Anda di halaman 1dari 4

1.

Timer (pewaktuan)
Di dalam banyak aplikasi kontrol, pengontrolan waktu adalah sesuatu yang
sangat dibutuhkan. Sebagai contoh, sebuah motor atau pompa yang dikontrol untuk
beropersi selama interval waktu tertentu, atau diaktifkan setelah beroperasi selama
periode waktu tertentu. Contoh lain, adalah pengaturan waktu nyala/padam dari
suatu lampu lalulintas. Itulah sebabnya PLC dilengkapi dengan timer untuk
mendukung kebutuhan tersebut. Timer mengukur (atau menghitung) waktu dengan
menggunakan piranti clock internal CPU.
Cara kerja instruksi timer adalah ketika timer mendapatkan input selama set
value akan mengaktifkan contact-contactnya. Set value 100 = 100x100ms=10 detik.

PRINSIP KERJA TIMER


Prinsip kerja timer mengunakan induksi magnet dan mengunakan rangkaian
elektronika.timerdengan perinsip induksimagnet berkerja sepert prinsip motor
induksi,sedangkan timer yang mengunakan prinsip elektronika memiliki rangkaian
R dan C yang dihubungkan secara seri dan pararel,jika tegangan telah mengisi
penuh makarelay timer akan terhubung dan lama waktu tunda berdasarkan besar
kecilnya pengisian kapasitor.Bagian input timer diberi simbol kumparan keluaranya
dalam bentuk kontak-kontak normally open dan normally close
Sebagian timer memiliki 8 buah kaki 2 diantaranya merupakan kaki coil (timer
pada contoh untuk kaki 2 dan 7)kaki yang lain akan terpasang NO dan NC ,kaki 1
akan NC dengan 4 dan NO dengan kaki 3 sedangkan kaki 8 akan NC dengan kaki 5
dan NO dengan kaki 6

Instruksi Timer - ON delay


Pada instruksi timer – on delay, output akan menyala setelah x detik ketika input
ditekan. Ketika input dilepas maka output akan mati. Instruksi TIM (Timer) dapat digunakan
sebagai timer / pewaktu ON-Delay pada rangkaian relay. Instruksi ini membutuhkan angka timer
dan nilai set (SV) antara 0000 – 9999 (0 sampai 999,9 detik).
Untuk membuat timer x detik, maka kita hanya memasukkan nilai setting x 0,1
detik. Misalnya, timer yang diinginkan yaitu timer – on delay 5 detik, maka nilai
setting yang harus dimasukkan yaitu 50, dikarenakan 50 x 0,1 detik = 5 detik.

2. Counter (pencacah)
Sebuah counter (piranti pencacah/penghitung) memungkinkan dilakukannya
pencacahan/perhitungan terhadap sejumlah sinyal input pada suatu sistem yang
diinginkan. Hal ini dapat terjadi di dalam situasi di mana, misalnya, dari sekian
banyak barang yang bergerak di atas sebuah ban berjalan, sejumlah tertentu di
antaranya harus dibelokkan dan dimasukkan ke dalam sebuah kotak. Contoh lain,
jumlah putaran suatu batang poros, atau jumlah orang yang melewati suatu pintu
harus dihitung. Counter- counter yang digunakan di dalam penerapan semacam ini
tersedia sebagai komponen yang built-in di dalam PLC.
Pencacah ini akan mencacah naik satu jika kondisi pada masukannya terjadi
perubahan dari “0” menjadi “1”.

Pencacah Naik (Counter Up-Upctr)


Pencacah ini akan mencacah naik satu jika kondisi pada masukannya terjadi
perubahan dari “0” menjadi “1”.

Pencacah Turun (Counter Down – DNctr)


Pencacah ini akan mengurangi satu jika kondisi pada masukannya terjadi perubahan
dari “0” menjadi “1”.
Pada umumnya, counter dibentuk dari beberapa buah rangkaian flip-flop yang jumlahnya
disesuaikan dengan kebutuhan. Menurut cara kerja masukan pulsa ke dalam setiap flip-flop,
maka counter dapat dibagi menjadi:
a.Asynchronous binary counter
b.Sycnchronous binary counter
Sedangkan menurut urutan hitungan yang terbentuk pada outputnya, maka counter dapat
dibagi menjadi: a.Up counter
b.Down counter
c.Up-down counter

A. Asynchronous Binary Up Counter


Counter ini dapat menghitung bilangan biner dengan urutan dari bawah ke atas.
Apabila digunakan 4 buah flip-flop, maka dapat melakukan hitunga paling tinggi adalah
1111. Counter yang dapat menghitung sampai 1111 disebut 4 bit binary counter. Oleh karena
dapat menghitung dengan cara ke atas, maka disebut pula asynchronous 4 binary up counter.

B. Asynchronous Binary Down Counter


Prinsip kerja dari counter ini adalah kebalikan dari up counter, yaitu menghitung bilangan
biner dengan urutan mulai dari atas ke bawah (dari besar ke kecil). Prinsip kerjanya pun tidak
jauh berbeda dari up counter. Bedanya, hanya setiap output flip-flop diambil dari output Q,
sedangkan input clocknya dihubungkan dengan ouput not Q dari flip-flop sebelumnya.

C. Asynchronous Up Down Counter


Suatu rangkaian elektronik yang mempergunakan sistem digital sering memerlukan suatu
alat pencacah yang dapat menghitung ke atas dan bisa juga menghitung ke bawah. Alat
pencacah yang dapat melakukan penghitungan seperti ini disebut dengan binary up down
counter. Alat ini dapat menghitung ke atas dan ke bawah dengan mengatur suatu alat
pengontrol tertentu.

D. Synchronous Binary Up Counter


Jika pada asynchronous counter, pulsa yang akan dihitung datangnya tidak serentak, maka
pada synchronous counter ini pulsa yang ingin dihitung ini masuk ke dalam setiap flip-flop
serentak (bersama-sama) sehinga perubahan output setiap flip-flop akan terjadi secara
serentak. Oleh karena itu proses penghitungan pada synchronous counter ini akan lebih cepat
jika dibandingkan dengan asynchronous counter.
E. Syinchronous Binary Down Counter
Sama dengan synchronous binary up counter di atas, hanya saja bedanyan rangkaian ini
melakukan penghitungan dari atas ke bawah.

F. Synchronous Binary Up Down Counter


Pada rangkaian ini bisa dilakukan proses penghitungan ke atas atau ke bawah dengan
memanfaatkan tombol pengatur proses penghitungan.

Anda mungkin juga menyukai