Anda di halaman 1dari 18

SENSOR VOLUME AIR

MAKALAH
Untuk Memenuhi Mata Kuliah Praktikum Mekatronika
Yang dibina oleh :
Bpk Djoko Kustono

Oleh:

Sandi Kurniawan 150511606707


Taufik Jamaludin 150511608219
Yunus Abdan Syakuran 150511604418

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


JURUSAN TEKNIK MESIN
S1 PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
Maret 2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
             Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari masa ke masa berkembang cepat
terutama dibidang otomasi industri. Perkembangan ini tampak jelas di industri pemabrikan,
dimana sebelumnya banyak pekerjaan menggunakan tangan manusia, kemudian beralih
menggunakan mesin, berikutnya dengan  electro-mechanic (semi otomatis) dan sekarang
sudah menggunakan robotic (full automatic) seperti penggunaan Flexible Manufacturing
Systems  (FMS) dan  Computerized Integrated Manufacture (CIM) dan sebagainya. model
apapun yang digunakan dalam sistem otomasi pemabrikan sangat tergantung kepada
keandalan sistem kendali yang dipakai. Hasil penelitian menunjukan  secanggih apapun
sistem kendali yang dipakai akan sangat tergantung kepada sensor maupun transduser yang
digunakan. sensor dan transduser merupakan peralatan atau komponen yang mempunyai
peranan penting dalam sebuah sistem pengaturan otomatis. Ketepatan dan kesesuaian dalam
memilih sebuah  sensor akan sangat menentukan kinerja dari sistem pengaturan secara
otomatis. 
             Besaran masukan pada kebanyakan sistem kendali adalah bukan besaran listrik,
seperti besaran fisika, kimia, mekanis dan sebagainya. Untuk memakaikan besaran  listrik
pada sistem pengukuran, atau sistem manipulasi atau sistem pengontrolan, maka biasanya
besaran yang bukan listrik diubah terlebih dahulu menjadi suatu sinyal listrik melalui sebuah
alat yang disebut transducer. sebelum lebih jauh kita mempelajari sensor dan transduser ada
sebuah alat lagi yang selalu melengkapi dan mengiringi keberadaan sensor dan transduser
dalam sebuah sistem pengukuran, atau sistem manipulasi, maupun sistem pengontrolan yaitu
yang disebut alat ukur.  

1.2  Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sensor dan transduser ?
2. Apa saja jenis sensor dan transduser ?
3. Apa saja macam–macam  sensor?
4. Bagaimana milih dan persyaratan umum dalam memilih sensor dan transduser ?
5. Bagaimana sistem kerja sensor ketinggian air ?
6. Komponen apa saja yang di perukan ?
1.3  Tujuan
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mempelajari makalah ini diharapkan mahasiswa memahami pengertian
sensor dan transduser.
B. Tujuan pembelajaran khusus
Setelah mempelajari topik per topik dalam bab ini, mahasiswa diharapkan :
1. Dapat menyebutkan pengertian dan perbedaan dari sensor dan transduser.
2. Dapat menerangkan beberapa jenis sensor dan transduser beserta fungsi
masing-masing.
3. Mampu menyebutkan pemilihan dan persyaratan umum dalam memilih sensor
dan transduser
4. Mengerti tentang klasifikasi sensor dan transduser secara umum.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sensor dan tranduser


A. Pengertian Sensor
Sensor adalah alat untuk mendeteksi/mengukur sesuatu, yang digunakan untuk
mengubah variasi mekanis, magnetis, panas, sinar dan kimia menjadi tegangan dan arus
listrik. Dalam lingkungan sistem pengendali dan robotika, sensor memberikan kesamaan
yang menyerupai mata, pendengaran, hidung, lidah yang kemudian akan diolah oleh
kontroler sebagai otaknya (Petruzella, 2001).
B. Pengertian Transduser
Transduser berasal dari kata “traducere” dalam bahasa Latin yang berarti mengubah.
Sehingga transduser dapat didefinisikan sebagai suatu peranti yang dapat mengubah suatu
energi ke bentuk energi yang lain. Bagian masukan dari transduser disebut sensor, karena
bagian ini dapat mengindera suatu kuantitas fisik tertentu dan mengubahnya menjadi bentuk
energi yang lain. Kita mengenal ada enam macam energi, yaitu : radiasi, mekanik, panas,
listrik, dan kimia.

Atau juga Transduser adalah sebuah alat yang bila digerakan oleh suatu energi di dalam
sebuah sistem transmisi, akan menyalurkan energi tersebut dalam bentuk yang sama atau
dalam bentuk yang berlainan ke sistem transmisi berikutnya”. Transmisi energi ini bisa
berupa listrik, mekanik, kimia, optic (radiasi) atau thermal (panas).

Contoh : generator adalah transduser yang merubah energi mekanik menjadi energi listrik,
motor adalah transduser yang merubah energi listrik menjadi energi mekanik, dan
sebagainya. ( William DC,1993 ).
Dari sisi pola aktivasinya, transduser dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Transduser pasif, yaitu transduser yang dapat bekerja bila mendapat energi tambahan
dari luar.
b. Transduser aktif, yaitu transduser yang bekerja tanpa tambahan energi dari luar, tetapi
menggunakan energi yang akan diubah itu sendiri.
Untuk jenis transduser pertama, contohnya adalah thermistor. Untuk mengubah energi
panas menjadi energi listrik yaitu tegangan listrik, maka thermistor harus dialiri arus listrik.
Ketika hambatan thermistor berubah karena pengaruh panas, maka tegangan listrik dari
thermistor juga berubah. Adapun contoh untuk transduser jenis yang kedua adalah
termokopel. Ketika menerima panas, termokopel langsung menghasilkan tegangan listrik
tanpa membutuhkan energi dari luar.

Gambar : Berbagai tranduser yang di gunakan

2.2 Jenis Sensor dan Transduser


         Perkembangan sensor dan transduser sangat cepat sesuai kemajuan teknologi otomasi,
semakin komplek suatu sistem otomasi dibangun maka semakin banyak jenis sensor yang
digunakan.
Robotik adalah sebagai contoh penerapan sistem otomasi yang kompleks, disini  sensor yang
digunakan dapat dikatagorikan menjadi dua jenis sensor yaitu: (D Sharon, dkk, 1982)
a. Internal sensor
yaitu sensor yang dipasang di dalam bodi robot.Sensor internal diperlukan untuk mengamati
posisi, kecepatan, dan akselerasi  berbagai sambungan mekanik pada robot, dan merupakan
bagian dari mekanisme servo.
b. External sensor
yaitu sensor yang dipasang diluar bodi robot. Sensor eksternal diperlukan karena dua macam
alasan yaitu: Untuk keamanan dan Untuk penuntun.
Yang dimaksud untuk keamanan” adalah termasuk keamanan robot, yaitu perlindungan
terhadap robot dari kerusakan yang ditimbulkannya sendiri, serta keamanan untuk peralatan,
komponen, dan orang-orang dilingkungan dimana robot tersebut digunakan. Berikut ini
adalah dua contoh sederhana untuk mengilustrasikan kasus diatas.
 Contoh pertama:
Andaikan sebuah robot bergerak keposisinya yang baru dan ia menemui suatu
halangan, yang dapat berupa mesin lain misalnya. Apabila robot tidak memiliki
sensor yang mampu mendeteksi halangan tersebut, baik sebelum atau setelah terjadi
kontak, maka akibatnya akan terjadi kerusakan.
 Contoh kedua:
Sensor untuk keamanan diilustrasikan dengan problem robot dalam
mengambil sebuah telur. Apabila pada robot dipasang pencengkram mekanik
(gripper), maka sensor harus dapat mengukur seberapa besar tenaga yang tepat untuk
mengambil telor tersebut. Tenaga yang terlalu besar akan menyebabkan pecahnya
telur, sedangkan apabila terlalu kecil telur akan jatuh terlepas.

Kini bagaimana dengan sensor untuk penuntun atau pemandu?. Katogori ini sangatlah luas,
tetapi contoh berikut akan memberikan pertimbangan.
 Contoh pertama:
Komponen yang terletak diatas ban berjalan tiba di depan robot yang
diprogram untuk menyemprotnya. Apa yang akan terjadi bila sebuah komponen
hilang atau dalam posisi yang salah?. Robot tentunya harus memiliki sensor yang
dapat mendeteksi ada tidaknya komponen, karena bila tidak ia akan menyemprot
tempat yang kosong. Meskipun tidak terjadi kerusakan, tetapi hal ini bukanlah sesuatu
yang diharapkan terjadi pada suatu pabrik.
 Contoh kedua:
Sensor untuk penuntun diharapkan cukup canggih dalam pengelasan. Untuk
melakukan operasi dengan baik, robot haruslah menggerakkan tangkai las sepanjang
garis las yang telah ditentukan, dan juga bergerak dengan kecepatan yang tetap serta
mempertahankan suatu jarak tertentu dengan permukaannya.
Sesuai dengan fungsi sensor sebagai pendeteksi sinyal dan meng-informasikan sinyal
tersebut ke sistem berikutnya, maka peranan dan fungsi sensor akan dilanjutkan oleh
transduser. Karena keterkaitan antara sensor dan transduser begitu erat maka pemilihan
transduser yang tepat dan sesuai juga perlu diperhatikan.

2.3  Macam–macam sensor


     Jenis–jenis sensor banyak sekali, dan sensor dan tranduser yang sering dijumpai di
lapangan adalah :
A. Sensor Cahaya
Sensor sinar terdiri dari 3 kategori yaitu :
a. Fotovoltaic atau sel solar
Adalah alat sensor sinar yang mengubah energi sinar langsung menjadi energi listrik.
Sel solar silikon yang modern pada dasarnya adalah sambungan PN dengan lapisan P yang
transparan. Jika ada cahaya pada lapisan transparan P akan menyebabkan gerakan elektron
antara bagian P dan N, jadi menghasilkan tegangan DC yang kecil sekitar 0,5 volt per sel
pada sinar matahari penuh. Sel fotovoltaic adalah jenis tranduser sinar/cahaya.

b. Fotokonduktif
Energi yang jatuh pada sel fotokonduktif akan menyebabkan perubahan tahanan sel.
Apabila permukaan alat ini gelap maka tahanan alat menjadi tinggi. Ketika menyala dengan
terang tahanan turun pada tingkat harga yang rendah.

c. Fotolistrik
Fotolistrik adalah sensor yang berprinsip kerja berdasarkan pantulan karena perubahan
posisi/jarak suatu sumber sinar (inframerah atau laser) ataupun target pemantulnya, yang
terdiri dari pasangan sumber cahaya dan penerima.
Gambar 3. Efek fotolistrik

B. Sensor Suhu
Ada 4 jenis utama sensor suhu yang biasa digunakan :
a. Thermocouple
Thermocouple pada pokoknya terdiri dari sepasang penghantar yang berbeda
disambung las dilebur bersama satu sisi membentuk “hot” atau sambungan pengukuran yang
ada ujung-ujung bebasnya untuk hubungan dengan sambungan referensi. Perbedaan suhu
antara sambungan pengukuran dengan sambungan referensi harus muncul untuk alat ini
sehingga berfungsi sebagai thermocouple.
Thermocouple pada intinya terdiri dari sepasang transduser panas dan dingin yang
disambungkan dan dilebur bersama, dimana terdapat perbedaan yang timbul antara
sambungan tersebut dengan sambungan referensi yang berfungsi sebagai pembanding.

b. Resistance Temperature Detector (RTD)


Konsep utama dari yang mendasari pengukuran suhu dengan detektor suhu tahanan
(resistant temperature detector = RTD) adalah tahanan listrik dari logam yang bervariasi
sebanding dengan suhu. Kesebandingan variasi ini adalah presisi dan dapat diulang lagi
sehingga memungkinkan pengukuran suhu yang konsisten melalui pendeteksian tahanan.
Bahan yang sering digunakan RTD adalah platina karena kelinearan, stabilitas dan
reproduksibilitas.
c. Thermistor
Adalah resistor yang peka terhadap panas yang biasanya mempunyai koefisien suhu
negatif. Karena suhu meningkat, tahanan menurun dan sebaliknya. Thermistor sangat peka
(perubahan tahanan sebesar 5 % per °C) oleh karena itu mampu mendeteksi perubahan kecil
di dalam suhu.

d. Intergreated circuit (IC)


Sensor suhu dengan IC ini menggunakan chip silikon untuk elemen yang merasakan
(sensor). Memiliki konfigurasi output tegangan dan arus. Meskipun terbatas dalam rentang
suhu (dibawah 200 °C), tetapi menghasilkan output yang sangat linear di atas rentang kerja.
C. Sensor Tekanan
Prinsip kerja dari sensor tekanan ini adalah mengubah tegangan mekanis menjadi sinyal
listrik. Ukuran ketegangan didasarkan pada prinsip bahwa tahanan pengantar berubah dengan
panjang dan luas penampang. Daya yang diberikan pada kawat menyebabkan kawat bengkok
sehingga menyebabkan ukuran kawat berubah dan mengubah tahanannya.
Sesuai dengan fungsi sensor sebagai pendeteksi sinyal dan meng-informasikan sinyal
tersebut ke sistem berikutnya, maka peranan dan fungsi sensor akan dilanjutkan oleh
transduser. Karena keterkaitan antara sensor dan transduser begitu erat maka pemilihan
transduser yang tepat dan sesuai juga perlu diperhatikan.

Gambar : sensor tekan


D. Sensor magnet
Sensor Magnet atau disebut juga relai buluh, adalah alat yang akan terpengaruh medan
magnet dan akan memberikan perubahan kondisi pada keluaran. Seperti layaknya saklar dua
kondisi (on/off) yang digerakkan oleh adanya medan magnet di sekitarnya. Biasanya ensor
ini dikemas dalam bentuk kemasan yang hampa dan bebas dari debu, kelembapan, asap
ataupun uap.

Gambar : sensor magnet


E. Sensor Ultasonik
Sensor ultrasonik bekerja berdasarkan prinsip pantulan gelombang suara, dimana sensor
ini menghasilkan gelombang suara yang kemudian menangkapnya kembali dengan perbedaan
waktu sebagai dasar penginderaannya. Perbedaan waktu antara gelombang suara dipancarkan
dengan ditangkapnya kembali gelombang suara tersebut adalah berbanding lurus dengan
jarak atau tinggi objek yang memantulkannya. Jenis objek yang dapat diindera diantaranya
adalah: objek padat, cair, butiran maupun tekstil.

Gambar : Cara kerja sensor Gambar : Alat sensor ultrasonik


ultrasonil

F. Sensor Kecepatan

Proses penginderaan sensor kecepatan merupakan proses kebalikan dari suatu motor,dimana
suatu poros/object yang berputar pada suatui generator akan menghasilkan suatu tegangan
yang sebanding dengan kecepatan putaran object. Kecepatan putar sering pula diukur dengan
menggunakan sensor yang mengindera pulsa magnetis (induksi) yang timbul saat medan
magnetis terjadi. Aplikasi banyak digunakan pada kendaraan sepeda motor.

Gambar : sensor kecepatan terdapat pada sepeda motor

G. Sensor Penyandi (Encoder)


Sensor Penyandi (Encoder)  digunakan untuk mengubah gerakan linear atau putaran
menjadi sinyal digital, dimana sensor putaran memonitor gerakan putar dari suatu alat. Sensor
ini biasanya terdiri dari 2 lapis jenis penyandi, yaitu; Pertama, Penyandi rotari tambahan
(yang mentransmisikan jumlah tertentu dari pulsa untuk masing-masing putaran) yang akan
membangkitkan gelombang kotak pada objek yang diputar. Kedua, Penyandi absolut (yang
memperlengkapi kode binary tertentu untuk masing-masing posisi sudut) mempunyai cara
kerja sang sama dengan perkecualian, lebih banyak atau lebih rapat pulsa gelombang kotak
yang dihasilkan sehingga membentuk suatu.

Gambar : sensor penyandi untuk pengukuran ketinggian garis.

H. Sensor Efek-Hall
Sensor Efek-Hall dirancang untuk merasakan adanya objek magnetis dengan perubahan
posisinya. Perubahan medan magnet yang terus menerus menyebabkan timbulnya pulsa yang
kemudian dapat ditentukan frekuensinya, sensor jenis ini biasa digunakan sebagai pengukur
kecepatan.Sensor Hall Effect digunakan untuk mendeteksi kedekatan (proximity), kehadiran
atau ketidakhadiran suatu objek magnetis (yang) menggunakan suatu jarak kritis. Pada
dasarnya ada dua tipe Half-Effect Sensor, yaitu tipe linear dan tipe on-off. Tipe linear
digunakan untuk mengukur medan magnet secara linear, mengukur arus DC dan AC pada
konduktordan funsi-fungsi lainnya. Sedangkan tipe on-off digunakan sebagai limit switch,
sensor keberadaan (presence sensors), dsb. Sensor ini memberikan logika output sebagai
interface gerbang logika secara langsung atau mengendalikan beban dengan buffer amplifier.

I. Sensor proximity
Sensor proximity merupakan sensor atau saklar yang dapat mendeteksi adanya target
jenis logam dengan tanpa adanya kontak fisik. Biasanya sensor ini tediri dari alat elektronis
solid-state yang terbungkus rapat untuk melindungi dari pengaruh getaran, cairan, kimiawi,
dan korosif yang berlebihan. Sensor proximity dapat diaplikasikan pada kondisi penginderaan
pada objek yang dianggap terlalu kecil atau lunak untuk menggerakkan suatu mekanis saklar.

Gambar : sensor proximity


2.4  Pemilihan Umum Sensor dan Transduser
Dalam memilih peralatan sensor dan transduser yang tepat dan sesuai dengan sistem
yang akan disensor maka perlu diperhatikan persyaratan umum sensor berikut ini : (D
Sharon, dkk, 1982).
a. Linearitas
Ada banyak sensor yang menghasilkan sinyal keluaran yang berubah secara kontinyu
sebagai tanggapan terhadap masukan yang berubah secara kontinyu. Sebagai contoh, sebuah
sensor panas dapat menghasilkan tegangan sesuai dengan panas yang dirasakannya. Dalam
kasus seperti ini, biasanya dapat diketahui secara tepat bagaimana perubahan keluaran
dibandingkan dengan masukannya berupa sebuah grafik. Gambar 1.1 memperlihatkan
hubungan dari dua buah sensor panas yang berbeda. Garis lurus pada gambar 1.1(a).
memperlihatkan tanggapan linier, sedangkan pada gambar 1.1(b). adalah tanggapan non-
linier.

b. Sensitivitas
Sensitivitas akan menunjukan seberapa jauh kepekaan sensor terhadap kuantitas yang
diukur. Sensitivitas sering juga dinyatakan dengan bilangan yang menunjukan “perubahan
keluaran dibandingkan unit perubahan  masukan”. Beberepa sensor panas dapat memiliki
kepekaan yang dinyatakan dengan “satu volt per derajat”, yang berarti perubahan  satu
derajat pada masukan akan menghasilkan  perubahan  satu volt pada keluarannya. Sensor
panas lainnya dapat saja memiliki kepekaan “dua volt per derajat”, yang berarti memiliki
kepakaan dua kali dari sensor yang pertama. Linieritas sensor juga mempengaruhi sensitivitas
dari sensor. Apabila tanggapannya linier, maka sensitivitasnya juga akan sama untuk
jangkauan pengukuran keseluruhan. Sensor dengan tanggapan paga gambar 1.1(b) akan lebih
peka pada temperatur yang tinggi dari pada temperatur yang rendah.
c. Tanggapan Waktu
Tanggapan waktu pada sensor menunjukan seberapa cepat tanggapannya terhadap
perubahan masukan. Sebagai contoh, instrumen dengan tanggapan frekuensi yang jelek
adalah sebuah termometer merkuri. Masukannya adalah temperatur dan keluarannya adalah
posisi merkuri. Misalkan perubahan temperatur terjadi sedikit demi sedikit dan kontinyu
terhadap waktu, seperti tampak pada gambar 1.2(a). Frekuensi adalah jumlah siklus dalam
satu detik dan diberikan dalam satuan hertz (Hz). { 1 hertz berarti 1 siklus per detik, 1
kilohertz berarti 1000 siklus per detik]. Pada frekuensi rendah, yaitu pada saat temperatur
berubah secara lambat, termometer akan mengikuti perubahan tersebut dengan “setia”. Tetapi
apabila perubahan temperatur sangat cepat lihat gambar 1.2(b) maka tidak diharapkan akan
melihat perubahan besar pada termometer merkuri, karena ia bersifat lamban dan hanya akan
menunjukan temperatur rata-rata.

Ada bermacam cara untuk menyatakan tanggapan frekuensi sebuah sensor. Misalnya “satu
milivolt pada 500 hertz”. Tanggapan frekuensi dapat pula dinyatakan dengan “decibel (db)”,
yaitu untuk membandingkan daya keluaran pada frekuensi tertentu dengan daya keluaran
pada frekuensi referensi.  

2.5. Pengaplikasian Sensor Pada Bendungan Untuk Mencegah Banjir

Gambar Sensor Volume Air


Bagi Anda yang punya wadah penampungan air seperti tandon di rumah, Anda tentu perlu
mengecek level air tandon supaya Anda bisa menjaga ketinggian air agar tidak melebihi
maupun kurang dari batas yang diinginkan. Anda perlu suatu alat yang membantu Anda
mengetahui ketinggian air tersebut.

1. Alat Sensor Ketinggian Air


Merupakan salah satu barang yang wajib anda miliki. Alat ini digunakan sebagai
pengontrol level air yang memiliki berbagai fungsi. Berikut fungsi yang bisa anda
dapatkan pada produk ini:

 Alarm Banjir
Sebagian besar orang mungkin sudah tidak asing dengan banjir. Di negara
Indonesia, banjir sudah menjadi bencana tahunan yang pasti terjadi di banyak
kota-kota besar di Indonesia. Terjadinya banjir tidak mengenal waktu, bisa
siang ataupun malam saat orang sedang tidur. Nah, untuk itu diperlukan suatu
alat yang bisa memberikan peringatan agar saat air mencapai ketinggian
melewati batas. Dengan memasang alat sensor ini di rumah Anda, alarm akan
berbunyi ketika level air sudah melebihi batas dan berpotensi terjadinya banjir.
Anda akan dapat bersiap-siap untuk menyelamatkan diri  anda.
 Pendeteksi Ketinggian Air Di Tandon
Hampir semua orang pasti menggunakan tandon sebagai penampungan air
dirumah, tapi kita sering terlupa untuk mematikan air sebelum air ditandon
meluber. Akibatnya akan banyak air yang terbuang sia-sia karena hal tersebut.
Untuk menghindari hal tersebut Anda memerlukan alat ini. Karena dengan alat
ini anda bisa tahu saat air sudah mencapai batas ketinggian yang anda
inginkan, sehingga tidak akan ada lagi air yang terbuang. Dengan tidak adanya
air yang terbuang maka Anda bisa lebih menghemat pembayaran air bukan?
Selain itu alat ini juga bisa dijadikan pengingat untuk tandon yang hampir
kosong. Alarm akan berbunyi saat air ditandon sudah mencapai diketinggian
tertentu sesuai yang Anda inginkan.
 Mudah Dipasang
Alat ini sangat mudah dipasang di tandon rumah Anda. Cukup letakkan sensor
pada level yang Anda inginkan dan alarm diletakkan di bagian luar. Tidak
perlu lagi alat tambahan untuk measang alat ini.
2. Cara Pemasangan
Cara pemasangan alat ini ada 2 macam:
1. Mode Low Level
Contoh penggunaan mode low level adalah penggunaan untuk deteksi air tandon
kosong. Sensor dipasang didasar tandon dengan ketinggian 30 cm dari dasar tandon
atau sesuai kebutuhan Anda. Saat ketinggian air sudah kurang dari batas yang
ditentukan, maka pelampung pada sensor akan turun dan alarm akan berbunyi keras.

3. Mode High Level


Contoh penggunaan Mode High Level adalah untuk pendeteksi air tandon penuh dan
untuk pendeteksi banjir. Sensor dipasang disisi atas tandon 30cm dari atas tandon atau
sesuai kebutuhan Anda. Saat ketinggian air melwati batas sensor, maka pelampung
akan naik dan alarm akan berbunyi keras.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah yang kami buat adalah :
 Sensor :
1. Sensor digunakan untuk mendeteksi dan mengukur adanya sesuatu
2. sensor biasanya dikategorikan dengan apa yang diukur.
3. fotovoltaic dadalah sensor cahaya yang mengubah energi cahaya langsung menjadi energi
listrik.
4. pengukuran regangan kawat bekerja pada prinsipnya bahwa tahanan penghantar berubah
dengan panjangdan luas penampang.
5. thermokopel pada prinsipnya menggunakan perbedaan suhu antar sambungan penghantar
menyebabkan terbangkitnya tegangan DC yang kecil.
 Tranduser :
1. Tranduser adalah alat yang merubah energi dari satu bentuk ke bentuk yang lain.
2. Berdasarkan pola aktifnya tranduser dibagi menjadi dua macam yaitu: tranduser aktif dan
tranduse pasif.

3.2 Saran
Saran yang diberikan penulis kepada pembaca adalah :
1. Sebaiknya dalam pemilihan sensor harus sesuai dengan kebutuhan yang di perlukan.
2. Agar sensor dan tranduser dapat bekerja dengan baik maka kita harus memenuhi
persyaratan sensor dan tranduser.

Anda mungkin juga menyukai