Anda di halaman 1dari 134

No.

Kode: DAR 2/Profesional/413/2/2019


Pendalaman Materi
Teknik Ketenagalistrikan

MODUL 2
TEKNIK JARINGAN TENAGA LISTRIK

Oleh
Drs. Hambali, M.Kes
Rahmad Hidayat, MPd.T
Nevi Faradina, ST, MT
Drs. Hendri, MT,Ph.D

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


2019
MODUL 2
Teknik Jaringan Tenaga Listrik
Assalamualaikum Wr.Wb
Selamat bertemu kembali teman-teman peserta Pendidikan Profesi Guru (PPG)
dalam jabatan (Daljab).
Selamat anda telah sampai pada materi pembelajaran Modul 2. Kegiatan pada modul
2 ini, kita akan membahas tentang Teknik Jaringan Tenaga Listrik. Pada Modul 2
ini dikemas dalam empat kegiatan belajar, yang terbagi dengan urutan sebagai
berikut:
Kegiatan Belajar 1 : Jaringan Transmisi dan Distribusi
Kegiatan Belajar 2 : Sistim Proteksi Jaringan Tenaga Listrik
Kegiatan Belajar 3 : Peralatan Gardu Induk
Kegiatan Belajar 4 : Transformator Tenaga Listrik
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta PPG diharapkan mampu:
1. Menganalisis konsep esensial materi jaringan transmisi serta aplikasinya dalam
pembelajaran ketenagalistrikan
2. Menganalisis konsep esensial materi jaringan distribusi serta aplikasinya dalam
pembelajaran ketenagalistrikan
3. Mampu menganalisis sistim proteksi jaringan tenaga listrik peserta dapat
menganalisis segala sesuatu yang terjadi.
4. Mampu menganalisis peralatan gardu induk serta peserta dapat menganalisis
kerusakan yang terjadi
5. Mampu mengalisis transformator tenaga listrik untuk kebutuhan jaringan tenaga
listrik.
Kompetensi-kompetensi tersebut di atas sangat diperlukan bagi kita yang
bekerja dalam bidang teknik jaringan transmisi dan distribusi tenaga listrik karena
merupakan kemampuan utama yang harus dikuasai oleh peserta secara menyeluruh.
1. Relevansi
Pada Kegiatan Belajar 1 ini, kita akan mempelajari, mendiskusikan, dan
menganalisis tentang teknik jaringan tenaga listrik. Penjelasan pada Kegiatan Belajar 1

2
ini dilengkapi dengan contoh-contoh soal. Setelah selesai teman-teman mempelajari ini,
silahkan lanjutkan dengan mengerjakan latihan dan test formatif yang telah disediakan.
Materi Kegiatan Belajar 1 disusun sesuai dengan kebutuhan dan kisi-kisi yang
telah ditetapkan, yang terdiri dari :
a. Sistim jaringan transmisi tenaga listrik
b. Sistem jaringan didtribusi tenaga listrik
c. Prinsip sistim proteksi jaringan tenaga listrik
d. Fungsi masing-masing koponen pada gardu induk
e. Pemilihan ukuran transformator tenaga untuk sistim jaringan tenaga listrik.
Selamat mengikuti materi ini semoga peserta PPG dengan baik

2. Petunjuk Belajar
Kegiatan belajar ini akan berjalan dengan lebih lancar bila Anda mengikuti
langkah belajar sebagai berikut: Pahami dulu mengenai berbagai kegiatan penting
dalam kegiatan ini mulai tahap awal sampai akhir.
1. Pelajari dan pahami materi kegiatan belajar secara berurutan, mulai dari Kegiatan
Belajar 1 sampai Kegiatan Belajar 4.
2. Keberhasilan proses pembelajaran Anda dalam materi modul ini sangat tergantung
kepada kesungguhan Anda dalam mengerjakan latihan. Untuk
3. Jika Anda menemui kesulitan, silakan hubungi instruktur/widiaiswara pembimbing
atau fasilitator yang mengajar mata diklat ini.
Selamat belajar, semoga Anda sukses memahami pengetahuan yang diuraikan
dalam modul ini sebagai bekal bertugas di sekolah nantinya.

A. INTI

Kegiatan Belajar 1:

Jaringan Transmisi dan Distribusi

A. Capaian Pembelajaran
Menguasai teori dan aplikasi materi bidang studi ketenagalistrikan yang
mencakup: (1) pembangkit tenaga listrik, (2) jaringan tenaga listrik, (3) instalasi

3
tenaga listrik, (4) teknik otomasi industri, (5) teknik pendingin dan tata udara,
dan (6) teknik tenaga listrik, termasuk advance materials secara bermakna yang
dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi), dan
“bagaimana” (penerapan) dalam kehidupan sehari-hari; yang dapat menjelaskan
aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi), dan “bagaimana” (penerapan dalam
kehidupan sehari-hari) sehingga dapat membimbing peserta didik SMK
mencapai kompetensi keahlian yang dibutuhkan DUDI.

Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


Menganalisis konsep esensial materi teknik jaringan tenaga listrik dan
aplikasinya dalam pembelajaran ketenagalistrikan

B. Uraian Materi
1. Jenis – jenis Menara Jaringan transmisi
a. Menurut bentuk konstruksinya, jenis-jenis menara jaringan transmisi dibagi atas
4 macam, yaitu:
1). Lattice Tower

Gambar 1. Tiang Saluran Jenis LatticeTower


Sumber: dokumentasi pribadi
2). Tubular steel pole

4
Gambar 2.Tiang Saluran Tubular Steel Pole
3). RCC (Reinforced Concrete)Pole

Gambar 3. Tiang Saluran Jenis RCC Pole


Sumber : Diklat PLN (2011)
4). Wooden pole

5
Gambar 4. Tiang Saluran Jenis Wooden Pole
Sumber : Diklat PLN (2011)
b. Menurut fungsinya, menara jaringan transmisi dibagi atas 7 macam yaitu:
1) Dead end tower
Dead end tower merupakan tiang akhir yang berlokasi di dekat Gardu
induk, menara ini hampir sepenuhnya menanggung gaya tarik.
2) Section tower
Section tower merupakan tiang penyekat antara sejumlah menara
penyangga dengan sejumlah tower penyangga lainnya karena alasan
kemudahan saat pembangunan (penarikan kawat), umumnya
mempunyai sudut belokan yang kecil.
3) Suspension tower
Merupakan menara penyangga, tower ini hampir sepenuhnya
menanggung gaya berat, umumnya tidak mempunyai sudut belokan.

6
Gambar 5.Suspension Tower
Sumber: dokumentasi pribadi
4) Tension Tower
Merupakan menara penegang, tower ini menanggung gaya tarik yang
lebih besar daripada gaya berat, umumnya mempunyai sudut belokan.

7
Gambar 6.Tension Tower
Sumber : Diklat PLN (2011)
5) Transposision Tower
Merupakan tower tension yang digunakan sebagai tempat melakukan
perubahan posisi kawat fasa guna memperbaiki impendansi transmisi.

8
Gambar 7.Transposision Tower
Sumber : Diklat PLN (2011)
6) Gantry tower
Merupakan menara berbentuk portal digunakan pada persilangan antara
dua saluran transmisi. Tiang ini dibangun di bawah saluran transmisi
existing.
7) Combined Tower
Merupakan menara yang digunakan oleh dua buah saluran transmisi
yang berbeda tegangan operasinya.

c. Menurut susunannya/ konfigurasi kawat fasa menara dikelompokkan atas:


1) Jenis delta, digunakan pada konfigurasi horizontal mendatar.
2) Jenis piramida, digunakan pada konfigurasi vertikal / tegak.
3) Jenis Zig-zag, yaitu kawat fasa tidak berada pada satu sisi lengan
menara.
d. Menurut tegangannya menara dibagi lagi menjadi :
1) Tipe menara 150 kV
2) Tipe menara 500 kV

9
2. Klasifikasi menara jaringan transmisi
Menurut penggunannya diklasifikasikan menjadi:
a. Menara pada Posisi Sudut.
Digunakan pada posisi tarikan yang membentuk sudut untuk saluran-saluran
transmisi dengan tegangan kerja yang relatif rendah (dibawah 70 kV).

Gambar 8.Menara Sudut


Sumber: dokumentasi pribadi

b. Menara baja

10
Menara ini digunakan untuk transmisi Saluran Udara Tegangan Tinggi
(SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Extra Tinggi (SUTET).

Gambar 9. Menara Baja


Sumber: dokumentasi pribadi
Menara baja itu sendiri diklasifikasikan berdasarkan fungsinya, menjadi:
1).Menaradukung.
2). Menara sudut.
3). Menara ujung.
4). Menara percabangan.
5). Menara transposisi.

Konstruksi menara baja ini merupakan jenis konstruksi transmisi saluran


udarategangan tinggi (SUTT) ataupun transmisi saluran udara tegangan
ekstra tinggi (SUTET) yang paling banyak digunakan di jaringan PLN. Hal
ini dikarenakan mudah dirakit terutama untuk pemasangan di daerah
pegunungan dan jauh dari jalan raya. Selain itu harganya yang relatif lebih
murah dibandingkan dengan penggunaan saluran bawah tanah serta
pemeliharaannya yang mudah. Namun demikian perlu pengawasan yang
intensif, karena besi-besinya rawan terhadap pencurian. Seperti yang telah
terjadi dibeberapa daerah di Indonesia, dimana pencurian besi-besi baja pada

11
menara mengakibatkan menara listrik tersebut roboh, dan penyaluran energi
listrik ke konsumen pun menjadi terganggu. Suatu menara atau menara listrik
harus kuat terhadap beban yang bekerja padanya, antara lain yaitu:
1) Gaya berat menara dan kawat penghantar (gaya tekan).
2) Gaya tarik akibat rentangan kawat.
3) Gaya angin akibat terpaan angin pada kawat maupunbadan menara.
3. Klasifikasi Saluran Transmisi Berdasarkan Tegangan
Transmisi tenaga listrik sebenarnya tidak hanya penyaluran energi listrik
denganmenggunakan tegangan tinggi dan melalui saluran udara (overhead line).
Namuntransmisi adalah proses penyaluran energi listrik dari satu tempat ke
tempatlainnya. Standar tegangan tinggiyang berlaku di Indonesia adalah 30kV,
70kV dan 150kV.Ditinjau dari klasifikasi tegangannya,adalah
a. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) ≥ 500 kV
Saluran udara tegangan ekstra tinggi menyalurkan tenaga listrik berskala besar
dari pembangkit ke pusat-pusat beban dengan menggunakan tegangan tinggi
maupun tegangan ekstra tinggi.Pada umumnya saluran transmisi di Indonesia
digunakan pada pembangkitdengan tegangan 500 kV. Tujuannya adalah agar
drop tegangan daripenampang kawat dapat direduksi secara maksimal sehingga
diperolehoperasional yang efektif dan efisien.

12
Gambar10. Transmisi Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)
Sumber : Diklat PDKB PLN (2015)
Akan tetapi terdapat permasalahanmendasar dalam pembangunan SUTET, yaitu
konstruksi tiang (tower) yangbesar dan tinggi, memerlukan tanah yang luas,
memerlukan isolator yangbanyak sehingga memerlukan biaya besar. Masalah
lain yang timbul dalampembangunan SUTET adalah masalah sosial, yang
akhirnya berdampak pada masalah pembiayaan, antara lain: timbulnya protes
dari masyarakat yang menentang pembangunan SUTET, permintaan ganti rugi
tanah untuk tapak tower yang terlalu tinggi tinggi, adanya permintaan ganti rugi
sepanjang jalur SUTET dan lain sebagainya. Pembangunan transmisi ini cukup
efektif untuk jarak 100 km sampai dengan 500 km.

b. Saluran udara tegangan tinggi (SUTT) 30 kV – 150kV


Pada saluran transmisi ini memiliki tegangan operasi antara 30kV
sampai150kV. Konfigurasi jaringan pada umumnya single atau double sirkuit,
dimana 1sirkuit terdiri dari 3 phasa dengan 3 atau 4 kawat. Biasanya hanya 3
kawat danpenghantar netralnya diganti oleh tanah sebagai saluran kembali.
Apabilakapasitas daya yang disalurkan besar, maka penghantar pada masing-
masingphasa terdiri dari dua atau empat kawat (Double atau Qudrapole) dan

13
Berkaskonduktor disebut Bundle Conductor. Jarak terjauh yang paling efektif
darisaluran transmisi ini ialah 100km. Jika jarak transmisi lebih dari 100 km
makategangan jatuh (drop voltage) terlalu besar, sehingga tegangan diujung
transmisimenjadi rendah.Untuk mengatasi hal tersebut maka sistem transmisi
dihubungkan secara ring system atau interconnection system. Ini sudah
diterapkan di Pulau Jawa dan akan dikembangkan di pulau-pulau besar lainnya
di Indonesia.

Gambar11.Menara Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)


Sumber : Diklat PLN (2011)
c. Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 30 kV – 150 kV
SKTT dipasang di kota-kota besar di Indonesia (khususnya di pulau Jawa),
dengan beberapa pertimbangan :
1) Di tengah kota besar tidak memungkinkan dipasang SUTT, karena sangat
sulit mendapatkan tanah untuk tapak menara.
2) Untuk Ruang Bebas juga sangat sulit dan pasti timbul protes dari
masyarakat, karena padat bangunan dan banyak gedung-gedung tinggi.
3) Pertimbangan keamanan dan estetika.
4) Adanya permintaan dan pertumbuhan beban yang sangat tinggi.
Kelemahan saluran kabel tegangan tinggi yaitu
1) Memerlukan biaya yang lebih besar jika dibanding SUTT.
2) Pada saat proses pembangunan memerlukan koordinasi dan penanganan
yang kompleks, karena harus melibatkan banyak pihak, misal: pemerintah

14
kota (Pemkot) sampai dengan jajaran terbawah, PDAM, Telkom, Perum
Gas, Dinas Perhubungan, Kepolisian, dan lain-lain.

Gambar12.Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKKT)


Sumber : Diklat PLN (2011)
Panjang SKTT pada tiap haspel (cable drum), maksimum 300 meter. Untuk
desain dan pesanan khusus, misalnya untuk kabel laut, bisa dibuat tanpa
sambungan sesuai kebutuhan.

Jenis kabel yang digunakan yaitu kabel yang berisolasi dengan bahan Poly
Etheline atau kabel berisolasi jenis Cross Link Poly Etheline (XLPE).Kabel
yang isolasinya berbahan kertas yang diperkuat dengan minyak (oil paper
impregnated). Inti (core) kabel dan pertimbangan pemilihan:
1) Single core dengan penampang 240 mm2 – 300 mm2 tiap core.
2) Three core dengan penampang 240 mm2 – 800 mm2 tiap core.
3) Pertimbangan fabrikasi.
4) Pertimbangan pemasangan di lapangan.

Pada saat ini di Indonesia telah terpasang SKTT bawah laut (Sub Marine Cable)
dengan tegangan operasi 150 KV, yaitu:
1) Sub marine cable 150 KV Gresik – Tajungan (Jawa – Madura).
2) Sub marine cable 150 KV Ketapang – Gilimanuk (Jawa – Bali).

15
Gambar13.SKTT Bawah Laut Saluran Transmisi
Sumber : Diklat PLN (2011)
Beberapa hal yang perlu diketahui:Sub marine cable ini ternyata rawan timbul gangguan.
Direncanakan akan dibangun sub marine cable Jawa – Sumatera. Untuk Jawa – Madura, saat
ini sedang dibangun SKTT 150 KV yang dipasang (diletakkan) di atas Jembatan Suramadu.
Perancangan jaringan transmisi tenaga listrik
Desain saluran transmisi tergantung beberapa hal, yaitu
1) Jumlah daya yang harus disalurkan
2) Jarak dan jenis medan yang dilalui
3) Biaya yang tersedia
4) Pertumbuhan beban dimasa akan dating

4. Klasifikasi jaringan transmisi tenaga listrik


Pada umumnya jaringan transmisi diklasifikasikan ke dalam 3 golongan yaitu
Jaringan transmisi jarak pendek, Jaringan transmisi jarak menengah dan Jaringan
transmisi jarak jauh.Jaringan transmisi yang mempunyai jarak di bawah 80 Km dan
tegangan operasinya di bawah 20 KV, adalah termasuk pada klasifikasi jaringan
transmisi jarak pendek.Oleh karena jaraknya yang pendek dan rendah tegangannya,
pengaruh kapasistansi sangat kecil, oleh karena itu dapat diabaikan.

Dengan demikian jaringan transmisi jarak pendek tergantung pada resistansi dan
induktansinya saja.Dalam kenyataan pada jaringan transmisi induktansi dan
resistansi didistribusikan ke seluruh panjang jaringan, tetapi pada jaringan transmisi
jarak pendek jumlah induktansi dan resistansi jaringan dianggap berkumpul pada
satu tempat.

16
Jaringan transmisi yang mempunyai panjang antara 80 – 150 Km dan tegangan
jaringan antara 20 – 100 KV, termasuk pada kategori jaringan transmisi jarak
menengah, dalam hal ini kapasitansi jaringan diperhitungkan mengingat jarak dan
besarnya tegangan kerja.Kapasitansi jaringan jarak menengah secara seragam
didistribusikan ke seluruh panjang jaringan dan dianggap terpusat pada satu titik
atau lebih.Jaringan transmisi yang mempunyai jarak di atas 150 Km dan tegangan
kerja di atas 100 KV, termasuk pada kategori transmisi jarak jauh.Dalam jaringan ini
impedansi dan admitansi diperhitungkan secara seragam, didistribusikan sepanjang
jaringan dan tidak lagi dianggap berkumpul pada satu tempat atau lebih.

5. Besaran - besaran transmisi


Jaringan transmisi didasarkan pada rangkaian listrik yang mempunyai besaran-
besaran yang dikirimkan.Besaran-besaran tersebut adalah resistansi, induktansi dan
kapasitansi.Besaran-besaran tersebut adalah seragam dan didistribusikan sepanjang
jaringan dan tidak dipusatkan pada satu titik.Jaringan sebuah transmisi ini
tergantung pada sejumlah besaran-besaran tersebut.Oleh karena itu pengaruh dari
besaran-besaran transmisi sangat penting untuk dipelajari.Besaran-besaran ini selalu
ditunjukkan sebagai resistansi, induktansi dan kapasitansi per satuan panjang.

a. Reistansi (Tahanan) Sebuah Transmisi

Resistansi saluran sangat menentukan evaluasi dari efisiensi sistem transmisi dan
studi ekonomisnya. Besar kecilnya nilai tahanan penghantar tergantung dari
panjang (l) dan luas penampang (A), seperti ditunjukkan oleh persamaan:

ρl
RDC = (Ω) (1)
A
dimana:
ρ = resistivitas penghantar(Ω.m)
l = panjang penghantar (m)
A = Luas penampang penghantar (mm2)
Resistansi penghantar dipengaruhi oleh bebrapa faktor, yaitu :
1) Frekuensi
2) Pilinan
3) Temperatur

17
Jika arus bolak-balik (AC) mengalir pada penghantar, arus tidak terdistribusi
merata di seluruh bagian konduktor. Kepadatan arus lebih tinggi dipermukaan
konduktor daripada di bagian dalamnya. Hal ini menyebabkan resistansi AC lebih
tinggi daripada resistansi DC-nya. Fenomena ini dikenal sebagai “skin effect”.
Sebagai contoh, pada 60 Hz, resistansi AC lebih tinggi sekitar 2% dari resistansi
DC.

Resistansi penghantar juga berubah dengan temperatur, bila temperatur naik


resistansi naik, dan sebaliknya. Pada temperatur yang biasa terjadi, perubahan
resistansi terhadap temperatur berbentuk linier, dihitung dengan persamaan :
(Ω)
T + t2
R2 = R1 (2)
T + t1

dimana R2 dan R1 adalah resistansi pada temperatur t2(oC) dan t1 (oC) berturut-
turut, sedangkan T (oC) adalah konstanta suhu yang nilainya tergantung dari jenis
material penghantarnya. Nilai resistivity (ρ) atau specific resistance tidak hanya
tergantung pada bahan konduktor tetapi juga pada temperaturnya. Jika ρ1 dan ρ2
adalah harga resistivity pada temperatur t1 dan t2, maka :

𝜌𝜌2 = 𝜌𝜌1[1 + 𝛼𝛼(𝑡𝑡2 − 𝑡𝑡1)] (Ω.m) (3)

dimana adalah koefisien temperatur tahanan dari bahan. Harga koefisien


temperatur dari tahanan tidak konstan, tetapi tergantung pada temperatur mula-
mula. Koefisien temperatur tahanan pada temperatur t1 diberikan oleh
persamaan:

𝛼𝛼
𝛼𝛼1 = 1+𝛼𝛼0 𝑡𝑡 (0C) (4)
0 1

dimana α adalah koefisien temperatur tahanan pada 0 0C. Sistem jaringan 3


phasa, tahanan per phasa adalah tahanan tiap penghantar.

b. Induktansi Penghantar jaringan transmisi


Penghantar berarus menghasilkan medan magnet disekelilingnya mengikuti
hukum tangan kanan, dimana ibujari menunjukkan arah arus, sedangkan jari-jari
lainnya menunjukkan arah medan magnet. Bila arus yang mengalir pada

18
penghantar berubah maka fluksi megnetiknyapun berubah, dan tegangan akan
diinduksikan pada rangkaian. Untuk bahan nonmagnetic, induktansi L,
merupakan perbandingan fluksi magnetic total yang melingkupi arus yang
mengalir pada penghantar.

𝜆𝜆
𝐿𝐿 = 𝑖𝑖
(H) (5)

dimana
λ = fluks linkage dalam Weber turn.

Perhatikan suatu penghantar silindris dengan jari-jari r yang membawa arus i


seperti terlihat pada gambar berikut ini.

Gambar14.Flux linkage pada konduktor silindris


Intensitas medan magnet Hx pada radius x nilainya konstan. Sesuai dengan
hukum Amper maka

Ix
Hx =
2πx (6)

dimana Ix adalah arus yang dicakup pada radius x.


Induktansi Dalam (Internal Inductance)
Induktansi di dalam suatu penghantar nonmagnetic tidak dipengaruhi oleh ukuran
penghantar, dan nilainya konstan yaitu:
µ0 1
Lint = = × 10 −7 H/m (7)
8π 2

19
Nilai ini didapat dengan mengabaikan efek kulit (skin effect) dan menganggap
kerapatan arus merata di seluruh bagian penghantar.
Induktansi di Luar Penghantar
Induktansi di luar penghantar yang mengalirkan arus I pada radius antara D1 dan
D2 seperti gambar berikut dihitung dengan persamaan
D2
Lext = 2 × 10− 7 ln (8)
D1

Gambar15.Fluks Gandeng antara D1 dan D2

6. Induktansi Saluran Satu Fasa


Perhatikan saluran satu fasa sepanjang 1 meter yang terdiri dari 2 buah konduktor
pejal berbentuk silinder seperti gambar berikut ini. Jari-jari masing-masing
konduktor adalah r1 dan r2. Kedua konduktor terpisah sejauh D. Konduktor 1
membawa arus I1 yang arahnya masuk ke dalam lembar halaman dan konduktor 2
membawa arus kembali I2 = -I1. Arus yang mengalir pada kedua konduktor
tersebut akan membangkitkan medan magnet yang menggandeng kedua
konduktor.
Induktansi konduktor 1 di bagian dalamnya dihitung dengan persamaan(7) Fluks
pada jarak lebih bsar dari D mencakup arus total nol (I1 + I2 = 0) shingga tidak
membrikan kontribusi terhadap induktansi total penghantar 1. Oleh sebab itu
radius di luar penghantar 1 yang membrikan kontribusi terhadap induktansi total
adalah antara r1 dan D. Sesuai dengan persamaan (8), maka :

20
Gambar16.Induktansi sendiri dan induktansi bersama

D
L1( ext ) = 2 × 10 −7 ln (9)
r1

Dengan demikian maka total induktansi penghantar 1 adalah :


1 D
L1 = × 10 −7 + 2 × 10 −7 ln (10)
2 r1

Persamaan (10) diatur kembali sebagai berikut :


1 D
L1 = 2 × 10 −7  + ln 
4 r1 
1
 1 D −
r1 ' = r1e ,4
= 2 × 10 −7  ln e1 / 4 + ln + ln  Anggaplah maka induktansi
 r1 1
 1 D
= 2 × 10 −7  ln −1 / 4 + ln 
 r1e 1

konduktor 1 menjadi :

 1  D
L1 =  2 × 10 −7 ln  +  2 × 10 −7 ln  H/m (11)
 r1 '   1

Demikian pula, induktansi konduktor 2 adalah

 1  D
L2 =  2 × 10 −7 ln  +  2 × 10 −7 ln  H/m (12)
 r2 '   1
Jika kedua konduktor identik, r1 = r2 = r, L1 = L2 = L,
maka induktansi perfasa permeter adalah :

21
 1  D
L =  2 × 10 −7 ln  +  2 × 10 −7 ln  H/m (13)
 r'   1
Persamaan (13) menunjukkan bahwa bagian pertama dari persamaan merupakan
fungsi dari radius konduktor sedangkan bagian keduanya bergantung pada jarak
antar konduktor. Bagian kedua persamaan (13) disebut sebagai inductance
spacing factor.
1

Pernyataan r ' = re
4
dikenal sebagai Geometric Mean Radius (GMR) dan
diberi notasi Ds. Substitusi Ds ke persamaan (13) memberikan induktansi perfasa
dalam miliHenri/km
D
L = 0,2 ln mH/km (14)
Ds

Induktansi Sendiri (Self Inductance) dan Induktansi Bersama (Mutual


Inductance)
Untuk saluran satu fasa sepanjang 1 meter, induktansi perfasanya dapat diuraikan
menjadi induktansi sendiri dan induktansi bersama. Sebutlah induktansi sendiri
penghantar 1 L11 dan untuk penghantar 2 L22, sedangkan induktansi bersama
adalah L12 (L21).

Gambar17. Fluks bersama L12

Fluks Linkage untuk masing-masing konduktor adalah


λ1 = L11I1 + L12I2
λ2 = L21I1 + L22I2 (15)

karena I2 = - I1 maka
λ1 = (L11 - L12)I1
λ2 = (-L21 + L22)I2 (16)

22
Bila persamaan (16) dibandingkan denan persmaaan (11) dan (13) kita
mendapatkan :

1
L11 = 2 × 10− 7 ln
r1 '

1
L22 = 2 × 10 − 7 ln
r2 '

1
L12 = L21 = 2 × 10 −7 ln (17)
D

Induktansi Saluran Transmisi Tiga Fasa


Jarak Simetris
Perhatikan saluran 3 fasa sepanjang satu meter berikut ini. Jari-jari setiap
konduktor adalah r, dan konduktor satu sama lain terpisah dengan jarak D.

Gambar 18.Saluran 3 fasa dengan jarak simetris

Induktansi perfasa perkilometer adalah


D
L = 0,2 ln mH/km (18)
Ds

Jarak Tidak Simetris


Pada kenyataannya penempatan konduktor simetris susah dilakukan. Kebanyakan
saluran transmisi 3 fasa susunan konduktornya tidak simetris. Akibatnya
induktansi setiap fasa berbeda satu sama lain, sehingga sekalipun arusnya
seimbang, drop tegangan yang disebabkan oleh induktansi seri saluran untuk tiap-
tiap fasa menjadi berbeda. Induktansi masing-masing fasa (tanpa pembuktian)
adalah sebagai berikut :

23
 1 1 1 
La = 2 × 10 −7  ln + a 2 ln + a ln 
 r' D12 D13 
 1 1 1 
Lb = 2 × 10 −7  a ln + ln + a 2 ln  (19)
 D12 r' D23 
 1 1 1
Lc = 2 × 10 −7  a 2 ln + a ln + ln 
 D13 D23 r' 

Gambar19 Saluran 3 Fasa dengan Jarak Tidak Simetris

Pada analisa sistem tenaga, model satu fasa seringkali sangat membantu. Maka
agar simetris bisa diperoleh, pada saluran yang posisi antar konduktornya tidak
simetris dilakukan cara transposisi satu-satu. Transposisi satu-satu adalah
mempertukarkan posisi penghantar-penghantar pada saluran 3 fasa setiap satu
pertiga panjang saluran, sehingga setiap penghantar menempati semua posisi
penghantar lainnya, seperti gambar di bawah ini.

Gambar 1.Transposisi saluran 3 fasa dengan jarak tidak simetris

s 1
ωLc = X c = 2ω ( 2 ln + ) × 10 − 7 Ω / m
r 2
(20)

24
s 1
X c = ωM = 2ω ( 2 ln + ) × 10 −7 Ω / m
r 2
a + a2 = -1 , maka :

2 × 10 -7  1 1 1 1 
L=  3 ln − ln − ln − ln 
3  r' D12 D23 D13 
 
1 1
= 2 × 10  ln − ln
-7
1


 r' (D12 D23 D13 )3
 
1

= 2 × 10 -7 ( D D D )3
ln 12 23 13
r'
GMD
= 0,2 ln mH/km
Ds (21)
dimana
GMD = 3 D12 D23 D13

Dapat dilihat bahwa dengan transposisi satu-satu induktansi perfasa saluran


dihitung dengan rumus yang sama dengan konfigurasi saluran sebelimnya, hanya
D diganti GMD (Geometric Mean Distance)

Induktansi Penghantar Bundel (Composite Conductors)


Pembahasan sebelumnya mengambil asumsi penghantar pejal tunggal (solid
round conductor). Namun pada saluran transmisi yang sebenarnya dipergunakan
juga penghantar berserat (stranded condustors). Selain itu, atas pertimbangan
ekonomi, umumnya saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET – di atas 230
kV) dibuat dalam bentuk penghantar bundel (bundled conductors). Sebab korona,
dengan akibat berupa rugi daya dan interferensi pada sluran telekomunikasi, akan
menjadi sangat berlebihan bila penghantar yang dipergunakan hanya terdiri dari
satu buah penghantar saja perfasa. Dengan menggunakan 2 penghantar atau lebih
perfasanya, yang disusun berdekatan dibandingkan dengan jarak pemisah antar
fasanya, maka gradien tegangan tinggi pada penghantar dalam daerah SUTET
dapat dikurangi lebih banyak. Perhatikan saluran satu fasa yang terdiri dari 2
konduktor berserat di bawah ini.

25
Gambar20.Saluran 1 Fasa dengan 2 Penghantar Bundel
Penghantar x terdiri dari n konduktor identik dialiri arus sebesar I masuk ke
bidang gambar, sedangkan penghantar y terdiri dari m konduktor identik dengan
arus –I. Radius antar konduktor x adalah rx dan antar konduktor y adalah ry.
Menggunakan rumus-rumus sebelumnya, maka induktansi penghantar x adalah :

GMD
L x = 2 × 10 −7 ln [H/m]
GMR x

di mana

GMD = mn (Daa' Dab'...Dam)...(Dna' Dnb'...Dnm)


dan
GMR x = n (DaaDab...Dan )(DnaDnb...Dnn )
2

dengan, Daa = Dbb = … = Dnn = r’x


Induktansi untuk penghantar y dapat dihitung dengan cara yang sama, dengan
GMD yang sama namun GMRy berbeda.
Contoh Soal:
Tentukan besaran-besaran listrik yang efektif dari sebuah saluran kabel listrik
tiga fasa dengan frekuensi 50 Hz, tegangan sistim 66 kV dan panjang saluran 65
km dan mempunyai tiga saluran masing berpenampang 200 mm2 dengan jeruji
konduktor 0,915 cm jeruji dalam dan jeruji luar bahan timah 2.5 dan 2.8 cm .
Resistansi konduktor a.c setiap km pada suhu 150C adalah sebesar 0,0875 Ω/km
dan resistivitas timah pada temperature kerja 23,2 x 10-6Ω-cm
Penyelesaian:
Resistansi konduktor = 0,0875 (1 +0,004 x 50) 0,105 Ω/km (suhu kerja konduktor
diambil 650C dan koefisien suhu 0,004)
Untuk seluruh saluran

26
Rd.c= 0,105 x 65 = 6,8 Ω
Resistansi mantel (sheath)
23,2 ×10−6 ×65×105
= 30Ω =
𝜋𝜋 (2,82 −2,52)

Dalam suatu sistim tiga fasa diperhitungkan besarnya reaktansi fasa ke netral
dalam hal ini reaktansi induktif mutual konduktor ke sheath)
𝑑𝑑
Xm = ωM =2π x 50 x 2 ln(𝑟𝑟 ) x10-7 Ω/m
𝑠𝑠

Dimana
rs = jeruji sheath rata-rata
d = jarak sumbu ke sumbu = 6,1 cm
Jadi
6,1
𝑋𝑋𝑚𝑚 = 2𝜋𝜋 × 50 × 2 × 𝑙𝑙𝑙𝑙 = 1 × 10−7 Ω/m
(2,5+2,8)
2

= 3,4 Ω untuk panjang saluran 65 km


Resitansi a.c efektif konduktor R*a.c
2
𝑋𝑋𝑚𝑚 𝑅𝑅𝑠𝑠 3,82 × 30
= 𝑅𝑅𝑎𝑎.𝑐𝑐 + = 6,8 + 2 = 7,2Ω
(𝑅𝑅𝑠𝑠2 + 𝑋𝑋𝑚𝑚 2) 30 + 3,82
Reaktansi efektif per kabel
2
𝑋𝑋𝑚𝑚 𝑅𝑅𝑠𝑠
= 𝑋𝑋 − 2 2)
(𝑅𝑅𝑠𝑠 + 𝑋𝑋𝑚𝑚

(dimana X = reaktansi dengan sheath rangkaian terbuka)


𝑑𝑑
= ω x 2 ln(𝑟𝑟 ) x10-7 x 65000
𝑠𝑠

6,1
=314 x 2 ln (0,915) × 10−7 × 65000

= 7,707 Ω
Reaktansi total saluran:
3,43
=7,75 - 302 +3,42 = 7,737 Ω

Kerugian sheath/kerugian konduktor


2
𝐼𝐼 2 𝑅𝑅𝑠𝑠 𝑋𝑋𝑚𝑚 1 30 × 3,42 1
= = 2 × 100% = 5,68%
(𝑅𝑅𝑠𝑠2 + 𝑋𝑋𝑚𝑚 2 ) 𝐼𝐼 2 𝑅𝑅 30 + 3,42 6,8
Drop tegangan yang terjadi (∆V), jika arus 400 A yang diinduksikan per sheath
= Xm.I =3,4 x 400 = 1360 Volt =1,36kV
Rugi-rugi daya di saluran = I. ∆V= 400 x 1,36kV = 544kVA

27
Daya yang dikirim (Vs)= 400 x 66 kV=26 400 kVA
𝑉𝑉𝑉𝑉− ∆𝑉𝑉 26400−544 25856
Faktor daya = 𝑉𝑉𝑉𝑉
= 26400
= 26400= 0,9794

7. Kapasitansi Sebuah Jaringan Transmisi


Dua buah konduktor yang dipisahkan oleh suatu medium adalah sebuah
kapasitor. Dalam hal ini jaringan transmisi udaralah merupakan dua buah plate
kapasitor yang dipisahkan oleh udara dengan yang lain. Kapasitansi ini
didistribusikan sepanjang jaringan dan dipandang sebagai bentuk kondensator
yang diserikan yang tersambung antar konduktor.

Bilamana suatu perbedaan tegangan dihubungkan pada jaringan, dengan


demikian pada jaringan transmisi akan ada arus leading yang mengalir
walaupun jaringan transmisi belum dibebani, arus ini sering disebut Charging
Current (IC). Besarnya charging current tergantung pada besarnya tegangan
transmisi, kapasitansi jaringan dan frekuensi a.c supplay, seperti ditunjukkan
oleh persamaan:

𝐼𝐼𝑐𝑐 = 2𝜋𝜋𝜋𝜋𝜋𝜋𝜋𝜋 (22)

Jika kapasitansi jaringan transmisi udara tinggi, arus pengisian (Current


Charging) yang mengalir pada jaringan itu besar, yang mana arus pengisian kini
akan mengkompensasi komponen reaktif dari arus beban karena itu jumlah arus
yang mengalir pada jaringan dapat diperkecil. Pengecilan jumlah arus yang
mengalir pada jaringan dapat menyebabkan: Memperkecil kerugian-kerugian
pada jaringan dan demikian pula dapat menambah effesiensi transmisi.
Memperkecil rugi tegangan atau memperbaiki regulasi tegangan.Keuntungan
yang lain dari sebuah jaringan transmisi yang mempunyai kapasitansi yang
tinggi adalah menambah kapasitas beban dan memperbaiki faktor daya. Sebuah
jaringan transmisi udara 1 phase dengan 2 buah konduktor yang paralel masing-
masing mempunyai jari-jari r meter dan ditempatkan di udara dengan jarak d
meter (dianggap d lebih panjang dibandingkan r). Jika konduktor A mempunyai
sebuah muatan + Q farad per meter maka konduktor B akan mempunyai sebuah
muatan –Q farad per meter.

28
a. Jatuh tegangan
Jatuh tegangan pada saluran transmisi adalah selisih antara tegangan pada
pangkal pengiriman (sending end) dan tegangan pada ujung penerimaan
(receiving end) tenaga listrik. Pada saluran bolak-balik besarnya tergantung
dariimpedansi dan admitansi saluran serta pada beban dan faktor daya. Jatuh
tegangan relatif dinamakan regulasi tegangan (voltage regulation), dan
dinyatakan oleh rumus:

𝑉𝑉𝑠𝑠 −𝑉𝑉𝑟𝑟
%VReg= × 100% (30)
𝑉𝑉𝑆𝑆
dimana
Vs = tegangan pada pangkal pengiriman
Vr = tegangan pada ujung pengiriman
Contoh :
Suatu jaringan tenaga listrik dengan besar tegangan pada sumber 20 kV, dan
tegangan pada ujung terukur sebesar 19,5 kV. Hitung besar regulasi tegangan
pada jaringan tersebut!
Penyelesaian:
Vs = 20 kV
Vr = 19,5 kV
VReg=((20 – 19,5)/20)100%= 2,5 %

Untuk jarak dekat, regulasi tegangan tidak berarti (hanya beberapa %


saja),tetapi untuk jarak sedang dan jauh mencapai 5-15%.Bila beban pada
saluran tegangan tinggi tidak besar, sistim tenaga dioperasikan pada
regulasiyang konstan, karena pengaruh arus pemuat (charging current) besar.
Untukmemungkinkan regulasi yang kecil, saluran transmisi dioperasikan pada
teganganyang konstan pada ujung penerimaan dan pangkal pengiriman tanpa
dipengaruhioleh beban. Bila tegangan pada titik penerimaan turun karena
naiknya beban, maka dipakai pengatur tegangan dengan beban (on-load voltage-
regulator), gunamemungkinkan tegangan sekunder yang konstan, meskipun
tegangan primernyaberubah.

29
b. Faktor perencanaan sistem
Perencanaan jaringan transmisi harus dirancang semaksimalmungkin, untuk
perkembangan dikemudian hari.Persyaratan sistem transmisi seperti diatas
hanya bisa dipenuhi bilatersedia modal (investasi) yang cukup besar, sehingga
sistem bisa dilengkapidengan peralatan-peralatan yang mempunyai kualits
tinggi. Selainpemeliharaan sistem yang berkesinambungan sesuai jadwal yang
ditentukanseringkali berakibat fatal pada sistem jaringan justru karena kelalaian
dalamcara pemeliharaan yang sebenarnya, disamping perencanaan awal
yangkurang memenuhi syarat.

Untuk sistem tenaga listrik yang besar (power utility) biaya untuk
systemtransmisi bisa mencapai 50 % - 60 % investasi keseluruhan yang
diperlukanuntuk sistem tenaga listrik. Apalagi sistem transmisimerupakan
bagian yangpaling banyak mengalami gangguan-gangguan sehingga bisa
mengganggukontinuitas aliran tenaga listrik pada konsumen.
1) Sistem jaringan distribusi tenaga listrik dapat diklasifikasikan
dari berbagai segi, antara lain adalah :
a) Berdasarkan ukuran tegangan
b) Berdasarkan ukuran arus
c) Berdasarkan sistem penyaluran
d) Berdasarkan konstuksi jaringan
e) Berdasarkan bentuk jaringan

30
8. Jaringan Distribusi
a. Konfigurasi Jaringan Distribusi
1) Jaringan distribusi radial
Jaringan distribusi radial adalah
jaringan distribusi tegangan menengah yang memiliki 1 sumber pengisian, tidak
ada sumber cadangan apabila jaringan terputus maka semua akan mengalami
pemadaman
2) Jaringan distribusi loop
Jaringan distribusi loop adalah jaringan distribusi tegangan menengah dengan
sistim tertutup yang dimulai dari 1 sumber daya melewati beberapa pusat beban
dan kemudian kembali lagi ke sumber semula
3) Jaringan distribusi spindle
Jaringan distribusi spindle adalah gabungan dari sistim radial dan loop yaitu
suatu pola jaringan khusus yang ditandai dengan ciri adanya sejumlah saluran
keluar dari Gardu Induk (GI) menuju ke suatu titik temu yaitu di Gardu Hubung
(GB), dan mempunyai jaringan yang tidak dibebani pada kondisi normal yaitu
feeder express
Feeder express digunakan untuk melayani gangguan feeder setelah bagian
terganggu di isolasi

4) Jaringan distribusi cluster


Jaringan distribusi cluster adalah jaringan yang menyerupai sistem spindle, tetapi
untuk feeder express tidak di pasang di GH, tetapi mempunyai jalur yang lain,
fungsinya tetap sama pada jaringan spindle

Sistem jaringan ketenagalistrikan berdasarkan kelompok besar nilai tegangan.


b. Berdasarkan Ukuran Tegangan
Berdasarkan ukuran tegangan, jaringan distribusi tenaga listrik dapat dibedakan pada
dua sistem, yaitu (a). sistem jaringan distribusi primer, dan (b). sistem jaringan
distribusi sekunder.
1) Sistem jaringan distribusi primer
Sistem jaringan distribusi primer atau sering disebut jaringan distribusi tegangan tinggi
(JDTT) ini terletak antara gardu induk dengan gardu pembagi, yang memiliki tegangan

31
sistem lebih tinggi dari tegangan terpakai untuk konsumen. Standartegangan untuk
jaringan distribusi primer ini adalah 6 kV, 10 kV, dan 20 kV (sesuai standar PLN).
Sedangkan di Amerika Serikat standar tegangan untuk jaringan distribusi primer ini
adalah 2,4 kV, 4,16 kV, dan 13,8 kV.
2) Sistem jaringan distribusi sekunder
Sistem jaringan distribusi sekunder atau sering disebut jaringan distribusi tegangan
rendah (JDTR), merupakan jaringan yang berfungsi sebagai penyalur tenaga listrik dari
gardu-gardu pembagi (gardu distribusi) ke pusat-pusat beban (konsumen tenaga listrik).
Besarnya standar tegangan untuk jaringan ditribusi sekunder ini adalah 127/220 V
untuk sistem lama, dan 220/380 V untuk sistem baru, serta 440/550 V untuk keperluam
industri.
Besarnya tegangan maksimum yang diizinkan adalah 3 sampai 4% lebih besar dari
tegangan nominalnya. Penetapan ini sebanding dengan besarnya nilai tegangan jatuh
(voltage drop) yang telah ditetapkan berdasarkan PUIL 2011, bahwa rugi-rugi daya
pada suatu jaringan adalah 15%. Dengan adanya pembatasan tersebut stabilitas
penyaluran daya ke pusat-pusat beban tidak terganggu.
3) Tegangan Lebih
Pada sistem jaringan tenaga listrik seringkali terjadi perubahan tegangan yang lebih tinggi
dari tegangan maksimumnya,baik lebih tinggi untuk sesaat yang berupa tegangan lebih
peralihan (transient over voltage) maupun lebih tinggi secara bertahan yang berupa
tegangan lebih stasioner. Pada umumnya tegangan lebih ini ditimbulkan oleh dua sebab,
yaitu disebabkan kerana sistem itu sendiri dan sebab luar sistem.Tegangan lebih yang
disebabkan oleh sistem itu sendiri biasanya terjadi karena :
a) Adanya gangguan hubung singkat (short circuit) padakawatpenghantar jaringan.
b) Putusnya kawat penghantar yang panjangnya melebihi batastertentu.
c) Adanya kerja hubung yang terjadi karena penutupan atau pembukaan saklar (switch)
dengan cepat, atau tak serempaknya pemutusan saklar pemutus jaringan padarangkaian
tiga fasa. Tegangan lebih yang disebabkan dari luar sistem, biasanya terjadi karena
d) Adanya gangguan yang disebabkan peristiwa alamiah yang tidak dapat dikendalikan oleh
manusia, seperti sambaranpetir.
Tegangan lebih yang disebabkan karena sambaran petirini berjalan dengan cepat dengan
bentuk gelombang yangberubah-ubah (tak periodik), sehingga dikenal dengan tegangan lebih
peralihan (transient over voltage).Sedang untuk tegangan lebih yang disebabkan dari sistem
itusendiri biasanya bertahan cukup lama yang berbentuk sama dengan tegangan sistem,

32
sehingga dikenal dengan teganganlebih stasioner atau tegangan lebih periodik.
Besarnyategangan lebih periodik ini dapat mencapai 120 sampai 200 %dari tegangan
nominalnya, sedangkan dari tegangan lebihperalihan bisa mencapai hingga 500 % dari
tegangan nominalnya. Hal ini disebabkan karena pengaruh panjang jaringan, sehingga
besarnya dibatasi oleh rambatannya sepanjang jaringan tersebut melalui beberapa tiang.
Karena besarnya tegangan lebih peralihan ini, maka perencanaan isolasi dari peralatan
jaringan kebanyakan berdasarkan tegangan lebih peralihan tersebut. Hal ini dilakukan agar
peralatan jaringan dapat mengatasi gangguan tegangan lebih tersebut.

33
Penutup
1. Rangkuman
Mari kita merangkum modul 2 kegiatan belajar 1 tentang menara transmisi adalah
suatu penopang saluran transmisi yang berbentuk menara baja, tiang baja, tiang beton
bertulangdan tiang kayu.
Penopang dari bahan baja; baja, beton atau kayu digunakan pada saluran - saluran
dengan tegangan kerja relatif tinggi. Penggunaan tegangan extra tinggi digunakan
penopang bentuk .tower (menara) baja dibagi sesuai dengan fungsinya,yaitu : menara
dukung, menara sudut, menara ujung,menara percabangan dan menara transposisi.
Konstruksi menara baja merupakan jenis konstruksi transmisi saluran udara tegangan
tinggi (SUTT) ataupun transmisi saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET) yang
paling banyak digunakan di jaringan PLN.
Terdapat 2 kategori saluran trasmisi yaitu overheadlines dan saluran kabel tanah
(underground cable). Penyalurkan tenaga listrik melalui kawat- kawat yang digantung
pada menara transmisi dengan perantaraan isolator - isolator, sedangkan kategori yang
kedua menyalurkan tenaga listrik melalui kabel-kabel yang ditanam dalam tanah. Pada
kedua menara transmisi ini mempunyai keuntungan dan kerugian sendiri-sendiri,
dibandingkan saluran udara, saluranbawah tanah tidak terpengaruh oleh cuaca
buruk,taufan, hujan angin, bahaya petir dan sebagainya.Lagipula, saluran bawah tanah
lebih estetis karena tidak mengganggu pemandangan. Karena alas an terakhir. saluran
bawah tanah lebih disukai, terutamauntuk daerah yang padat penduduknya dan di kota-
kota besar. Namun biaya pembangunannya jauh lebihmahal dibandingkan dengan
saluran udara, danperbaikannya jauh lebih sukar bila terjadi gangguan hubung singkat
dan kesukaran- kesukaran lain.
Jenis yang digunakan pada saluran transmisiadalah jenis porselin atau gelas.Menurut
penggunaandan kontruksinya dikenal tiga jenis isolator yaitu,isolator jenis pasak,
isolator jenis pos-saluran, isolatorgantung. Isolator jenis pasak dan isolator jenis
possalurandigunakan pada saluran transmisi dengan kerjarelatif rendah (kurang dari 22
- 33 kV), sedang isolatorgantung dapat digandeng menjadi rentengan isolatoryang
jumlahnya disesuaikan kebutuhan.Jika jaringan dipakai untuk menyalurkan tenaga
listrik tidak timbul panas yang berlebihan atau rugi tegangan yang besar. Isolasinya

34
juga harus sesuai dengan sistem tegangan yang digunakan, semakin besar sistem
tegangan yang dipakai menuntut pula isolasi yang lebih besar.
Regulasi sebuah transmisi didefinisikan sebagai : “Kenaikkan tegangan pada ujung
penerima ketika beban penuh diputuskan, di mana tegangan pada ujung pengiriman
konstant.” Efisiensi jaringan didefinisikan sebagai: “Perbandingan antara daya
penerimaan dengan daya yang dikirimkan”.
Pembangunan saluran udara tegangan tinggi harus sudah melalui proses rancang
bangun yang aman bagi lingkungan serta sesuai dengan standar keamanan
internasional, Salah satu tujuan perencanaan sistem transmisi adalah menemukan
ukuran konduktor yang sesuai sehingga kehilangan daya dapat diminimalisir dan
perkiraan biaya yang dibutuhkan dapat diketahui.Pemilihan tegangan saluran
transmisiberkaitan erat dengan kapasitas daya yang disalurkan.Perencanaan suatu
jaringan juga meliputipenentuan ukuran tipe konduktor kawat berkas (bundle
conductor) lebih tepat biladigunakan pada tegangan transmisi dengan tegangan diatas
230 kV, tetapi dapat juga digunakan untuktegangan transmisi yang lebih rendah apabila
dibutuhkankapasitas saluran transmisi yang lebih baik dan tinggi.Pada umumnya
ditemukan bahwa jaringan transmisi tegangan rendah lebih ekonomis dari pada
tegangan tinggi untuk jalur transmisi kurang dari 2 km. Untuk sistem tenaga listrik
yang besar (power utility) biaya untuk systemdistribusi bisa mencapai 50 % - 60 %
investasi keseluruhan yang diperlukanuntuk sistem tenaga listrik. Adapun beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam penempatan jalur transmisi adalah sebagai berikut;
a. Jalur transmisi terletak pada lokasi yang mudah untuk diakses
b. Ditempatkan pada lokasi tanah yang kokoh dan relative stabil
c. Legalitas dan pembebasan lahan yang digunakan jalur transmisi tidak
mengalami masalah.
d. Tempatkan jalur transmisi dengan jarak yang aman dengan gedung dan pohon.
e. Jangan tempatkan tiang listrik pada sisi bukit atau bidang yang miring.
f. Minimalkan belokan pada jaringan transmisi
Sistem jaringan distribusi tenaga listrik dapat diklasifikasikan dari berbagai segi,
antara lain adalah :
a. Berdasarkan ukuran tegangan
b. Berdasarkan ukuran arus
c. Berdasarkan sistem penyaluran
d. Berdasarkan konstuksi jaringan
e. Berdasarkan bentuk jaringan

35
Berdasarkan sistem penyalurannya, jaringan distribusi dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu dengan :
a. saluran udara (overhead line) dan
b. saluran bawah tanah (underground cable).

36
Tes Formatif Modul Kb 1

1. Perhatikan gambar di bawah ini

Termasuk jenis penopang saluran apakah gambar diatas


a. Tubular steel pole

b. Concrete pole

c. Lattice tower

d. Wooden pole

e. Tipe menara

2. Kenapa saluran kabel tegangan tinggi jarang dipakai pada saluran transmisi
a. Tidak memerlukan perawatan
b. Lebih mudah di monitor gangguannya
c. Bebas gangguan cuaca
d. Memerlukan biayayanglebih besar jika dibanding SUTT.
e. Menyebabkan beban kapasitif lebih besar

3. Saluran transmisi yang cocok untuk di kota besar adalah


a. Saluran udara tegangan tinggi
b. Saluran isolasi gas
c. Saluran kabel tegangan tinggi
d. Saluran kabel

37
e. Aluran kabel tegangan rendah

4. Kenapa saluran transmisi di Indonesia banyak digunakan (khususnya dipulau


Jawa) tegangan 500 kV?
a. Karena Indonesia kelebihan kapasitas tegangan listrik
b. Drop tegangan dari penampang kawat dapat direduksi secara maksimal
c. Supaya cakupan penyaluran transmisi menjadi lebih luas.
d. Adanya permintaan dan pertumbuhan beban yang sangat tinggi
e. Pembangkit yang jauh dari pusat beban

5. Fungsi isolator pada saluran transmisi adalah


a. isolasi tegangan listrik antara kawat penghantar dengan tiang.
b. Untuk memikul beban mekanis yang disebabkan oleh beratpenghantar
c. untuk melindungikebocoran arus
d. tempat menopangkawat penghantar jaringan pada tiang-tiang listrik
e. untuk isolasi traves dengan menara transmisi

6. Yang termasuk kategori jaringan transmisi jarak jauh adalah


a. Jarak dibawah 150 Km dan tegangan kerja 100 Kv
b. Jarak diatas150 Km dan tegangan kerja 100 kV
c. Jarak dibawah 150 Km dan tegangan kerja <100 kV
d. Jarak dibawah 150 Km dan tegangan kerja 100 kV
e. Jarak 150 Km dan tegangan kerja 100 kV

7. Yang tidak termasuk dalam desain saluran transmisi adalah


a. Jumlah daya yang harus disalurkan
b. Jarak dan jenis medan yang dilalui
c. Kebutuhan alat danbahan
d. Pertumbuhan beban dimasa akan datang

38
8. Kenapa pada jaringan transmisi tegangan menengah kapasitansi
diperhitungkan?
a. Kapasitansi jaringan jarak menengah secara seragamdidistribusikan ke
seluruh panjang jaringan dan dianggap terpusat pada satu titik atau lebih
b. Kapasitansi didistribusikan sepanjang jaringan dan tidak lagi dianggap
berkumpul pada satu tempat atau lebih.
c. c.Karena jaringan transmisi yang mempunyai panjang antara 80 – 150 Km
dan tegangan jaringan antara 20 – 100 KV,
d. jaraknya yang pendek dan tegangannya tidak terlalu tinggi
9. Apabila jalur yang panjang akan kehilangan daya dan penuruan tegangan
yang lebih besar, jadi jika dalam perencanaan jaringan transmisi apa yang
harus kita lakukan.
a. Jangan ditempatkan pada jalur yang miring
b. Memilih jalur yang pendek
c. Menimalkan belokan pada jaringan transmisi
d. Menempatkan pada lokasi yang mudah di akses
e. Memilih jalur menengah

10. Kawat berkas lebih tepat biladigunakan pada tegangan transmisi dengan
tegangandiatas 230 kV, tetapi dapat juga digunakan untuktegangan transmisi
yang lebih rendah apabila dibutuhkankapasitas saluran transmisi yang lebih
baik dan tinggi.Dari pernyataan diatas termasuk faktor yang manakah dalam
perencanaan jaringan transmisi tenaga listrik.
a. Bundle konduktor
b. Pemilihan ukuran konduktor
c. Perencanaan isolasi saluran transmisi
d. Input dan yang dikirim dan panjang saluran
e. Bundle isolator

39
DAFTAR PUSTAKA

Aslimeri,dkk. (2008). Teknik Transmisi Tenaga Listrik Jilid 2 untuk SMK. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan
Nasional.

Aslimeri, dkk. 2010. Teknik Transmisi Tenaga Listrik Jilid 3 SMK. Jakarta :
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan.

Daman Suswanto. 2009. Sistem Distribusi Tenaga Listrik Untuk Mahasiswa Teknik
Elektro. Padang : Jurusan Teknik Elektro: FT-UNP.

Joko Pramono, dkk. 2010. Makalah Teknik Tenaga Listrik “Transmission Of


Electrical Energy (Transmisi Tenaga Listrik)”. Jakarta : FT-UI Departemen
Teknik Elektro.
Modul Bahan Ajar SMK Kelas XI SM 3 Kurikulum 2013Teknik Jaringan Transmisi
Tenaga Listrik. Jakarta : PPPPTK bekerjasama dengan Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah KejuruanDepartemen Pendidikan Nasional.

PT PLN PERSERO. 2010. Buku 5 Standar konstruksi Jaringan Tegangan menengah


tenaga listrik .

Widen Lukmantono, dkk. Studi Perencanaan Saluran Transmisi 150 kV Bambe


Incomer. Surabaya : Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember
William.D.Stevenson, (2011) Analisis Sistem Tenaga Listrik, Edisi 4

40
No. Kode: DAR 2/Profesional/413/Nomor Modul--/2019
Pendalaman Materi
Teknik Ketenagalistrikan

Modul 2
TEKNIK JARINGAN TENAGA LISTRIK
KB 2 Sistem Proteksi Jaringan

Oleh:
Rahmat Hidayat,M.Pd.T

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

2019
A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat

Salam PPG ..!!!, rekan-rekan peserta ppg dalam jabatan, pada modul dua
kegiatan belajar 2 ini kita akan membahas tentang 1. Pengertian sistem
proteksi 2. Tujuan sistem proteksi 3. Jenis gangguan pada jaringan distribusi
4. Kriteria sistem proteksi 5. Daerah sistem proteksi 6. Arester 7. Fuse cut out
Setelah itu kita akan membahas contoh penentuan fuse pada FCO sehingga
saudara dapat menentukan kapasitas FCO untuk system 20 kv, dan mampu
menentukan tegangan peleasan arrester secara sederhana. Itulah kira-kira
materi yang akan kita pelajari pada kegiatan belajar 2 modul dua ini. Selamat
Belajar!

2. Relevansi
Dengan mempelajari modul ini, peserta diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan, pemahaman dan penguasaan materi mengenai sistem proteksi
jaringan, Fuse Cut Out dan Tegangan Pelepasan Arrester.

3. Petunjuk Belajar

Modul ini disusun untuk dapat digunakan sebagai media pembelajaran


mandiri bagi rekan-rekan peserta PPG, untuk itu agar dapat memperoleh hasil
pembelajaran maksimal maka harus mengikuti petunjuk-petunjuk berikut.
a. Baca dan pahami capaian pembelajaran dan subcapaian pembelajaran
yang diharapkan terlebih dahulu sebelum mempelajari materi pada kegiatan
belajar ini.
b. Baca dan pahami materi pembelajaran pada modul ini secara berurutan
karena modul ini telah didesain untuk dapat dipelajari secara terstruktur dan
berurutan.
c. Pahami setiap contoh permasalahan dan penyelesaian yang diberikan
untuk memantapkan pemahaman materi pembelajaran pada modul ini.
d. Kerjakan tes formatif yang tersedia untuk mengukur kemampuan rekan-
rekan terhadap materi pada KB ini setelah mempelajarinya secara utuh.

4. INTI
a. Capaian Pembelajaran (CPBS)
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan peserta mampu menguasai
teori dan aplikasi materi bidang studi ketenagalistrikan yang mencakup:
(1) pembangkit tenaga listrik, (2) jaringan tenaga listrik, (3) instalasi
tenaga listrik, (4) teknik otomasi industri, (5) teknik pendingin dan tata
udara, dan (6) teknik tenaga listrik, termasuk advance materials secara
42
bermakna yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa”
(filosofi), dan “bagaimana” (penerapan) dalam kehidupan sehari-hari;
yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi), dan
“bagaimana” (penerapan dalam kehidupan sehari-hari) sehingga dapat
membimbing peserta didik SMK mencapai kompetensi keahlian yang
dibutuhkan DUDI.

b. Sub Capaian Pembelajaran (CPMK)


Menganalisis konsep esensial materi teknik pembangkit tenaga listrik dan
aplikasinya dalam pembelajaran ketenagalistrikan

c. Bahan Kajian
1. Pengertian sistem proteksi
2. Tujuan sistem proteksi
3. Jenis gangguan pada jaringan distribusi
4. Kriteria sistem proteksi
5. Daerah sistem proteksi
6. Arrester
7. Fuse cut out

d. Sub Bahan Kajian


Kegiatan Belajar Sistem Proteksi Jaringan
e. Uraian Materi

Sistem proteksi jaringan Dalam penyaluran energi listrik yang sangat


jauh dari pembangkit tenaga listrik terdapat jaringan transmisi dan
distribusi yang rentan akan terkena gangguan yang bersifat permanen
atau sementara. Jaringan distribusi merupakan jaringan yang berfungsi
untuk menyalurkan energi listrik dari gardu induk ke gardu induk lain
maupun dari gardu induk ke pelanggan/beban.

1. PENGERTIAN SISTEM PROTEKSI


Secara umum sistem proteksi ialah cara untuk mencegah atau
membatasi kerusakan peralatan terhadap gangguan, sehingga
kelangsungan penyaluran tenaga listrik dapat di pertahankan. Sistem
proteksi tenaga listrik merupakan sistem pengaman pada peralatan
peralatan yang terpasang pada sistem tenaga listrik, seperti generator,
busbar, transformator, saluran udara tegangan tinggi, saluran kabel

43
bawah tanah, dan lain sebagainya terhadap kondisi abnormal operasi
sistem tenaga listrik tersebut.

2. TUJUAN SISTEM PROTEKSI


a. Untuk menghindari atau mengurangi kerusakan akibat gangguan pada
peralatan yang terganggu atau peralatan yang dilalui oleh arus
gangguan.
b. Untuk melokalisir (mengisolasir) daerah gangguan menjadi sekecil
mungkin.
c. Untuk dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang
tinggi kepada konsumen. Serta memperkecil bahaya bagi manusia.

3. JENIS GANGGUAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI

Jaringan distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga lsitrik yang


paling dekat dengan pelanggan/ konsumen. Ditinjau dari volume fisiknya
jaringan dis-tribusi pada umumnya lebih panjang dibandingkan dengan
jaringan transmisi dan jumlah gangguannya (sekian kali per 100 km
pertahun) juga paling tinggi dibandingkan jumlah gangguan pada
saluran-saluran transmisi.

Jaringan distribusi seperti diketahui terdiri dari jaringan distribusi


tegangan menengah (JTM) dan jaringan distribusi tegangan rendah
(JTR). Jaringan distribusi tegangan menengah mempunyai tegangan
antara 3 kV sampai 20 kV. Pada saat ini PLN hanya mengembangkan
jaringan distribusi tegangan menengah 20 kV. Jaringan distribusi
tegangan menengah sebagian besar berupa saluran udara tegangan
menengah dan kabel tanah. Pada saat ini gangguan pada saluran udara
tegangan menengah ada yang mencapai angka 100 kali per 100 km per
tahun.

Sebagian besar gangguan pada saluran udara tegangan menengah tidak


disebabkan oleh petir melainkan oleh sentuhan pohon, apalagi saluran
udara tegangan menengah banyak berada di dalam kota yang memiliki

44
bangunan-bangunan tinggi dan pohon-pohon yang lebih tinggi dari tiang
saluran udara tegangan menengah. Hal ini menyebabkan saluran udara
tegangan menengah yang ada di dalam kota banyak terlindung terhadap
sambaran petir tetapi banyak diganggu oleh sentuhan pohon. Hanya
untuk daerah di luar kota selain gangguan sentuhan pohon juga sering
terjadi gangguan karena petir. Gangguan karena petir maupun karena
sentuhan pohon ini sifatnya temporer (sementara), oleh karena itu
penggunaan penutup balik otomatis (recloser) akan mengurangi waktu
pemutusan penyediaan daya (supply interupting time).

Perlindungan sistem distribusi meliputi :


Gangguan hubung singkat
a) Gangguan hubung singkat dapat terjadi antar fase (3 fase atau 2fase)
atau 1 fase ketanah dan sifatnya bisa temporer atau permanen.
b) Gangguan permanen : Hubung singkat pada kabel, belitan trafo,
generator, (tembusnya isolasi).
c) Gangguan temporer : Flashover karena sambaran petir, flashover
dengan pohon, tertiup angin.

Gangguan beban lebih


Gangguan beban lebih terjadi karena pembebanan sistem distribusi yang
melebihi kapasitas sistem terpasang. Gangguan ini sebenarnya bukan
gangguan murni, tetapi bila dibiarkan terus-menerus berlangsung dapat
merusak peralatan.

Gangguan tegangan lebih


Gangguan tegangan lebih termasuk gangguan yang sering terjadi pada
saluran distribusi. Berdasarkan penyebabnya maka gangguan tegangan
lebih ini dapat dikelompokkan atas dua hal, yaitu :

a. Tegangan lebih power frekwensi.


Pada sistem distribusi hal ini biasanya disebabkan oleh kesalahan
pada AVR atau pengatur tap pada trafo distribusi.
b. Tegangan lebih surja
Gangguan ini biasanya disebabkan oleh surja hubung atau surja petir.
45
Dari ketiga jenis gangguan tersebut, gangguan yang lebih sering terjadi
dan berdampak sangat besar bagi sistem distribusi adalah gangguan
hubung singkat. Sehingga istilah gangguan pada sistem distribusi lazim
mengacu kepada gangguan hubung singkat dan peralatan proteksi yang
dipasang cenderung mengatasi gangguan hubung singkat ini

4. KRITERIA SISTEM PROTEKSI

a) Kepekaan (sensitivity) :
Peralatan proteksi (rele) harus cukup peka dan mampu mendeteksi
gangguan di kawasan pengamannya.
Meskipun gangguan yang terjadi hanya memberikan rangsangan yang
sangat minim, peralatan pengaman (rele) harus mampu mendeteksi
secara baik.

b) Keandalan (reliability) :
Dependability :
1) Peralatan proteksi (rele) harus memiliki tingkat kepastian bekerja
(dependability) yang tinggi.
2) Peralatan proteksi (pengaman) harus memiliki keandalan tinggi
(dapat mendeteksi dan melepaskan bagian yang terganggu), tidak
boleh gagal bekerja.
Security :
3) Peralatan proteksi (pengaman) harus memiliki tingkat kepastian untuk
tidak salah kerja atau tingkat security (keamanannya) harus tinggi.
4) Yang dimasksud salah kerja adalah kerja yang semestinya tidak kerja,
misal : karena lokasi gangguan di luar kawasan pengamannya atau
sama sekali tidak ada gangguan.
5) Salah kerja bisa mengakibatkan terjadinya pemadaman, yang
semestinya tidak perlu terjadi.

c) Kecepatan (speed) :
Peralatan proteksi (pengaman) harus mampu memisahkan sub sistem
yang mengalami gangguan secepat mungkin. Untuk menciptakan
46
selektifitas yang baik, ada kemungkinan suatu pengaman terpaksa diberi
waktu tunda (time delay), tetapi waktu tunda tersebut harus secepat
mungkin. Dengan tingkat kecepatan yang baik, maka terjadinya
kerusakan/ kerugian, dapat diperkecil.

d) Selektifitas (selectivity) :
Peralatan proteksi (pengaman) harus cukup selektif dalam mengamankan
sistem. Dapat memisahkan bagian sistem yang terganggu sekecil
mungkin, yaitu hanya sub sistem yang terganggu saja yang memang
menjadi kawasan pengaman utamanya. Rele harus mampu membedakan,
apakah gangguan terletak di kawasan pengaman utamanya, dimana rele
harus bekerja cepat, atau terletak di sub sistem berikutnya, dimana rele
harus bekerja dengan waktu tunda atau tidak bekerja sama sekali.

e) Kecepatan (speed) :
Peralatan proteksi (pengaman) harus mampu memisahkan sub sistem
yang mengalami gangguan secepat mungkin. Untuk menciptakan
selektifitas yang baik, ada kemungkinan suatu pengaman terpaksa diberi
waktu tunda (time delay), tetapi waktu tunda tersebut harus secepat
mungkin. Dengan tingkat kecepatan yang baik, maka terjadinya
kerusakan/ kerugian, dapat diperkecil.

5. DAERAH SISTEM PROTEKSI


Di dalam sistem proteksi tenaga listrik, seluruh komponen harus
diamankan dengan tetap menekankan selektivitas kerja peralatan /relay
pengaman. Untuk mencapai hal ini, sistem tenaga listrik dibagi menjadi
daerah-daerah (zona) pengaman seperti terlihat pada gambar 1 berikut
ini.

47
Gambar 1. Daerah Pengamanan Pada Sistem Tenaga Listrik
Keterangan :
1 = Zone Generator
2 = Zone Transformator Step-Up
3 = Zone Busbar
4 = Zone Transmisi
5 = Zone Transformator Step-Down
6 = Zone Beban

Setiap daerah proteksi pada umumnya terdiri atas satu atau lebih elemen
sistem tenaga listrik. Misalnya generator, busbar, transformator,
transmisi, dan lain-lain. Agar seluruh sistem tenaga listrik dapat
diamankan, maka harus ada daerah yang tumpang-tindih (overlap).
Artinya ada elemen sistem yang diamankan oleh dua daerah
pengamanan. Setiap daerah pengaman dijaga oleh relay yang sesuai
dengan karakteristik peralatan yang diamankan. Pada umumnya yang
menjadi batas pengamanan antar daerah pengamanan adalah trafo arus
yang mencatu ke rele.

6. LINGTHING ARESTER
Lightning arrester (penangkal petir) yang berfungsi menangkal
gelombang berjalan dari petir yang akan masuk ke instalasi pusat
pembangkit gelombang berjalan dari petir yang akan masuk ke instalasi
pusat pembangkit listrik. Gelombang berjalan juga pemutus tenaga atau
circuit breaker (switching). Tinggi (TET) yang besarnya di atas 350 kV,

48
surja tegangan switching lebih besar dari pada surja petir. gelombang
berjalan dari petir yang akan masuk ke instalasi pusat pembangkit listrik.
Gelombang berjalan juga dapat berasal dari pembukaan dan penutupan
dapat berasal dari pembukaan dan penutupan
Pada sistem Tegangan Ekstra
circuit breaker (switching). Pada sistem Tegangan Ekstra Tinggi (TET)
yang besarnya di atas 350 kV, surja tegangan yang disebabkan oleh yang
disebabkan oleh besar dari pada surja petir. Saluran udara yang keluar
dari pusat pembangkit listrik merupakan
Saluran udara yang keluar dari pusat pembangkit listrik merupakan
bagian instalasi pusat pembangkit listrik yang paling rawan sambaran
petir dan karenanya harus diberi lightning arrester. Selain itu, berada di
depan setiap transformator. Hal ini perlu karena pada petir yang
merupakan gelombang berjalan menuju ke transformator akan melihat
transformator sebagai suatu ujung terbuka (karena transformator
mempunyai isolasi terhadap gelombang pantulannya akan saling
memperkuat dengan gelombang yang datang.
Berarti transformator dapat mengalami tegangan surja dua kali besarnya
tegangan gelombang surja yang datang. Untuk mencegah terjadinya hal
ini, lightning arrester harus dipasang sedekat mungkin dengan
transformator. Hal ini perlu karena pada petir yang merupakan
gelombang berjalan menuju ke transformator akan melihat transformator
sebagai suatu ujung
bumi/tanah) sehingga gelombang pantulannya akan saling memperkuat
dengan gelombang yang datang. Lightning arrester bekerja pada
tegangan tertentu di atas tegangan operasi untuk membuang muatan
listrik dari surja petir dan berhenti beroperasi pada tegangan tertentu di
atas tegangan operasi agar tidak terjadi arus pada tegangan operasi, dan
perbandingan dua tegangan ini disebut rasio proteksi arrester.
Tingkat isolasi bahan arrester harus berada di bawah tingkat isolasi
bahan transformator agar apabila sampai terjadi flashover, maka
flashover diharapkan terjadi pada arrester dan tidak pada transformator.

49
Gambar 2. Arrester

Arrester dipakai sebagai alat proteksi utama dari tegangan lebih.. Karena
kepekaan arrester terhadap tegangan, maka pemakainya harus disesuikan
dengan tegangan sistem. Pemilihan lightning arrester dimaksudkan untuk
mendapatkan tingkat isolasi dasar yang sesuai dengan Basic Insulation
Level (BIL) peralatan yang dilindungi, sehingga didapatkan perlindungan
yang baik.

Pada pemilihan arrester ini dimisalkan tegangan impuls petir yang datang
berkekuatan 100 KV dalam waktu 0,1μs, jarak titik penyambaran dengan
transformator 5 Km.

a. Tegangan dasar arrester


Pada jaringan tegangan menengah arrester ditempatkan pada sisi tegangan
tinggi (primer) yaitu 20 KV. Tegangan dasar yang dipakai adalah 20 KV
sama seperti tegangan pada sistem. Hal ini dimaksudkan agar pada
tegangan 20 KV arrester tersebut masih tetap mampu memutuskan arus
ikutan dari sistem yang effektif.

b. Tegangan sistem tertinggi umumnya diambil harga 110% dari


harga tegangan nominal sistem. Pada arrester yang dipakai PLN
adalah :
Vmaks = 110% x 20 KV

= 22 KV, dipilih arrester dengan tegangan teraan 28 KV.


50
c. Koefisien Pentanahan
Didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan rms fasa sehat ke
tanah dalam keadaan gangguan pada tempat dimana penangkal petir.
Untuk menetukan tegangan puncak (Vrms) antar fasa dengan ground
digunakan persamaan :
Vm
Vrms =
2

22
=
2

= 15,5 KV

Dari persamaan di atas maka diperoleh persamaan untuk tegangan phasa


dengan ground pada sistem 3 phasa didapatkan persamaan :

Vrms × 2
Vm(L - G) =
3

15,5 × 2
=
3

= 12,6 KV

12,6 KV
Koefisien pentanahan =
15,5 KV

= 0,82

Keterangan :

Vm = Tegangan puncak antara phasa dengan ground (KV)

Vrms = Tegangan nominal sistem (KV)

d. Tegangan pelepasan arrester


Tegangan kerja penangkap petir akan naik dengan naiknya arus pelepasan,
tetapi kenaikan ini sangat dibatasi oleh tahanan linier dari penangkap petir.

Tegangan yang sampai pada arrester :

e
E =
K .e.x
51
400 KV
E =
0,0006 × 5 Km

= 133,3 KV

Keterangan :

I = arus pelepasan arrester (A)

e = tegangan surja yang datang (KV)

Eo = tegangan pelepasan arrester (KV)

Z = impedansi surja saluran (Ω)

R = tahanan arrester (Ω)

Harga puncak surja petir yang masuk ke pembangkit datang dari saluran
yang dibatasi oleh BIL saluran. Dengan mengingat variasi tegangan
flashover dan probabilitas tembus isolator, maka 20% untuk faktor
keamanannya, sehingga harga e adalah :

e =1,2 BIL saluran


Keterangan :
e = tegangan surja yang datang (KV)
BIL = tingkat isolasi dasar transformator (KV)

7. FUSE CUT OUT


Pengertian Fuse Cut Out (F C O)
Fuse Cut Out merupakan sebuah alat pemutus rangkaian listrik yang
berbeban pada jaringan distribusi yang bekerja dengan cara meleburkan
bagian dari komponennya (fuse link) yang telah dirancang khusus dan
disesuaikan ukurannya untuk itu.

52
Gammbar 3 Fuse Cut Off
Perlengkapan fuse ini terdiri dari sebuah rumah fuse (fuse support),
pemegang fuse (fuse holder) dan fuse link sebagai pisau pemisahnya dan
dapat diindetifikasi dengan hal-hal seperti berikut :
1. Tegangan Isolasi Dasar ( TID ) pada tingkat distribusi
2. Utamanya digunakan untuk penyulang TM dan proteksi trafo
3. Konstruksi mekanis didasarkan pemasangan pada tiang /crossarm
4. Dihubungkan ke sistim distribusi dengan batas-batas tegangan
operasinya

Prinsip kerja FCO


adalah ketika terjadi gangguan arus maka fuse pada cut out akan putus,
dan tabung ini akan lepas dari pegangan atas, dan menggantung di
udara, sehingga tidak ada arus yang mengalir ke sistem.

Adapun cara perlindungannya adalah dengan melelehkan fuse link,


sehingga dapat memisahkan antara bagian yang sehat dan yang
terganggu. Sedangkan fuse link itu sendiri adalah elemen inti dari FCO
yang terletak di dalam fuse holder dan mempunyai titik lebur tertentu.
Jika beban jaringan sesudah FCO menyentuh titik lebur tersebut, maka
fuse link akan meleleh dan akan memisahkan jaringan sebelum FCO
dengan jaringan sesudah FCO.

Pada LBS ,Fuse Cut Out ini dipasang untuk mengamankan jaringan atau
system dari arus hubung singkat pada VT . Jika terjadi
53
masalah/kerusakan pada VT sehingga FCO akan segera memutus
rangkaian listrik agar jaringan aman dari arus hubung singkat pada VT.

Klasifikasi Fuse Cut Out


Jenis-jenis fuse untuk tegangan tinggi dapat dilihat pada gambar 3
dibawah ini

Fuse cut out distribusi diklasifikasi dalam 2 macam fuse yaitu : Fuse
letupan (Expulsion Fuse) dan Fuse Liquid (Liquid Filled Fuse).
Namun pada kenyataannya dilapangan fuse cutout letupan (expulsion)
lebih banyak dipakai untuk jaringan distribusi dibanding dengan power
fuse, istilah letupan (expulsi) merupakan suatu tanda yang
dipergunakan fuse sebagai tanda adanya busur listrik yang melintas
didalam tabung fuse yang kemudian dipadamkannya.Peristiwa yang
terjadi pada bagian dalam tabung fuse ini adalah peristiwa penguraian
panas secara partial akibat busur dan timbulnya gas yang di deionisasi
pada celah busurnya sehingga busur api segera menjadi padam pada
saat arus menjadi nol.

Tekanan gas yang timbul padatabung akibat naiknya temperatur


danpembentukan gas menimbulkan terjadinyapusaran gas didalam
tabung dan inimembantu deionisasi lintasan busur api.Tekanan yang
semakin besar pada tabungmembantu proses pembukaan
rangkaian,setelah busur api padam partikel-partikelyang dionisasi akan
tertekan keluar dariujung tabung yang terbuka. Klasifikasifuse cutout
yang kedua adalah fuse cutoutliquid, fuse jenis ini tidak dikenal
diwilayah PT PLN . Namun menurutreferensi Fuse Cut Out semacam
ini dapat digunakan untuk jaringan distribusi dengansaluran kabel
udara .

Jenis-Jenis Fuse Cut Out Letupan


Ada 2 jenis fuse letupan (expulsion) yang diklasifikasi sebagai Fuse
Cut-Out (FCO) distribusi yaitu:

a. Fuse cut out bertabung fiber (Fibre tube fuse)


54
Fuse cut-out bertabung fiber mempunyai fuse link yang dapat
diganti ganti (interchangeability) dan terpasang didalam pemegang
fuse (fuse holder) berbentuk tabung yang terbuat dari bahan serat
selulosa. Fuse ini dapat dipergunakan baik untuk Fuse Cut-Out
terbuka (open fuse cut-out) atau Fuse Cut-Out tertutup (enclosed
fuse cutout), fuse cut-out terbuka dapat dilihat pada gambar 2.Pada
gambar ini terlihat fuse bertabung fiber dipasang diantara 2 (dua)
isolator dan jaringan listrik dihubungkan pada kedua ujung fuse
holdernya pada fuse cut out tertutup, tabung fuse terpasang
disebelah dalam pintu fuse cut out dan seluruh kontak listriknya
terpasangkan pada rumah fuse yang terbuat dari porselain seperti
terlihat pada gambar 3.

Kedua Fuse Cutout ini dapat dipergunakan pada jaringan-jaringan


dengan sistim delta atau jaringan dengan sistim bintang tanpa
pentanahan demikian juga pada jaringan - jaringan yang
menggunakan sistim netral ditanahkan apabila tegangan pemutusan
fuse cutout secara individual tidak melebihi tegangan maksimum
pengenal rancangan dan tahanan isolasi ketanah sesuai dengan
kebutuhan operasinya.

Gambar 5. Fuse Cut out terbuka

55
Gambar 6. Fuse Cut Out Tertutup

b. Fuse Cut-Out Link Terbuka (Open Link)


Fuse cut out link terbuka terdiri dari sebuah fuse link yang
tertutup di dalam sebuah tabung fiber yang relative kecil dengan
dilengkapi kabel penghubung tambahan pada fuse link-nya untuk
memperpanjang kedua ujung tabungnya. Terlihat pada gambar 4:

Gambar7. Fuse Cut out tipe Open Link

Kabel penghubung tambahan ini kemudian dihubungkan ke pegas


kontak beban pada rumah fuse (fuse support) untuk kerja secara
mekanik. Kerja pegas ini dimaksudkan untuk menjamin
pemisahan agar kedua ujung dari fuse terbuka pada saat fuse
bekerja dan ini dipakai karena kemampuan pemutusan pada
tabung fiber yang kecil relative terbatas. Fuse cut out ini
56
dirancang untuk dipakai pada tegangan 17 kV, selain itu fuse ini
mempunyai arus pengenal pemutusan yang lebih rendah dari
pada fuse cut out bertabung fiber.

Untuk merancang jaringan distribusi 20 kV perlu dilakukan


pengumpulan data yang terdiri dari data survey, data sistem.
Fungsi utama survei adalah menentukan rute atau lintasan
optimal konstruksi jaringan yang akan dipasang. Kriteria utama
survei adalah:
a. Lintasan konstruksi jaringan diusahakan merupakan garis
lurus.
b. Permukaan tanah dipilih antara satu titik ke titik lainnya
mempunyai ketinggian yang sama
c. Lintasan atau penggalian memperhatikan rencana
pengembangan wilayahatau jaring distribusi dikemudian hari.
d. Bila jaringan melintasi dari kontruksi (bangunan, pohon,
sunagi jalan) perhatikan jarak aman yang dipersyaratkan.

Cara menentukan ukuran fuse


Ukuran Fuse
Sebelum menentukan ukuran fuse,syarat pertama yang harus
diketahui adalah ukuran daya (Watt) dari beban yang akan
dipasang. Jika sudah diketahui daya yang akan dipasang
kemudian dilanjutkan dengan mencari arus yang akan diserap
oleh beban menggunakan metode Power Triangle. Metode Power
Triangle ini menunjukkan bagaimana hubungan antara
power(W),voltage(U),dan current(I).Caranya adalah dengan
menutupi unit yang akan dicari menggunakan jari.maka ukuran
fuse (rated current) harus dua kali dari arus yang akan
melewatinya pada saat operasi normal.Titik putus (Breakpoint)
suatu fuse akan terjadi apabila arus yang melewatinya 35% lebih
besar daripada rated current. Breakpoint inilah yang akan
digunakan sebagai dasar untuk menentukan ukuran kabel yang
57
akan digunakan. Fuse breakpoint (Ampere) = 1,35 x rated
current (Ampere)

Contoh:
Beban yang akan dipasang pada suatu unit adalah 260 W, maka:
1. Beban yang digunakan 260 W,
maka arus yang akan diserap adalah: 260 W/24 V = 10,8 A 2.
Ukuran dari fuse adalah (rated current): 10,8 A x 2 = 21,6 A 3.
Maka ukuran fuse adalah 25 A (ukuran fuse diambil satu tingkat
diatas rated current)

Ukuran kabel
Ukuran kabel yang digunakan dalam perhitungan ini adalah
ukuran Sectional Area dari suatu kabel. Sectional area adalah
luasan dari konduktor yang ada pada kabel apabila kabel dipotong
dan dilihat dari depan yang mempunyai satuan milimeter persegi
(mm2).

Sectional area
Menentukan ukuran sectional area dari kabel ditentukan oleh
beberapa hal, yaitu:
1. Fuse breakpoint,
2. Panjang kabel dalam satuan meter (mulai dari sumber
tegangan hingga bertemu dengan earthing point),
3. Drop tegangan yang diijinkan,
4. Panas yang timbul pada kabel

Pada penentuan ukuran sectional area ini digunakan Nomogram


24 V dengan memperhatikan ukuran fuse (skala sebelah kiri) dan
panjang kabel dalam meter (skala sebelah kanan). Ukuran
sectional area pada suatu kabel akan ditemukan secara tepat
58
dengan mengambil nilai dari skala dengan memperhatikan kepada
5% drop tegangan pada kabel (2,5% drop tegangan pada sirkuit
alternator) atau panas yang timbul pada kabel (oC). Pilih ukuran
sectional area yang paling besar diantara keduanya.

Urutan kerjanya adalah sebagai berikut:


1. Hitung ukuran dari fuse (A)
2. Ukur panjang kabel yang digunakan (m)
3. Masukkan ukuran pada nomogram, tarik garis dan baca
hasilnya.

Contoh: Beban yang akan dipasang sebesar 260 W dan panjang


kabel adalah 4 meter.

Dari perhitungan sebelumnya didapatkan ukuran fuse adalah 25


A, maka:
1. Ukuran fuse: 25 A x 1,35 = 33,75 A
2. Panjang kabel: 4 m
3. Gambarlah sebuah garis pada titik 34A di skala sebelah kiri
kearah kanan menuju skala sebelah kanan pada titik 4 m.

Garis ini akan memotong skala oC dan mm2. Untuk skala oC,
ukuran sectional area yang dibutuhkan adalah 2,5 mm2.Untuk
skala mm2, ukuran sectional area yang dibutuhkan adalah 4,0
mm2.. Diantara dua pilihan tersebut, pilihlah yang paling besar
ukuran sectional area-nya.

Kesimpulannya adalah untuk beban yang dipasang dengan daya


260 W, tegangan sebesar 24 V,fuse yang dipasang adalah 25A
dan kabel yang digunakan untuk jarak 4 m adalah kabel yang
mempunyai ukuran sectional area sebesar 4,0 mm2.

Cara Memilih NT Fuse atau NH Fuse yang Sesuai


Apa itu NH Fuse atau NT Fuse?

59
NT Fuse atau NH Fuse adalah alat listrik yang digunakan sebagai
pengaman pada rangkaian listrik. NT Fuse/ NH Fuse berfungsi
untuk memutuskan arus apabila dilewati arus berlebih, sehingga
tidak merusak alat listrik atau mesin yang terpasang. NT Fuse /
NH Fuse bekerja pada listrik tegangan rendah hingga 630 Volt.
NH Fuse / NT Fuse merupakan fuse sakali pakai, dimana apabila
sudah terputus, tidak bisa dipakai lagi dan perlu diganti dengan
fuse baru yang memiliki karakteristik sama.

Cara Memilih NT Fuse / NH Fuse dan Holder Fuse.


NT Fuse / NH Fuse terdiri dari tabung keramik berbentuk kotak
dengan batangan metal / blade terminal di kedua ujungnya. NT
Fuse / NH Fuse memiliki beragam ukuran size dan rating ampere
yang berbeda.
Berdasarkan dimensi fisiknya, NT Fuse / NH Fuse dibagi menjadi
6 size ukuran :
Ukuran Size Estimasi Dimensi (PxLxT)
Size 00 80 x 28 x 57 mm
Size 0 125 x 37 x 56 mm
Size 1 129 x 46 x 62 mm
Size 2 151 x 56 x 70 mm
Size 3 147 x 65 x 85 mm
Size 4 204 x 82 x 108 mm

Pembagian NH Fuse / NT Fuse berdasarkan rating ampere:


Ukuran Size Pilihan Rating Ampere
Size 00 16 Ampere s/d 160 Ampere
Size 0 35 Ampere s/d 160 Ampere
Size 1 50 Ampere s/d 250 Ampere
Size 2 250 Ampere s/d 400 Ampere
Size 3 425 Ampere s/d 630 Ampere
Size 4 800 Ampere s/d 1250 Ampere

Pada saat membeli NT fuse/NH Fuse, kita perlu menentukan


ukuran size dan rating ampere yang diperlukan. Contoh: Apabila
kita akan menggunakan NH Fuse / NT Fuse dengan rating 160
Ampere, maka kita dapat memilih size NH Fuse/NT Fuse size 00 -
160A, size 0 - 160A atau size 1 - 160A, sesuai dengan ruangan
yang tersedia pada tempat pemasangannya.

60
Pilih NH Fuse yang terbuat dari material keramik yang baik dan
blade terminal yang baik untuk pengamanan yang optimal. Material
keramik yang baik (berwarna kecoklatan), memiliki daya tahan
terhadap suhu panas yang lebih baik, sehingga lebih tahan lama.
Demikian juga dengan blade terminal yang baik, akan membuat
posisi dudukan lebih kuat dan aman pada saat pemasangan.

Holder fuse atau fuse base berfungsi sebagai kaki dudukan untuk
NT Fuse / NH Fuse yang akan dipasang. Ukuran size NH Fuse /
NT Fuse holder atau fuse base, ditentukan berdasarkan ukuran
NT/NH Fuse yang digunakan. Contoh: Untuk memasang NT Fuse /
NH Fuse size 00, perlu menggunakan fuse holder dudukan size 00
juga. Holder NT Fuse / NH Fuse juga dapat dipilih berdasarkan
material fuse base holder tersebut. Pilihan Fuse base holder yang
umum digunakan adalah fuse holder metal, fuse holder keramik
atau dapat juga menggunakan fuse rail dan fuse rail disconnect.

Cara Memasang NT Fuse / NH Fuse.

Pada saat perakitan, blade terminal dipasang pada NH/NT fuse


Holder. Untuk memasang dan melepas NT Fuse / NH Fuse dengan
fuse base dudukannya, dapat menggunakan Fuse Puller. Fuse puller
ini memiliki ukuran universal, yang dapat digunakan untuk NT
Fuse/NH Fuse size 00 hingga size 4. NT Fuse / NH Fuse cocok
untuk dipasang pada perakitan berbagai jenis panel listrik, PHB
Trafo listrik, dan gardu listrik tiang.

f. Forum Diskusi
Buatlah sebuah makalah yang bertemakan penentuan kapasitas arrester,
jelaskan dengan runtut kegiatan yang benar, selamat berdiskusi!

5. PENUTUP
61
1. Rangkuman
Secara umum sistem proteksi ialah cara untuk mencegah atau membatasi
kerusakan peralatan terhadap gangguan, sehingga kelangsungan penyaluran
tenaga listrik dapat di pertahankan. Sistem proteksi tenaga listrik merupakan
sistem pengaman pada peralatan peralatan yang terpasang pada sistem tenaga
listrik, seperti generator, busbar, transformator, saluran udara tegangan tinggi,
saluran kabel bawah tanah, dan lain sebagainya terhadap kondisi abnormal
operasi sistem tenaga listrik tersebut.
Jenis gangguan : gangguan hubung singkat, gangguan beban lebih, gangguan
tegangan lebih. Kriteria sistem proteksi kepekaan (sensitivity), keandalan
(reliability), kecepatan (speed),selektifitas (selectivity).
Daerah sistem proteksi 1 = zone generator 2 = Zone Transformator Step-Up 3
= Zone Busbar 6 = Zone Beban 4 = Zone Transmisi 5 = Zone Transformator
Step-Down 6 = Zone Beban

2. Tes Formatif
1. ………. merupakan jaringan yang berfungsi untuk menyalurkan energi
listrik dari gardu induk ke gardu induk lain maupun dari gardu induk ke
pelanggan/beban.
a. Sistem Proteksi
b. Sistem Proteksi Jaringan
c. Jaringan Distribusi
d. Jaringan dan Proteksi Jaringan
e. Jaringan Transmisi

2. Sistem proteksi tenaga listrik merupakan ……… pada peralatan


peralatan yang terpasang pada sistem tenaga listrik, seperti generator,
busbar, transformator.
a. Sistem Pengaman
b. Sistem Proteksi Jaringan
c. Jaringan Distribusi
d. Jaringan dan Proteksi Jaringan
e. Jaringan Transmisi

3. Nomer 4 pada gambar adalah ……

62
a. Zone Generator
b. Zone Transformator Step-Up
c. Zone Busbar
d. Zone Beban
e. Zone Transmisi

4. Nomer 1 dan 6 pada gambar adalah ……

a. Zone Generator dan Zone Transformator Step-Up


b. Zone Transformator Step-Up dan Zone Busbar
c. Zone Busbar dan Zone Beban
d. Zone Beban dan Zone Beban
e. Zone Generator dan Zone Beban

5. ………….berfungsi menangkal gelombang berjalan dari petir yang akan


masuk ke instalasi pusat pembangkit gelombang berjalan dari petir yang
akan masuk ke instalasi pusat pembangkit listrik.
a. Generator
b. Transformator
c. Busbar
d. Beban
e. Lightning Arrester

63
6. Pemilihan lightning arrester dimaksudkan untuk mendapatkan tingkat
isolasi dasar yang sesuai dengan BIL. BIL singkatan dari.......
a. Basic Instalasi Listrik
b. Based Instalasi Listrik
c. Basic Insulation Level
d. Based Insulation Level
e. Basic Instalasi Level

7. Tegangan sistem tertinggi umumnya diambil harga dari harga tegangan


nominal sistem.
a. 110%
b. 100%
c. 80%
d. 60%
e. 40%
8. Fuse Cut Out merupakan sebuah alat pemutus rangkaian listrik yang
berbeban pada jaringan distribusi yang bekerja dengan
cara……………yang telah dirancang khusus dan disesuaikan ukurannya
untuk itu.
a. Meleburkan FCO
b. Meleburkan sedikit komponen utama
c. Menaikan Tegangan Maksimal
d. Meleburkan bagian dari komponennya (fuse link)
e. meleburkan bagian dari komponennya utama

9. ………..ketika terjadi gangguan arus maka fuse pada cut out akan putus,
dan tabung ini akan lepas dari pegangan atas, dan menggantung di udara,
sehingga tidak ada arus yang mengalir ke sistem.
a. Prinsip Kerja FCO
b. Tegangan Dasar
c. Tegangan Maksimal
d. Tegangan Pelepasan Arester
e. Tegangan Arester

10. Perbandingan antara tegangan rms fasa sehat ke tanah dalam keadaan
gangguan pada tempat dimana penangkal petir disebut…..
a. Tegangan Dasar
b. Koefisien Pentanahan
c. Tegangan Maksimal
d. Tegangan Pelepasan Arester
e. Tegangan Arester

64
Daftar Pustaka
Djiteng Marsudi. (2011). Pembangkitan Energi Listrik. Penerbit Erlangga.

Suswanto,Daman . 2009. Sistem Distribbusi Tenaga Listrik. Padang.

Suhadi, Dkk. 2008. Teknik Distribusi Tenaga Listrik Jilid 3. Jakarta

Tobing, Bonggas L. (2003). Peralatan Tegangan Tinggi. Gramedia Pustaka


Utama

Wibowo, Sigi Syah. (2018). Analisa Sistem Tenaga. Polinema Press

http://dunialistrikelektron.blogspot.com/2015/04/prinsip-kerja-fuse-cut-out-
fco.html

65
66
No. Kode: DAR 2/Profesional/413/Nomor Modul--/2019
Pendalaman Materi
Teknik Ketenagalistrikan

Modul 2
Peralatan Gardu Induk

Oleh:
Nevi Faradina, S.T, M.T

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


2019
A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Dalam kegiatan pembelajaran ini diuraikan mengenai gardu induk,
fungsinya dan juga peralatan-peralatan gardu induk. Peralatan Gardu
induk mulai dari yang berada dari dekat pembangkit sampai peralatan
yang mendukungnya sampai ke konsumen. Termasuk juga penjelasan
mengenai peralatan penghubung dan fasilitas-fasilitas pendukung
lainnya. Selain itu juga dijelaskan berbagai jenis gardu induk yang ada,
dapat dilihat dari posisi gardu induk, dari tegangan yang dihasilkan, dari
fungsinya, dan dari isolasi yang digunakan.

2. Relevansi
Dengan mempelajari modul ini, peserta diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan penguasaan materi
mengenai gardu listrik serta peralatan–peralatan penyokongnya dalam
mengaliri listrik dari gardu induk sampai ke konsumen.

3. Petunjuk Belajar
1) Dengan uraian yang ringkas, jelas dan bahasa yang mudah
dimengerti, dengan membaca modul ini diharapkan siswa dapat
belajar mandiri tentang peralatan gardu induk.
2) Kegiatan belajar ini dikembangkan berdasarkan teori dasar yang
ditemukan ke beberapa contoh penerapan dalam kehidupan
sehari – hari
3) Apabila setelah selesai silahkan dikerjakan tes formatifnya
untuk mengukur seberapa besar pemahaman terhadap materi
dalam kegiatan pembelajaran ini.

B. INTI
1. Capaian Pembelajaran (CPBS)

68
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan peserta mampu menguasai
teori dan aplikasi materi bidang studi ketenagalistrikan yang mencakup:
(1) pembangkit tenaga listrik, (2) jaringan tenaga listrik, (3) instalasi
tenaga listrik, (4) teknik otomasi industri, (5) teknik pendingin dan tata
udara, dan (6) teknik tenaga listrik, termasuk advance materials secara
bermakna yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa”
(filosofi), dan “bagaimana” (penerapan) dalam kehidupan sehari-hari;
yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi),
dan “bagaimana” (penerapan dalam kehidupan sehari-hari) sehingga
dapat membimbing peserta didik SMK mencapai kompetensi keahlian
yang dibutuhkan DUDI.

2. Sub Capaian Pembelajaran (CPMK)


Menganalisis konsep esensial materi peralatan gardu induk dan
aplikasinya dalam pembelajaran ketenagalistrikan

3. Bahan Kajian
Peralatan gardu induk dan aplikasinya dalam pembelajaran
ketenagalistrikan

Sub Bahan Kajian


Kegiatan Belajar peralatan gardu induk.

4. Indikator esensial
a. Disajikan gambar diagram satu garis gardu induk peserta dapat
menganalisis jenis GI yang ada.
b. Peserta dapat menghitung rugi-rugi daya pada saluran transmisi
gardu induk

69
5. Uraian Materi
A. Pengertian dan Fungsi Gardu Induk
Gardu Induk merupakan suatu instalasi yang merupakan bagian dari
sistem tenaga listrik, terdiri dari susunan sejumlah peralatan yang
menempati daerah tertentu yang berfungsi menerima dan
menyalurkan daya listrik serta menjamin keandalan sistem
penyaluran tenaga listrik.
Adapun fungsi dari Gardu Induk adalah sebagai berikut:
a. Mentransformasikan tegangan (penaik atau penurun tegangan) :
i. Dari tegangan ekstra tinggi ke tegangan tinggi (500
KV/150 KV).
ii. Dari tegangan tinggi ke tegangan yang lebih rendah (150
KV/ 70 KV).
iii. Dari tegangan tinggi ke tegangan menengah (150 KV/ 20
KV, 70 KV/20 KV).
iv. Dengan frekuensi tetap (di Indonesia 50 Hertz).
b. Pengukuran pengawasan operasi serta pengaturan pengamanan
dari sistem tenaga listrik.
c. Untuk mengatur aliran daya listrik dari saluran transmisi ke
saluran transmisi lainnya yang kemudian didistribusikan ke
konsumen.

Untuk penyaluran listrik membutuhkan tegangan yang besar agar


tidak terjadi rugi daya, sedangkan pembangkitan hanya bisa
membangkitkan listrik sekitar 6 – 20 kV dan itu harus dinaikkan
oleh Gardu Induk agar tidak habis (drop) dalam perjalanannya.
Setelah melalui penyaluran dengan tegangan tinggi pada sisi
transmisi, tegangan harus diturunkan kembali pada tegangan standar
yang bisa dipakai oleh konsumen untuk dapat dipakai oleh
pelanggan. Di sekitar pembangkit tenaga listrik terdapat gardu
induk step up, sedang di dekat pusat beban terdapat gardu induk
70
step down. Karena inilah gardu induk dapat dianalogikan layaknya
sebuah stasiun dalam transportasi listrik, maka itu gardu induk juga
disebut dengan istilah substation.

B. Jenis-Jenis Gardu Induk


Gardu induk bisa dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:
1. Menurut Pemasangan Peralatan
Berdasarkan Pemasangan peralatan, Gardu induk dapat
dibedakan menjadi 4 macam yaitu:
a. Gardu Induk Pasang Luar (out door substation)
Gardu induk yang hampir semua peralatannya berada diluar
gedung atau ruang terbuka, kecuali komponen kontrol, sistem
proteksi dan sistem kendali. Gardu jenis ini acap kali disebut
dengan gardu konvensional, Gardu induk jenis ini memerlukan
tanah yang begitu luas namun biaya kontruksinya lebih murah
dan pendinginannya murah. Dan sebagian besar outdoor
substation ini ditemukan di gardu Indonesia.

Gambar 3.1 Gardu induk pasang luar


Sumber:https://www.watelectrical.com/types-of-electrical-substations-and-functions

b. Gardu Induk Pasangan Dalam


Disebut Gardu induk pasangan dalam karena sebagian besar
peralatannya (switchgear, busbar, isolator, komponen kontrol,
cubicle) berada dalam suatu bangunan. Sedangkan transformator

71
daya, pada umumnya dipasang di luar gedung. Gardu jenis ini
juga disebut dengan Gas Insutaled Substation (GIS). Umumnya
gardu ini dibangun didaerah padat pemukiman.

Gambar 3.2 Gardu induk pasangan dalam


Sumber:https://www.watelectrical.com/types-of-electrical-substations-and-
functions

c. Gardu Induk Setengah Pasangan Luar


Sebagian dari peralatan tegangan tingginya terpasang di
dalam gedung dan yang lainnya dipasang diluar dengan
mempertimbangkan situasi dan kondisi lingkungan. Karena
konstruksi yang berimbang antara pasangan dalam dengan
pasangan luar inilah tipe gardu induk ini disebut juga gardu
induk semi pasangan dalam.

d. Gardu Induk Pasangan Bawah Tanah


Hampir semua peralatanya terpasang dalam bangunan bawah
tanah. Hanya alat pendinginan biasanya berada diatas tanah,
dan peralatanperalatan yang tidak memungkinkan untuk
ditempatkan di bangunan bawah tanah. Biasanya di bagian
kota yang sangat ramai, dijalan-jalan pertokoan dan dijalan-

72
jalan dengan gedung bertingkat tinggi. Kebanyakan gardu
induk ini dibangun dibawah jalan raya.

Gambar 3.3 Gardu induk pasangan bawah tanah


Sumber:https://www.watelectrical.com/types-of-electrical-substations-and-functions

2. Menurut Besaran Tegangannya:


a. Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) 275 KV, 500
KV.
b. Gardu Induk Tegangan Tinggi (GITT) 150 KV dan 70 KV.

3. Menurut Fungsinya:
a. Gardu Induk Penaik Tegangan
Adalah gardu induk yang berfungsi untuk menaikkan
tegangan, yaitu tegangan pembangkit (generator) dinaikkan
menjadi tegangan sistem. Gardu Induk ini berada di lokasi
pembangkit tenaga listrik. Karena output voltage yang
dihasilkan pembangkit listrik kecil dan harus disalurkan pada
jarak yang jauh, maka dengan pertimbangan efisiensi,
tegangannya dinaikkan menjadi tegangan ekstra tinggi atau
tegangan tinggi.

b. Gardu Induk Penurun Tegangan

73
Adalah gardu induk yang berfungsi untuk menurunkan
tegangan, dari tegangan tinggi menjadi tegangan tinggi yang
lebih rendah dan menengah atau tegangan distribusi. Gardu
induk terletak di daerah pusat-pusat beban, karena di gardu
induk inilah pelanggan (beban) dilayani.

c. Gardu Induk Pengatur Tegangan


Pada umumnya gardu induk jenis ini terletak jauh dari
pembangkit tenaga listrik. Karena listrik disalurkan sangat jauh,
maka terjadi tegangan jatuh (voltage drop) transmisi yang cukup
besar. Oleh karena diperlukan alat penaik tegangan, seperti bank
capasitor, sehingga tegangan kembali dalam keadaan normal.

d. Gardu Induk Pengatur Beban


Berfungsi untuk mengatur beban. Pada gardu induk ini
terpasang beban motor, yang pada saat tertentu menjadi
pembangkit tenaga listrik, motor berubah menjadi generator dan
suatu saat generator menjadi motor atau menjadi beban, dengan
generator berubah menjadi motor yang memompakan air
kembali ke kolam utama.

e. Gardu Induk Distribusi


Gardu induk yang menyalurkan tenaga listrik dari tegangan
sistem ke tegangan distribusi. Gardu induk ini terletak di dekat
pusat-pusat beban.

4. Menurut isolasi yang digunakan


a. Gardu Induk yang menggunakan isolasi udara:
Adalah gardu induk yang menggunakan isolasi udara antara
bagian yang bertegangan yang satu dengan bagian yang
bertegangan lainnya. Gardu induk ini berupa gardu induk
74
konvensional memerlukan tempat terbuka dan kesediaan lahan
yang cukup luas.

Gambar 3.4 Gardu induk yang menggunakan isolasi udara


Sumber: http://engineering.electrical-equipment.org/others/gas-insulated-vs-air-
insulated-substations

b. Gardu Induk yang menggunakan isolasi gas SF 6


Gardu induk yang menggunakan gas SF 6 sebagai isolasi
antara bagian yang bertegangan yang satu dengan bagian lain
yang bertegangan, maupun antara bagian yang bertegangan
dengan bagian yang tidak bertegangan. Gardu induk ini disebut
Gas Insulated Substation atau Gas Insulated Switchgear (GIS),
yang memerlukan tempat yang sempit.

Gambar 3.5 Gardu induk yang menggunakan isolasi gas SF6


75
Sumber: https://electrical-engineering-portal.com/gas-insulated-substation-gis-vs-
ais

5. Menurut sistem rel (busbar).


Rel (busbar) merupakan titik hubungan pertemuan (connecting)
antara transformator daya, SUTT/ SKTT dengan komponen
listrik lainnya, untuk menerima dan menyalurkan tenaga listrik.
Berdasarkan sistem rel (busbar), gardu induk dibagi menjadi
beberapa jenis, sebagaimana tersebut di bawah ini:

a. Gardu Induk sistem ring busbar


Adalah gardu induk yang busbarnya berbentuk ring. Pada
gardu induk jenis ini, semua rel (busbar) yang ada, tersambung
(terhubung) satu dengan lainnya dan membentuk ring (cincin).

b. Gardu Induk sistem single busbar


Adalah gardu induk yang mempunyai satu (single) busbar.
Pada umumnya gardu dengan sistem ini adalah gardu induk
yang berada pada ujung (akhir) dari suatu sistem transmisi.
Single line diagram gardu sistem single busbar, lihat gambar 3.6
di bawah.

Gambar 3.6. Single line diagram gardu induk single busbar


Sumber: http://switchyard-electric.blogspot.com/2011/04/konsep-dasar-
gardu-induk.html

c. Gardu Induk sistem double busbar


76
Adalah gardu induk yang mempunyai dua (double) busbar.
Gardu induk sistem double busbar sangat efektif untuk
mengurangi terjadinya pemadaman beban, khususnya pada saat
melakukan perubahan sistem (manuver sistem). Jenis gardu
induk ini pada umumnya yang banyak digunakan. Single line
diagram gardu induk sistem busbar ganda (double busbar), lihat
gambar 3.7 di bawah.

Gambar 3.7 Single line diagram gardu induk sistem double busbar
Sumber: http://switchyard-electric.blogspot.com/2011/04/konsep-dasar-
gardu-induk.html

d. Gardu Induk sistem satu setengah (on half) busbar.


Adalah gardu induk yang mempunyai dua (double) busbar.
Pada umumnya gardu induk jenis ini dipasang pada gardu induk
di pembangkit tenaga listrik atau gardu induk yang berkapasitas
besar. Dalam segi operasional, gardu induk ini sangat efektif,
karena dapat mengurangi pemadaman beban pada saat
dilakukan perubahan sistem (manuver system). Sistem ini
menggunakan 3 buah PMT dalam satu diagonal yang terpasang

77
secara deret (seri). Single line diagram, dapat dilihat pada
gambar 3.8 dibawah.

Gambar 3.8 Single line diagram gardu induk setengah busbar


Sumber: http://switchyard-electric.blogspot.com/2011/04/konsep-dasar-
gardu-induk.html

Simbol-simbol yang mewakilkan bentuk dan fungsi peralatan


gardu induk ditunjukkan pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Simbol-simbol yang mewakilkan bentuk dan fungsi
peralatan gardu induk
No. Simbol Keterangan
1. Pemutus Tenaga (PMT) berfungsi
sebagai alat untuk memutus dan
menyambung arus beban baik pada
kondisi normal maupun gangguan.

2. Pemisah (PMS) berfungsi sebagai


alat untuk memisahkan peralatan
dari tegangan. Terdiri dari pemisah
tegangan (PMS REL & PMS Line)
dan pemisah pentanahan.

78
3. Transformator Tenaga adalah
Transformator yang berfungsi
untuk menyalurkan tenaga listrik
dari tegangan tinggi ke tegangan
rendah atau sebaliknya.
4. Transformator Arus (CT) adalah
transformator instrument yang
berfungsi untuk merubah arus
besar menjadi arus kecil sehingga
dapat diukur dengan Amper meter.
5. Transformator Tegangan/Potensial
(PT) adalah transformator
instrument yang berfungsi untuk
merubah tegangan tinggi menjadi
tegangan rendah sehingga dapat
diukur dengan Volt meter.
6. Netral Grounding Resistor (NGR)
adalah alat bantu untuk pengaman
peralatan transformator tenaga, bila
terjadi hubung singkat pada sistem
sekunder.
7. Vektor group adalah hubungan
kumparan tiga fasa sisi primer,
sekunder dan tertier yang
dijelaskan dengan angka pada jam.

C. Peralatan Gardu Induk


1. Transformator
a. Transformator Daya

79
Alat ini berfungsi untuk mentrasformasikan daya listrik, dengan
merubah tegangannya.

Gambar 1.9 Transformator Daya

Sumber: studylibid.com

Transformator dipakai untuk menurunkan atau menaikkan


tegangan. Di pusat pembangkit, ia menaikkan tegangan dan di
pusat beban ia menurunkan tegangan. Transformator yang
digunakan adalah transformator tiga fasa karena sangat
menguntungkan. Jika transformator 3-fasa dibandingkan dengan 3
buah transformator 1-fasa yang kapasitasnya sama, maka ternyata
bahwa berat transforemator 3-fasa kira-kira 80 % dari berat
transformator 1-fasa. Transformator 3-fasa juga lebih
menguntungkan dalah hal pondasi, pengawatan (wiring) dan ruang
yang diperlukan. Pada sekarang ini transformator 3-fasalah banyak
dipasang. Untuk klas 500 kV, transformator 1-fasa yang dipakai
karena sulitnya pengangkutan. Untuk menanggulangi masalah
pengangkutan dipakai transformator 3-fasa khusus, yang dapat
diangkut dalam 1-fasa dan yang kemudian dihubungkan menjadi 3-
fasa di dalam minyak, dengan busingnya dipasang di tempat.
Hubungan transformator dikenal dengan hubungan bintang-
bintang (Y – Y), bintang-segitiga (Y-Δ) atau segitiga bintang (Δ-
Y). Untuk mengatur/mengubah tegangan maka pada transformator
dilengkapi dengan Pengubah tap berbeban, dimana pada salah satu
80
atau kedua sisi lilitan transformator tadi dibuat tap (penyadap) dan
perbandingan transformasinya diubah oleh pengubah tap berbeban
atau dengan memasang mengaturtegangan berbeban secara seri dan
terpisah dari transformator utama. Keduanya mempunyai
mekanisme yang dapat mengubah tap dalam keadaan transformator
berbeban.

Bagian-bagian utama transformator:


i. Inti Besi
Inti besi berfungsi untuk mempermudah jalan fluksi, yang
ditimbulkan oleh arus listrik yang melalui kumparan. Pada
transformator, inti besi trafo tidak dibuat berbentuk besi tunggal,
tetapi dibuat dari pelat besi yang berlapis – lapis. Bentuk lapisan
pelat besi pada inti trafo dapat dilihat seperti pada gambar 3.10
berikut ini.

Gambar 3.10 Inti besi


Sumber: https://djukarna.wordpress.com/2013/10/21/transformator/

Inti besi dibuat dari lempengan-lempengan besi tipis yang


berisolasi, untuk mengurangi panas (sebagai rugi-rugi besi) yang
ditimbulkan oleh “Eddy Current”. Kerugian karena Eddy current
disebabkan oleh aliran sirkulasi arus yang menginduksi logam.
Ini disebabkan oleh aliran fluk magnetik disekitar inti besi.
Karena inti besi trafo terbuat dari konduktor (umumnya besi

81
lunak), maka arus Eddy yang menginduksi inti besi akan
semakin besar. Eddy current dapat menyebabkan kerugian daya
pada sebuah trafo karena pada saat terjadi induksi arus listrik
pada inti besi, maka sejumlah energi listrik akan diubah menjadi
panas.
Untuk mengurangi arus Eddy, maka inti besi trafo dibuat
berlapis-lapis, tujuannya untuk memecah induksi arus Eddy
yang terbentuk di dalam inti besi. Perbedaan induksi arus Eddy
di dalam inti besi tunggal dengan inti besi berlapis dapat dilihat
pada gambar 3.11 berikut ini.

Gambar 3.11 Arus Eddy pada inti besi


Sumber: https://djukarna.wordpress.com/2013/10/21/transformator/

ii. Kumparan

Beberapa lilitan kawat berisolasi akan membentuk suatu


kumparan. Kumparan tersebut di-isolasi, baik terhadap inti besi
maupun terhadap kumparan lain disebelahnya dengan isolasi
padat, seperti karton, pertinax.

82
Gambar 3.12 Kumparan
Sumber: https://www.wikikomponen.com

iii. Minyak Transformator

Sebagian besar transformator tenaga, kumparan-kumparan


dan intinya direndam dalam minyak transformator, terutama
transformator-transformator tenaga yang berkapasitas besar, karena
minyak transformator mempunyai sifat sebagai media pemindah
panas (di sirkulasi), dan bersifat sebagai isolasi (daya tegangan
tembus tinggi), sehingga minyak transformator tersebut berfungsi
sebagai media pendingin dan isolasi.

iv. Tangki
Pada umumnya bagian-bagian dari transformator yang
terendam minyak transformator berada (ditempatkan) dalam
tangki. Untuk menampung pemuaian minyak transformator, tangki
dilengkapi dengan konservator.

Gambar 3.13 Tangki


Sumber: https://www.wikikomponen.com

v. Bushing Transformator
Bushing merupakan sarana penghubung antara belitan
dengan jaringan luar. Bushing terdiri dari sebuah konduktor
yang diselubungi oleh isolator. Isolator tersebut berfungsi
sebagai penyekat antara konduktor bushing dengan body main
tank transformator.

83
Gambar 3.14 Bushing Transformator

Sumber: https://www.transformers-magazine.com/component/k2/4945-transformer-
bushings-and-oil-leaks.html

b. Neutral Grounding Resistance (NGR)


Untuk mengontrol besarnya arus gangguan yang mengalir dari
sisi neutral ke tanah dilakukan metoda pentanahan yang dinamakan
dengan Neutral Grounding Resistance (NGR). NGR adalah sebuah
tahanan yang dipasang serial dengan neutral sekunder pada
transformator sebelum terhubung ke ground/tanah.

Gambar 3.15 Neutral Grounding Resistance


https://megaresistors.com

c. Current Transformator (CT)


Transformator arus atau CT adalah alat listrik yang digunakan
untuk melakukan pengukuran besaran arus pada intalasi tenaga
listrik disisi primer (TET, TT dan TM) yang berskala besar dengan

84
melakukan transformasi dari besaran arus yang besar menjadi
besaran arus yang kecil agar dapat dibaca oleh panel metering atau
alat ukur yang terhubung keperluan pengukuran dan proteksi. CT
banyak digunakan dalam pemasangan panel metering seperti pada
KWH meter.

Gambar 3.16 Current Transformator


Sumber: http://blog.umy.ac.id/dhibud/2012/06/27/trafo-arus/

d. Potential Transformer (PT)


Transformator Tegangan/Potensial Transformer (PT) adalah
transformator yang berfungsi untuk merubah tegangan tinggi
menjadi tegangan rendah sehingga dapat diukur dengan Volt meter.

Gambar 3.17 Transformator Tegangan

85
Sumber: https://www.electrical4u.com/voltage-transformer-or-potential-
transformer-theory/
e. Transformator Bantu (Auxiliary Transformator)
Transformator yang digunakan untuk membantu beroperasinya
secara keseluruhan gardu induk tersebut. Merupakan pasokan
utama untuk alat-alat bantu seperti motor-motor listrik 3 fasa yang
digunakan pada motor pompa sirkulasi minyak transformator
beserta motor motor kipas pendingin. Yang paling penting adalah
sebagai pemasok utama sumber tenaga cadangan seperti sumber
DC, dimana sumber DC ini merupakan sumber utama jika terjadi
gangguan dan sebagai pasokan tenaga untuk proteksi sehingga
proteksi tetap bekerja walaupun tidak ada pasokan arus AC.
Transformator bantu sering disebut sebagai transformator
pemakaian sendiri sebab selain fungsi utama diatas, juga
digunakan untuk penerangan, sumber untuk sistim sirkulasi pada
ruang baterai, sumber pengggerak mesin pendingin (Air
Conditioner) karena beberapa proteksi yang menggunakan
elektronika/digital diperlukan temperatur ruangan dengan
temperatur antara 20ºC -28ºC.

Gambar 3.18 Transformator Bantu

86
Sumber:http://www.istpower.com/products-applications/earthing-earthing-auxiliary-
transformers/

Untuk mengopimalkan pembagian sumber tenaga dari


transformator bantu adalah pembagian beban yang masing-masing
mempunyai proteksi sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.
Juga diperlukan pembagi sumber DC untuk kesetiap fungsi dan
bay yang menggunakan sumber DC sebagai penggerak utamanya.
Untuk itu disetiap gardu induk tersedia panel distribusi AC dan
DC.

2. Alat Pengubah Fasa


Alat pengubah fasa dipakai untuk mengatur jatuh tegangan pada
saluran atau transformator dengan mengatur daya reaktip, atau untuk
menurunkan rugi daya dengan memperbaiki faktor-daya. Alat tersebut
ada yang berputar, ada yang stasioner. Yang berputar adalah
kondensator sinkron dan kondensator asinkron, sedang yang stasioner
adalah kondensator statis dan reaktor shunt.

Gambar 3.19 Alat pengubah fasa


Sumber: dayhim.com

3. Peralatan Penghubung
Peralatan penghubung terbagi dua, yaitu:
a. Pemutus Tenaga (PMT)
87
PMT adalah Suatu peralatan pemutus rangkaian listrik pada
suatu sistem tenaga listrik, yang mampu untuk membuka dan
menutup rangkaian listrik pada semua kondisi, termasuk arus
hubung singkat, sesuai dengan ratingnya. Juga pada kondisi
tegangan yang normal ataupun tidak normal.

Gambar 3.20 Pemutus Tenaga


Sumber: http://ichsandi.blogspot.com/2010/04/pemutus-tenaga-pmt-circuit-breaker-
cb.html

b. Pemisah (PMS)
Disconnecting switch atau pemisah (Pms) suatu peralatan
sistem tenaga listrik yang berfungsi sebagai saklar pemisah
rangkaian listrik tanpa arus beban (memisahkan peralatan listrik
dari peralatan lain yang bertegangan), dimana pembukaan atau
penutupan Pms ini hanya dapat dilakukan dalam kondisi tanpa
beban.

88
Gambar 3.21 Pemisah
Sumber: http://ichsandi.blogspot.com/2010/04/pemutus-tenaga-pmt-circuit-
breaker-cb.html

Ada 2 fungsi pemisah:


a. Pemisah Peralatan: berfungsi untuk memisahkan peralatan
listrik dari peralatan lain atau instalasi lain yang bertegangan.
Pms ini boleh dibuka atau ditutup hanya pada rangkaian yang
tidak berbeban.
b. Pemisah Tanah (Pisau Pentanahan/Pembumian): berfungsi
untuk mengamankan dari arus tegangan yang timbul sesudah
saluran tegangan tinggi diputuskan atau induksi tegangan dari
penghantar atau kabel lainnya. Hal ini perlu untuk keamanan
bagi orang-orang yang bekerja pada peralatan instalasi.

89
Gambar 3.22 Single Line Penempatan Pemisah
Sumber: https://www.bloglistrik.com/2016/06/pemisah-pms.html

Penempatan posisi pemisah:


a) Pemisah Penghantar/Line, pemisah yang terpasang di sisi
penghantar
b) Pemisah Rel/Bus , pemisah yang terpasang di sisi rel
c) Pemisah Kabel, pemisah yang terpasang di sisi kabel
d) Pemisah Seksi, pemisah yang terpasang pada suatu rel
sehingga rel tersebut dapat terpisah menjadi dua seksi
e) Pemisah Tanah, pemisah yang terpasang pada
penghantar/line/kabel untuk menghubungkan ke tanah.

4. Panel Hubung
90
Panel hubung merupakan pusat sistem gardu induk. Dengan panel
hubung inilah operator dapat mengawasi dan melakukan kontrol
keadaan sistem gardu induk. Jika terjadi gangguan, panel hubung
secara otomatis membuka pemutus beban melalui sebuah relay
pengaman (proteksi).

Gambar 3.23 Panel Hubung

Sumber: https://www.bloglistrik.com

5. Baterai
Sumber tenaga untuk sistem kontrol dan proteksi selalu harus
mempunyai keandalan dan stabilitas yang tinggi, maka baterai dipakai
sebagai sumber tenaga kontrol dan proteksi di dalam Gardu Induk.
Peranan dari baterai adalah sangat penting karena justru pada saat
gangguan terjadi, baterai inilah yang merupakan sumber tenaga untuk
menggerakan alat-alat kontrol dan proteksi.

91
Gambar 3.24 Baterai

Sumber: https://www.bloglistrik.com

6. Peralatan SCADA dan Telekomunikasi


Data yang diterima SCADA (Supervisory Control And Data
Acquisition) interface dari berbagai masukan (sensor, alat ukur, relay,
dan lain lain) baik berupa data digital dan data analog dan dirubah
dalam bentuk data frekwensi tinggi (50 kHz sampai dengan 500 kHz)
yang kemudian ditransmisikan bersama tenaga listrik tegangan tinggi.
Data frekwensi tinggi yang dikirimkan tidak bersifat kontinyu tetapi
secara paket per satuan waktu. Dengan kata lain berfungsi sebagai
sarana komunikasi suara dan komunikasi data serta tele proteksi
dengan memanfaatkan penghantarnya dan bukan tegangan yang
terdapat pada penghantar tersebut. Oleh sebab itu bila penghantar tak
bertegangan maka Power Line Carrier (PLC) akan tetap berfungsi
asalkan penghantar tersebut tidak terputus. Dengan demikian
diperlukan peralatan yang berfungsi memasukkan dan mengeluarkan
sinyal informasi dari energi listrik di ujung-ujung penghantar.

7. Sistem Pendingin
Jika dalam suatu gardu induk dipakai transformator dengan
pendinginan air atau kondensator sinkron dengan pendinginan gas zat

92
air, maka air pendinginnya diambil dari sungai, air bawah tanah, bak
pendingin atau menara pendingin yang dibangun untuk sirkulasi air
pendingin itu. Dalam hal yang terakhir, air bawah tanah atau air
minum kota dipakai untuk penambahan. Air minum kota karena
mahal, jarang dipakai, kecuali jika cadangan air bawah tanahnya
terbatas.

8. Alat Pelindung
Alat - alat pelindung (protective device) dalam arti luas, disamping
pemutus beban dan relay pengaman, adalah sebagai berikut:
I. Lightning arrester

Gambar 3.25 Lightning Arrester

Sumber: https://electrical-engineering-portal.com

Berfungsi untuk melindungi (pengaman) peralatan


listrik di gardu induk dari tegangan lebih akibat terjadinya
sambaran petir (lightning surge) pada kawat transmisi, maupun
disebabkan oleh surya hubung (switching surge).
Dalam keadaan normal (tidak terjadi gangguan), LA
bersifat isolatif atau tidak bisa menyalurkan arus listrik. Dalam
keadaan terjadi gangguan yang menyebabkan LA bekerja,
93
maka LA bersifat konduktif atau menyalurkan arus listrik ke
bumi.
II. Beberapa peralatan netral sering dipakai dititik netral
transformator untuk pengamanan pada waktu terjadi gangguan
tanah.
III. Bila terjadi gangguan (hubung – singkat) tanah atau gangguan
petir, potensial tanah dari gardu induk mungkin naik abnormal
sehingga membahayakan orang dan binatang yang ada
didekatnya atau menyebabkan rusaknya alat. Untuk
menghindari resiko seperti ini, ditanamlah penghantar
pentanahan dengan tahanan tanah sekecil mungkin.
9. Bangunan Gardu Induk
Gedung G.I (gardu induk) berbeda–beda tergantung pada skala dan
jenis G.I. Pada G.I pemasangan luar, disamping panel hubung dan
sumber tenaga untuk kontrol, hanyalah peralatan komunikasi dan
kantor yang harus ada di dalam gedung. Oleh karena itu gedungnya
lebih kecil bila dibandingkan dengan gardu induk jenis pemasangan
dalam.

D. Rugi-Rugi Daya
Dalam proses pentrasmisian antar gardu, daya yang dikirim tidak
akan seluruhnya diterima. Banyak daya yang hilang ditentukan oleh
resistensi kawat dan juga jarak pentransmisian. Untuk menghitung
resistansi total kawat penghantar saluran transmisi gardu induk dapat
menggunakan persamaan (1),

Resistansi Total = Resistansi Jenis Penghantar x Jarak (km) (1)

Untuk mencari rugi – rugi daya pada jaringan transmisi 1 fasa dapat
digunakan persamaan (2).

94
Plosses 1ɸ = 𝐼𝐼 2 . 𝑅𝑅 (2)
Dimana:
Plosses = rugi - rugi daya 1 fasa (watt).
I = arus saluran per fasa (Ampere).
R = resistansi total pada saluran (Ω).

Sedangkan untuk mencari rugi – rugi daya pada jaringan transmisi 3


fasa, menggunakan persamaan (3)

Plosses3ɸ = 3. 𝐼𝐼 2 . 𝑅𝑅 (3)
Dimana:
Plosses3ɸ= rugi - rugi daya 3 fasa (watt)
I = arus (Ampere).
R = resistansi total pada saluran (Ω).

Adanya daya listrik yang hilang pada saat proses pentransmisian


mengakibatkan PLN mengalami kerugian biaya. Untuk menghitung
kerugian biaya yang diakibatkan karena daya yang hilang, sebelumnya
dihitung energi listrik dengan persamaan (4):

E=Pxt (4)
Dimana:
E = Energi listrik (watt jam)
P = Daya listrik (watt)
t = Lama pemakaian (jam)

Untuk menghitung biaya listrik yang terpakai dapat menggunakan


persamaan (5):

𝐸𝐸
Biaya listrik = 1000 𝑥𝑥 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 (5)

95
Dimana:
𝐸𝐸
1000
= Energi listrik (kWh)

TDL = Tarif dasar listrik (Rupiah)

Contoh soal:
Hitunglah rugi-rugi daya dan biaya kerugian PLN 1 jam atas rugi-rugi
daya transmisi berjarak 18 km pada kawat penghantar ACSR 240/40
yang memiliki resistansi 0,119 Ω untuk setiap 1000 meter, jika arus
yang mengalir sebesar 45 A dan biaya tarif dasar listrik Rp. 1.467,-
/kWh.
Jawab:
Menghitung resistansi total:
Resistansi total = Resistansi kawat penghantar x jarak
= 0,119 x 18
= 2,142 Ω
Menghitung rugi-rugi daya:
Plosses3ɸ = 3. 𝐼𝐼 2 . 𝑅𝑅
= 3 𝑥𝑥 452 𝑥𝑥 2,142
= 13.012,65 watt
Menghitung energi listrik per jam:
E = 𝑃𝑃 𝑥𝑥 𝑡𝑡
= 13.012,65 𝑥𝑥 1
= 13.012,65 watt jam
Biaya kerugian yang dialami PLN atas rugi-rugi daya untuk
transmisi selama 1 jam:
𝐸𝐸
Biaya listrik = 1000 𝑥𝑥 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇
13.012,65
= 1000
𝑥𝑥 1.467

= Rp. 19.089,-

96
6. Forum Diskusi
Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran ini, diskusikan:
1) Jenis gardu induk yang ada di daerah anda dan buatlah diagram
satu garisnya.
2) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besar kecilnya rugi-rugi
daya.

E. PENUTUP
1. Rangkuman
1) Gardu induk adalah suatu instalasi yang merupakan bagian dari
sistem tenaga listrik yang berfungsi untuk menyalurkan daya listrik
serta menjamin sistem penyaluran tenaga listrik. Selain untuk
merubah tegangan transmisi, gardu induk juga merupakan tempat
interkoneksi antar pembangkit.
2) Jenis-jenis gardu induk:
1. Menurut pemasangan peralatan
a. Gardu induk pasang luar
b. Gardu induk pasang dalam
c. Gardu induk setengah pasangan luar
d. Gardu induk pasangan bawah tanah
2. Menurut Besaran Tegangannya:
a. Gardu induk tegangan ekstra tinggi
b. Gardu induk tegangan tinggi
3. Menurut Fungsinya
a. Gardu induk penaik tegangan
b. Gardu induk penurun tegangan
c. Gardu induk pengatur tegangan
d. Gardu induk pengatur beban
4. Menurut isolasi yang digunakan:
a. Gardu Induk yang menggunakan isolasi udara
97
b. Gardu Induk yang menggunakan isolasi gas SF 6
5. Menurut system rel (busbar):
a. Gardu Induk sistem ring busbar

b. Gardu induk sistem single busbar

c. Gardu induk sistem double busbar

d. Gardu induk sistem satu setengah (on half) busbar

98
3) Peralatan gardu induk, terdiri dari:
1. Transformator daya, terdiri dari :
a. Transformator daya
b. Neutral Grounding Resistance
c. Transformator arus (CT)
d. Transformator tegangan (PT)
e. Transformator Bantu
2. Alat pengubah fasa
3. Peralatan penghubung, terdiri dari:
a. Pemutus tenaga (PMT)
b. Pemisah (PMS)
4. Panel hubung
5. Baterai
6. Peralatan SCADA dan telekomunikasi
7. Sistem pendingin
8. Alat pelindung
9. Bangunan gardu induk
4) Nilai resistansi sebanding dengan resistansi jenis penghantar dan
jarak antar gardu.
5) Rugi – rugi daya pada jaringan transmisi 1 fasa, dapat dihitung
dengan persamaan: Plosses 1ɸ = 𝐼𝐼 2 .R
6) Rugi – rugi daya pada jaringan transmisi 3 fasa, dapat dihitung
dengan persamaan: Plosses3ɸ = 3. 𝐼𝐼 2 . 𝑅𝑅
99
2. Tes Formatif
1. Diantara pilihan berikut, manakah yang bukan merupakan fungsi
dari transformator :
a. Mentransformasikan tegangan.
b.Merubah frekuensi.
c. Pengukuran pengawasan operasi
d.Pengaturan pengamanan dari sistem tenaga listrik.
e. Untuk mengatur aliran daya listrik dari saluran transmisi ke
saluran transmisi lainnya yang kemudian didistribusikan ke
konsumen
2. Nama lain dari gardu induk adalah …
a. Trafo
b.Transformator
c. Busbar
d.Relay
e. Substation
3. Alat listrik yang digunakan untuk melakukan pengukuran besaran
arus pada gardu induk disisi primer yang kemudian
ditransformasikan disebut dengan:
a. Voltmeter
b.Potential Transformer
c. Current Transformator
d.Neutral Grounding Resistance
e. Amperemeter
4. Tujuan dari dilakukannya Neutral Grounding Resistance (NGR),
adalah:
a. Untuk menaik dan menurunkan tegangan listrik
b.Untuk memperbaiki faktor daya
c. Untuk mengontrol besarnya arus gangguan yang mengalir
d.Untuk mengukur resistansi

100
e. Untuk memutuskan dan menghubungkan beban bila terjadi
gangguan.
5. Titik hubungan pertemuan (connecting) antara transformator daya,
SUTT/ SKTT dengan komponen listrik lainnya, untuk menerima
dan menyalurkan tenaga listrik disebut
a. Koneksi
b.Saklar
c. Busbar
d.Relay
e. GIS
6. Perhatikan gambar di bawah ini

Gambar ini merupakan diagram dari:


a. Single line diagram gardu induk single busbar
b.Single line diagram gardu induk double busbar
c. Single line diagram gardu induk setengah busbar
d.Single line diagram gardu induk Full busbar
e. Single line diagram gardu induk round busbar
7. Perhatikan gambar di bawah ini

101
Gambar ini merupakan diagram dari:
a. Single line diagram gardu induk single busbar
b.Single line diagram gardu induk double busbar
c. Single line diagram gardu induk setengah busbar
d.Single line diagram gardu induk Full busbar
e. Single line diagram gardu induk round busbar
8. Gambar dibawah ini merupakan salah satu peralatan gardu induk,
yaitu :

a. Transformator Daya
b.NGR
c. Transformator Arus atau CT
d.Transformator Tegangan atau PT
e. Switchgear
9. Resistansi total saluran transmisi antara dua gardu yang berjarak 20
kilometer dan menggunakan kawat penghantar jenis ACSR 240/40
dengan tahanan sebesar 0.119 Ω/Km adalah:
102
a. 2.38 Ω
b.571.2 Ω
c. 14.28 Ω
d.168 Ω
e. 0.005 Ω

10. Rugi daya yang dialami saluran transmisi tegangan tinggi gardu
induk yang berjarak 15 km, mengalirkan arus sebesar 240 A di
masing-masing fasa, dan menggunakan kawat penghantar jenis
ACSR dengan tahanan sebesar 0.119 Ω/Km adalah:
a. 240.000 W
b.308.448 W
c. 115.563 W
d.88.940 W
e. 96.879 W

Kunci Jawaban:
1. B 2. E 3. C 4. C 5. C
6. A 7. B 8. C 9. A 10. B

103
3. Daftar Pustaka
[1] Arismunandar, Artono. (2004). Teknik Tenaga Listrik. PT
Pradnya Paramita.
[2] Djiteng Marsudi. (2011). Pembangkit Energi Listrik. Penerbit
Erlangga.
[3] Fasilitas dan peralatan gardu induk. http://kontens-
listrik.blogspot.com/2012/03/fasilitas-dan-peralatan-gardu-
induk.html. Diakses tanggal 29 September 2019.
[4] Komponen-komponen peralatan pada switchyard gardu induk.
https://scadaku.wordpress.com/2014/05/22/komponen-komponen-
peralatan-pada-switchyard-gardu-induk/. Diakses tanggal 29
September 2019.
[5] Macam-macam komponen gardu induk.
https://mandornya.blogspot.com/2015/04/macam-macam-
komponen-gardu-induk.html. Diakses tanggal 29 September 2019.
[6] Mismail, Budiono.(2011). Dasar Teknik Elektro. Penerbit
Universitas Brawijaya Press.
[7] Tobing, Bonggas L. (2003). Peralatan Tegangan Tinggi. Gramedia
Pustaka Utama.
[8] Wibowo, Sigi Syah. (2018). Analisa Sistem Tenaga. Polinema
Press.

104
No. Kode: DAR 2/Profesional/413/2/2019
Pendalaman Materi
Teknik Ketenagalistrikan

Kegiatan Belajar 4
Transfomator Tenaga Listrik

Oleh:
Dr. Ahyanuardi, M.T

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


2019
I. PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
Pada kegiatan belajar ini, kita akan mempelajari tentang ransformator yang
digunakan pada pusat pembangkit tenaga listrik yang meliputi: konsep konversi
energi, jenis-jenis transformator, prinsip dasar transformator, transformator
distribusi dan perhitungan efisiensi transformator.

B. Relevansi
Materi ini sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam hal
penyaluran energi listrik dari pusat pembangkit ke pelanggan yang dapat
digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

C. Petunjuk Belajar
Modul ini disusun dan dipersiapkan sebagai bahan Pendidikan Profesi Guru (PPG)
guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam bidang Ketenagalistrikan. Supaya
Anda bisa berhasil dalam mempelajari modul ini, ikutilah petunjuk belajar berikut:
1. Bacalah deskripsi pada masing-masing kegiatan belajar.
2. Bacalah setiap uraian dan contoh yang menyertainya dengan cermat sampai
Anda memahami pesan dan ide yang disampaikan dalam materi tersebut.
3. Kerjakan semua tugas untuk memahami materi.
4. Diskusikan dengan teman-teman untuk mengatasi materi-materi yang belum
pahami.
5. Kerjakan tes formatif untuk mengetahui pemahaman Anda tentang materi
pembelajaran.

II. INTI
Assalamualaikum tema-teman peserta PPG Ketenagalistrikan. Pada kesempatan kali
ini, kita akan mempelajari tentang kegiatan belajar 1 dengan materi Perangkat
Pembangkit Tenaga Listrik. Capaian dan subcapaian pembelajaran yang harus
dikuasai oleh teman-teman peserta PPG dalam jabatan sebagai berikut:

A. Capaian Pembelajaran (CPBS)


Setelah mempelajari modul ini, diharapkan peserta mampu menguasai teori dan
aplikasi materi bidang studi ketenagalistrikan yang mencakup: (1) pembangkit
106
tenaga listrik, (2) jaringan tenaga listrik, (3) instalasi tenaga listrik, (4) teknik
otomasi industri, (5) teknik pendingin dan tata udara, dan (6) teknik tenaga listrik,
termasuk advance materials secara bermakna yang dapat menjelaskan aspek “apa”
(konten), “mengapa” (filosofi), dan “bagaimana” (penerapan) dalam kehidupan
sehari-hari; yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi),
dan “bagaimana” (penerapan dalam kehidupan sehari-hari) sehingga dapat
membimbing peserta didik SMK mencapai kompetensi keahlian yang dibutuhkan
DUDI.

B. Sub Capaian Pembelajaran (CPMK)


Menganalisis konsep esensial materi teknik jaringan tenaga listrik dan aplikasinya
dalam pembelajaran ketenagalistrikan.

C. Bahan Kajian
Teknik jaringan tenaga listrik dan aplikasinya dalam pembelajaran
ketenagalistrikan.

D. Sub Bahan Kajian


Transformator tenaga listrik.

E. Indikator Esensial
1. Diberikan kasus yang terjadi pada trafo distribusi peserta dapat menghitung
effisiensi trafo tersebut
2. Disajikan data pembebanan trafo peserta dapat menentukan berapa kapasitas
trafo yang harus dipenuhi

F. Uraian Materi
1. Definisi dan Penggunaan Transformator
Transformator adalah suatu alat yang dapat memindahkan atau merubah
energi listrik dari satu atau lebih rangkaian ke rangkaian listrik yang lain
melaui suatu gandengan magnit dan berdasarkan prinsip induksi
elektromagnetik. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
transformator harus mempunyai :
a. Sumber energi listrik yang akan dipindahkan
b. Kumparan listrik
c. Rangkain magnit sebagai medium perantara
107
Sebagai ilustrasi, gambar berikut ini menyatakan sebuah transformator yang
sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Gambar 1. Konsep dasar transformator

Transformator dalam kehidupan sehari-hari digunakan untuk:


a. Audio
Dalam bidang audio tansformator digunakan pada loudspeaker yang
berfungsi sebagai gandengan impedansi antara sumber arus dengan
beban.

Gambar 2. Loudspeaker

b. Tenaga
Dalam bidang tenaga listrik, transformator digunakan untuk
menyalurkan daya listrik dari sumber pembangkit ke pemakai melalui
jaringan transmisi atau distribusi. Transformator yang dipakai untuk
menyalurkan daya listrik pada jaringan transmisi atau distribusi dikenal
dengan nama transformator daya. Transformator daya umumnya terdiri
dari transformator tiga fasa.
108
Gambar 3. Transformator pada jaringan tenaga listrik

c. Alat ukur
Dalam bidang alat ukur listrik, transformator digunakan untuk alat
bantu dalam mengukur besaran arus atau tegangan. Transformator ukur
ini pada pusat pembangkit digunakan untuk mengukur arus atau
tegangan yang sangat besar.

Gambar 4. Transformator arus

2. Konstruksi transformator tiga fasa


a. Inti Transformator
Inti transformator terbuat dari logam, berfungsi untuk mempermudah
jalan fluksi yang ditimbulkan oleh arus listrik pada kumparan.

109
Gambar 5. Inti transformator tiga fasa

1) Material inti
Inti transformator terdiri dari lempengan-lempengan besi tipis yang
berisolasi dan disusun secara berlapis-lapis. Gunanya adalah untuk
mengurangi panas (sebagai rugi inti) yang ditimbulkan oleh arus
pusar (Eddy current). Biasanya inti transformator terbuat dari besi
silikon dengan ketebalan antara 0.05 – 0.5 mm.

2) Pentanahan

Untuk keselamatan dan keamanan transformator, diperlukan suatu


pentanahan. Dalam operasi pada umumnya transformator daya
ditanahkan pada titik netralnya sesuai dengan kebutuhan sistem
proteksi. Sebagai contoh transformator 150/70 KV ditanahkan
secara langsung disisi netral 150 KV dan transformator 70/20 KV
ditanahkan disisi netral 20 KV.

b. Kumparan
Kumparan terdiri dari beberapa lilitan kawat berisolasi yang
memisahkan kumparan dengan inti besi maupun terhadap kumparan
lain. Bahan isolasi yang dipakai seperti karton, pertimax dan lain-lain.
Transformator mempunyai dua kumparan yaitu kumparan primer dan
kumparan sekunder. Data yang perlu diperhatikan untuk menentukan
kumparan adalah rating arus, arus hubung singkat, arus beban lebih,
impedansi, tegangan surja serta kenaikan temperatur.

110
Gambar 6. Kumparan transformator tiga fasa

1) Reaktansi
Reaktansi pada transformator berfungsi untuk mendapatkan
tegangan operasional yang stabil. Reaktansi pada kumparan dapat
diatur dengan cara merubah range tap.

2) Sambaran petir
Pemilihan kumparan yang tepat dapat membantu membatasi arus
sambaran petir. Arus sambaran petir dapat merusak kumparan
transformator. Sambaran petir mempunyai 2 komponen yaitu
elektrostatis dan elektromagnetik.

3) Kekuatan hubung singkat


Arus listrik yang mengalir pada kumparan transformator akan
menimbulkan daya magnetik. Untuk itu kumparan dirancang harus
mampu menahan daya magnetik yang timbul tersebut. Selain itu
kumparan juga harus mampu menahan arus hubung singkat.

4) Isolasi
Bahan isolasi digunakan untuk memisahkan bagian-bagian yang
bertegangan. Untuk itu sifat kelistrikannya memegang peranan yang
sangat penting. Isolasi pada transformator ditentukan oleh beberapa
faktor :

a) Susunan kumparan
b) Bushing
c) Inti besi
d) Tanki
e) Tegangan

111
f) Permitivitas
g) Ketahanan terhadap bahan kimia
h) Sifat termal
i) Sifat mekanis

5) Kawat (konduktor)
Kawat yang digunakan untuk transformator ukuran besar berbentuk
multi strip yang bertujuan untuk mengurangi stray losses

6) Pemasangan kumparan
Setelah kumparan selesai digulung, maka kumparan tersebut ditekan
untuk menjamin kawat kumparan menjadi padat dan diikat dengan
ketat. Beberapa pabrikan mencelupkan kumparan pada minyak
untuk mencegah kelembaban

c. Pengubah tap beban (tap changer)


Tap changer adalah perubah perbandingan transformasi untuk
mendapatkan tegangan operasi yang lebih baik. Tap changer dapat
dioperasikan dalam keadaan tidak berbeban (Off Load Tap Changer)
secara manual. Tap changer juga dapat dioperasikan dalam keadaan
berbeban (On Tap Changer) dan dapat dioperasikan secara manual atau
otomatis.

Gambar 7. Tap changer transformator


112
d. Tanki
Bagian-bagian transformator yang terendam minyak transformator
ditempatkan dalam tanki. Untuk menampung pemuaian minyak
transformator, maka tanki dilengkapi dengan konservator.

Gambar 8. Tanki transformator tiga fasa

e. Bushing
Bushing yaitu sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator yang
sekaligus berfungsi sebagai penyekat antara konduktor tersebut dengan
tanki transformator. Bushing dipakai untuk menghubungkan sisi
tegangan tinggi transformator dengan jaringan.

Gambar 9. Bushing transformator

f. Pendinginan
Pada inti besi dan kumparan akan timbul panas akibat rugi inti dan rugi
tembaga. Panas akan mengakibatkan kenaikan suhu yang berlebihan,
sehingga dapat merusak minyak transformator dan isolasi. Untuk

113
mengurangi kenaikan temperatur yang terjadi secara berlebihan, maka
transformator dilengkapi dengan alat pendingin untuk menyalurkan
panas keluar. Media yang dipakai sebagai alat pendingin dapat berupa
udara/gas, minyak dan air. Sedangkan pengalirannya dapat berupa
alamiah dan paksaan

g. Minyak isolasi
Kumparan dan inti transformator daya biasanya direndam dalam tanki
dengan minyak transformator, terutama transformator daya yang
berkapasitas besar. Minyak transformator mempunyai sifat sebagai
media pemindah panas dan sebagai isolasi. Dengan demikian minyak
transformator tersebut berfungsi sebagai media pendingin.

h. Alat pernafasan
Pengaruh perubahan beban dan suhu udara luar akan menyebabkan
perubahan pada suhu minyak transformator. Bila suhu minyak tinggi,
minyak akan memuai dan mendesak udara diatas permukaan minyak
keluar dari tanki. Sebaliknya bila suhu minyak turun, maka udara luar
akan masuk kedalam tanki. Udara luar yang lembab akan menurunkan
nilia tegangan tembus minyak transformator. Untuk mencegah hal
tersebut pada ujung pipa penghubung udara luar dilengkapi dengan alat
pernapasan berupa tabung yang berisi kristal zat hygroskopis (silika
gel).

i. Peralatan bantu
1) peralatan proteksi
2) indicator

3. Hubungan kumparan transformator tiga fasa


Transformator daya berfungsi untuk menaikkan atau menurunkan tegangan.
Sebagai penaik tegangan dikenal dengan nama transformator step-up,
sedangkan sebagai penurun tegangan dikenal dengan transformator step-down.
Transformator daya tiga fasa mempunyai tiga buah kumparan pada bagian
primer dan tiga buah kumparan pada bagian sekunder. Masing-masing
kumparan baik kumparan primer maupun kumparan sekunder dapat
dihubungkan secara bintang (Y) atau segitiga (∆).
114
a. Transformator Y/Y
Transformator Y/Y maksudnya adalah kumparan primer dihubungkan
secara bintang (Y) dan kumparan sekunder juga dihubungkan secara
bintang (Y), seperti diperlihatkan pada gambar 5 berikut.
IA Ia
A a
VAB VAN Van Vab

B VBN N n Vcn b
VCN Vbn

C c

Gambar 10. Transformator Y/ Y

Pada transformator hubungan Y/ Y, arus yang mengalir pada masing-


masing kumparan dapat dihitung berdasarkan persamaan (1) berikut

S 3 S
IY
rate = = ….……..……..……. (1)
Vrate 3 3 Vrate

Pada hubungan bintang (Y) terdapat 2 (dua) jenis tegangan, yaitu:

1) Tegangan antara fasa dengan netral (VLN)


Pada gambar 10, tegangan antara fasa dengan netral pada sisi
kumparan primer dinotasikan dengan VAN, VBN, dan VCN, dan pada
sisi kumparan sekunder disimbolkan dengan Van, Vbn, dan Vcn.
2) Tegangan antara fasa dengan fasa (VLL)
Tegangan antra fasa dengan fasa pada gambar 10, pada kumparan
primer disimbolkan dengan VAB, VBC, dan VCA. Sedangkan pada sisi
kumparan sekunder disimbolkan dengan Vab, Vbc, dan Vca.
Hubungan tegangan fasa-netral (VLN) dengan tegangan fasa-fasa (VLL)
sebagai berikut:

VLL = 3.VLN Volt ….……..……..…………… (2)

Atau

V
VLN = LL
3 115
Volt ….……..……..…………….. (3)

Pada hubungan bintang, arus yang mengalir pada masing-masing fasa (IF)
sama dengan arus yang mengalir pada masing-masing line (IL).

Daya input
Daya input terdapat pada kumparan primer yang dapat dihitung dengan
persamaan

Pinput = 3.VLL .I L Watt ….……..……..…………….. (4)

Keterangan:
VLL : tegangan antara fasa-fasa kumparan primer
IL : arus line kumparan primer

Daya output
Daya output terdapat pada kumparan sekunder yang dapat dihitung
dengan persamaan

Poutput = 3.VLL .I L Watt ….……..……..…………….. (5)

Keterangan:
VLL : tegangan antara fasa-fasa kumparan sekunder
IL : arus line kumparan sekunder

Rugi-rugi daya pada transformator


Rugi-rugi daya pada ransformator terdiri dari rugi tembaga primer, rugi
tembaga sekunder, dan rugi inti.
Rugi tembaga primer (PR1)

PR1 = 3.VLN .I L Watt ….……..……..………………….. (6)

Keterangan:
VLN : tegangan antara fasa-netral kumparan primer
IL : arus line kumparan primer

Rugi tembaga sekunder (PR2)

116
PR 2 = 3.VLN .I L Watt ….……..……..………………….. (7)

Keterangan:
VLN : tegangan antara fasa-netral kumparan sekunder
IL : arus line kumparan sekunder

Rugi inti (PO)

2
PO = 3.IO .R c Watt ….……..……..………………….. (8)

Keterangan:
IO : arus pengujian pada kondisi tanpa beban
RC : nila tahanan inti

Effisiensi transformator

P
η = out x100%
Pin

b. Transformator Y/∆
Transformator Y/∆ maksudnya adalah kumparan primer dihubungkan
secara bintang (Y) dan kumparan sekunder dihubungkan secara segitiga
(∆), seperti diperlihatkan pada gambar 11 berikut.
IA Ia
A a
a Iac
VAB VAN Vab
Ib
Iba c
VCA B VBN VCN b Vca
N Icb
b Vbc
VBC Ic
C c

Gambar 11. Transformator Y/∆

Pada transformator hubungan Y/∆, arus yang mengalir pada kumparan


sekunder dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut

S 3 S
I∆
rate = =
Vrate 3 Vrate 117
….……..……..……. (9)

Pada hubungan segitiga (∆) terdapat 2 (dua) jenis arus, yaitu:

3) Arus masing-masing fasa (IF)


Pada gambar 11, arus masing-masing fasa pada sisi kumparan
sekunder dinotasikan dengan Iba, Icb, dan Iac, dan arus line pada sisi
kumparan sekunder disimbolkan dengan Ia, Ib, dan Ic.
4) Tegangan sisi kumparan sekunder
Pada hubngan segita terdapat hanya satu jenis tegangan , yaitu
tegangan antara fasa-fasa.
Hubungan arus fasa (IF) dengan arus line (IL) sebagai berikut:

I L = 3.I F Amper ….……..……..…………… (10)

Atau

I
IF = L Amper ….……..……..…………….. (11)
3

Daya input
Daya input terdapat pada kumparan primer yang dapat dihitung dengan
persamaan

Pinput = 3.VLL .I L Watt ….……..……..…………….. (12)

Keterangan:
VLL : tegangan antara fasa-fasa kumparan primer
IL : arus line kumparan primer

Daya output
Daya output terdapat pada kumparan sekunder yang dapat dihitung
dengan persamaan

Poutput = 3.VLL .I L Watt .……..……..…………….. (13)

Keterangan:
118
VLL : tegangan antara fasa-fasa kumparan sekunder
IL : arus line kumparan sekunder

Rugi-rugi daya pada transformator


Rugi-rugi daya pada ransformator terdiri dari rugi tembaga primer, rugi
tembaga sekunder, dan rugi inti.
Rugi tembaga primer (PR1)

PR1 = 3.VLN .I L Watt ….……..……..………………….. (14)

Keterangan:
VLN : tegangan antara fasa-netral kumparan primer
IL : arus line kumparan primer

Rugi tembaga sekunder (PR2)

PR 2 = 3.VLN .I L Watt ….……..……..………………….. (15)

Keterangan:
VLN : tegangan antara fasa-netral kumparan sekunder
IL : arus line kumparan sekunder

Rugi inti (PO)

2
PO = 3.IO .R c Watt ….……..……..………………….. (16)

Keterangan:
IO : arus pengujian pada kondisi tanpa beban
RC : nila tahanan inti

Effisiensi transformator

P
η = out x100%
Pin

c. Transformator ∆/∆

119
Transformator ∆/∆ maksudnya adalah kumparan primer dihubungkan

secara segitiga (∆) dan kumparan sekunder dihubungkan secara segitiga

(∆), seperti diperlihatkan pada gambar 12 berikut.

IA Ia

A a
IAB Iba
VAB Vab
B ICA Iac
b

c
C

Gambar 12. Transformator ∆/∆

Pada transformator hubungan ∆/∆, arus yang mengalir pada primer dan
kumparan sekunder dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut

S 3 S
I∆
rate = = ….……..……..……. (17)
Vrate 3 Vrate

Daya input
Daya input terdapat pada kumparan primer yang dapat dihitung dengan
persamaan

Pinput = 3.VLL .I L Watt ….……..……..…………….. (18)

Keterangan:
VLL : tegangan antara fasa-fasa kumparan primer
IL : arus line kumparan primer

Daya output
Daya output terdapat pada kumparan sekunder yang dapat dihitung
dengan persamaan
120
Poutput = 3.VLL .I L Watt .……..……..…………….. (19)

Keterangan:
VLL : tegangan antara fasa-fasa kumparan sekunder
IL : arus line kumparan sekunder

Rugi-rugi daya pada transformator


Rugi-rugi daya pada ransformator terdiri dari rugi tembaga primer, rugi
tembaga sekunder, dan rugi inti.
Rugi tembaga primer (PR1)

PR1 = 3.VLN .I L Watt ….……..……..………………….. (20)

Keterangan:
VLN : tegangan antara fasa-netral kumparan primer
IL : arus line kumparan primer

Rugi tembaga sekunder (PR2)

PR 2 = 3.VLN .I L Watt ….……..……..………………….. (21)

Keterangan:
VLN : tegangan antara fasa-netral kumparan sekunder
IL : arus line kumparan sekunder

Rugi inti (PO)

2
PO = 3.IO .R c Watt ….……..……..………………….. (22)

Keterangan:
IO : arus pengujian pada kondisi tanpa beban
RC : nila tahanan inti

Effisiensi transformator
121
P
η = out x100%
Pin

G. Forum Diskusi
Diskusikan keuntungan dan kelemahan bentuk hubungan bintang (Y) dan segitiga
pada transformator daya.

III. PENUTUP
A. Rangkuman
1. Transformator merupakan alat mentransformasi energi listrik dari satu atau
lebih rangkaian ke rangkaian lain berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik
melalui suatu gandengan magnet.
2. Transformator dapat digunakan bidang audio, tenaga listrik, dan alat bantu
untuk pengukuran listrik.
3.
4. Transformator merupakan alat yang dapat menaikkan atau menurunkan
tegangan atau arus.
5. Dalam bidang tenaga listrik listrik, transformator biasanya digunakan pada
jaringan transmisi dan distribusi.

B. Tes Formatif
Untuk mengetahui pemahaman peserta, silahkan kerjakan soal-soal berikut:

1. Apakah prinsip dasar suatu transformator .....

a. Induksi bersama (mutual induction) antara dua rangkaian yang dihubungkan oleh
fluks magnet

b. Induksi ganda (double induction) antara dua rangkaian yang dihubungkan oleh fluks
magnet

c. Induksi Multifungsi (multifungcion induction) antara dua rangkaian yang


dihubungkan oleh fluks magnet

d. Kedua kumparan yang mempunyai mutual induction yang tinggi

e. Menghasilkan tegangan dari koil lain

2. Dalam pusat pembangkit listrik yang besar (di atas 100 MW) terdapat
beberapa transformator. Macam-macam transformator ini adalah, kecuali ....

122
a. Penarik tegangan generator

b. Unit pembangkit

c. Pemakaian ganda

d. Antar rel

e. Hubungan delta-delta

3. Hubungan yang menghasilkan beda phasa 30o antara tegangan saluran masukan
dan saluran transmisi keluaran. Maka dari itu, tegangan line keluaran E12 adalah
30o mendahului tegangan line masukan EAB, seperti dapat dilihat dari diagram
phasor, termasuk kedalam transformator ....

a. Hubungan delta-delta
b. Hubungan bintang-bintang

c. Hubungan delta-bintang

d. Hubungan open-delta

e. Hubungan open-bintang

4. Pengujian apa yang harus dilalui dalam menguji kualitas minyak transformator ....

a. Uji kekuatan elektrik tegangan minyak transformator

b. Pengujian kekuatan elektrik minyak transformator

c. Pengujian kejenuhan minyak transformator

d. Titik redup

e. Pencampuran minyak transformator

5. Hal apakah yang harus diperhatikan dalam melakukan uji kegagalan, kecuali ....

a. Jarak elektroda 2.5 mm

b. Botol tempat minyak transformator ditutup dengan lilin supaya kotoran dahn uap air
tidak masuk.

c. Minyak yang akan diuji harus diambil dengan alat yang benar-benar bersih, minyak
pertama yang keluar dibuang supaya kran-kran menjadi bersih. Minyak lama pada
waktu pertama alirannya dibuang.

d. Bejana dan elektroda harus benar-benar kering dan bersih setiap sebelum
melakukan pengujian, elektroda harus dicuci dengan minyak transformator yang
akan diuji.

123
e. Bejana dan elektroda harus harus keadaan basah dan setiap sebelum melakukan
pengujian, elektroda harus dicuci dengan minyak transformator yang akan diuji.

6. Dalam menggunakan absorben untuk regenerasi minyak trasformator sering dipakai


di gardu induk dan pembangkit, termasuk kedalam metode pemurnian minyak dalam
bagian ....

a. Mendidihkan

b. Alat Sentrifugal

c. Penyaringan

d. Regenerasi

e. Pengukuran

7. Prosedur dalam pengujian manakah yang tegangan gagal minyak transformator


dengan berbagai macam elektroda ....

a. Oil processing

b. Penerapan regangan

124
c. Probabilitas pengujian melalui 3 cara

d. Menganalisa kegagalan minyak transformator

e. Peralatan percobaan

8. Jenis-jenis pendingin pada transformator, diantaranya adalah ....

a. Kering dan lembab

b. Lembab dan basah

c. Kering dan basah

d. Menguap dan basah

e. Semua benar

9. Kumparan-kumparan dan intinya direndam dalam minyak-trafo, terutama trafo-trafo


tenaga yang berkapasitas besar, karena minyak trafo mempunyai sifat sebagai media
pemindah panas dan bersifat pula sebagai isolasi ( tegangan tembus tinggi ) sehingga
berfungsi sebagai media pendingin dan isolasi. Untuk itu minyak trafo harus
memenuhi persyaratan sbb, kecuali ....

a. Ketahanan isolasi harus tinggi ( >10kV/mm )

b. Berat jenis harus kecil, sehingga partikel-partikel inert di dalam minyak dapat
mengendap dengan cepat.

c. Viskositas yang rendah agar lebih mudah bersirkulasi dan kemampuan pendinginan
menjadi lebih baik.

d. Titik nyala yang tinggi, tidak mudah menguap yg dapat membahayakan

e. Dapat menyebabkan kerusakan bahan isolasi padat ( sifat kimia „y‟ )

10. Gardu trafo yang secara keseluruhan instalasinya dipasang pada 2 buah tiang atau
lebih, merupakan pengertian dari .....

a. Gardu Kontrol

b. Gardu kios

c. Gardu trafo

d. Gardu tembok

e. Gardu portal

125
C. Daftar Pustaka

A.E. Fitzgerald. Electric Machinery

Chapman Stephen. Electric Machinery and Power System Fundamental.

IJ Nagrath DP Kothari. Electric Machines.

P.C. Sen. Principles of Electric Machines and Power Electronics.

Zuhal. Dasar Tenaga Listrik.

Stephen L. Herman. Electricity.

D. Tugas Akhir

Transformator satu fasa, 20 KVA, 440/440 volt, 50 Hz, mempunyai data pengujian
sebagai berikut :
Beban Nol :
- Tegangan 440 volt
- Daya 220 watt
- Faktor kerja 0,2
Hubung singkat pada primer :
- Arus 20 amper
- Daya 400 watt
- Faktor kerja 0,4
Nila tahanan kumparan primer sama dengan nilai tahanan kumparan sekunder.
Transformator tersebut dibebani 80% dari beban nominal dengan faktor kerja 0,8
Hitung :
- Parameter transformator
- Regulasi teganngan
- Effisiensi

E. Tes Sumatif

1. Aluminium merupakan penghantar yang banyak digunakan terutama untuk penghantar


jaringan ketenagalistrikan selain penghantar tembaga apa alasannyang paling tepat?
a. Mudah dibengkokan dan memiliki tahanan jenis empat kali dari tembaga
b. Mudah dibengkokan dan memiliki tahanan jenis tiga kali dari tembaga
c. Mudah dibengkokan dan memiliki tahanan jenis dua kali dari tembaga
d. Mudah dibengkokan dan memiliki tahanan jenis sama dengan tembaga
e. Mudah dibengkokkan dan mempaunyai tahanan jenis yang lebih kecil dari tembaga

126
2. Jenis penghantar ACSR lebih sering digunakan pada jaringan transmisi dibandingkan jenis
penghantar AAAC, dengan alasan ...
a. Kekuatan tarik kawat ACSR lebih besar dibandingkan kawat AAAC
b. Kawat ACSR tidak mempunyai penguat baja, seperti halnya kawat AAAC
c. Kawat ACSR lebih fleksibel dibandingkan kawat AAAC
d. Daya hantar kawat ACSR lebih besar dibandingkan kawat AAAC
e. Kawat ACSR mempunyai penguat baja, sama seperti kawat AAAC

3. Penyaluran tenaga listrik dengan merubah tegangan dari tegangan menengah ke tegangan
tinggi (6 kV/150 kV), paling tepat di:…
a. Gardu Hubung
b. Gardu Distribusi
c. Swicth Gear
d. Gardu Induk
e. Gardu portal

4. Gardu yang menyalurkan daya dari tegangan 150 KV ke 20 KV, untuk beban daerah
perkotaan dan industri, paling tepat adalah:
a. Gardu Induk
b. Gardu portal
c. Gardu hubung
d. Gardu distribusi
e. Switch gear

5. Kebutuhan tenaga listrik pada daerah perkotaan dengan jumlah penduduk yang padat
sangat tinggi dan membutuhkan pelayanan yang handal. Untuk itu sistem GI yang paling
tepat digunkanan:…
a. sistim double busbar
b. sistim single busbar
c. sistim ring busbar
d. sistim ring busbar
e.Sistim loop busbar

6. Peralatan yang berfungsi untuk menyalurkan tegangan lebih ke tanah ketika terjadi
sambaran petir pada jaringan, adalah menggunakan: …
a. FCO
b. tahanan NGR
c. Kawat pentanahan
d. kawat netral
e. Lighting Arrester (LA)

7. Peralatan yang dapat mendeteksi gangguan pada trafo bila terjadi kenaikan tekanan gas
secara tiba-tiba dan langsung memutuskan CB pada sisi upstream
a. Explosive membrane
b. rele Bucholz
c. rele beban lebih
d. rele fluk lebih
e. rele differensial

127
8. Peralatan proteksi yang menggunakan minyak sebagai sarana pemadam busur api saat
terjadi gangguan. Alat proteksi yang paling tepat digunakan:
a. OCB
b. ACB
c. VCB
d.FUSE
e. MCB

9. Peralatan proteksi yang menggunakan ruang hampa udara untuk memadamkan busur api,
akibat gangguan atau sengaja dilepas, paling tepat digunakan:
a.OCB
b.FUSE
c. VCB
d. MCB
e. ACB

10. Pada saat tidak ada gangguan, arus i1 = i2 pada rele differensial dan berlawanan arah. Jika
terjadi gangguan, maka i2 berubah arah sehingga arus yang masuk ke relai = i1+i2. Pada
gambar besar arus I1 = 50 A dan nilai I2 = 375 A, maka perbandingan transfo CT 2 =.......
a. 750/5
b. 500/5
c. 350/5
d. 250/5
e. 200/5

11. Gardu induk yang busbarnya berbentuk lingkaran dan semua rel (busbar) yang ada
terhubung, merupakan ciri dari:
a. Gardu induk sistem round busbar
b. Gardu induk sistem satu busbar
c. Gardu induk sistem dua busbar
d. Gardu induk sistem satu setengah busbar
e. Gardu induk sistem ring busbar

12. Fungsi dari arrester adalah:


a. Mengamankan peralatan gardu induk terhadap tegangan lebih abnormal yang
bersifat kejutan.
b. Sebagai catu daya cadangan
c. Sebagai pusat sistem gardu induk
d. Menurunkan rugi-rugi daya
e. Sebagai sistem pendingin

128
13. Perhatikan gambar dibawah ini,

Gambar ini merupakan diagram dari:


a. Single line diagram gardu induk single busbar
b. Single line diagram gardu induk double busbar
c. Single line diagram gardu induk setengah busbar
d. Single line diagram gardu induk Full busbar
e. Single line diagram gardu induk round busbar

14. Jarak 2 gardu induk adalah 22.000 meter. Jika kawat penghantar ACSR 240/40 yang
memiliki resistansi 0,119 Ω untuk setiap 1000 meter dan arus yang mengalir sebesar
45 A. Rugi daya yang terjadi pada gardu induk sebesar:
a. 5,3 kW
b. 15,9 kW
c. 5.300 kW
d. 15.900 kW
e. 21,2 kW

15. Hitung biaya kerugian yang dialami PLN setiap harinya, jika 2 gardu induk berjarak
13 km mengaliri daya melalui kawat penghantar ACSR yang mempunyai tahanan
sebesar 0,119 Ω , jika arus yang mengalir sebesar 43 A dan biaya tarif dasar listrik
Rp. 1.300,-/kWh.
a. Rp. 267.733,-
b. Rp 11.155,-
c. Rp. 89.244,-
d. Rp 33.465,-
e. 432.667,-

16. Beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya ggl induksi elektromagnetik :


1. Jumlah lilitan kawat pada kumparan
2. Arah garis gaya magnet dalam kumparan
3. Kecepatan gerak magnet atau kumparan
4. Arah lilitan kawat pada kumparan
Pernyataan yang benar adalah nomor ……..
a. 1 dan 3
b. 1 dan 4
c. 2 dan 4

129
d. 2 dan 3
e. semua benar

17. Berikut ini merupakan ciri dari transformator step-up ……..


a. tegangan primer lebih besar dibandingkan tegangan sekunder
b. jumlah lilitan primer lebih sedikit dibandingkan kumparan sekunder
c. arus pada kumparan primer lebih kecil dibandingkan arus pada kumparan
sekunder
d. daya kumparan sekunder lebih besar dibandingkan daya kumparan primer
e. semua salah

18. Di bawah ini kegunaan induksi elektromagnetik kecuali :


a. menimbulkan arus induksi
b. mengubah arus bolak-balik menjadi arus searah
c. mengubah energi gerak menjadi energi listrik
d. membangkitkan gaya gerak listrik induksi
e. mengubah energi listrik menjadi energi gerak

19.
Pada transformator di atas, tegangan listrik yang keluar sebesar 20 V. Tegangan listrik
yang masuk adalah …….
a. 8 V
b. 30 V
c. 45 V
d. 75 V
e. 16

20. Sebuah transformator dengan perbandingan jumlah lilitan primer dan sekunder 3 : 1.
Jika transformator memiliki tegangan primer 2,5 volt. Berapa tegangan sekundernya
…….
a. 0,83 V
b. 1, 2 V
c. 2,5 V
d. 7,5 V
e. 5,0 V

130
Kunci Jawaban Formatif

Modul 2 Teknik Jaringan T Listrik

Nomor Kunci Jawaban Modul 2

Soal KB 1 KB 2 KB 3 KB 4

1 C C B A

2 D A E C

3 C E C C

4 B E C D

5 A E C E

6 B C A A

7 C A B D

8 A D C C

9 B A A A

10 A B B E
Kunci Jawaban: Sumatif

No Jawaban No Jawaban

1 B 11 E

2 A 12 A

3 D 13 C

4 A 14 B

5 A 15 A

6 E 16 A

7 A 17 B

8 A 18 D

9 C 19 A

10 A 20 A

Anda mungkin juga menyukai