PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam kemajuan teknologi sekarang ini banyak di buat peralatan-peralatan
inovatif dan tepat guna, salah satu contoh dalam bidang teknik mesin
terutamnya dalam bidang instrumentasi dan kontrol. Diantaranya adalah
pemanfaatan peralatan elektronik untuk membantu, memudahkan kinerja dan
tugas manusia. Pada eras sekarang ini banyak kegitan manusia yang mulai di
cover oleh sebuah sistem teknologi yang biasa kitas sebut dengan istilah robot.
Robot merupakan sebuah kumpulan dari berbagi macam alat kerja yang
dijadikan satu dan bekerja secara otomatis sesuai dengan perintah kerja yang
dibuat guna untuk mempermudah kinerja manusia. Dengan adanya robot sangat
mempermudah dan mengurangi biaya karyawan secara banyak. Selain dari pada
itu dengan bantuan kerja robotic proses produksi khususnya diperusahaan
manufacture menjadi lebih cepat dan tingkat keakuratannya menjadi lebih lebih
baik. Teknologi robotic sangat membantu perusahaan-perusahaan dengan
tingkat akangka kecelakaan kerja tinggi, dalam hal ini tentunya akan menjadi
solusi akan meminimalisir tingginya akangka kecelakaan kerja akibat resiko
kerja tinggi.
Instrumensi merupakan salah satu ilmu teknik yang makin terasa
keperluannya dalam kehidupan sehari-hari untuk mendapatkan nilai yang
akurat. Keberhasilan teknologi saat ini sangat tergantung pada kemampuan
memilih dan keberhasilan memanfaatkan secara optimal sistem-sistem
instrumensi.
2. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan sensor dan transduser?
b. Apa yang dimaksud dengan pengkondisian sinyal?
c. Apa yang dimaksud dengan definisi dalam instrumentasi?
d. Apa yang dimaksud dengan analisis statistik?
e. Apa yang dimaksud dengan kemungkinan kesalahan?
f. Apa yang dimaksud dengan karakteristik sistem instrumentasi?
3. Tujuan.
a. Mengetahui apa yang dimaksud dengan sensor dan transduser.
b. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pengkondisian sinyal.
c. Mengetahui apa yang dimaksud dengan definisi dalam instrumentasi.
d. Mengetahui apa yang dimaksdu dengan analisis statistik.
e. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kemungkinan kesalahan.
f. Mengetahui apa yang dimaksud dengan karakteristik sistem
instrumentasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Sensor Magnet
Sensor Magnet atau disebut juga relai buluh, adalah alat yang akan
terpengaruh medan magnet dan akan memberikan perubahan kondisi pada
keluaran. Seperti layaknya saklar dua kondisi (on/off) yang digerakkan oleh
adanya medan magnet di sekitarnya. Biasanya sensor ini dikemas dalam
bentuk kemasan yang hampa dan bebas dari debu, kelembapan, asap
ataupun uap.
Gambar 3.9 Sensor Magnet
4. Waktu tanggapan
Waktu tanggapan adalah waktu yang diperlukan keluaran
sensor untuk mencapai nilai akhirnya pada nilai masukan yang
berubah secara mendadak.Sensor harus dapat berubah cepat bila
nilai masukan pada sistem tempat sensortersebut berubah.
Tanggapan waktu pada sensor menunjukan seberapa cepat
tanggapanya terhadap perubahan masukan. Sebagai contoh,
instrument dengan tanggapan frekuensi yang jelek adalah sebuah
thermometer merkuti. Masukannya adalah temperature dan
keluarannya adalah posisi merkuri. Misalnya perubahan temperature
terjadi sedikit demi sedikit dan kontinyu terhadap waktu, seperti
tampak pada gambar 3.4 (a).
C. Macam-macam Sensor
Beberapa jenis sensor yang banyak digunakan dalam rangkaian elektronik antara
lain sensor cahaya, sensor suhu, dan sensor tekanan.
Jenis sensor secara garis besar bisa dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
1. Sensor Fisika
2. Sensor Kimia
Sensor fisika adalah sensor yang mendeteksi suatu besaran berdasarkan hokum-
hukum fisika. Yang termasuk kedalam jenis sensor fisika yaitu:
Sensor cahaya
Sensor suara
Sensor suhu
Sensor gaya
Sensor percepatan
Sensor kimia adalah sensor yang mendeteksi jumlah suatu zat kimia dengan cara
mengubah besaran kimi menjadi besaran listrik. Biasanya ini melibatkan beberapa
reaksi kimia. Yang termasuk kedalam jenis sensor kimia yaitu :
Sensor PH
Sensor Gas
Sensor oksigen
Sensor Ledakan
untuk selanjutnya pembahsan kita akan lebih difokuskan pada jenis Sensor Fisika
dan implementasinya dalam rangkaian elektronika sederhana
D. SENSOR FISIKA
1. SENSOR CAHAYA
Sensor cahaya adalah komponen elektronika yang dapat memberikan
perubahan besaran elektrik pada saat terjadi perubahan intensitas cahaya yang
diterima oleh sensor cahaya tersebut.Sensor cahaya dalam kehidupan sehari-hari
dapat kita temui pada penerima remote televisi dan pada lampu penerangan jalan
otomatis.
enis-Jenis Sensor Cahaya
Dilihat dari perubahan output sensor cahaya maka sensor cahaya dapat dibedakan
kedalam 2 tipe yaitu :
Sensor cahaya tipe fotovoltaik
Sensor cahaya tipe fotokonduktif
Kemudian apabila dilihat dari cahaya yang diterima sensor cahaya tersebut, maka
sensor cahaya dapat dibagi dalam beberapa tipe sebagai berikut :
Sensor cahaya infra merah
Sensor cahaya ultraviolet
d. Photo Transistor
Photo transistor memiliki resistansi antara kaki kolektor dan emitor dapat
berubah sesuai intensitas cahaya yang diterimanya. Photo transistormemiliki 2
terminal output dengan nama emitor dan colektor, dimana nilai resistansi emeitor
dan kolektro tersebut akan semakin rendah apabila intensitas cahaya yang diterim
photo transistor semnakin tinggi.
Photo Transistor adalah Transistor yang dapat mengubah energi cahaya menjadi
listrik dan memiliki penguat (gain) Internal. Penguat Internal yang terintegrasi ini
menjadikan sensitivitas atau kepekaan Photo Transistor terhadap cahaya jauh lebih
baik dari komponen pendeteksi cahaya lainnya seperti Photo Diode ataupun Photo
Resistor. Cahaya yang diterima oleh Photo Transistor akan menimbulkan arus pada
daerah basis-nya dan menghasilkan penguatan arus hingga ratusan kali bahkan
beberapa ribu kali. Photo Transistor juga merupakan komponen elektronika yang
digolongkan sebagai Transduser.
Photo Transistor dirancang khusus untuk aplikasi pendeteksian cahaya
sehingga memiliki Wilayah Basis dan Kolektor yang lebih besar dibanding dengan
Transistor normal umumnya. Bahan Dasar Photo Transistor pada awalnya terbuat
dari bahan semikonduktor seperti Silikon dan Germanium yang membentuk
struktur Homo-junction.
Namun seiring dengan perkembangannya, Photo Transistor saat ini lebih
banyak menggunakan bahan semikonduktor seperti Galium Arsenide yang
tergolong dalam kelompok Semikonduktor III-V sehingga membentuk struktur
Hetero-junction yang memberikan efisiensi konversi lebih tinggi.Yang dimaksud
dengan Hetero-junction atau Heterostructure adalah Struktur yang menggunakan
bahan yang berbeda pada kedua sisi persimpangan PN.
Photo Transistor pada umumnya dikemas dalam bentuk transparan pada
area dimana Photo Transistor tersebut menerima cahaya.
Photo Transistor pada umumnya dikemas dalam bentuk transparan pada area
dimana Photo Transistor tersebut menerima cahaya. Berikut ini adalah bentuk dan
simbol Photo Transistor (Transistor Foto).
Cara kerja Photo Transistor atau Transistor Foto hampir sama dengan
Transistor normal pada umumnya, dimana arus pada Basis Transistor dikalikan
untuk memberikan arus pada Kolektor. Namun khusus untuk Photo Transistor, arus
Basis dikendalikan oleh jumlah cahaya atau inframerah yang diterimanya.Oleh
karena itu, pada umumnya secara fisik Photo Transistor hanya memiliki dua kaki
yaitu Kolektor dan Emitor sedangkan terminal Basisnya berbentuk lensa yang
berfungsi sebagai sensor pendeteksi cahaya.
Pada prinsipnya, apabila Terminal Basis pada Photo Transistor menerima intensitas
cahaya yang tinggi, maka arus yang mengalir dari Kolektor ke Emitor akan semakin
besar.
Gambar fototrasistor
e. Photo Dioda
Photodioda adalah suatu jenis dioda yang resistansinya berubah-ubah kalau
cahaya yang jatuh pada dioda berubahubah intensitasnya.Dalam gelap nilai
tahanannya sangat besar hingga praktis tidak ada arus yang mengalir.Semakin kuat
cahaya yang jatuh pada dioda maka makin kecil nilai tahanannya, sehingga arus
yang mengalir semakin besar. Jika photodiode p-n bertegangan balik disinari, maka
arus akan berubah secara linier dengan kenaikan fluks cahaya yang dikenakan pada
persambungan tersebut.
Photodioda terbuat dari bahan semikonduktor. Biasanya yang dipakai
adalah silicon (Si) atau gallium arsenide (GaAs), dan lain-lain termasuk indium
antimonide (InSb), indium arsenide (InAs), lead selenide (PbSe), dan timah sulfide
(PBS). Bahan-bahan ini menyerap cahaya melalui karakteristik jangkauan panjang
gelombang, misalnya: 250 nm ke 1100 untuk nm silicon, dan 800 nm ke 2,0 μm
untuk GaAs.
Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda
dengan diode biasa, komponen elektronika ini akan mengubah cahaya menjadi arus
listrik. Cahaya yang dapat dideteksi oleh diode foto ini mulai dari cahaya infra
merah, cahaya tampak, ultra ungu sampai dengan sinar-X. Aplikasi diode foto
mulai dari penghitung kendaraan di jalan umum secara otomatis, pengukur cahaya
pada kamera serta beberapa peralatan di bidang medis.Alat yang mirip dengan
Dioda foto adalah Transistor foto (Phototransistor).Transistor foto ini pada
dasarnya adalah jenis transistor bipolar yang menggunakan kontak (junction) base-
collector untuk menerima cahaya.Komponen ini mempunyai sensitivitas yang lebih
baik jika dibandingkan dengan Dioda Foto.Hal ini disebabkan
karena elektron yang ditimbulkan oleh foton cahaya pada junction ini di-injeksikan
di bagian Base dan diperkuat di bagian Kolektornya. Namun demikian, waktu
respons dari Transistor-foto secara umum akan lebih lambat dari pada Dioda-Foto.
Photo dioda digunakan sebagai komponen pendeteksi ada tidaknya
cahaya maupun dapat digunakan untuk membentuk sebuah alat ukur akurat yang
dapat mendeteksi intensitas cahaya dibawah 1pW/cm2 sampai intensitas diatas
10mW/cm2. Photo dioda mempunyai resistansi yang rendah pada kondisi forward
bias, kita dapat memanfaatkan photo dioda ini pada kondisi reverse bias dimana
resistansi dari photo dioda akan turun seiring dengan intensitas cahaya yang masuk.
Komponen ini mempunyai sensitivitas yang lebih baik jika dibandingkan
dengan diode pekacahaya.Halini disebabkan karena electron yang ditimbulkan oleh
foton cahaya padajunction ini diinjeksikan di bagian Base dan diperkuat di bagian
kolektornya. Namun demikian,waktu respon dari transistor foto secara umum akan
lebih lambat dari pada dioda peka cahaya.Jika photo dioda tidak terkena cahaya,
maka tidak ada arus yang mengalir ke rangkaian pembanding, jika photodioda
terkena cahaya maka photodiode akan bersifat sebagai tegangan, sehingga Vcc dan
photo dioda tersusun seri, akibatnya terdapat arus yang mengalir ke rangkaian
pembanding.
photodioda terbuat dari bahan semikonduktor yaitu silicon (Si), atau Galium
Arsenida, dan yang lain adalah Insb, InAs, PbSe. Material-material ini meyerap
cahaya dengan karakteristik panjang gelombang mencangkup: 2500 Å – 11000 Å
untuk silicon, 8000 Å – 20,000 Å untuk GaAs. Ketika sebuah photon (satu satuan
energi dalam cahaya) dari sumber cahaya diserap, hal tersebut membangkitkan
suatu elektron dan menghasilkan sepasang pembawa muatan tunggal, sebuah
elektron dan sebuah hole, di mana suatu hole adalah bagian dari kisi-kisi
semikonduktor yang kehilangan elektron.
Photodioda dibuat dari semikonduktor dengan bahan yang populer adalah
silicon (Si) atau galium arsenida ( GaAs), dan yang lain meliputi InSb, InAs, PbSe.
Material ini menyerap cahaya dengan karakteristik panjang gelombang mencakup:
2500 Å – 11000 Å untuk silicon, 8000 Å – 20,000 Å untuk GaAs. Ketika sebuah
photon (satu satuan energi dalam cahaya) dari sumber cahaya diserap, hal tersebut
membangkitkan suatu elektron dan menghasilkan sepasang pembawa muatan
tunggal, sebuah elektron dan sebuah hole, di mana suatu hole adalah bagian dari
kisi-kisi semikonduktor yang kehilangan elektron. Arah Arus yang melalui sebuah
semikonduktor adalah kebalikan dengan gerak muatan pembawa.cara tersebut
didalam sebuah photodiode digunakan untuk mengumpulkan photon –
menyebabkan pembawa muatan (seperti arus atau tegangan) mengalir/terbentuk di
bagian-bagian elektroda.
Prinsip kerja photodioda :
Cahaya yang diserap oleh photodiode
Terjadinya pergeseran foton
Menghasilkan pasangan electron-hole dikedua sisi
Electron menuju [+] sumber & hole menuju [-] sumber
Sehingga arus akan mengalir di dalam rangkaian
Saat photodiode terkena cahaya, maka akan bersifat sebagai sumber
tegangan dan nilai resistansinya akan menjadi kecil.Saat photodiode tidak terkena
cahaya, maka nilai resistansinya akan besar atau dapat diasumsikan tak
hingga.besarnya tegangan atau arus listrik yang dihasilkan oleh photodiode
tergantung besar kecilnya radiasi yang dipancarkan oleh infrared
Photodioda digunakan sebagai penangkap gelombang cahaya yang
dipancarkan oleh Infrared. Besarnya tegangan atau arus listrik yang dihasilkan oleh
photodioda tergantung besar kecilnya radiasi yang dipancarkan oleh infrared
Setiap warna bisa disusun dari warna dasar.Untuk cahaya, warna dasar
penyusunnya adalah warna Merah, Hijau dan Biru, atau lebih dikenal dengan istilah
RGB (Red-Green-Blue).Gambar2 memperlihatkan beberapa sampel warna dan
komposisi RGB-nya terskala 8 bit.
a. Microphone
Micropone adalah komponen elektronika dimana cara kerjanya
yaitu membran yang digetarkn oleh gelobang suara akan menghasilkan
sinyal listrik dan lain-lain.
Gambar (mikrofon)
b. Kondensor Mikrofon
Sensor suara yang paling umum adalah mikrofon kondensor. Jenis sensor
ini disebut juga prepolarized (yang berarti bahwa sumber daya termasuk dalam
mikrofon) atau eksternal terpolarisasi. Eksternal mikrofon kondensor terpolarisasi
membutuhkan sumber daya tambahan, yang menambah biaya untuk proyek-
proyek. Mikrofon Prepolarized lebih disukai di lingkungan lembab di mana
komponen power supply bisa rusak, dan mikrofon kondensor eksternal terpolarisasi
lebih disukai di lingkungan suhu tinggi.
Aplikasi jenis sensor ini banyak diaplikasikan untuk bidang music. Mikrofon
dinamis (mics) terdiri dari kumparan suara melekat pada diafragma ringan yang
tergantung di sebuah medan magnet. Ketika suara menyebabkan diafragma
bergetar, kumparan bergerak dalam medan magnet, dan akibatnya tegangan listrik
bolak kecil dihasilkan yang sebanding dengan suara diterima. Mica dinamis tidak
memerlukan daya eksternal, jenis ini kuat, dan juga digunakan secara ekstensif
dalam suara hidup untuk digunakan vokal dan instrumen, mereka sesuai dengan
suara instrumen tertentu seperti gitar listrik dan bass, dekat- drum mic'ed dan
beberapa instrumen kuningan.
3. Sensor suhu
Suhu merupakan keadaan tingkat panas atau dingin pada benda, baik
benda padat, cair ataupun benda gas. Tingkatan suhu pada suatu ruang dapat
diukur dengan menggunakan sensor suhu yang terpasang pada ruang tersebut.
Besaran suhu tidak bisa langsung diterima oleh komponen elektronik,
sehingga perlu perantara pengubah keadaan suhu menjadi besaran elektronik.
c) Thermistor
Adalah resistor yang peka terhadap panas yang biasanya mempunyai
koefisien suhu negatif. Karena suhu meningkat, tahanan menurun dan
sebaliknya. Thermistor sangat peka (perubahan tahanan sebesar 5 % per °C)
oleh karena itu mampu mendeteksi perubahan kecil di dalam suhu.
4. Sensor gaya
Sensor gaya muatan Berfungsi untuk mengubah gaya, beban, torsi dan regangan
menjadi resistansi/hambatan. Sensor ini terbuat dari kawat tahanan tipis
berdiameter sekitar 1 mm. Kawat tahanan yang biasa digunakan adalah campuran
dari bahan konstantan (60 % Cu dan 40 % Ni). Kawat tahanan ini dilekatkan pada
papan penyangga membentuk strain gage dengan tipe-tipe:
a. Bonded strain gage
Strain gage dipasang/ditempelkan pada logam yang lentur yang dengan permukaan
yang rata agar saat logam meregang strain gage juga ikut meregang tetapi tidak
bergeser dar posisinya. Dengan melengkungnya besi/logam membuat strain gage
melengkung juga/meregang sehingga resistansinya berubah.
Gambar proses peregangan strain gage yang ditempelkan pada logam :
Karakteristik strain gage dihitung dengan rumus :
Secara prinsip apabila strain gauge diberi tekanan maka tahanan listrik
straingauge akan berubah karena proses deformasi pada strain gauge. denganbesar
perubahan tahanan listrikberbanding lurus dengan besarnya perubahan tekanan
yang diterima straingauge.
c. Pengukuran strain gauge
Pengukuran ketegangan menggunakan strain gauge dilakukan dengan
menempatkan strain gauge pada rangkaian jembatan. Dalam prakteknya, orde
pengukuran strain tidak lebih dari milistrain (e x 10-3), oleh karena itu pengukuran
ketegangan memerlukan pengukuran yang sangat akurat dari perubahan yang
sangat kecil dari resistansinya. Nilai perubahan tahanan pada strain gauge yang
mengalami perubahan tekanan tidak signifikan, sehingga untuk dapat memberikan
perubahan nilai elektrik maka
perubahan tahanan pada strain gauge ini dimasukan ke dalam rangkaian jembatan
wheatstone seperti gambar berikut.
5. Sensor percepatan
7. Sensor Penyandi
Sensor Penyandi ( Encoder ) digunakan untuk mengubah gerakan
linear atau putaran menjadi sinyal digital, dimana sensor putaran memonitor
gerakan putar dari suatu alat. Sensor ini biasanya terdiri dari 2 lapis jenis
penyandi, yaitu; Pertama, Penyandi rotari tambahan ( yang mentransmisikan
jumlah tertentu dari pulsa untuk masing-masing putaran ) yang akan
membangkitkan gelombang kotak pada objek yang diputar. Kedua, Penyandi
absolut ( yang memperlengkapi kode binary tertentu untuk masing-masing
posisi sudut ) mempunyai cara kerja sang sama dengan perkecualian, lebih
banyak atau lebih rapat pulsa gelombang kotak yang dihasilkan sehingga
membentuk suatu pengkodean dalam susunan tertentu. Masih banyak
kekurangan dalam pengoperasian alat teknologi pada saat ini yaitu pada tingkat
accuration, safety dan juga kemudahan dalam pengaplikasiannya. Oleh karena
itu maka dibutuhkan Sensor. Sensor adalah suatu alat yang mempermudah kerja
user dengan tingkat kesalahan kecil dan mudah untuk dioperasikan.
Dalam kesempatan kali ini kita akan mencoba membahas mengenai Sensor
Encoder atau Sensor Penyandi. Cara Kerja dari Sensor Encoder masih jarang
diketahui oleh kalangan umum atau masyarakat awam, hal ini dikarenakan
sistem kerja sensor ini memang sangat rumit dan komplek untuk tingkat pemula
ataupun yang sudah berpengalaman sekalipun. Shaft Encoder atau Rotary
Encoder adalah suatu device elektromekanikal yang digunakan untuk
mengubah posisi sudut dari roda ke dalam kode digital, menjadikannya
semacam tranduser. Device ini biasanya dipakai atau digunakan dalam bidang
robotika, seperti optomekanikal mouse & trackball, serta digunakan juga pada
kendali putaran radar, dll.
Sensor Encoder digunakan untuk mengubah gerakan linear atau putaran
menjadi sinyal digital, dimana sensor putaran memonitor gerakan putar dari
suatu alat. Sensor ini biasanya terdiri dari 2 lapis jenis penyandi :
Prinsip Kerja dari sensor ini adalah saat rangkaian sumber cahaya diberi
VCC 5 Volt dan menghasilkan cahaya, cahaya masuk pada photodioda tidak
terhalangi maka akan menghasilkan tegangan 5V dan begitu juga sebaliknya saat
terhalangi maka akan menghasilkan tegangan 0V. Dimana tegangan menjadi
inputan untuk mikrokontroler.
Sensor ini adalah saat rangkaian sumber cahaya diberi VCC 5 Volt
dan menghasilkan cahaya, cahaya masuk pada photodioda tidak terhalangi
maka akan menghasilkan tegangan 5V dan begitu juga sebaliknya saat
terhalangi maka akan menghasilkan tegangan 0V. Dimana tegangan
menjadi inputan untuk mikrokontroler.
Contoh Aplikasi :
SENSOR KIMIA
MACAM-MACAM SENSOR KIMIA.
Zirconia Gas Sensor atau disebut juga lambda pertama kali dikembangkan oleh
perusahaan Bosch GbmH Robert selama akhir 1960-an dibawah pengawasan Dr
Gunter Bauman. Contoh penggunaan sensor oksigen adalah pada teknologi motor
injeksi, dimana kadar racun gas buang akan diukur oleh sensor oksigen kemudian
apabila kadar racunnya masih tinggi, maka sensor oksigen akan memberikan umpan
balik ke ECU untuk mengatur kembali semprotan bensinnya. Sensor oksigen pada
teknologi motor injeksi ini bertujuan untuk menjaga campuran gas pembakaran
(udara dan bensin) agar tetap ideal.
Sensor ini melaporkan hasil deteksi kualitas udara berupa perubahan nilai
resistansi analog di pin keluarannya. Pin keluaran ini bisa disambungkan dengan
pin ADC (analog-to-digital converter) di mikrokontroler
atau pin analog input dengan menambahkan satu buah resistor saja (berfungsi
sebagai pembagi tegangan / voltage divider).
Dari sisi pola aktivasinya, tranduser dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Tranduser pasif, yaitu tranduser yang dapat bekerja bila mendapat energi
tambahan dari luar.
Klasifikasi Tranduser
1. Self generating tranduser (tranduser pembangkit sendiri)
Self generating transduser adalah tranduser yang hanya memerlukan satu
Sumber energi. Contoh: piezoelectric, termocouple, photovoltatic, termistor,
dsb. Ciri tranduser ini adalah dihasilkannya suatu energy listrik dari tranduser
secara langsung. Dalam hal ini tranduser berperan sebagai sumber tegangan.
Linieritas adalah suatu sifat yang penting dalam suatu tranduser. Bila suatu
tranduser adalah linier, maka bila masukan menjadi dua kali lipat, maka keluaran
misalnya menjadi dua kali lipat juga. Hal ini tentu akan mempermudah dalam
memahami dan memanfaatkan tranduser tersebut.
Ketidaklinieran setidaknya dapat dibagi menjadi dua, yaitu ketidak-linieran
yang diketahui dan yang tidak diketahui. Ketidaklinieran yang tidak diketahui
tentu sangat menyulitkan, karena hubungan masukan – keluaran tidak diketahui.
Seandainya tranduser semacam ini dipakai sebagai alat ukur, ketika masukan
menjadi dua kali lipat, maka keluarannya menjadi dua kali lipat atau tiga kali
lipat, atau yang lain, tidak diketahui. Sehingga untuk tranduser semacam ini,
perlu dilakukan penelitian tersendiri untuk mendapatkan hubungan masukan
keluaran, sebelum memanfaatkannya.
Adapun untuk ketidaklinieran yang diketahui, maka tranduser yang
memiliki watak semacam ini masih dapat dimanfaatkan dengan menghindari
ketidaklinierannya atau dengan melakukan beberapa transformasi pada rumus-
rumus yang menghubungkan masukan dengan keluaran. Contoh ketidaklinieran
yang diketahui misalnya: daerah mati (dead zone), saturasi (saturation),
logaritmis, kuadratis dan sebagainya. Perinciannya adalah sebagai berikut:
1. Daerah mati (dead zone) artinya adalah ketika telah diberikan masukan,
keluaran belum ada. Baru setelah melewati nilai ambang tertentu, ada
keluaran yang proporsional terhadap masukan.
Gambar 3.36 Daerah Mati (Dead Zone)
4. PENGKONDISIAN SINYAL
Seringkali, pilihan mengenai karakteristik suatu sensor terhadap variabel
masukan sangatlah terbatas, sehingga diperlukan adanya suatu pengkondisian
sinyal. Pengkondisian sinyal ini berkaitan dengan operasi-operasi yang
dikenakan pada sinyal guna mengkonversi sinyal tersebut ke bentuk yang sesuai
dengan yang diperlukan untuk interface dengan elemen-elemen lain dalam
sistem instrumentasi. Efek pengkondisian sinyal pada sinyal masukan sering
dinyatakan dalam bentuk fungsi alih. Pengkondisi sinyal dapat dikelompokkan
dalam beberapa jenis, seperti yang akan diuraikan berikut.
b. Linierisasi
Hubungan antara keluaran dengan masukan sensor seringkali tidak
linier. Oleh karena itu diperlukan suatu rangkaian untuk linierisasi sinyal
tersebut, seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 3.38. Tujuan linierisasi
adalah untuk mendapatkan keluaran yang berubah secara linier terhadap
variabel masukan meskipun keluaran sensornya tidak linier. Rangkaian
linierisasi ini sulit dirancang, dan biasanya bekerja hanya dalam batas yang
sempit. Cara linierisasi yang lebih modern adalah seara perangkat lunak,
yaitu dengan membolehkan sinyal tak linier sebagai masukan ke komputer
dan selanjutnya melakukan linierisasi dengan menggunakan perangkat
lunak.
c. Konversi
Pengkondisian sinyal dalam hal ini digunakan untuk mengkonversi
suatu jenis perubahan listrik ke jenis perubahan listrik yang lain. Konversi
ini diperlukan misalnya dalam transmisi sinyal dan interface dengan sistem
digital.
Transmisi Sinyal Untuk transmisi sinyal seringkali digunakan
transmisi arus karena tidak dipengaruhi oleh perubahan beban. Standard
level arus yang digunakan adalah 4 sampai 20 mA.
Interface Digital Penggunaan komputer dalam sistem instrumentasi
akan memerlukan suatu konversi dari data analog ke data digital, yaitu yang
dilakukan oleh ADC. Konversi ini biasanya memerlukan pengaturan level
sinyal analog agar sesuai dengan masukan yang diperlukan oleh ADC.
d. Pem-filteran dan Penyesuaian Impedansi
Dalam banyak kejadian, sinyal yang diperlukan sering bercampur
dengan sinyal yang tidak diinginkan (noise). Untuk menyingkirkan sinyal
yang tidak diinginkan tersebut dapat digunakan filter yang sesuai, yaitu low-
pass filter (LPF), high-pass filter (HPF), notch filter, atau gabungan dari
filter-filter tersebut.
Penyesuaian impedansi kadang diperlukan, yaitu apabila impedansi
internal transduser atau impedansi saluran dapat menyebabkan terjadinya
suatu kesalahan dalam pengukuran suatu variabel.
e. Konsep Pembebanan
Salah satu hal yang sangat penting dalam pengkondisian sinyal analog
adalah adanya pengaruh pembebanan pada suatu rangkaian oleh rangkaian lain,
yang dapat menyebabkan terjadinya ketidakpastian dalam amplituda tegangan.
Gambar 3.39 memperlihatkan efek pembebanan pada sensor, yang dalam hal
ini dinyatakan dalam rangkaian setara Thevenin.
Rx
Vx Vy RL
x
Penyelesaian:
Suatu contoh penyelesaian yang naif diperlihatkan dalam Gambar 3.39a.
Tegangan sensor dalam keadaan tanpa beban diperoleh dari fungsi alih:
VT 20mV / o C 50 o C 1,0V
Tegangan keluaran penguat:
Vo 10Vi 10 1,0V 10V (Salah!)
Penyelesaian yang benar diperlihatkan dalam Gambar 3.39b.
Tegangan yang sebenarnya muncul pada terminal masukan penguat adalah:
5 k
Vi VT 1 0,67 V
10k 5k
dengan VT = 1,0 V
Dengan demikian besarnya tegangan keluaran penguat adalah :
Vo 10 0,67V 6,7V
T
20 mV/oC VT Vin Gain = 10
Vo
Vo
Gain = 10
6. ANALISIS STATISTIK
Analisis statistic terdapat data pengukuran adalah pekerjaan yang biasa
sebab memungkinkan penentuan ketidak pastian hasil pengujian akhir secara
analitis. Hasil dari suatu pengukuran dengan metode tertentu dapat diramalkan
berdasarkan data contoh tanpa memiliki informasi yang lengkap mengena
semua faktor-faktor gangguan.
a. Nilai rata-rata (arithametic mean)
Nilai rata-rata diberikan oleh persamaan berikut:
𝑥1 + 𝑥2 +𝑥3 +𝑥4 +⋯+𝑥𝑛 ∑𝑥
X= =
𝑛 𝑛
x = nilai rata-rata
𝑥1 + 𝑥2 + 𝑥3 = pembacaan yang dilakukan
𝑛 = jumlah pembaca
b. Penyimpanan terhdap nilai rata-rata
Penyimpangan (deviasi) adalah selisih antara suatu pembacaan terhadap
nilai rata-rata dalam sekelompok pembaca. Jika penyimpangan
pembacaan pertama 𝑥1 adalah d1 , penyimpangan pembacaan kedua x2
adalah d2, dan seterusnya, maka penyimpangan-penyimpangan
terhadap nilai rata-rata adalah
d. Deviasi standar
Deviasi standar merupakan cara yang sangat ampuh untuk menganalisa
kesalahan-kesalahan acak secara statistik. Deviasi standar dari
jumlahdata terbatas sidefinisikan sebagai akar daru penjumlahan semua
penyimpangan (devisiasi) setelan dikuadratkan dibagi dengan banyak
pembacaan. Secara sistematis dituliskan:
d. Kesalahan Sistematik
1. Sumber Eror Sistematik
Eror sistematik pada output beberapa instrnrnen adalah akibat
faktor bawaan pada pembuatan instrumen yang e1uar dan toleransi
komponen instrumen. Eror sistematik juga dapat disebabkan karena
pengausan komponen instrumen. Pada kasus lain, eror sisternatik
disebabkan oleh efek gangguan lingkungan maupun gangguan
pengukuran yang muncul akibat aksi pengukuran. Sumber eror
sistematik yang beragarn tersebut, dan cara bagaimana magnitudo
eror dapat direduksi, didiskusikan berikut.
Gangguan sistem pengukuran akibat aksi pengukuran adalah
sumber eror sistematik yang umum. Prinsip yang berlaku di smi
adalah bahwa di hampir seluruh situasi pengukuran, proses
pengukuran mengganggu sistem dan mengubah nilai besaran yang
diukur. Sebagai contoh adalah pada pengukuran temperatur dengan
termometer merkuri.
4. Kabel penghubung
Saat menghubungkan bersama komponen dan suatu sistem
pengukuran, sumber kesalahan yang umum adalah kegagalan untuk
memperhitungkan dengan tepat resistansi kabel penghubung (atau
pipa dalam kasus sistem pengukuran pneumatik atau hidrolik).
Misalnya, dalam aplikasi termometer hambatan, umum ditemukan
bahwa termorneter dipisahkan dan bagian lain sistem pengukuran
dengan jarak, misalkan, 100m. Hambatan dan kabel tembaga dengan
panjang 20m adalah 7 Q, dan lebih lanjut merupakan problem saat
kawat tersebut memiliki koefisien suhu 1m / 0C.
Oleh karena itu, perlu pertimbangan yang matang dalam
memilih kawat penghubung. Tidak hanya mereka hams berluas
penampang yang memadai sehingga resistansinya minimum,
mereka juga hams dijaga dan medan listrik atau medan magnet yang
dapat menyebabkan noise induksi.
e. Data Pengukuran
Informasi yang diperoleh dalam suatu pengukuran disebut data. Sesuai
dengan sifat pengukuran maka data dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu
sebagai berikut:
1. Data kualitatif
Dengan data ini maka informasi yang diperoleh berupa sebuah pernyataan
simpulan, misalnya “nilai kuantitas suhu dari sensor LM35 dapat dirubah
menjadi sinyal digital menggunakan ADC”.
2. Data Kuantitatif
Bila informasi yang diperoleh dalam pengukuran berupa nilai/angka maka
data itu disebut data kuantitatif, misalnya sebuah pengukuran tegangan
diperoleh ( 10 1) volt. Digolongkan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Data empiris
Data ini diperoleh langsung saat dilakukan pengukuran (apa yang
terbaca pada alat ukur). Data empiris sering disebut juga data mentah
karena belum diproses lebih lanjut. Tegangan yang terbaca pada voltmeter,
misalnya adalah termasuk data empiris.
sumber: sophia.org
1. KESIMPULAN
Mikrokontroller merupakan sebuah sistem komputer di mana seluruh
atau sebagian besar elemennya dikemas dalam satu chip IC (Integrated
Circuit), sehingga sering disebut single chip microcomputer. Mikrokontroller
ini juga merupakan sebuah sistem komputer yang memiliki satu atau beberapa
tugas yang spesifik, berbeda dengan PC yang memiliki beragam fungsi.
Perbedaan yang lain adalah perbandingan RAM dan ROM yang sangat besar
antara mikrokontroller dengan komputer. Dalam mikrokontroller ROM jauh
lebih besar dibanding RAM, sedangkan dalam komputer atau PC RAM jauh
lebih besar dibanding ROM.
Gaber, A.N.A.E, Sohair F. Rezeka, H.A.El Gamal. Design and position control
arm manipulator; exeprimently and in MATLAB SimMechanics.
International Journal of Engineering Research. vol. 5 no.8, pp: 352-359,
2016.
http://basics-instrumentation.blogspot.com/2013/01/dasar-dasar-
instrumentasi.html (diakses pada tanggal 25 Januari 2018 pkl. 14.53)
https://fathonezic.wordpress.com/2007/12/21/saat-aku-belajar-instrumentasi-
dan-kontrol/ (diakses pada tanggal 25 Januari 2018 pkl. 15.20)
http://www.tf.itb.ac.id/program-magister-instrumentasi-dan-kontrol/ (diakses
pada tanggal 25 Januari 2018 pkl. 15.48)
Patarinski, S.P and R. Botev. Robot force control: A review. Mechatronics, 3: 377-
398, 1993.
Setiawan, Iwan. 2009. Sensor dan Trasduser. Buku Ajar. Program Studi Sistem
Komputer. Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro.
Tim Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Teknik Dasar Instrumentasi.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.