Anda di halaman 1dari 191

No.

Kode: Dar2/Profesional /413/4/2019


PENDALAMAN MATERI
TEKNIK KETENAGALISTRIKAN

MODUL 4
TEKNIK OTOMASI INDUSTRI

Oleh
Dr. Ta’ali, MT.
Habibullah, M.T
Risfendra, Ph.D

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


2019
MODUL 4. TEKNIK OTOMASI INDUSTRI

KEGIATAN BELAJAR 1. PIRANTI SENSOR DAN AKTUATOR

A. Pendahuluan

1. Deskripsi singkat

Selamat datang dan selamat bertemu para peserta PPG daring. Selamat anda
telah mengikuti hingga program PPG sampai dengan saat ini dan sudah mencapai
Modul 4 yakni Teknik Otomasi Industri. Modul empat ini terdiri atas empat
kegiatan belajar yang terdiri dari:
a. Kegiatan Belajar 1: Piranti Sensor dan Aktuator
b. Kegiatan Belajar 2: Sistem kotrol elektromekanik dan elektronik
c. Kegiatan Belajar 3: Sistem kontrol elektro pneumatik
d. Kegiatan Belajar 4: Sistem kontrol terprogram
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu:
a. Menganalisis konsep esensial materi teknik otomasi industri dan aplikasinya
dalam pembelajaran ketenagalistrikan
b. Mampu menentukan kondisi operasi dan aplikasi pendeteksian suhu dengan
diberikannya sebuah gambar kerja.
c. Mampu menguji kondisi operasi motor servo dengan diberikannya sebuah
kasus.

2. Relevansi
Pada kegiatan belajar 1 ini, kita akan mempelajari, mendiskusikan, dan
menganalisis tentang Piranti Sensor dan Aktuator. Setelah selesai para peserta
mempelajari ini dipersilahkan untuk melanjutkan dengan mengerjakan latihan dan
terformatif yang telah disediakan.
Materi Kegiatan Belajar ini disusun sesuai dengan kebutuhan dan kisi-kisi yang
telah ditetapkan, yakni terdiri atas:
a. Macam-macam piranti sensor suhu
b. Kondisi operasi sensor suhu
c. Aplikasi sistem kendali dengan sensor suhu

2
d. Kondisi operasi aktuator motor servo
e. Aplikasi sistem kendali menggunakan motor servo

3. Panduan Belajar
Pada kegiatan belajar ini akan terasa lebih mudah dan lancar apabila mengikuti
langkah-langkah seperti berikut:
a. Bacalah secara berurutan dari awal sampai akhir, jangan dipengagal dari
tengah atau sebaliknya.
b. Pamahi materi kegiatan belajar 1 ini lalu kerjakan tugas dan latihan secara
teliti.
c. Bila ada kesulitan dalam pemahaman materi yang disajikan silahkan hubungi
instruktur atau pendamping dalam program PPG Daring.
Selamat belajar dan selamat mengikuti pembelajaran melalui modul daring ini,
semoga Anda sukses dan berhasil disekolah Anda.

B. Inti
1. Capaian Pembelajaran (CPBS)
Menguasai teori dan aplikasi materi bidang studi ketenagalistrikan yang
mencakup: (1) pembangkit tenaga listrik, (2) jaringan tenaga listrik, (3) instalasi
tenaga listrik, (4) teknik otomasi industri, (5) teknik pendingin dan tata udara,
dan (6) teknik tenaga listrik, termasuk advance materials secara bermakna yang
dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi), dan “bagaimana”
(penerapan) dalam kehidupan sehari-hari; yang dapat menjelaskan aspek “apa”
(konten), “mengapa” (filosofi), dan “bagaimana” (penerapan dalam kehidupan
sehari-hari) sehingga dapat membimbing peserta didik SMK mencapai
kompetensi keahlian yang dibutuhkan DUDI.

2. Sub Capaian Pembelajaran (CPMK)


Menganalisis konsep esensial materi teknik otomasi industri dan aplikasinya
dalam pembelajaran ketenagalistrikan

3
3. Bahan Kajian
Piranti Sensor dan Aktuator dalam otomasi industri serta aplikasinya dalam
pembelajaran ketenagalistrikan

4. Sub Bahan Kajian


Piranti Sensor dan Aktuator

5. Indikator Pembelajaran
a. Dengan diberikannya sebuah gambar, peserta dapat menentukan kondisi
operasi dan aplikasi pendeteksian suhu
b. Dengan diberikannya sebuah kasus, peserta dapat menguji kondisi operasi
motor servo

6. Uraian Materi
Kegiatan Belajar 1. Piranti Sensor dan Aktuator
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari masa ke masa berkembang
cepat terutama dibidang otomasi industri. Perkembangan ini tampak jelas di
industri, dimana sebelumnya banyak pekerjaan menggunakan tangan manusia,
kemudian beralih menggunakan mesin, berikutnya dengan electro-mechanic (semi
otomatis) dan sekarang sudah menggunakan robotic (full automatic) seperti
penggunaan Flexible Manufacturing Systems (FMS) dan Computerized Integrated
Manufacture (CIM) dan sebagainya. Sensor dan transduser merupakan peralatan
atau komponen yang mempunyai peranan penting dalam sebuah sistem
pengaturan otomatis. Ketepatan dan kesesuaian dalam memilih sebuah sensor
akan sangat menentukan kinerja dari sistem pengaturan secara otomatis.
Pada Kegiatan belajar 1 ini dibahas tentang prinsip kerja sebagian sensor
dan aktuator mencakup dari simbol, karakteristik hingga aplikasi dari jenis-jenis
sensor dan aktuator yang umum dipakai pada teknik ketenagalistrikan. Dengan
mempelajari sensor dan aktuator ini diharapkan peserta dapat memahami dan
menjelaskan jenis jenis sensor dan aktuator sesuai fungsinya sebagai pendeteksi
gejala-gejala atau sinyal-sinyal yang berasal dari perubahan suatu energi seperti
energi listrik, energi fisika, energi kimia, energi biologi, energi mekanik, sehingga
dapat menggerakkan aktuator.
4
a. Sensor
Sensor adalah piranti yang dapat mentransformasikan suatu nilai
(isyarat/energi) fisik ke nilai fisik yang lain serta menghubungkan antara fisik
nyata dan industri electric dan piranti elektronika. Di dunia industri berguna untuk
monitoring, controlling, dan proteksi. Sensor yang dapat merubah besaran fisik
menjadi ke dalam besaran listrik disebut juga dengan transducer.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari masa ke masa berkembang
cepat terutama dibidang otomasi industri. Perkembangan ini tampak jelas di
industri industri, dimana sebelumnya banyak pekerjaan menggunakan tangan
manusia, kemudian beralih menggunakan mesin, berikutnya dengan electro-
mechanic (semi otomatis) dan sekarang sudah menggunakan robotic (full
automatic) seperti penggunaan Flexible Manufacturing Systems (FMS) dan
Computerized Integrated Manufacture (CIM) dan sebagainya. Model apapun yang
digunakan dalam sistem otomasi industri sangat tergantung kepada keandalan
sistem kendali yang dipakai. Hasil penelitian menunjukan secanggih apapun
sistem kendali yang dipakai akan sangat tergantung kepada sensor maupun
transduser yang digunakan. Sensor dan transduser merupakan peralatan atau
komponen yang mempunyai peranan penting dalam sebuah sistem pengaturan
otomatis. Ketepatan dan kesesuaian dalam memilih sebuah sensor akan sangat
menentukan kinerja dari sistem pengaturan secara otomatis.
Besaran masukan pada kebanyakan sistem kendali adalah bukan besaran
listrik, seperti besaran fisika, kimia, mekanis, dan sebagainya. Dalam rangka
penerapan besaran listrik pada sistem pengukuran, atau sistem manipulasi atau
sistem pengontrolan, maka biasanya besaran yang bukan listrik diubah terlebih
dahulu menjadi suatu sinyal listrik melalui sebuah alat yang disebut transducer. D
Sharon, dkk (2003), mengatakan sensor adalah suatu peralatan yang berfungsi
untuk mendeteksi gejala-gejala atau sinyal-sinyal yang berasal dari perubahan
suatu energi seperti energi listrik, energi fisika, energi kimia, energi biologi,
energi mekanik dan sebagainya.

5
Dalam sistem otomasi industri sistem kendali biasanya digambarkan
dalam bentuk sistem loop tertutup seperti gambar barikut:

E(s) C(s)
R(s) Σ Kontroler Aktuator Plant

C*(s) Sensor/
Tranduser
Gambar 1. Kendali sistem loop tertutup
Sistem loop tertutup tersebut memiliki fungsi:
1) Tranduser mentransformasikan suatu sinyal dari bentuk energi yang satu
menjadi bentuk energi yang lain atau dari besaran fisik yang satu menjadi
besaran fisik yang lain.
2) Keluaran tranduser : sinyal listrik (arus, tegangan, resistansi, kapasitansi atau
frekuensi)
3) Pada dasarnya sensor juga merupakan tranduser. Yang membedakan antara
sensor dengan tranduser adalah aplikasi dan penggunaannya.

Seperti halnya mesin pada manusia juga dapat dijadikan sistem otomasi yang
memiliki fungsi sensor seperti gambar berikut:

6
a. Penggunaan sensor pada industri proses b. Ekivalensi sensor pada manusia

Gambar 2. Terminologi Sensor (W. Bolton, 2003)


Contoh analogi sistem sensor dengan kondisi pada manusia:

(a) Mata (b) telinga (c) mulut (lidah) (d) hidung (e) tangan (kulit)
Gambar 3. Analogi sensor pada anatomi manusia

Fungsi sensor pada manusia


a. Mata sebagai deteksi cahaya atau visual
b. Telinga sebagai deteksi suara
c. Lidah dan hidung mendeteksi bahan kimia tertentu (rasa dan bau)
d. Tangan sebagai pendeteksi temperatur dan tekanan

William D.C, (2005), mengatakan transduser adalah sebuah alat yang bila
digerakan oleh suatu energi di dalam sebuah sistem transmisi, akan menyalurkan
energi tersebut dalam bentuk yang sama atau dalam bentuk yang berlainan ke
sistem transmisi berikutnya”. Transmisi energi ini bisa berupa listrik, mekanik,
kimia, optic (radiasi) atau thermal (panas).
Contoh: generator adalah transduser yang merubah energi mekanik menjadi energi
listrik, motor adalah transduser yang merubah energi listrik menjadi energi
mekanik, dan sebagainya.
William D.C, (2005), mengatakan alat ukur adalah sesuatu alat yang
berfungsi memberikan batasan nilai atau harga tertentu dari gejala-gejala atau
sinyal yang berasal dari perubahan suatu energi.
Contoh: voltmeter, ampermeter untuk sinyal listrik; tachometer, speedometer untuk
kecepatan gerak mekanik, lux-meter untuk intensitas cahaya, dan sebagainya.

Peryaratan Umum Sensor/Transduser


Dalam memilih peralatan sensor dan transduser yang tepat dan sesuai dengan
sistem yang akan disensor maka perlu diperhatikan persyaratan umum sensor
berikut ini:
1) Linearitas
7
Ada banyak sensor yang menghasilkan sinyal keluaran yang berubah secara
kontinyu sebagai tanggapan terhadap masukan yang berubah secara kontinyu.
Sebagai contoh, sebuah sensor panas dapat menghasilkan tegangan sesuai dengan
panas yang dirasakannya. Dalam kasus seperti ini, biasanya dapat diketahui secara
tepat bagaimana perubahan keluaran dibandingkan dengan masukannya berupa
sebuah grafik. Gambar 4 memperlihatkan hubungan dari dua buah sensor suhu yang
berbeda. Garis lurus pada Gambar 4(a). memperlihatkan tanggapan linier,
sedangkan pada Gambar 4(b). adalah tanggapan non-linier.

Gambar 4. Keluaran dari transduser panas

2) Sensitivitas

Sensitivitas akan menunjukan seberapa jauh kepekaan sensor terhadap


kuantitas yang diukur. Sensitivitas sering juga dinyatakan dengan bilangan yang
menunjukan “perubahan keluaran dibandingkan unit perubahan masukan”. Beberepa
sensor panas dapat memiliki kepekaan yang dinyatakan dengan “satu volt per
derajat”, yang berarti perubahan satu derajat pada masukan akan menghasilkan
perubahan satu volt pada keluarannya. Sensor panas lainnya dapat saja memiliki
kepekaan “dua volt per derajat”, yang berarti memiliki kepakaan dua kali dari sensor
yang pertama. Linieritas sensor juga mempengaruhi sensitivitas dari sensor. Apabila
tanggapannya linier, maka sensitivitasnya juga akan sama untuk jangkauan
pengukuran keseluruhan. Sensor dengan tanggapan pada Gambar 4(b) akan lebih
peka pada temperatur yang tinggi dari pada temperatur yang rendah.

8
3) Tanggapan Waktu
Tanggapan waktu pada sensor menunjukan seberapa cepat tanggapannya
terhadap perubahan masukan. Sebagai contoh, instrumen dengan tanggapan
frekuensi yang jelek adalah sebuah termometer merkuri. Masukannya adalah
temperatur dan keluarannya adalah posisi merkuri. Misalkan perubahan temperatur
terjadi sedikit demi sedikit dan kontinyu terhadap waktu, seperti tampak pada
Gambar 4.(a).
Frekuensi adalah jumlah siklus dalam satu detik dan diberikan dalam satuan
hertz (Hz) (1 hertz berarti 1 siklus per detik, 1 kilohertz berarti 1000 siklus per
detik). Pada frekuensi rendah, yaitu pada saat temperatur berubah secara lambat,
termometer akan mengikuti perubahan tersebut dengan “setia”. Tetapi apabila
perubahan temperatur sangat cepat lihat Gambar 5b maka tidak diharapkan akan
melihat perubahan besar pada termometer merkuri, karena ia bersifat lamban dan
hanya akan menunjukan temperatur rata-rata.

Gambar 5. Temperatur berubah secara kontinyu

Ada bermacam cara untuk menyatakan tanggapan frekuensi sebuah sensor. Misalnya
“satu milivolt pada 500 hertz”. Tanggapan frekuensi dapat pula dinyatakan dengan
“decibel (db)”, yaitu untuk membandingkan daya keluaran pada frekuensi tertentu
dengan daya keluaran pada frekuensi referensi.

Perlu diperhatikan dalam memilih sensor yang tepat adalah dengan mengajukan
beberapa pertanyaan seperti berikut ini:
a. Apakah ukuran fisik sensor cukup memenuhi untuk dipasang pada tempat yang
diperlukan?

9
b. Apakah ia cukup akurat?
c. Apakah ia bekerja pada jangkauan yang sesuai?
d. Apakah ia akan mempengaruhi kuantitas yang sedang diukur?.

Sebagai contoh, bila sebuah sensor panas yang besar dicelupkan kedalam
jumlah air yang kecil, malah menimbulkan efek memanaskan air tersebut, bukan
menyensornya.
a. Apakah ia tidak mudah rusak dalam pemakaiannya?.
b. Apakah ia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya?
c. Apakah biayanya terlalu mahal?

Dalam kegiatan Belajar ini sensor/transduser yang akan dibahas hanya meliputi
sensor suhu atau transduser thermal.

Konsep Dasar Sensor/Transduser Suhu


Ada banyak variabel yang mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari:
kecepatan mobil, kecepatan angin, dan suhu di rumah. Dalam sebagian besar situasi,
variabel-variabel ini terus dipantau. Variabel inilah yang merupakan umpan balik
yang digunakan untuk mengontrol kecepatan mobil, pengoperasian AC, tingkat
pemanas, dan suhu oven. Elemen-elemen yang merasakan variabel-variabel ini dan
mengubahnya menjadi output yang dapat digunakan adalah transduser. Sebagai
contoh, transduser yang dikenal sebagai termokopel, dapat merasakan perubahan
suhu dan menghasilkan tegangan output yang mewakili perubahan tersebut.
Transduser didefinisikan sebagai zat atau perangkat yang mengubah (atau
mentransfer) energi input menjadi energi keluaran yang berbeda. Karena definisi
yang luas ini, transduser datang dalam banyak varietas yang mengubah berbagai
jenis energi. Berikut ini adalah berbagai jenis transduser.
Sensor mendeteksi keberadaan energi, perubahan atau transfer energi. Sensor
mendeteksi dengan menerima sinyal dari perangkat seperti transduser, kemudian
merespons sinyal itu dengan mengubahnya menjadi output yang dapat dengan mudah
dibaca dan dipahami. Biasanya sensor mengubah sinyal yang dikenali menjadi
keluaran listrik - analog atau digital - yang dapat dibaca. Dengan kata lain, transduser
mengubah satu bentuk energi menjadi bentuk lainnya, sementara sensor bahwa

10
transduser adalah bagian dari konversi output transduser ke format yang dapat
dibaca.
Mereka mengubah satu bentuk energi ke bentuk lain, tetapi mereka tidak
menghitung konversi. Bola lampu mengubah energi listrik menjadi cahaya dan
panas; Namun, itu tidak menghitung seberapa banyak cahaya atau panas. Baterai
mengubah energi kimia menjadi energi listrik tetapi baterai tidak mengkuantifikasi
dengan tepat berapa banyak energi listrik yang dikonversi. Jika tujuan suatu
perangkat adalah untuk mengukur tingkat energi, itu adalah sensor.
Jadi mari kita lihat sebuah sensor yang sudah familiar bagi semua orang,
misalnya sensor suhu. Perhatikan contoh berikut:

Gambar 6. Pembacaan Digital dan Termometer Merkuri

Kondisi energi lingkungan yang umum dirasakan adalah suhu. Termometer


merasakan dan mengubah suhu menjadi keluaran yang mudah dibaca, sehingga
hal itu biasa merupakan sensor. Output ini bisa langsung atau tidak langsung.
Termometer air raksa yang menggunakan tingkat raksa terhadap skala tetap
adalah keluaran langsung. Termometer pembacaan digital adalah keluaran tidak
langsung. (lihat gambar di atas) Untuk termometer pembacaan digital, konverter
digunakan untuk mengubah output transduser suhu menjadi input untuk tampilan
digital. Suhu yang diukur ditampilkan pada monitor. Termometer adalah
transduser (biasanya termokopel yang mentransfer energi panas ke tegangan) dan
sensor (mengukur output transduser dengan format yang dapat dibaca).

11
Termometer merkuri menggunakan properti merkuri untuk mengembang
atau berkontraksi ketika masing-masing dipanaskan atau didinginkan. Dalam
termometer merkuri, kenaikan suhu dirasakan oleh merkuri yang terkandung
dalam tabung gelas kecil. Energi panas dari kenaikan suhu ditransfer ke merkuri
(transduser) yang menyebabkan merkuri mengembang. Perluasan merkuri
diskalakan ke angka-angka pada tabung yang menunjukkan suhu. Berikut ini
adalah berbagai jenis sensor yang diklasifikasikan berdasarkan jenis energi yang
mereka deteksi.
Sensor yang paling banyak digunakan adalah sensor yang mampu
mendeteksi suhu dan panas. Sensor suhu tersedia dalam banyak variasi, mulai dari
yang paling sederhana yakni piranti thermoswitch atau thermostat yang beoperasi
secara digital (on/off) untuk mengontrol sistem pemanas air domestik hingga ke
tipe semikonduktor yang sangat sensitif yang mampu mengontrol proses kontrol
yang komplek. Bapak/Ibu tentunya masih ingat tentang teori atom dan molekul,
bahwa pergerakan molekul dan atom menghasilkan panas (energi kinetik).
Semakin besar pergerakan yang terjadi, akan semakin besar energi panas yang
dibangkitkan. Sensor suhu mengukur jumlah energi panas atau tingkat kedinginan
yang dibangkitkan dalam suatu obyek atau suatu sistem, sehingga
memungukinkan kita mendeteksi atau merasakan adanya perubahan fisik pada
suhunya sehingga memberikan output analog ataupun output digital. Telah
tersedia berbagai jenis sensor suhu dan mereka memiliki karakteristik yang
berbeda-beda tergantung pada aplikasi aktualnya.
Sensor suhu terdiri dari dua tipe fisik dasar, yaitu:
a) Sensor suhu tipe kontak fisik – jenis sensor suhu seperti ini memerlukan kontak
fisik antara obyek yang diukur dengan piranti deteksi dari sensor suhu dengan
memanfaatkan pemindahan panas secara konduksi untuk memonitor perubahan
suhu. Sensor jenis ini dapat digunakan untuk mendeteksi benda padat, cair atau
gas pada rentang suhu yang lebar.
b) Sensor suhu tipe non-kontak fisik – jenis sensor ini memanfaatkan pemindahan
panas secara koveksi dan radiasi untuk memonitor perubahan suhu. Sensor ini
daat digunakan untuk mendeteksi zat cair dan gas yang mengemisikan energi
radian dari arus konveksi dalam bentuk kenaikan panas atau dingin dari bawah

12
ke atas atau mendeteksi energi radian yang ditransmisikan dari suatu obyek
dalam bentuk radiasi infra merah.
Kedua jenis sensor suhu tersebut baik yang memerlukan kontak fisik atau
yang tidak memerlukan kontak fisik juga dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu
a) kelompok elektro-mekanikal,
b) kelompok resistif dan
c) kelompok elektronik.

1. Sensor Termokopel (Thermocouple)

Termokopel merupakan piranti yang paling banyak digunakan sebagai


piranti pendeteksi suhu karena prinsip yang sangat sederhana, mudah
menggunakannya, dan memiliki respon cepat terhadap perubahan suhu.
Termokopel juga memiliki rentang suhu yang lebih lebar mulai dari -200oC
hingga mencapai 2000oC. Termokopel merupakan sensor thermoelectric yang
terdiri dari sambungan dua jenis metal berbeda, seperti kawat tembaga dan
kontantan di mana kedua ujung metal tersebut dihubungkan menjadi satu titik
sambungan yang direkatkan dengan las.Satu titik sambungan dijaga pada suhu
konstan dan disebut sebagai reference (Cold) junction, sedang sambungan lainnya
disebut sebagai measuring (Hot) junction. Jika kedua titik sambungan memiliki
suhu yang berbeda, maka akan dibangkitkan tegangan pada kedua ujung metal
proporsional terhadap perubahan suhu yang dirasakannya.

Gambar 7. Simbol termokopel

13
Gambar 8. Kostruksi termokopel

Prinsip Kerja

Termokopel bekerja berdasarkan efek - thermo-electric. Sambungan dua


jenis bahan tembaga dan konstantan yang mendapat energi panas akan
menimbulkan efek thermo-electric pada kedua jenis metal tersebut sehingga
terjadi perbedaan potensial pada kedua ujung bahan metal tersebut walaupun
sinyalnya masih sangat lemah hanya beberapa (mV). Perbedaan tegangan di
antara kedua sambungan tersebut lazim disebut sebagai "Seebeck effect" karena
gradien suhu yang bangkit sepanjang kawat penghantar memproduksi
electomotive force (emf). Tegangan output yang bangkit pada termokopel
sebanding dengan perubahan suhu yang dirasakannya. Jika pada kedua
sambungan (junction) memiliki suhu yang sama maka perbedaan potensial antara
kedua sambungan menjadi nol, karena VTC = VCJ. Tetapi, ketika kedua
sambungan memiliki suhu yang berbeda akibat stimulus dari luar, akan terdeteksi
tegangan output pada kedua sambungan yang besarnya tergantung pada perbedaan
suhu pada kedua sambungan, di mana besarnya tegangan output adalah VTC =
VCJ. Perbedaan tegangan ini terus meningkat seiring dengan perubahan suhu pada
kedua sambungan sampai mencapai nilai maksimum yang dapat dicapainya yang
nilainya tergantung karakteristik dari metal yang digunakan pada thermocouple.
Thermocouple dapat dibuat dari berbagai jenis kawat penghantar. Thermocouple

14
dapat beroperasi pada rentang suhu yang sangat lebar antara -200oC hingga
mencapai 2000oC.

Tabel 1. Jenis Termokopel

Kode Bahan Konduktor Sensitivitas


E Nickel Chromium/Contantan -200oC – 900oC
J Iron / Constantan 0oC – 750oC
K Nickel Chromium/Nickel aluminium -200oC – 1250oC
N Nicrosil / Nisil 0oC – 1250oC
T Copper / Constantan -200oC – 350oC
U Copper / Copper Nickel 0oC – 1450oC
(kompensasi Tipe S dan Tipe R)

Thermocouple beroperasi berdasarkan Seebeck effect, suatu fenomena


dimana tegangan akan proporsional dengan temperature dapat diperoleh dari
circuit yang terdiri dari dua metal wire yang berbeda. Misalnya,
thermocouple dapat terbuat dari iron dan constantan dapat menghasilkan
tegangan sebesar 35 μV/°F.

Gambar 9. Grafik tegangan terhadap suhu pada termokopel tipe E, J, K dan R

Macam-macam bentuk fisik dan model termokopel banyak sekali


ragamnya yang telah tersedia di pasaran, kita harus memilih sesuai dengan
peruntukannya. Berikut ini ditunjukkan beberapa macam bentuk dan model
termokopel yang beredar di pasaran seperti terlihat pada gambar berikut ini.

15
a. Termokopel model bayonet b. Termokopel model siku (sudut 90o)

c. Termokopel model probe d. Termokopel tipe J dan T dengan steker

e. Termokopel tipe T dengan pengatur kompresi


16
f. Termokopel pt100 dari emas g. Termokopel pt100 dari platinum
Gambar 10. Macam-macam bentuk dan model termokopel

Rangkaian Penguatan Thermocouple

Karena tegangan output yang dibangkitkan oleh thermocouple sangat


lemah, maka diperlukan sirkit untuk menguatkan sinyal tegangannya dalam
bentuk Operational Amplifier seperti diperlihatkan dalam Gambar XX.

Gambar 11. Amplifikasi Termokopel

Contoh lain termokopel tanpa sentuhan langsung seperti pyrometer


radiasi atau biasa disebut thermopile. Berikut contoh gambar Pyrometer
Radiasi:

17
Gambar 12. Cara kerja sensor suhu dengan radiasi panas

Pengukuran suhu pada masa sekarang termokopel sudah dibuat dengan


kemasan yang mempunyai unjuk kerja yang lebih peka yang disebut
thermopile yang digunakan sebagai pyrometer radiasi, dan cara
pengukurannya tidak perlu ditempelkan pada objek yang akan diukur.

Gambar 13. Grafik karakteristik hubungan suhu terhadap arus keluaran

Gambar berikut memperlihatkan tipikal sistem pendeteksian suhu dengan


menggunakan termokoupel pada suatu unit oven.

18
17 mV

OVEN

Voltmeter

Gambar 14. Aplikasi Thermocouple

2. Sensor Thermistor (Thermal Resistor/Thermal Sensitive Resistor)

Thermistor merupakan sensor suhu yang banyak pemakainya. Namanya


thermistor diambil dari kombinasi kata THERM-ally sensitive res-ISTOR.
Thermistor merupakan jenis resistor yang akan berubah resistansinya akibat
adanya perubahan suhu yang dirasakannya. Berfungsi untuk mengubah suhu
menjadi resistansi/hambatan listrik yang berbanding terbalik dengan
perubahan suhu. Semakin tinggi suhu, semakin kecil resistansi.

Thermistor biasanya terbuat dari bahan keramic seperti oksida nikel,


mangan atau cobalt yang terbungkus gelas sehingga membuatnya menjadi
gampang rusak atau pecah. Kelebihan utama thermistor adalah kecepatan
respon terhadap perubahan suhu yang dirasakannya, dan akurasinya. Sebagian
besar thermistor yang dipasarkan memiliki koefisiean suhu negatif (NTC), di
mana nilai resistannya akan turun jika suhu meningkat, sebagian kecil lainnya
memiliki koefisien suhu positif, di mana nilai resistansinya akan naik jika
suhunya meningkat. Thermistor dikonstruksi dari bahan semikonduktor yang
diolah dengan menggunakan teknologi yang disebut sebagai metal oxide
technology seperti manganese, cobalt dan nickel. Bahan semiconductor
tersebut biasanya dikemas secara hermetik (kedap udara) dalam bentuk
piringan atau bentuk bola agar dapat memberikan respon cepat terhadap
perubahan suhu yang dirasakannya. Thermistor didisain untuk mendetaksi

19
suhu rendah misalnya untuk suhu ruang (sekitar 25oC). Seperti halnya resistor,
thermistor tersedia di pasaran dengan nilai resistan pada suhu ruang dalam
orde puluhan mega-ohm tetapi yang lazim digunakan adalah nilai resistan
dalam orde kilo-ohm.

a. Simbol thermistor b. Contoh termistor

Gambar 15. Simbol dan contoh thermstor jenis NTC

Ada 2 jenis termistor yang sering kita jumpai dalam perangkat


elektronika yaitu NTC (Negative Thermal Coeffisien) dan PTC (Positive
Thermal Coeffisien). Umumnya tahanan termistor pada temperatur ruang
dapat berkurang 6% untuk setiap kenaikan temperatur sebesar 1 derajat C.
Kepekaan yang tinggi terhadap perubahan temperatur ini membuat termistor
sangat sesuai untuk pengukuran, pengontrolan dan kompensasi temperatur
secara presisi. Simbol dan bentuk fisik dari thermistor PTC dan NTC seperti
ditunjukan pada gambar di bawah ini.

Tabel 2. Komponen Thermistor

20
Thermistor merupakan piranti resistif pasif, sehingga diperlukan energi
dari luar untuk mengoperasikannya. Jika dialirkan arus listrik pada
thermistor, maka memungkinkan memberikan tegangan output yang akan
meningkat secara linear sebanding dengan perubahan suhu. Biasanya
thermistor dihubungkan seri dengan suatu resistor yang disebut sebagai
biasing resistor untuk membentuk rangkaian pembagi tegangan seperti
diperlihatkan dalam contoh berikut.

Gambar 16. Rangkaian Penguatan Thermistor

Gambar 17. Konstruksi Thermistor tipe GM102

Thermistor dibentuk dari bahan oksida logam campuran, kromium, kobalt,


tembaga, besi atau nikel.
Bentuk Thermistor :
a. Butiran
Digunakan pada suhu > 7000C dan memiliki nilai resistansi 100 Ω hingga 1
MΩ.
b. Keping
Digunakan dengan cara direkatkan langsung pada benda yang diukur panasnya.
c. Batang

21
Digunakan untuk memantau perubahan panas pada peralatan elektronik,
mempunyai resistansi tinggi dan disipasi dayanya sedang. Thermistor dibuat
sekecil-kecilnya agar mencapai kecepatan tanggapan (respon time) yang baik.

Pemakaian thermistor didasarkan pada tiga karakteristik dasar, yaitu:


a. Karakteristik R (resistansi) terhadap T (suhu)
b. Karakteristik R (resistansi) terhadap t (waktu)
c. Karakteristik V (tegangan) terhadap I (arus)

Berikut ini grafik hubungan antara resistansi terhadap suhu thermistor jenis
NTC (Negative Temperature Coefisien) dan thermistor PTC. Dimana jenis NTC
berarti jika suhu naik maka nilai tahanannya akan menurun, demikian sebaliknya
untuk jenis thermistor PTC, jika suhu naik tahanan akan naik.

NTC PTC

Gambar 18. Karakteristik sensor termistor jenis NTC dan PTC

Rangkaian Pengendali Suhu Ruangan Sederhana dengana sensor termistor


(karakteristik R terhadap t)

22
Gambar 19. Kerja rangkaian saat suhu normal (misal suhu ruang 25oC)

Gambar 20. Kerja rangkaian saat suhu ruang turun (misal suhu ruang <25oC)

Cara kerja rangkaian:


Saat temperatur masih dingin hambatan thermistor sangat besar dibandingkan
dengan R2, sehingga transistor dalam kondisi menghantar lalu relay kontak
(terhubung) dan heater (pemanas) menghasilkan panas. Akan tetapi, ketika
ruangan menjadi panas, thermistor juga ikut panas sehingga tahanannya turun.
Tahanan paralel thermistor dengan R2 menjadi kecil, sehingga tegangan bias
Transistor Tr juga kecil, mengakibatkan Tr dalam kondisi cut off, relay tidak
kontak dan pemanas (heater) tidak bekerja. Akibatnya, suhu ruangan turun.
Demikian seterusnya proses akan berulang dari awal dan suhu ruangan menjadi
konstan.

23
Contoh Kasus

Gambar 21. Rangkaian thermistor dengan op-amp (misal suhu ruang 25oC)

Sebuah thermistor memiliki resistansi sebesar 10KΩ pada suhu 25oC dan
memiliki resistansi sebesar 100Ω pada 100oC. Hitung tegangan drop pada
thermistor dan tegangan output yang dapat dihasilkannya (Vout) pada kedua
kondisi suhu jika hubungkan seri denga sebuah resistor R2 = 1kΩ dan tegangan
sumber sebesar 12 VDC.
Berdasarkan rangkaian penguatan seperti gambar di atas didapat:
Pada suhu 25oC
𝑹𝑹𝟐𝟐 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏
𝑽𝑽𝑽𝑽𝑽𝑽𝑽𝑽 = 𝒙𝒙 𝑽𝑽 = 𝒙𝒙𝒙𝒙𝒙𝒙𝑽𝑽𝑫𝑫𝑫𝑫 = 𝟏𝟏, 𝟎𝟎𝟎𝟎 𝑽𝑽𝑫𝑫𝑫𝑫
𝑹𝑹𝟏𝟏 +𝑹𝑹𝟐𝟐 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏+𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏

Pada suhu 100oC


𝑹𝑹𝟐𝟐 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏
𝑽𝑽𝑽𝑽𝑽𝑽𝑽𝑽 = 𝒙𝒙 𝑽𝑽 = 𝒙𝒙𝒙𝒙𝒙𝒙𝑽𝑽𝑫𝑫𝑫𝑫 = 𝟏𝟏𝟏𝟏, 𝟎𝟎𝟎𝟎 𝑽𝑽𝑫𝑫𝑫𝑫
𝑹𝑹𝟏𝟏 + 𝑹𝑹𝟐𝟐 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏 + 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏

Dengan mengganti resistor tetap R2 (dalam contoh sebesar 1kΩ) menjadi sebuah
potensiometer maka tegangan output pada saat preset dapat ditentukan sesuai
keinginan, misalnya sebesar 5VDC tegangan output pada suhu 60oC dan dengan
mengatur ulang potensiometer kalian dapat memperoleh rentang suhu yang lebih
luas lagi.

Contoh lain aplikasi pengendali suhu dengan thermistor sebagai sensor


dilengkapi dua indikator

24
Gambar 22. Rangkaian sensor suhu ketika merasakan suhu 30oC

Gambar 23. Rangkaian sensor suhu ketika merasakan suhu 20oC

Contoh aplikasi thermistor Gambar 22 dan Gambar 23, rangkaian diset


untuk suhu ruang 20oC ketika thermistor R1 mendeteksi kenaikan suhu maka
nilai resistansi thermistor akan mengecil dan ketika resistansi thermistor lebih
kecil dari resistansi variabel resistor VR1 sebagai pembagi tegangannya maka
akan ada arus yang mengalir ke basis transistor Q1, ketika itu juga relay RL1
akan aktif dan led merah D1 (sebagai indikator panas akan aktif) sebaliknya jika
suhu yang dideteksi thermistor R1 kecil maka resistansi pada thermistor akan
menjadi besar, dan ketika resistansi thermistor R1 lebih besar dari pembagi
tegangannya dalam rangkaian kali ini variabel resistor VR1 maka tidak akan ada

25
arus yang mengalir ke basis transistor Q1, relay tidak aktif dan led hijau D2
(sebagai indikator suhu tidak panas aktif).

3. Sensor RTD (Resistance Temperature Detectors)


Jenis sensor suhu yang lain Resistance Temperature Detector atau disingkat
RTD. RTD merupakan sensor suhu yang presisi yang terbuat dari metal dengan
puritas konduktif tinggi seperti platinum, tembaga (copper) atau nickel yang dililit
membentuk suatu koil. Seperti namanya, TRD akan berubah nilai resistannya
sebanding dengan perubahan suhu yang dirasakannya.
Resistive temperature detector (RTD) memiliki koefisien suhu positif (PTC)
tetapi tidak seperti thermistor, output RTD sangat linear sehingga menghasilkan
pengukuran suhu yang lebih akurat. RTD memiliki sensitivitas rendah, adanya
perubahan suhu hanya menghasilkan perubahan output yang sangat kecil,
misalnya 1Ω/oC. Biasanya RTD terbuat dari bahan platinum (Platinum Resistance
Thermometer atau PRT), di pasaran dikenal dengan nama Pt100, yang memiliki
nilai resistan (standard resistance) sebesar 100Ω pada 0oC.
Bentuk konstruksi RTD secara umum dapat dilihat pada gambar berikut :

A. Cryogenic RTD B. Hollow Annulus High Pressure LH2 RTD


C. Hollow Annulus LH2 RTD D. 1/8" Diameter LN2 RTD

Gambar 24. Beberapa contoh bentuk RTD

Dalam penggunaannya, RTD (PT100) juga memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan dari RTD (PT100) :


a. Ketelitiannya lebih tinggi dari pada termokopel.
b. Tahan terhadap temperatur yang tinggi.
26
c. Stabil pada temperatur yang tinggi, karena jenis logam platina lebih stabil dari
pada jenis logam yang lainnya.
d. Kemampuannya tidak akan terganggu pada kisaran suhu yang luas.

Kekurangan dari RTD (PT100) :


a. Lebih mahal dari pada termokopel.
b. Terpengaruh terhadap goncangan dan getaran.
c. Respon waktu awal yang sedikit lama (0,5 s/d 5 detik, tergantung kondisi
penggu naannya).
d. Jangkauan suhunya lebih rendah dari pada termokopel. RTD (PT100) mencapai
suhu 650 0C, sedangkan termokopel mencapai suhu 1700 0C.

RTD merupakan piranti resistif pasif, sehingga diperlukan energi dari luar
untuk mengoperasikannya. Jika dialirkan arus listrik pada RTD, maka
memungkinkan memberikan tegangan output yang akan meningkat secara linear
sebanding dengan perubahan suhu. Biasanya RTD memiliki nilai resistan sekitar
100Ω pada suhu 0oC, dan dapat meningkat hingga mencapai nilai resistan 140Ω
pada suhu 100oC dengan rentang operasi suhu antara -200o to +600oC.
Karena RTD merupakan piranti resistif, bapak/ibu perlu mengalirkan arus ke
RTD untuk dapat memonitor tegangan output yang dihasilkannya sesuai dengan
perubahan suhu yang dirasakannya. Karena adanya variasi nilai tahanan
mengakibatkan adanya variasi panas disipasi yang ditimbulkannya sesuai dengan
hukum Ohm, yaitu sebesar I2R . Hal ini dapat menyebabkan terjadinya kesalahan
dalam pembacaan suhu. Untuk mengatasi masalah tersebut, biasanya RTD
dihubungkan ke dalam rangkaian jembatan.
Resistance temperature detector (RTD) adalah temperature sensor berbasis
fakta bahwa bahan metal naik resistance bila suhunya naik. Kawat penghantar,
seperti platinum. Platinum wire mempunyai temperature dengan coefficient 0.0039
Ω/Ω/°C.

27
Gambar 25. Kemasan RTD

Konstruksi RTD bahan platinum:

Gambar 26. RTD terpasang pada permukaan logam

Hubungan antara resistansi dan suhu penghantar logam merupakan


perbandingan linear. Resistansi bertambah sebanding dengan perubahan suhu
padanya. Besar resistansinya dapat ditentukan berdasarkan rumus :
∆𝑹𝑹
𝑹𝑹 =
𝜶𝜶∆𝑻𝑻
Dimana:
R = resistansi logam murni
∆R = perubahan resistansi
∆T = perubahan suhu
α =koefisien resistansi terhadap suhu

Besar resistansi pada suhu tertentu dapat diketahui dengan rumus :


𝑹𝑹𝟎𝟎
𝑹𝑹𝒕𝒕 =
(𝟏𝟏 + 𝜶𝜶∆𝒕𝒕)
28
Dimana :
Ro = tahanan konduktor pada temperature awal ( biasanya 0oC)
Rt = tahanan konduktor pada temperatur toC
α = koefisien temperatur tahanan
Δt = selisih antara temperatur kerja dengan temperatur awal

Sedangkan model matematis nonliner kuadratik untuk RTD (PT100) suhu positif
adalah:

𝑹𝑹𝒕𝒕 = 𝑹𝑹𝟎𝟎 (𝟏𝟏 + 𝑨𝑨𝑨𝑨 − 𝑩𝑩𝑻𝑻𝟐𝟐 )


dimana :
Konstanta A = 3,9083 E-3 °C-1 dan
B = 5,775 E-7 ° C-2.

Beriku ini disajika grafik perbandingan resistansi dengan temperatur untuk


variasi RTD metal

Gambar 27. Grafik perbandingan resistansi & temperatur variasi RTD metal

Sebuah RTD dapat dihubungkan dalam konfigurasi dua, tiga, atau


empat-kawat. Konfigurasi dua kawat adalah yang paling sederhana dan juga
yang paling rawan kesalahan. Dalam konfigurasi ini, RTD terhubung dengan
dua lead kawat arus ke sirkuit jembatan Wheatstone dan tegangan output yang
terukur. Untuk menghasilkan tegangan keluaran dapat diperoleh dengan
mengalirkan arus konstan melalui RTD atau dengan memasangnya pada salah
satu lengan jembatan wheatstone.
29
Gambar 28. Konfigurasi 2 kawat
Kerugian dari rangkaian di atas adalah bahwa dua lead kawat yang
menghubungkan RTD akan menambah secara langsung besarnya nilai resistansi
RTD dan akan menyebabkan terjadinya kesalahan pendeteksian suhu.
Konfigurasi tiga-kawat terdiri dari dua lead arus dan satu lead tegangan
yang mengukur penurunan tegangan pada RTD. Resistansi lead tegnagan yang
tinggi untuk meniadakan efek dari drop tegangan karena arus yang mengalir
selama pengukuran, seperti terlihat pada gambar berikut ini.

Gambar 29. Konfigurasi 3 kawat


Konfigurasi di atas sangat ideal untuk membatalkan resistansi kawat
pada rangkaian dan menghilangkan efek resistensi yang berbeda, yang mungkin
merupakan masalah pada konfigurasi dua-kawat. Konfigurasi tiga-kawat biasa
digunakan untuk pengukuran yang memerlukan akurasi yang baik pada aplikasi
pengontrolan suhu.
Konfigurasi empat-kawat terdiri dari dua lead arus dan dua lead tegangan
yang mengukur penurunan tegangan pada RTD. Kedua resistasi yang tinggi

30
pada lead tegangan untuk meniadakan efek dari drop tegangan karena arus yang
mengalir selama pengukuran, seperti terlihat pada gambar berikut ini.

Gambar 30. Konfigurasi 4 kawat

Konfigurasi di atas sangat ideal untuk membatalkan resistensi kawat


pada rangkaian dan menghilangkan efek resistensi yang berbeda, yang mungkin
merupakan masalah pada konfigurasi tiga-kawat. Konfigurasi empat-kawat biasa
digunakan pada saat pengukuran yang memerlukan akurasi yang sangat tinggi
dalam aplikasi pengontrolan suhu.

Gambar 31. Rangkaian jembatan wheatstone


Jika RTD dirangkai dalam kombinasi rangkaian jembatan seperti diatas, maka
dalam kondisi seimbang (VAB=0), maka tahanan pada RTD dapat dihitung, maka
persamaan rangkaian jembatan wheatstone
𝑹𝑹𝟐𝟐
𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹𝑹 = 𝑹𝑹𝟑𝟑
𝑹𝑹𝟏𝟏
Dimana: RRTD = nilai tahanan RTD yang berubah

31
Sedangkan nilai tegangan VAB adalah
𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅 𝑅𝑅2
𝑉𝑉𝐴𝐴𝐴𝐴 = � − � . 𝐸𝐸
𝑅𝑅3 + 𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅 𝑅𝑅1 + 𝑅𝑅2

4. Sensor Bimetal
Sensor suhu bimetal atau lazim disebut sebagai themostat atau Bimetallic
switches banyak digunakan sebagai on–off temperature control system. Bila dua
metal strips yang memiliki coefficients of thermal expansion berbeda ditempel
jadi satu, maka bimetallic structure akan melengkung bila suhunya berubah.

Gambar 32. Bimetal switch

Bimetal adalah sensor temperatur yang sangat populer digunakan karena


kesederhanaan yang dimilikinya. Bimetal biasa dijumpai pada alat strika listrik
dan lampu kelap-kelip (dimmer). Bimetal adalah sensor suhu yang terbuat dari
dua buah lempengan logam yang berbeda koefisien muainya (α) yang direkatkan
menjadi satu.
Bila suatu logam dipanaskan maka akan terjadi pemuaian, besarnya
pemuaian tergantung dari jenis logam dan tingginya temperatur kerja logam
tersebut. Bila dua lempeng logam saling direkatkan dan dipanaskan, maka logam
yang memiliki koefisien muai lebih tinggi akan memuai lebih panjang sedangkan
yang memiliki koefisien muai lebih rendah memuai lebih pendek. Oleh karena
perbedaan reaksi muai tersebut maka bimetal akan melengkung kearah logam
yang muainya lebih rendah. Dalam aplikasinya bimetal dapat dibentuk menjadi
saklar Normally Closed (NC) atau Normally Open (NO).

32
Gambar 33. Tipikal Bimetalik Thermostat
Disini berlaku rumus pengukuran temperature dwi-logam yaitu :

t[3(1 + m) 2 + (1 + mm)(m 2 + 1 / mn)]


ρ=
6(α A + α B )(T2 − T1 )(1 + m) 2

dan dalam praktek tB/tA = 1 dan (n+1).n =2, sehingga;

2t
ρ=
3(α A − α B )(T2 − T1 )

di mana ρ = radius kelengkungan


t = tebal jalur total
n = perbandingan modulus elastis, EB/EA
m = perbandingan tebal, tB/tA
T2-T1 = kenaikan temperature
αA, αB = koefisien muai panas logamA dan logam B

Thermostat terdiri dari dua metal yang memiliki nuai panjang berbeda
yang digabung atau direkatkan dalam satu ikatan. Ketika dalam kondisi dingin
kontak thermostat menutup sehingga arus listrik dapat mengalir melalui kontak
thermostat. Jika kondisi strip bimetal mulai panas, maka salah satu metal akan
memanjang lebih panjang dari metal lainnya, sehingga strip bimetal cenderung
melengkung ke atas atau kebawah. Gerakan melengkung ini dimanfaatkan untuk
membuka kontak thermostat, sehingga memutuskan arus listrik.

33
Ada dua tipe strip bimetal berdasarkan pergerakan yang dilakukannya
akibat adanya perubahan suhu. Tipe pertama adalah "snap-action" yakni yang
menghasilkan aksi buka/tutup kontak secara langsung pada titik suhu yangtelah
ditetapkan. Tipe kedua adalah slower "creep-action" yakni aksi pemutusan atau
pembukaan kontak dilakukan secara tidak langsung tetapi secara gradual
mengikuti perubahan suhu. Thermostat tipe Snap-action lazim digunakan untuk
pengontrolan suhu peralatan rumah tangga seperti seterika listrik, tangki
pemanas air, dan dijumpai pula pada pengontrolan suhu ruang pada suatu unit
tata udara.
Thermostat tipe creeper, terdiri dari koil bimetal atau spiral bimetal yang
akan mengembang secara perlahan ketika mengalami perubahan suhu. Biasanya,
thermostat tipe creeper ini lebih sensitif terhadap perubahan suhu dibandingkan
dengan tipe snapper. Thermostat tipe creeper digunakan pada temperature gauge
dan temperature dial.
Meskipun thermostst tipe snapper lebih murah, tetapi memiliki kelamahan
utama yaitu rentang histerisis yang lebar ketika kontak mulai membuka atau menutup
kembali. Misalnya, thermostat diatur pada set point 20oC tetapi baru akan membuka
kontaknya pada suhu 22oC dan akan menutup kembali pada suhu 18oC.

Prinsip Kerja Thermal Switch


Thermal swtch biasanya memiliki tuas titik kontak yang terbuat dari sekeping
pelat bimetal. Bimetal adalah dua buah logam yang memiliki koofisien pemuaian
panjang berbeda yang direkatkan dengan di las menjadi satu. Pada suhu nominal pelat
bimetal berbentuk lurus. Jika pelat bimetal dipanaskan maka logam yang memiliki
koefisien muai panjang lebih besar akan memuai lebih panjang daripada logam yang
memiliki nilai koefisien muai panjang lebih kecil. Logam yang memuai lebih panjang
akan mendorong logam yang memuai lebih pendek sehingga pelat bimetal akan
melengkung ke arah logam yang memiliki nilai koofisien muai lebih kecil. Hal
sebaliknya akan terjadi jika pelat bimetal didinginkan

34
Gambar 34. Contoh thermal switch

Gambar 35. Contoh pemakaian thermostat lempengan bimetal

Lempengan bimetal dapat dimanfaatkan dalam berbagai keperluan misalnya


pada termometer bimetal, termostat bimetal pada seterika listrik, saklar alarm
bimetal, sekring listrik bimetal.

Aplikasi Bimetal atau Thermal switch


Pengaman temperatur berlebih Pada aplikasi ini permukaan sensor
thermal switch diletakan pada perangkat dibagian yang mengasilkan atau tempat
menjalarnya panas. Thermal switch bekerja pada temperatur nominal tertentu.
Pada kondisi normal titik kontak thermal switch terhubung (NC = Normaly
Close). Apabila temperatur maksimum terlampaui maka pelat bimetal akan
melengkung dan titik kontak menjadi terbuka. Biasanya di pasaran tersedia
bebrapa pilihan untuk nilai temperatur maksimum dari thermal switch.

35
Contoh pemakaiannya adalah thermal switch pada motor listrik, kipas angin
listrik, kompresor sistem pendingin dan lain-lain. Dimana thermal switch di
tempal pada bodi dari motor dan pada saat temperatur ambang terlewati maka
motor akan mati. Beberapa jenis thermal switch untuk aplikasi ini dilengkapi
pengaturan tekanan pegas terhadap plat bimetal sehingga temperatur
maksimumnya bisa diatur seperti pada setrika listrik

5. Sensor suhu IC LM 35

Sensor suhu yang dikemas di dalam sebuah integrated circuit (IC) telah
tersedia dalam berbagai konfigurasi. Salah satu yang sangat populer adalah IC seri
LM34 dan LM35. LM34 menghasilkan tegangan output yang proporsional
terhadap suhu Fahrenheit, dan LM35 menghasilkan tegangan output yang
proporsional terhadap suhu Celcius.

Sensor suhu LM35 adalah komponen elektronika yang memiliki fungsi


untuk mengubah besaran suhu menjadi besaran listrik dalam bentuk tegangan.
Sensor Suhu LM35 yang dipakai dalam penelitian ini berupa komponen
elektronika elektronika yang diproduksi oleh National Semiconductor. LM35
memiliki keakuratan tinggi dan kemudahan perancangan jika dibandingkan
dengan sensor suhu yang lain, LM35 juga mempunyai keluaran impedansi yang
rendah dan linieritas yang tinggi sehingga dapat dengan mudah dihubungkan
dengan rangkaian kendali khusus serta tidak memerlukan penyetelan lanjutan.
Berfungsi untuk mengubah suhu menjadi tegangan tertentu yang sesuai dengan
perubahan suhu. Meskipun tegangan sensor ini dapat mencapai 30 volt akan tetapi
yang diberikan kesensor adalah sebesar 5 volt, sehingga dapat digunakan dengan
catu daya tunggal dengan ketentuan bahwa LM35 hanya membutuhkan arus
sebesar 60 µA hal ini berarti LM35 mempunyai kemampuan menghasilkan panas
(self-heating) dari sensor yang dapat menyebabkan kesalahan pembacaan yang
rendah yaitu kurang dari 0,5oC pada suhu 25o C .

36
Gambar 36. Spesifikasi Keluarga LM34 dan LM35

Tegangan output IC LM35 adalah: Vout=10mV/oC. Persamaan tersebut


mengandung makna bahwa untuk setiap kenaikan suhu sebesar satu derajat
celcius, maka tegangan output naik sebesar 10mV. Jika LM35 hanya digunakan
untuk mengukur suhu dalam rentang positif saja, maka tipikal aplikasi seperti
diperlihatkan dalam Gambar berikut.

Rangkaian dasar IC LM 35:

Gambar 37. Tipikal Aplikasi LM35 Untuk Mengukur Suhu Positif & Negatif

Karakteristik IC LM 35:

Pada suhu 150oC = +1500mV

Padan suhu 25oC = +2500mV

Padan suhu -55oC = -550mV

37
Tegangan keluaran rangkaian bertambah 10 mV/oC. Dengan memberikan
tegangan referensi negatif (-Vs) pada rangkaian, sesor ini mampu bekerja pada
rentang suhu -55oC – 150oC. Tegangan keluaran dapat diatur 0 V pada suhu 0oC
dan ketelitian sensor ini adalah ± 1oC. Data yang lebih lengkap dapat diunduh
(didownload) di www.national.com/catalog/sg2261.html.

Prinsip Kerja Sensor LM35


Secara prinsip sensor akan melakukan penginderaan pada saat perubahan suhu
setiap suhu 1 ºC akan menunjukan tegangan sebesar 10 mV. Pada
penempatannya LM35 dapat ditempelkan dengan perekat atau dapat pula
disemen pada permukaan akan tetapi suhunya akan sedikit berkurang sekitar
0,01 ºC karena terserap pada suhu permukaan tersebut. Dengan cara seperti ini
diharapkan selisih antara suhu udara dan suhu permukaan dapat dideteksi oleh
sensor LM35 sama dengan suhu disekitarnya, jika suhu udara disekitarnya jauh
lebih tinggi atau jauh lebih rendah dari suhu permukaan, maka LM35 berada
pada suhu permukaan dan suhu udara disekitarnya. Jarak yang jauh diperlukan
penghubung yang tidak terpengaruh oleh interferensi dari luar, dengan demikian
digunakan kabel selubung yang ditanahkan sehingga dapat bertindak sebagai
suatu antenna penerima dan simpangan didalamnya, juga dapat bertindak
sebagai perata arus yang mengkoreksi pada kasus yang sedemikian, dengan
mengunakan metode bypass kapasitor dari Vin untuk ditanahkan.
Maka dapat disimpulkan prinsip kerja sensor LM35 sebagai berikut:
a. Suhu lingkungan di deteksi menggunakan bagian IC yang peka terhadap suhu
b. Suhu lingkungan ini diubah menjadi tegangan listrik oleh rangkaian di dalam IC,
dimana perubahan suhu berbanding lurus dengan perubahan tegangan output.
c. Pada seri LM35 Vout = 10 mV/oC
Tiap perubahan 1oC akan menghasilkan perubahan tegangan output s ebesar 10mV

Kelebihan Sensors LM35:


a. Rentang suhu yang jauh, antara -55o sampai +150 oC
b. Low self-heating, sebesar 0.08 oC
c. Beroperasi pada tegangan 4 sampai 30 V

38
d. Rangkaian tidak rumit
e. Tidak memerlukan pengkondisian sinyal

Kekurangan Sensors LM35:


Membutuhkan sumber tegangan untuk beroperasi

LM35 adalah komponen sensor suhu berukuran kecil seperti transistor


(TO-92). Komponen yang sangat mudah digunakan ini mampu mengukur suhu
hingga 100 derajad Celcius, tetapi tidak cocok untuk pengukur suhu yang
sensornya dimasukan dalam cairan. Dengan tegangan keluaran yang terskala
linear dengan suhu terukur, yakni 10 milivolt per 1 derajad Celcius, maka
komponen ini sangat cocok untuk digunakan sebagai eksperimen kita, atau
bahkan untuk aplikasi-aplikasi seperti termometer ruang digital, mesin
pasteurisasi, atau termometer badan digital. LM35 dapat disuplai dengan
tegangan mulai 4V-30V DC dengan arus disipasi sekitar 60 µA.

Contoh Aplikasi:
Buat konstruksi sensor suhu dengan menggunakan LM35 yang memiliki
spesifikasi sebagai berikut:
a. Range: 5 - 100oC
b. Supply voltage : 5V
c. Output : 0,1 V/oC
Penyelesaian:
Persyaratan yang diinginkan untuk sensor suhu agar mampu beroperasi dengan
rentang 5 hingga 100oC akan dapat terpenuhi karena LM35 memiliki rentang
suhu -55o hingga 150oC. Karena rentang suhu yang diharapkan bernilai positif,
kalian dapat menggunakan rangkaian seperti Gambar 5.14 menggunakan catu
daya 5 V.
Spesifikasi output 0,1V/ o C atau 0,1V = 1o C , berarti sepuluh kali lebih besar
dari output LM35. Untuk itu diperlukan penguatan sinyal dengan op-amp . Nilai
gain untuk amplifiernya dapat di-set = 10 dengan memilih resistor secara tepat,
yaitu:
𝑹𝑹𝒇𝒇
𝑮𝑮𝑮𝑮𝑮𝑮𝑮𝑮 = 𝑨𝑨 = + 𝟏𝟏 = 𝟏𝟏𝟏𝟏
𝑹𝑹𝒂𝒂

39
Gambar 38. Rangkaian Sensor Suhu dengan Rentang Positif

b. Aktuator Servo Motor


Motor servo adalah sebuah perangkat atau aktuator putar (motor) yang
dirancang dengan sistem kontrol umpan balik loop tertutup (servo), sehingga
dapat di set-up atau di atur untuk menentukan dan memastikan posisi sudut dari
poros output motor. Motor servo merupakan perangkat yang terdiri dari motor
DC, serangkaian gear, rangkaian kontrol dan potensiometer. Serangkaian gear
yang melekat pada poros motor DC akan memperlambat putaran poros dan
meningkatkan torsi motor servo, sedangkan potensiometer dengan perubahan
resistansinya saat motor berputar berfungsi sebagai penentu batas posisi putaran
poros motor servo.
Motor servo adalah sebuah motor DC dengan sistem umpan balik tertutup
di mana posisi rotor-nya akan diinformasikan kembali ke rangkaian kontrol yang
ada di dalam motor servo. Motor ini terdiri dari sebuah motor DC, serangkaian
gear, potensiometer, dan rangkaian kontrol. Potensiometer berfungsi untuk
menentukan batas sudut dari putaran servo. Sedangkan sudut dari sumbu motor
servo diatur berdasarkan lebar pulsa yang dikirim melalui kaki sinyal dari kabel
motor.
Keunggulan dari penggunaan motor servo adalah:
1) Tidak bergetar dan tidak ber-resonansi saat beroperasi.
2) Daya yang dihasilkan sebanding dengan ukuran dan berat motor.
3) Penggunaan arus listik sebanding dengan beban yang diberikan.
4) Resolusi dan akurasi dapat diubah dengan hanya mengganti encoder yang
dipakai.

40
5) Tidak berisik saat beroperasi dengan kecepatan tinggi.

Selain itu, motor servo juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu:


1) Memerlukan pengaturan yang tepat untuk menstabilkan umpan balik.
2) Motor menjadi tidak terkendali jika encoder tidak memberikan umpan balik.
3) Beban berlebih dalam waktu yang lama dapat merusak motor

Penggunaan sistem kontrol loop tertutup pada motor servo berguna untuk
mengontrol gerakan dan posisi akhir dari poros motor servo. Adapun penjelasan
sederhananya, posisi poros output akan di sensor untuk mengetahui posisi poros
sudah tepat seperti yang di inginkan atau belum, jika belum maka kontrol input
akan mengirim sinyal kendali untuk membuat posisi poros tersebut tepat pada
posisi yang diinginkan. Untuk lebih jelasnya mengenai sistem kontrol loop
tertutup, perhatikan contoh sederhana beberapa aplikasi lain dari sistem kontrol
loop tertutup, seperti penyetelan suhu pada AC, kulkas, setrika dan lain
sebagainya. Motor servo biasa digunakan dalam aplikasi-aplikasi di industri,
selain itu juga digunakan dalam berbagai aplikasi lain seperti pada mobil mainan
radio kontrol, robot, pesawat, dan lain sebagainya.

Gambar 39. Contoh beberapa motor servo

Motor ini terdiri dari sebuah motor, serangkaian gear, potensiometer dan
rangkaian kontrol. Potensiometer berfungsi untuk menentukan batas sudut dari
putaran servo. Sedangkan sudut dari sumbu motor servo diatur berdasarkan lebar
pulsa yang dikirim melalui kaki sinyal dari kabel motor. Tampak pada gambar
dengan pulsa 1.5 ms pada periode selebar 2 ms maka sudut dari sumbu motor
akan berada pada posisi tengah. Semakin lebar pulsa OFF maka akan semakin

41
besar gerakan sumbu ke arah jarum jam dan semakin kecil pulsa OFF maka akan
semakin besar gerakan sumbu ke arah yang berlawanan dengan jarum jam. Motor
servo biasanya hanya bergerak mencapai sudut tertentu saja dan tidak kontinyu
seperti motor DC maupun motor stepper. Walau demikian, untuk beberapa
keperluan tertentu, motor servo dapat dimodifikasi agar bergerak kontinyu. Pada
robot, motor ini sering digunakan untuk bagian kaki, lengan atau bagian-bagian
lain yang mempunyai gerakan terbatas dan membutuhkan torsi cukup besar
Ada dua jenis motor servo, yaitu motor servo AC dan DC. Motor servo AC
lebih dapat menangani arus yang tinggi atau beban berat, sehingga sering
diaplikasikan pada mesin-mesin industri. Sedangkan motor servo DC biasanya
lebih cocok untuk digunakan pada aplikasi-aplikasi yang lebih kecil. Dan bila
dibedakan menurut rotasinya, umumnya terdapat dua jenis motor servo yang dan
terdapat di pasaran, yaitu motor servo rotation 180⁰ dan servo rotation continuous.
1) Motor servo standard (servo rotation 180⁰) adalah jenis yang paling umum dari
motor servo, dimana putaran poros outputnya terbatas hanya 90⁰ kearah kanan
dan 90⁰ kearah kiri. Dengan kata lain total putarannya hanya setengah
lingkaran atau 180⁰.
2) Motor servo rotation continuous merupakan jenis motor servo yang sebenarnya
sama dengan jenis servo standard, hanya saja perputaran porosnya tanpa
batasan atau dengan kata lain dapat berputar terus, baik ke arah kanan maupun
kiri.
3) Bagian-bagian motor servo:

4)
Gambar 40. Cara pengendalian dari motor servo

42
Gambar 41. Bagian dari motor servo

Motor servo merupakan motor yang berputar lambat, biasanya ditunjukkan oleh
rate putarannya yang lambat, namun demikian memiliki torsi yang kuat karena
internal gearnya.
Ciri sebuah motor servo:
1) Memiliki 3 jalur kabel : power, ground, dan control
2) Memiliki sinyal control mengendalikan posisi
3) Operasional dari servo motor dikendalikan oleh sebuah pulsa selebar ± 20 ms,
dimana lebar pulsa antara 0.5 ms dan 2 ms menyatakan akhir dari range sudut
maksimum.
4) Konstruksi didalamnya meliputi internal gear, potensiometer, dan feedback
control

Prinsip kerja motor servo


Motor servo dikendalikan dengan memberikan sinyal modulasi lebar pulsa
PWM (Pulse Wide Modulation) melalui kabel kontrol. Lebar pulsa sinyal kontrol
yang diberikan akan menentukan posisi sudut putaran dari poros motor servo.
Sebagai contoh, lebar pulsa dengan waktu 1,5 ms (mili detik) akan memutar poros
motor servo ke posisi sudut 90⁰. Bila pulsa lebih pendek dari 1,5 ms maka akan
berputar ke arah posisi 0⁰ atau ke kiri (berlawanan dengan arah jarum jam),
sedangkan bila pulsa yang diberikan lebih lama dari 1,5 ms maka poros motor
servo akan berputar ke arah posisi 180⁰ atau ke kanan (searah jarum jam)
tergantung dari spesifikasi motor servonya. Lebih jelasnya perhatikan gambar
dibawah ini.

43
Gambar 42. Pengendalian putaran motor servo dengan PWM
Ketika lebar pulsa kendali telah diberikan, maka poros motor servo akan
bergerak atau berputar ke posisi yang telah diperintahkan, dan berhenti pada
posisi tersebut dan akan tetap bertahan pada posisi tersebut. Jika ada kekuatan
eksternal yang mencoba memutar poros motor atau mengubah posisi poros motor,
maka motor servo akan mencoba menahan atau melawan dengan besarnya
kekuatan torsi yang dimilikinya (rating torsi servo). Namun motor servo tidak
akan mempertahankan posisinya untuk selamanya, sinyal lebar pulsa kendali
harus diulang setiap 20 ms (mili detik) untuk menginstruksikan agar posisi poros
motor servo tetap bertahan pada posisinya.
Contoh lain cara kerja motor DC servo Hitec dengan spesifikasi HS-322HD

44
1
Gambar 43. Cara kerja motor dc servo Hitec seri HS-322HD

Contoh spesifikasi dari servo continuous parallax ialah:


1) Power 6vdc max
2) Average Speed 60 rpm - Note: with 5vdc and no torque
3) Weight 45.0 grams/1.59oz
4) Torque 3.40 kg-cm/47oz-in
5) Size mm (L x W x H) 40.5x20.0x38.0
6) Size in (L x W x H) 1.60x.79x1.50
7) Manual adjustment port

45
Macam-macam bentuk motor servo yang ada di pasaran

Gambar 44. Contoh motor servo DC continous paralax

Gambar 45. Contoh motor servo AC

Gambar 46. Penampang motor servo dengan high power

Karakteristik aktuator motor servo, jika dilihat perbandingan dengan aktuator

46
lainnya.

Torque, T
Load
Stepper
AC Servo
DC Servo

Operating
Points

Speed, ω

Gambar 47. Karakteristik motor servo

Contoh aplikasi motor servo pada industri

(a).

(b)

Gambar 48. (a). Contoh aplikasi motor servo untuk posisi benda kerja
(b). Contoh aplikasi motor servo untuk pada sistem otomatis
47
Forum Diskusi
Diskusikanlah jawaban dari soal-soal berikut :
1. Jelaskan prinsip kerja dari ilustrasi Gambar 47b di atas
2. Jelaskan dengan diberikan contoh, apa perbedaan antara sensor dan transduser
?
3. Klasifikasikan sensor yang dipakai dalam lingkungan otomasi !
4. Jelaskan perbedaaan sensor jenis PTC dan NTC!
5. Jelaskan macam-macam sensor suhu jenis tak langsung dan lengkapi dengan
contoh gambarnya!

C. Penutup
1. Rangkuman

Sistem kendali yang melibatkan sensor dan aktuator seperti analogi manusia
mempnyai panca indra atau lima sistem indra, yaitu indra perasa, indra penglihatan,
indra pendengaran, indra peraba, indra penciuman, maka fungsi dari sensor &
transduser pada sistem otomasi meng indra besaran fisis yang penting untuk suatu
proses atau sering disebut sebagai parameter proses.
Sensor merupakan transducer yang digunakan untuk mendeteksi kondisi
suatu proses. Yang dimaksud transducer yaitu perangkat keras untuk mengubah
informasi suatu bentuk energi ke informasi bentuk energi yang lain secara
proporsional. Contoh sensor untuk mengukur level BBM dalam tangki mobil,
besaran level/ posisi di konversikan ke sinyal transducer yang ada pada dashboard
mobil menjadi besaran tahanan kemudian diubah ke besaran listrik untuk
ditampilkan.
Sensor suhu mempunyai beberapa model dan jenis contoh sensor suhu yang
ada di pasaran, diantaranya PTC, NTC, PT100, LM35, thermocouple dan lain-lain.
karakteristik beberapa jenis sensor suhu. Termistor atau tahanan thermal adalah
komponen semikonduktor yang memiliki karakter sebagai tahanan dengan
koefisien tahanan temperatur yang tinggi, yang biasanya negatif. Ada 2 jenis
termistor yang sering kita jumpai dalam perangkat elektronika yaitu NTC (Negative
Thermal Coeffisien) dan PTC (Positive Thermal Coeffisien).

48
Sensor termokopel adalah sensor yang mampu mengukur suhu sangat tinggi
sehingga sensor suhu termokopel ini sering digunakan untuk industri pengolahan
minyak atau baja.
Sensor suhu LM35 merupakan komponen elektronika yang memiliki fungsi
untuk mengubah besaran suhu menjadi besaran listrik dalam bentuk tegangan.
Sensor Suhu LM35 yang dipakai dalam penelitian ini berupa komponen elektronika
elektronika yang diproduksi oleh National Semiconductor.
Kelebihan Sensors LM35 diantaranya adalah; a) mempunyai rentang suhu
yang jauh, antara -55 sampai +150oC; b) Low self-heating, sebesar 0.08oC; c)
beroperasi pada tegangan 4 sampai 30 V; d) Rangkaian tidak rumit; dan e) Tidak
memerlukan pengkondisian sinyal.
Kelemahan Sensors LM35 adalah membutuhkan sumber tegangan untuk
beroperasi LM35 adalah komponen sensor suhu berukuran kecil seperti transistor
(TO-92). Komponen yang sangat mudah digunakan ini mampu mengukur suhu
hingga 100 derajad Celcius, tetapi tidak cocok untuk pengukur suhu yang sensornya
dimasukan dalam cairan.

2. Tes Formatif

1. Alat untuk mendeteksi / mengukur suatu besaran fisis berupa variasi mekanis,
magnetis, panas, sinar dan kimia dengan diubah menjadi tegangan dan arus listrik
disebut…..
A. Sensor D. Adapter
B. Tranduser E. Encloser
C. Router

2. Sensor yang digunakan untuk mendeteksi gejala perubahan panas/temperature/suhu


pada suatu dimensi benda atau dimensi ruang tertentu ….
A. Sensor Mekanis D. Sensor Thermal
B.Sensor Internal E. Sensor Cahaya
C. Sensor Eksternal

49
3. Resistansi Sensor LDR (Light Dependent Resistor) akan berubah seiring dengan
perubahan …
A. Intensitas cahaya yang mengenainya atau yang ada disekitarnya
B. Intensitas hambatan yang mengenainya atau yang ada disekitarnya
C. Intensitas suhu yang mengenainya atau yang ada disekitarnya
D. Intensitas panas yang mengenainya atau yang ada disekitarnya
E. Intensitas temperatur yang mengenainya atau yang ada disekitarnya

4. Sensor yang dapat mengubah langsung dari energi yang mempunyai besaran bukan
listrik menjadi energi besaran listrik disebut ….
A. Sensor mekanis D. Sensor thermal
B.sensor pasif E. Sensor cahaya
C. Sensor aktif

5. Kepekaan sensor terhadap kuantitas yang diukur biasa disebut ….


A. Responsif D. Sensitifitas
B. Tanggapan Waktu E. Linearitas
C. Kontinuitas

6. Sensor yang berfungsi untuk membaca pergerakan garis lurus, secara linear adalah …
A. PTC D. RTD
B. Photodioda E. LVDT
C. NTC

7. Alat elektromekanik yang mengandung elemen tahanan yang dihubungkan oleh


sebuah kontak disebut….
A PTC D. LDR
B. Potensiometer E. Photodioda
C. NTC

8. Simbol berikut adalah: adalah:


A. PTC E. LDR

50
B. Potensiometer E. Photodioda
C. NTC

9. Simbol berikut adalah:


A. PTC D. LDR
B. Potensiometer E. Photodioda
C. NTC

10. Simbol berikut adalah:


A. PTC D. LDR
B. Potensiometer E. Photodioda
C. NTC

Daftar Pustaka
Andrzej_M._Pawlak. 2007. Sensors_and_Actuators_in_Mechanical. by Taylor &
Francis Group, LLC CRC Press is an imprint of Taylor & Francis Group, an
Informa business

Bolton, William. 2003. Programmable Logic Controller (PLC) Sebuah Pengantar


Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Cooper, William D. 2005, Electronic Instrumentation And Measurement


Techniques. New Jersey: Prentice Hall (Higher Education Division, Pearson
Education)

Hans-Rolf Tränkler, Ernst Obermeier. 2005. Sensor technik: Handbuch für Praxis und
Wissenschaft

John_R._Brauer. 2008. Magnetic_Actuators_and_Sensors. Singapura: Prentice Hall

Pavel Ripka and Alois Tipek. 2007. Modern Sensors Handbook. London. Library of
Congress Cataloging-in-Publication Data

http://www.autonics.com/products/products_2.php?big=01&mid=01/01

http://elektronika-dasar.web.id/teori-elektronika/teori-sensor-dantransduser-elektronika/
http://www.rdfcorp.com/products/aerospace/sp-002_pf.html

http://hznplc.blogspot.com/2013/02/sekilas-sensor-sekilas-sensorsensor.html

www.national.com/catalog/sg2261.html.
51
52
No. Kode: Dar2/Profesional /413/4/2019
PENDALAMAN MATERI
TEKNIK KETENAGALISTRIKAN

MODUL 4
TEKNIK OTOMASI INDUSTRI

Oleh
Dr. Ta’ali, MT.
Habibullah, M.T
Risfendra, Ph.D

Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan


2019
53
MODUL 4. TEKNIK OTOMASI INDUSTRI
KEGIATAN BELAJAR 2. SISTEM KONTROL ELEKTROMEKANIK
DAN ELEKTRONIK

A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Sistem kontrol adalah sekumpulan komponen yang bekerja sama di bawah
pengarahan suatu kecerdasan mesin. Dalam kebanyakan kasus, rangkaian
elektronika menghasilkan kecerdasan, dan komponen-komponen
elektromekanik, seperti sensor dan motor, bertindak sebagai antar-muka
dengan dunia fisik. Sebagai contoh data loger intensitas pemanasan
matahari, arah dan kecepatan angin, kelembaban, suhu dan curah hujan
yang ditransmisikan melalui frekuensi gelombang radio dan data tersebut
diterima oleh sebuah receiver yang terhubung dengan sistem komputer
yang terpasang jauh dari objek sensor yang secara simultan dan kontinyu
memberikan informasi tentang kondisi cuaca di lapangan, dimana
perangkat sensor tersebut terpasang pada tiang yang posisinya dapat di atur
secara remote. Komputer lalu menampilkan kondisi tersebut secara real
time di sisi operator. Untuk merancang dan memperbaiki sistem ini, anda
harus menguasai ilmu elektronika dan digital, ilmu mekanika dan prinsip-
prinsip sistem kontrol.
Pada masa lalu, yang disebut mesin atau proses otomatis adalah semua
yang dikontrol baik dengan rangkaian elekronika analog, maupun dengan
rangkaian yang memakai saklar (switch), relai (relay) dan pewaktu (timer).
Sejak kemajuan mikroprosesor yang murah,semakin banyak piranti dan
sistem yang dirancang-ulang untuk menyertakan pengontrol mikroprosesor.
Contohnya termasuk mesin fotokopi, mesin minuman-ringan, robot dan
pengontrol proses industri. Banyak dari mesin-mesin ini memanfaatkan
kemampuan pengolahan mikroprosesor yang semakin ampuh, dan
akibatnya menjadi lebih canggih dan menyertakan fitur-fitur baru.

54
Pada materi ini akan dibahas mengenai sistem kontrol elektromekanis dan
sistem kontrol elektronik, untuk sistem kontrol digital dan
mikrokontroller/mikroprosesor akan dibahas secara terpisah pada mata
pelajaran Sistem kontrol terprogram. Penggunaan komponen-komponen
sistem kontrol elektromekanik dan elektronik dibahas dalam materi ini.

2. Relevansi
Relevansi materi KB2 ini erat kaitanya dengan KB1, dimana pada KB1
dibahas mengenai sensor sensor yang banyak digunakan dalam kontrol
elektromekanik dan elektronik ini.
3. Petunjuk Belajar
Modul ini disusun untuk dapat digunakan sebagai media pembelajaran
mandiri bagi rekan-rekan peserta PPG, untuk itu agar dapat memperoleh
hasil pembelajaran maksimal maka harus mengikuti petunjuk-petunjuk
berikut.
a. Baca dan pahami capaian pembelajaran dan subcapaian pembelajaran
yang diharafkan terlebih dahulu sebelum mempelajari materi pada
kegiatan belajar ini.
b. Baca dan pahami materi pembelajaran pada modul ini secara berurutan
karena modul ini telah didesain untuk dapat dipelajari secara terstruktur
dan berurutan.
c. Persiapkan bahan bacaan lain baik dari buku referensi yang terkait
maupun dari sumber internet untuk melengkapi bahan bacaan dalam
mempelajari materi dalam modul ini
d. Pahami setiap contoh permasalahan dan penyelesaian yang diberikan
untuk memantapkan pemahaman materi pembelajaran pada modul ini.
b. Kerjakan tes formatif yang tersedia untuk mengukur kemampuan rekan-
rekan terhadap materi pada KB ini setelah mempelajarinya secara utuh.

55
B. INTI
1. Capaian Pembelajaran (CPBS)
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan peserta mampu menguasai teori dan
aplikasi materi bidang studi ketenagalistrikan yang mencakup: (1) pembangkit
tenaga listrik, (2) jaringan tenaga listrik, (3) instalasi tenaga listrik, (4) teknik
otomasi industri, (5) teknik pendingin dan tata udara, dan (6) teknik tenaga
listrik, termasuk advance materials secara bermakna yang dapat menjelaskan
aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi), dan “bagaimana” (penerapan)
dalam kehidupan sehari-hari; yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten),
“mengapa” (filosofi), dan “bagaimana” (penerapan dalam kehidupan sehari-
hari) sehingga dapat membimbing peserta didik SMK mencapai kompetensi
keahlian yang dibutuhkan DUDI.
2. Sub Capaian Pembelajaran (CPMK)
Menganalisis konsep esensial materi teknik otomasi industri dan aplikasinya
dalam pembelajaran ketenagalistrikan
3. Bahan Kajian
Sistem kotrol elektromekanik dan elektronik Teknik otomasi industri dan
aplikasinya dalam pembelajaran ketenagalistrikan.
4. Sub Bahan Kajian
Kegiatan Belajar 2 Sistem Kontrol Elektromekanik dan Elektronik

5. Indikator ensensial
a. Dengan diberikan diagram, peserta dapat menentukan kondisi operasi dan
spesifikasi elemen masukan sistem kontrol elektromekanik dan elektronik.
b. Dengan diberikan permasalahan, peserta dapat menganalisis gangguan
sistem kontrol elektromekanik dan elektronik berbasis rele.
6. Uraian Materi
a. Sistem Kontrol Elektromekanik
1) Komponen Sistem Kontrol Elektromekanik
Sistem kontrol adalah sekumpulan komponen yang bekerja sama di
bawah pengarahan suatu kecerdasan mesin. Dalam kebanyakan kasus,
56
rangkaian elektronika menghasilkan kecerdasan, dan komponen-
komponen elektromekanik, seperti sensor dan motor, bertindak sebagai
antar-muka dengan dunia fisik. Beberapa komponen sistem kontrol
elektromekanik yang digunakan dalam otomasi industri dapat
dijelaskan sebagai berikut.
a) Switch/Saklar
Switch/saklar biasanya digunakan untuk memutus atau
menyambungkan rangkaian dari sumber listrik. Contoh: saklar
toggle, adalah bentuk saklar yang paling sederhana, dioperasikan
oleh sebuah tuas toggle yang dapat ditekan ke atas atau ke bawah.
Menurut konvensinya, posisi ke bawah mengindikasikan keadaan
‘hidup’, atau ‘menutup’ atau ‘disambungkan’. Saklar toggle yang
diperlihatkan gambar 2.1 memiliki tuas dengan posisi ke atas. Di
belakang tuas terdapat sebuah alur sekrup (dolly) yang dilengkapi
dengan sebuah mur besar. Alur dan mur ini digunakan untuk
memasangkan saklar disebuah panel. Di bagian belakang saklar
terdapat dua buah (cantolan) terminal, tempat dimana ujung kabel
listrik disambung dan disolder.

Gambar 2.1. Saklar toggle


b) Push Button
Push button NO (normally open) digunakan untuk mengaktifkan
rangkaian, sedangkan yang NC (normally close) digunakan untuk
memutus rangkaian dari sumber listrik. Switch ini sangat banyak
digunakan, dalam sebuah operation panel bisa terdapat beberapa
57
Push Button tergantung dari keperluan, alat ini juga memiliki kode
warna pada bagian knopnya untuk membedakan fungsi dari masing-
masing alat, seperti warna merah digunakan untuk tombol berhenti/
stop, lalu warna hitam/ hijau digunakan untuk tombol jalan/start
kemudian warna kuning digunakan untuk tombol reset atau alarm
stop, ada beberapa contoh penggunaan Push Button seperti untuk
menjalankan motor/ pompa, menjalankan conveyor, menghidupkan
lampu, mereset alarm, menyalakan bell, menghidupkan cylinder
dan masih banyak lagi.
Saklar ON/OFF banyak digunakan sebagai alat penghubung atau
pemutus rangkaian kontrol seperti terlihat pada Gambar 2.3,
yang memiliki dua kontak, yaitu NC dan NO. Artinya saat
saklar tidak digunakan satu kontak terhubung Normally Close,
dan satu kontak lainnya Normally Open. Ketika kontak ditekan
secara manual kondisinya berbalik posisi menjadi NO dan NC.

Gambar 2.2. Push button

Gambar 2.3. Bentuk lain push button


58
Gambar 2.4 Simbol Push Button

c) Limit Switch
Limit switch bisa dikatakan sebagai sensor pembatas, dalam artian
mendeteksi gerakan dari suatu mesin sehingga bisa mengontrolnya
atau memberhentikan gerakan dari mesin tersebut sehingga dapat
membatasi gerakan mesin dan tidak sampai melewati batas,
pemakaiannya pun sangat umum dan banyak.

https://electrozone94.blogspot.com/2013/09/saklar-switch.html
Gambar 2.5. Limit switch

d) Relai
Relai adalah alat yang dioperasikan dengan listrik dan secara
mekanis mengontrol penghubungan rangkaian listrik, bermanfaat
untuk pengontrolan jarak jauh dan untuk pengontrolan alat tegangan
dan arus tinggi dengan sinyal kontrol tegangan dan arus rendah.
Bekerja berdasarkan pembentukan elektromagnet yang
menggerakkan elektromekanis penghubung dari dua atau lebih titik

59
penghubung (konektor) rangkaian sehingga dapat menghasilkan
kondisi kontak ON atau kontak OFF atau kombinasi dari keduanya.

https://abdulelektro.blogspot.com/2019/05/pengendalian-kontrol-motor-listrik.html

Gambar 2.6. Simbol dan konstruksi relay

Dalam dunia otomasi saat ini, penggunaan relai masih menjadi


pilihan yang tepat untuk mengendalikan beban arus tinggi. Karena
mengingat kemampuannya yang dapat mengendalikan dan
mengontrol rangkaian beban arus tinggi menggunakan rangkaian
pengendali arus rendah.

e) Kontaktor
Kontaktor magnet atau sakelar magnet adalah sakelar yang bekerja
berdasarkan kemagnetan, artinya saklar ini dapat bekerja apabila
ada gaya kemagnetan. Magnet berfungsi sebagai penarik dan
pelepas kontak-kontak. Sebuah kontaktor harus mampu
mengalirkan dan memutuskan arus listrik dalam keadaan normal.
Arus listrik yang mengalir secara normal adalah arus listrik yang
mengalir selama pemutusan tidak terjadi. Kumparan magnet
kontaktor (coil) dapat dirancang untuk arus searah (DC) atau arus
bolak-balik (AC). Kontaktor AC pada inti magnetnya dipasang
cincin hubung singkat untuk menjaga arus kemagnetan tetap stabil,
60
sehingga kontaktor tersebut bekerja normal. Sedangkan pada
kumparan magnet DC tidak dipasang cincin hubung singkat. Bila
kontaktor DC digunakan pada tegangan bolak-balik (AC) maka
kemagnetannya akan timbul dan hilang setiap saat mengikuti bentuk
gelombang tegangan bolak-balik (AC).
Kontaktor memiliki rating tegangan dan arus yang lebih besar dari
relay sehingga umumnya digunakan sebagai high power switch
pada motor, lampu dan peralatan listrik lainnya.

https://listrikpemakaian.wordpress.com/2011/07/11/kontaktor-magnetik-magnetic-contactor-mc/

Gambar 2.7. Simbol- simbol Kontaktor Magnet

https://listrikpemakaian.wordpress.com/2011/07/11/kontaktor-magnetik-magnetic-contactor-mc/

Gambar 2.8. Kontaktor magnet


Spesifikasi kontaktor magnet yang harus diperhatikan adalah
kemampuan daya kontaktor ditulis dalam ukuran Watt / KW, yang
disesuaikan dengan beban yang dipikul, kemampuan
menghantarkan arus dari kontak – kontaknya, ditulis dalam satuan
ampere, kemampuan tegangan dari kumparan magnet, apakah untuk
61
tegangan 127 Volt atau 220 Volt, begitupun frekuensinya,
kemampuan melindungi terhadap tegangan rendah, misalnya ditulis
± 20 % dari tegangan kerja. Kapasitas Kontaktor yang digunakan
untuk pengontrolan motor harus minimal sama atau lebih besar dari
arus nominal motor. Dengan demikian dari segi keamanan dan
kepraktisan, penggunaan kontaktor magnet jauh lebih baik dari pada
saklar biasa.
Pada kontaktor terdapat beberapa kontak, yaitu kontak normal
terbuka (normaly open/NO) dan kontak normal tertutup (normaly
close/ NC). Kontak NO berarti saat kontaktor belum bekerja
kedudukannya membuka dan bila kontaktor bekerja kedudukan
kontaknya menutup/menghubung. Jadi fungsi kontak NO dan NC
berlawan. Fungsi kontak-kontak tersebut terdiri dari kontak utama
dan kontak bantu. Kontak utama terdiri dari kontak NO dan kontak
bantu terdiri dari kontak NO dan NC. Kontruksi dari kontak utama
berbeda dengan kontak bantu, dimana kontak utama mempunyai
luas permukaan yang luas dan tebal. Sedangkan kontak bantu luas
permukaannya kecil dan tipis
Kontak utama digunakan untuk mengalirkan arus pada rangkaian
utama, yaitu arus yang diperlukan untuk peralatan listrik misalnya:
motor listrik, perangkat pemanas dan sebagainya. Sedangkan
kontak bantu digunakan untuk mengalirkan arus pada rangkaian
pengendali (kontrol) yang diperlukan untuk kumparan magnet, alat
bantu rangkaian, lampu indikator, dan sebagainya

f) Kontak Auxilary
Merupakan peralatan pembantu untuk sebuah kontaktor dan
bertujuan untuk menyediakan terminal normally open dan normally
close lebih banyak yang bisa dihubungkan ke rangkaian lain seperti
aktivasi timer, lampu indicator, kontaktor lainnya, circuit breaker,

62
atau overload thermal. Kontak auxiliary ini dipasang diatas dari
kontaktor utama.

Gambar 2.9 block kontak Auxiliary


g) Lampu Indikator
Lampu-lampu indikator merupakan komponen yang digunakan
sebagai lampu tanda. Lampu-lampu tersebut digunakan untuk
berbagai keperluan misalnya untuk lampu indikator pada panel
penunjuk fasa R, S dan T atau L1, L2 dan L3.
Selain itu juga lampu indikator digunakan sebagai indikasi
bekerjanya suatu sistem kontrol misalnya lampu indikator
merah menyala motor bekerja dan lampu indikator hijau menyala
motor berhenti.

Gambar 2.10. Konstruksi Lampu Indikator

h) Interlock Unit

63
Merupakan bagian tambahan yang dapat dipasangkan antara dua
kontaktor sehingga masing – masing kontaktor tidak bekerja
bersamaan. Interlock unit ini dipergunakan untuk switching
perubahan arah putaran pada motor

Gambar 2.11 Interlock Unit


i) Thermal Overload Relay
Merupakan relay yang bekerja apabila rangkaian yang dikontrol
mengalami kelebihan beban (overload). Relay ini bekerja
berdasarkan efek panas yang timbul pada rangkaian apabila terjadi
overload, sehingga dilengkapi oleh kontak – kontak bimetal yang
bekerja berdasarkan perubahan suhu pada saat terjadinya overload.
Alat pengaman yang digunakan bila pada motor terjadi beban
lebih disebut Thermal Over Load Relay (TOR/TOL) biasanya
digandengkan dengan kontaktor, dipasaran ada juga pengaman
beban lebih yang terintegrasi pada Motor Circuit Breaker. Relay
ini biasanya dihubungkan pada kontaktor ke kontak utama
sebelum dihubungkan ke beban (motor). Gunanya untuk
memberikan perlindungan terhadap motor dari kerusakan akibat
beban lebih.
Beberapa penyebab terjadinya beban lebih adalah :
(1) Terlalu besarnya beban mekanik pada motor.

64
(2) Arus start yang terlalu besar atau motor berhenti secara
mendadak.
(3) Terbukanya salah satu fasa dari motor 3 fasa.

Arus yang terlalu besar timbul pada beban motor akan


mengalir pada belitan motor yang dapat menyebabkan
kerusakan dan terbakarnya belitan motor. Untuk menghindari hal
tersebut terjadi dipasang Thermal Over Load Relay (TOR/TOL)
pada rangkaian pengendali.
Prinsip kerja Thermal Over Load Relay (TOR/TOL)
berdasarkan panas (temperatur) yang ditimbulkan oleh arus
yeng mengalir melalui elemen-elemen pemanas bimetal, yang
menakibatkan bimetal melengkung selanjutnya akan
menggerakan kontak-kontak mekanik pemutus rangkaian listrik
kontak 95 – 96 membuka dan kontak 97 – 98 menutup.
Agar thermal overload relay dapat berkerja sebagai pengaman
motor listrik dari beban lebih maka pengaturan arus pada thermal
overload harus di setting tidak terlalu jauh melebihi arus motor
listrik setelah mendapat beban. Kalau pengaturan arus terlalu jauh
melebihi arus motor listrik maka thermal overload relay tidak akan
maksimal mengamankan motor namun sebaliknya jika pengaturan
arus thermal sama atau dibawah arus motor listrik malah terlalu
sensitif nantinya sehingga baru bekerja sebentar langsung trip.
Untuk menentukan pemilihan Thermal Overal Relay dilakukan
perhitungan berikut :
Setting trip overload relay = I nominal x 110 -120% (Trip Current)

65
Gambar 2.12. Simbol Thermal Overloadl relay

https://www.tneutron.net/elektro/thermal-load-relay/

Gambar 2.13. TOR dalam keadaan normal

https://www.tneutron.net/elektro/thermal-load-relay/

Gambar 2.14. TOR dalam keadaan beban lebih

66
https://www.tneutron.net/elektro/thermal-load-relay/

Gambar 2.15. Konstruksi Thermal Overload Relay (TOR)

Perlengkapan lain dari thermal beban lebih adalah reset mekanik


yang fungsinya untuk mengembalikan kedudukan kontak 95 – 96
pada posisi semula (menghubung dalam keadaan normal) dan
kontak 97 – 98 (membuka dalam keadaan normal). Setelah tombol
reset ditekan maka kontak 95 – 96 yang semula membuka akibat
beban lebih akan kembali menutup dan kontak 97 – 98 akan
kembali membuka. Bagian lain dari thermal beban lebih adalah
pengatur batas arus.

2) Penggunaan Komponen Sistem Kontrol Elektromekanik pada


Otomasi Industri
Dalam otomasi, misalnya pengontrolan motor listrik tentu saja
komponen sistem kontrol sangat dibutuhkan. Kata kontrol berarti
mengatur atau mengendalikan, jadi yang dimaksud dengan
pengontrolan motor adalah pengaturan atau pengendalian motor
mulai dari pengasutan, pengoperasian hingga motor itu berhenti. Maka
pengontrolan motor dapat dikategorikan menjadi tiga bagian menurut
fungsinya, yaitu: Pengontrolan pada saat pengasutan (starting);
67
Pengontrolan pada saat motor dalam keadaan beroperasi (pengaturan
kecepatan, pembalikan arah putaran dan lain-lain); Pengontrolan pada
saat motor berhenti beroperasi (pengereman).
Pada pengontrolan ini dapat dilihat komponen sistem kontrol
elektromekanik apa saja yang digunakan. Berikut diberikan beberapa
contoh rangkaian pengontrolan motor listrik lengkap dengan komponen
yang digunakan.
a) Pengontrolan Motor Listrik DOL (Direct OnLine)
Lonjakan arus pada saat motor listrik dioperasikan atau biasa
disebut arus starting bisa mencapai 4-7 kali dari arus normal motor
tersebut.
Mengingat lonjakan arus starting yang besar maka digunakan
system untuk meminimalkan arus starting tersebut, namun untuk
motor yang berdaya kecil yaitu motor listrik berdaya kurang dari
5,5 kW pada umumnya cukup menggunakan rangkaian Direct On
Line (DOL)
Perhatikan rangkaian gambar 2.16 (rangkaian pengontrol motor asut
langsung DOL). Apabila tersedia tegangan untuk rangkaian daya
dan rangkaian kontrol, tekan tombol ON, kontaktor K akan bekerja,
lampu H1 akan menyala dan motor akan bekerja. Setelah tekanan
ke tombol ON dilepas, tombol ON kembali keposisi NO, rangkaian
kontrol tetap bekerja, karena fungsi Tombol ON diambil alih oleh
kontak NO nomor 53 – 54 kontaktor K (saklar pengunci). Apabila
arus ke motor naik melampaui arus penyetelan TOL F2, maka TOL
F2 akan bekerja yang mengubah posisi kontak-kontak relainya.

68
Gambar 2.16. Tata Letak dan wiring diagaram rangkaian Direct On line.

Kontak relai TOR F2 nomor 95 – 96 berubah posisi dari NC ke


posisi terbuka. Akibatnya hubungan rangkaian kontrol sumber
tegangan terputus dan sistem pengontrolan motor berhenti
beroperasi. Apabila hal ini terjadi, periksa dan analisa gangguan
yang mungkin terjadi terhadap sistem operasi motor. Untuk
mengembalikan sistem kontrol ke posisi semula adalah dengan
menekan RESET agar kontak relai nomor 95 – 96 kembali ke posisi
semula (NC). Untuk menghentikan motor adalah dengan menekan
tombol OFF.
Sistem kerja direct on line (DOL) yaitu moor listrik langsung
mendapatkan tegangan supply 380 volt.

69
MCCB (moulded Case Circuit Breaker ) berfungsi sebagai
pengaman utama pada rangkaian. MCCB bekerja dengan
memutuskan sumber listrik rangkaian pada saat terjadi over current
(arus lebih) maupun saat terjadi Short Circuit (hubung singkat).
Selain itu, MCCB juga berfungsi sebagai pemutus atau penghubung
rangkaian manual dengan menurunkan atau menaikan tuas yang ada
pada MCCB. Ukuran MCCB yang digunakan untuk rangkaian
DOL (direct on Line) disesuaikan dengan besar daya motor listrik.
Cara menentukan besar ampere MCCB (breaker) yang digunakan
pada rangkaian DOL adalah :
125% x In (125 persen kali arus nominal motor yang digunakan)
Untuk Setting Arus pada thermal overload relay dapat disesuaikan
juga dengan ukuran daya dan arus nominal pada nameplate motor
dengan arus setting 110% dari arus maksimum motor.
b) Pengontrolan penghasutan Υ-Δ
Pengasutan Υ-Δ bertujuan untuk menurunkan arus starting sebesar
33,33% dari arus start DOL motor. Rangakaian pengasutan Υ-Δ
digunakan untuk motor berdaya kurang dari 22 kW dan untuk motor
yang berdaya besar dari 22 kW digunakan autotransformer. Pada
gambar 2.17, memperlihatkan pengontrolan motor dengan pengasut
Υ-Δ secara otomatis.

70
Gambar 2.17. wiring diagram motor diasut Υ-Δ

Kinerja Rangkaian: Apabila tombol ON dari gambar 2.13. ditekan,


motor akan bekerja pada sambung Y, ditandai dengan tegangan
terminal motor = tegangan fasa jaringan. Setelah ± 8 detik (sesuai
dengan penyetelan waktu time delay K4 dari gambar 2.13. secara
otomatis bekerja pada sambung Δ, ditandai dengan lampu indikator
H menyala.

c) Kontrol motor berurutan


Dalam mengontrol operasi motor berurutan ada dua buah motor
atau lebih yang diterapkan. Cara mengoperasikan beberapa motor
harus dilaksanakan berurutan satu sama lain dari motor-motor
tersebut. Diterapkan umumnya pada konveyor pembawa material
71
produksi. Dimana proses urutan starting motor adalah dimulai dari
hilir ke hulu, dan sebaliknya proses stop dimulai dari hulu ke hilir.
Diagram daya dan diagram kontrol dari motor beroperasi berurutan
dapat dilihat pada gambar 2.18 dan 2.19.

Gambar 2.18. Diagram daya motor berurutan

Kinerja rangkaian: Pada gambar 2.18, ada dua buah motor 1 dan
motor 2. Pada start awal harus dimulai dari motor 1 (motor 2 tidak
bisa distart sebelum motor 1 beroperasi) dengan menekan tombol
ON1 dari gambar 2.19. Setelah motor 1 bekerja, motor 2 dapat
beroperasi dengan menekan tombol ON2. Untuk menghentikan
motor beroperasi, harus dimulai dengan menstop motor 2 terlebih
dahulu dengan menekan tombol OFF2 dari gambar 2.19,
selanjutnya men-stop motor 1 beroperasi.

72
Gambar 2.19. Diagram kontrol motor berurutan

d) Kontrol motor 2 kecepatan (Dahlander)


120.𝑓𝑓
Mengatur kecepatan putar motor induksi berbasis pada 𝑛𝑛 = 𝑝𝑝
,

yang dilakukan dengan mengatur jumlah kutub atau besaran


frekuensi, motor yang dapat diatur jumlah kutubnya salah satunya
adalah motor dahlander. Pengaturan kecepatan putar motor induksi
dengan mengatur jumlah kutub-kutubnya diperlihatkan pada
gambar 2.20 dan 2.21.

73
Gambar 2.20. Diagram daya motor dahlander

Kinerja rangkaian: Motor yang mempunyai dua kecepatan putar.


Melalui pengontrolan seperti pada gambar 17, motor seperti pada
gambar 16, dapat diatur putarannya pada 1440 rpm atau 2800 rpm.
Anda dapat mengatur kecepatan putar dengan menekan tombol
ON1 atau ON2.

74
Gambar 2.21. Diagram kontrol motor dahlander
d). Kontrol arah putaran motor ke kiri atau kanan motor induksi 3 fasa
Motor Bolak Balik ini adalah salah satu kerja motor induksi 3
phasa yang sering digunakan pada mesin mesin produksi oleh banyak
kalangan industri, baik industri kecil maupun industri besar. Secara
spesifik penggunaannya tidaklah terlalu penting, karena mesin mesin
produksi terus mengalami perkembangan dari segi pemanfaatan dan
kontruksi mesinnya itu sendiri. Namun secara prinsipalnya adalah
sama, yaitu membolak balikkan arah putaran motor induksi dengan
tombol tombol atau rangkaian interlock tertentu. Rangkaian Motor
induksi 3 phasa Bolak Balik atau Forward Reverse, melalui bahasa
gambar agar mudah mempelajarinya. Coba lihat gambar di bawah ini.

75
Gambar 2.22 arah putaran motor berdasarkan urutan fasa
Dalam gambar diatas dijelaskan:
gambar A: arah putaran motor ke arah kanan bila urutan phasa input
R-S-T masuk dalam rangkaian Breaker dan Kontaktor ke motor.
gambar B: arak putaran motor ke arah kiri bila urutan phasa input
yang masuk dalam rangkaian dan ke motor adalah kebalikannya, yaitu
T-S-R.

http://electric-mechanic.blogspot.com/2012/09/motor-bolak-balik-forward-reverse.html

76
Gambar 2.22 Rangkaian daya forward-reverse
Rangkaian forward-reverse sederhana memiliki beberapa komponen
diantaranya adalah :
• Dua buah kontaktor magnet yang masing-masing kontaktor
magnet memiliki satu buah kontak Normally Open (NO) dan satu
buah kontak Normally Close (NC).
• Dua buah push button atau tombol start yang pada umumnya
berwarna hijau dan berkontak Normally Open (NO) didalamnya.
• Satu buah push button atau tombol stop yang pada umumnya
menggunakan warna tombol merah dan berkontak Normally
Close (NC) didalamnya.
Dengan menggunakan ketiga komponen dasar inilah sistem forward-
reverse sudah dapat dijalankan. Namun mengingat bahaya kerusakan
pada komponen dan mesin yang dapat menimbulkan kerugian,
tentunya diperlukan komponen-komponen pendukung lainnya sebagai
pengaman sistem, komponen dan motor listrik. Pada umumnya di
dalam setiap sistem kontrol motor listrik 3 fasa terdapat pengaman
gangguan sistem kontrol yaitu sebuah mcb 1 Pole, berfungsi sebagai
pemutus arus pada sistem kontrol apabila terjadi gangguan atau short
circuit pada komponen dan sistem kontrol. Pada hal ini pengaman
dapat juga menggunakan fuse dengan nilai ampere yang disesuaikan.
Selain itu salah satu komponen pengaman motor listrik dari gangguan
arus berlebih yang dapat mengakibatkan motor listrik terbakar adalah
Thermal Overload Relay atau yang umun disingkat TOR.
Untuk menghindari terjadi kerusakan pada komponen listrik maka
penting dan perlu diperhatikan untuk dapat:
• Menyesuaikan penggunaan sumber tegangan listrik yang sesuai
dengan tegangan kerja koil kontaktor magnet yang digunakan.
• Menyesuaikan spesifikasi kontaktor magnet terhadap motor listrik
yang digunakan.

77
• Menyesuaikan spesifikasi Thermal Overload Relay terhadap motor
listrik yang digunakan.

www. Tesla-Institute.com

Gambar 2.23 Rangkaian Kontrol forward-reverse


Cara Kerja Sistem Kontrol Forward-Reverse
Setelah menaikan tuas mcb menjadi posisi ON, maka arus listrik
akan mulai mengaliri kabel listrik melewati mcb menuju thermal
overload relay pada kontak NC dengan nomor kontak 95 dan 96.
Sedikit penjelasan tentang kontak themal overload relay 95 dan 96 ini
akan menjadi Normally Open secara otomatis apabila nilai ampere
yang melewati melebihi dari batas nilai ampere yang telah ditentukan
untuk memustuskan aliran listrik pada sistem kontrol.
Selanjutnya arus listrik akan menuju ke tombol stop dan terus
mengalir hingga kontak Notmally Close (NC) forward serta kontak
Normally Close (NC) reverse dan standby pada masing-masing
tombol start forward dan reverse.

78
Lanjutkan dengan menekan tombol start forward untuk
menjalankan motor listrik berputar maju atau kekanan. Maka aliran
listrik akan mengalir menuju koil kontaktor forward (A1) dan
menjadikan koil kontaktor forward bertegangan kerja dan menjadi
ON.
Bersamaan dengan bekerjanya koil kontaktor forward, maka secara
mekanis terjadi perubahan kontak sebagai berikut:
Kontak kontaktor forward Normally Open menjadi Normally
Close. Fungsi dari kontak ini adalah sebagai pengunci arus listrik yang
mengalir menuju koil kontaktor forward agar tetap mengalir,
meskipun tombol start forward telah dilepas dan menjadi Normally
Open kembali.
Kontak kontaktor forward Normally Close menjadi Normally
Open. Kontak ini berfungsi sebagai pengaman, yaitu pemutus aliran
arus listrik menuju koil kontaktor reverse melalui tombol start reverse,
sehingga meskipun tombol start reverse ditekan maka tidak akan ada
aliran listrik yang mengalir ke koil kontaktor reverse, hal ini dilakukan
untuk menghindari terjadinya hubungan singkat pada tegangan listrik
3 fasa.
3 buah kontak utama kontaktor magnet yang pada posisi OFF
berkontak NO menjadi NC pada posisi ON dan mengalirkan aliran
listrik 3 fasa menuju motor listrik melalui thermal overload relay.
Langkah selanjutnya tekan tombol stop untuk menghentikan
putaran motor listrik dan semua kontak serta aliran listrik akan
kembali seperti pada nomor 1&2 diatas, Lakukan langkah yang sama
seperti diatas (nomor 1,2&3) untuk mengoperasikan motor
berlawanan atau berbalik arah putaran dengan menekan tombol start
reverse setelah motor berhenti berputar.
b. Sistem Kontrol Elektronik
1) Komponen Sistem Kontrol Elektronik

79
Komponen-komponen sistem kontrol elektronik adalah alat-alat
semikonduktor, seperti dioda, thyristors, transistors, dan sebagainya
yang digunakan dalam rangkaian daya (power circuit) dari sebuah
konverter. Dalam elektronika daya, komponen sistem kontrol elektronik
yang digunakan dalam mode switching non-linier (mode on/off) dan
bukan sebagai amplifier linier. Dengan kata lain, alat-alat ini berprilaku
seperti sebuah saklar (switch) elektronik.
Sebuah saklar elektronik menghubungkan atau memutuskan secara
elektronik sebuah sirkuit AC atau DC dan biasanya bisa di-switch ON
dan/atau OFF. Konduksi biasanya dibolehkan dalam satu arah saja.

Gambar 2.24. Simbol Saklar Elektronik

Komponen-komponen berikut adalah komponen lain dengan alat yang


umumnya digunakan sebagai saklar elektronik dalam otomasi industri.
Perkembangan dalam teknologi semikonduktor telah membuat
komponen-komponen elektronika daya ini lebih kecil, lebih handal,
lebih efisien (rugi-rugi lebih rendah), lebih murah, dan mampu
beroperasi pada tegangan, arus, dan frekuensi yang jauh lebih tinggi.
Prinsip-prinsip operasi ideal dari komponen-komponen ini bisa
digambarkan dalam ekspresi matematik sederhana.
a) Dioda
Dioda adalah saklar on/off power semikonduktor yang
memungkinkan aliran arus dalam satu arah, bergantung pada
sambungannya adalah alat semikonduktor dua terminal. Kedua
terminal dari sebuah dioda dinamakan anoda (A) dan katoda (K).
Nama-nama ini diperoleh dari saat-saat ketika katup-katup
umumnya digunakan.
80
Menurut konstruksinya mempunyai sebuah persambungan
(junction) P-N. Terdiri dari sebuah layer (wafer) silikon dua lapis
yang dipasang pada dasar tembaga substansial. Dasar tersebut
bertindak sebagai heat sink, suatu dukungan untuk penyangga
(enclosure) dan salah satu terminal elektrik dioda. Permukaan
lainnya dari layer (wafer) disambungkan ke terminal elektrik
lainnya. Enclosure menutup wafer silikon dari atmosfer dan
memberi isolasi yang memadai di antara kedua terminal dioda.

Gambar 2.25. Simbol Dioda

Dioda Ideal :
Forward conduction: lebih sedikit resistansi
Reverse blocking: lebih sedikit kerugian (tidak ada arus bocor)
Switch on/off time: Sesaat

Forward-biased (arah maju), bila anoda positif, relatif pada katoda


dan dioda mengkonduksi arus, yakni, saklar tertutup. Reverse-
biased (arah mundur), bila anoda negatif, relatif pada katoda dan
aliran arus dihambat, yakni, saklar terbuka. Kemampuan dioda ini,
untuk menghambat aliran arus dalam satu arah, membuatnya cocok
untuk aplikasi penyearah, di mana diperlukan untuk membiarkan
aliran arus dalam satu arah saja.

b) Thyristor
Thyristor kadang-kadang disebut sebagai SCR (silicon-controlled
rectifiers). Ini adalah nama yang awalnya diberikan pada piranti ini
ketika ditemukan oleh General Electric (USA) sekitar tahun 1957.

81
Tetapi nama ini tidak pernah diterima dan digunakan secara
universal.
Nama thyristor adalah istilah generik, yang dipakai pada satu
keluarga piranti semikonduktor yang mempunyai karakteristik-
karakteristik switching regeneratif. Ada banyak piranti dalam
keluarga Thyristor termasuk thyristor power, GTO, field controlled
thyristor (FCT), Triac, dll. Yang mempunyai dua terminal, yang
dinamakan anoda (A) dan katoda (K), serupa dengan sebuah dioda,
dan sebuah terminal kontrol ketiga yang dinamakan Gate (G), yang
digunakan untuk mengontrol sudut konduk (penyalaan) thyristor.
Secara operasional sama dengan dioda, kecuali diperlukan satu
pulsa tegangan positif sementara (momentary), pada terminal gate,
untuk konduksi bila disambungkan dalam arah maju. Sebuah
thyristor terdiri dari sebuah layer (wafer) silikon empat lapisan
dengan tiga junction P-N. Thyristor bertegangan tinggi dan ber-
daya tinggi kadang juga mempunyai sebuah terminal keempat, yang
dinamakan katoda pembantu (auxiliary). Ini digunakan untuk
sambungan ke sirkuit pemicu. Ini mencegah sirkuit untuk
mengganggu sirkuit gate.
Penampilan dan konstruksi thyristor sangat mirip dengan dioda,
kecuali bahwa terminal gate diperlukan untuk memicu thyristor ke
dalam mode konduksi.

Gambar 2.26. Simbol Thyristor

Thyristor Ideal :
(1) Forward conduction: lebih sedikit resistansi
82
(2) Forward blocking: Lebih sedikit kerugian (tidak ada arus
bocor)
(3) Reverse-blocking: lebih sedikit kerugian (tidak ada arus bocor)
(4) Switch on/off time: Sesaat

Thyristor dimatikan (turn off) bila menjadi reverse-biased dan/atau


arus forward jatuh di bawah arus holding. Ini harus dikontrol secara
eksternal dalam sirkuit power. Sebagian besar SCRs mempunyai
sebuah heat sink untuk mendissipasi panas yang dihasilkan selama
operasi.
c) Triac
Triac dalah piranti yang berbeda dari kategori thyristor. Menurut
konstruksinya terdiri dari dua buah SCR yang disambungkan anti-
paralel satu sama lainnya. SCR mengkonduksi dalam arah forward
saja, tetapi Triac mengkonduksi dalam kedua arah. Karena itu, jika
output dari sebuah dioda adalah arus DC bisa disambungkan dalam
sirkuit AC, output dari sebuah Triac adalah arus AC, bukan arus
DC. Triac mempunyai tiga terminal yang dinamai MT1, MT2, dan
Gate. Triac dapat konduksi pada arah manapun dengan pulsa gate,
baik positif atau negatif. Triac dapat digunakan untuk mengubah-
ubah tegangan AC rata-rata yang mengarah ke beban dengan
mengubah sudut konduknya (penyalaan).
Triac dalah piranti yang berbeda dari kategori thyristor. Menurut
konstruksinya terdiri dari dua buah SCR yang disambungkan anti-
paralel satu sama lainnya. SCR mengkonduksi dalam arah forward
saja, tetapi Triac mengkonduksi dalam kedua arah. Karena itu, jika
output dari sebuah dioda adalah arus DC bisa disambungkan dalam

83
sirkuit AC, output dari sebuah Triac adalah arus AC, bukan arus DC

en.wikipedia.org

Gambar 2. 27 Simbol dan komponen Triac


Prinsip kerja triac adalah sebagai berikut :
Triac akan tersambung (on) ketika berada di quadran I yaitu saat
arus positif kecil melewati terminal gate ke MT1,dan polaritas
MT2 lebih tinggi dari MT1, saat triac terhubung dan rangkaian gate
tidak memegang kendali, maka triac tetap tersambung selama
polaritas MT2 tetap lebih tinggi dari MT1 dan arus yang mengalir
lebih besar dari arus genggamnya (holding current/Ih), dan triac
juga akan tersambung saat arus negatif melewati terminal gate ke
MT1,dan polaritas MT1 lebih tinggi dari MT2, dan triac akan tetap
terhubung walaupun rangkaian gate tidak memegang kendali
selama polaritas MT1 lebih tinggi dari MT2. Selain dengan cara
memberi pemicuan melalui teminal gate, triac juga dapat dibuat
tersambung (on) dengan cara memberikan tegangan yang tinggi
sehingga melampaui tegangan breakover-nya terhadap terminal
MT1 dan MT2, namun cara ini tidak diizinkan karena dapat
menyebabkan triac akan rusak. Pada saat triac tersambung (on)
maka tegangan jatuh maju antara terminal MT1 dan MT2 sangatlah
kecil yaitu berkisar antara 0.5 volt sampai dengan 2 volt.

84
https://elektronika-dasar.web.id/definisi-dan-prinsip-kerja-triac/

Gambar 2.28 Kurva karakteristik triac


d) GTO (Gate turn-off thyristor)
Thyristor GTO adalah anggota lain dari keluarga thyristor.
Penampilan dan performanya sangat mirip dengan thyristor normal,
dengan satu fitur tambahan penting yakni bahwa ia dapat dimatikan
(turn off) dengan mengaplikasi pulsa arus negatif pada gate.
Thyristor GTO mempunyai kapabilitas tegangan dan arus tinggi dan
umumnya digunakan untuk konverter yang lebih besar. Ini terutama
bila komutasi sendiri (self-commutation) diperlukan.

Gambar 2.29. Simbol Thyristor GTO


e) Field-controlled thyristor (FCT)
Walaupun GTO mungkin mempertahankan dominasinya untuk
aplikasi-aplikasi konverter berdaya tinggi dan berkomutasi sendiri
selama beberapa waktu, tipe-tipe baru thyristor sedang
dikembangkan di mana gate dikontrol dengan tegangan. Turn-on
dikontrol dengan mengaplikasi sinyal tegangan positif pada gate
85
dan turn-off dikontrol dengan tegangan negatif. Alat seperti itu
dinamakan FCT. Nama itu mempengaruhi kesamaan dengan FET.
FCT diharapkan pada akhirnya menggantikan GTO karena ia
mempunyai sirkuit kontrol sederhana di mana biaya dan kerugian
bisa dikurangi cukup besar.

https://slideplayer.com/slide/6192426/

Gambar 2.30 Simbol dan Bentuk potongan vertical FCT


f) Bipolar junction transistors (BJT)
Transistor secara tradisional telah digunakan sebagai alat-alat
amplifikasi (penguat), di mana kontrol basis arus digunakan untuk
membuat transistor konduktif hingga derajat yang lebih besar atau
lebih kecil. Hingga baru-baru ini, mereka tidak banyak digunakan
untuk aplikasi power elektronik.
Alasan utama adalah karena sirkuit-sirkuit protektif dan kontrol
jauh lebih rumit dan mahal, dan transistor tidak tersedia untuk
aplikasi berdaya tinggi. Mereka juga tidak mempunyai kapasitas
overload thyristor dan untuk melindungi transistor dengan sekering
tidak layak.
Transistor NPN, yang dikenal sebagai BJT, adalah alat hemat biaya
untuk digunakan dalam konverter elektronika daya. BJT modern
biasanya disuplai dalam sebuah modul yang dipadatkan dan
masing-masing BJT mempunyai dua terminal power, yang

86
dinamakan kolektor (C) dan emitter (E), dan satu terminal kontrol
ketiga yang dinamakan base (B).

Gambar 2.32. Simbol Transistor

g) Field effect transistors (FET)


BJT adalah alat yang digerakkan arus. Arus mengalir melalui
kontrol-kontrol base dan aliran arus adalah antara kolektor dan
emitter. FET Gate dikontrol oleh tegangan. FET adalah tipe khusus
transistor yang terutama cocok untuk aplikasi switching
berkecepatan tinggi.
Kelebihan utamanya adalah bahwa Gate dikontrol oleh tegangan,
bukan dikontrol oleh arus. Ia berprilaku seperti resistansi yang
dikontrol tegangan dengan kapasitas untuk performa berfrekuensi
tinggi.
FET tersedia dalam sebuah konstruksi khusus yang dikenal sebagai
MOSFET. MOS adalah kependekan dari metal oxide silicon.
MOSFET adalah alat tiga terminal dengan terminal-terminal yang
dinamakan source (S), drain (D), dan gate (G), koresponden dengan
emitter, kolektor, dan gate dari transistor NPN.

87
Gambar 2.33. Simbol FET

h) Insulated gate bipolar transistor (IGBT)


IGBT adalah upaya untuk menyatukan fitur-fitur terbaik teknologi
BJT dan teknologi MOSFET. Konstruksi IGBT serupa dengan
MOSFET dengan satu lapisan tambahan untuk memberikan
modulasi konduktivitas, yang merupakan alasan untuk tegangan
berkonduksi rendah BJT.
Piranti IGBT mempunyai satu forward blocking yang baik tetapi
mempunyai kemampuan reverse blocking yang sangat terbatas.
Yang dapat beroperasi pada intensitas arus lebih tinggi dibanding
BJT atau MOSFET dengan memungkinkan ukuran chip yang lebih
kecil. IGBT adalah piranti tiga terminal. Terminal-terminal daya
dinamakan emitter (E) dan kolektor (C), dengan menggunakan
terminologi BJT, sementara terminal kontrol dinamakan gate (G),
dengan menggunakan terminologi MOSFET.

Gambar 2.34. Simbol IGBT

88
2) Penggunaan Komponen Sistem Kontrol Elektronik pada Otomasi
Industri
a) Transistor sebagai switch
(1) Kondisi Cut-Off Transistor
Gambar 2.35 memperlihatkan transistor yang dirangkai
sedemikian rupa (rangkaian Common-Emitter), dimana tahanan
beban RL dianggap terhubung seri dengan lainnya. Tegangan
total yang terdapat pada ujung-ujung rangkaian seri ini sama
dengan tegangan catunya ( UCC ) dan diberi notasi UR dan
UCE.

Gambar 2.35. Rangkaian Common Emitter


Menurut hukum Kirchoff:
UCC = UCE + UR
Arus kolektor IC mengalir melalui RL dan drop tegangannya
adalah IC.RL sehingga
UCC= UCE + IC . RL
Misalkan basis memperoleh bias negatif (reverse) yang
Sedemikian besar sehingga memutuskan (cut-off) arus kolektor,
dan untuk keadaan ini arus kolektor sama dengan nol.
IC . RL= 0 sehingga UCC = UCE

89
Bila transistor kita anggap sebagai switch, maka pada keadaan
ini switch tersebut akan ada dalam keadaan terbuka (OFF).

(2) Kondisi Saturasi Transistor


Bila sekarang basis diberi bias arus maju (forward) sampai pada
titik dimana seluruh tegangan UCC muncul sebagai drop
tegangan pada RL, maka pada keadaan ini dapat ditulis :
IC . RL= UCC
Dari persamaan :
UCC = IC . RL + UCE
UCE = UCC – IC . RL
Karena IC . RL = UCC maka UCC – IC .RL = 0
dan UCE = 0
Dengan demikian bila IC diperbesar pada suatu titik dimana
seluruh tegangan UCC muncul pada RL, maka tidak tersisa
tegangan pada kolektor.Keadaan seperti ini dikatakan kondisi
saturasi (jenuh) dari transistor tersebut. Dan jika transistor
dianggap sebagai sakelar (switch), maka pada kondisi ini switch
tersebut dalam keadaan tertutup (ON).

(3) Dasar Latching


Dua buah transistor dari tipe PNP dan NPN dikatakan
komplement jika mempunyai karakteristik yang serupa. Gambar
2.26 memperlihatkan cara menghubungkan transistor yang
komplementer tadi sedemikian rupa sehingga membentuk
rangkaian Cascade.

90
Gambar 2.36. Cara menghubungkan transistor

Rangkaian ini bila diberi catu daya sedemikian rupa seperti


yang terlihat pada gambar 2.36, dan dimana basis dalam
keadaan terbuka serta dengan suatu kancing (latch).
Dalam keadaan demikian ini transistor tidak bekerja (cut-off),
atau sama saja dengan switch dalam keadaan terbuka.
Dengan mengabaikan arus bocor, maka dapat dikatakan IC = 0.
Salah satu cara guna menutup latch ini adalah dengan system
penyulutan (triggering) pada elektroda basis dari salah satu
transistor tersebut. Misal trigger positif diberikan pada basis dari
Q2 ini berarti emitter basis Q2 memperoleh forward bias dan Q2
mulai menghantar. Karena kolektor Q2 dihubungkan langsung
dengan basis Q1 maka Q1 memperoleh input dan selanjutnya
akan memberikan penguatan sehingga timbul IC pada Q1 dan
arus ini merupakan input bagi Q2 dan akan diperkuat lagi oleh
Q2 tersebut.
Proses penguatan ini berlangsung terus sehingga transistor-
transistor tersebut mencapai keadaan saturasi, dan dalam
keadaan saturasi ini transistor akan merupakan rangkaian
hubung singkat sehingga tegangan pada latch akan sama dengan
nol dan arus yang mengalir adalah :
IC = UCC/RL

91
Guna menutup latch tersebut dapat juga dilakukan dengan
memberi trigger negatif pada basis Q1 yang mana akan
menyebabkan forward bias pada Q1. Cara lain adalah dengan
memberi tegangan UCC sedemikian besar sehingga melampaui
tegangan break-down dari dioda kolektor salah satu dari
transistor tersebut. Dengan terjadinya break-down ini, maka
timbul kolektor yang akan diterima basis transistor berikutnya
dan diperkuat dan cara ini disebut sebagai Break Over System.
Guna membuka latch tersebut ada beberapa cara, yaitu:
(a) Mengurangi tegangan catu UCC sehingga arus beban
berkurang.
(b) Memperbesar nilai RL atau sama sekali mencabutnya.

b) Pengontrolan DC setengah gelombang menggunakan SCR


Pada dasarnya rangkaian ini menyerupai dengan rangkaian
penyearah setengah gelombang, tetapi sebagai komponen penyearah
menggunakan sebuah SCR. (contoh sebagaimana gambar 2.27 dan
2.28) Sudut konduk SCR diatur melalui pengaturan sinyal picu,
dengan demikian diperoleh output dengan harga tegangan sesuai
dengan interval konduksi SCR, bila pada output dipasang beban
maka disipasi daya pada beban akan sebanding pula dengan interval
tegangan output yang dihasilkan, sudut konduk/picu dapat diatur
dari 0o sampai 180o sehingga tegangan output yang dihasilkan
dapat diatur dari 0 sampai ½ tegangan rata-rata (0 volt sampai ½
Uavg). Apabila Um adalah tegangan maksimum dari UAC, maka
tegangan keluaran rata-rata UDC adalah :

92
UDC dapat diatur dari 0 volt sampai dengan 𝑈𝑈𝑈𝑈/𝜋𝜋 volt

Gambar 2.37. Rangkaian RC untuk memperlebar sudut picu

Gambar 2.38. Rangkaian picu SCR menggunakan dioda 4 lapis

c) Pengontrolan DC gelombang penuh menggunakan SCR


Untuk menghasilkan pengontrolan dc gelombang penuh blok
diagram rangkaiannya seperti gambar 2.39

93
Gambar 2.39. Rangkaian pengontrolan DC gelombang penuh

Apabila Um adalah tegangan maksimum dari UAC, maka tegangan


keluaran rata-rata UDC adalah :

UDC dapat diatur dari 0 volt sampai dengan 2𝑈𝑈𝑈𝑈/𝜋𝜋 Volt

d) Pengontrolan AC menggunakan TRIAC


Pada dasarnya rangkaian pengontrol daya ac ini sama dengan
rangkaian pengontrol dc, dalam hal ini pengaturan sudut konduk
adalah untuk kedua arah (interval positip maupun interval negatip)
yang umumnya selalu sama (simetris) biasanya disebut bi-
directional full wave controll.
Gambar 2.40 dan 2.41. memperlihatkan blok diagram rangkaian
bidirectional full wave controll (pengontrolan ac).

Gambar 2.40. Blok diagram rangkaian pengontrol AC

94
Gambar 2.41. Bentuk gelombang tegangan pada rangkaian
pengontrol AC

Gambar 2.42. Rangkaian pengontrolan ac menggunakan TRIAC

e) Pengontrolan DC-AC gelombang penuh


Pada dasarnya rangkaian ini merupakan rangkaian pengontrol dc
gelombang penuh disebut pengontrol dc-ac karena dapat digunakan
untuk mengendalikan beban ac maupun beban dc, yang selanjutnya
biasa dinamakan “Uni-bi directional full wave controll”. Perhatikan
blok diagram rangkaian pada gambar 2.43 dan 2.44 ! Rangkaian

95
tersebut dapat dibangun terdiri atas sebuah penyearah bridge dengan
kontrol SCR atau sebuah penyearah bridge dengan kontrol triac.

a) untuk beban ac b) untuk beban dc

Gambar 2.43. Pengontrolan ac/dc dengan TRIAC

a) untuk beban ac b) untuk beban dc

Gambar 2.44. Pengontrolan ac/dc dengan TRIAC

Untuk pemakaian beban ac sebagaimana gambar 2.43a.dan 2.44a.


penyearah bridge tidak dibebani (dihubung singkat), beban
dipasang di luar bridge. Untuk pemakaian beban dc sebagaimana
gambar 2.43b.dan 2.44b., beban dipasang di dalam jembatan
(penyearah bridge) dan rangkaian di luar bridge tidak dibebani.

F). Pengendali elektronik motor listrik menggunakan VSD


Dalam dunia industri tentunya banyak sekali peralatan yang
menggunakan sistem pompa maupun fan yang diharapkan dapat
bekerja dengan berbagai macam beban yang bervariasi. Misalnya jika
dalam pompa kita mengenal cara untuk mengatur flow yang dialirkan
dengan memasang control valve dan bypass line, sedangkan untuk fan
biasanya menggunakan damper. Cara yang lain yang diklaim lebih
96
efisien untuk dapat mengatur variasi beban adalah jika kita dapat
mengatur kecepatan putar pompa/fan tersebut (speed adjustment).
Istilah popular untuk pengaturan kecepatan putar peralatan yaitu
menggunakan teknologi VSD (Variable Speed Drive).
Pada dasarnya ada tiga cara pengaturan speed melalui VSD yaitu
pengaturan secara mekanik, hidraulik dan elektrik. Khusus untuk
pengaturan secara elektrik dilakukan dengan cara mengatur frekuensi
supply arus yang masuk ke motor, oleh karena itu pengaturan dengan
cara ini lebih dikenal dengan nama VFD (Variable Frequency Drive).

Keuntungan VFD
1. Energy Saving
Untuk system pompa sentrifugal, kita mengenal adanya prinsip dasar
hukum afinitas, yaitu :
o Volume flow berbanding lurus dengan kecepatan putar
o Pressure berbanding lurus dengan kuadrat dari kecepatan putar,
dan
o Input power (daya) berbanding lurus dengan pangkat tiga dari
kecepatan putar
Berdasarkan hukum afinitas tersebut, maka pengaturan kecepatan
putar sesuai variasi beban akan sangat signifikan mengurangi daya
yang dibutuhkan untuk melakukan kerja tersebut dengan
perbandingan hingga pangkat tiganya.
Kita ambil contoh, jika suatu pompa akan digunakan untuk
mengalirkan volume flow 50% dari range kerja normalnya, maka kita
bisa mengatur kecepatan putar pompa tersebut dengan mengurangi
setara 50% kecepatan putar normal. Dengan kecepatan yang
berkurang sebesar 50% atau ½ dari kecepatan normal, maka daya
yang dibutuhkan adalah hanya sebesar 1/8 dari daya normal, yang

97
artinya penghematan yang dilakukan adalah sebesar 7/8 kali dari daya
normal.
2. Mengurangi mechanical stress
VFD dapat digunakan sebagai salah satu metode soft starter*) untuk
melakukan start motor. Dengan adanya soft starter dapat mengurangi
adanya tekanan pada isolasi motor akibat munculnya arus yang tinggi
pada saat motor di-start, sehingga secara jangka panjang dapat
meningkatkan reliability terhadap isolasi motor. Dengan adanya VFD,
ketika motor di-start maka motor tidak akan langsung berputar ke
frekuensi kerja normalnya, tetapi berjalan pelan mulai dari frekuensi
rendah dan secara bertahap secara halus dinaikkan oleh VFD ke
frekuensi yang lebih tinggi hingga mencapai frekuensi normalnya.
*)Selain VFD ada beberapa metode yang lain yang dapat dipakai
sebagai soft starter.
3. Meningkatkan Power Factor
Berdasarkan hasil riset, dengan menggunakan VFD maka dapat
memperbaiki power factor 98ystem kelistrikan ke motor mulai 0.9
hingga mendekati unity power factor tergantung dari range kecepatan
dan teknologi peralatan yang digunakan untuk penyearahnya.
Namun selain memiliki kelebihan di atas, penggunaan VFD juga akan
memberikan efek negatif terhadap sistem seperti munculnya
harmonisa pada tegangan supply karena metode switching/ on-off
yang digunakan, serta efek lain seperti acoustic noise dan motor
derating.
Prinsip kerja dari VFD pada dasarnya adalah mengubah tegangan
bolak balik (AC) dari input menjadi tegangan searah (DC) oleh
AC/DC converter/ rectifier, kemudian di-filter untuk menghaluskan
hasil penyearah tegangan tersebut dan selanjutnya DC/AC inverter
akan mengubah kembali tegangan DC menjadi tegangan AC dengan
frekuensi tertentu yang sudah diatur tergantung kebutuhan. Karena
menggunakan prinsip inverter (pengubahan dari DC menjadi AC), di
98
pasaran VFD sering disebut juga sebagai peralatan inverter untuk
beberapa aplikasi produk.

Gambar 2.45. Pengendali motor listrik dengan VFD

7. Forum Diskusi
Pada rangkaian daya pengontrolan arah putaran kiri dan kanan dibawah ini
terjadi arah putaran yang tidak berubah, Kenapa hal tersebut terjadi dan
jelaskan kenapa arah putran tidak berubah ?

C. PENUTUP
1. Rangkuman
Sistem kontrol adalah sekumpulan komponen yang bekerja sama di
bawah pengarahan suatu kecerdasan mesin. Dalam kebanyakan kasus,
rangkaian elektronika menghasilkan kecerdasan, dan komponen-komponen
elektromekanik, seperti sensor dan motor, bertindak sebagai antar-muka
dengan dunia fisik.

99
Beberapa komponen sistem kontrol elektromekanik yang digunakan
dalam otomasi industri dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Switch/Saklar,
Switch/saklar biasanya digunakan untuk memutus atau menyambungkan
rangkaian dari sumber listrik
b. Push Button
Push Button terdiri dari 2 jenis, Push button NO (normally open)
digunakan untuk mengaktifkan rangkaian, sedangkan yang NC (normally
close) digunakan untuk memutus rangkaian dari sumber listrik.
c. Limit Switch
Limit switch bisa dikatakan sebagai sensor pembatas, dalam artian
mendeteksi gerakan dari suatu mesin sehingga bisa mengontrolnya atau
memberhentikan gerakan dari mesin tersebut sehingga dapat membatasi
gerakan mesin dan tidak sampai melewati batas, pemakaiannya pun sangat
umum dan banyak
d. Relai
Relai adalah alat yang dioperasikan dengan listrik dan secara mekanis
mengontrol penghubungan rangkaian listrik, bermanfaat untuk
pengontrolan jarak jauh dan untuk pengontrolan alat tegangan dan arus
tinggi dengan sinyal kontrol tegangan dan arus rendah
e. Kontaktor
Kontaktor magnet atau sakelar magnet adalah sakelar yang bekerja
berdasarkan kemagnetan, artinya saklar ini dapat bekerja apabila ada gaya
kemagnetan
f. Kontak Auxilary
Merupakan kontak tambahan yang dapat dipasangkan pada bagian atas
atau samping dari kontaktor utama.
g. Lampu Indikator
Lampu-lampu indikator merupakan komponen yang digunakan sebagai
lampu tanda.
h. Interlock Unit
100
Merupakan bagian tambahan yang dapat dipasangkan antara dua kontaktor
sehingga masing – masing kontaktor tidak bekerja bersamaan.
i. Thermal Overload Relai
Merupakan relay yang bekerja apabila rangkaian yang dikontrol
mengalami kelebihan beban (overload).

Dalam otomasi, misalnya pengontrolan motor listrik tentu saja komponen


sistem kontrol sangat dibutuhkan. Kata kontrol berarti mengatur atau
mengendalikan, jadi yang dimaksud dengan pengontrolan motor adalah
pengaturan atau pengendalian motor mulai dari pengasutan, pengoperasian
hingga motor itu berhenti. Maka pengontrolan motor dapat dikategorikan
menjadi tiga bagian menurut fungsinya, yaitu: Pengontrolan pada saat
pengasutan (starting); Pengontrolan pada saat motor dalam keadaan beroperasi
(pengaturan kecepatan, pembalikan arah putaran dan lain-lain); Pengontrolan
pada saat motor berhenti beroperasi (pengereman).
Komponen-komponen sistem kontrol elektronik adalah alat-alat
semikonduktor, seperti dioda, thyristors, transistors, dan sebagainya yang
digunakan dalam rangkaian daya (power circuit) dari sebuah konverter. Dalam
elektronika daya, komponen sistem kontrol elektronik yang digunakan dalam
mode switching non-linier (mode on/off) dan bukan sebagai amplifier linier.
Dengan kata lain, alat-alat ini berprilaku seperti sebuah saklar (switch)
elektronik.
Komponen-komponen berikut adalah komponen lain dengan alat yang
umumnya digunakan sebagai saklar elektronik dalam otomasi industri.
a. Dioda
Dioda adalah saklar on/off power semikonduktor yang memungkinkan
aliran arus dalam satu arah, bergantung pada sambungannya adalah alat
semikonduktor dua terminal
b. Thyristor

101
Nama thyristor adalah istilah generik, yang dipakai pada satu keluarga
piranti semikonduktor yang mempunyai karakteristik-karakteristik
switching regeneratif.
c. Triac
Triac dalah piranti yang berbeda dari kategori thyristor. Menurut
konstruksinya terdiri dari dua buah SCR yang disambungkan anti-paralel
satu sama lainnya.
d. GTO (Gate turn-off thyristor)
Thyristor GTO adalah anggota lain dari keluarga thyristor. Penampilan
dan performanya sangat mirip dengan thyristor normal, dengan satu fitur
tambahan penting yakni bahwa ia dapat dimatikan (turn off) dengan
mengaplikasi pulsa arus negatif pada gate.
e. Field-controlled thyristor (FCT)
FCT diharapkan pada akhirnya menggantikan GTO karena ia mempunyai
sirkuit kontrol sederhana di mana biaya dan kerugian bisa dikurangi cukup
besar.
f. Bipolar junction transistors (BJT)
Transistor NPN, yang dikenal sebagai BJT, adalah alat hemat biaya untuk
digunakan dalam konverter elektronika daya. Transistor secara tradisional
telah digunakan sebagai alat-alat amplifikasi (penguat), di mana kontrol
basis arus digunakan untuk membuat transistor konduktif hingga derajat
yang lebih besar atau lebih kecil.
g. Field effect transistors (FET)
BJT adalah alat yang digerakkan arus. Arus mengalir melalui kontrol-
kontrol base dan aliran arus adalah antara kolektor dan emitter. FET Gate
dikontrol oleh tegangan. FET adalah tipe khusus transistor yang terutama
cocok untuk aplikasi switching berkecepatan tinggi.
h. Insulated gate bipolar transistor (IGBT)
IGBT adalah upaya untuk menyatukan fitur-fitur terbaik teknologi BJT
dan teknologi MOSFET. Konstruksi IGBT serupa dengan MOSFET

102
dengan satu lapisan tambahan untuk memberikan modulasi konduktivitas,
yang merupakan alasan untuk tegangan berkonduksi rendah BJT.

Penggunaan komponen sistem kontrol elektronik pada otomasi industri


pada umumnya diarahkan pada switching atau saklar elektronik, misalnya pada
transistor sebagai saklar, pemicuan gate scr untuk kontrol sinyal ac maupun dc,
dan masih banyak lagi aplikasi lainnya.

103
2. Tes Formatif
1. Perhatikan gambar berikut

Dari gambar di atas, motor akan hidup jika:


A. S1 ditekan
B. S2 ditekan
C. S1 dan S2 ditekan
D. S1 dan S2 tidak ditekan
E. S1 dan S2 ditekan berurutan

2. Perhatikan gambar berikut

Dari gambar di atas, jika S4 ditekan, maka motor:


A. ON
B. OFF

104
C. Putar kiri
D. Putar kanan
E. Berputar semakin cepat

3. Rangkaian pengendali berikut ini yang menandakan lampu


indikator menyala bila :

A. b1 ditekan
B. b1 dan b2 ditekan
C. b2 ditekan
D. b3 ditekan
E. b3 dan b2 ditekan

4. Perhatikan gambar berikut ini

(1) (2)

105
Dari kondisi pada gambar di atas
A. Gambar (1) adalah ketika transistor dalam keadaan cut-off
B. Gambar (2) adalah ketika transistor dalam keadaan cut-off
C. Gambar (1) adalah ketika transistor dalam keadaan saturasi
D. Gambar (2) adalah ketika transistor dalam keadaan saturasi
E. Gambar (1) dan (2) adalah ketika transistor dalam keadaan
saturasi
5. Perhatikan gambar berikut

Jika sakelar (S) pada posisi ON dan potensio pada ½ maksimum,


apakah yang terjadi pada motor?
A. Motor berputar searah jarum jam
B. Motor berputar berlawanan arah jarum jam
C. Motor berputar lambat
D. Motor berputar cepat
E. Tidak terjadi apa-apa

6. Fungsi gambar rangkaian kontrol berikut dapat digunakan untuk:

106
A. Mengoperasikan motor beurutan
B. Membalik putaran motor
C. Mengoperasikan motor putar searah
jarum jam
D. Mengoperasikan motor putar
berlawanan arah jarum jam
E. Menjalankan motor hubungan
bintang

7. Rangkain daya motor berikut ini dapat difungsikan sebagai:


A. Mengontrol dua arah putaran

B. Mengontrol motor star bintang-delta

C. Mengontrol motor berputar satu arah


putaran

D. Mengontrol motor untuk posisi delta

E. Menjalankan motor hidup berurutan

8. Berapakah arus setting untuk Thermal overload relay jika motor yang
akan digunakan adalah motor 3 fasa 380 V, berdaya15 HP?
A. 13,75 A
B. 35,86 A
C. 21,72 A
D. 7,34 A
E. 6,34 A

107
9. Dari nameplate motor berikut tentukanlah rating TOR yang akan
digunakan
A. 4 A
B. 6 A
C. 9 A
D. 20 A
E. 32 A

10. Berapakah minimal kapasitas kontaktor yang dipilih untuk pengontrolan


motor listrik dengan nameplate soal 9?
A. 4 A
B. 6 A
C. 9 A
D. 25A
E. 32 A

3. Daftar Pustaka

Bishop, Owen. 2002. Dasar-dasar Elektronika. Jakarta: Penerbit Erlangga

Kemendikbud. 2013. Instalasi Motor Listrik Semester 3. Jakarta: Direktut


Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia

Kemendikbud. 2014. Instalasi Motor Listrik Semester 6. Jakarta: Direktut


Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia

Kemendikbud. 2014. Sistem Kontrol Elektromekanik dan Elektronik


Semester 6. Jakarta: Direktut Pembinaan SMK Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Menetukan proteksi/pengaman motor listrik.


http://gurulistrikkeren.blogspot.com/2017/05/menentukan-
proteksipengaman-pada-motor.html diakses 9 oktober 2019.
108
Pemahaman Cara Kerja Rangkaian Kontrol Forward-Reverse.
https://www.panellistrik.id/2017/12/rangkaian-kontrol-forward-
reverse.html. Diakses tanggal 9 oktober 2019.

Petruzella, Frank D. 1996. Industrial Electronics. McGRAW-HILL


International Editions.

Putranto, Agus; Dkk. 2008. Teknik Otomasi Industri. Jilid 2. Jakarta:


Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

Rangkaian Starter Motor 3 Ph, Wiring diagram dan penjelasan lengkap.


https://duniaberbagiilmuuntuksemua.blogspot.com/2017/05/rangkaia
n-dol-direct-on-line-starter-motor-3-phase-beserta-wiring-diagram-
dan-penjelasannya.html. Diakses tanggal 9 oktober 2019.

Star Delta Starter – (Y-Δ) Starter Power, Control and Wiring Connection.
https://www.electricaltechnology.org/2012/02/star-delta-3-phase-
motor-starting.html. Diakses tanggal 9 oktober 2019.

Variable frequency drive. http://pabriksetrum.blogspot.com/2014/


10/variable-frequency-drive-vfd.html diakses taggal 9 oktober 2019.

109
110
No. Kode: Dar2/Profesional /413/4/2019
PENDALAMAN MATERI
TEKNIK KETENAGALISTRIKAN

MODUL 4
TEKNIK OTOMASI INDUSTRI

Oleh
Dr. Ta’ali, MT.
Habibullah, M.T.
Risfendra, Ph.D

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


2019
MODUL 4
TEKNIK OTOMASI INDUSTRI

Kegiatan Belajar (KB) 3: Sistem Kontrol Elektropneumatik

A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Kegiatan Belajar (KB) bagian 3 dari modul 4 ini mendiskusikan tentang
penerapan sistem kontrol elektropneumatik yang dewasa ini sudah hampir dapat
dijumpai pada sistem otomasi industri, terutama pada industri makanan, obat-
obatan, perakitan dan pengepakan. Dengan bantuan modul ini, peserta mampu
mengenal komponen elektropneumatik dan memahami penerapannya pada sistem
otomasi industri.
Komponen elektropneumatik yang didiskusikan meliputi input; sensor,
regulator dan tombol, output; berbagai jenis katup dan silinder. Selanjutnya, untuk
memberi gambaran yang menyeluruh dari penerapannya pada sistem otomasi
industri, maka dalam kegiatan belajar ini dibahas juga materi tentang
keterkaitannya dengan PLC (Programmable Logic Controller).
2. Relevansi
Materi yang dibahas pada KB3 ini sangat relevan dengan perkembangan
teknologi industri kekinian mulai dari proses air minum kemesan, pengepakan dan
perakitan komponen. Terlebih lagi bidang kajian ini juga berpeluang besar dalam
menyerap tenaga kerja yang sesuai dengan level operator otomasi industri.

3. Petunjuk Belajar
Modul ini disusun untuk peserta PPG sebagai pengayaan materi tentang
sistem kontrol elektropneumatik dan penerapannya dalam otomasi industri. Namun,
materi dasar yang meliputi kontrol magnetik dan rangkaian listrik dasar menjadi
prasyarat yang tidak dapat diabaikan dalam kesuksesan dalam
B. INTI
1. Capaian Pembelajaran (CPBS)
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan peserta mampu menguasai teori
dan aplikasi materi bidang studi ketenagalistrikan yang mencakup: (1) pembangkit
tenaga listrik, (2) jaringan tenaga listrik, (3) instalasi tenaga listrik, (4) teknik

Risfendra hal. 2
otomasi industri, (5) teknik pendingin dan tata udara, dan (6) teknik tenaga listrik,
termasuk advance materials secara bermakna yang dapat menjelaskan aspek “apa”
(konten), “mengapa” (filosofi), dan “bagaimana” (penerapan) dalam kehidupan
sehari-hari; yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi),
dan “bagaimana” (penerapan dalam kehidupan sehari-hari) sehingga dapat
membimbing peserta didik SMK mencapai kompetensi keahlian yang dibutuhkan
DUDI.

2. Sub Capaian Pembelajaran (CPMK)


Menganalisis konsep esensial materi teknik otomasi industri dan aplikasinya dalam
pembelajaran ketenagalistrikan

3. Bahan Kajian
Sistem kontrol elektro pneumatik dalam otomasi industri serta aplikasinya dalam
pembelajaran ketenagalistrikan

4. Sub Bahan Kajian


Sistem kontrol elektro pneumatik

5. Indikator Pembelajaran
a. Dengan diberikannya kasus, peserta dapat mengaplikasikan elemen masukan dan
sensor elektropneumatik
b. Dengan diberikan sebuah kasus, peserta dapat menerapkan rangkaian kontrol
elektropneumatik untuk keperluan otomasi industri

6. Uraian Materi
A. Pengenalan Sistem dan Komponen Elektropneumatik
Penggabungan teknologi listrik dan pneumatik telah memegang peranan
penting dalam pengembangan pemecahan masalah otomasi industri. Lebih dari
itu, pembiayaan yang efisien dan sistem produksi yang efektif membuat kualitas
dapat ditingkatkan dengan mudah dan operasional mesin dapat diminimumkan.
Sistem kendali elektropneumatik mempunyai beberapa keuntungan untuk
mengembangkan suatu sistem kendali. Sinyal yang dikirimkan dapat memiliki
jarak yang lebih jauh, waktu transmisi sinyal yang lebih singkat dengan
menggabungkan dengan komponen elektrik. Dalam modul ini komponen

hal. 3
elektropneumatik yang dibahas diterapkan dalam bidang kendali otomasi
industri pada sistem perakitan sederhana sesuai tuntutan pembelajaran di
Sekolah Menengah Kejuruan bidang keahlian Teknik Listrik dan Otomasi
Industri.
Informasi kondisi proses/mesin yang dikendalikan diperoleh dari sensor
limit switch dan sensor magnet (proximity). Informasi ini diteruskan ke
pengendali (controller) yang juga dapat berupa rangkaian relai pada sistem
kendali konvensional atau dapat pula berupa PLC untuk sistem kendali digital.
Hasil pengolahan sinyal digunakan untuk mengendalikan peralatan keluaran.
Peralatan keluaran biasanya terdiri dari dua bagian, yaitu aktuator elektrik dan
aktuator pneumatik.
Pada sistem kendali elektropneumatik selain katup solenoid, diperlukan
juga sejumlah katup pneumatik tambahan yang diperlukan untuk mengatur
tekanan udara pada sistem, memblokir aliran udara, menambah kecepatan gerak
piston, memperkecil udara masuk dan keluar, merubah energi pneumatik
menjadi energi listrik
Komponen komponen utama dari sistem elektropneumatik ini terbagi
menjadi komponen pneumatik dan komponen listrik. Komponen pneumatik
meliputi; katup pengatur tekanan (regulator), silinder, katup selenoid dan
komponen pendukung.

1) Katup Pengatur Tekanan

Katup ini mempengaruhi tekanan udara di dalam sistem kontrol


pneumatik dan elektro-pneumatik. Katup pengatur tekanan berfungsi untuk
menjaga tekanan tetap konstan, walaupun dengan tekanan masukan yang
berubah-ubah. Tekanan masukan harus lebih besar daripada tekanan keluaran
yang diinginkan. Tekanan konstan adalah prasyarat agar operasi kontrol
pneumatik dan elektropneumatik bebas dari kesalahan. Katup pengatur
tekanan dipasang pada perlengkapan pemeliharaan udara (Air Service Unit).
Konstruksi fisik dan simbol katup pengatur tekanan diperagakan pada
Gambar 1.

hal. 4
(a) (b)

Gambar 1. Katup pengaturan tekanan produksi Festo


(a) Fisik (b) Simbol

2) Silinder (Cylinder)

Silinder Aksi-Tunggal

Katup 3 /2, Posisi Normally Closed

(a) (b)
Gambar 2. Konstruksi fisik silinder pneumatik Festo
(a)Aksi-Tunggal (b)Aksi-Ganda

3) Simbol Katup

Secara normal penulisan simbol komponen pneumatik dalam diagram


rangkaian ditampilkan dalam keadaan tidak-diaktivasi (deenergized). Posisi
sebuah katup digambarkan dengan sebuah kotak. Jumlah kotak
melambangkan banyaknya posisi pensaklaran katup. Fungsi dan mode dari
operasional katub digambarkan didalam kotak tersebut:

a. Posisi katup digambarkan dengan sebuah kotak

hal. 5
b. Jumlah kotak menunjukkan berapa banyak posisi katup

c. Garis mengindikasikan aliran, panah adalah arah aliran


d. Terminal tertutup ditunjukkan dengan garis palang pada
ujung masing-masing terminal.
e. Garis penghubung untuk sumber dan udara keluar
digambar diluar kotak
Informasi tentang jenis katup dapat dilihat dari bebrapa aspek berikut;
jumlah terminal (port), Banyaknya posisi dan penomoran terminal.
Penomoran pada terminal katup yang umum adalah:
a. Sumber udara 1
b. Udara keluar 3, 5
c. Terminal output katup 2, 4
Berikut adalah cara membaca kode dari jenis sebuah katup

Katup 2 /2, Posisi Normally Open

Katup 3 /2, Posisi Normally Closed

Katup 3 /2 Posisi Normally Open

Katup 4 /2, aliran dari 12 dan dari 43

Katup 5 /2, aliran dari 12 dan dari 45

Katup 5 /3, Posisi ditengah adalah menutup

4) Katup Solenoid

Komponen ini lebih sering disebut dengan nama bahasa asing Solenoid Valve.
Bedanya komponen ini dengan katup pneumatik adalah dilengkapinya dengan
komparan listrik yang berfungsi sebagai magnet untuk menggeser posisi katup.
Gambar 3 memperagakan konstruksi fisik katup solenoid dari jenis yang berbeda.

Katup Solenoid 2 /2, Normally Closed,


Aktivasi Solenoid, pengembali pegas

hal. 6
Katup 3 /2, Posisi Normally Closed,
Aktivasi Solenoid, pengembali pegas

Katup 5 /2
Nonaktivasi Solenoid, pengembali pegas
Katup 5 /2
Aktivasi Solenoid Y1, Nonaktivasi Solenoid
Y2

Katup 5 /3
Posisi tengah menyumbat
Aktivasi Solenoid Kiri, pengembali pegas
Aktivasi Solenoid Kanan, pengembali pegas

(a) (b) (c)

Gambar 3. Penampakan fisik katup solenoid Festo (a) 2/2 (b) 5/2 (c) 5/3

5) Komponen Pendukung Pneumatik

Komponen pendukung yang umum digunakan dalam sistem elektropneumatik


diperagakan dalam bentuk nama, simbol dan konstruksi fisiknya.

One-way flow control valve

Flow control valve

Non-return valve (Check valve)

Silencer

Komponen utama yang membangun rangkaian listrik terdiri dari tombol tekan,
saklar pembatas, saklar proksimitas, relai dan katup solenoid.

hal. 7
1) Tombol tekan atau saklar

Saklar dipasang pada suatu rangkaian untuk mengalikan arus listrik pada
rangkaian tersebut. Saklar ini dibagi sebagai tombol tekan dan saklar kontrol.
a. Saklar kontrol dioperasikan secara mekanik pada posisi yang telah ditentukan.
Posisi saklar tetap tidak berubah sampai pada posisi saklar yang baru ditentukan.
Contoh: saklar lampu di rumah.
b. Tombol tekan hanya dapat mempertahankan posisi yang ditentukan sepanjang
saklar tersebut telah diaktuasikan (ditekan). Contoh: tombol bel.
Kontak terbuka secara normal (NO, Normaly Open), rangkaian terbuka apabila
saklar ada pada posisi awalnya (tidak diaktifkan), arus tidak mengalir ke beban.
Rangkaian tertutup dengan menekan tombol tekan, arus mangalir ke beban. Ketika
tombol dilepas, maka pegas mengembalikan saklar ke posisi awal (terbuka). Gambar 4
memperagakan simbol dan prinsip kerja dari tombol tekan NO.

Poros
Kontak
Pegas

Rangkaian Kontrol Rangkaian Kontrol

Gambar 4. Simbol dan prinsip tombol tekan NO

Kontak tertutup secara normal (Normaly Close), rangkaian tertutup apabila saklar
ada pada posisi awalnya (tidak diaktifkan), arus mengalir ke beban. Rangkaian terbuka
dengan menekan tombol tekan, arus tidak mengalir ke beban. Ketika tombol dilepas,
maka pegas mengembalikan saklar ke posisi awal (tertutup). Simbol dan prinsip kerja
dari tombol tekan NC ini diperagakan pada Gambar 5.

hal. 8
Poros
Kontak

Pegas

Rangkaian Kontrol Rangkaian Kontrol

Gambar 5. Simbol dan prinsip tombol tekan NC

Tombol tekan dengan mengkombinasikan fungsi-fungsi kontak terbuka secara


normal dan kontak tertutup secara normal dalam satu piranti (NO/NC). Perubahan
kontak-kontak tersebut digunakan untuk menutup suatu rangkaian dan membuka
rangkaian lainya dalam pengoperasian satu saklar. Simbol dan gambar nyata dari
tombol tekan kombinasi NO/NC ini ditampilkan pada Gambar 6.

Gambar 6. Simbol dan gambar bentuk fisik dari tombol tekan kombinasi NO/NC

2) Saklar pambatas (Limit switch)

Saklar pembatas (limit switch) diaktifasi ketika suatu bagian mesin atau benda-
benda kerja sedang dalam posisi tertentu. Secara normal, aktifasi diberlakukan dengan
suatu gerakan. Saklar pembatas (limit switch) ini berubah kondisi kontak-kontak nya
sebagaimana yang telah dijelaskan pada tombol tekan; ada normal terbuka (NO),
normal tertutup (NC) atau perubahan kondisi kontak (CO, change over).

hal. 9
Gambar 7. Konstruksi saklar pembatas (Limit Switch)

Gambar 8. Simbol dan bentuk fisik saklar pembatas (Limit Switch)

3) Proximity switch

Saklar proksimitas (proximity switch) Berbeda dengan Saklar pembatas (limit


switch), saklar proksimitas (proximity switch) bekerja tanpa kontak langsung dengan
objeknya dan tanpa gerakan mekanik. Sehingga, saklar proksimitas (proximity switch)
bisa berumur lebih panjang dan kinerja saklar tersebut lebih handal. Jenis saklar
proksimitas (proximity switch) dibedakan sebagai berikut :
a. Reed switch
b. Proximity Switch Inductive
c. Proximity Switch Capacitive
d. Proximity Switch Optic
Reed switch adalah saklar proksimitas yang bekerja secara kemagnitan, terdiri
dari dua kontak yang diletakan didalam tabung gelas berisi gas. Medan magnet yang
menyebabkan kedua kontak tersebut terhubung sehingga dapat mengalirkan arus
listrik.

hal. 10
Gambar 9. Konstruksi dan bentuk fisik Reed switch.

Proximity switch inductive, capacitive dan optic adalah sensor-sensor elektronik.


Biasanya memiliki tiga titik kontak:
a. Kontak untuk tegangan sumber.
b. Kontak untuk grounding.
c. Kontak untuk sinyal output.
Ada dua macam sensor elektronik sehubungan dengan polaritas dari tegangan
output :
a. Pada sensor switching positive, tegangan output adalah nol bila tidak ada
objek yang terdeteksi didekatnya.
b. Pada sensor switching negative, tegangan sumber dipakai sebagai pemicu bila
ada objek yang terdeteksi didekatnya.

Proximity switch inductive terdiri dari oscilator (1), frekuensi modulasi (2) dan
amplifier (3). Bila sumber tegangan dihubungkan, oscilator tersebut membangkitkan
gelombang elektromagnetik dengan frekuensi tinggi yang terinduksi di depan sensor.
Sensor proximity inductive dapat digunakan untuk mendeteksi objek logam.

hal. 11
Gambar 10. Diagram proximity switch inductive.

Proximity switch capacitive sama dengan Sensor proximity inductive terdiri dari
oscilator (1), frekuensi modulasi (2) dan amplifier (3). Bila sumber tegangan
dihubungkan, oscilator RC tersebut membangkitkan gelombang elektromagnetik
dengan frekuensi tinggi yang terinduksi di depan sensor. Proximity switch capacitive
dapat digunakan untuk mendeteksi objek non logam.

Gambar 11. Diagram proximity switch capacitive.

Gambar 12. Simbol dan gambar fisik berbagai

Proximity switch optic memanfaatkan sarana optik dan elektronik untuk


mendeteksi suatu objek menggunakan cahaya infra merah. Light Emiting Diode (LED)
digunakan sebagai pembangkit cahaya infra merah dan foto transistor dimanfaatkan
sebagai penerima. Proximity switch optic dapat dibedakan menjadi tiga macam :

hal. 12
a. Sensor optik reflektif tersebar (diffuse)
b. Penghambat cahaya reflektif (retro)
c. Penghambat cahaya searah (through beam)

Gambar 13. Prinsip kerja dari tiga macam Proximity switch optic

4) Relay dan Kontaktor

Relai (Relay) adalah suatu saklar yang digerakkan secara elektromagnetik. Bila
sumber tegangan diberikan pada kumparan selonoid, maka akan terbangkit suatu
medan elektromagnetik yang menakibatkan tertariknya tuas (armature) ke inti
kumparan. Tuas tersebut menggerakkan kontak relai apakah menutup atau membuka
sesuai dengan perancangannya. Pegas akan mengembalikan tuas ke posisi semula jika
arus listrik yang mengalir ke kumparan tidak ada. Konstruksi relai diilustrasikan pada
Gambar 14.

Gambar 14. Konstruksi relai.

Kumparan relai dapat menggerakkan satu atau lebih kontak. Disamping jenis relai
yang digambarkan diatas, ada saklar yang digerakkan secara elektromagnetik jenis lain,
relai retentif, relai waktu dan kontaktor. Pada sistem kontak elektropneumatik, relai
digunakan untuk fungsi-fungsi sebagai berikut :
a. Penggandaan sinyal.

hal. 13
b. Menunda dan mengkonversikan sinyal.
c. Menggabungkan informasi.
d. Mengisolasi rangkaian kontrol dari rangkaian utama.
Relai retentif dapat merespon sinyal denyut dengan gambaran pronsip kerja
sebagai berikut:
a. Tuas akan mendapatkan energi bila diberikan sinyal denyut positif.
b. Tuas akan kehilangan energi bila diberikan sinyal denyut negatif.
c. Ada dua macam relai waktu, penunda waktu ON (delay ON) dan penunda waktu
OFF (delay OFF), tuas akan mendapatkan energi sesudah penundaan waktu yang
diatur, sebaliknya diterapkan pada relai penunda waktu OFF (delay OFF).

Gambar 15. Simbol dan bentuk fisik dari masing-masing relai dan kontaktor.

Kontaktor memiliki prinsip kerja yang sama dengan relai. Konstruksi dan ciri
khususnya memungkinkan kontaktor menghubungkan arus lebih besar dari pada pada
relai.
Kontaktor memiliki beberapa elemen kontak, biasanya empat sampai sepuluh.
Kontaktor sama halnya dengan relai ada bermacam-macam jenis gabungan kontak,
kontak normal tertutup, kontak normal terbuka, kontak perubahan, kontak bantu.
Kontaktor yang dilengkapi dengan kontak-kontak utama dan bantu dinamakan
kontaktor tenaga. Fungsi kontrol yang dilakukan oleh kontak bantu. Dalam
pengontrolan elektropneumatik, arus listrik dan daya yang dikontrol cukup rendah,
karena alasan ini hanya kontak bantu yang digunakan, sehingga kontaktor tenaga tidak
digunakan.

5) Katup Solenoid

Simbol katup solenoid pada diagram rangkaian


listrik

hal. 14
6) Simbol metode pengaktifan diuraikan dalam standar DIN 1219 berikut ini :
Jenis Pengaktifan Keterangan
Mekanik

Operasi tombol

Tombol

Operasi tuas

Pedal kaki

Pegas kembali

Operasi rol

Operasi rol, satu arah

Pneumatik

Pengaktifan langsung pneumatik

Pengaktifan tidak langsung


pneumatik (pilot / pemandu)

Operasi dengan solenoid tunggal

Operasi dengan solenoid ganda

Kombinasi
Solenoid ganda dan operasi pilot
(pemandu) dengan tambahan
manual

B. Sistem Kendali Elektropneumatik

Perkembangan teknologi kontrol semakin pesat khususnya pada proses dan


manufaktur di industri. Teknologi kontrol tersebut merupakan gabungan dari berbagai
disiplin ilmu seperti pneumatics, mechanics, electric control, computer and

hal. 15
information technology. Desain peralatan dan mesin produksi modern pada konstruksi
mekanik dengan menggunakan aktuator pneumatik, hidrolik, dan elektronik dan motor
sebagai penggeraknya, sedangkan mikrokontroler/komputer/PLC dapat berfungsi
sebagai pengendalinya.
Udara merupakan sumber daya alam yang sangat melimpah serta mudah diperoleh.
Udara dapat digunakan sebagai penggerak untuk mengendalikan peralatan dan
komponen yang ada di industri. Teknologi tersebut biasa disebut dengan pneumatik.
Istilah pneumatik berasal dari bahasa Yunani, pneuma = udara. Peralatan dan
komponen industri yang digerakkan bersumber dari udara yang telah dimampatkan
(compressed air) kemudian akan disalurkan ke sistem sehingga dapat bekerja sesuai
dengan desainnya. Berikut ini merupakan beberapa karakteristik yang menjadi
kelebihan dari sistem pneumatik
c. Quantity: Tersedia di mana saja dan tidak terbatas.
d. Transportation: Mudah disalurkan melalui pipa.
e. Storage: Dapat disimpan di dalam tanki atau botol.
f. Temperature: Udara tidak sensitif terhadap fluktuasi suhu.
g. Explosion-proof: Udara bertekanan tidak menyebabkan terjadinya ledakan.
h. Cleanliness: Udara bertekanan sangat bersih tidak menimbulkan polusi.
i. Construction: Konstruksi komponen pneumatik relatif sederhana.
j. Speed: Udara bertekanan merupakan working medium yang mempunyai respon
cepat yakni: 1-2 m/s.
Disamping kelebihannya tersebut sistem pneumatik tentunya juga memiliki
kelemahan seperti berikut:
a. Preparation: Udara tekan yang digunakan sebagai fluida kerja pada kontrol
pneumatik harus memenuhi persyaratan teknis dan perlu dipersiapkan dengan
presisi, dan memerlukan peralatan yang harganya realtif mahal. Udara tekan harus
bebas dari debu dan uap air (moisture), karena dapat merusak komponen pneumatik.
Force: Udara tekan mencapai titik ekonomisnya pada tekanan 700 kPa atau 7 bar
dengan daya tekan sebesar 20.000 – 30.000 N.
b. Exhaust air: Exhaust air sangat bising, sehingga memerlukan material yang dapat
menyerap suara.
c. Cost: Udara kempa merupakan medium yang relatif mahal.
Adapun istilah elektropneumatik merupakan pengembangan dari sistem
pneumatik yang digabungkan dengan sistem kelistrikan; media kerja atau tenaga

hal. 16
penggerak menggunakan energi pneumatik sedangkan media kontrolnya
menggunakan sinyal listrik. Sinyal listrik dialirkan melalui sakelar atau sensor yang
berfungsi sebagai penyambung dan pemutus sinyal dari sumber energi listrik ke
kumparan (selenoid valve) sehingga menimbulkan medan elektromagnetik yang
digunakan untuk mengaktifkan/mengaktuasikan katup pengatur arah sebagai elemen
akhir pada rangkaian kerja pneumatik. Katup pengatur arah tersebut akan
mengaktifkan atau menyegerakan elemen kerja pneumatik seperti silinder yang akan
bekerja menjalankan sistem.
Struktur dari komponen elektropneumatik terdiri dari empat bagian yaitu:
a. Supply Energy (Compressor air and Electrical)
b. Input Elements (Push Button/Sensor/Limit Switch)
c. Processing Elements (Switching logic, Selenoid valve, Pneumatik to Electric
converter)
d. Actuator and Final Control elemen (cylinder, motor, directional Control valve)
Selanjutnya, struktur rangkaian kontrol elektropneumatik meliputi; penempatan
komponen dengan fungsi masing-masing grup elemen yang dapat dikenali, hindari
tumpang tindih jalur antara bagian pneumatik dengan diagram rangkaian listrik,
upayakan kerapian dan konsistensi penggunaan simbol.
Bagian pneumatik dan listrik dari suatu diagram rangkaian elektropneumatik dibuat
secara terpisah, namun kedua diagram saling berkaitan. Pada bagian pneumatik, aliran
sinyal dari bawah ke atas, sedangkan pada bagian rangkaian listrik aliran arus
ditampilkan dari atas ke bawah seperti yang diperagakan pada Gambar 7. Pada
diagram rangkaian listrik, urutan aliran aliran arus digambarkan dari kiri ke kanan.

Gambar 16. Rangkaian kontrol berbasis sistem elektropneumatik

hal. 17
Bagian kontrol sinyal listrik akan disuplai dengan catu daya melalui bagian utama
elektrik titik 0V dan +24 V. Unit catu daya berfungsi untuk:
a. Penurun tegangan dari 220 V menjadi tegangan rendah 24 V sebagai output
b. Penyearah yang mengkonversikan tegangan AC menjadi tegangan DC, dan
kapasitor pada output penyearah berfungsi untuk meratakan tegangan tersebut.
c. Regulator tegangan diperlukan pada output unit catu daya untuk menjamin agar
tegangan output konstan tanpa dipengaruhi oleh aliran arus yang mengalir ke beban.
Perhatikan kembali Gambar 4, bahagian sebelah kanan merupakan rangkaian
listrik sederhana yang dengan mudah dapat diimajinasikan gerakan aliran sinyalnya.
Dari saluran utama +24V menuju titik terendah 0V melalui dua buah tombol tekan S1
dan S2 (push button) dan sebuah koil elektromagnetik K1. Arus akan mengalir ke Koil
K1 jika S1 dan S2 ditekan secara bersamaan, sehingga koil K1 dialiri arus dan
menimbulkan medan magnet yang menarik kontak K1 menjadi terhubung. Dengan
demikian selonoid 1Y1 aktif dan merubah posisi katub 5/2 pada bagian pneumatik dan
menyebabkan silinder bergerak ke kanan atau (+).

1) Aktivasi langsung Silinder Aksi-Tunggal

Rangkaian aktivasi langsung silinder aksi-tunggal diperagakan pada Gambar 8.


Bagian kiri memperagakan rangkaian pneumatik dan sebelah kiri menunjukkan
rangkaian kelistrikannya. Setelah S1 diaktifkan, arus mengalir pada koil 1Y1 yang
menggeser katup 1V1. Dengan demikian udara bertekanan mengalir dari terminal 1 ke
terminal 2 lalu silinder bergerak maju. Jika S1 tidak diaktifkan lagi, maka tidak ada
arus yang mengalir pada koil 1Y1 sehingga katup 1V1 bergeser kembali ke posisi
semula. Udara di silinder dilepas melalui terminal 3 katup 1V1 sehingga poros silinder
kembali memendek (masuk).

hal. 18
Gambar 17. Rangkaian aktivasi langsung silinder Aksi-Tunggal

Gambar 18. Rangkaian Aktivasi Silinder Aksi-Ganda Tidak Langsung

2) Aktivasi Silinder Aksi-Ganda secara tidak langsung

Rangkaian aktivasi silinder Aksi-Ganda secara tidak langsung berkenaan dengan


tekanan yang diperlukan untuk menggerakkan silinder pada posisi tertentu,
kompleksitas rangkaian, sistem dapat dikendalikan baik secara jarak jauh maupun
bukan. Rangkaian aktivasi silinder Aksi-Ganda tidak langsung dipergakan pada
Gambar 9.

hal. 19
Gambar 19. Rangkaian Memori Elektropneumatik dengan Katup Solenoid Ganda

Gambar 20. Rangkaian kendali gerak silinder bergantung jangkauan

3) Rangkaian memori elektropneumatik dengan katup solenoid ganda

Katub solenoid ganda juga dinamakan sebagai katup bistabil atau katup memori.
Hal ini karena sekali katup diaktifkan maka posisinya menahan pada posisi baru walau
sinyal atau tengangan yang masuk ke koil ditiadakan. Kondisi katup hanya kembali ke
posisi semula apabila koil yang berlawanan diberi tegangan atau dioperasikan secara
manual. Gambar 10 Rangkaian memori elektropneumatik dengan katup solenoid
ganda

hal. 20
4) Rangkaian Kendali Gerak Silinder Bergantung-Jangkauan

Untuk tujuan ini biasanya digunakan saklar pembatas (Limit Switch) dengan ujung
beroda yang dituukan untuk cek posisi aktuator pneumatik pada rangkaian sederhana.
Untuk keperluan akurasi yang tinggi diperlukan sensor pembatas yang akurat pula.
Gambar 11 memperagakan rangkaian kendali gerak silinder bergantung jangkauan
tersebut.
Untuk peningkatan pemahaman prinsip kerja dari sistem elektropneumatik ini,
peserta dapat menggunakan program simulasi dengan perangkat lunak FluidSim yang
disediakan oleh perusahaan FESTO, Automation Studio atau aplikasi lain yang serupa.

7. Forum Diskusi
a. Berikan analisa yang logis tentang mengapa sistem pneumatik menjadi lebih
populer di industri dibandingkan dengan sistem hidraulic.
b. Perhatikan gambar mesin stempel berikut, yang menerapkan sistem
elektropneumatik. Mesin bekerja setelah tombol diaktifkan lalu cylinder A
bergerak turun-cylinder A naik kembali-Cylinder B maju-Cylinder B
kembali, lalu sistem berhenti sendiri.
c. Dari rangkaian diatas, identifikasilah peralatan input/output yang digunakan
beserta jenis katupnya.
d. Gambarkan diagram waktu untuk masing-masing cylinder.
e. Jelaskan perbedaan yang terjadi jika pada sistem di atas dilengkapi atau
tanpa regulator tekanan udara.

Buatlah diagram untuk:


1) Rangkaian daya
kelistrikan
2) Rangkaian pneumatik
Material

Push button

hal. 21
C. PENUTUP
1. Rangkuman
a. Sistem pneumatik lebih sering ditemui di industri terutama makanan, obat dan
perakitan komponen. Hal ini disebabkan karena sumber yang berlimpah, higienis,
tahan terhadap ledakan dan lebih sederhana.
b. Untuk memudahkan deskripsi prinsip kerjanya, maka diperlukan diagra waktu.
c. Penamaan katub diberikan berdasarkan jumlah saluran udara dan posisi nya.
d. Penggambaran rangkaian pneumatik dan rangkaian daya kelistrikan dipisah
untuk penyederhaan dan kemudahan pembacaan.
e. Aliran sinyak untuk sistem pneumatik digambarkan dari bawah ke atas,
sedangkan sistem aliran daya listrik digambarkan dari atas ke bawah.

2. Tes Formatif

1. Berikut merupakan karakteristik membuat sistem pneumatik populer di Industri,


kecuali:
A. Bersih atau higienis
B. Respon yang cepat
C. Memiliki fluida
D. Sumber berlimpah
E. Sumber fluida

2. Komponen berikut yang tergolong Input adalah:


A. Silinder aksi ganda
B. Silinder aksi tunggal
C. Selenoid valve
D. Push Button
E. Aktuator

3. Jika terdapat dua posisi katup dengan 5 saluran (lubang), maka dinamakan
dengan katup:
A. 3/2
B. 2/5
C. 3/5
D. 5/2

hal. 22
E. 5/3

4. Komponen berikut yang tergolong Output adalah:


A. Limit Switch
B. Silinder aksi ganda
C. Sensor
D. Push Button
E. LDR

5. Jika terdapat tiga posisi katup dengan 5 saluran (lubang), maka dinamakan
dengan katup:
A. 3/2
B. 5/2
C. 2/5
D. 5/3
E. 3/5
6. Gambar actuator SILINDER SINGLE ACTION adalah :

A.

B.

C.

D.

E.
7. Komponen pengatur keluar masuknya udara disebut :
A. Actuator
B. Silinder
C. Valve
D. Kompressor
E. Selang udara

hal. 23
8. Simbol operasi tombol push button dalam standar DIN 1219:

A.

B.

C.

D.

E.

9. Simbol pengaktifan langsung pneumatik dalam standar DIN 1219:

A.

B.

C.

D.

E.

10. Manakah gambar dibawah ini yang merupakan jenis valve 4/2 :

A.

B.

C.

hal. 24
D.

E.

3. Daftar Pustaka
Bryan, L.A (1997).Programmable Controllers: Theory and Implementation. USA:
Industrial Text Company

Ebel, Frank (2000). Fundamental of Electropneumatics. Germany: Festo Didactic

hal. 25
No. Kode: Dar2/Profesional /413/4/2019
PENDALAMAN MATERI
TEKNIK KETENAGALISTRIKAN

MODUL 4
TEKNIK OTOMASI INDUSTRI

Oleh
Dr. Ta’ali, MT.
Habibullah, M.T.
Risfendra, Ph.D

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


2019
KEGIATAN BELAJAR 4. SISTEM KONTROL TERPROGRAM

A. Pendahuluan

1. Deskripsi singkat

Selamat bertemu kembali para peserta PPG daring. Selamat anda telah
mengikuti hingga program PPG sampai dengan saat ini dan sudah mencapai Modul
4 yakni Teknik Otomasi Industri dengan Kegiatan Belajar 4. Modul empat kegiatan
belajar 4 ini berupa Sistem kontrol terprogram
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan dapat:
a. Menganalisis kondisi operasi sistem dan komponen perangkat keras PLC
berdasarkan operation manual
b. Menentukan operasi dan Spesifikasi Special I/O PLC
c. Menentukan jarignan networking pada PLC

2. Relevansi
Pada Modul 4 tentang teknik otomasi Industri dengan kegiatan belajar 4 ini, kita
akan mempelajari, mendiskusikan, dan menganalisis tentang sistem kontrol
terprogram. Setelah selesai para peserta mempelajari ini dipersilahkan untuk
melanjutkan dengan mengerjakan latihan dan tes formatif yang telah disediakan.
Materi kegiatan belajar ini disusun sesuai dengan kebutuhan dan kisi-kisi yang
telah ditetapkan, yakni terdiri atas:
a. Mengidentifikasi komponen utama PLC
b. Menguraikan fungsi PLC.
c. Mengidentifikasi jenis-jenis input dan output diskret dan analog PLC.
d. Mengidentifikasi jenis networking yang digunakan PLC.
e. Mengidentifikasi jenis-jenis modul ekspansi yang dapat digunakan untuk
PLC.
f. Menguraikan jenis-jenis atau pemerograman yang dapat digunakan untuk
PLC.
g. Menguraikan operasi dasar yang digunakan fungsi program seperti timer dan
counter

112
h. Mengidentifikasi buku manual yang sesuai sebagai acuan untuk
pemerongraman atau penginstalan PLC.

3. Panduan Belajar
Pada kegiatan belajar ini akan terasa lebih mudah dan lancar apabila mengikuti
langkah-langkah seperti berikut:
a. Bacalah secara berurutan dari awal sampai akhir, jangan dipengagal dari
tengah atau sebaliknya.
b. Pamahi materi kegiatan belajar 4 ini lalu kerjakan tugas dan latihan secara
teliti.
c. Bila ada kesulitan dalam pemahaman materi yang disajikan silahkan hubungi
instruktur atau pendamping dalam program PPG Daring.
Pengetahuan ini akan membantu anda lebih baik dalam memahami aplikasi
dari PLC. Sebagai tambahan, anda akan lebih baik lagi dapat menguraikan dan
menentukan perbedaan-perbedaan penting antara berbagai produk. Anda harus
memahami Dasar-Dasar Kelistrikan sebelum mempelajari Dasar-Dasar PLC.
Dengan banyak memahami konsep yang terdapat pada Dasar-dasar Kelistrikan
sebagai persyaratan untuk mengikuti pembelajaran ini.
Selamat belajar dan selamat mengikuti pembelajaran melalui modul daring
ini, semoga Anda sukses dan berhasil disekolah Anda.

B. Inti
1. Capaian Pembelajaran (CPBS)
Menguasai teori dan aplikasi materi bidang studi ketenagalistrikan yang
mencakup: (1) pembangkit tenaga listrik, (2) jaringan tenaga listrik, (3) instalasi
tenaga listrik, (4) teknik otomasi industri, (5) teknik pendingin dan tata udara,
dan (6) teknik tenaga listrik, termasuk advance materials secara bermakna yang
dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi), dan “bagaimana”
(penerapan) dalam kehidupan sehari-hari; yang dapat menjelaskan aspek “apa”
(konten), “mengapa” (filosofi), dan “bagaimana” (penerapan dalam kehidupan
sehari-hari) sehingga dapat membimbing peserta didik SMK mencapai
kompetensi keahlian yang dibutuhkan DUDI.

113
2. Sub Capaian Pembelajaran (CPMK)
Menganalisis konsep esensial materi teknik otomasi industri dan aplikasinya
dalam pembelajaran ketenagalistrikan

3. Bahan Kajian
Sistem kontrol terprogram dalam otomasi industri serta aplikasinya dalam
pembelajaran ketenagalistrikan

4. Sub Bahan Kajian


Sistem Kontrol Terprogram

5. Indikator Pembelajaran
a. Dengan diberikan sebuah kasus, peserta dapat menganalisis kondisi operasi
sistem dan komponen perangkat keras PLC berdasarkan operation manual
b. Dengan diberikan sebuah gambar, peserta dapat menentukan operasi dan
Spesifikasi Special I/O dan Networking PLC

Uraian Materi
Kegiatan Belajar 4. Sistem Kontrol Terprogram
Sistem kontrol atau biasa juga disebut dengan sistem pengaturan adalah sebuah sistem
dimana beberapa besaran fisik diatur, diubah dan dimanipulasi dengan mengatur besaran input
(masukan). Sebuah sistem didefinisikan sebagai sekumpulan perangkat yang dirakit untuk
membentuk sebuah perangkat gabungan yang dapat menghasilkan sebuah fungsi yang spesifik.
Sebuah sistem kontrol yang ideal adalah sebuah sistem dimana besaran output
(keluaran) merupakan fungsi langsung dari besaran input (masukan). Sistem kontrol
didefinisikan sebagai sekumpulan perangkat yang dirakit untuk membentuk sebuah perangkat
gabungan yang dapat menghasilkan sebuah fungsi keluaran spesifik yang diinginkan untuk
mengatur sebuah besaran tertentu. Sementara klasifikasi sistem kontrol dapat dibedakan
menurut:
1. Mode pengaturan plant
a. Mode pengaturan ON-OFF ( misalnya : kontrol relay, PLC)
b. Mode pengaturan kontinyu ( misalnya : PID Control )

114
2. Penggunaan teknik umpan balik
1) Sistem kontrol loop terbuka
2) Sistem kontrol loop tertutup
3. Teknik Pengolahan Data
1. Teknik pengolahan data analog
2. Teknik pengolahan data digital
4. Aplikasi
a. Sistem kontrol sekuensial
b. Sistem kontrol numerik
c. Sistem kontrol proses
d. Servomekanis (servomechanism)
5. Sistem kontrol otomatis (Automatic Control)
a. Sekuensi Kontrol
Contoh Sekuensi diproses berdasarkan langkah-langkah (step-step, satu persatu)
sesuai dengan kebutuhan.

Gambar 1 Blok diagram komposisi sekuensial kontrol.


b. Feedback Control
Feedback Control adalah dimana signal output diumpankan kambali ke
input, dengan membandingkan hasil pengukuran yang dikehendaki untuk
melakukan koreksi sehingga seimbang keduanya.

Gambar 2. Blok diagram sekuensial feedback control

115
Macam-macam sekuensial kontrol
a. Relay sekuensial kontrol
b. Logik sekuensial kontrol
c. Programmable control rangkaian mikro komputer
Tipe-tipe kontrol
a. Kontrol dengan relay, memiliki kemampuan:
1) Kekuatan singkat
2) Keandalan rendah
3) Fungsi kontrol terbatas
b. Kontrol tanpa relay, umumnya mengunakan komponen semi konduktor
1) Kontrol dengan IC digital
2) Programable Kontroller, merupakan tipe komputer yang dirancang khusus
(mikrocontroller) untuk kontrol sekuensial (kontrol dengan program).
3) Kontrol melalui mikrocomputer

A. Programable Logic Controller (PLC)


Programmable logic controller (PLC), dirujuk dari programmable controller,
nama ini diberikan pada suatu komputer yang pada dasarnya dipergunakan pada
aplikasi kontrol industri dan komersial. PLC berbeda dengan jenis komputer yang
digunakan pada perkantoran. Aplikasi yang spesifik sangat luas dan bervariasi,
semua PLC untuk memonitor data input dan nilai variabel lainnya, membuat
keputusan berdasarkan program yang tersimpan dan mengontrol output proses
secara otomatis pada suatu mesin. Maksud dan tujuan pada pemebelajaran ini adalah
untuk memberikan pemahaman kepada peserta PPG tentang informasi dasar dari
fungsi dan konfigurasi PLC dengan menekankan pada PLC. Definisi PLC menurut
National Electrical Manufactures Association (NEMA) adalah “suatu alat
elektronika digital yang menggunakan memori yang dapat diprogram untuk
menyimpan instruksiinstruksi dari suatu fungsi tertentu seperti logika, sekuensial,
pewaktuan, pencacahan dan aritmatika untuk mengendalikan mesin dari proses”.
PLC ini termasuk ke dalam perangkat untuk sistem kontrol terprogram, karena
urutan kerjanya dapat disimpan dalam memori untuk dapat dikerjakan secara
berulang dan dapat diprogram.

116
Secara historis, PLC pertama kali dirancang oleh perusahaan Modicon
Company (Modular Digital Controller) sekitar tahun 1968 untuk menggantikan
control relay pada proses sekuensial yang dirasakan tidak fleksibel dan berbiaya
tinggi. Pada saat itu, hasil rancangan telah benar-benar berbasis komponen solid
state dan memiliki fleksibilitas tinggi, hanya secara fungsional masih terbatas pada
fungsi-fungsi kontrol relai saja. Seiring perkembangan teknologi solid state, saat ini
PLC telah mengalami perkembangan luar biasa, baik dari ukuran, kepadatan
komponen serta dari segi fungsionalnya. Beberapa peningkatan perangkat keras dan
perangkat lunak ini di antaranya adalah:
a. Ukuran semakin kecil dan kompak.
b. Jumlah input/output yang semakin banyak dan padat.
c. Beberapa jenis dan tipe PLC dilengkapi dengan modul-modul untuk tujuan
kontrol kontinu, misalnya modul ADC/DAC, PID, modul Fuzzy, dan lain-lain.
d. Pemrograman relatif semakin mudah. Hal ini terkait dengan perangkat lunak
pemrograman yang semakin user friendly.
e. Memiliki kemampuan komunikasi dan sistem dokumentasi yang semakin baik.
f. Jenis instruksi/fungsi semakin banyak dan lengkap.
g. Waktu eksekusi program yang semakin cepat.

Dewasa ini, produsen PLC umumnya memproduksi PLC dengan berbagai


ukuran, jumlah input/output, instruksi dan kemampuan lainnya yang beragam. Hal
ini pada dasarnya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasar yang sangat luas,
yaitu untuk tujuan kontrol yang relatif sederhana dengan jumlah input/output
puluhan, sampai kontrol yang kompleks dengan dengan jumlah input/output
mencapai ribuan.

Gambar 3. Contoh PLC


117
Berdasarkan jumlah input/output yang dapat dilayaninya, secara umum PLC
dapat dibagi menjadi beberapa kelompok besar (lihat Gambar 4):
1. PLC Micro
PLC dapat dikatagorikan mikro jika jumlah input/ output pada PLC ini kurang
dari 64 terminal
2. PLC Small-Medium
Katagori ukuran mini ini adalah jika PLC tersebut memiliki jumlah input/output
antara 64 sampai 512 terminal.
3. PLC Large-Very Large
PLC ukuran ini dikenal juga dengan PLC tipe rack PLC dapat dikatagorikan
sebagai PLC besar jika jumlah input/output-nya lebih dari 512 terminal.

a. Micro b. Medium c. Large


Gambar 4. Ukuran PLC berdasarkan jumlah I/O

Penambahan fleksibilitas penggunaan dilakukan terutama untuk


mengantisipasi perkembangan dan perluasan sistem kontrol pada aplikasi tertentu,
PLC dengan ukuran mulai Medium hingga Very Large umumnya dirancang dengan
kemasan modular. Artinya, unit input/output PLC berupa modul-modul yang
terpisah yang dirakit pada satu rack. Gambar 4 memperagakan PLC yang dikemas
compact produksi OMRON dan kemasan Modular CJ1W OMRON. Unit
input/output ini dapat berupa unit input/output diskret, atau modul-modul analog
seperti unit kontrol PID, A/D, D/A, dan lain sebagainya yang dapat dibeli secara
terpisah dari unit CPU PLC tersebut.
PLC dengan kemasan modular yang diperagakan pada gambar 4c ini lebih
popular dikalangan industri, karena disamping fleksibilitas jumlah input/outputnya
yang dapat ditambah (diperluas), keuntungan lainnya adalah unsur keselamatan dan
ekonomis yang apabila terjadi kerusakan pada satu modul tidak perlu mengganti
PLC secara keseluruhan.

118
Gambar 5. Contoh aplikasi PLC
A. Prinsip Kerja PLC
Secara umum PLC terdiri dari empat bagian utama, hubungan masing-
masing bagian secara fungsi diperagakan pada Gambar 6. Bagian utama PLC
tersebut adalah:
a. Catu Daya (Power Suply)
b. Central Processing Unit (CPU)
c. Alat Pemrogram (Programming Device)
d. Modul input/output
Interaksi antar komponen utama ini dapat dilihat pada diagram arsitektur
PLC yang diperagakan pada Gambar 7. Secara umum interaksi ini mirip dengan
arsitektur sebuah komputer.

a. Arsitektur PLC

119
b. Diagram Blok
Gambar 6. Prinsip Kerja PLC
Seluruh bagian PLC yang diperagakan pada Gambar 6a dirakit menjadi
satu kesatuan untuk PLC dengan kemasan compact seperti yang terlihat pada
Gambar 4(a). Sedangkan untuk PLC dengan kemasan modular, bagian-bagian
utama tersebut disusun terpisah dalam satu rack seperti yang terdapat pada
Gambar 8, dengan demikian modifikasi dan penggantian dari bagian bagian PLC
menjadi lebih mudah.

Gambar 7. Contoh Jenis PLC Modular

1. Keuntungan Menggunakan PLC


PLC tidak hanya bisa melakukan kemampuannya seperti hard-wire
control, tetapi juga bisa melakukan kemampuannya untuk berbagai aplikasi yang
komplek. Selanjutnya, program PLC dan jaringan komunikasi elektronik untuk
mengantikan kawat penghubung yang diperlukan pada hard-wire control. Oleh
sebab itu, hard-wiring, masih diperlukan untuk menghubungkan peralatan
dilapangan, intensitasnya lebih sedikit. Ini juga untuk melakukan koreksi
kesalahan dan modifikasi aplikasi lebih mudah.

120
Berikut ini beberapa kelebihan sistem kontrol berbasis PLC dibandingkan
dengan sistem kontrol konvensional :
a. Jumlah kabel yang dibutuhkan dapat dikurangi;
b. Konsumsi daya PLC lebih rendah dibandingkan dengan sistem kontrol
proses berbasis relai;
c. Fungsi diagnostik pada sistem kontrol dengan PLC dapat mendeteksi
kesalahan dengan lebih mudah dan cepat;
d. Bila diperlukan perubahan pada urutan operasional, proses atau aplikasi
dapat dilakukan dengan lebih mudah, hanya dengan melakukan pergantian
program, baik dengan menggunakan handheld atau dengan komputer(PC);
e. Tidak membutuhkan suku cadang yang banyak;
f. Bila perlu menggunakan instrumen I/O yang cukup banyak dan fungsi
operasional proses cukup kompleks. menggunakan PLC lebih mudah
dibandingkan dengan menggunakan sistem konvensional.

Beberapa kelemahan dari PLC adalah sebagai berikut :


a. Karena merupakan teknologi baru, sehingga harus membutuhkan pelatihan.
b. Beberapa aplikasi yang menjalankan satu fungsi tunggal, tidak efisien dalam
penggunaan PLC.
c. Terbatas lingkungan penggunaannya, suhu tinggi dan getaran keras dapat
mengganggu peralatan elektronik pada PLC.
d. Butuh peralatan pengaman tambahan seperti relay.

A. Diagram Leadder PLC


Diagram leadder atau diagram satu garis adalah satu cara untuk
menggambarkan proses kontrol sekuensial yang umum dijumpai di industri.
Diagram ini merepresentasikan interkoneksi antara perangkan input dan perangkat
output sistem kontrol. Dinamakan diagram leadder (tangga) karena diagram ini
mirip dengan tangga. Seperti halnya sebuah tangga yang memiliki sejumlah anak
tangga, diaggram ini juga memiliki anak-anak tangga tempat setiap peralatan
dikoneksikan. Gambar 8 berikut memperlihatkan salah satu contoh diaram leadder
elektromekanis sederhana dengan sebuah anak tangga.

121
Gambar 8. Contoh diagram garis (Ladder Diagram)

Garis pertikal pada diagram leadder yang ditandai dengan L1 dan L2, pada
dasarnya adalah sumber atau line tegangan yang berupa sumber AC atau sumber
tegangan DC jika line tersebut merepresentasikan sumber AC maka L1 sering
diartikan sebagai line fase dan L2 sebagai netral sedangkan jika line tersebut
merepresentasikan sebuah sumber DC maka L1 merupakan terminal positif dan L2
adalah terminal negatif atau ground.
Perlu diperhatikan bahwa diagram leadder elektromekanis ini, perangkat
input atau output sistem kontrol digambarkan dengan simbol-simbol perangkat
standar secara langsung. Pada awalnya, diagram leader ini digunakan untuk
merepresantasikan rangkaian logika kontrol secara hardwired untuk mesin-mesin
dan peralatan. Karena luasnya pemakaian maka diagram tersebut mejadi standar
pemprograman kontrol sekuensial yang banyak ditemui di industri.

Gambar 9. Simbol-simbol standar pada pembuatan ladder diagram

Rangkaian diagram leader elektromekanis yang bersifat hardwired ini pada


dasarnya secara langsung dapat diimplementasikan dengan menggunakan PLC.
Rangkaian logika kontrol pada diagram diimplementasikan secara softwired dengan
menggunakan sofware.

122
Gambar 10. Implementasi ladder diagram softwired ke dalam program PLC

Dalam diagram penyambungan ini, perangkat input atau output seperti push
button, limit switc, lampu, silenoid, dan laddernya implementasikan secara softwire
didalam memori PLC dengan menggunakan relay-relay dan kontaktor-kontaktor
internal yang bersifat soft. Relay-relay internal ini merupakan alamat-alamat bit
pada memori PLC.
Pada gambar diatas dalam keadaan normal peralatan yang terhubung dengan
modul input ini berada dalam keadaan terbuka sehingga kontaktor-kontaktor
internalnyapun berada dalam keadaan yang sama. Jika salah satu perangkat
masukan ini aktif maka keadaan kontaktor asosiasinya juga akan berubah misalnya
PB1 ditekan dan LS1 dalam keadaan tertutup maka akan terjadi aliran daya
melewati koil internal PL sehingga koil akan memperoleh daya. Hal ini secara
langsung akan mengaktifkan lampu PL yang terhubung dengan modul output PLC
tersebut.

Gambar 11. Contoh rangkaian I/O dan internal PLC


123
B. Simbol-Simbol Kontak PLC
Kontaktor-kontaktor internal PLC dan kontaktor relai elektromekanis pada
dasarnya beroperasi dengan cara yang sama. Sebagai contoh, relai A Gambar 12 (a)
memiliki dua buah kontaktor, normally open (A-1) dan normally close (A-2).
A
A A
OFF ON
A-1 A-1 A-1
terbuka tertutup

A-2 A-2 A-2


tertutup terbuka

a. Kontak relay PLC b. Kondisi kontak relay PLC


A ON

A-1 ON

A-2 ON A-2 ON

c. Diagram pewaktu relay kontaktor internal


Gambar 12. Kondisi kontaktor relay internal PLC

Jika relai koil A tidak diberi daya (Off) maka kontaktor A-1 akan tetap terbuka
dan kontaktor A-2 akan tetap tertutup. sebaliknya jika koil A diberi daya maka
kontaktor A-1 akan tertutup, sedangkan kontraktor A-2 akan terbuka seperti
Gambar 12.b, garis abu-abu pada simbol menunjukan koil dan kontaktor dalam
kondisi tertutup atau On. Gambar 12(c) memperlihatkan diagram pewaktuan dari
operasi relai ini di dalam PLC, setiap koil internal beserta kontaktor-kontaktornya
ini akan memiliki alamat yang unik. Sebagai contoh, koil 10.00 akan memiliki
kontaktor normally open (NO) atau normally close (NC) dengan alamat yang sama
(yaitu 10.00). Perlu ditekankan di sini bahwa untuk sebuah koil internal PLC,
jumlah kontaktor yang dimilikinya dapat disesuaikan dengan kebutuhan Gambar
13. Hal ini tentunya berbeda jika dibandingkan dengan sebuah relai elektromekanis
yang mempunyai jumlah kontaktor tertentu saja.

124
10.00

10.00

10.00

10.00

Gambar 13. Kontaktor-kontaktor dan relay internal PLC

C. Perbandingan PLC dengan Jenis Kontrol Lainya


1. Perbandingan PLC dengan Kontrol Magnetik
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, perancangan PLC pada awalnya di-
maksudkan untuk menggantikan kontrol magnetik dengan relay logic yang
tidak fleksibel. Beberapa keuntungan penggunaan PLC disbanding kontrol
magnetik untuk pengontrolan mesin atau proses di antaranya adalah:
a. Bersifat Flexible, artinya fungsi kontrol dapat secara mudah diubah dengan
mengganti program melalui software tanpa mengubah pengawatannya.
b. Waktu implementasi proyek dapat diselesaikan secara lebih cepat, larena
hanya menghubungkan PLC dengan peralatan luar dan selebihnya
dihubungkan secara softwired dengan program PLC
c. Pengabelan (wiring) relatif sederhana dan rapi, karena logika-logika kendali
dibangun di dalam PLC secara software. Gambar 16 memperagakan
perbandingan tersebut secara fisik.
d. Troubleshooting menjadi lebih mudah dan lebih cepat melalui inspeksi
routines pada software melalui fasilitas debug, ladder monitoring dan lain
sebagainya.
e. Monitoring sistem kendali proses yang terintegrasi, sehingga aktifitas mesin
dapat dipantau pada ruangan/lokasi terpisah. Terlebih lagi dengan teknologi
saat ini semua data aktifitas sistem kendali dapat dikoneksikan kedalam
jaringan internet.

125
Gambar 14. Perbandingan panel bebasis kontaktor dan PLC

2. Perbandingan PLC dengan Mikrokontroler


Mikrokontroler pada dasarnya merupakan sebuah komputer yang
dirancang untuk dapat juga melakukan tugas-tugas pengendalian seperti yang
dapat dilakukan PLC. Secara fungsional, PLC dan mikrokontroler ini adalah
sama-sama berfungsi sebagai kontroler, tetapi secara teknis pengontrolan mesin
atau plant dengan mikrokontroler relatif lebih sulit. Hal ini terkait dengan
perangkat keras dan perangkat lunak dari mikrokontroler tersebut.
Dalam hal ini, pengontrolan mesin atau plant dengan mikrokontroler
memerlukan perancangan pengondisi sinyal tambahan pada port input/output-
nya sebagai antarmuka dengan peralatan luar yang umum digunakan di indust
ri. Di samping itu, umumnya pemrograman mikrokontroler ini dilakukan
dengan menggunakan bahasa pemograman yang relatif lebih sulit dan butuh
waktu khusus yang lebih dalam mempelajarinya.

Gambar 15. Perbandingan PLC dan Mikrokontroler

Dalam hal ini modul input/output PLC sudah dirancang khusus dan sesuai
dengan parameter peralatan input/output di industri dan pemogramannya juga
lebih sederhana yang mengadopsi diagram pengawatan kelistrikan. Secara
ringkas perbandingan PLC dengan mikrokontroler terdapat pada Tabel 1,
adapun perbandingan secara fisiknya diperagakan pada Gambar 15.

126
Tabel 1. Perbandingan PLC dan Mikrokontroler
Persamaan Perbedaan
a. Berbasis Mikroprosesor a. PLC dirancang untuk keperluan aplikasi industri
b. Dilengkapi memori untuk b. Terminal I/O PLC dirancang untuk antarmuka
penyimpan program kendali relai
c. Memiliki terminal c. Memiliki bahasa pemograman khusus: Ladder
Input/Output Diagram

3. Perbandingan PLC dengan PC (Personal Computer)


Dengan perangkat antarmuka tambahan misalnya PPI 8255, sebuah PC
dapat digunakan untuk mengendalikan peralatan luar, tetapi perancangan PC
tidak dimaksudkan untuk digunakan sebagai perangkat pengendali, melainkan
pengolahan data misalnya PC tidak dirancang untuk ditempatkan pada lokasi
dengan getaran ekstrim yang umum dijumpai di pabrik, selengkapnya lihat
Table 2.
Tabel 2. Perbandingan PLC dengan Komputer
PLC Komputer
a. Dirancang untuk lingkungan a. Dirancang untuk pengolah data dan
industri yang ekstrim perhitungan.
b. Dapat beroperasi pada ruangan b. Tidak dapat beroperasi pada
dengan temperature tinggi lingkungan yang ekstrim
c. Tahan terhadap nois dan c. Beragam bahasa pemograman
guncangan d. Dapat melakukan multi fungsi
d. Hanya untuk satu fungsi

Gambar 18. Sistem PLC dengan monitoring komputer

Dalam sistem kontrol dewasa ini, sebuah PC selain dapat digunakan


sebagai perangkat pemrograman, PLC juga umum digunakan untuk monitoring
dan menjadi perangkat komunikasi antara PLC dengan komputer utama,

127
misalnya pada sistem kontrol skala besar seperti diperlihatkan Gambar 18.
Dengan kata lain, saat ini dapat dinyatakan bahwa komputer merupakan mitra
tak terpisahkan dalam penggunaan PLC sebagai media monitoring dan
pengolahan data secara terintegrasi. Konfigurasi ini lebih dikenal dengan sistem
SCADA (Supervisory Control And Data Acquisition). Dengan konfigurasi ini,
aktifitas sistem kendali industri disimpan dalam pangkalan data serta dapat
dimonitor dan diawasi dari lokasi yang berbeda (jarak jauh).

D. Perangkat Keras PLC Dan Pendukungnya


1. CPU (Central Proccesing Unit)
CPU merupakan bagian utama dari sebuah PLC yang berfungsi sebagai
prosesor untuk mengendalikan (govern) dan memberi perintah (to command)
kepada peralatan output (aktuator) berdasarkan kondisi peralatan input (sensor)
yang terpasang. Pada bagian ini terdapat komponen pendukung yang disebut
memory yang berfungsi untuk menyimpan program dan data yang diakses oleh
CPU. Dalam melaksanakan fungsinya, aktifitas CPU meliputi operasi matematika
(Mathematic operation), pengolahan data (data handling) dan mendiaknosa
program (Diagnostic routines).
Berdasarkan kemampuan CPU dihubungkan dengan modul input/output,
maka PLC dapat dibagi dalam 2 (dua) tipe yaitu:
a. Kompak PLC
Pada PLC compact, modul input, output dan CPU berada dalam satu
housing. Contoh: FX0 Controller (Mitsubishi), PLC Omron CPM2A, CP1E,
A120 Medicon.

a. Kompak
b. Modular
Gambar 19. Jenis PLC menurut jumlah I/O

128
a. Modular PLC
Pada PLC Modular, input, output dan CPU tidak tergabung dalam satu
housing, tapi diletakkan pada rak dengan masing-masing dihubungkan melalui
bus system. Sistem ini disebut juga series technology. Contoh: SYSMAC CJ1M.

2. Unit Power Suplay


Bagian ini merupakan sumber tenaga untuk operasional setiap bagian utama
dari PLC. Selain itu catu daya juga berfungsi untuk peringantan (warning) dan
proteksi yang melindungi setiap bagian utama dari kesalahan tegangan kerja,
kesalahan pemasangan peralatan input/output serta melidungi dari kejadian hubung
singkat. Spesifikasi catu daya PLC yang umum memiliki tegangan kerja 220 Vac,
120Vac dan 24 Vdc dengan rentang toleransi 10-15%.

3. Memori
Unit memori merupakan tempat menyimpan program yang digunakan untuk
melaksanakan tindakan-tindakan pengontrolan yang disimpan pada mikroprosesor.
Ada beberapa elemen memori di dalam PLC:
a. Random Access Memory (RAM)
RAM adalah memori internal CPU, dimana isinya dapat dimodifikasi
dengan cepat dan secara berulang-ulang. Ukuran memori dapat dispesifikasikan
dalam Kilobytes, 1 Kilobytes sama dengan 1024 (210) bytes sedangkan 1 byte
sama dengan 8 bit. RAM sering disebut juga read-write memory karena data
secara konstan dapat ditulis ke dalam memori atau dapat dibaca dari memori.
1) Memori Program, merupakan program kontrol disimpan pada tempat
cadangan di dalam RAM.
2) Proses Image I/O, merupakan proses image keluaran berfungsi untuk
menerima informasi dari masukan dan meneruskannya ke modul keluaran
dan mengembalikan informasi dari alat keluaran ke CPU. Keadaan-keadaan
masukan tersimpan dalam masukan image tabel. RAM biasanya dilengkapi
battery backup agar isi memori dapat dipertahankan selama PLC tidak dicatu
oleh sistem daya utama.

129
b. Read Only Memory (ROM)
Informasi yang ada di dalam ROM hanya dapat dibaca saja. Informasi
dimasukkan ke dalam ROM oleh pabrik pembuat untuk digunakan oleh CPU.
Salah satu jenis dari ROM adalah PROM (Programmable Read Only Memory),
PROM merupakan memori terprogram sederhana untuk menyimpan kumpulan
program. Untuk melakukan pemrograman PROM membutuhkan suatu unit
khusus yang menerima program hasil pengembangan CPU, yang kemudian
dipanggil ke dalam programmer PROM.
c. Erasable Programmable Read Only Memory (EPROM)
EPROM menyimpan data secara permanen seperti ROM, tetapi ROM
tidak membutuhkan battery backup. Isi memori EPROM bisa dihapus dengan
penyinaran sinar Ultraviolet. Sebuah PROM writer diperlukan untuk
memprogram kembali memori.
d. Electrically Erasable Programmable Read-Only Memory (EEPROM)
EEPROM merupakan kombinasi fleksibilitas akses dari RAM dan non-
volatility dari EEPROM. Isi memorinya bisa dihapus dan diprogram ulang
secara elektris, tetapi tetap mempunyai batas dalam jumlah program ulang.

4. Perangkat Lunak Pemprograman


Pada dasarnya, PLC ini secara umum diprograrn dengan menggunakan
instruksi-instrulsi yang relatif sejenis. Perbedaannya terletak pada mekanisme
untuk memasukan program ke dalam memori PLC tersebut. Adapun perangkat
pemprograman yang biasa digunakan diantaranya adalah:
a. Miniprogrammer atau Console
b. Personal Computer
c. Software pemrograman PLC

a. Miniprogrammer atau Console


Memprogramm atau dikenal juga manual programmer adalah sebuah
perangkat seukuran kalkulator saku yang berfungsi memasukkan instruksi-
instruksi program ke dalam PLC. Umumnya, instruksi-instruksi program
dimasukan dengan mengetikkan simbol-simbol ladder menggunakan mnemonic.
Sebagai contoh, untuk memprogram diagram ladder pada gambar 20 dengan

130
menggunakan PLC produksi OMRON maka diketikkan instruksi -instruksi pada
manual programmer sebagai berikut:

LD 00.00 OR
LD 00.02 AND
LD 00.01
OUT 10.00
LD 00.02
OUT 10.01

Dalam hal ini, simbol-simbol LD, OR LD, AND OUT adalah mnemonic
yang dapat berbeda, tergantung vendor pembuat PLC ( misalnya instruksi LD
ekivalen dengan instruksi STR pada PLC produksi OMRON sedangkan bilangan
numeris 00.00, 00.01, 00.02, 10.00, dan 10.01 adalah parameter yang berupa
alamat-alamat terminal masukan dan terminal keluaran PLC tersebut.

L1 L2 L1 L2
PB1 00.00 00.01 10.00 10.00 PL
00.00

LS1 00.01 00.02

00.02 10.01 10.01


LS2 00.02
M

Gambar 20. Contoh ladder diagram dan diagram penyembungan

Pada umumnya, miniprogrammer dirancang untuk kompatibel dengan dua


atau lebih PLC dalam sebuah keluarga Selain digunakan untuk memasukkan
program ladder, beberapa jenis miniprogramer juga dilengkapi fasilitas untuk
monitoring dan tugas-tugas diagnostik.
Contoh miniprogrammer seperti Handheld programmer gambar berikut

Gambar 21. Contoh hendheld Programmer


131
b. Personal Computer
Pemrograman PLC dengan menggunakan miniprogrammer ini akan
sangat melelahkan jika jumlah anak tangga pada diagram ladder yang akan
diprogram berukuran relatif besar. Umumnya, penggunaan console ini biasa
digunakan hanya untuk pengeditan program saja. Untuk memasukkan program
secara keseluruhan pada PLC, dapat digunakan PC dengan arsitektumya yang
bersifat general purpose clan Sistem operasinya yang standar, umumnya
vendor-vendor PLC menyertakan perangkat lunak PC untuk
mengimplementasikan pemasukan program ladder pengeditan, dokumentasi dan
program monitoring real time PLC Gambar 21.

a. Koneksi PLC denan PC b. Contoh pemrograman PLC


Gambar 22. Koneksi PC dan pemrograman PLC
c. Software Pemrograman PLC
Banyak software pemrograman yang dapat digunakan sebagai sarana
mengunggah program dari perangkat pemrograman ke PLC. Perangkat
pemrograman tersebut tergantung dari merk pabrikan PLC, sebagai contoh PLC
Omron software pemrogramannya CX-Programmer seperti gambar 22b. Merk
lain misalnya PLC Schneider tipe Zelio, seperti berikut:

132
Gambar 23. Koneksi PC dan pemrograman PLC Zelio

E. Instalasi PLC Dengan Peralatan I/O


Pada dasarnya, operasional sistem kendali berbasis PLC ini relatif sederhana:
peralatan luar dikoneksikan dengan modul input/output PLC yang tersedia, selanjutnya
dilakukan pemrograman sesuai dengan urutan kerja mesin yang sesuai dengan
perencanaan. Peralatan ini dapat berupa sensor digital, sensor analog, push button, limit
switch, motor starter, solenoid, lampu, contactor, heater dan lain sebagainya. Gambar 10
memperlihatkan beberapa peralatan input/output yang umum digunakan bersama
aplikasi PLC beserta simbolnya.

Gambar 24. Peralatan Input Output PLC

Peralatan input/output yang digunakan tersebut sudah disesuaikan dengan ukuran


dan keperluan di industri. Sehingga peralatan-peralatan tersebut dapat dipasang dengan
kelengkapan lainnya pada papan kendali (control panel). Gambar 25 memperagakan
sebuah panel kontrol industri yang dipengkapi dengan peralatan input berupa push
button dan selector switch, serta peralatan output berupa HMI (Human Machine
Interface) panel, lampu indikator dan parameter indikator.

133
Gambar 25. Contoh alat peraga operasional PLC

Peralatan input merupakan peralatan yang meberikan informasi (Detect


information) ke PLC (execute programs) yang disimbolkan dengan panah menuju PLC
(masuk), untuk peralatan output merupakan peralatan yang menerima instruksi (Output
results) dari PLC yang dilambangkan dengan panah menjauhi PLC (keluar). Ilustrasi
hubungan PLC dengan peralatan I/O ini diperagakan pada Gambar 26.

Gambar 26. Contoh hubungan peralatan input dan output PLC

Setiap perlatan input yang dihubungkan dengan terminal input modul PLC
memiliki alamat masing-masing. Demikian juga halnya dengan perlatan output, setiap
yang dihubungkan dengan terminal output PLC juga memiliki alamat. Alamat-alamat
tersebut yang diakses oleh PLC ketika mengeksekusi program. Diagram pengawatan
untuk instalasi peralatan I/O dengan modul I/O PLC dapt merujuk pada buku panduan
masing-masing produk PLC. Sebagai ilustrasi umum, Gambar 13 memperagakan
diagram pengawatan untuk instalasi antara peralatan input dengan modul input PLC.
Prinsip dasarnya adalah ketika mengaktifkan push button berarti memberikan tegangan
ke modul input PLC berlamat 01, sedangkan jika sensor aktif maka tegangan +24Vdc
masuk ke input PLC dengan alamat 06.

134
a. Pengawatan input b. Pengawatan output PLC
Gambar 27. Diagram pengawatan I/O PLC

Gambar 25 memperagakan diagram pengawatan untuk instalasi perlatan output


pada modul output PLC dengan spesifikasi 24 Vdc. Dengan demikian, jika
mengaktifkan peralatan dengan tegangan kerja yang berbeda (Motor 220 Vac) maka
diperlukan sebuah relai yang tentunya tegangan kerja koilnya adalah 24 Vdc. Untuk
mengatasi tegangan kerja peralatan output yang tidak sama, maka pada umumnya untuk
PLC dengan kemasan compact disediakan modul output yang memiliki terminal
common (COM) lebih dari satu seperti yang diperlihatkan pada Gambar 28.

Gambar 28. Terminal I/O untuk pengawatan PLC

F. Koneksi Peralatan Modul I/O Diskret PLC


1. Jenis Input PLC
Berkaitan dengan rangkaian intemalnya pada modul input PLC, jenis dan
level tegangan pada modul input/output umumnya telah ditentukan oleh vendor
pembuat PLC tersebut berikut ini merupakan jenis input pada PLC yang umum
dijumpai di pasaran Pada umumnya setiap terminal input pada PLC ini memerlukan
supply luar untuk menyuplai arus yang digunakan untuk operas.
135
a. Input tegangan DC 12-24 Volt
b. Input tegangan AC 200-240 Volt
c. Input tegangan AC/DC 12-24 Volt
Sensor terhubung maupun rangkaian input itu sendiri. Gambar 27,
memperlihatkan cara mcngoneksikan peralatan luar dengan modul input 1,
tegangan 24 volt Dalam gambar terlihat bahwa ada dua buah input yakni push
button dan temperature switch yang masing-masing bertipe NO. Saklar ini dalam
keadaan terbuka maka tidak akan terjadi tegangan yang melintasi terminal input ini
relatif terhadap terminal common (COM). Apabila salah satu atau kedua saklar ini
tertutup maka akan timbul tegangan yang melintasi terminal-terminal input
tersebut.
Hal ini dimungkinkan karena pada kenyataannya ada rangkaian internal yang
menghubungkan setiap terminal input dengan terminal common (COM), sehingga
terbentuk loop tertutup antara terminal positif dan terminal negatif power supply.
Apabila saklar yang terhubung pada terminal input tersebut tertutup (On), hal ini
seperti yang diilustrasikan pada gambar 29 (gambar tersebut hanya memperlihatkan
hubungan dua buah port terminal saja, yaitu port 0 dan 1 dengan Common). Ada
beberapa hal yang perlu dipertimbangkan ketika harus memutuskan PLC dengan
jenis input tegangan yang digunakan. Beberapa kelebihan dan kekurangan yang
patut dijadikan pertimbangan di antaranya adalah:
a. input tegangan DC umumnya membutuhkan tegangan yang relatif kecil
sehingga aman dalam penggunaannya
b. input tegangan DC dapat dikoneksikan pada banyak peralatan input
c. input tegangan DC relatif lebill cepat menanggapi masukan dibandingkan
dengan PLC jenis input tegangan AC
d. Sinyal AC lebih kebal terhadap gangguan dibandingkan dengan tegangan
DC
e. Sumber tegangan AC relatif lebih murah dibandingkan sumber DC
f. Sinyal AC sangat umum digunakan pada kebanyakan peralatan
otomatisasi

136
a. Input Tegangan DC
Gambar 29 di bawah ini memperlihatkan rangkaian listrik pada salah
satu port (terminal) modul input tegangan DC yang dapat dijumpai pada
sebuah PLC tipikal beserta koneksinya dengan peralatan masukan.

Gambar 29. Input tegangan DC pada PLC

Dari gambar di atas terlihat bawwa secara fisik rangkaian pada modul ini
terpisah dari rangkaian internal (CPU). Isolasi rangkaian ini menggunakan
oplocoupler dengan dua buah diode pemancar yang dipasang antiparalel. Hal
ini dilakukan untuk tujuan fleksibilitas penyambungan terminal input dengan
catu daya penggerak sensor atau saklar yang terhubung. Dalam hal ini, terminal
common pada modul dapat dihubungkan balk dengan polaritas yang lebih
positif atau lebih negatif dari catu dayanya (lihat Gambar 29, garis putus-putus
pada rangkaian catu daya menunjukan alternatif lain pada penyambung adapun
pemasangan resistor dan kapasitor pada rangkaian tersebut bertujuan
membatasi arus yang mengalir serta berfungsi juga sebagai filtering.
Umumnya, besar tegangan untuk menggerakkan sensor-sensor yang
terhubung dengan terminal input PLC ini adalah 24 volt. Tegangan ini dapat
diambil dari sumber tegangan yang disediakan oleh PLC (built in), atau
menggunakan power supply sendiri yang terpisah dari sistem PLC tersebut.
Besar arus yang mengalir di dalam sebuah terminal input ketika sebuah saklar
tertutup umumnya berada dalam satuan miliampere (tipikalnya adalah 7
miliampere). Arus sebesar ini telah cukup untuk menggerakkan basis transistor
pada optocoupler menjadi ON. Jika menggunakan sumber tegangan yang lebih
kecil dari yang telah ditentukan oleh vendor PLC yang dipakai maka akan
terjadi situasi undercurrent, yaitu arus yang mengalir Dada modul sebagai
akibat saklar sensor tertutup tidak dapat menggerakan basis transistor pada
optocoupler tersebut.

137
b. Input Tegangan AC
Rangkaian internal pada modul input tegangan AC menggunakan dioda
pemancar yang dipasang antiparalel untuk melewatkan arus bolak-balik ketika
sebuah terminal masukan terhubung dengan sumber tegangan AC. Besarnya
sumber tegangan AC untuk keperluan input PLC ini umumnya adalah 220 volt

a. Rangkaian input dalam PLC b. rangkaian input luar PLC


Gambar 30. Input tegangan AC PLC

c. Input Tegangan DC/AC


Rangkaian internal untuk PLC tipikal dengan sumber tegangan jenis
DC/AC ini hampir sama dengan rangkaian internal modul PLC jenis tegangan
DC. Gambar 3.8 berikut ini memperlihatkan rangkaian internal modul PLC
jenis AC/DC.

a. Rangkaian input dalam PLC b. rangkaian input luar PLC


Gambar 31. Input tegangan DC/AC PLC

Sumber tegangan untuk keperluan modul input ini umumnya adalah 24


volt AC/DC. Pemasangan resistor pada modul ini dimaksudkan untuk
membatasi arus yang mengalir sebagai akibat penutupan saklar atau sensor
input.

2. Jenis Output PLC


Terdapat tiga jenis output PLC yang juga populer di pasaran, diantaranya:
a. output Relay

138
b. output transistor
c. output triac
Dari ketiganya output PLC jenis relay adalah yang paling fleksibel
penggunaannya karena dapat menggerakkan beban AC maupun DC. Kelemahannya
terletak pada tanggapan switching-nya yang relatif lambat (sekitar 10 milidetik).
Dari sisi harga relatif lebih mahal namun bisa mengalami kerusakan setelah
beberapa ribu siklus switching. Untuk output PLC jenis transistor, beban yang dapat
dikontrol terbatas pada beban-beban jenis DC saja, sedangkan output Triac terbatas
pada beban jenis AC. Untuk kedua jenis output terakhir ini, besar arus yang bisa
dilewatkan umumnya adalah 1 A, dengan waktu respons kurang dari 1 milidetik.
a. Output Jenis Relay
PLC dengan jenis output ini adalah PLC yang paling populer dan paling
banyak digunakan di lapangan. Hal ini disebabkan fleksibilitas pada beban yang
dapat dikontrolnya.

Gambar 32. Rangkaian internal modul output PLC jenis relay.

Gambar 32 di atas memperlihatkan beban yang dihubungkan dengan output


PLC jenis ini dapat berupa beban AC atau beban DC. Satu-satunya pembatasan
pemakaian PLC dengan jenis output ini adalah rating arus yang telah
dispesifikasikan vendor PLC tersebut. Besar rating arus untuk setiap terminal
umumnya tidak boleh melebihi 2 A untuk tegangan 220 volt (untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada manual PLC yang digunakan). Bila batas besar rating
arus ini dilampaui, akan menimbulkan kerusakan pada modul output nya. Jika
keluaran yang dikontrol merupakan beban yang relatif besar (mengalirkan arus
dengan jumlah besar) maka akan lebih aman jika output relay ini mengontrol
beban tersebut lewat relay luar.
Bergantung pada tipe PLC-nya, jumlah terminal common pada keluaran
dapat bervariasi, antara satu sampai sebanyak jumlah terminal keluaran PLC

139
tersebut. Semakin banyak common yang disediakan, tentunya semakin fleksibel
jenis beban yang dapat dikontrolnya Untuk modul output dengan satu common
maka hanya satu jenis beban saja (beban AC atau DC) yang dapat dihubungkan
secara langsung dengan output PLC tersebut. Adapun Gambar 32
memperlihatkan koneksi antara beban dengan terminal-terminal output PLC
jenis ini

b. Output Jenis Transistor


Berdasarkan transistornya, ada dua jenis output PLC ini: (1) jenis NPN
clan (2) jenis PNP. Pada prinsipnya kedua jenis keluaran tersebut sama, yaitu
keluarannya dapat mengalirkan arus atau daya dalam satu arah saja. Ada dua
jenis mode operas transistor ini: (1) transistor digunakan sebagai penguat linier,
dan (2) transistor digunakan sebagai saklar. Dalam rangkaian internal PLC,
transistor dioperasikan sebagai saklar dengan metoda mengoperasikan pada
daerah jenuhnya. Transistor ini berlaku sebagai saklar secara praktis selalu ada
jatuh tegangan pada saklar ini (antara kaki collector terhadap emiter) yang
besarnya berkisar antara 1-2 volt
Gambar 33 memperlihatkan rangkaian internal dari salah satu terminal
output PLC jenis keluaran transistor NPN. Dari gambar, terlihat bahwa terminal
common pada modul output harus selalu dihubungkan dengan sumber tegangan
positif, transistor dalam operasinya hanya mengalirkan arus dari kolektor ke
emitor jika tegangan kolektor lebih positif dari tegangan emitor.

Gambar 33. Rangkaian keluaran PLC jenis transistor

Modul output PLC jenis PNP memiliki prinsip kerja kebalikan dari jenis
NPN yang telah dibahas sebelumnya.

140
c. Output Jenis Triac
Triac adalah sebuah komponen semikonduktor yang berfungsi
mengalirkan arus bolak-balik Arus yang dialirkan dikontrol oleh terminal gate
pada triac tersebut dalam modul output PLC jenis ini, triac digunakan untuk
meg-merlukan gerakkan beban-beban AC lewat rangkaian internalnya seperti
terlihat pada Gambar 34. Adapun Gambar 35 memperlihatkan koneksi antara
beban dengan terminal-terminal output PLC jenis ini.

Gambar 34. Rangkaian internal modul output PLC jenis triac

Gambar 35. Rangkaian eksternal modul output PLC sumber AC/DC

F. Instruksi Dasar PLC


Semua instruksi-instruksi tangga atau ladder instruction adalah instruksi-instruksi
yang terkait dengan kondisi-kondisi di dalam diagram tangga. Instruksi-instruksi
tangga, baik yang independen maupun kombinasi atau gabungan dengan blok instruksi,
akan membentuk suatu kondisi eksekusi (manual book PLC OMRON CP1E).
1. LOAD (LD) dan LOAD NOT (LD NOT)
Instruksi ini dibutuhkan jika urutan kerja pada suatu sistem kontrol hanya
membutuhkan satu kondisi logika saja dan sudah dituntut untuk mengeluarkan satu
output. Logikanya seperti contact NO relay untuk instruksi LOAD dan seperti
contact NC relay untuk instruksi LOAD NOT.

141
Gambar 36. Contoh perintah Load (LD) dan LDNOT

2. AND dan AND NOT


Jika terdapat dua atau lebih kondisi yang dihubungkan secara seri pada garis
instruksi yang sama, maka kondisi yang pertama menggunakan instruksi LD atau
LD NOT dan sisanya menggunakan instruksi AND atau AND NOT. Pada gambar
di bawah ditunjukkan sebuah penggalan diagram tangga yang mengandung tiga
kondisi yang dihubungkan secara seri pada garis instruksi yang sama berkaitan
dengan LD, AND NOT, dan AND. Instruksi yang digambarkan paling kanan
sendiri akan memiliki kondisi ON jika ketiga kondisi di kiri semuanya ON, dalam
hal ini IR000.00 dalam kondisi ON, IR010.00 dalam kondisi OFF, dan LR00.00
dalam kondisi ON.

Gambar 37. Contoh perintah AND dan ANDNOT

3. OR dan OR NOT
Jika dua atau lebih kondisi dihubungkan secara pararel, artinya dalam garis
instruksi yang berbeda kemudian bergabung lagi dalam satu garis instruksi yang
sama, maka kondisi yang pertama terkait dengan instruksi LD atau LD NOT dan
sisanya berkaitan dengan instruksi OR atau OR NOT. Blok instruksi ini akan
memiliki kondisi eksekusi ON jika cukup salah satu dari ketiga kondisi dalam
keadaan ON. Dalam hal ini kondisi OR dapat dibayangkan akan selalu
menghasilkan kondisi ON jika salah satu dari dua atau lebih kondisi yang
terhubungkan dengan instruksi ini dalam kondisi ON.

142
Gambar 38. Contoh perintah OR dan ORNOT

4. OUTPUT dan OUTPUT NOT


Cara yang paling mudah untuk mengeluarkan kondisi eksekusi adalah
dengan menghubungkan langsung dengan keluaran melalui instruksi OUT atau
OUT NOT. Kedua instruksi ini digunakan untuk mengontrol bit operan yang
bersangkutan berkaitan dengan kondisi eksekusi. Dengan menggunakan instruksi
OUT, maka bit operan akan menjadi ON jika kondisi eksekusinya juga ON,
sedangkan OUT NOT akan menyebabkan bit operan menjadi ON jika kondisi
eksekusinya OFF. Pada gambar di bawah terlihat jika IR010.00 akan ON selama
IR000.00 juga ON, sedangkan IR010.01 akan ON selama IR000.01 dalam kondisi
OFF.

Gambar 39. Contoh perintah OUTPUT dan OUTPUT NOT

5. END
Instruksi terakhir yang harus dituliskan atau digambarkan dalam diagram
tangga adalah instruksi END. CPU pada PLC akan menyebabkan semua instruksi
dalam program dari awal hingga ditemui instruksi END yang pertama, sebelum
kembali lagi mengerjakan instruksi dalam program dari awal lagi, artinya instruksi
yang ada di bawah atau setelah instruksi END akan diabaikan. Angka yang
dituliskan pada instruksi END pada kode mnemonic merupakan kode fungsinya.
Instruksi END tidak memerlukan operan serta tidak boleh diawali dengan suatu
kondisi. Jika suatu program PLC tidak dilengkapi dengan instruksi END maka
program tidak akan dijalankan sama sekali.
143
Gambar 40. Contoh perintah END

6. AND LOAD (AND LD)


Untuk kondisi ladder diagram yang khusus seperti di bawah ini :

Gambar 41. Contoh perintah AND LOAD

Pada gambar terdapat dua blok logic yang ditandai dengan kotak bergaris
putus-putus, yang akan menghasilkan kondisi eksekusi ON, jika blok logic kiri
dalam kondisi ON dan blok kanan juga dalam kondisi ON.
7. OR LOAD (OR LD)
Untuk kondisi diagram tangga yang khusus seperti di bawah ini , kondisi
eksekusi ON akan dihasilkan jika blok logic atas atau blok logic bawah dalam
kondisi ON.

Gambar 42. Contoh perintah OR LOAD

144
8. Garis Percabangan Instruksi
Pada pemrograman yang relatif kompleks, banyak dijumpai diagram tangga
dengan banyak titik percabangan. Dalam hal ini, diperlukan tambahan instruksi
untuk titik percabangan yaitu dengan menggunakan TR bit. Instruksi ini diperlukan
karena untuk diagram tangga yang bercabang logikanya berubah lain dari
umumnya. Logika bitnya telah dipindahkan secara semu ke bagian kanan dari titik
percabangan.

Gambar 43. Contoh perintah garis pencabangan

9. INTERLOCKS IL (02) dan INTERLOCKS CLEAR ILC (03)


Interlocks dan Interlocks clear merupakan satu pasang instruksi. Jika ada
Interlocks maka harus ada instruksi penutupnya yaitu Interlocks clear. Diagram
tangga yang berada dalam wilayah IL (02) dan ILC (03) tidak akan bekerja jika IL
(02) belum bekerja. Instruksi ini dapat menggantikan diagram tangga yang ada titik
percabangannya sehingga diagram tangganya menjadi lebih sedehana.

Gambar 44. Contoh perintah IL dan ILC

10. JUMP (JMP) dan JUMP END (JME)


Instruksi ini mirip dengan IL (02) dan ILC (03). Bedanya jika kondisi logika
untuk instruksi JMP sudah OFF, kondisi logika output diagram tangga yang berada
diantara instruksi JMP dan JME yang mempunyai logic ON akan tetap ON
(latching), walaupun kondisi input logik-nya sudah OFF.

145
Gambar 45. Contoh perintah JMP dan JME

11. SET dan RESET


Instruksi SET dan RESET ini hamper sama dengan instruksi OUT dan OUT
NOT, hanya saja instruksi SET dan RESET ini mengubah kondisi status bit operan
saat kondisi eksekusinya ON. Kedua instruksi ini tidak akan mengubah kondisi
status bit jika kondisi eksekusinya OFF.

Gambar 41. Contoh perintah JMP dan JME

12. DIFFERENTIATE UP (DIFU) dan DIFFERENTIATE DOWN (DIFD)


Instruksi DIFU dan DIFD berfungsi untuk mengubah kondisi logika bit
operan dari OFF menjadi ON selama 1 scan time. 1 scan time adalah jumlah waktu
yang dibutuhkan oleh PLC untuk menjalankan program dimulai dari alamat
program 00000 sampai instruksi END. DIFU sifatnya mendeteksi transisi naik dari
input, dan DIFD mendeteksi transisi turun dari input.

Gambar 46. Contoh perintah DIFU dan DIFD

13. KEEP
Instruksi ini berfungsi untuk mempertahankan kondisi output untuk tetap
ON walaupun input sudah dalam kondisi OFF. Logika input harus diumpankan ke
titik SET dari instruksi KEEP. Untuk mereset output adalah dengan titik reset dari
instruksi KEEP.
146
Gambar 47. Contoh perintah KEEP

14. TIMER (TIM) dan COUNTER (CNT)


Timer/Counter pada PLC berjumlah 512 buah yang bernomor TC000
sampai TC511. Jika suatu nomor sudah dipakai sebagai Timer/Counter, maka
nomor tersebut tidak boleh dipakai lagi sebagai timer atau ounter. Nilai
Timer/Counter pada PLC bersifat countdown (menghitung mundur) dari nilai awal
yang ditetapkan oleh program. Setelah hitungan mundur tersebut mencapai angka
nol. Maka kontak NO Timer/Counter akan ON.

Gambar 48. Contoh perintah TIM dan CNT

15. SHIFT REGISTER (SFT)


Instruksi ini berfungsi untuk menggeser data dari bit yang paling rendah
tingkatnya ke bit yang lebih tinggi tingkatannya. Data input akan mulai bergeser
pada saat transisi naik dari clock input.

Gambar 49. Contoh perintah TIM dan CNT

147
16. MOVE (MOV)
Instruksi MOV berfungsi untuk memindahkan data channel (16 bit data)
dari alamat memori asal ke alamat memori tujuan. Atau untuk mengisi suatu alamat
memori yang ditunjuk dengan data bilangan.

Gambar 50. Contoh perintah MOV

17. COMPARE (CMP)


Instruksi ini berfungsi untuk membandingkan dua data 16 bit dan
mempunyai output berupa bit> (lebih dar), bit= (sama dengan), dan bit< (kurang
dari).

Gambar 51. Contoh perintah CMP

G. Contoh Aplikasi pada PLC


Berikut ini beberapa contoh latihan rangkaian dan pemrograman software PLC dengan CX-
programmer untuk OMRON.
Latihan 1. Membuat rangkaian pengunci Star-Stop (I: 00.00 Start dan I: 00.01 Stop)

Gambar 52. Contoh program untuk rangkaian pengunci (Star-Stop)

148
Sedangkan gambar untuk merangkai pada hardware PLC dapat dilihat gambar berikut:
N
GND
L1

S1 S2

L1 L2 COM 01 03 05 07 09 11 01 03 05
GND GND 00 02 04 06 08 10 00 02 04 NC
0CH 1CH
IN
0CH 00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11
1CH
00 00 00 00 00 00
PWR RUN COMM ERR
OUT
10CH
00 00 00 00 00 00 00 00
11CH
00 00 00 00
10CH 11CH
+ 00 01 02 04 05 07 00 02
– COM COM COM 03 COM 06 COM 01 03

Gambar 53. Contoh program untuk rangkaian pengunci (Star-Stop)

Latihan 2. Rangkaian Pengontrolan DOL dan Interlocking dengan Relay


a. Program dan rangkaian Direct On Line Menggunakan Cx Programmer

(a)
N
GND
L1 PB_Start PB_Stop

S1 S2

L1 L2 COM 01 03 05 07 09 11 01 03 05
GND GND 00 02 04 06 08 10 00 02 04 NC
0CH 1CH
IN
0CH 00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11
1CH
00 00 00 00 00 00
PWR RUN COMM ERR
OUT
10CH
00 00 00 00 00 00 00 00
11CH
00 00 00 00
10CH 11CH
+ 00 01 02 04 05 07 00 02
– COM COM COM 03 COM 06 COM 01 03

(b) (c)
Gambar 53. Rangkaian Pengontrolan dan Daya DOL
149
b. Program dan rangkaian Interloking/Dua Arah Putaran Menggunakan Cx
Programmer

(a)
N
GND
L1 PB_Start PB_Start PB_Stop
Kanan Kiri
S1 S2 S4

L1 L2 COM 01 03 05 07 09 11 01 03 05
GND GND 00 02 04 06 08 10 00 02 04 NC
0CH 1CH
IN
0CH 00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11
1CH
00 00 00 00 00 00
PWR RUN COMM ERR
OUT
10CH
00 00 00 00 00 00 00 00
11CH
00 00 00 00
10CH 11CH
+ 00 01 02 04 05 07 00 02
– COM COM COM 03 COM 06 COM 01 03

K1 K2

(b) (c)
Gambar 54. Program dan rangkaian Pengontrolan dan Daya Interlocking

H. Networking pada PLC


Dalam dunia industri terdapat banyak proses yang bermacam-macam dan rumit
serta membutuhkan input maupun output yang relatif banyak. Sebagian besar industri
menggunakan PLC (Programmable Logic Controller) sebagai sistem kontrol. PLC ini
memiliki banyak keunggulan diantaranya adalah mudah dalam penyesuain di berbagai
sistem yang ada pada industri .Serta memiliki kemudahan fasilitas komunikasi antar
device-device standar industri. PLC memiliki tipe bermacam-macam serta memiliki
spesifikasi atau keunggulan berbeda sesuai dengan tipenya, hal ini memungkinkan
dalam suatu industri terdapat dua PLC atau lebih. PLC tersebut dapat bekerja secara
efektif dan efisien apabila dilakukan proses integrasi. Salah satu komunikasi antar PLC
yang saling terintegrasi tersebut dapat digunakan media Ethernet dan Controller Link

150
Network, serta touchscreen sebagai display yang dapat meremote PLC tersebut secara
lokal maupun pada jaringan yang berbeda. Untuk mengatur komunikasi antar PLC
diperlukan sebuah protokol agar komunikasi data dapat berjalan dengan baik. Salah satu
protokol yang dapat digunakan adalah FINS protokol. Untuk PLC Omron CS1G-H dan
Omron CJ1M serta Omron CS1H-H sangat mendukung protokol ini. Protokol FINS
merupakan protokol yang populer pada PLC OMRON, untuk menghubungkan dan
memonitor status dari devicedevice yang terhubung dalam suatu jaringan berbasis
Ethernet. Selain terhubung dengan Ethernet, PLC Omron juga dapat dihubungkan
dengan media komunikasi bernama Controller Link Network atau biasa disebut CLK.
Controller Link ini merupakan salah satu media yang hanya dimiliki oleh PLC Omron
serta mendukung FINS protokol.
Pada Saat ini dunia industri, pada umumnya memiliki plant yang cukup kompleks
dan tidak menutup kemungkinan untuk terus berkembang. Oleh karena itu satu
kontroler saja tidak mencukupi untuk menangani seluruh sistem yang ada didalamnya.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya PLC merupakan kontroler yang paling banyak
digunakan di dunia industri. Modul I/O PLC juga memiliki keterbatasan jarak dari
mesin industri ke PLC, meskipun secara teori sistem dapat ditangani oleh satu PLC
tetapi berhubung mesin industri sangat besar sehingga tidak menutup kemungkinan
jarak mesin industri dan PLC relatif cukup jauh. Jarak aman pengkabelan dari sistem ke
modul I/O PLC adalah 20 meter, lebih dari itu sinyal akan mengalami gangguan,
terutama untuk modul digital I/O. Sedangkan untuk Analog I/O pada jarak 30 m masih
memungkinkan karena sinyal analog yang dikirim adalah arus sedangkan untuk digital
adalah sinyal tegangan. Jadi jika jarak plant dengan PLC lebih dari 20 m maka harus
menggunakan PLC lebih dari satu. Untuk saling mengintegrasikan beberapa PLC
terdapat banyak media yang dapat digunakan. Untuk PLC omron beberapa media
komunikasi yang tersedia diantaanya adalah : Serial, Ethernet, Controller Link, DRM.
Keunggulan media komunikasi adalah dapat terhubung dengan jarak yang relatif lebih
jauh dari pada modul-modul I/O pada PLC.

Jaringan pada PLC


Melakukan koneksi antara PLC dengan PC sebagai monitoring dan kontroller
dapat menggunakan dengan beberapa cara diantaranya adalah:

151
1. Koneksi dengan kabel
a. Koneksi melalui kabel USB langsung (peer to peer)

Gambar 55. Koneksi antara PLC dengan PC melalui USB langsung

b. Koneksi melalui kabel serial RS 232C/RS 485 (standar PLC)

Gambar 56. Koneksi antara PLC dengan PC melalui USB to serial

Koneksi antara PLC dengan komputer hanya berjarak sekitar 2 sampai 3


meter saja. Jika ingin koneksi lebih jauh harus menggunakan Wifi atau internet.

c. Koneksi satu komputer dengan beberapa PLC

Gambar 57. Koneksi satu komputer dengan beberapa PLC

2. Koneksi tanpa kabel


Jika jarak antara komputer dengan komputer sebagai pusat pengendalian dan
monitoring cukup jauh, maka jalur komunikasi diguanakan dengan jaringan wireless.
a. Koneksi melalui wireless
Jika jarak antara komputer sebagai pusat monitoring dan kontroling cukup jauh
komunikasi dapat dilakukan melalui jaringan wireless seperti gambar barikut.

152
Gambar 58. Koneksi PLC dengan PC melalui wireless

b. Koneksi melalui internet


Jika jarak antara komputer sebagai pusat monitoring dan kontroling sangat
jauh komunikasi dapat dilakukan melalui jaringan internet seperti gambar barikut.

Gambar 59. Koneksi PLC dengan PC melalui wireless

Berikut ini jika koneksi komputer akan digunakan untuk mengontrol dan
mengendalikan beberapa unit PLC secara simultan.

Gambar 60. Contoh aplikasi PLC dengan beberapa peralatan

153
Gambar 61. Contoh aplikasi jaringan pada rumah

Gambar 62. Contoh koneksi jaringan PLC dan perangkat pendukung

Gambar 63. Contoh Jaringan PLC untuk operasional pabrik

154
Forum Diskusi
Diskusikanlah soal-soal berikut:
1. Perhatikan gambar berikut:

a. Berikan penjelasan prinsip kerja dari ilustrasi Gambar tersebut di atas


b. Langkah-langkah pembuatan program yang benar dalam mengoperasikan PLC
OMRON CP1E dengan CX-Programmer.
2. Coba diskusikan dan rancanglah rangkaian lampu lalu lintas dengan 4 simpang
dengan berbagai model (simpang 4 dengan 2 fase dan 4 fase). Lengkapi dengan
kedip kuning pada malam hari dan sebagainya

PENUTUP
1. Rangkuman
1) PLC (Programmable Logic Controller) adalah sebuah alat yang digunakan
untuk menggantikan rangkaian sederetan relai, yang dijumpai pada sistem
kontrol konvensional
2) PLC merupakan Komputer khusus dirancang untuk digunakan di kontrol
industri.
3) Sistem yang dibangun menggunakan kontroler PLC dibuat untuk memudahkan
pengguna dalam mengontrol sistem.
4) PLC disiapkan oleh pabrikan dengan sistem operasi dan program aplikasi
optimal untuk kebutuhan industri skala kecil, menengah maupun besar.
5) Kelebihan sistem kontrol berbasis PLC dibandingkan dengan sistem kontrol
konvensional berbasis relay
a) Wiring (pengawatan/pemasangan kabel) relatif sedikit.
b) Maintenance (pemeliharaan) relatif mudah ,
c) Konsumsi daya PLC lebih rendah,
155
d) Fungsi diagnostik pada sistem kontrol dengan PLC dapat mendeteksi
kesalahan dengan lebih mudah dan cepat,
e) Mudah untuk melakukan perubahan urutan operasional, cukup dengan
melakukan pergantian program, baik dengan menggunakan handheld atau
dengan komputer (PC),
f) Tidak membutuhkan suku cadang yang banyak,
g) Mudah melakukan penambahan I/O sehingga dapat menambah fungsi
operasional yang lebih kompleks.
h) Menurunkan biaya material dan upah kerja dari suatu produk.
i) Meminimalkan downtime dan biaya produksi dari mesin produksi.
j) Dapat dikoneksikan dalam jaringan baik lokal maupun internet.

2. Tes Formatif

1. Sebutkan dua macam bentuk program kendali PLC:


a. Program diagram ladder dan blok fungsi
b. Program diagram ladder dan program mneumonik
c. Program diagram ladder dan program teks terstruktur
d. Program blok fungsi dan program mneumonik
e. Program blok fungsi dan teks terstruktur

2. Bahasa Pemprograman (statement list) pada PLC disebut juga ?


a. Ladder Diagram
b. Alur Diagram
c. Mnemonic Code
d. Data Base
e. Turbo Pascal

3. Digram ladder terdiri atas sebuah garis vertikal di sebelah kiri yang disebut ?
a. Rung
b. Diagram
c. Instruksi
d. Bus Bar
e. Kontak

156
4. Eksekusi Program semata-mata merupakan salah satu tugas yang dilakukan oleh
PLC, hal tersebut sebagai bagian dari :
a. Pemrograman
b. Pengecekan Kondisi
c. Operand Instruksi
d. Waktu Siklus
e. Mengeksekusi semua Intsruksi

5. Contoh bahasa pemrograman PLC dengan instruksi adalah ….


a. Mnemonic code
b. Diagram I/O
c. Lader diagram
d. Memori diagram
e. Logik diagram

6. Contoh bahasa pemrograman PLC dengan diagram tangga satuan adalah ….


a. Mnemonic code
b. Lader diagram
c. Logik diagram
d. Diagram I/O
e. Memori diagram

7. Sebutkan enam macam instruksi diagram ladder dibawah ini...


a. LOAD, LOAD NOT, AND, AND NOT, OUT, OUT NOT
b. LOAD, LOAD NOT, AND, AND NOT, OUT, END
c. LOAD, LOAD NOT, AND, AND NOT, AND LOAD, OR LOAD
d. LOAD, LOAD NOT, AND, AND NOT, TIM, COUNT
e. LOAD, LOAD NOT, AND, AND NOT, OR, OR NO

157
8. Cermati gambar di bawah ini, pernyataan yang benar dari ganbar di bawah ini adalah:

a. jika 002 ditekan Ry1 dan 2 On


b. merupakan rangkaian kerja berurutan
c. merupakan rangkaian kerja bergantian
d. jika 001 ditekan semua relay Off
e. kerja Ry1 tergantung dari kerja Ry2
9. Alamat output PLC omron CP1E yang dapat disambung dengan relay adalah:
a. 010.10 d. 100.20
b. 000.01 e. 100.02
c. 100.00
10. Sedangkan PLC omron CPM1A yang dapat disambung dengan relay adalah :
a. 010.08 d. 010.07
b. 001.00 e. 000.002
c. 100.01

DAFTAR PUSTAKA
G. Warnock, 1988. Programmable Controllers : Operation and Application, Prentice
Hall.

_____, 2011. Operation Manual:Hostlink System, CV500-LK201 Host Link Unit,


OMRON Corp,. 4. ____, CJ-series DeviceNet Unit : CJ1WDRM21, OMRON,

Hugh Jack. 2008. Automating Manufacturing Systems with PLCs. Aviable in


http://claymore.engineer.gvsu.edu/~jackh/books.html

Kamen, E W. 2011. Introduction to Industrial Controls and Manufacturing

M. Budiyanto dan A. Wijaya, 2003, Pengenalan Dasar-Dasar PLC, Gava Media,

OMRON ,1996, SYSMAC CQM1/CPM1 Programmable Controller Programming

_____,1997, Programmable Controllers Operation Manual, Omron CPM2A

158
_____, 1999, Beginner’s Guide to PLC, OMRON Asia Pacific, PTE, Ltd,
Singapore.

_____, 2001, CX-Programmer User Manual Version 2.1

_____, 2005, Programmable Controllers Operation Manual CP1E, Omron

Setiawan Iwan. 2006. Progammable Logic Controller (PLC) dan Teknik Perancangan
Sistem Kontrol. Yogyakarta : Andi Offset.

Tugas Akhir
Rencanakanlah sebuah sistem kontrol terprogram yang melibatkan sensor, aktuator
(aktuator berupa relay mekanik, relay elektronik, motor AC), elektropneumatik dan
PLC yang dapat digunakan untuk menjalankan sistem pengepakan untuk barang.
1. Barang yang akan dikemas dibagi 3 kategori
2. Barang sebelum dikemas diletakkan dalam ban berjalan (konveyor)
3. Jika ban berjalan terdapat benda (barang) motor konveyor akan hidup.
4. Diujung konveyor terdapat sensor warna (membedakan 3 warna)
5. Sebelum barang dikemas akan ditentukan oleh sensor warna dan dipisah melalui
elektro pneumatik

Tes Sumatif
1. Bahasa Pemprograman (statement list) pada PLC disebut juga ?
A. Ladder Diagram
B. Alur Diagram
C. Mnemonic Code
D. Data Base
E. Turbo Pascal

2. Simbol berikut adalah:


A. PTC D. LDR
B. Potensiometer E. Photodioda
C. NTC

159
3. Perhatikan gambar berikut

Jika sakelar (S) pada posisi ON dan potensio pada ½ maksimum, apakah yang
terjadi pada motor?
A. Motor berputar searah jarum jam
B. Motor berputar berlawanan arah jarum jam
C. Motor berputar lambat
D. Motor berputar cepat
E. Tidak terjadi apa-apa

4. Sensor untuk mendeteksi gejala perubahan panas/temperature/ suhu pada suatu


dimensi benda atau dimensi ruang tertentu ….
A. Sensor Mekanis D. Sensor Eksternal
B. Sensor Thermal E. Sensor Cahaya
C.Sensor Internal

5. Contoh bahasa pemrograman PLC dengan diagram tangga satuan adalah ….


A. Mnemonic Code
B. Lader Diagram
C. Logik Diagram
D. Diagram I/O
E. Memori Diagram

6. Jika terdapat tiga posisi katup dengan 5 saluran (lubang), maka dinamakan dengan
katup:
A. 3/2 D. 5/3
B. 5/2 E. 2/3
C. 2/5
160
7. Perhatikan gambar berikut

Dari gambar di atas, motor akan hidup jika:


A. S1 ditekan
B. S2 ditekan
C. S1 dan s2 ditekan
D. S1 dan s2 tidak ditekan
E. S1 dan s2 ditekan berurutan

8. Sensor yang berfungsi untuk membaca pergerakan garis lurus, secara linear adalah …
A. PTC D. RTD
B. Photodioda E. LVDT
C. NTC

9. Gambar rangkaian daya motor berikut ini dapat difungsikan untuk:

A. Mengontrol dua arah putaran


B. Mengontrol star bintang-delta
C. Mengontrol motor berputar satu arah
putaran
D. Mengontrol motor untuk posisi delta
E. Menjalankan motor hidup berurutan

161
10. Kepekaan sensor terhadap kuantitas yang diukur biasa disebut ….
A. Responsif D. Sensitifitas
B. Tanggapan waktu E. Linearitas
C. Kontinuitas

11. Perubahan nilai resistansi Sensor LDR (Light Dependent Resistor) akan seiring
dengan …
A. Intensitas hambatan yang mengenainya atau yang ada disekitarnya
B. Intensitas suhu yang mengenainya atau yang ada disekitarnya
C. Intensitas panas yang mengenainya atau yang ada disekitarnya
E. Intensitas temperatur yang mengenainya atau yang ada disekitarnya
E. Intensitas cahaya yang mengenainya atau yang ada disekitarnya

12. Simbol berikut adalah:


A. PTC D. NTC
B. Potensiometer E. Photodioda
C. LDR

13. Alamat output PLC omron CP1E yang dapat disambung dengan relay adalah:
A. 010.10 D. 100.20
B. 000.01 E. 100.02
C. 100.00

14. Berikut merupakan karakteristik membuat sistem pneumatik populer di Industri,


kecuali:
A. Bersih atau higienis
B. Respon yang cepat
C. Memiliki fluida
D. Sumber berlimpah
E. Tersedia udara

162
15. Rangkaian pengendali berikut ini yang menandakan lampu indikator menyala bila :

A. b1 ditekan
B. b1 dan b2 ditekan
C. b2 ditekan
D. b3 ditekan
E. b3 dan b2 ditekan

16. Perhatikan gambar berikut ini

(1) (2)
Dari kondisi pada gambar di atas
A. Gambar (1) adalah ketika transistor dalam keadaan cut-off
B. Gambar (2) adalah ketika transistor dalam keadaan cut-off
C. Gambar (1) adalah ketika transistor dalam keadaan saturasi
D. Gambar (2) adalah ketika transistor dalam keadaan saturasi
E. Gambar (1) dan (2) adalah ketika transistor dalam keadaan saturasi

163
17. Komponen berikut yang tergolong Input adalah:
A. Silinder aksi ganda
B. Silinder aksi tunggal
C. Selenoid valve
D. Push button
E. Relay kontak

18. Jika terdapat dua posisi katup dengan 5 saluran (lubang), maka dinamakan dengan
katup:
A. 3/2 D. 5/3
B. 5/2 E. 2/3
C. 2/5

19. Digram ladder terdiri atas sebuah garis vertikal di sebelah kiri yang disebut ?
A. Rung
B. Diagram
C. Instruksi
D. Bus bar
E. Kontak

20. Cermati gambar di bawah ini, pernyataan yang benar dari ganbar di bawah ini
adalah:

A. Jika 002 ditekan Ry1 dan 2 on


B. Merupakan rangkaian kerja berurutan
C. Jika 001 ditekan semua relay off
D. Merupakan rangkaian kerja bergantian
E. Kerja ry1 tergantung dari kerja Ry2
164
Kunci Jawaban Tes Formatif Modul 4 KB 1-5
KB 1 KB 2 KB 3 KB 4
1. B 1. B 1. A 1. B
2. D 2. A 2. D 2. C
3. A 3. D 3. D 3. A
4. C 4. D 4. B 4. E
5. D 5. C 5. D 5. A
6. D 6. B 6. A 6. B
7. D 7. A 7. C 7. D
8. C 8. C 8. A 8. C
9. A 9. C 9. D 9. A
10. D 10. C 10. E 10. C

Kunci Jawaban Tes Sumatif Modul 4


No No No No
1. C 6. D 11. E 16. D
2. A 7. B 12. C 17. C
3. C 8. D 13. A 18. B
4. B 9. A 14. B 19. A
5. B 10.D 15.D 20. D

165
166

Anda mungkin juga menyukai