Anda di halaman 1dari 7

PERAN SENSOR DALAM PERKEMBANGAN

INDUSTRI INDONESIA
Djehan Sualeman, Rubi Rinaldi, Syifa Dewi S
Program Studi Teknik Otomasi Industri, Jurusan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Bandung

Abstrak
Indonesia sebagai negara berkembang terus menerus berusaha beradaptasi dengan teknologi
yang ada. Penerapan teknologi bertujuan untuk mempermudah aktivitas manusia, salah satu
penerapannya yaitu pada sektor industri. Salah satu penerapan teknologi di bidang industri
adalah pemakaian sensor yang sudah digunakan di berbagai macam industri, seperti industri
manufaktur, industri proses, makanan dan minuman dan lain sebagainya. Sensor membuat
proses produksi mempunya standar yang tetap sehingga dapat menghasilkan proses produksi
yang stabil. Berbagai industri mempunya kebutuhan sensor yang berbeda tergantung
kebutuhanya. Dengan menggunakan sensor, produktivitas dan kualitas dari produk dapat
meningkat dan meningkatkan daya saing dengan industri skala nasional maupun
internasional.

1. Pendahuluan
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari masa ke masa berkembang cepat
terutama dibidang otomasi industri. Perkembangan ini tampak jelas di industri
pemabrikan, dimana sebelumnya banyak pekerjaan menggunakan tangan manusia,
kemudian beralih menggunakan mesin, berikutnya dengan electro-mechanic (semi
otomatis) dan sekarang sudah menggunakan robotic (full automatic) seperti penggunaan
Flexible Manufacturing Systems (FMS) dan Computerized Integrated Manufacture
(CIM) dan sebagainya.
Model apapun yang digunakan dalam sistem otomasi pemabrikan sangat
tergantung kepada keandalan sistem kendali yang dipakai. Hasil penelitian menunjukan
secanggih apapun sistem kendali yang dipakai akan sangat tergantung kepada sensor
maupun transduser yang digunakan..

Sensor dan transduser merupakan peralatan atau komponen yang mempunyai


peranan penting dalam sebuah sistem pengaturan otomatis. Ketepatan dan kesesuaian
dalam memilih sebuah sensor akan sangat menentukan kinerja dari sistem pengaturan
secara otomatis.
Besaran masukan pada kebanyakan sistem kendali adalah bukan besaran listrik,
seperti besaran fisika, kimia, mekanis dan sebagainya. Untuk memakaikan besaran
listrik pada sistem pengukuran, atau sistem manipulasi atau sistem pengontrolan, maka
biasanya besaran yang bukan listrik diubah terlebih dahulu menjadi suatu sinyal listrik
melalui sebuah alat yang disebut transducer
2. Sensor dan Transduser
D Sharon, dkk (1982), mengatakan sensor adalah suatu peralatan yang berfungsi
untuk mendeteksi gejala-gejala atau sinyal-sinyal yang berasal dari perubahan suatu
energi seperti energi listrik, energi fisika, energi kimia, energi biologi, energi mekanik
dan sebagainya. Contoh; kamera sebagai sensor penglihatan, telinga sebagai sensor
pendengaran, kulit sebagai sensor peraba, LDR (light dependent resistance) sebagai
sensor cahaya, dan lainnya.
William D.C, (1993), mengatakan transduser adalah sebuah alat yang bila
digerakan oleh suatu energi di dalam sebuah sistem transmisi, akan menyalurkan energi
tersebut dalam bentuk yang sama atau dalam bentuk yang berlainan ke sistem transmisi
berikutnya. Transmisi energi ini bisa berupa listrik, mekanik, kimia, optic (radiasi) atau
thermal (panas). Contoh; generator adalah transduser yang merubah energi mekanik
menjadi energi listrik, motor adalah transduser yang merubah energi listrik menjadi
energi mekanik, dan sebagainya.
William D.C, (1993), mengatakan alat ukur adalah sesuatu alat yang berfungsi
memberikan batasan nilai atau harga tertentu dari gejala-gejala atau sinyal yang berasal
dari perubahan suatu energi. Contoh: voltmeter, ampermeter untuk sinyal listrik;
tachometer, speedometer untuk kecepatan gerak mekanik, lux-meter untuk intensitas
cahaya, dan sebagainya.
3. Macam-macam Sensor di Industri

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, kebutuhan industri akan sensor akan berbedabeda sesuai kebutuhannya. Jumlah sensor yang digunakan dan jenis sensor yang
digunakan akan berbeda pada masing-masing industri. Menurut Pratama (2014), sensor
dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis yaitu sebagai berikut :
a. Sensor Kedekatan (Proximity), yaitu sensor atau saklar yang dapat mendeteksi
adanya target yang diindikasikan dengan jenis logam tanpa adanya kontak fisik.
Sensor jenis ini biasanya tediri dari alat elektronis solid-state yang terbungkus rapat
untuk melindunginya dari pengaruh getaran, cairan, kimiawi, dan korosif yang
berlebihan. Sensor ini dapat diaplikasikan pada kondisi penginderaan pada objek
yang dianggap terlalu kecil/lunak untuk menggerakkan suatu mekanis saklar. Prinsip
kerjanya adalah dengan memperhatikan perubahan amplitudo suatu lingkungan
medan frekuensi tinggi.
b. Sensor magnet juga disebut relai buluh adalah alat yang akan terpengaruh medan
magnet dan akan memberikan perubahan kondisi pada output. Seperti layaknya
saklar dua kondisi (on/off) yang digerakkan oleh adanya medan magnet di sekitarnya.
Biasanya sensor ini dikemas dalam bentuk kemasan yang hampa dan bebas dari
debu, kelembapan, asap ataupun uap.
c. Sensor Sinar terdiri dari 3 kategori. Pertama sensor photovoltaic atau sel solar adalah
alat sensor sinar yang mengubah energi sinar langsung menjadi energi listrik, dengan
adanya penyinaran cahaya akan menyebabkan pergerakan elektron dan menghasilkan
tegangan. Demikian pula kategori kedua yaitu sensor fotokonduktif (fotoresistif)
yang akan memberikan perubahan tahanan (resistansi) pada sel-selnya, semakin
tinggin intensitas cahaya yang terima, maka akan semakin kecil pula nilai
tahanannya. Sedangkan kategori ketiga yaitu sensor fotolistrik adalah sensor yang
berprinsip kerja berdasarkan pantulan karena perubahan posisi/jarak suatu sumber
sinar (inframerah atau laser) ataupun target pemantulnya, yang terdiri dari pasangan
sumber cahaya dan penerima.
d. Sensor Efek-Hall, dirancang untuk merasakan adanya objek magnetis dengan
perubahan posisinya. Perubahan medan magnet yang terus menerus menyebabkan
timbulnya pulsa yang kemudian dapat ditentukan frekuensinya, sensor jenis ini biasa
digunakan sebagai pengukur kecepatan.

e. Sensor Ultrasonik, bekerja berdasarkan prinsip pantulan gelombang suara, dimana


sensor ini menghasilkan gelombang suara yang kemudian menangkapnya kembali
dengan perbedaan waktu sebagai dasar penginderaannya.
f.

Sensor tekanan, sensor ini memiliki transduser yang mengukur ketegangan kawat,
dimana mengubah tegangan mekanis menjadi sinyal listrik. Dasar penginderaannya
pada perubahan tahanan pengantar (transduser) yang berubah akibat perubahan
panjang dan luas penampangnya.

g. Sensor Suhu, ada 4 jenis utama sensor suhu yang biasa digunakan yaitu
thermocouple (T/C), resistance temperature detector (RTD), termistor dan IC sensor.
h. Sensor Kecepatan/RPM - proses penginderaan merupakan proses kebalikan dari
suatu motor, dimana suatu poros/object yang berputar pada suatui generator akan
menghasilkan suatu tegangan yang sebanding dengan kecepatan putaran object.
i.

Sensor Penyandi (Encoder) digunakan untuk mengubah gerakan linear atau putaran
menjadi sinyal digital, dimana sensor putaran memonitor gerakan putar dari suatu
alat.

4. Penerapan Sensor di Industri


Sensor digunakan di berbagai industri guna meningkatkan kualitas dan
produktivitas dari produk yang dihasilkan. Berikut merupakan penerapan sensor di
beberapa industri.
4.1 Sensor di Industri Minuman PT. Coca-Cola Amatil
Awalnya proses pembuatan dimulai secara manual dengan membuat resep
untuk Coca-Cola dan dikerjakan oleh manusia. Namun, akibat meningkatnya
permintaan konsumen dan tentunya akibat kemajuan teknologi, PT. Coca-Cola
Amatil juga ikut mengembangkan proses produksinya dengan menggunakan
teknologi yang canggih yaitu dengan menggunakan microcontroller, PLC, dan
tentunya sensor sebagai pendeteksi untuk berlangsungnya proses. Sensor yang
digunakan di PT. Coca-Cola diantaranya adalah pada saat proses bottling line
(pembotolan). Berikut penjelasannya.
a. Photo Sensor dan Limit Switch
Salah satau sensor yang digunakan adalah Photo sensor. (Gusti, 2011). Photo
sensor digunakan pada saat depalletizer. Proses ini berfungsi untuk menyusun

atau memindahkan krat dari pallete ke konveyor. Mesin ini dikendalikan secara
manual semi otomatis. Garis besar pengontrolan dalam mesin ini adalah pada
pengendalian photosensor sebagai saklar induksi. (Akbar)
b. Limit Switch
Limit Switch berfungsi sebagai penghitung krat. Ketika krat telah memenuhi
jumlah sesuai kriteria yang ditetapkan, maka secara otomatis akan
menghidupkan mesin palletizer untuk aktif dan mengambil tindakan untuk
mengambil krat.
4.2 Building Automation System (BAS) PT. Biofarma
PT. Biofarma menerapkan sistem yang pintar pada bangunannya. Sensor yang
digunakan di PT. Biofarma diantaranya adalah

o ccupancy sensor biasanya

didasarkan pada waktu dari skedul harian. Override switch atau sensor dapat
digunakan untuk memantau occupancy pada beberapa daerah internal
gedung. Banyak Building Automation System memiliki kemampuan alarm.
Jika sebuah alarm dideteksi, alarm tersebut dapat diprogram untuk
memberitahukan seseorang. Pemberitahuan dapat dilakukan melalui
komputer, pager maupun suara alarm. Sistem sekuriti dapat disambungkan
pada building automation system. Jika occupancy sensor ada, maka sensor
tersebut dapat juga digunakan sebagai alarm pencuri. (Setraningrat, 2014)
4.3 Sensor untuk Pertahanan Udara Nasional
Pertahanan Nasional merupakan suatu hal yang sangat penting untuk
Indonesia. Penggunaan sensor sudah digunakan sejak lama oleh Indonesia dan
tentunya oleh negara-negara lainnya. Selama ini kita belum mampu mengawasi
secara penuh semua kegiatan, pergerakan,lintas dan eksplorasi kekayaan alam kita
(di darat, laut maupun udara) yang dilakukan secara legal maupun illegal.Dengan
pertimbangan tersebut diatas pembangunan sistem deteksi multi sensor untuk
pertahanan udara nasional. Dengan menggelar multi sensor maka kelemahan pada
sensor tertentu dapat ditutup oleh sensor lainnya, oleh karena itu penggelaran multi
sensor akan menghasilkan sistem deteksi yang handal (Pramadi, 2009)
Mnurut (Pramadi, 2009), sensor yang digunakan antara lain adalah sebagai
berikut.
a. PET

PET (Passive ESM Tracking) adalah penamaan (kode) yang diberikan


oleh NATO untuk Passive Sensor atau Radar Pasif. PET mampu
mendeteksi target yang memancarkan gelombang elektromagnit/GEM
dengan perolehan data tiga dimensi (range, bearing dan altitude) dengan
jarak jangkau target antara 600 800 Km (tergantung kekuatan
signal/GEM yang dipancarkan pesawat).

Mampu mendeteksi sumber

emisi di udara, lautan dan daratan.


b. PCL
Prinsip kerja Passive Coherent Locator (PCL) identik dengan bistatic
Radaryaitu Radar yang memiliki Transmitter (TX) dan Receiver (RX)
terpisah. PCL ini mampu mendeteksi pesawat berteknologi Stealth dan
UAV yang

memancarkan

beberapa

(komunikasi, Radar, control dan data).

gelombang

elektro

magnit

Sistem PCL memungkinkan

untuk diintegrasikan dengan sistem deteksi lainnya dalam sistem


pertahanan udara nasional.
4.4 Industri Pupuk PT. Pupuk Kujang Cikampek
4.5 Industri Perkebunan
Penerapan sistem otomasi terutama sensor dan aktuator terdapat pada stasiun
kerja pelayuan di PT Perkebunan Nusantara VII Ciater. Proses pelayuan secara
otomasi ini dimulai dari section analog input dan di posisi ini dibutuhkan sebuah
sensor yang di setup dalam range code. Kemudian melalui beberapa proses hingga
masuk dalam action katup udara segar berupa aktuator yang menerima perintah
dari PLC untuk membuka. Proses selanjutnya yaitu section sensor berat. Sensor
tersebut akan aktif jika kipas dalam keadaan menyala dengan arus yang mengalir
ke empat buah limit switch yang terjadi. (Pratama)
Setelah melewati sensor berat kemudian produk kayu masuk pada section
sensor suhu untuk melanjutkan proses pelayuan. Pada sensor suhu, dilakukan
monitoring setiap 40 detik (2 jam) untuk melakukan kalkulasi suhu pada WT yang
telah menyala selama 60 detik (5-6 jam pertama). Mekanime kerja otomasi terakhir
yaitu pada section katup heater sebagai salah satu bentuk aktuator. Pada bagian ini
script program akan menerima masukan data dari modul analog yang telah

disimpan pada memori PLC dan telah di konversi menjadi bernilai 20 30 C yang
selanjutnya akan dibandingkan apakah suhu lebih dari atau kurang dari 26 C. Jika
sistem dalam kondisi otomatis, setelah suhu dibandingkan dan hasilnya kurang dari
26 C maka katup heater akan terbuka secara otomatis. Tetapi jika kondisi sistem
dalam mode manual, maka setelah suhu dibandingkan dan hasilnya kurang dari 26
C maka lampu tanda suhu kurang dari optimum akan menyala dan memberi tanda
pada operator untuk menyalakan switch katup heater secara manual (Akbar,
Rachmat, & Atmaja, 2013).

Anda mungkin juga menyukai