. Diakses tanggal 29
September 2019.
[5] Macam-macam komponen gardu induk.
https://mandornya.blogspot.com/2015/04/macam-macam-
komponen-gardu-induk.html. Diakses tanggal 29 September 2019.
[6] Mismail, Budiono.(2011). Dasar Teknik Elektro. Penerbit
Universitas Brawijaya Press.
[7] Tobing, Bonggas L. (2003). Peralatan Tegangan Tinggi. Gramedia
Pustaka Utama.
[8] Wibowo, Sigi Syah. (2018). Analisa Sistem Tenaga. Polinema
Press.
104
No. Kode: DAR 2/Profesional/413/2/2019
Pendalaman Materi
Teknik Ketenagalistrikan
Kegiatan Belajar 4
Transfomator Tenaga Listrik
Oleh:
Dr. Ahyanuardi, M.T
B. Relevansi
Materi ini sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam hal
penyaluran energi listrik dari pusat pembangkit ke pelanggan yang dapat
digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
C. Petunjuk Belajar
Modul ini disusun dan dipersiapkan sebagai bahan Pendidikan Profesi Guru (PPG)
guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam bidang Ketenagalistrikan. Supaya
Anda bisa berhasil dalam mempelajari modul ini, ikutilah petunjuk belajar berikut:
1. Bacalah deskripsi pada masing-masing kegiatan belajar.
2. Bacalah setiap uraian dan contoh yang menyertainya dengan cermat sampai
Anda memahami pesan dan ide yang disampaikan dalam materi tersebut.
3. Kerjakan semua tugas untuk memahami materi.
4. Diskusikan dengan teman-teman untuk mengatasi materi-materi yang belum
pahami.
5. Kerjakan tes formatif untuk mengetahui pemahaman Anda tentang materi
pembelajaran.
II. INTI
Assalamualaikum tema-teman peserta PPG Ketenagalistrikan. Pada kesempatan kali
ini, kita akan mempelajari tentang kegiatan belajar 1 dengan materi Perangkat
Pembangkit Tenaga Listrik. Capaian dan subcapaian pembelajaran yang harus
dikuasai oleh teman-teman peserta PPG dalam jabatan sebagai berikut:
C. Bahan Kajian
Teknik jaringan tenaga listrik dan aplikasinya dalam pembelajaran
ketenagalistrikan.
E. Indikator Esensial
1. Diberikan kasus yang terjadi pada trafo distribusi peserta dapat menghitung
effisiensi trafo tersebut
2. Disajikan data pembebanan trafo peserta dapat menentukan berapa kapasitas
trafo yang harus dipenuhi
F. Uraian Materi
1. Definisi dan Penggunaan Transformator
Transformator adalah suatu alat yang dapat memindahkan atau merubah
energi listrik dari satu atau lebih rangkaian ke rangkaian listrik yang lain
melaui suatu gandengan magnit dan berdasarkan prinsip induksi
elektromagnetik. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
transformator harus mempunyai :
a. Sumber energi listrik yang akan dipindahkan
b. Kumparan listrik
c. Rangkain magnit sebagai medium perantara
107
Sebagai ilustrasi, gambar berikut ini menyatakan sebuah transformator yang
sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Gambar 2. Loudspeaker
b. Tenaga
Dalam bidang tenaga listrik, transformator digunakan untuk
menyalurkan daya listrik dari sumber pembangkit ke pemakai melalui
jaringan transmisi atau distribusi. Transformator yang dipakai untuk
menyalurkan daya listrik pada jaringan transmisi atau distribusi dikenal
dengan nama transformator daya. Transformator daya umumnya terdiri
dari transformator tiga fasa.
108
Gambar 3. Transformator pada jaringan tenaga listrik
c. Alat ukur
Dalam bidang alat ukur listrik, transformator digunakan untuk alat
bantu dalam mengukur besaran arus atau tegangan. Transformator ukur
ini pada pusat pembangkit digunakan untuk mengukur arus atau
tegangan yang sangat besar.
109
Gambar 5. Inti transformator tiga fasa
1) Material inti
Inti transformator terdiri dari lempengan-lempengan besi tipis yang
berisolasi dan disusun secara berlapis-lapis. Gunanya adalah untuk
mengurangi panas (sebagai rugi inti) yang ditimbulkan oleh arus
pusar (Eddy current). Biasanya inti transformator terbuat dari besi
silikon dengan ketebalan antara 0.05 – 0.5 mm.
2) Pentanahan
b. Kumparan
Kumparan terdiri dari beberapa lilitan kawat berisolasi yang
memisahkan kumparan dengan inti besi maupun terhadap kumparan
lain. Bahan isolasi yang dipakai seperti karton, pertimax dan lain-lain.
Transformator mempunyai dua kumparan yaitu kumparan primer dan
kumparan sekunder. Data yang perlu diperhatikan untuk menentukan
kumparan adalah rating arus, arus hubung singkat, arus beban lebih,
impedansi, tegangan surja serta kenaikan temperatur.
110
Gambar 6. Kumparan transformator tiga fasa
1) Reaktansi
Reaktansi pada transformator berfungsi untuk mendapatkan
tegangan operasional yang stabil. Reaktansi pada kumparan dapat
diatur dengan cara merubah range tap.
2) Sambaran petir
Pemilihan kumparan yang tepat dapat membantu membatasi arus
sambaran petir. Arus sambaran petir dapat merusak kumparan
transformator. Sambaran petir mempunyai 2 komponen yaitu
elektrostatis dan elektromagnetik.
4) Isolasi
Bahan isolasi digunakan untuk memisahkan bagian-bagian yang
bertegangan. Untuk itu sifat kelistrikannya memegang peranan yang
sangat penting. Isolasi pada transformator ditentukan oleh beberapa
faktor :
a) Susunan kumparan
b) Bushing
c) Inti besi
d) Tanki
e) Tegangan
111
f) Permitivitas
g) Ketahanan terhadap bahan kimia
h) Sifat termal
i) Sifat mekanis
5) Kawat (konduktor)
Kawat yang digunakan untuk transformator ukuran besar berbentuk
multi strip yang bertujuan untuk mengurangi stray losses
6) Pemasangan kumparan
Setelah kumparan selesai digulung, maka kumparan tersebut ditekan
untuk menjamin kawat kumparan menjadi padat dan diikat dengan
ketat. Beberapa pabrikan mencelupkan kumparan pada minyak
untuk mencegah kelembaban
e. Bushing
Bushing yaitu sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator yang
sekaligus berfungsi sebagai penyekat antara konduktor tersebut dengan
tanki transformator. Bushing dipakai untuk menghubungkan sisi
tegangan tinggi transformator dengan jaringan.
f. Pendinginan
Pada inti besi dan kumparan akan timbul panas akibat rugi inti dan rugi
tembaga. Panas akan mengakibatkan kenaikan suhu yang berlebihan,
sehingga dapat merusak minyak transformator dan isolasi. Untuk
113
mengurangi kenaikan temperatur yang terjadi secara berlebihan, maka
transformator dilengkapi dengan alat pendingin untuk menyalurkan
panas keluar. Media yang dipakai sebagai alat pendingin dapat berupa
udara/gas, minyak dan air. Sedangkan pengalirannya dapat berupa
alamiah dan paksaan
g. Minyak isolasi
Kumparan dan inti transformator daya biasanya direndam dalam tanki
dengan minyak transformator, terutama transformator daya yang
berkapasitas besar. Minyak transformator mempunyai sifat sebagai
media pemindah panas dan sebagai isolasi. Dengan demikian minyak
transformator tersebut berfungsi sebagai media pendingin.
h. Alat pernafasan
Pengaruh perubahan beban dan suhu udara luar akan menyebabkan
perubahan pada suhu minyak transformator. Bila suhu minyak tinggi,
minyak akan memuai dan mendesak udara diatas permukaan minyak
keluar dari tanki. Sebaliknya bila suhu minyak turun, maka udara luar
akan masuk kedalam tanki. Udara luar yang lembab akan menurunkan
nilia tegangan tembus minyak transformator. Untuk mencegah hal
tersebut pada ujung pipa penghubung udara luar dilengkapi dengan alat
pernapasan berupa tabung yang berisi kristal zat hygroskopis (silika
gel).
i. Peralatan bantu
1) peralatan proteksi
2) indicator
B VBN N n Vcn b
VCN Vbn
C c
S 3 S
IY
rate = = ….……..……..……. (1)
Vrate 3 3 Vrate
Atau
V
VLN = LL
3 115
Volt ….……..……..…………….. (3)
Pada hubungan bintang, arus yang mengalir pada masing-masing fasa (IF)
sama dengan arus yang mengalir pada masing-masing line (IL).
Daya input
Daya input terdapat pada kumparan primer yang dapat dihitung dengan
persamaan
Keterangan:
VLL : tegangan antara fasa-fasa kumparan primer
IL : arus line kumparan primer
Daya output
Daya output terdapat pada kumparan sekunder yang dapat dihitung
dengan persamaan
Keterangan:
VLL : tegangan antara fasa-fasa kumparan sekunder
IL : arus line kumparan sekunder
Keterangan:
VLN : tegangan antara fasa-netral kumparan primer
IL : arus line kumparan primer
116
PR 2 = 3.VLN .I L Watt ….……..……..………………….. (7)
Keterangan:
VLN : tegangan antara fasa-netral kumparan sekunder
IL : arus line kumparan sekunder
2
PO = 3.IO .R c Watt ….……..……..………………….. (8)
Keterangan:
IO : arus pengujian pada kondisi tanpa beban
RC : nila tahanan inti
Effisiensi transformator
P
η = out x100%
Pin
b. Transformator Y/∆
Transformator Y/∆ maksudnya adalah kumparan primer dihubungkan
secara bintang (Y) dan kumparan sekunder dihubungkan secara segitiga
(∆), seperti diperlihatkan pada gambar 11 berikut.
IA Ia
A a
a Iac
VAB VAN Vab
Ib
Iba c
VCA B VBN VCN b Vca
N Icb
b Vbc
VBC Ic
C c
S 3 S
I∆
rate = =
Vrate 3 Vrate 117
….……..……..……. (9)
Atau
I
IF = L Amper ….……..……..…………….. (11)
3
Daya input
Daya input terdapat pada kumparan primer yang dapat dihitung dengan
persamaan
Keterangan:
VLL : tegangan antara fasa-fasa kumparan primer
IL : arus line kumparan primer
Daya output
Daya output terdapat pada kumparan sekunder yang dapat dihitung
dengan persamaan
Keterangan:
118
VLL : tegangan antara fasa-fasa kumparan sekunder
IL : arus line kumparan sekunder
Keterangan:
VLN : tegangan antara fasa-netral kumparan primer
IL : arus line kumparan primer
Keterangan:
VLN : tegangan antara fasa-netral kumparan sekunder
IL : arus line kumparan sekunder
2
PO = 3.IO .R c Watt ….……..……..………………….. (16)
Keterangan:
IO : arus pengujian pada kondisi tanpa beban
RC : nila tahanan inti
Effisiensi transformator
P
η = out x100%
Pin
c. Transformator ∆/∆
119
Transformator ∆/∆ maksudnya adalah kumparan primer dihubungkan
IA Ia
A a
IAB Iba
VAB Vab
B ICA Iac
b
c
C
Pada transformator hubungan ∆/∆, arus yang mengalir pada primer dan
kumparan sekunder dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut
S 3 S
I∆
rate = = ….……..……..……. (17)
Vrate 3 Vrate
Daya input
Daya input terdapat pada kumparan primer yang dapat dihitung dengan
persamaan
Keterangan:
VLL : tegangan antara fasa-fasa kumparan primer
IL : arus line kumparan primer
Daya output
Daya output terdapat pada kumparan sekunder yang dapat dihitung
dengan persamaan
120
Poutput = 3.VLL .I L Watt .……..……..…………….. (19)
Keterangan:
VLL : tegangan antara fasa-fasa kumparan sekunder
IL : arus line kumparan sekunder
Keterangan:
VLN : tegangan antara fasa-netral kumparan primer
IL : arus line kumparan primer
Keterangan:
VLN : tegangan antara fasa-netral kumparan sekunder
IL : arus line kumparan sekunder
2
PO = 3.IO .R c Watt ….……..……..………………….. (22)
Keterangan:
IO : arus pengujian pada kondisi tanpa beban
RC : nila tahanan inti
Effisiensi transformator
121
P
η = out x100%
Pin
G. Forum Diskusi
Diskusikan keuntungan dan kelemahan bentuk hubungan bintang (Y) dan segitiga
pada transformator daya.
III. PENUTUP
A. Rangkuman
1. Transformator merupakan alat mentransformasi energi listrik dari satu atau
lebih rangkaian ke rangkaian lain berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik
melalui suatu gandengan magnet.
2. Transformator dapat digunakan bidang audio, tenaga listrik, dan alat bantu
untuk pengukuran listrik.
3.
4. Transformator merupakan alat yang dapat menaikkan atau menurunkan
tegangan atau arus.
5. Dalam bidang tenaga listrik listrik, transformator biasanya digunakan pada
jaringan transmisi dan distribusi.
B. Tes Formatif
Untuk mengetahui pemahaman peserta, silahkan kerjakan soal-soal berikut:
a. Induksi bersama (mutual induction) antara dua rangkaian yang dihubungkan oleh
fluks magnet
b. Induksi ganda (double induction) antara dua rangkaian yang dihubungkan oleh fluks
magnet
2. Dalam pusat pembangkit listrik yang besar (di atas 100 MW) terdapat
beberapa transformator. Macam-macam transformator ini adalah, kecuali ....
122
a. Penarik tegangan generator
b. Unit pembangkit
c. Pemakaian ganda
d. Antar rel
e. Hubungan delta-delta
3. Hubungan yang menghasilkan beda phasa 30o antara tegangan saluran masukan
dan saluran transmisi keluaran. Maka dari itu, tegangan line keluaran E12 adalah
30o mendahului tegangan line masukan EAB, seperti dapat dilihat dari diagram
phasor, termasuk kedalam transformator ....
a. Hubungan delta-delta
b. Hubungan bintang-bintang
c. Hubungan delta-bintang
d. Hubungan open-delta
e. Hubungan open-bintang
4. Pengujian apa yang harus dilalui dalam menguji kualitas minyak transformator ....
d. Titik redup
5. Hal apakah yang harus diperhatikan dalam melakukan uji kegagalan, kecuali ....
b. Botol tempat minyak transformator ditutup dengan lilin supaya kotoran dahn uap air
tidak masuk.
c. Minyak yang akan diuji harus diambil dengan alat yang benar-benar bersih, minyak
pertama yang keluar dibuang supaya kran-kran menjadi bersih. Minyak lama pada
waktu pertama alirannya dibuang.
d. Bejana dan elektroda harus benar-benar kering dan bersih setiap sebelum
melakukan pengujian, elektroda harus dicuci dengan minyak transformator yang
akan diuji.
123
e. Bejana dan elektroda harus harus keadaan basah dan setiap sebelum melakukan
pengujian, elektroda harus dicuci dengan minyak transformator yang akan diuji.
a. Mendidihkan
b. Alat Sentrifugal
c. Penyaringan
d. Regenerasi
e. Pengukuran
a. Oil processing
b. Penerapan regangan
124
c. Probabilitas pengujian melalui 3 cara
e. Peralatan percobaan
e. Semua benar
b. Berat jenis harus kecil, sehingga partikel-partikel inert di dalam minyak dapat
mengendap dengan cepat.
c. Viskositas yang rendah agar lebih mudah bersirkulasi dan kemampuan pendinginan
menjadi lebih baik.
10. Gardu trafo yang secara keseluruhan instalasinya dipasang pada 2 buah tiang atau
lebih, merupakan pengertian dari .....
a. Gardu Kontrol
b. Gardu kios
c. Gardu trafo
d. Gardu tembok
e. Gardu portal
125
C. Daftar Pustaka
D. Tugas Akhir
Transformator satu fasa, 20 KVA, 440/440 volt, 50 Hz, mempunyai data pengujian
sebagai berikut :
Beban Nol :
- Tegangan 440 volt
- Daya 220 watt
- Faktor kerja 0,2
Hubung singkat pada primer :
- Arus 20 amper
- Daya 400 watt
- Faktor kerja 0,4
Nila tahanan kumparan primer sama dengan nilai tahanan kumparan sekunder.
Transformator tersebut dibebani 80% dari beban nominal dengan faktor kerja 0,8
Hitung :
- Parameter transformator
- Regulasi teganngan
- Effisiensi
E. Tes Sumatif
126
2. Jenis penghantar ACSR lebih sering digunakan pada jaringan transmisi dibandingkan jenis
penghantar AAAC, dengan alasan ...
a. Kekuatan tarik kawat ACSR lebih besar dibandingkan kawat AAAC
b. Kawat ACSR tidak mempunyai penguat baja, seperti halnya kawat AAAC
c. Kawat ACSR lebih fleksibel dibandingkan kawat AAAC
d. Daya hantar kawat ACSR lebih besar dibandingkan kawat AAAC
e. Kawat ACSR mempunyai penguat baja, sama seperti kawat AAAC
3. Penyaluran tenaga listrik dengan merubah tegangan dari tegangan menengah ke tegangan
tinggi (6 kV/150 kV), paling tepat di:…
a. Gardu Hubung
b. Gardu Distribusi
c. Swicth Gear
d. Gardu Induk
e. Gardu portal
4. Gardu yang menyalurkan daya dari tegangan 150 KV ke 20 KV, untuk beban daerah
perkotaan dan industri, paling tepat adalah:
a. Gardu Induk
b. Gardu portal
c. Gardu hubung
d. Gardu distribusi
e. Switch gear
5. Kebutuhan tenaga listrik pada daerah perkotaan dengan jumlah penduduk yang padat
sangat tinggi dan membutuhkan pelayanan yang handal. Untuk itu sistem GI yang paling
tepat digunkanan:…
a. sistim double busbar
b. sistim single busbar
c. sistim ring busbar
d. sistim ring busbar
e.Sistim loop busbar
6. Peralatan yang berfungsi untuk menyalurkan tegangan lebih ke tanah ketika terjadi
sambaran petir pada jaringan, adalah menggunakan: …
a. FCO
b. tahanan NGR
c. Kawat pentanahan
d. kawat netral
e. Lighting Arrester (LA)
7. Peralatan yang dapat mendeteksi gangguan pada trafo bila terjadi kenaikan tekanan gas
secara tiba-tiba dan langsung memutuskan CB pada sisi upstream
a. Explosive membrane
b. rele Bucholz
c. rele beban lebih
d. rele fluk lebih
e. rele differensial
127
8. Peralatan proteksi yang menggunakan minyak sebagai sarana pemadam busur api saat
terjadi gangguan. Alat proteksi yang paling tepat digunakan:
a. OCB
b. ACB
c. VCB
d.FUSE
e. MCB
9. Peralatan proteksi yang menggunakan ruang hampa udara untuk memadamkan busur api,
akibat gangguan atau sengaja dilepas, paling tepat digunakan:
a.OCB
b.FUSE
c. VCB
d. MCB
e. ACB
10. Pada saat tidak ada gangguan, arus i1 = i2 pada rele differensial dan berlawanan arah. Jika
terjadi gangguan, maka i2 berubah arah sehingga arus yang masuk ke relai = i1+i2. Pada
gambar besar arus I1 = 50 A dan nilai I2 = 375 A, maka perbandingan transfo CT 2 =.......
a. 750/5
b. 500/5
c. 350/5
d. 250/5
e. 200/5
11. Gardu induk yang busbarnya berbentuk lingkaran dan semua rel (busbar) yang ada
terhubung, merupakan ciri dari:
a. Gardu induk sistem round busbar
b. Gardu induk sistem satu busbar
c. Gardu induk sistem dua busbar
d. Gardu induk sistem satu setengah busbar
e. Gardu induk sistem ring busbar
128
13. Perhatikan gambar dibawah ini,
14. Jarak 2 gardu induk adalah 22.000 meter. Jika kawat penghantar ACSR 240/40 yang
memiliki resistansi 0,119 Ω untuk setiap 1000 meter dan arus yang mengalir sebesar
45 A. Rugi daya yang terjadi pada gardu induk sebesar:
a. 5,3 kW
b. 15,9 kW
c. 5.300 kW
d. 15.900 kW
e. 21,2 kW
15. Hitung biaya kerugian yang dialami PLN setiap harinya, jika 2 gardu induk berjarak
13 km mengaliri daya melalui kawat penghantar ACSR yang mempunyai tahanan
sebesar 0,119 Ω , jika arus yang mengalir sebesar 43 A dan biaya tarif dasar listrik
Rp. 1.300,-/kWh.
a. Rp. 267.733,-
b. Rp 11.155,-
c. Rp. 89.244,-
d. Rp 33.465,-
e. 432.667,-
129
d. 2 dan 3
e. semua benar
19.
Pada transformator di atas, tegangan listrik yang keluar sebesar 20 V. Tegangan listrik
yang masuk adalah …….
a. 8 V
b. 30 V
c. 45 V
d. 75 V
e. 16
20. Sebuah transformator dengan perbandingan jumlah lilitan primer dan sekunder 3 : 1.
Jika transformator memiliki tegangan primer 2,5 volt. Berapa tegangan sekundernya
…….
a. 0,83 V
b. 1, 2 V
c. 2,5 V
d. 7,5 V
e. 5,0 V
130
Kunci Jawaban Formatif
Soal KB 1 KB 2 KB 3 KB 4
1 C C B A
2 D A E C
3 C E C C
4 B E C D
5 A E C E
6 B C A A
7 C A B D
8 A D C C
9 B A A A
10 A B B E
Kunci Jawaban: Sumatif
No Jawaban No Jawaban
1 B 11 E
2 A 12 A
3 D 13 C
4 A 14 B
5 A 15 A
6 E 16 A
7 A 17 B
8 A 18 D
9 C 19 A
10 A 20 A