OLEH
KUPANG
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis mengucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena atas
berkat, bimbingan, dan penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Judul makalah ini ialah “EL NINO DAN LA NINA”. Makalah ini berisikan
penjelasan tentang bagaimana cara terbentuknya serta dampaknya bagi kehidupan. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah IPBA
Penulis menyadari bahwa pembahasan hanya pada batasan masalah pada makalah ini,
sehingga kritik dan saran sangat dibutuhkan penulis untuk melengkapi makalah ini baik dari segi
teori, metode, dan analisis sehingga dapat menjadi acuan referensi bagi penelitian selanjutnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER ....................................................................................................................................... i
iii
BAB I
PENDAHULULAN
1.3 TUJUAN
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari El nino dan La nina.
1.3.2 Untuk mengetahui factor-faktor yang menyebabkan terjadinya El nino dan La nina.
1.3.3 Untuk mengetahui proses terjadinya El nino dan La nina.
1.3.4 Untuk mengetahui cara mendeteksi El nino dan La nina.
1.3.5 Untuk mengetahui dampak dari peristiwa El nino dan La nina.
1
BAB II
ISI
2.1 Pengertian El Nino dan La Nina
ENSO merupakan singkatan dari El Nino Southern
Oscillation. Fenomena ENSO terdiri dari tiga fase yaitu El
Nino, La Nina dan Netral. ENSO sendiri merupakan
fenomena alam berupa fluktuasi suhu muka laut di sekitar
bagian tengah dan timur equator samudera pasifik yang
berinteraksi dengan perubahan kondisi atmosfer di atasnya.
Fluktuasi suhu muka laut tersebut kemudian akan
menghasilkan episode El Nino, La Nina dan fase netral yang berevolusi secara bergantian.
Fluktuasi suhu muka laut pada Samudera Pasifik pada saat fase El Nino dan fase La Nina
membentuk pola naik turun yang terlihat seperti sebuah osilasi. Fluktuasi suhu muka laut
tersebut akan berkaitan dengan pada pola tekanan udara yang diamati pada Darwin dan Tahiti
di mana kedua kota ini berada di Bumi Belahan Selatan (BBS). Maka para ahli menyebut
fenomena yang berkaitan dengan dinamika suhu muka laut dan atmosfer serta fase el nino dan
la nina dengan istilah El Nino Southern Oscillation yang disingkat ENSO
El-Nino berasal dari bahasa Spanyol yang berarti “anak lelaki”. Kebalikan dari
fenomena ini selanjutnya diberi nama La-Nina (juga bahasa Spanyol) yang berarti “anak
perempuan”. El Nino dan La Nina adalah dinamika atmosfer dan laut yang mempengaruhi
cuaca di sekitar laut Pasifik. El Nino merupakan salah satu bentuk penyimpangan iklim di
samudera pasifik yang ditandai dengan kenaikan suhu permukaan laut di daerah katulistiwa
bagian tengah dan timur. El Nino diawali dengan memanasnya suhu permukaan laut di pantai
barat Peru-Ekuador (Amerika Selatan) yang menyebabkan gangguan iklim secara global. La-
Nina adalah kebalikan dari El-Nino. La nina terjadi saat permukaan laut di pasifik tengah dan
timur suhunya lebih rendah dari biasanya pada waktu-waktu tertentu. Biasanya, setelah
setahun/dua tahun El-Nino maka disusul satu dua tahun berikutnya terjadi La-Nina. Kedua
fenomena di perairan pasifik ini memberikan dampak yang signifikan bagi kehidupan manusia.
2
2.2 Faktor Penyebab
Beberapa faktor penyebab terjadinya El Nino dan La Nina
Anomali suhu yang mencolok di perairan samudera pasifik.
Melemahnya angin passat (trade winds) di selatan pasifik yang menyebabkan pergerakan
angin jauh dari normal.
Kenaikan daya tampung lapisan atmosfer yang disebabkan oleh pemanasan dari perairan
panas dibawahnya. Hal ini terjadi di perairan Peru pada saat musim panas.
Adanya perbedaan arus laut di perairan samudera pasifik.
3
Pada fase la nina, hembusan angin pasat dari timur ke barat menjadi lebih kuat. Angin pasat
yang bertiup lebih kencang ini meyebabkan kolam hangat yang terbentuk menjadi luas ke barat
ke perairan Indonesia. Kekosongan massa air laut yang berpindah ke barat diisi oleh massa air
laut yang lebih dingin dari bagian bawah lautan samudera pasifik bagian timur. Kondisi ini
menambah perbedaan suhu permukaan antara pasifik equator bagian timur dan barat sehingga
sirkulasi walker menjadi lebih kuat. Dengan adanya pergeseran kolam hangat ke perairan
sekitar Indonesia menyebabkan penguapan yang terbentuk semakin banyak, peluang
pembentukkan awan semakin besar, peluang hujan juga semakin besar. Untuk wilayah
Indonesia hal ini berarti peluang potensi banjir, tanah longsor dan angina kencang juga
semakin besar besar. La nina kuat terjadi pada tahun 1998 dan 2010.
Fenomena La-Nina dikelompokkan berdasarkan nilai anomali suhu muka laut/Sea Surface
Temperature (SST) adalah sebagai berikut:
1. La-Nina Lemah, yang ditetapkan jika SST bernilai <- 0,5 dan berlangsung minimal
selama 3 bulan berturut-turut.
2. La-Nina sedang, yang ditetapkan jika SST bernilai antara – 0,5 s/d -1 dan berlangsung
minimal selama 3 bulan berturut-turut.
3. La-Nina kuat, yang ditetapkan jika SST bernilai > -1 dan berlangsung minimal selama
3 bulan berturut-turut.
Pada kondisi el nino, angin pasat yang biasa berhembus dari timur ke barat melemah atau
justru berbalik arah dengan demikian air hangat tidak bisa terbawa ke sebelah barat pasifik
equator dan air hangat pun tergeser ke bagian tengah dan timur. Dengan bergesernya air hangat
ini, sirkulasi walker di atmosfer juga berubah. Pusat penguapan, pusat pembentukkan awan
dan hujan pun tergeser. Pola angin dan hujan juga berubah khusunya wilayah-wilayah di
sekitar pasifik equator. Negara-negara di pasifik Timur seperti Peru akan mendapatkan banyak
hujan. Sedangkan Indonesia, Australia dan wilayah sekitar pasifik equator Barat lainnya
4
mengalami potensi hujan semakin berkurang sehingga menambah potensi terjadinya
kekeringan. Fenomena el nino terkuat terjadi pada tahun 1997 dan 2015.
5
menguat sehingga SOI bernilai positif. Adapun persamaan untuk menentukan nilai SOI
adalah:
Dengan:
Pdiff = selisih antara rata-rata satu bulan SLP (Tekanan Permukaan Laut) Tahiti
dan rata-rata SLP Darwin.
Pdiffav = rata-rata jangka panjang Pdiff di bulan yang dimaksud.
SD (Pdiff) = Standar Deviasi jangka panjang dari Pdiff di bulan yang dimaksud.
2. SST (Sea Surface Temperature)
Beberapa variabel yang dapat digunakan untuk memahami interaksi antara laut
dengan atmosfer salah satunya adalah suhu permukaan laut (SST). La Nina ditandai dengan
mendinginnya suhu muka laut di Pasifik Equator bagian timur atau SST lebih rendah
dibandingkan dengan rata-ratanya. Sedangkan el nino terjadi saat anomali suhu permukaan
laut (SST) di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur berada di atas normal.
Reynold dkk, 2007, dua produk analisis permukaan laut dengan resolusi tinggi
(SST) telah dikembangkan dengan menggunakan interpolasi optimal (OI). Analisis
memiliki resolusi grid spasial 0,25° dan resolusi temporal 1 hari. Satu produk
menggunakan data SST satelit Infrared High Resolution Radiometer (AVHRR). Yang
lainnya menggunakan AVHRR dan Advanced Microwave Scanning Radiometer (AMSR)
pada data satelit SST Earth Observing System. Kedua produk tersebut juga menggunakan
data situ dari kapal dan pelampung dan mencakup penyesuaian bias satelit skala besar
berkenaan dengan data in situ. Karena cakupan near-all-weather AMSR, ada peningkatan
varians sinyal OI saat AMSR ditambahkan ke AVHRR.
3. Angin Pasat
Rotasi bumi yang menimbulkan gaya Corioli yang membelokkan aliran udara dari
tekanan tinggi subtropis menuju kawasan khatulistiwa, pembelokan tersebut menimbulkan
aliran udara yang terus menerus dari arah timur laut di BBU dan arah Tenggara di BBS,
sistem angin ini disebut angin passat. Selama kejadian La Nina, angin pasat timur menguat,
6
sehingga perairan di sekitar Indonesia dan Australia menjadi lembab dan basah. Sedangkan
pada fase El nino terjadi sebaliknya, angin passat dalam kondisi yang lemah.
4. Sirkulasi Walker
Sirkulasi Walker merupakan sirkulasi zonal (arah timur–barat) yang terdapat
dikawasan Pasifik tropis. Dimana pada saat sirkulasi ini aktif, maka komponen angin zonal
paras bawah akan didominasi oleh angin timuran dan lapisan atasnya akan didominasi oleh
angin baratan.
Massa udara dari kawasan Pasifik tropis bagian timur dan tengah bergerak menuju
wilayah di sekitar Indonesia (komponen angin zonal bergerak dari timur ke barat).
Sehingga di atas wilayah Indonesia terdapat golakan yang sangat kuat serta curah hujan
yang besar pada saat sirkulasi Walker aktif, sedangkan di kawasan Pasifik tropis bagian
timur dan tengah akan terjadi gerakan udara turun (subsident) dan uap air di atmosfer
menjadi berkurang, sehingga curah hujan akan kecil. Demikian pula sebaliknya, saat El
Nino/ENSO terjadi. Sirkulasi Walker lemah, artinya sirkulasi akan berbalik arah dari
normalnya, dimana komponen angin zonal paras bawah akan didominasi oleh angin
baratan dan pada lapisan atasnya akan didominasi oleh angin timuran. Kawasan Pasifik
tropis bagian timur dan tengah menjadi pusat pertemuan massa udara dan penguapan yang
terjadi cukup tinggi, sehingga pembentukan awan menjadi besar. Kandungan uap air yang
tinggi di udara dan golakan yang kuat akan memicu hujan yang besar. Sebaliknya curah
hujan di Indonesia akan menjadi kecil.
7
b. Pada Manusia
Meningkatnya suhu permukaan laut yang biasanya dingin di perairan,
mengakibatkan perairan yang tadinya subur akan ikan menjadi sebaliknya. Hal ini
menyebabkan nelayan kesulitan mendapatkan ikan di perairan.
8
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
9
DAFTAR PUSTAKA
Nabilah, farras., dkk. 2017. Analisis Pengaruh Fenomena El Nino Dan La Nina Terhadap
Curah Hujan Tahun 1998 – 2016 Menggunakan Indikator Oni (Oceanic Nino Index)
(Studi Kasus : Provinsi Jawa Barat). Jurnal Geodesi Undip. Volume 6, nomor 4, tahun
2017
Maulidiya, heni., dkk. 2012. Penentuan kejadian el-nino dan la-nina berdasarkan nilai southern
oscilation indeks. Positron, vol. Ii, no. 2 (2012), hal. 6-14
Safitri, sani. 2015. El Nino, La Nina Dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Di Indonesia. Jurnal
criksetra, volume 4, nomor 8, agustus 2015.
Khasanah, isna., sastra, ahmad. 2017. Pengaruh Fenomena El-Nino Dan La-Nina Terhadap
Perairan Sumatera Barat. Seminar Nasional Penginderaan Jauh Ke-4 Tahun 2017.
10