Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

“Fluida Dinamis”
Mata Kuliah: Kapita Selekta Fisika Sekolah 1

Oleh Kelompok 1:

1. Beata Graceshela Muki


2. Indri Ayu Lisnahan
3. Maria Yonita Loro
4. Nurhuda Tulit Masan
5. Thersiana Haba
6. Kresensia K. Malapasa
7. Alberto Dimu Hau
8. Eduar Iwan Penlaana

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KOTA KUPANG
©2019

i
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan kasih
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah “ Fluida Dinamis” sebagai salah satu bentuk
pemenuhan tugas untuk Kapita Selekta Fisika Sekolah I dengan baik. Tidak lupa pula kami
ucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kami. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat banyak
kekeliruan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa sarana yang membangun.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Kupang, … September 2019


Hormat Kami

Para Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................................... ii


Daftar isi .................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 2
2.1 Pengertian Fluida Dinamis ................................................................................. 2
2.2 Hukum Bernoulli ............................................................................................... 4
2.3 Besaran-besaran dalam fluida dinamis .............................................................. 14
2.4 Persamaan Kontinuitas .................................................................................... 14

2.5 Kompresibilitas ................................................................................................. 15


2.6 Aliran Laminer dan Turbulen .............................................................................. 15

Latihan Soal .......................................................................................................... 17

BAB III PENUTUP ................................................................................................ 21


3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 22

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada umumnya materi dapat di bedakan menjadi tiga wujud, yaitu padat, cair dan gas. Benda
padat memiliki sifat mempertahankan bentuk dan ukuran yang tetap. Jika gaya bekerja pada benda
padat, benda tersebut tidak langsung berubah bentuk atau volumenya.
Benda cair tidak mempertahankan bentuk tetap, melainkan mengambil bentuk seperti tempat
yang di tempatinya, dengan volume yang tetap, sedangkan gas tidak memiliki bentuk dan volume
tetap melainkan akan terus berubah dan mmenyebar memenuhi tempatnya. Karena keduanya
memiliki kemampuan untuk mengalir. Zat memiliki kemampuan untuk mengalir disebut dengan zat
cair atau fluida.
Fluida dibedakan menjadi fluida static yaitu fluida dalam keadaan diam tidak mengalir dan
fluida dinamik. Fluida terbagi atas berbagai macam gaya gaya maupun tekanan-tekanan di dalam
fluida yang diam.
Suatu zat yang mempunyai kemampuan mengalir dinamakan Fluida. Cairan adalah salah satu
jenis fluida yang mempunyai kerapatan mendekati zat padat. Letak partikelnya lebih merenggang
karena gaya interaksi antar partikelnya lemah. Gas juga merupakan fluida yang interaksi antar
partikelnya sangat lemah sehingga diabaikan.
fluida dapat ditinjau sebagai sistem partikel dan kita dapat menelaah sifatnya dengan
menggunakan konsep mekanika partikel. Apabila fluida mengalami gaya geser maka akan siap
untuk mengalir. Jika kita mengamati fluida dinamis misalnya pada semprotan parfum. Berdasarkan
uraian diatas, maka pada makalah ini akan dibahas mengenai fluida dinamis.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian mengenai fluida dinamis?
2. Bagaimana persamaan hukum Bernoulli dan aplikasinya?
3. Bagaimana besaran-besaran dalam fluida dinamis?
4. Bagaimana persamaan kontuinitas?
5. Apa yang dimaksud dengan kompressibilitas, aliran laminar dan turbulen?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian fluida dinamis
2. Untuk mengetahui persamaan dari hukum Bernoulli beserta aplikasinya dalam hidup sehari-hari
3. Untuk mengetahui besaran-besaran dalam fluida dinamis
4. Untuk mengetahui persamaan kontuinitas
5. Untuk mengetahui kompressibilitas, aliran laminar dan turbulen

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Fluida Dinamis
Fluida ideal merupakan fluida yang tidak dapat dimampatkan atau dikatakan sebagai fluida
yang tidak kompresibel, artinya volume dan massa jenisnya tidak berubah karena pengaruh tekanan.
Saat mengalir, fluida ideal tidak mengalami gesekan oleh dinding tempatnya mengalir. Demikian
pula, benda yang bergerak dalam fluida ideal tidak mendapatkan hambatan dari gaya gesek. Aliran
fluida ideal dikatakan sebagai aliran laminar, artinya kecepatan aliran fluida pada sembarang titik
tidak berubah terhadap waktu, baik besarnya maupun arahnya. Dalam aliran laminer, setiap titik
pada fluida, bergerak dengan kecepatan tetap dan tidak saling mendahului ataupun memotong yang
lain (Paul.A, 1991).

Fluida dinamis adalah fluida (bisa berupa zat cair, gas) yang bergerak. Untuk memudahkan
dalam mempelajari, fluida disini dianggap steady (mempunyai kecepatan yang konstan terhadap
waktu), tak termampatkan (tidak mengalami perubahan volume), tidak kental, tidak turbulen (tidak
mengalami putaran-putaran).Dalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali hal yang berkaitan dengan
fluida dinamis ini.

Fluida Dinamis
Secara umum kita mengenal dua macam fluida, yaitu:
a. Fluida ideal
b. Fluida sejati
Adapun sifat fluida ideal adalah:
1) Tidak kompresibel (tidak mengalami perubahan volume) karena tekanan
2) Ketika bergerak tidak mengalami gesekan
3) Alirannya stationer (aliran fluida yang kecepatannya pada titik-titik tertentu konstan)
Sedangkan sifat fluida sejati:
1) Kompresibel (volumenya berubah/massa jenisnya bertambah bila ditekan)
2) Mempunyai viskositas (gesekan dalam fluida)
3) Alirannya tidak stationer (turbulen)
Di dalam geraknya pada dasarnya dibedakan dalam 2 macam, yaitu :
a. Aliran laminar / stasioner / streamline.
Suatu aliran dikatakan laminar / stasioner / streamline bila :

2
Setiap partikel yang melalui titik tertentu selalu mempunyai lintasan (garis arus) yang tertentu
pula.Partikel-partikel yang pada suatu saat tiba di K akan mengikuti lintasan yang terlukis pada
gambar di bawah ini. Demikian partikel-partikel yang suatu saat tiba di L dan M.Kecepatan
setiap partikel yang melalui titik tertentu selalu sama. Misalkan setiap partikel yang melalui K
selalu mempunyai kecepatan vK.
b. Aliran Turbulen
Aliran yang tidak memenuhi sifat-sifat di atas disebut : aliran turbulen
Aliran fluida dapat ditunjukan dengan cara ideal dan relatif sederhana. (Hugh dan Roger,
2001). Menurut Hugh dan Roger, (2001) Fluida ideal adalah fluida yang inkrompresible, yaitu yang
identitasnya sulit diubah dan tidak memiliki gesekan.

Pola yang ditempuh sebuah partikel dalam aliran fluida disebut garis alir. Jika seluruh pola
aliran tidak berubah terhadap waktu disebut aliran tunak. Gambar aliran fluida ditunjukan pada
Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Aliran fluida


Sumber : Fisika Bilingual SMA (Sunardi: 2006)
Gambar 2.1 menunjukkan dua pola aliran air aliran yang berbeda. Pola aliran pertama, pola air
aliran dengan garis arus mengikuti garis-garis yang sejajar atau garis lengkung. Pada pola ini arah
gerak bagian-bagian air teratur. Pola ini disebut sebagai aliran laminar (stasioner). Pola aliran
kedua, pola aliran yang arah gerak bagian-bagiannya tidak teratur dan banyak pusaran. Pada pola ini
garis arusnya akan saling memotong, Pola demikian disebut sebagai aliran turbulent. Menurut
(Hugh dan Roger, 2001)
Batas antara aliran laminar dan turbulent bagi zat cair yang mengalir di dalam pipa
dinyatakan dengan bilangan Reynolds (Na), yang dinyatakan dalam Persamaan 2.1 (Douglas, 2001).

𝑣
𝑁𝑎 = 𝜌
𝜇

Keterangan :

Na = Bilangan Reynolds

3
ρ = Massa jenis fluida (kg/m3 )
v = kecepatan fluida (m/s)
d = diameter (m)
𝜇 = viskositas fluida (Pa)

2.2. Hukum Bernoulli

Hukum Bernoulli yang merupakan persamaan dasar fluida tidak kompressibel yang mengalir
secara laminer telah diterapkan pada berbagai hal. Untuk lebih memahami hukum tersebut mari kita
lihat beberapa aplikasinya.

Prinsip Bernoulli menyatakan bahwa dimana kecepatan fluida tinggi, maka tekanan rendah dan
dimana kecepatan rendah maka tekanan tinggi (Doughlas, 2001).

Perhatikan Gambar 2.2 berikut :

Gambar 2.2 Aliran Pipa


Sumber : Fisika 2 SMA kelas XI (Fendi dan Purwoko : 2010)
Salah satu hukum dasar dalam menyelesaikan persoalan fluida bergerak adalah hukum
Bernoulli. Hukum Bernoulli sebenarnya adalah hukum tentang energi mekanik yang diterapkan
pada fluida bergerak sehingga keluar persamaan yang bentuknya khas. Sebagaimana lazimnya,
untuk menurunkan hukum Bernoulli, mari kita amati Gbr 11.7. Coba kita lihat elemen fluida pada
lokasi 1.
Luas penampang pipa: A1
Ketebalan elemen pipa: x1
Volum elemen fluida: V = A1 x1
Massa elemen fluida: m =  V
Kecepatan elemen: v1
Dengan demikian,
1 1
Energy kinetik elemen : 𝐾1 = 2 ∆𝑚𝑣12 = 2 𝜌∆𝑉𝑣12

Energi potensial elemen : 𝑈1 = ∆𝑚𝑔ℎ1 = 𝜌∆𝑔ℎ1


1
Energy mekanik elemen dilokasi 1 𝐸𝑀1 = 𝐾1 + 𝑈1 = 2 𝜌∆𝑉𝑣12

4
Gambar 2.3 Ilustrasi untuk menurunkan hokum Bernoulli
Sumber: Fisika Dasar I Penerbit ITB
Sekarang mari kita lihat elemen pada lokasi 2 Luas penampang pipa: A2
Ketebalan elemen pipa: x2
Volum elemen fluida: V = A2 x2
Massa elemen fluida: m =  V
Kecepatan elemen: v2
Dengan demikian,
1 1
Energy kinetik elemen : 𝐾2 = 2 ∆𝑚𝑣22 = 2 𝜌∆𝑉𝑣22
Energi potensial elemen : 𝑈2 = ∆𝑚𝑔ℎ2 = 𝜌∆𝑔ℎ2
1
Energy mekanik elemen dilokasi 2 𝐸𝑀2 = 𝐾2 + 𝑈2 = 2 𝜌∆𝑉𝑣22

Beberapa Aplikasi Dari Hukum Bernoulli

Asas Toricelli

Asas Toricelli sebenarnya aplikasi khusus dari hokum Bernoulli. Tetapi asas ini ditemukan
oleh Toricelli satu abad sebelum hukum Bernoulli dirumuskan sehingga nama asas Toricelli telah
umum digunakan.
Gambar 2.4 Menentukan laju keluar air dari
suatu keran pada bak penampung
yang sangat besar.

Sumber
:https://www.coursehero.com/file/
p617c55/Untuk-lebih-aplikasinya-
gambar-118 -bak- penampung

Bak yang penampangnya sangat besar diisi dengan air. Di dasar bak dipasang sebuah keran
yang penampangnya jauh lebih kecil daripada penampang bak. Berapa laju aliran air yang keluar
dari keran?

Kita terapkan hukum Bernoulli pada lokasi 1 dan lokasi 2, yaitu pada permukaan air dalam
bak dan pada mulut keran.

5
1 1
P1+ ρv12+ρgh1= P2+ 2 ρv22+ρgh2
2

Di lokasi 1 maupun lokasi 2 air didorong oleh tekanan udara luar sebesar 1 atm. Jadi, P1= P2=
Po= 1 atm. Karena luas penampang di lokasi 1 jauh lebih besar daripada luaspenampang di lokasi 2
maka laju turun permukaan air dalam bak sangat kecil dan dapat dianggap nol. Jadi kita ambil v1≈0 .
Akhirnya hukum Bernoulli selanjutnya dapat ditulis

1
𝑃0 + 0 + 𝜌𝑔ℎ1 = 𝑃0 + 𝜌𝑣22 + 𝜌𝑔ℎ2
2
atau
1 2
𝜌𝑣 = 𝜌𝑔(ℎ1 − ℎ2 )
2 2

𝑣 2 = √2𝑔(ℎ1 − ℎ2 )

Penampang penampung tidak terlalu besar

Kita telah membahas penampung yang penampangnya sangat bear

dibandingkan dengan penampang keran. Bagaimana jika penampang penampung tidak

terlalu besar dibandingkan dengan penampang keran? Mari kita kembali ke persamaan
Bernoulli dengan menggunakan 𝑃1 = 𝑃2 = 𝑃0 = 1 𝑎𝑡𝑚. Kita peroleh,
1 1
𝑃0 + 𝜌𝑣12 + 𝜌𝑔ℎ1 = 𝑃0 + 𝜌𝑣22 + 𝜌𝑔ℎ2
2 2

Selanjutnya kita gunakan persamaan kontinuitas 𝐴1 𝑣1 = 𝐴2 𝑣2

Dengan demikian kita dapatkan persamaan penampang penampung tidak terlalu besar adalah

2𝑔(ℎ1 − ℎ2 )
𝑣22 =
𝐴2
(1 − 22 )
𝐴1

Venturimeter

Venturimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur laju aliran fluida dalam bipa
tertutup. Contohnya mengukur laju aliran minyak pada pipa-pipa penyelur minyak dari tempat
pengilangan ke kapal tangker di pelabuhan. Karena minyak yang mengalir dalam pipa tidak
dapat dilihat, maka diperlukan teknik khusus untuk mengukur laju alirannya tersebut. Teknik

6
yang dilakukan adalah memasang pipa yang penampangnya berbeda dengan penampang pipa utama
kemudian mengukur tekanan fluida pada pipa utama dan pipa yang dipasang.

Kita terapkah hukum Bernoulli pada dua lokasi di pipa utama dan pipa yang dipasang.

1 1
P1+ 2 ρv12+ρgh1= P2+ 2 ρv22+ρgh2
Karena pipa posisinya mendatar, maka kita dapat mengambil ℎ1 = ℎ2 sehingga
1 1
𝑃1 + 𝜌𝑣12 = 𝑃2 + 𝜌𝑣22
2 2

Gambar 2.5 Skema pengukuran aliran fluida dengan venturimeter


Sumber: Fisika Dasar I Penerbit ITB

Dan persamaaan yang dapat diperoleh dari venturimetei ini adalah ;

2( 𝑃1 − 𝑃2 )
𝑣12 =
𝐴2
𝜌 ( 12 − 1)
𝐴2

Tabung Pitot

Tabung pitot dapat digunakan untuk mengukur laju


aliran udara. Tabung ini memilikidua ujung pipa. Satu ujung
pipa (ujung 1) memiliki lubang yang menghadap aliran udara
dan ujung yang lain (ujung 2) memiliki lubang yang
menyinggung aliran udara. Udara yang masuk pada ujung 1
pada akhirnya diam di dalam pipa sedangkan udara pada
ujung 2 memiliki laju yang sama dengan laju udara luar. Alat
Gambar 2.6 Skema tabung pitot ukur tekanan mengukur beda tekana udara pada dua ujung
Sumber: Fisika Dasar I Penerbit ITB
pipa. Kita gunakan hokum Bernoulli pada ujung 1 dan ujung2
Berdasarkan beda tekanan tersebut maka laju aliran udara dapat ditentukan menjadi
Sumber: Fisika Dasar I Penerbit
ITB 2∆𝑃
𝑣=√
𝜌

7
Gaya Angkat Pada Pesawat Terbang

Pesawat terbang bisa naik atau turun bukan karena memiliki mesin yang dapat mendorong
ke atas atau ke bawah. Mesin pesawat hanya menghasilkan gaya dorong ke arah depan. Tetapi
mengapa pesawat bisa naik dan turun? Bahkan pesawat jet komersial bisa naik hingga ketinggian di
atas 10 km dari permukaan laut. Penyebabnya adalah struktur sayap pesawat terbang yang
dirancang sedemikian rupa sehingga laju aliran udara tepat di sebelah atas sayap lebih kecil
daripada laju aliran udara tepat di bawah sayap. Maka penampang pesawat terbang harus
melengkung di sisi atas dan datar di sisi bawah. Udara di sisi atas pesawat menempuh jarak yang
lebih jauh dari udasa di sisi bawah. Agar aliran yang dihasilkan laminer maka molekul udara yang
berdekatan pada ujung depan pesawat kemudian dibelah oleh saya sehingga salah satu bergerak di
sisi atas sayap dan salah satu bergerak di sisi bawah sayap harus kembali bertemu di ujung belakang
sayap. Ini berarti, molekul-molekul tersebut bergerak dari ujung depan ke ujung belakang sayap
dalam selang waktu yang sama. Ini hanya bisa terjadi jika laju udara di sisi atas pesawat lebih besar
daripada laju udara di sisi bawah sayap.

Gambar 2.7. Pesawat bisa terbang karena memanfaatkan hukum Bernoulli


Sumber: Fisika Dasar I Penerbit ITB

Persamaan yang diperoleh dari gaya angkat pesawat terbang berkaitan dengan hukum
Bernoulli adalah;
1
∆𝐹 = 𝜌(𝑣22 − 𝑣12 )𝐴𝑒𝑓
2

Agar pesawat bisa terangkat naik maka gaya pada persamaan (11.20) harus lebih besar
daripada berat total pesawat (pesawat dan muatan). Ini dapat dicapai bila laju pesawat cukup tinggi.
Itu sebabnya mengapa saat take off pesawat harus memiliki laju yang cukup dulu sebelum
meninggalkan landasan. Laju minimum yang diperlukan pesawat saat take off bergantung pada
berat pesawat. Pesawat besar mnemerlukan laju yang lebih besar. Laju ini dicapai dengan
menempuh jarak tertentu pada landasan. Oleh karena itu pesawat besar memerlukan landas pacu
yang lebih panjang.

8
Parfum Spray

Banyak parfum menggunakan cara spray untuk


menyemprotkan cairan dalam botol ke tubuh. Prinsip yang
dilakukan adalah menghasilkan laju udara yang besar di ujung
atas selang botol parfum. Ujung bawah selang masuk ke dalam
cairan parfum. Tekanan udara di permukaan cairan parfum
dalam botol sama dengan tekanan atmosfer. Akibat laju udara
yang tinggi di ujung atas selang maka tekanan udara di ujung
atas selang menurun. Akibatnya, cairan parfum terdesak ke atas
sepanjang selang. Dan ketika mencapai ujung atas selang, cairan
Gambar 2.8.Prinsip kerja spray
Sumber: Fisika Dasar I Penerbit ITB tersebut dibawa oleh semburan udara sehingga keluar dalam
bentuk semburan droplet parfum.
Prinsip serupa kita jumpai pada pengecatan airbrush. Udara yang dihasilkan oleh
kompresor dialirkan di ujung atas selang penampung cat sehingga keluar semburan droplet cat ke
arah permukaan benda yang akan dilukis.

Berlayar Melawan Angin

Perahu layar biasanya bergerak searah angin karena


dorongan angin pada layar. Tetapi dengan memanfaatkan
hokum Bernoulli orang bisa merancang layar perahu
sehingga dapat bergerak dalam arah berlawanan dengan
arah angin. Perahu semacam ini perlu dua buah layar yang
bisa diatur-atur orientasinya.Jila kalian lihat lomba layar
internasional, tampak bahwa semua perahu memiliki dua
layar. Ini dimaksudkan agar perahu tetap dapat bergerak
Gambar 2.9. Perahu layar sedang sedang bergerak
melawan angin. ke arah yang diinginkan, dari manapun arah angin bertiup,
Sumber: Fisika Dasar I Penerbit ITB sekalipun dari arah depan. Bagaimana menjelaskannya?

9
Gambar 2.10 Diagram gaya pada perahu.
Untuk menghasilkan gerak berlawanan arah angin, kedua layar diatur sedemikian rupa
Sumber: Fisika Dasar I Penerbit ITB
sehingga angin yang masuk ruang andar dua layar memiliki kecepatan lebih besar. Lengkungan
layar mirip dengan lengkungan sisi atas sayap pesawat terbang sehingga kecepatan angin pasa sisi
lengkungan layar (di depan layar) lebih besar daripada kecepatan angin di belakang layar. Gaya
Bernoulli (akibat perbedaan tekanan) mendorong perahu dalam arah tegak lurus arah angin. Nanum,
pada saat bersamaan, air laut menarik sirip perahu dalah arah yang hampir tegak lurus dengan
sumbu perahu.
Jadi ada dua gaya sekaligus yang bekerja pada perahu, yaitu gaya Bernouli yang bekerja pada
layar dan gaya oleh air pada sirip perahu. Diagram kedua gaya tersebut tampak pada Gbr 11.14.
Resultan ke dua gaya tersebut memiliki arah yang hampir berlawanan dengan arah angin. Dengan
demikian, perahu bergerak dalam arah hampir berlawanan dengan arah datang angin.

Viskositas
Viskositas adalah besaran yang mengukur kekentalan fluida. Hingga saat ini, kita anggap
fluida tidak kental. Persamaan Bernolli yang telah kita bahas berlaku untuk fluida yang tidak kental.
Namun, sebenarnya, semua fluida memiliki kekentalan, termasuk gas. Untuk memperagakan
adanya kekentalan fluida, lihat Gambar 11.15. Fluida diletakkan di antara dua pelat sejajar. Satu
pelat digerakkan dengan kecepatan konstan v arah sejajar ke dua pelat. Permukaan fluida yang
bersentuhan dengan pelat yang diap tetap diam sedangkan yang bersentuhan dengan pelat yang
bergerak ikut bergerak dengan kecepatan v juga. Akibatnya terbentuk gradien kecepatan.
Lapisan fluida yang lebih dekat dengan pelat bergerak memiliki kecepatan yang lebih besar. Untuk
mempertahankan kecepatan tersebut, diperlukan adanya gaya F yang memenuhi
𝑣
𝐹 = 𝜂𝐴 𝑙

Gambar 2.11. Menentukan kekentalan fluida.


Sumber: Fisika Dasar I Penerbit ITB
dengan A luas penampang pelat, l jarak pisah dua pelat, F gaya yang diperlukan untuk

mempertahankan pelat tetap bergerak relatif dengan kecepatan v, dan  : konstanta yang disebut

10
koefisien viskositas fluida. Satuan viskositas adalah N s/m2. Jika dinyatakan
dalam satuan CGS, satuan viskositas adalah dyne s/cm2. Satuan ini disebut juga poise (P).
Umumnya koefisien viskositas dinyatakan dalam cP (centipoises = 0,001 P). Tabel

11.1 adalah koefisien viskositas beberapa


jenis fuida Tabel 11.1 Koefisien
viskositas beberapa jenis fluida
Fluida Suhu, oC Koefisien viskositas, , Poise
0 1,8
20 1,0
100 0,3
Etanol 20 1,2
Oli mesin (SAE 19) 30 200
Gliserin 20 830
Udara 20 0,018
Hidrogen 0 0,009
Uap air 100 0,013

Persamaan Poiseuille
Salah satu cara menentukan koefisien viskositas fluida dirumuskan oleh J. L. Poiseuille
(1799-1869). Satuan poise untuk koefisien viskositas diambil dari namanya. Kita dapat menentukan
koefisien viskositas fluida dengan mengalirkan fluida tersebut ke dalam pipa dengan luas
penampang tertentu. Agar fluida dapat mengalir maka antara dua ujung pipa harus ada perbedaan
tekanan. Debit fluida yang mengalir melaui pipa memenuhi persamaan Poiseuille

𝜋𝑟 4 Δ𝑃
𝑄=
8𝜂𝐿

dengan Q debit aliran fluida, r jari-jari penampang pipa, L panjang pipa, P beda tekanan antara
dua ujung pipa,  koefisien viskositas.
Untuk mengalirkan minyak dari satu tempat ke tempat lain melaui pipa-pipa diperlukan
pompa yang cukup kuat sehingga terjadi perbedaan tekanan antara dua ujung pipa. Gerakan jantung
menyebabkan perbedaan tekanan antara ujung pembuluh darah sehingga darah bisa mengalir.
Pompa yang dipasang pada sumber lumpur lapindo sering gagal bekerja karena viskositas lumpur
yang sangat besar. Berdasarkan persamaan (11.22) debit aliran berbanding terbalik dengan
viskositas. Viskositas lumpur yang sangat besar menyebabkan debit aliran yang sangat kecil
meskipun perbedaan tekanan yang dihasilkan pompa cukup besar

11
.Hukum Stokes
Hukum Stokes bisa pula digunakan untuk menentukan koefisien viskositas fluida. Benda
yang bergerak dalam fluida mendapat gaya gesekan yang arahnya berlawanan dengan arah gerak
benda. Besarnya gaya gesekan bergantung pada kecepatan relatif benda terhadap fluida serta bentuk
benda. Untuk benda yang berbentuk bola, besarnya gaya gesekan memenuhi hokum Stokes
𝐹 = 6𝜋𝜂𝑟𝑣

dengan F gaya gesekan pada benda oleh fluida, r jari-jari bola, v laju bola relative terhadap fluida,
dan  koefisien viskositas.
Jika benda berbentuk bola dijatuhkan dalam fluida maka mula-mula benda bergerak turun
dengan kecepatan yang makin besar akibat adanya percepatan gravitasi. Pada suatu saat kecepatan
benda tidak berubah lagi. Kecepatan ini dinamakan kecepatan terminal. Gaya yang bekerja pada
benda selama bergerak jatuh adalah gaya berat ke bawah, gaya angkat Archimedes ke atas, dan
gaya Stokes yang melawan arah gerak (ke atas juga). Saat tercapat kecepatan terminal, ketiga gaya
tersebut seimbang.

Besarnya gaya berat benda


4𝜋 3
𝑊 = 𝑚𝑔 = 𝜌𝑏 𝑉𝑔 = 𝜌𝑏 ( 𝑟 )𝑔
3
Besarnya gaya angkat Archimedes
4𝜋
𝐹𝐴 = 𝜌𝑓 𝑉𝑔 = 𝜌𝑓 ( 𝑟3 ) 𝑔
3

Besarnya gaya Stokes

𝐹 = 6𝜋𝜂𝑟𝑣

Gambar 2.12. Gaya yang bekerja pada bola yang jatuh ke dalam fluida.
Sumber: Fisika Dasar I Penerbit ITB

12
Ketika benda mencapai kecepatan terminal, ke tiga gaya tersebut memenuhi
𝑊 = 𝐹𝐴 + 𝐹𝑆
4𝜋 4𝜋
𝜌𝑏 ( 𝑟3 ) 𝑔 = 𝜌𝑓 ( 𝑟3 ) 𝑔 + 6𝜋𝜂𝑟𝑣
3 3

4𝜋
𝑟3 (𝜌𝑏 − 𝜌𝑓 ) = 6𝜋𝜂𝑟𝑣
3
atau

9𝜂𝑣
𝜌𝑏 − 𝜌𝑓 =
𝑟2
Transisi dari Aliran Laminer ke Turbulen
Fluida yang mengalir melalui benda atau mengalir dalam pipa bersifat laminar jika laju
fluida cukup kecil. Jika laju fluida diperbesar maka suatu saat aliran fluida menjadi turbulen.
Adakah kriteria untuk menentukan apakah aliran fluida bersifat laminar arau turbulen?
Jawabannya ada. Kriteria tersebut diberikan oleh bilangan Reynolds. Bilangan Reynolds
didefinisikan sebagai
𝜌𝑣𝐷
𝑅=
𝜂

dengan R bilangan Reynolds (tidak berdimensi),  massa jenis fluida, v laju aliran fluida,
koefisien viskositas, dan D dimensi benda yang dilalui fluida atau diameter penampang pipa
yang dialiri fluida. Jika R kurang dari 2000 maka aliran fluida adalah laminar. Tetapi jika R lebih
besar dari 5000 maka aliran fluida adalah turbulen.

Gesekan Udara
Fenomena gesekan udara pada benda yang bergerak memegang peranan penting dalam
perancangan alat-alat transportasi. Adanya gesekan udara menimbulkan pemborosan
penggunakan bahan bakar karena sebagian gaya yang dihasilkan oleh mesin kendaraan atau
pesawat digunakan untuk melawan gesekan udara. Pabrik yang ingin merancang mobil
berkecepatan tinggi, seperti mobil balap harus memperhitungkan benar gesekan
udara. Struktur mobil balap dirancang sedemikian rupa sehingga gesekan udara yang dihasilkan
sekecil mungkin.
Besarnya gesekan udara pada benda yang bergerak memenuhi persamaan

1
𝐹 = 𝐶𝐷 × 𝜌𝐴𝑃 𝑣 2
2

1
𝐹 = 𝐶𝐷 × 𝜌𝐴𝑃 𝑣 2
2

13
1
dengan CD koefisien gesekan,  massa jenis
udara, v laju relatif benda terhadap udara, dan
Ap proyeksi luas benda terhadap arah aliran
udara. Koefisien gesekan tergantung pada
bentuk permukaan benda. Mobil balap

Gambar 2.13. Koefisien gesekan udara pada berbagai memiliki koefisien gesekan kecil
jenis kendaraan dibandingkan dengan mobil biasa.
Sumber: Fisika Dasar I Penerbit ITB
Parasut yang digunakan penerjun payung dimaksudkan untuk menghasilkan gesekan
udara sehingga kecepatan turun penerjun tidak terlalu besar yang
memungkinkan pendaratan dengan selamat. Saat pesawat ulang-alik mendarat kembali di bumi,
sering kali parasut dilepas dari bagian ekornya untuk menghasilkan gesekan udara sehingga
pesawat dapat berhenti dengan segera. Para pembalap sepeda menggunakan helm khusus yang
dapat mengurangi gesekan udara sehingga pembalap tidak cepat lelah meskipun memacu sepeda
dengan kecepatan tinggi.

Gesakan udara juga berpengaruh pada stabilitas benda yang bergerak, khususnya jika
kecepatan benda sangat tinggi. Alat transportasi seperti pesawat terbang dan kereta api
berkecapatan tinggi harus dirancang khusus sehingga gesekan udara ditekan sekecil mungkin
dan kestabilannya terjaga akibat adanya gaya yang dihasilkan oleh udara. Gbr 11.18 adalah
bentuk depan salah satu kereta api supercepat di Jepang “shinkansen” yang memungkinkan
kereta api tersebut tetap stabil meskipun bergerak dengan kecepatan di atas 300 km/jam.

Gambar 2.14. Rancangan bagian depan kereta supercepar Shinkansen untuk


mengurangi gaya gesekan dan meningkatkan kestabilan gerak.
Sumber: Fisika Dasar I Penerbit ITB

14
2
2.3. Besaran-besaran dalam fluida dinamis

Debit aliran (Q)


Yang dimaksud debit aliran suatu zat cair adalah banyaknya volume zat cair yang
melewati suatu penampang tiap satuan waktu.

𝑄 = 𝐴. 𝑉

Dimana

Q = debit aliran (m3/s)

A = luas penampang (m2)

V = laju aliran fluida (m/s)

Berdasarkan definisi debit yaitu volume zat cair yang mengalir per satuan waktu, maka
satuan debit adalah “satuan volume per satuan waktu”. Contoh satuan debit adalah m3/detik,
m3/jam, liter/detik, liter/jam, ml/detik, dan lain sebagainya.

2.4. Persamaan Kontinuitas

Jika pipa yang dialiri fluida tidak bocor sehingga tidak ada fluida yang meninggalkan
pipa atau fluida dari luar yang masuk ke dalam pipa sepanjang pipa maka berlaku hukum
kekekalan massa. Jumlah massa fluida yang mengalir per satuan waktu pada berbagai
penampang pipa selalu sama.

Gambar 2.15.Massa fluida yang mengalir per satuan waktu pada berbagai penampang pipa selalu
sama.
Sumber: Fisika Dasar I Penerbit ITB
Akibat hukum kekekalan massa maka
Q1 Q2

atau
A1v1  A2v2

Persamaan diatas disebut juga persamaan kontinuitas. Berdasarkan persamaan di atas kita

3 15
akan dapatkan bahwa pada bagian pipa yang sempit, fluida bergerak dengan kecepatan lebih
cepat.
Pada daerah penyempitan sungai aliran air lebih kencang daripada pada daerah yang lebar.
Air yang keluar dari keran (tidak menyembur) memperlihatkan perubahan luas penampang yang
makin kecil pada posisi yang makin ke bawah. Akibat gravitasi, makin ke bawah, laju air makin
besar. Agar terpenuhi persamaan kontinuitas, maka makin ke bawah, luas penampang air harus
makin kecil.

Gambar 2.16. Air yang mengalir turun dari suatu keran mengalami perubahan luas penampang.
Makin ke bawah, penampang air makin kecil.
Sumber: Fisika Dasar I Penerbit ITB
2.5. Kompressibilitas

Kompresibilitas mengukur perubahan volum fluida jika diberi tekanan. Jika fluida berupa
gas maka tekanan dapat mengubah volume gas dengan mudah. Kita katakan gas merupakan
fluida yang kompresibel. Zat cair tidak terlalu dipengaruhi oleh tekanan. Tekanan yang sangat
besar sekalipun hanya mengubah volume cairan dalam fraksi yang sangat kecil. Untuk
mudahnya, dalam bab ini kita anggap fluida cair tidak mengalami perubahan volum akibat
pemberian tekanan. Jadi fluida cair kita anggap tidak kompresibel.
2.6. Aliran Laminer dan Turbulen

Kalian pernah mengamati aliran air sungai atau selokan yang cukup kencang bukan?
Tampak adanya pusaran-pusaran air. Aliran yang mengandung pusaran-pusaran semacam itu
disebut aliran turbulen. Membahas fluida yang mengandung aliran turbulen sangat sulit. Untuk
itu, pada bab ini kita hanya membahas aliran fluida yang tidak turbulen. Aliran semacam ini
disebut aliran laminer.

Gambar 2.17. (a) Aliran laminer dan (b) aliran


turbulen
Sumber: Fisika Dasar I Penerbit ITB

16
4
Latihan Soal

1. Suatu zat cair dialirkan melalui pipa seperti tampak pada gambar berikut.

Jika luas penampang A1= 8 cm2,A2= 2 cm2,dan laju zat cair v = 2 m/s. Maka besar v1 adalah....
A. 0,5 m/s
B. 1,0 m/s
C. 1,5 m/s
D. 2,0 m/s
E. 2,5 m/s
Pembahasan :
Untuk menghitung besarnya v1 kita akan menggunakan persamaan kontinuitas
Q1=Q2
A1.v1=A2.v2
8.v1=2.2
2
v1= 8 . 2 = 0,5 𝑚/𝑠
Jawaban : A

2. Air mengalir pada suatu pipa yang diameternya berbeda dengan perbandingan 1: 2. Jika
kecepatan air yang mengalir pada bagian pipa yang besar sebesar 40 m/s, maka besarnya
kecepatan air pada bagian pipa yang kecil sebesar.... m/s
A. 20
B. 40
C. 80
D. 120
E. 160
Pembahasan :
Diketahui diameter pipa kecil : diameter pipa besar = 1 : 2
v2 = 40 m/s
Untuk menghitung besarnya v1 kita akan menggunakan persamaan kontinuitas

5 17
A1.v1 = A2. v2
Luas penampang dihitung dari luas lingkaran dimana A = 1/4.πd2, sehingga:
1/4.πd12. v1=1/4.πd22. v2
(1)2.v1= (2)2. 40 m/s
4
𝑣1 = . 40 = 160 𝑚/𝑠
1
Jawaban E

3. Pipa berjari-jari 15 cm disambung dengan pipa lain yang berjari-jari 5cm. Keduanya dalam
posisi horizontal. Apabila kecepatan aliran air pada pipa besar adalah 1 m.s -1 pada tekanan
105 N.m-2, maka tekanan pada pipa yang kecil (massa jenis air 1 gr.cm-3) adalah....
A. 10.000 N
m-2 B. 15.000
N m-2 C.
30.000 N m-2
D. 60.000 N
m-E. 90.000
N m-2

Pembahasan :

Untuk menghitung besarnya kecepatan pada pipa kecil (v2) kita akan menggunakan
persamaan kontinuitas
Q1 = Q2 A1.v1 = A2. v2
Karena lingkaran untuk menentukan luas penampang, menggunakan rumus A = πr2
𝜋𝑟12 . 𝑣1 = 𝜋𝑟22 . 𝑣2
(15)2 . 1 = (5)2 . 𝑣2
225
𝑣2 = . 1 = 9 𝑚⁄𝑠
25

Untuk menghitung tekanan di pipa kecil (P2) kita akan menggunakan Persamaan
Bernoulli: p11 + ρgh1 + ½ ρv 2 =2p2 + ρgh2 + ½ ρv 2
Karena posisi keduanya horizontal maka nilai h1 dan h2 = 0,
maka P
1
1+½2 ρv 2 =2 P + ½ ρv 2

P2 = P1+ ½1 ρ(v
2
2
-v 2)

18
6
P2 = 105 + 1/2. 103. (12- 92)
P2 = 100.000 -
40.000 P2 = 60.000
N.m-2
Jawaban : D

4. Fluida ideal mengalir melalui pipa mendatar dengan luas penampang A m2, kemudian fluida
mengalir melalui dua pipa yang luas penampangnya lebih kecil
seperti gambar.

Kecepatan fluida pada pipa yang luas penampangnya 0,75 A m2 adalah....


A. 0,5 m/detik
B. 2/3 m/detik
C. 1,5 m/detik
D. 2 m/detik
E. 2,5 m/detik
Pembahasan :
Untuk menyelesaikan soal ini kita menggunakan persamaan kontinuitas
Q1 = Q2 + Q3
A1.v1 = A2. v2 + A3. v3
A. 2 = 0,5 A. 3 + 0,75 A. v3
v3 = 2/3 m/s
Jawaban : B
5. Sayap pesawat terbang dirancang agar memiliki gaya angkat ke atas maksimal, seperti
gambar jika v adalah kecepatan aliran udara dan P adalah tekanan udara maka sesuai dengan
azas bernoulli rancangan tersebut dibuat agar.....

19
7
A. VA > VB sehingga PA > PB
B. VA > VB sehingga PA < PB
C. VA < VB sehingga PA < PB
D. VA < VB sehingga PA > PB
E. VA > VB sehingga PA = PB
Pembahasan : :
Menurut Persamaan Bernoulli jika kecepatan fluida makin besar maka tekanannya makin kecil.
Menurut gambar agar sayap pesawat terangkat maka perlu PB > PA maka vA > vB
Jawaban : B

20
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan materi diatas, kita dapat mengambil beberapa kesimpulan,
diantaranya:

 Fluida dinamis adalah fluida (bisa berupa zat cair, gas) yang bergerak.
 Prinsip Bernoulli menyatakan bahwa dimana kecepatan fluida tinggi, maka tekanan
rendah dan dimana kecepatan rendah maka tekanan tinggi
Beberapa Aplikasi Dari Hukum Bernoulli
 Asas Toricelli
 Persamaan Poiseuille
 Penampang penampung
 Hukum Stokes
tidak terlalu besar
 Transisi dari Aliran
 Venturimeter
Laminer ke Turbulen
 Tabung Pitot
 Gesekan Udara
 Gaya angkat pada pesawat
 Viskositas
terbang
 Parfum Spray
 Berlayar melawan angin

 Besaran-besaran dalam fluida dinamis


Debit aliran (Q) adalah banyaknya volume zat cair yang melewati suatu penampang tiap
satuan waktu.

Q = A.V
 Persamaan Kontinuitas
Q1 Q2 atau A1v1  A2v2

 a) Kompresibilitas
Kompresibilitas mengukur perubahan volum fluida jika diberi tekanan. Jika fluida
berupa gas maka tekanan dapat mengubah volume gas dengan mudah.

b) Aliran yang mengandung pusaran-pusaran semacam itu disebut aliran turbulen.


Aliran fluida yang tidak turbulen. Aliran semacam ini disebut aliran laminer

21
9
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mikrajuddin. 2007. Fisika Dasar 1 Edisi Revisi. Bandung: ITB


Fendi,dkk.2010.Fisika 2 SMA kelas XI.
Elmianti.2014. Makalah Fisika Dinamis.Universitas Negeri Makassar: Pendidikan
Fisika

22
10

Anda mungkin juga menyukai