Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan zaman yang semakin maju tidaklah mungkin tidak diimbangi
dengan cara berpikir manusia yang semakin maju pula, karena kedua hal tersebut
sangat erat kaitannya dan saling mendukung. Seiring berkembangnya kemajuan
kedua hal tersebut bisa dilihat contoh saat ini telah banyak kemajuan di bidang
industri, baik itu industri yang bermodal besar atapun bermodal kecil. Alat-alat
produksi sangat berperan penting dalam bidang produksi, karena tanpa adanya salah
satu alat tersebut proses produksi tidak akan berjalan apalagi tujuan dari
perusahaan. Dalam industri yang berbasis produksi pastinya memerlukan alat dan
mesin untuk menunjang proses produksi, salah satunya adalah mesin pengamplas
kayu yang menggunakan sistem pneumatik. Pneumatik adalah ilmu yang berkaitan
dengan gerakan maupun kondisi yang berkaitan dengan udara. Perangkat pneumatik
bekerja dengan memanfaatkan udara yang dimampatkan (compressed air). Dalam
hal ini udara yang dimampatkan akan didistribusikan kepada system yang ada
sehingga kapasitas system terpenuhi. Tekanan udara yang dibutuhkan pada alat
pengontrol pneumatic seperti silinder, katup serta peralatan lainnya adalah 6bar,
supaya efektif dan efisien dalam penggunaannya
Selain sistem pneumatic diatas terdapat pula kemajuan lain yaitu Penggunaan
sinyal lampu yang dapat dipasang pada bagian belakang mobil untuk berkendara di
jalan bebas hambatan khususnya pada malam hari. Lampu ini memberi tanda kepada
mobil lain yang mendekat dari arah belakang. Apabila jarak mobil dari arah belakang
terlalu dekat maka lampu ini akan meberikan sinyal kelap-kelip untuk memberikan
peringatan sehingga mobil tersebut dapat menjaga jarak. Lampu ini juga dapat
digunakan untuk memberi tanda jika mobil sedang berhenti di sisi jalan bebas
hambatan.
Proses kerja lampu sinyal ini adalah dengan menggunakan sensor cahaya.
Apabila mendapat cahaya dari lampu mobil dari arah belakang semakin dekat maka
lampu ini akan kelap-kelip selama waktu 30 detik sampai mobil dari arah belakang
tersebut tidak lagi terlalu dekat atau telah mendahului. Lampu ini menggunakan dua

1
Integrated Circuit Penghitung Waktu (IC-NE555), Phototransistor, Transistor, Resistor,
Kapasitor, Ligh Emitting Diode (LED) dan Baterai sebagai catu daya.
Contoh aplikasi dari sensor cahaya dapat digunakan pada lampu sinyal. Pada
makalah ini akan dipelajari mengenai sensor terutama sensor cahaya beserta jenis-
jenisnya, karakteristik dan prinsip kerja sensor cahaya serta sistem pneumatic.

1.2. Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud sensor cahaya?
2. Apa saja jenis-jenis sensor cahaya?
3. Apa yang dimaksud dengan sistem pneumatic?
4. Apa saja ciri-ciri dari para perangkat sistem pneumatik?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan sensor cahaya.
2. Mengetahui jenis-jenis sensor cahaya.
3. Mengetahui apa yang dimaksud sistem pneumatic.
4. Mengetahui ciri-ciri dari para perangkat sistem pneumatik.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Sensor
Sensor adalah alat untuk mendeteksi/mengukur sesuatu, yang digunakan
untuk mengubah variasi mekanis, magnetis, panas, sinar dan kimia menjadi tegangan
dan arus listrik. Dalam lingkungan sistem pengendali dan robotika, sensor

2
memberikan kesamaan yang menyerupai mata, pendengaran, hidung, lidah yang
kemudian akan diolah oleh kontroler sebagai otaknya (Petruzella, 2001).
Sensor dalam teknik pengukuran dan pengaturan secara elektronik berfungsi
mengubah besaran fisik (misalnya : temperatur, cahaya, gaya, kecepatan putaran)
menjadi besaran listrik yang proposional. Sensor dalam teknik pengukuran dan
pengaturan ini harus memenuhi persyaratan-persyaratan kualitas yakni :
1. Linieritas
Konversi harus benar-benar proposional, jadi karakteristik konversi harus linier.
2. Tidak tergantung temperatur
Keluaran konverter tidak boleh tergantung pada temperatur di sekelilingnya,
kecuali sensor suhu.
3. Kepekaan
Kepekaan sensor harus dipilih sedemikian, sehingga pada nilai-nilai masukan
yang ada dapat diperoleh tegangan listrik keluaran yang cukup besar.
4. Waktu tanggapan
Waktu tanggapan adalah waktu yang diperlukan keluaran sensor untuk mencapai
nilai akhirnya pada nilai masukan yang berubah secara mendadak. Sensor harus
dapat berubah cepat bila nilai masukan pada sistem tempat sensor tersebut
berubah.

5. Batas frekuensi terendah dan tertinggi


Batas-batas tersebut adalah nilai frekuensi masukan periodik terendah dan
tertinggi yang masih dapat dikonversi oleh sensor secara benar. Pada kebanyakan
aplikasi disyaratkan bahwa frekuensi terendah adalah 0 Hz.
6. Stabilitas waktu
Untuk nilai masukan (input) tertentu sensor harus dapat memberikan keluaran
(output) yang tetap nilainya dalam waktu yang lama.
7. Histerisis
Gejala histerisis yang ada pada magnetisasi besi dapat pula dijumpai pada sensor.
Misalnya, pada suatu temperatur tertentu sebuah sensor dapat memberikan
keluaran yang berlainan.

3
Empat sifat diantara syarat-syarat dia atas, yaitu linieritas, ketergantungan
pada temperatur, stabilitas waktu dan histerisis menentukan ketelitian sensor (Link,
1993).
2.2. Sensor Cahaya
Sensor cahaya adalah alat yang digunakan untuk mengubah besaran cahaya
menjadi besaran listrik. Prinsip kerja dari alat ini adalah mengubah energi dari foton
menjadi elektron. Idealnya satu foton dapat membangkitkan satu elektron. Sensor
cahaya sangat luas penggunaannya, salah satu yang paling populer adalah kamera
digital. Pada saat ini sudah ada alat yang digunakan untuk mengukur cahaya yang
mempunyai satu buah foton saja.
Di bawah ini adalah jenis-jenis sensor cahaya, di antaranya:
 Detektor kimiawi, seperti pelat fotografis, dimana molekul silver halida dibagi
menjadi sebuah atom perak metalik dan atom halogen. Pengembang fotografis
menyebabkan terbaginya molekul yang berdekatan secara sama.
 Fotoresistor atau Light Dependent Resistor (LDR) yang berubah resistansinya
ketika dikenai cahaya
 Sel fotovoltaik atau sel matahari yang menghasilkan tegangan dan memberikan
arus listrik ketika dikenai cahaya.
 Fotodioda yang dapat beroperasi pada mode fotovoltaik maupun fotokonduktif
 Tabung fotomultiplier yang mengandung fotokatoda yang memancarkan elektron
ketika dikenai cahaya, kemudian elektron-elektron tersebut akan dikuatkan
dengan rantai dynode.
 Tabung cahaya yang mengandung fotokatoda yang memancarkan elektron ketika
dikenai cahaya, dan umumnya bersifat sebagai fotoresistor.
 Fototransistor menggabungkan salah satu dari metode penyensoran.
 Detektor optis yang berlaku seperti termometer, secara murni tanggap terhadap
pengaruh panas dari radiasi yang masuk, seperti detektor piroelektrik, sel Golay,
termokopel dan termistor, tapi kedua yang terakhir kurang sensitif.
 Detektor cryogenic cukup tanggap untuk mengukur energi dari sinar-x tunggal,
serta foton cahaya terlihat dan dekat dengan inframerah (Enss 2005).
2.3. JENIS-JENIS SENSOR CAHAYA DAN KARAKTERISTIK SERTA PRINSIP KERJANYA
A. LDR (Light Dependent Resistor)

4
LDR (Light Dependent Resistor) merupakan suatu sensor yang apabila terkena
cahaya maka tahanannya akan berubah. Tampilan fisik LDR dapat dilihat pada
gambar 1. dibawah ini :

Gambar 1. LDR (Light Dependent Resistor)


1. Cara kerja LDR (Light Dependent Resistance)
Biasanya LDR (atau lebih dikenal dengan fotoresistor) dibuat berdasarkan
kenyataan bahwa film kadmium sulfida mempunyai tahanan yang besar jika tidak
terkena cahaya dan tahanannya akan menurun jika permukaan film itu terkena
sinar. Resistor peka cahaya atau fotoresistor adalah komponen elektronik yang
resistansinya akan menurun jika ada penambahan intensitas cahaya yang
mengenainya. Fotoresistor dapat merujuk pula pada light dependent resistor
(LDR), atau fotokonduktor.
Fotoresistor dibuat dari semikonduktor beresistansi tinggi. Jika cahaya yang
mengenainya memiliki frekuensi yang cukup tinggi, foton yang diserap oleh
semikonduktor akan menyebabkan elektron memiliki energi yang cukup untuk
meloncat ke pita konduksi. Elektron bebas yang dihasilkan (dan pasangan
lubangnya/hole) akan mengalirkan listrik, sehingga menurunkan resistansinya.
Besarnya tahanan LDR/fotoresistor dalam kegelapan mencapai jutaan ohm
dan turun sampai beberapa ratus ohm dalam keadaan terang. LDR dapat
digunakan dalam suatu jaringan kerja (network) pembagi potensial yang
menyebabkan terjadinya perubahan tegangan kalau sinar yang datang berubah.
LDR atau Light Dependent Resistor adalah jenis resistor yang memiliki nilai
resistansi yang tidak tetap. Artinya nilai tahanan/resistansi komponen ini dapat
berubah-ubah. Perubahan nilai resistansinya tergantung dari kuat lemahnya
cahaya yang dia terima. Resistansi LDR akan berubah seiring dengan perubahan
intensitas cahaya yang mengenainya atau yang ada disekitarnya. Dari sifat itulah
LDR dapat digunakan sebgai sensor warna. Supaya cahaya yang diterima LDR
lebih fokus maka disekeliling LDR diberi cahaya LED, sehingga LDR dapat

5
mengenali warna-warna yang mengenainya, yang diterjemahkan dalam bentuk
tegangan (Volt). Dalam keadaan gelap resistansi LDR sekitar 10MΩ dan dalam
keadaan terang sebesar 1KΩ atau kurang. LDR terbuat dari bahan semikonduktor
seperti kadmium sulfida. Dengan bahan ini energi dari cahaya yang jatuh
menyebabkan lebih banyak muatan yang dilepas atau arus listrik meningkat.
Artinya resistansi bahan telah mengalami penurunan.
Komponen yang dapat menerima ini merupakan komponen yang peka
cahaya. Komponen ini akan berjalan apabila berada ditempat akan menjadi
pulsa-pulsa sinyal listrik. Pada keadaan gelap tanpa cahaya sama sekali, LDR
memiliki nilai resistansi yang besar (sekitar beberapa Mega ohm). Nilai
resistansinya ini akan semakin kecil jika cahaya yang jatuh ke permukaannya
semakin terang. Pada keadaan terang benderang (siang hari) nilai resistansinya
dapat mengecil hingga beberapa ohm saja (hampir seperti konduktor).
2. Karakteristik LDR
Karakteristik LDR terdiri dari dua macam yaitu Laju Recovery dan Respon
Spektral.
a. Laju Recovery
Bila sebuah LDR dibawa dari suatu ruangan dengan level kekuatan
cahaya tertentu kedalam suatu ruangan yang gelap, maka bisa kita amati
bahwa nilai resistansi dari LDR tidak akan segera berubah resistansinya pada
keadaan ruangan gelap tersebut. Namun LDR tersebut hanya akan bisa
mencapai harga di kegelapan setelah mengalami selang waktu tertentu. Laju
recovery merupakan suatu ukuaran praktis dan suatu kenaikan nilai resistansi
dalam waktu tertentu.
Harga ini ditulis dalam K /detik, untuk LDR type arus harganya lebih
besar dari 200 K /detik (selama 20 menit pertama mulai dari level cahaya 100
lux), kecepatan tersebut akan lebih tinggi pada arah sebaliknya, yaitu pindah
dari tempat gelap ke tempat terang yang memerlukan waktu kurang dari 10
ms untuk mencapai resistansi yang sesuai dengan level cahaya 400 lux.
b. Respon Spektral
LDR tidak mempunyai sensitivitas yang sama untuk setiap panjang
gelombang cahaya yang jatuh padanya (yaitu warna). Bahan yang biasa

6
digunakan sebagai penghantar arus listrik yaitu tembaga, alumunium, baja,
emas, dan perak. Dari kelima bahan tersebut tembaga merupakan
penghantar yang paling banyak digunakan karena mempunyai daya hantar
yang baik.
B. Fotodioda
Fotodioda adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Fotodioda
merupakan sensor cahaya semikonduktor yang dapat mengubah besaran cahaya
menjadi besaran listrik. Fotodioda merupakan sebuah dioda dengan sambungan p-n
yang dipengaruhi cahaya dalam kerjanya. Cahaya yang dapat dideteksi oleh fotodioda
ini mulai dari cahaya infra merah, cahaya tampak, ultra ungu sampai dengan sinar-X.
Aplikasi fotodioda mulai dari penghitung kendaraan di jalan umum secara otomatis,
pengukur cahaya pada kamera serta beberapa peralatan di bidang medis.

Gambar 2 : Simbol fotodioda (kiri), bentuk fotodioda (kanan)


1. Prinsip kerja fotodioda
Prinsip kerja dari fotodioda jika sebuah sambungan p-n dibias maju dan
diberikan cahaya padanya maka pertambahan arus sangat kecil sedangkan jika
sambungan p-n dibias mundur, maka arus akan bertambah cukup besar. Cahaya
yang dikenakan pada fotodioda akan mengakibatkan terjadinya pergeseran foton
yang akan menghasilkan pasangan elektron-hole dikedua sisi dari sambungan.
Ketika elektron-elektron yang dihasilkan itu masuk ke pita konduksi maka
elektron-elektron itu akan mengalir ke arah positif sumber tegangan sedangkan
hole yang dihasilkan mengalir ke arah negatif sumber tegangan sehingga arus
akan mengalir di dalam rangkaian. Besarnya pasangan elektron ataupun hole
yang dihasilkan tergantung dari besarnya intensitas cahaya yang dikenakan pada
fotodioda.
2. Karakteristik fotodioda
Ada beberapa karakteristik fotodioda yang perlu diketahui antara lain:
a. Arus linier bergantung pada intensitas cahaya.

7
b. Respons frekuensi bergantung pada bahan (Si 900 nm, GaAs 1500 nm, Ge
2000 nm).
c. Digunakan sebagai sumber arus.
d. Kapasitansi Junction turun menurut tegangan bias mundurnya.
e. Kapasitansi Junction menentukan respons frekuensi arus yang diperoleh.
3. Mode operasi
Fotodioda dapat dioperasikan dalam 2 animal mode yang berbeda:
a. Mode photovoltaic: seperti solar sell, penyerapan pada fotodioda
menghasilkan tegangan yang dapat diukur. Bagaimanapun, tegangan yang
dihasilkan dari tenaga cahaya ini sedikit tidak linier, dan range perubahannya
sangat kecil.
b. Mode fotokonduktivitas: disini fotodioda di aplikasikan sebagai tegangan
revers (tegangan balik) dari sebuah dioda (yaitu tegangan pada arah tersebut
pada dioda tidak akan menghantarkan tanpa terkena cahaya) dan pengukuran
menghasilkan arus foto (hal ini juga bagus untuk mengaplikasikan tegangan
mendekati nol).
4. Karakteristik bahan fotodioda
a. Silicon (Si) : arus lemah sangat gelap, kecepatan tinggi,sensitivitas bagus
antara 400 nm sampai 1000 nm (terbaik antara 800 nm sampai 900 nm).
b. Germanium (Ge) : arus tinggi sangat gelap, kecepatan lambat, sensitivitas baik
antara 600 nm sampai 1800 nm (terbaik 1400 nm sampai1500 nm).
c. Indium Gallium Arsennida (InGaAs) : mahal, arus kecil saat gelap, kecepatan
tinggi sensitivitas baik pada jarak 800 nm sampai 1700 nm (terbaik antara
1300 nm sampai 1600 nm).
C. LED Inframerah
Sinar infra merah termasuk dalam gelombang elektromagnetik yang tidak
tampak oleh mata telanjang. Sinar ini tidak tampak oleh mata karena mempunyai
panjang gelombang berkas cahaya yang terlalu panjang bagi tanggapan mata
manusia. Sifat-sifat cahaya infra merah:
1. tidak tampak manusia
2. tidak dapat menembus materi yang tidak tembus pandang

8
LED inframerah adalah suatu bahan semikonduktor yang memancarkan
cahaya monokromatik (cahaya yang hanya terdiri atas satu warna dan satu panjang
gelombang) yang tidak koheren ketika diberi tegangan maju. Pengembangan led
inframerah dimulai dengan alat inframerah dibuat dengan gallium arsenide. Cahaya
infra merah pada dasarnya adalah radiasi elektromagnetik dari panjang gelombang
yang lebih panjang dari cahaya tampak, tetapi lebih pendek dari radiasi gelombang
radio, dengan kata lain infra merupakan warna dari cahaya tampak dengan
gelombang terpanjang, yaitu sekitar 700 nm sampai 1 mm.

Gambar 3. LED Inframerah


Cahaya led inframerah timbul sebagai akibat penggabungan elektron dan hole
pada persambungan antara dua jenis semikonduktor dimana setiap penggabungan
disertai dengan pelepasan energi. Pada penggunaannya led inframerah ini
merupakan komponen elektronika yang memancarkan cahaya infra merah dengan
konsumsi daya sangat kecil. Led inframerah dapat diaktifkan dengan tegangan dc
untuk transmisi atau sensor jarak dekat, dan dengan tegangan ac (30–40 KHz) untuk
transmisi atau sensor jarak jauh.
1. Karakteristik dari LED Inframerah
a. Dapat dipakai dalam waktu yang sangat lama.
b. Membutuhkan daya yang kecil.
c. Tidak mudah panas.
d. Dapat digunakan dalam jarak yang lebar.
2. Prinsip kerja LDR Inframerah
Prinsip utama dari rangkaian sensor ini seperti layaknya sebuah saklar yang
memberikan perubahan tegangan apabila terdapat penghalang diantara
transceiver dan receiver. Sensor ini memiliki dua buah piranti yaitu rangkaian
pembangkit/pengirim (Led Inframerah) dan rangkaian penerima (Fotodiode).
Rangkaian pembangkit/pengirim memancarkan sinar inframerah kemudian

9
pancarannya diterima oleh penerima (fotodioda) sehingga bersifat menghantar
akibatnya tegangan akan jatuh sama dengan tegangan ground (0). Dan sebaliknya
apabila tidak mendapat pancaran sinar inframerah maka akan menghasilkan
tegangan.
Led inframerah adalah suatu jenis dioda yang apabila diberi tegangan maju
maka arus majunya akan membangkitkan cahaya pada pertemuan PN-nya. Disini
cahaya yang dibangkitkan adalah infra merah yang tidak dapat dilihat dengan
mata. Dioda-dioda yang digunakan terbuat dari bahan Galium (Ga), Arsen (As),
dan Fosfor (P) atau disingkat GaAsP. Tegangan maju antara anoda-katoda berkisar
antara 1,5V-2V, sedangkan arus majunya berkisar 5 mA-20 mA. Led inframerah
sesuai dengan rancangannya memancarkan cahaya pada spektrum inframerah
dengan panjang gelombang λ = 940 nm. Spektrum cahaya inframerah ini
mempunyai level panas yang paling tinggi diantara sinar-sinar yang lain walaupun
tidak tampak oleh mata dan mempunyai efek fotolistrik yang terkuat.
LED adalah dioda yang menghasilkan cahaya saat diberi energi listrik. Dalam
bias maju sambungan p-n terdapat rekombinasi antara electron bebas dan
lubang (hole). Energi ini tidak seluruhnya diubah ke dalam bentuk energi cahaya
atau photon melainkan dalam bentuk panas sebagian. Untuk dioda yang
memancarkan cahaya inframerah (infrared emiting dioda = IRED). Sinar
inframerah tidak dapat dilihat manusia , dengan menambahkan obat gallium
arsenide dengan berbagai bahan dapat dibuat LED dengan output yang dapat
dilihat seperti sinar merah, hijau, kuning, atau biru. Dioda yang memancarkan
cahaya (LED) digunakan untuk display alphabet dan digital serta sebagai lampu
tanda.
Sebagian besar LED membutuhkan 1,5 V sampai 2,2 V untuk memberi bias
maju dan membutuhkan arus sekitar 20 mA sampai 30 mA untuk memancarkan
cahaya. Dengan level-level tegangan yang lebih tinggi, LED dapat terbakar apabila
tegangan maju yang diberikan melebihi 2 V. untuk mengatasi hal ini LED biasanya
dihubungkan secara seri dengan tahanan yang membatasi tegangan dan arus
pada nilai yang dikehendaki. Proses pemancaran cahaya akibat adanya energi
listrik yang diberikan terhadap suatu bahan disebut dengan sifat
elektroluminesensi. Material lain misalnya galiumarsenida pospat (GaP): photon

10
energi cahaya dipancarkan untuk menghasilkan cahaya tampak. Jenis lain dari
LED digunakan untuk menghasilkan energi tidak tampak seperti yang dipancarkan
oleh pemancar laser atau inframerah.

Gambar 4. Simbol dan rangkaian dasar sebuah LED


Pemancar inframerah adalah dioda zat padat yang terbuat dari bahan
Galium Arsenida (GaAs) yang mampu memancarkan fluks cahaya ketika dioda ini
dibias maju. Bila diberi bias maju electron dari daerah-n akan menutup lubang
electron yang ada di daerah-p. selama proses rekombinasi ini, energi dipancarkan
dari permukaan p dan n dalam bentuk photon. Photon-photon yang dihsilkan ini
ada yang diserap lagi dan ada yang meninggalkan permukaan dalam bentuk
radiasi energi.
Led inframerah adalah suatu bahan semikonduktor yang memancarkan
cahaya monokromatik (cahaya yang hanya terdiri atas satu warna dan satu
panjang gelombang) yang tidak koheren ketika diberi tegangan maju.
Pengembangan led inframerah dimulai dengan alat inframerah dibuat dengan
galliumarsenide. Cahaya infra merah pada dasarnya adalah radiasi
elektromagnetik dari panjang gelombang yang lebih panjang dari cahaya tampak,
tetapi lebih pendek dari radiasi gelombang radio.
D. Sel Fotovoltaik
Teknologi fotovoltaik merupakan suatu teknologi konversi yang mengubah cahaya
(foto) menjadi listrik (volt) secara langsung (direct conversion). Peristiwa ini dikenal
sebagai efek fotolistrik (photovoltaic affect). Didalam proses konversi cahaya-listrik tidak
ada bagian yang bergerak, sehingga produk teknologi fotovoltaik memiliki umur teknis
yang panjang (>25 tahun).

11
Teknologi fotovoltaik dikenal sebagai teknologi bersih sehingga penerapannya
akan mendukung program pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan. Beberapa keuntungan dari pemanfaatan teknologi fotovoltaik, antara lain:
a. Biaya operasional dan perawatan yang rendah (tidak diperlukan pembelian bahan
bakar dan keausan dalam proses konversi)
b. Tidak menimbulkan polusi udara karena tidak ada proses pembakaran sehingga
mengurangi pelepasan gas rumah kaca (greenhouse gas)
c. Tidak menimbulkan kebisingan karena tidak ada bagian yang bergerak
Sel Fotovoltaik. Efek fotolistrik ini terjadi pada suatu sel yang terbuat dari bahan
semikonduktor. Karena sifatnya, sel ini kemudian disebut sebagai sel fotovoltaik
(photovoltaic cell) atau sering juga disebut sebagai sel surya (solar cell). Sel fotovoltaik
merupakan komponen terkecil didalam sistem energi surya fotovoltaik (SESF).
Sinar matahari yang menimpa permukaan sel diubah secara langsung menjadi
listrik sebagai akibat terjadinya pergerakan pasangan electron-hole, sebagaimana
digambarkan pada skema dibawah ini. Teknologi sel fotovoltaik yang tersedia dewasa ini
masih didominasi oleh jenis sel dengan teknologi kristal, baik mono- maupun poli-kristal,
khususnya dari bahan dasar silikon.

Gambar 5. Sel fotovoltaik


Bahan yang Digunakan untuk Pembangunan Sel fotovoltaik. Bahan khusus
digunakan untuk pembangunan sel surya. Bahan-bahan yang disebut semikonduktor.
Bahan semikonduktor yang paling umum digunakan untuk pembangunan sel surya
adalah silikon. Beberapa bentuk silikon yang digunakan untuk konstruksi, mereka adalah
single-kristal, multi-kristal dan amorf. bahan lain yang digunakan untuk pembangunan sel

12
surya adalah film-film tipis polikristalin seperti diselenide tembaga indium, telluride
kadmium.
Modul Fotovoltaik. Modul fotovoltaik dirakit dari susunan sel surya atau sel
fotovoltaik yang dirangkai secara seri dan/atau paralel. Produk akhir dari modul
fotovoltaik menyerupai bentuk lembaran kaca dengan ketebalan sekitar 6-8 milimeter.
Efisiensi pembangkitan energi listrik yang dihasilkan modul fotovoltaik pada skala
komersial saat ini adalah sekitar 14 - 15 %.

Sebuah sistem fotovoltaik akan memerlukan akses jelas sinar matahari untuk
hampir sepanjang hari. sistem Photovoltaic tidak terpengaruh oleh cuaca buruk dan
karenanya iklim bukan masalah nyata. Kebanyakan modul PV dipasang di sudut untuk
menangkap sinar matahari, oleh karena itu, ada sinar matahari yang cukup untuk
membuat sistem energi surya fungsional dan efektif.
Kapasitas Modul Fotovoltaik. Besar energi listrik yang dihasilkan oleh modul
fotovoltaik tergantung pada intensitas radiasi matahari setempat dan kapasitas modul
fotovoltaik itu sendiri. Didalam perdagangan, kapasitas daya modul fotovoltaik
dinyatakan pada kapasitas puncaknya, yaitu besarnya daya yang mampu dibangkitkan
modul fotovoltaik pada keadaan standar uji (Standard Test Condition - STC) dan
dinyatakan dalam satuan: Watt-peak (Wp). Standar uji ini ditetapkan pada intensitas
1000 W/m2 dan temperatur sel 25 oC. Didalam realita; modul fotovoltaik akan bekerja
dengan radiasi yang berfluktuatif dan suhu sel yang lebih tinggi.
Di Indonesia, besar energi matahari yang jatuh pada permukaan seluas satu
meter persegi selama satu hari antara 3 - 6 kWh (satuan : kWh/m 2.hari). Untuk modul
fotovoltaik 100 Wp yang diterapkan pada daerah dengan penyinaran matahari rata-rata
4,5 kWh/m2.hari akan mampu menyediakan energi sekitar 300 Watt-jam/hari.
E. Tabung Cahaya yang Mengandung Fotokatoda dan Detektor Cryogenic

13
Karakteristik Tabung cahaya yang mengandung fotokatoda yang memancarkan
elektron ketika dikenai cahaya, dan umumnya bersifat sebagai fotoresistor.
Fotokatoda adalah katoda memancarkan elektron di bawah pengaruh cahaya.
Photocathode dihubungkan ke terminal negatif power supply dan unsur penting dari
banyak detektor radiasi yang mengandung tabung vakum.
Desain didasarkan pada photocathode di atas lapisan tipis bahan diendapkan
pada permukaan dukungan. Lapisan ini dapat buram, dan kemudian emisi elektron
terjadi dari sisi yang sama dari yang ringan jatuh. Buram diterapkan dalam fotodiodach
vakum, dimana elektroda ini memiliki bentuk silinder atau bola sekitar anoda.
Photocathodes ditempatkan di dalam lampu.
Beberapa fotokatoda dilakukan di permukaan tembus. Terima kasih emisi
elektron adalah sebaliknya permukaan diterangi. photocathodes semitransparan
digunakan terutama di fotopowielaczach. Biasanya mereka disemprotkan di bagian
dalam gelembung.
Akibat rendahnya output usaha photocathodes yang dibuat terutama dari logam
alkali (biasanya cesium) dan senyawanya, antara lain, perak, oksigen dan antimon.
Tergantung pada photocathode adalah sensitif terhadap rentang yang berbeda
spektrum, pada umumnya nilai berkisar dari dekat inframerah ke ultraviolet, kepekaan
lebih kecil - puluhan UA/lm.
1. Karakterisik Detektor Cryogenic
Detektor cryogenic cukup tanggap untuk mengukur energi dari sinar-x
tunggal, serta foton cahaya terlihat dan dekat dengan inframerah sedang digunakan
dalam berbagai peningkatan aplikasi, karena kepekaan yang luar biasa baik dalam
dan kehidupan ilmu fisik dan mulai dari astronomi untuk aplikasi keamanan. Saat ini
minat khusus dalam aplikasi dalam deteksi radiasi Terahertz. Untuk mencapai
sensitivitas utama perangkat deteksi harus didinginkan pada suhu rendah.
F. Detektor Optis
Deteksi optik adalah fungsi dari bagian penerima dalam sistem komunikasi optik.
Sebuah detektor optik atau photodetector adalah kebalikan dari apa yang dikerjakan oleh
bagian pengirim, yaitu sumber optik. Sumber optik biasanya mengkonversikan sinyal
optik input menjadi keluaran berupa arus. Detektor optik biasanya adalah photodiode

14
yang merupakan divais photoelectric. Rentang nilai dari panjang gelombang yang
dideteksi termasuk UV, infra red, cahaya tampak, dll., adalah dari 0.005 s/d 4,000 ìm.
Pertama kali yang mesti diperhatikan dalam memilih detektor cahaya yang akan
digunakan adalah menspesifikasikan parameter-parameter sistem yang ada, dalam hal
ini parameter yang umum digunakan adalah responsivitas, gain, laju bit dan jarak
transmisinya.
Setelah itu, langkah berikutnya adalah memilih modulasi yang akan digunakan,
apakah menggunakan modulasi digital ataukah modulasi analog. Hal ini dibedakan
mengingat parameter power budget dalah modulasi digital dan modulasi analog
berbeda. Pada modulasi digital yang digunakan adalah nilai BER (Bit Error Rate)
sedangkan pada modulasi analog yang digunakan adalah SNR (Signal to Noise Ratio). SNR
menunjukkan seberapa kuat sinyal dibandingkan dengan deraunya, sedangkan BER
menyatakan rasio dari banyaknya bit error dalam pengkodean terhadap total bit yang
diterima.
Selanjutnya adalah memilih detektor apa yang akan digunakan, apakah APD atau
PIN detektor, hal ini tergantung dari dari perhitungan parameter-parameter di awal.
Perhitungan parameter sensitivitas merupakan langkah yang harus dikerjakan setelah
pemilihan detektor selesai. Besarnya nilai sensitivitas diukur dengan responsivitas R
(A/W), yaitu arus keluaran yang dihasilkan per unit daya yang dihasilkan.
Sesudah perhitungan sensitivitas selesai, maka hal berikutnya adalah memeriksa
apakah sinyal sudah dapat dikirimkan, jika sudah siap maka langkah terakhir adalah
seleksi komponen. Apabila sinyal belum siap, maka sesuai dengan diagram alir di atas,
kita dapat menganalisis dan memeriksa kembali bagian mana dari perancangan yang
belum sesuai dengan sinyal yang dikirim. Untuk kemudian diubah sesuai dengan
kebutuhannya.
G. Fototransistor
Fototransistor adalah sebuah benda padat pendeteksi cahaya yang memiliki gain
internal. Hal ini yang membuat foto transistor memiliki sensitivitas yang lebih tinggi
dibandingkan fotodioda, dalam ukuran yang sama. Alat ini (foto transistor) dapat
menghasilkan sinyal analog maupun sinyal digital.
1. Karakteristik Fototransistor
Foto transistor memiliki karakteristik:

15
a. Pendeteksi jarak dekat Infra merah.
b. Bisa dikuatkan sampai 100 sampai 1500.
c. Respon waktu cukup cepat.
d. Bisa digunakan dalam jarak lebar.
e. Bisa dipasangkan dengan (hampir) semua penghasil cahaya atau cahaya yang
dekat dengan inframerah, seperti IRED (infrred led), Neon, Fluorescent, lampu
bohlam, cahaya laser dan api.
f. Mempunyai karakteristik seperti transistor, kecuali bagian basis digantikan oleh
besar cahaya yang diterima.
Fototransistor merupakan salah satu komponen yang berfungsi sebagai
detektor cahaya yang dapat mengubah efek cahaya menjadi sinyal listrik. Karena itu
fototransistor termasuk dalam detektor optik.
Fototransistor dapat diterapkan sebagai sensor yang baik, karena memiliki
kelebihan dibandingkan dengan komponen lain yaitu mampu untuk mendeteksi
sekaligus menguatkannya dengan satu komponen tunggal. Fototransistor memiliki
sambungan kolektor – basis yang besar dan dengan cahaya karena cahaya dapat
membangkitkan pasangan lubang elektron. Dengan diberi prasikap maju, cahaya
yang masuk akan menimbulkan arus pada kolektor.
Bahan utama dari fototransistor adalah silikon atau germanium sama seperti
pada transistor jenis lainnya. Fototransistor juga memiliki dua tipe seperti transistor
yaitu tipe NPN dan tipe PNP. Fototransistor sebenarnya tidak berbeda dengan
transistor biasa, hanya saja fototransistor ditempatkan dalam suatu material yang
transparan sehingga memungkinkan cahaya (cahaya inframerah) mengenainya
(daerah basis), sedangkan transistor biasa ditempatkan pada bahan logam dan
tertutup. Simbol dari fototransistor seperti pada terlihat pada gambar simbol
fototransistor.
Fototransistor memiliki beberapa karakteristik yang sering digunakan dalam
perancangan, yaitu:
a. Dalam rangkaian jika menerima cahaya akan berfungsi sebagai resistan.
b. Dapat menerima penerimaan cahaya yang redup (kecil).
c. Semakin tinggi intensitas cahaya yang diterima, maka semakin besar pula resistan
yang dihasilkan.

16
d. Memerlukan sumber tegangan yang kecil.
e. Menghantarkan arus saat ada cahaya yang mengenainya.
f. Penerimaan cahaya dilakukan pada bagian basis.
g. Apabila tidak menerima cahaya maka tidak akan menghantarkan arus.
Berdasarkan tanggapan spektral, sifat – sifat dan cara kerja dari fototransistor
tersebut, maka perubahan cahaya yang kecil dapat dideteksi. Oleh karena itu
fototransistor digunakan sebagai detektor cahaya yang peka, terutama terhadap
cahaya inframerah.
2.4. PENGERTIAN SISTEM PNEUMATIC
Pneumatik dari segi bahasa berarti pneuma, yang artinya napas atau udara.
Pneumatik merupakan teori atau pengetahuan tentang udara yang bergerak,
keadaan-keadaan keseimbangan udara dan syarat-syarat keseimbangan. Orang
pertama yang dikenal dengan pasti telah menggunakan alat pneumatik adalah orang
Yunani bernama Ktesibio. Dengan demikian istilah pneumatik berasal dari Yunani
kuno yaitu pneuma yang artinya hembusan (tiupan). Bahkan dari ilmu filsafat atau
secara philosophi istilah pneuma dapat diartikan sebagai nyawa. Dengan kata lain
pneumatik berarti mempelajari tentang gerakan angin (udara) yang dapat
dimanfaatkan sebagai media transfer dan sebagai penyimpan tenaga (daya), yang
diperoleh dari atmosphere dan dimampatkan ke dalam kompresor. Pneumatik
merupakan cabang teoritis aliran atau mekanika fluida dan tidak hanya meliputi
penelitian aliran-aliran udara melalui suatu sistem saluran, yang terdiri atas pipa-
pipa, selang-selang, gawai (device) dan sebagainya, tetapi juga aksi dan penggunaan
udara mampat. Udara yang dimampatkan adalah udara yang diambil dari udara
lingkungan yang kemudian ditiupkan secara paksa ke dalam tempat yang ukurannya
relatif kecil. Pneumatik dalam pelaksanaan teknik udara mampat dalam industri
(dunia perusahaan) (dan khususnya dalam teknik mesin) merupakan ilmu
pengetahuan dari semua proses mekanis dimana udara memindahkan suatu gaya
atau suatu gerakan. Dalam pengertian yang lebih sempit pneumatik dapat diartikan
sebagai teknik udara mampat (compressed air technology). Sedangkan dalam
pengertian teknik pneumatik meliputi : alat-alat penggerakan, pengukuran,
pengaturan, pengendalian, penghubungan dan perentangan yang meminjam gaya
dan penggeraknya dari udara mampat. Dalam penggunaan sistem pneumatik

17
semuanya menggunakan udara sebagai fluida kerja dalam arti udara mampat sebagai
pendukung, pengangkut, dan pemberi tenaga.
Adapun ciri-ciri dari para perangkat sistem pneumatik yang tidak dipunyai
oleh sistem alat yang lain, adalah sebagai berikut : 1. Sistem pengempaan, yaitu
udara disedot atau diisap dari atmosphere kemudian dimampatkan (dikompresi)
sampai batas tekanan kerja tertentu (sesuai dengan yang diinginkan). Dimana selama
terjadinya kompresi ini suhu udara menjadi naik. 2. Pendinginan dan penyimpanan,
yaitu udara hasil kempaan yang naik suhunya harus didinginkan dan disimpan dalam
keadaan bertekanan sampai ke obyek yang diperlukan. 3. Ekspansi (pengembangan),
yaitu udara diperbolehkan untuk berekspansi dan melakukan kerja ketika diperlukan.
4. Pembuangan, yaitu udara hasil ekspansi kemudian dibebaskan lagi ke atmosphere
(dibuang).

Gambar 6. Sistem Pneumatic Sederhana


2.5. Karakteristik Udara Kempa
Udara Kempa yang digunakan dalam sistem pneumatik, memiliki beberapa
karakteristik. Dapat diketahui, bahwa udara kempa terdiri dari 78% volume gas, 21%
volume nitrogen, dan 1% gas lainnya. Karakteristik dari udara kempa antara lain :
a. Udara mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.
b. Volume udara tidak tetap.
c. Udara dapat dikempa (dipadatkan).
d. Berat jenis udara 1,3 kg/m3.
e. Udara tidak bewarna f. Mengandung uap air
2.6. Kelebihan dan Kekurangan Pneumatik

18
Kelebihan dari alat penumatik yang sangat menonjol adalah karena udara
dapat mengembang dengan begitu kuat dan cepat di ruangan yang sempit dalam
waktu yang relatif singkat. Berdasarkan itu maka peralatan pneumatik banyak
digunakan di indistri-industri dan pabrik-pabrik. Juga karena beberapa bukti yang
nyata bahwa dalam berbagai masalah untuk otomatisasi tidak ada media lain yang
dapat dipakai secara lebih mudah dan ekonomis. Selain dari kelebihan di atas, alat
pneumatik juga mempunyai kelebihan-kelebihan lainnya sehingga alat pneumatik
seringkali diutamakan dibandingkan alat-alat yang lain. Kelebihan-kelebihan itu
antara lain bisa dilihat dari:
a. Fluida kerja yang mudah diperoleh dan mudah ditransfer
 Udara dimana saja tersedia dalam jumlah yang tak terhingga.
 Saluran-saluran balik tidak diperlukan, karena udara bekas (udara yang
telah memuai dan telah menyerahkan energinya) dapat dibuang
bebas.
b. Dapat disimpan dengan baik.
 Sumber udara mampat (kompresor) hanya memproduksi udara
mampat kalau udara itu memang digunakan, jadi kompresor tidak
selalu bekerja.
 Pengangkutan dan penyimpanan dari tangki-tangki penampungan juga
dimungkinkan.
c. Bersih dan kering.
 Udara mampat adalah bersih, jadi kalau ada kebocoran pada saluran
pipa benda-benda kerja ataupun bahan-bahan tidak akan menjadi
kotor.
 Udara mampat adalah kering, jadi kalau ada kerusakan pipa-pipa tidak
akan ada pengotoran-pengotoran, bintik (stain) minyak dan
sebagainya.
d. Tidak peka terhadap suhu.
 Udara bersih dapat digunakan sepenuhnya pada suhu-suhu tinggi dan
pada nilai-nilai yang rendah. b. Udara mampat juga dapat digunakan di
tempat-tempat yang sangat panas.

19
 Peralatan-peralatan atau saluran-saluran pipa dapat digunakan secara
aman dalam lingkungan yang panas sekali.
e. Aman terhadap ledakan dan kebakaran.
 Keamanan kerja serta produksi besar dari udara mampat tidak
mengandung bahaya kebakaran maupun ledakan.
 Alat-alat pneumatik dapat digunakan tanpa dibutuhkan pengamanan
yang mahal dan luas.
f. Kesederhanaan (mudah dipelihara)
 Karena kontruksinya sangat sederhana, peralatan-peralatan udara
mampat hampir tidak peka gangguan.
 Konstruksinya yang sederhana menyebabkan waktu motase
(pemasangan) menjadi singkat, kerusakan-kerusakan seringkali dapat
diperbaiki sendiri.
 Komponen-komponennya dengan mudah dipasang dan setelah dibuka
dapat digunakan kembali untuk penggunaan-penggunaan lainnya.
g. Konstruksi kokoh.
Pada umumnya komponen pneumatik kostruksinya kokoh sehingga
tahan terhadap gangguan dan perlakuan-perlakuan kasar.
Namun demikian, udara bertekanan dan peralatan pneumatik masih
tetap juga mempunyai kelemahan-kelemahan. Kekurangan dari sistem
pneumatik antara lain:
h. Gangguan suara (bising). Udara yang ditiup keluar menyebabkan kebisingan
(desisan) terutama dalam ruang-ruang kerja yang sangat mengganggu.
i. Mudah menguap (volatile). Udara mampat mudah menguap (volatile).
Terutama dalam jaringan udara-udara mampat yang besar dan luas dapat
terjadi kebocoran-kebocoran yang banyak dan menyebabkan udara mampat
mengalir keluar.
j. Bahaya pembekuan. Pada waktu pemuaian (expansion) mendadak dan
penurunan suhu yang berkaitan dengan pemuaian mendadak ini, dapat
terjadi pembentukan es.

20
k. Gaya tekan terbatas. Udara mampat hanya dapat membangkitkan gaya yang
terbatas. Untuk gaya-gaya yang besar pada suatu tekanan bisa dalam jaringan,
dan dibutuhkan diameter torak yang besar.
l. Biaya energi tinggi. Biaya produksi udara mampat tinggi, oleh karena itu untuk
produksi dan distribusi dibutuhkan peralatan-peralatan khusus.
2.7. Diagram Alir
Diagram Rangkaian harus digambar dengan tata cara penggambaran yang
benar. Karena hal ini akan memudahkan seseorang untuk membaca rangkaian,
sehingga mempermudah pada saat merangkai atau mencari kesalahan sistem
pneumatik.

Gambar 7. Klasifikasi Elemen Sistem Pneumatik


2.8. Kontruksi Pneumatik
Secara umum komponen-komponen konstruksi pneumatik dapat
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu :
a. Unit Tenaga (Power Pack)
Unit ini berfungsi untuk membangkitkan tenaga fluida yaitu berupa aliran
udara mampat. Unit tenaga ini terdiri atas kompresor yang digerakkan oleh
motor listrik atau motor bakar, tangki udara (receiver) dan kelengkapannya,
serta unit pelayanan udara yang terdiri atas filter udara, regulator pengatur
b. tekanan dan lubricator.c. Udara bertekanan untuk penggunaan pneumatik
harus dapat memadai dan memiliki kualitas yang baik.Udara dimampatkan

21
kira-kira menjadi 1/7 dari volume udara bebas oleh kompresor dan disalurkan
melalui suatu sistempendistribuasian udara. Untuk menjaga kualitas udara
yang diteriama, peralatan unti pemeliharaan udara (sevis unit) harus
digunakan untuk mempersiapkan udara sebelum digunakan kedalam sistem
kontrol pneumatik.

Gambar 8. Sistem pengadaan udara bertekanan


c. Unit pengatur
Unit pengatur merupakan bagian pokok yang menjadikan sistem
pneumatik termasuk sistem otomasi. Karena dengan unit pengatur ini hasil
kerja dari sistem pneumatik dapat diatur secara otomatis baik gerakan,
kecepatan, urutan gerak, arah gerakan maupun kekuatannya. Dengan unit
pengatur ini sistem pneumatik dapat didesain untuk berbagai tujuan otomatis
dalam suatu mesin industri. Fungsi dari unit pengatur ini adalah untuk
mengatur atau pengendalikan jalannya penerusan tenaga fluida hingga
menghasilkan bentuk kerja (usaha) yang berupa tenaga mekanik. Unit
pengatur ini berupa katup kontrol arah. Jenis-jenis katup kontrol arah antara
lain:
a) Katup 3/2 Geser Dengan Tangan ( Hand Slide Valve )
b) Katup 3/2 dengan tuas roller
c) Katup kontrol 5/2
d) Katup ganti/ katup”Atau”.
e) Katup kontrol aliran satu arah
d. Unit penggerak ( actuator )
Unit ini berfungsi untuk mewujudkan hasil transfer daya dari tenaga
fluida, berupa gerakan lurus atau gerakan putar. Penggerak yang

22
menghasilkan gerakan lurus adalah silinder penggerak, sedangkan yang
menghasilkan gerakan putar adalah motor pneumatik.
2.9. Sistem Pengendali dan Pengontrol Pneumatik Mesin Pengamplas Kayu Otomatis.
Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang terdapat pada
pengamplasan kayu secara manual, maka perlu didesain suatu rancangan untuk
mesin pengamplas kayu. Pergerakan mesin pengamplas yang dibuat, dikontrol secara
otomatis dengan menggunakan sistem kontrol pneumatik. Kondisi yang diharapkan
dari sistem pergerakan dengan pengontrolan pneumatik yaitu ketika proses
pengamplasan, operator cukup menggeser katup dan proses pengamplasan akan
berlangsung otomatis. Operator hanya melihat apakah benda yang diamplas sudah
sesuai. Kalaupun ada yang perlu sedikit diamplas, maka operator dapat
menggunakan katup semi otomatis. Untuk pencekaman benda kerja diperlukan alat
bantu cekam. Dalam pembuatan tulisan yang berjudul “Perancangan Simulasi Sistem
Pergerakan dengan Pengontrolan Pneumatik untuk Mesin Pengamplas Kayu
Otomatis” ini, pencekaman yang digunakan adalah ragam.
Dalam pengaplikasian mesin pengamplas kayu otomatis ini, kita harus
menentukan berapa besar diameter silinder yang akan digunakan. Hal ini perlu
dilakukan untuk mengetahui seberapa besar gaya yang akan bekerja pada silinder
atau seberapa besar beban yang akan didorong atau ditarik oleh silinder, yang secara
teoritis dapat dihitung melalui rumus:
 Untuk silinder kerja tunggal:
F = ( D² . π/4 . P) - f
 Untuk silinder kerja ganda:
Langkah maju F = D² . π/4 . P
Langkah mundur : F = (D² - d²) . π/4 . P
Keterangan :
F = Gaya piston (N)
f = Gaya pegas (N)
D = Diameter piston (m)
d = Diameter batang piston (m)
A = Luas penampang piston yang dipasang (m²)
P = Tekanan kerja (Pa)

23
Selain itu juga harus diketahui terlebih dahulu bagaimana posisi dari silinder
terhadap bebannya, hal ini bertujuan ntuk menentukan berapa besar load ratio.
Adapun persamaannya sebagai berikut:
F=PxAxη
Keterangan :
F = Gaya gerak piston (N)
Pe = Tekanan pengukuran (Pa)
A = Luas permukaan piston (m2)
η = Viskositas (load ratio)
η = 0,7 untuk silinder dengan operasi seimbang
η = 0,8 untuk silinder dengan operasi dinamis
Pada mesin pengamplasan kayu ini dibutukan udara sebagai sumber
energinya. Untuk menyiapan udara dan untuk mengetahui biaya pengadaan energi,
terlebih dahulu harus diketahui konsumsi udara pada sistem. Pada tekanan kerja,
diameter piston dan langkah tertentu, konsumsi udara dihitung sebagai berikut:
Kebutuhan udara = Perbandingan kompresi x Luas penampang piston x
Panjang langkah
Untuk mempermudah dan mempercepat dalam menentukan kebutuhan
udara, tabel di bawah ini menunjukkan kebutuhan udara persentimeter langkah
piston untuk berbagai macam tekanan dan diameter piston silinder.
Silinder kerja tunggal : Q = s.n.q
Silinder kerja ganda : Q = 2 ( s.n.q )
Keterangan :
Q = Kebutuhan udara silinder ( 1/min )
q = Kebutuhan udara persentimeter langkah piston
s = Panjang langkah piston ( cm )
n = Jumlah siklus kerja per menit

24
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari materi tentang Sensor Cahaya ini, yaitu;
1. Sensor adalah alat untuk mendeteksi/mengukur sesuatu, yang digunakan untuk
mengubah variasi mekanis, magnetis, panas, sinar dan kimia menjadi tegangan dan
arus listrik. Sensor cahaya adalah alat yang digunakan untuk mengubah besaran
cahaya menjadi besaran listrik. Prinsip kerja dari alat ini adalah mengubah energi dari
foton menjadi elektron.
2. Jenis-jenis sensor cahaya , di antaranya: Detektor kimiawi, Fotoresistor atau Light
Dependent Resistor (LDR), Sel fotovoltaik atau sel matahari, Fotodioda, Tabung
fotomultiplier, Tabung cahaya yang mengandung fotokatoda, Fototransistor, Detektor
optis, Detektor cryogenic dan sebagainya.
3. Pneumatik dari segi bahasa berarti pneuma, yang artinya napas atau udara.
Pneumatik merupakan teori atau pengetahuan tentang udara yang bergerak,
keadaan-keadaan keseimbangan udara dan syarat-syarat keseimbangan.
4. Adapun ciri-ciri dari para perangkat sistem pneumatik yang tidak dipunyai oleh
sistem alat yang lain, adalah sebagai berikut :
 Sistem pengempaan, yaitu udara disedot atau diisap dari atmosphere kemudian
dimampatkan (dikompresi) sampai batas tekanan kerja tertentu (sesuai dengan
yang diinginkan). Dimana selama terjadinya kompresi ini suhu udara menjadi
naik.
 Pendinginan dan penyimpanan, yaitu udara hasil kempaan yang naik suhunya
harus didinginkan dan disimpan dalam keadaan bertekanan sampai ke obyek
yang diperlukan.
 Ekspansi (pengembangan), yaitu udara diperbolehkan untuk berekspansi dan
melakukan kerja ketika diperlukan.

25
 Pembuangan, yaitu udara hasil ekspansi kemudian dibebaskan lagi ke
atmosphere (dibuang).

DAFTAR PUSTAKA
http://ayunafroch96.blogspot.co.id/2014/04/perancangan-simulasi-sistempergerakan.html
http://ondyx.blogspot.co.id/2014/01/pengertian-dan-fungsi-pneumatik.html
http://budihartono.blog.uns.ac.id/2014/11/17/sistem-pneumatik/

26

Anda mungkin juga menyukai