Disusun oleh
Nama Mahasiswa : Nasya Ayu Lestari Horoni
NIM : 2105051037
EN – 4A
B. Tujuan Percobaan
1. Mengenal suatu bahan isolasi dan menjadi fungsi atau aplikasinya.
2. Membuat urutan/susunan pelaksanaan percobaan.
3. Membuat daftar symbol dan satuan parameter-parameter dalam percobaan.
4. Mengamati proses pendinginan uap dari tabung tak terisolasi dan tabung lainnya yang
memiliki isolasi.
5. Mengukur tekanan dan temperature uap dan jumlah kondesat yang terjadi dalam
tabung selama percobaan.
6. Mengukur temperature rata-rata permukaan tabung dan permukaan luar bahan isolasi
selama percobaan.
7. Menghitung jumlah aliran panas dari masing-masing tabung dan membandingkan
antara tabung-tabung terisolasi terhadap tabung tak terisolasi.
8. Menghitung harga-harga koefisien konduktivitas termal (k) bahan isolasi yang
digunakan.
9. Membuat laporan pengujian terhadap isolasi.
BAB II
DASAR TEORI
A. Konduktivitas
Pada kasus yang paling umum, dalam praktek keteknikan perpindahan panas, maka
panas akan mengalir dari suatu medium melalui dinding padat yang berlaku sebagai penekan
terhadap medium lainnya.
Hal ini yang mempengaruhi perpindahan panas adalah perbedaan temperature atau
temperature gradien, ketebalan material (Hukum Fourier untuk kondisi). Kerugian panas akan
ditransfer dalam waktu periode yang sama. Hal ini juga dapat dikatakan dengan pengertian
bahwa:
o Transfer energi panas = perbedaan temperature
o Transfer energi panas = luas penampang
o Transfer energi panas = 1/ketebalan
Q=
Kerugian energi panas dari fluida uap akan menyebabkan uap tersebut berkondensasi.
Banyaknya kondensat yang terkumpul digunakan untuk menentukan besarnya energi panas
yang bertransmisi. Kondensat tidak lagi perlu melakukan pendinginan. Laju aliran kondensat,
adalah :
Dimana :
VC : volume kondensat (ml atau cm3).
VW : volume spesifik air pada temperatur uap (m3/kg).
t : waktu untuk mengumpulkan kondensat (s).
MC : jumlah kondensat yang terkumpul.
Maka kerugian entalpi atau panas uap adalah :
Dimana :
q : kualitas uap atau fraksi kekeringan uap.
hfg : panas laten uap pada temperatur uap (kJ/kg).
2. Persentase Kualitas Isolasi
Persentase kualitas bahan isolasi untuk energi panas karena kelambatan aliran
(lagging) adalah perbandingan antara selisih kerugian entalpi panas tabung tak terisolasi
(unlagged) dan kerugian entalpi panas tabung terisolasi dengan kerugian panas entalpi uap
tabung tak terisolai tersebut.
Maka :
BAB III
PELAKSANAAN PERCOBAAN
A. Peralatan percobaan
Alat utama :
1. Tabung pipa 1 = tampa isolasi (unflagging)
2. Tabung pipa 2 = fiberglass blanket
3. Tabung pipa 3 = asbestos tape
4. Tabung pipa 4 = chrome finish
Alat Bantu :
1. Katup
2. Stopwatch
3. Thermometer
Menit P T7 T1 L1 T2 T3 L2 T4 T5 L3 T6 L4
0 5,4 144 136 7,2 136 60 2,4 136 106 6,0 141 4,8
20 5,5 142 136 16,7 138 60 6,8 134 109 12,8 142 12
Rata-rata 5,18 142 134,4 9 136,6 60 4,4 136 107 6,8 139 7,2
Q1 = kond . x. hfg
T1 = 142,4 0C (rata-rata)
V1 = 9,5cm . 18 ml/cm
= 171 ml
= 171 . 10-6 m3
Q =
1
=
0,1425
= 0,12942 x 10-3
Sehingga :
Q1=
Q2 = kond . xhfg
T2 = 136,6 0C (rata-rata)
= 60
V2 = 4,4 cm . 18 ml/cm
= 79,2 ml
Q2=
= 0,066
Sehingga :
Q2 =
Tabung III : Isolasi Bahan Asbestos Tape
Q= kond . xhfg
L3 = 12,8 – 6 = 6,8 cm
T4 = 136 0C ( rata-rata )
T5 = 107 0C
V3 = 6,8 cm . 18 ml/cm
= 122,4 ml
= 160,2 . 10-6 m3
Q
3=
= 0,09264 x 10-3
Sehingga :
T6 = 1390C
V4 = 8,2 cm . 18 ml/cm
= 147,6 ml
= 147,6 10-6 m3
Q
4=
= 0,
Sehingga :
Q4 =
LAGGING EFFICIENCY :
1. Bahan Isolasi Fiberglass :
2. Bahan Isolasi Asbestos :
= x 100%
Jawab :
= 0,2191 W/mC
Bahan Asbestos
Jawab :
BAB VII
KETERANGAN TAMBAHAN
Untuk meramalkan konduktivitas termal zat cair dan zat padat ada teori-teori yang
dapat digunakan dalam beberapa situasi, tapi pada umumnya dalam hal zat cair dan zat padat
terdapat banyak masalah yang masih memerlukan panjelasan.
Mekanisme konduktivitas termal pada gas cukup sederhana. Energi kinetic molekul
ditentukan oleh suhunya. Jadi pada bagian bersuhu tinggi molekul-molekul mempunyai
kecepatan yang yang cukup tinggi dari pada yang berada pada bagian bersuhu rendah.
Molekul-molekul itu selalu berada dalam gerakan ambang atau acak, saling bertumbukan satu
sama lain, dimana terjadi pertukaran energi dan momentum. Perlu diingat bahwa molekul-
molekul itu selalu berada pada gerakan nambang walapun tidak terdapat gradien suhu dalam
gas itu. Jadi suatu molekul bergerak dari daerah bersuhu tinggi ke daerah bersuhu rendah,
maka molekul itu mengangkat energi kinetic ke bagian system yang suhunya lebih rendah
dan disini menyerahkan energi pada waktu bertumbukan dengan molekul yang energinya
lebih rendah.
Perhatikan bahwa jika aliran kalor dinyatakan dalam watt,satuan untuk
konduktivitras termal itu adalah W/moC. perhatikan juga bahwa disini terlihat laju kalor dan
nilai angka konduktivitas termal itu. Menunjukkan seberapa cepat kalor mengalir dalam
bahan tertentu. Bagaimana memperhatikan laju perpindahan energi itu dalam model molekul
yang di bahas.
Mekanisme konduktivitas energi termal dalam zat cair secara kualitatif tidak berbeda
dari gas, namun situasinya menjadi jauh lebih rumit karena molekul-molekulnya lebih
berdekatan satu dengan yang lain, sehingga medan gaya magnet/molekul (molecular force
field) lebih besar pengaruhnya pada pertukaran energi dalam proses tubrukan molekul.
Dalam sistem satuan Inggris aliran kalor dinyatakan dalam satuan termal Inggris
perjam (Btu/h),luas permukaan dalam kaki(feet) persegi,dansuhu dalam derajat Fahreinhet.
Dengan demikian, suatu konduktivitas termal adalah Btu/h ft2oF.
Energi termal dihantarkan dalam zat padat menurut salah satu dari dua modus berikut
yaitu melalui geteran kisi(lattice vibration) atau dengan angkuatan melalui electron bebas.
Dalam konduktor listrik, yang baik, dimana terdapat electron bebas yang bergerak didalam
kisi bahan,maka disamping dapat mengangkut muatan listrik dapat pula membawa energi
termal dari daerah bersuhu tinggi ke daerah yang bersuhu rendah, sebagaimana halnya dalam
gas. Bahkan electron ini sering disebut gas electron (electron gas).
Namun pada umumnya perpindahan energi melalui gerakan ini tidaklah sebanyak
dengan cara angkutan lektron, karena itu penghantar listrik yang baik selalu merupakan
penghantar kalor yang baik pula, seperti halnya tembaga, aluminium dan perak.
Sebaliknya isolator yang baik merupakan isolator kalor pula konduktivitas termal dari
berbagai isolator juga diberikan dalam table dilampiran. Sebagai contoh, nilai untuk
woolkaca (glass wool) adalah 0,038 W/moC dan untuk kaca jendala 0,78 W/moC. pada suhu
tinggi perpindahan energi pada bahan isolator berlangsung melalui konduksi dan radiasi.
Satu masalah teknis yang cukup penting ialah masalah pengangkutan dan penimbunan
zat-zat kriogenik, seperti hydrogen cair untuk waktu yang cukup lama. Masalah tersebut ialah
telah menyebabakan dikembangkannya super isolasi untuk pemakaian pada suhu sangat
rendah (sampai kira-kira -250). Super isolator yang paling efektif terdiri dari lapisan-lapisan
rangkap yang terbuat dari bahan yang berdaya refleksi tinggi dengan isolator-isolator sebagai
pengantar. Dengan demikian konduktivitas termal sampai serendah 0,3 m N/moC.
Jadi konduktivitas termal gas tergantung pada suhu, penggolongan analisis yang
disederhanakan menunjukkan bahwa konduktivitas termal gas berubah menurut akar pangkat
dua dari suhu absolute.
Energi termal dihantarkan dalam zat padat maupun menurut salah satu dari modus
berikut : melalui getaran kisi (lattice vibration) atau dengan angkutan melalui electron bebas.
Dalam konduktor listrik yang baik, dimana electron bebas yang bergerak dalam struktur kisi-
kisi,maka electron samping dapat mengangkut muatan listrik dapat pula membawa energi
termal.
Daftar simbol
Q = besar enrgi panas yang di transfer (kW)
K = konduktivitas termal (kW/moC)
A = luas penampang tabung (m2)
l = tinggi level kondesat (bar absolute )
P = tekanan rata-rata
X = nilai kualitas uap
f = density air (kg/m3)
V = volume kondesat (m3)
Hfg = panas ledant uap pada temperature (kj/kg)
mk = jumlah kondesat yang terkumpul (kg/detik)
Vf = volume spesifik air pada temperature (m3/kg)
Ŋ = efisiensi kelembapan (%)
T2 = suhu pada permukaan metal fiberglass (oC)
T3 = suhu permukaan luar fiberglass (oC)
T4 = suhu pada permukaan metal asbestos (oC)
T5 = suhu permukaan luar metal asbestos (oC)
Logam
Perak (murni) 410 237
Tembaga (murni) 385 223
Aluminium (murni) 202 117
Nikel (murni) 93 54
Besi (murni) 73 42
Baja karbon, 1%C 43 25
Timbal (murni) 35 20.3
Baja – krom nikel 16.3 9.4
(18% Cr,8%Ni)
Kuarsa (sejajar sumbu)
Magnesit 41.6 24
Marmer 4.15 2.4
Batu Pasir 2.08-2.94 1.2-1.7
Kaca Jendela 1.83 1.06
Kayu Mapal/ek 0.78 0.45
Serbuk Gegaji 0.17 0.096
Wol Kaca 0.059 0.034
Zat cair 0.038 0.022
Air-raksa
Air 8.21 4.74
Amonia 0.556 0.327
Minyaklumas,SAESO 0.540 0.312
Freon 12, ccl2 F2 0.147 0.085
Gas 0.073 0.042
Hidrogen 0.175 0.101
Helium 0.141 0.081
BAB VIII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil percobaan dan analisa data hasil percobaan yang telah yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan :
1. Jumlah energi panas (heat) yang dilepaskan oleh tabung adalah :
Q untuk: Tabung 1, tanpa isolasi = 248,422x 10-3 kJ/s
Tabung 2, fiber glass = 143,858 x 10-3 kJ
/s
Tabung 3, asbestos tape = 177,82 x 10-3 kJ/s
Tabung 4, chrome = 214,427 x 10-3 kJ/s
2. Efisiensi kelambatan atau Lagging Eficiency
Fibre Glass Blanket = 42,09 %
Asbestos Tape = 28,42 %
Chrome Finish = 13,69 %
3. Isolasi yang paling baik adalah fibreglass blanket
4. Konduktivitas Thermal (k) tergantung dari jenis bahan. Dari percobaan diperoleh :
k fibreglass blanket = 0,2191 W/m°C
k Asbestos Tape = 0,1518 W/m°C
5.Nilai kalor yang ditransfer dan nilai kelembaban efisiensi tertinggi pada tabung
yang di isolasi dengan bahan fibre glass.
B. Saran
Untuk dapat melaksanakan percobaan dengan baik dan memperoleh hasil yang benar,
maka perlu diperhatikan hal – hal berikut :
1. Memahami benar tentang pengujian isolasi dan konduktivitas thermal.
2. Melakukan percobaan sesuai dengan prosedur untuk menghindari hal – hal yang tidak
diinginkan.
3. Melakukan pengamatan pengukuran seteliti mungkin.
4. Memeriksa keadaan peralatan sebelum dan sesudah praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Holman, J.P.1994. Perpindahan kalor cetakan keempat. Erlangga:Jakarta
Kinsky,Roger.1989. Heat Engineering, third edition.McGrow-Hill Book Company Sydney.
Reynold C.William,Perkiris C.Hendry.1994. Termodinamika. Erlangga: Bandung