Anda di halaman 1dari 20

Judul

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan salah satu faktor penting bagi kemajuan suatu bangsa dan
peningkatan sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu pendidikan di Indonesia selalu
berubah menyesuaikan perkembangan zaman dan teknologi agar kualitas sumber daya
manusia (SDM) Indonesia selalu meningkat dan lebih baik [1, 9, 11, 32, 46]. Semakin
membaiknya kualitas pendidikan di Indonesia maka SDM Indonesia juga akan semakin
berkualitas. Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan di
Indonesia yaitu dengan penyempurnaan kurikulum pendidikan [10]. Kurikulum adalah
perangkat yang berisi rancangan pelajaran dan cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar yang akan diberikan kepada siswa dalam
jangka waktu tertentu [41]. Kurikulum yang diterapkan pada pendidikan Indonesia saat ini
adalah Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 akan menjadi pedoman pelaksaan pembelajaran
pada setiap mata pelajaran di tiap jenjang pendidikan, termasuk pada proses pembelajaran
IPA terpadu di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pembelajaran IPA terpadu merupakan
salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk di aplikasikan pada
jenjang SMP yaitu dengan menghubungkan kajian kimia, fisika dan biologi [2, 28, 31, 32,
40, 44]. Sehingga diperlukan suatu model keterpaduan untuk mengintegrasikan konten dan
kemampuan ilmiah Sains, keterampilan praktis, sikap, dan nilai-nilai [6, 37], serta
mengkombinasikan materi kimia, fisika dan biologi dalam pembelajaran [34]. Dengan
adanya integrasi ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, meningkatkan
minat siswa, keterampilan berpikir kritis dan pembelajaran IPA menjadi lebih bermakna
[7, 8]. Menurut Robin Fogarty terdapat 10 tipe pembelajaran terpadu yang dapat diterapkan
dalam pembelajaran IPA yaitu model terpisah (fragmented), keterkaitan/keterhubungan
(connected), berbentuk sarang (nested), dalam satu rangkaian (sequenced), terbagi
(shared), bentuk jaring laba- laba (webbed), dalam satu alur (threaded), terpadu
(integrated), tenggelam (immersed), membentuk jejaring (networked) [19, 21, 22]. Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala di
alam semesta, baik benda hidup maupun benda tak hidup, dengan menggunakan metode
ilmiah dan menghasilkan teori-teori yang tersusun secara sistematis [35]. IPA merupakan
suatu kesatuan pengetahuan yang utuh dan di dalamnya terdapat sejumlah materi atau
konsep yang saling terkait satu sama lain dan bersifat menyeluruh [26, 38]. Namun, di
sekolah saat ini IPA sering kali disajikan sebagai kumpulan – kumpulan fakta dan konsep
tanpa menghubungkan keterkaitan antar fakta dari ketiga sudut pandang keilmuan IPA
[14]. Pembelajaran IPA terpadu masih sulit untuk dilaksanakan. Guru memiliki kesulitan
dalam membuat RPP, media, bahan ajar yang akan digunakan dalam setiap model
keterpaduan dan memadukan konsep kimia, fisika, biologi dalam satu pokok bahasan yang
sedang diajarkan [29]. Kesulitan ini muncul karena kurangnya pemahaman konsep guru [4,
36]. Hal ini disebabkan oleh latar belakang pendidikan guru IPA saat ini kebanyakan
berasal dari kimia, fisika, biologi dan teknik. Sedangkan mereka diminta untuk
mengajarkan konsep IPA terpadu yang merupakan gabungan dari kimia, fisika dan biologi
[43]. Maka pada pelaksanaan pembelajaran terpadu dituntut profesionalitas guru dalam
mengajar dan kerja sama yang baik antar guru IPA pada ada di suatu sekolah agar saling
melengkapi pengetahuan konsep satu sama lain dari masing-masing latar belakang
pendidikan [17, 31]. Salah satu faktor yang dapat membantu guru dalam mengajarkan IPA
terpadu adalah tersedianya bahan ajar IPA terpadu [25].

Sekarang ini setiap satuan pendidikan secara bertahap harus melakukan pengelolaan
penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah no 19 tentang Standar
Nasional Pendidikan ( SNP ). SNP adalah kreteria minimal tentang sistem pendidikan di
seluruh wilayah Negara kesatuan Indonesia. PP no.19 memberikan arahan tentang delapan
standar nasional pendidikan , meliputi (a) standar isi; (b) standar proses; (c) standar
kompetensi lulusan; (d) standar pendidik dan tenaga kependidikan; (e) standar sarana dan
prasarana; (f) standar pengelolaan; (g) standar pembiayaan; (h) sarana penilaian
pendidikan.

Penjabaran standar-standar tersebut diatur dalam sejumlah peraturan pemerintah. Khusus


mengenai standar isi, dalam PP no.19 tahun 2005, pasal 6;ayat (1) dinyatakan bahwa
penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan, jenjang pendidikan dasar dan
menengah berpedoman pada panduan yang disusun oleh BNSP, standar isi mencakup hal-
hal sebagai berikut :
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian , Prinsip Dasar dan Ciri-ciri Pembelajaran Terpadu

Beberapa pengertian dari pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh


beberapa orang pakar pembelajaran terpadu diantaranya :

1. Menurut Cohen dan Manion (1992) dan Brand (1991)


Terdapat tiga kemungkinan variasi pembelajaran terpadu yang berkenaan
dengan pendidikan yang dilaksanakan dalam suasana pendidikan progresif
yaitu kurikulum terpadu (integrated curriculum), hari terpadu (integrated
day), dan pembelajaran terpadu (integrated learning). Kurikulum terpadu
adalah kegiatan menata keterpaduan berbagai materi mata pelajaran melalui
suatu tema lintas bidang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna
sehingga batas antara berbagai bidang studi tidaklah ketat atau boleh
dikatakan tidak ada. Hari terpadu berupa perancangan kegiatan siswa dari
sesuatu kelas pada hari tertentu untuk mempelajari atau mengerjakan
berbagai kegiatan sesuai dengan minat mereka. Sementara itu, pembelajaran
terpadu menunjuk pada kegiatan belajar yang terorganisasikan secara lebih
terstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu atau pelajaran tertentu
sebagai titik pusatnya (center core / center of interest);
2. Menurut Prabowo (2000 : 2), pembelajaran terpadu adalah suatu proses
pembelajaran dengan melibatkan / mengkaitkan berbagai bidang studi. Dan
ada dua pengertian yang perlu dikemukakan untuk menghilangkan
kerancuan dari pengertian pembelajaran terpadu di atas, yaitu konsep
pembelajaran terpadu dan IPA terpadu.

Berikut ini dikemukakan pula prinsip-prinsip dalam pembelajaran terpadu


yaitu meliputi:

1. Prinsip penggalian tema

Diantaranya yaitu:
1). Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan
memadukan banyak bidang studi,
2). Tema harus bermakna artinya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus
memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya
3). Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak.
4). Tema yang dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak,
5). Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan penstiwa-peristiwa otentik
yang terjadi dalam rentang waktu belajar,
6) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku, serta
harapan dari masyarakat,
7). Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber
belajar.

2. Prinsip pelaksanaan pembelajaran terpadu


Diantaraya yaitu:
1) guru hendaknya jangan menjadi “single actor “ yang mendominasi pembicaraan
dalam proses belajar mengajar,
2) pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap
tugas yang menuntut adanya kerjasarna kelompok,
3) guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak
terpikirkan dalam poses perencanaan.

3. Prinsip evaluasi

Diantaranya yaitu :
1). memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri di samping
bentuk evaluasi lainnya,
2) guru perlu mengajak siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah
dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang telah disepakati
dalam kontrak.

4. Prinsip reaksi

Dampak pengiring (nuturan efek) yang penting bagi perilaku secara sadar belum
tersentuh oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Karena itu, guru dituntut agar
mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai secara
tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi terhadap reaksi siswa dalam
semua “event “ yang tidak diarahkan ke aspek yang sempit tetapi ke suatu kesatuan
utuh dan bermakna.

Hilda Karli (2003: 53) mengungkapkan bahwa: Pembelajaran terpadu memiliki


beberapa macam karakteristik pembelajaran terpadu, diantaranya:

1. Berpusat pada anak (studend centerd).


2. Memberi pengalaman langsung pada anak.
3. Pemisahan antara bidang studi tidak begitu jelas.
4. Holistik, artinya suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran
terpadu di amati dan di kaji dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut
pandang yang terkotak-kotak.
5. Bermakna, artinya pengkajian suatu penomena dari berbagai macam aspek
memungkinkan terbentuknya semacam jalinan skemata yang dimiliki siswa.
6. Otentik, artinya informasi dan pengetahuan yang diperoleh sipatnya menjadi otentik.

B. PEMBELAJARAN TERPADU FRAGMENTED

1. Kurikulum Model Fragmented


Kurikulum model fragmented disebut juga kurikulum mata pelajaran
terpisah (Separated Subject Curriculum). Separate-subject curriculum
merupakan kurikulum yang bahan pelajarannya disajikan dalam subject atau
matapelajaran yang terpisah-pisah, yang satu lepas dari yang lain. Organisasi
subject curriculum dianggap berasal dari zaman Yunani kuno. Orang Yunani
telah mengajarkan berbagai bidang studi seperti kesusasteraan, matematika,
filsafat, dan ilmu pengetahuan ditambah dengan musik dan atletik. Orang
romawi menerimanya dari orang yunani sambil mengadakan perubahan.
Mereka mengadakan dua kategori utama yakni trivium (gramatika, retorika, dan
logika) dan quadrivium (arithmetika, geometri, astronomi, dan musik), yang
kemudian dikenal sebagai “the seven liberal arts” yang memberikan pendidikan
umum (Nasution, 2003: 178). Model Fragmented (terpisah) merupakan suatu
pendekatan belajar mengajar suatu mata pelajaran yang utuh tanpa mengaitkan
dengan mata pelajaran lain. Seperti sebuah periskop, memandang satu arah,
fokus pada setiap mata pelajaran. Hal ini dipelajari siswa tanpa menghubungkan
makna/isi dan keterkaitan antara satu pelajaran dengan pelajaran lainnya
(Fogarty, 1991: 4). Kurikulum ini dipahami sebagai kurikulum matapelajaran
yang terpisah satu sama lainnya (separated subject curriculum) dimana
matapelajaran tersebut terpisahpisah dan kurang mempunyai keterkaitan
dengan matapelajaran lainnya (Abdullah, 2007:142). Pendekatan mata
pelajaran bertitik tolak dari mata pelajaran (subject matter) seperti Ilmu Bumi,
Sejarah, Ekonomi, Ilmu Biologi, Ilmu Kimia, Ilmu Alam, Ilmu Berhitung, Ilmu
Aljabar, Menyanyi, Menggambar, Olahraga, Pekerjaan Tangan, dan
sebagainya. Oleh karena masing-masing pelajaran berdiri sendiri dan tidak
mempunyai hubungan maupun kaitan satu dengan lainnya, maka setiap
pelajaran cenderung menganggap dirinya yang paling penting (Oemar Hamalik,
2013: 32). Berikut ini merupakan gambaran mengenai model kurikulum
pendekatan mata pelajaran atau fragmented mengenai pemisahan antar
pelajaran.

Tabel 1. Pendekatan Mata Pelajaran (Oemar Hamalik, 2013: 32)


Dalam tabel di atas dapat dilihat bahwa antar pelajaran tidak memiliki
hubungan atau dikaitkan satu sama lain. Setiap mata pelajaran diajarkan oleh
guru yang berbeda dan mungkin pula ruang yang berbeda. Setiap mata pelajaran
tampak sebagai suatu kesatuan dalam bidang studi itu sendiri, memiliki
ranahnya masing-masing, dan tidak ada usaha untuk menyatukannya. Setiap
mata pelajaran berlangsung terpisah dengan pengorganisasian dan cara
mengajar yang berbeda dari setiap guru (Fogarty, 1991:4). Dalam standar
kurikulum, wilayah-wilayah subjek (bidang kajian) ini diajarkan secara
terpisah, dengan tidak ada upaya untuk menghubungkan atau mengintegrasikan
mereka. Masing-masing dipandang sebagai entitas murni dan berdiri sendiri.
Masing-masing memiliki standar konten terpisah dan berbeda. Meskipun
mungkin ada tumpang tindih antara fisika dan kimia, hubungan antara keduanya
secara implisit, tidak eksplisit dan hubungan mereka tidak didekati melalui
kurikulum (Fogarty, 1991: 4). Pengorganisasian kurikulum ini telah
dilaksanakan sejak lama hingga sekarang masih dipertahankan mulai dari SD
sampai PT. Setiap mata pelajaran disusun secara terpisah satu sama lain dengan
waktu yang dibatasi dan dipegang oleh guru baik oleh bidang studi maupun guru
kelas (Dakir, 2004: 37).

Kurikulum mata pelajaran dapat menetapkan syarat minimum yang


harus dikuasai anak, sehingga anak didik bisa naik kelas. Biasanya bahan
belajaran dan textbook merupakan alat dan sumber utama pelajaran (Abdullah,
2007: 142). Hal ini berarti dapat dilakukan penyeragaman materi atau bahan
ajar dalam satu sekolah, bahkan satu negara. Konsekuensi yang diterima dari
penggunaan kurikulum model ini adalah anak didik harus semakin banyak
mengambil mata pelajaran serta terjadi tumpang tindih konsep dari dua
matapelajaran atau lebih (Abdullah, 2007: 142). Namun, melihat kenyataannya
bahwa model ini telah digunakan dalam waktu yang sangat lama dan sampai
sekarang masih digunakan, hal ini membuktikan bahwa hingga saat ini
keuntungan yang ditawarkan model ini masih bisa menekan kekurangannnya.
Berdasarkan keterangan di atas, kurikulum dengan pendekatan fragmented
(terpisah) merupakan kurikulum dimana bahan pelajaran disajikan dalam
bentuk subject atau matapelajaran yang utuh tanpa ada keterkaitan dengan
matapelajaran lain. Masing-masing mata pelajaran diajarkan oleh guru dan
waktu yang berbeda. Selain itu, memungkin juga dilakukan dalam ruang yang
berbeda pula.

2. Model Pembelajaran Terpadu Fragmented

Model Penggalan (Fragmented) adalah model pembelajaran


konvensional (umumnya) yang terpisah secara mata pelajaran. Hal ini dipelajari
siswa tanpa menghubungkan kebermaknaan dan keterkaitan antara satu
pelajaran dengan pelajaran lainnya. Setiap mata pelajaran diajarkan oleh guru
yang berbeda dan mungkin pula ruang yang berbeda. Setiap mata pelajaran
memiliki ranahnya tersendiri dan tidak ada usaha untuk mempersatukannya.
Setiap mata pelajaran berlangsung terpisah dengan pengorganisasian dan cara
mengajar yang berbeda dari setiap guru.

Contoh: dalam satu pelajaran, terdapat materi perambatan cahaya


(content), prediksi (thinking skill), dan peta konsep (organizing skill). Yang
merupakan pemaduan berbagai bentuk penguasaan konsep ketrampilan
berpikir, dan keterampilan mengorganisir.

Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa model


fragmented ini menunjukkan pengintegrasian secara implisit di dalam satu
displin ilmu tertentu (intra disiplin). Di dalam masing-masing disiplin ilmu itu
memiliki bagian-bagian atau bidang-bidang ilmu yang merupakan satu kesatuan
dalam bidang ilmu tersebut. Misalnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
terdapat lima aspek yaitu: Berbicara, menulis, menyimak, membaca, dan
apresiasi sastra. Dalam pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia ini lima
aspek tersebut dianjurkan secara menyeluruh sesuai dengan kurikulum yang
telah direncanakan. Untuk mata pelajaran IPA terdiri atas ilmu Kimia, Fisika,
dan Biologi. Sedangkan matapelajaran IPS terdiri atas ilmu Geografi, Sejarah,
dan Ekonomi.

Untuk memahami pembelajaran Fragmented, perhatikan gambar di


bawah ini:
3. Gambaran Model Fragmented
Dalam jenjang pendidikan tingkat menengah, masing-masing disiplin
ilmu tersebut diajarkan oleh guru yang berbeda dengan menggunakan berbagai
macam lokasi yang berbeda tetapi masih di lingkungan sekolah yang sama. Hal
ini yang menyebabkan pemecahan atau pemisahan materi dalam kurikulum
antara matapelajaran yang satu dengan matapelajaran yang lainnya. Dan
pemisahan antara berbagai bidang ilmu itu terlihat jelas pada saat guru
mengatakan “Sekarang anak-anak bukalah buku IPA kalian dan masukkan buku
Matematikamu, dan sekarang waktunya kita belajar IPA”. Dan jadwal pelajaran
di sekolah pun menunjukkan jadwal yang berbeda antara pelajaran Matematika,
IPA, atau bidang ilmu Sosial yang lainnya. Hampir tak satu pun mat apelajaran
yang dijadikan satu atau dihubungkan satu kesatuan yang saling berkaitan.

4. Model IPA Tipe Penggalan (Fragmented)


Model keterpaduan tipe terpisah (fragmented) disebut juga kurikulum
mata pelajaran terpisah (Separated Subject Curriculum). Separate-subject
curriculum merupakan kurikulum yang bahan pelajarannya disajikan dalam
subject atau mata pelajaran yang terpisah-pisah. Model ini menyajikan materi
pelajaran terpisah antara kimia, fisika, biologi dan IPBA [21]. Model ini
berfokus pada prioritas setiap mata pelajaran [19, 21].
Gambar 2. Model IPA Terpadu Tipe Fragmented

Pada model IPA terpadu tipe fragmented ini materi IPA (kimia, fisika,
biologi dan IPBA) disusun secara terpisah satu sama lain. Model tipe
fragmented ini belum pernah digunakan dalam pengembangan bahan ajar IPA
terpadu karena model ini belum memberikan keterkaitan antar kajian ilmu IPA
(kimia, fisika, biologi dan IPBA) dalam bahan ajar tersebut. Jadi kurang tepat
dijadikan suatu model keterpaduan dalam pembelajaran dan pengembangan
bahan ajar IPA terpadu.

5. Kelebihan dan Kekurangan Model Fragmented

a. Keuntungan Kurikulum Model Fragmented


Keuntungan yang diperoleh dalam pelaksanaan kurikulum model ini
adalah esensi dari masing-masing ilmu dapat disampaikan secara murni. Selain
itu, guru dapat menyiapkan bahan ajar sesuai dengan bidang keahliannya
(Fogarty, 1991: 5). Oleh karenanya, guru mudah menentukan ruang lingkup
bahasan yang diprioritaskan dalam setiap pengajaran. Selain keuntungan di
atas, kurikulum model fragmented atau kurikulum separated subject juga
memiliki keuntungan-keuntungan yang lainnya diantara lain adalah sebagai
berikut.

1. Bahan pelajaran dapat disajikan secara logis dan sistematis. Tiap mata
pelajaran mengandung sistematik tertentu. Berhitung dimulai dengan
bilangan-bilangan yang kecil kemudian meningkat pada bilangan-bilangan
yang besar. Ilmu pasti mulai dengan pengertian-pengertian dasar, kemudian
diberikan bentuk-bentuk yang lebih kompleks.
2. Organisasi kurikulum ini sederhana, mudah, direncanakan, dan
dilaksanakan. Dari segala macam kurikulum, kurikulum inilah yang paling
mudah disusun, direorganisasi, ditambah, atau dikurangi. Hal ini
dikarenakan perubahan satu mata pelajaran tidak berpengaruh pada mata
pelajaran lainnya.
3. Kurikulum ini mudah dinilai. Kurikulum ini bertujuan untuk
menyampaikan sejumlah pengetahuan, pengertian, dan
kecakapankecakapan tertentu yang mudah dinilai dengan ujian atau tes.
Adakalanya bahan pelajaran ditentukan dengan menetapkan buku-buku
pelajaran yang harus dikuasai untuk suatu daerah, bahkan untuk seluruh
negara, sehingga dapat diadakan ujian umum yang uniform di seluruh
negara.
4. Kurikulum ini juga dipakai di perguruan tinggi. Jenjang pendidikan rendah
biasanya dianggap sebagai persiapan untuk melanjutkan ke jenjang
pendidikan diatasnya. Jenjang pendidikan tertinggi adalah perguruan tinggi.
Boleh dikatakan pada saat ini setiap perguruan tinggi menggunakan
organisasi kurikulum yang bersifat matapelajaranyang terpisah-pisah. Oleh
karenanya, jenjang-jenjang pendidikan di bawahnya cenderung mempunyai
organisasi kurikulum yang sama.
5. Kurikulum ini telah dipakai berabad-abad lamanya dan sudah menjadi
tradisi. Oleh karenanya sudah mengakar dan mendarah daging, sukar
apabila menerima perubahan dalam organisasi kurikulum yang telah
bertahan begitu lama.
6. Kurikulum ini lebih memudahkan guru. Oleh karena sistem perkuliahan di
perguruan tinggi menggunakan kurikulum ini, maka guru cenderung
nyaman apabila mengajar ilmu pengetahuan yang sudah dikuasai
sebelumnya.
7. Kurikulum ini mudah diubah. Segala perubahan atau perbaikan kurikulum
kita hingga saat ini senantiasa didasarkan pada organisasi berbentuk
subject. Perubahan kurikulum dicapai dengan cara menambah atau
mengurangi jumlah, isi, atau jenis matapelajaran sesuai dengan permintaan
zaman.
8. Organisasi kurikulum yang sistematis seperti yang dimiliki oleh
subjectcurriculum esensial untuk menafsirkan pengalaman. Organisasi ini
menghemat waktu dan tenaga (Nasution, 2003: 181).

Berdasarkan uraian di atas, model fragmented menjaga agar suatu


matapelajaran terjaga keaslian dan kemurniannya tidak tercampuri dengan
matapelajaran yang lainnya. Oleh karena itu model ini menyiapkan seorang
guru yang betul-betul pakar atau ahli di bidang matapelajaran yang ia ajarkan
dan mampu mengajarkan, menggali, dan memahami materi tersebut secara luas
dan mendalam. Keuntungan di atas juga memberi pengaruh besar sehingga
model kurikulum ini banyak digunakan dan bertahan dalam waktu yang sangat
lama.

b. Kerugian Kurikulum Model Fragmented


Meskipun kurikulum ini umum digunakan dimanapun serta telah
bertahan bertahun-tahun, namun adapula kelemahan yang menyebabkan
kerugian dalam penggunaan model kurikulum ini dilihat dari segi pendidikan
modern. Kekurangan yang sangat menonjol dalam model ini tidak adanya
penjelasan dalam keterkaitan konsep antar matapelajaran karena masing-
masing matapelajaran seolah-olah terpisah satu sama lain. Selain itu,
menyisakan beban kepada peserta didik untuk mengerahkan sumber daya
mereka sendiri dalam hal membuat koneksi dan mengintegrasikan konsep
serupa (Fogarty, 1991: 6). Oleh karena itu, seakan terjadi konsep ganda dalam
pembahasan konsep yang sama dilihat dari dua mata pelajaran.
Kelemahan model fragmented dua kali lipat. Pelajar memiliki kesulitan
ketika menghubungkan atau mengintegrasikan konsep yang serupa secara
mandiri. Selain itu, overlap konsep, keterampilan dan sikap pelajar yang tidak
diperhatikan dan proses pembelajaran pada situasi yang nyaman kemungkinan
sedikit terjadi. Untuk pelajar yang kurang pengawasan dalam menghubungkan
kedua konsep antar atau lintas disiplin ilmu dengan melihat beberapa penelitian
terbaru pada proses pembelajaran sebagai pengalihan panggilan untuk
penghubung yang jelas. Dalam disiplin ilmu berbasis model ini, siswa dapat
dengan mudah terjebak dalam tugas atau pekerjaan yang berat. Meskipun setiap
guru memberikan jumlah yang wajar, tetapi bagi para siswa hal ini memberi
efek kumulatif yang luar biasa.
Keterangan di atas selaras dengan pendapat Nasution (2003: 185),
bahwa kurikulum model fragmented atau separate-subject memiliki beberapa
kelemahan. Kelemahan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Kurikulum ini memberikan mata pelajaran yang lepas-lepas, yang tidak
berhubungan satu sama lain. Hal ini bertentangan dengan situasi kehidupan
nyata yang saling berhubungan satu sama lain.
2. Kurikulum ini tidak memperhatikan masalah-masalah sosial yang dihadapi
anak-anak dalam kehidupannya sehari-hari. Dalam praktiknya, kurikulum
ini bertujuan menyampaikan sejumlah pengetahuan yang terdapat dalam
buku-buku pelajaran yang ditentukan. Seringkali bahan pelajaran itu tidak
ada hubungannya dengan masalah-masalah yang dihadapi anak-anak dalam
kehidupannya.
3. Kurikulum ini menyampaikan pengalaman umat manusia yang lampau
dalam bentuk yang sistematis dan logis. Perkembangan zaman menuntut
adanya perkembangan ilmu pengetahuan.
4. Tujuan kurikulum ini terlampau terbatas. Kurikulum ini mengabaikan atau
kurang memperhatikan pertumbuhan jasmaniah, perkembangan sosial, dan
emosional karena memusatkan tujuannya pada perkembangan intelektual
dengan kurang memperhatikan situasi-situasi nyata yang dihadapi anak
didik dalam kehidupan.
5. Kurikulum ini kurang mengembangkan kemampuan berpikir. Kurikulum
ini mengutamakan penguasaan pengetahuan dengan jalan ulangan dan
hafalan, serta kurang mengajak anak untuk berpikir sendiri.
6. Kurikulum ini cenderung menjadi statis dan ketinggalan zaman. Bahan
pelajaran dalam kurikulum ini terutama didasarkan pada pengetahuan yang
tercantum dalam buku. Adakalanya buku yang digunakan dari tahun
ketahun tidak ada perubahan.

Model pembelajaran terpadu jenis Fragmented ini memiliki beberapa


kelemahan, antara lain :
a. Siswa tidak mampu membuat hubungan yang berkesinambungan antara macam
bidang ilmu yang berbeda sehingga mereka tidak mampu membuat hubungan
secara konsep dua mata pelajaran yang berbeda.
b. Model ini akan menyebabkan semacam proses tumpang tindih dalam hal
konsep, perilaku dan konsep yang dikuasai siswa.
c. Tidak efisien waktu karena mata pelajaran disajikan secara terpenggal-penggal.
6. Langkah-Langkah Pembelajaran Terpadu Model Penggalan (fragmented)
Pada dasarnya langkah-langkah pembelajaran terpadu model keterhubungan
mengikuti tahap-tahap pembelajaran yang sudah biasa, yaitu tahap perencanaan,
tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Oleh karena itu, sintaks model pembelajaran
ini bisa direduksi dari berbagai model pembelajaran. Dengan demikian, sintaks
pembelajaran terpadu bersifat fleksibel dan luwes. Karena dalam pembelajaran
terpadu, sintaksnya dapat diakomodasi dari berbagai model pembelajaran.

a. Tahap Perencanaan

 Menentukan Kompetensi Dasar

 Menentukan Indikator Menentukan Tujuan Pembelajaran


b. Langkah-Langkah yang ditempuh guru
 Menyampaikan konsep pendukung yang harus dikuasai peserta didik.
(materi prasyarat)
 Menyampaikan konsep-konsep yang hendak dikuasai peserta didik
 Menyampaikan keterampilan proses yang dapat dikembangkan.
 Menyampaikan alat dan bahan yang akan digunakan / dibutuhkan.
 Menyampaikan pertanyaan kunci.
c. Tahap Pelaksanaan, meliputi
 Pengelolaan kelas dengan membangi kelas kedalam beberapa
kelompok.
 Kegiatan proses.
 Kegiatan pencatatan data.
 Diskusi secara klasikal
d. Tahap Evaluasi, meliputi :
a) Evaluasi Proses, berupa :
 Ketepatan hasil pengamatan
 Ketepatan dalam menyusun alat dan bahan
 Ketepatan peserta didik saat menganalisis data.
b) Evaluasi Produk
 Penguasaan peserta didik terhadap konsep-konsep / materi sesuai
dengan tujuan pembelajaran khusus yang telah ditetapkan.
c) Evaluasi Psikomotor
 Kemampuan penguasaan peserta didik terhadap penggunaan alat ukur.

7. Penerapan Model Fragmented


Pembelajaran fragmented sebagai suatu pendekatan belajar mengajar suatu
mata pelajaran yang utuh tanpa mengkaitkan mata pelajaran satu dengan yang
lainnya (Fogarty,1991). Jadi dalam pembelajaran Fragmented setiap mata pelajaran
dirancang secara terpisah-pisah dan tidak ada usaha untuk mengkaitkan di antara
mata pelajaran tersebut. Oleh Fogarty pembelajaran fragmented disimbolkan
dengan sebuah periskop yang artinya memandang satu arah, fokus yang sempit
untuk setiap mata pelajaran.
Menurut Fogarty (1991:6) model fragmented sangat cocok diterapkan pada
tahap penjurusan mata pelajaran misalnya diterapkan pada tingkat Universitas
ataupun Sekolah Menengah Atas yang dalam proses pembelajarannya terdapat
penjurusan/pemisahan mata pelajaran.
Model Fragmented merupakan konfigurasi kurikulum yang bermanfaat
bagi sekolah-sekolah besar dengan populasi beragam, di mana tentu saja dengan
berbagai fasilitas yang menyediakan suatu spektrum sehingga subyek dapat
menargetkan kepentingan-kepentingan khusus. Hal ini terutama berguna jika
diterapkan pada tingkat universitas, di mana mahasiswa melakukan pelaksanaan
pembelajaran di jalur studi khusus yang memerlukan pengetahuan para ahli untuk
mengajar, mentoring, pembinaan, dan berkolaborasi. Pada prioritas level
universitas, model fragmented ini membantu guru dalam persiapan, sehingga dapat
lebih terfokus. Model ini juga baik bagi para guru yang ingin meneliti prioritas
kurikulum dengan hati-hati sebelum menggunakan model lintas departemen untuk
perencanaan lintas disiplin.
Sedangkan di SMP atau SMA masing-masing disiplin diajarkan oleh guru
yang berbeda di tempat yang berbeda di lingkungan gedung yang mengharuskan
murid pindah ruangan-ruangan yang berbeda. Masing-masing pertemuan terpisah
dan mengandung sebuah organisasi sel yang berbeda, meninggalkan para murid
dengan sebuah pandangan yang terkotak-kotak atas kurikulum, kekurangan
beberapa model fragmentasi, dengan subyek tetap diajari secara terpisah dan
terlepas satu sama lai n adalah kelas dasar. Dalam situasi ini guru mengatakan
“Sekarang tinggalkan buku matematika mu dan ambil paket Fisika mu. Ini adalah
waktu kerja untuk unit Fisika”. Jadwal harian menunjukkan slot jarak waktu untuk
Matematika, Fisika atau IPS. Jarang ada topik dari dua area dikehendaki
berhubungan. Isolasi subyek seperti ini tetap menjadi norma, meskipun di dalam
kelas bimbingan sendiri.

8. Kapan Model Fragmented Digunakan ?

Model Fragmented merupakan konfigurasi kurikulum yang bermanfaat bagi


sekolah-sekolah besar dengan populasi beragam di mana tentu saja dengan berbagai
fasilitas yang menyediakan suatu spektrum sehingga subyek dapat menargetkan
kepentingan-kepentingan khusus. Hal ini paling berguna pada tingkat universitas di
mana siswa melakukan pelaksanaan pembelajaran di jalur studi khusus yang
memerlukan pengetahuan para ahli untuk mengajar, mentoring, pembinaan, dan
berkolaborasi. Sebelum tingkat universitas, model ini membantu guru, dalam
persiapan sehingga dapat lebih terfokus. Ini adalah model yang baik bagi para guru
yang ingin meneliti dengan hati-hati prioritas kurikulum sebelum menggunakan
model lintas departemen untuk perencanaan lintas disiplin.
Hal yang perlu diingat dari model fragmented ini adalah bahwa tidak ada usaha
untuk menghubungkan antara satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu yang lainnya.
Dalam prakteknya model ini bisa terlihat dari cara guru mengajar dikelas yang
mengelompokkan atau memisahkan pelajaran satu dengan yang lain

Anda mungkin juga menyukai