KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
Sekarang ini setiap satuan pendidikan secara bertahap harus melakukan pengelolaan
penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah no 19 tentang Standar
Nasional Pendidikan ( SNP ). SNP adalah kreteria minimal tentang sistem pendidikan di
seluruh wilayah Negara kesatuan Indonesia. PP no.19 memberikan arahan tentang delapan
standar nasional pendidikan , meliputi (a) standar isi; (b) standar proses; (c) standar
kompetensi lulusan; (d) standar pendidik dan tenaga kependidikan; (e) standar sarana dan
prasarana; (f) standar pengelolaan; (g) standar pembiayaan; (h) sarana penilaian
pendidikan.
Diantaranya yaitu:
1). Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan
memadukan banyak bidang studi,
2). Tema harus bermakna artinya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus
memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya
3). Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak.
4). Tema yang dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak,
5). Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan penstiwa-peristiwa otentik
yang terjadi dalam rentang waktu belajar,
6) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku, serta
harapan dari masyarakat,
7). Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber
belajar.
3. Prinsip evaluasi
Diantaranya yaitu :
1). memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri di samping
bentuk evaluasi lainnya,
2) guru perlu mengajak siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah
dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang telah disepakati
dalam kontrak.
4. Prinsip reaksi
Dampak pengiring (nuturan efek) yang penting bagi perilaku secara sadar belum
tersentuh oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Karena itu, guru dituntut agar
mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai secara
tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi terhadap reaksi siswa dalam
semua “event “ yang tidak diarahkan ke aspek yang sempit tetapi ke suatu kesatuan
utuh dan bermakna.
Pada model IPA terpadu tipe fragmented ini materi IPA (kimia, fisika,
biologi dan IPBA) disusun secara terpisah satu sama lain. Model tipe
fragmented ini belum pernah digunakan dalam pengembangan bahan ajar IPA
terpadu karena model ini belum memberikan keterkaitan antar kajian ilmu IPA
(kimia, fisika, biologi dan IPBA) dalam bahan ajar tersebut. Jadi kurang tepat
dijadikan suatu model keterpaduan dalam pembelajaran dan pengembangan
bahan ajar IPA terpadu.
1. Bahan pelajaran dapat disajikan secara logis dan sistematis. Tiap mata
pelajaran mengandung sistematik tertentu. Berhitung dimulai dengan
bilangan-bilangan yang kecil kemudian meningkat pada bilangan-bilangan
yang besar. Ilmu pasti mulai dengan pengertian-pengertian dasar, kemudian
diberikan bentuk-bentuk yang lebih kompleks.
2. Organisasi kurikulum ini sederhana, mudah, direncanakan, dan
dilaksanakan. Dari segala macam kurikulum, kurikulum inilah yang paling
mudah disusun, direorganisasi, ditambah, atau dikurangi. Hal ini
dikarenakan perubahan satu mata pelajaran tidak berpengaruh pada mata
pelajaran lainnya.
3. Kurikulum ini mudah dinilai. Kurikulum ini bertujuan untuk
menyampaikan sejumlah pengetahuan, pengertian, dan
kecakapankecakapan tertentu yang mudah dinilai dengan ujian atau tes.
Adakalanya bahan pelajaran ditentukan dengan menetapkan buku-buku
pelajaran yang harus dikuasai untuk suatu daerah, bahkan untuk seluruh
negara, sehingga dapat diadakan ujian umum yang uniform di seluruh
negara.
4. Kurikulum ini juga dipakai di perguruan tinggi. Jenjang pendidikan rendah
biasanya dianggap sebagai persiapan untuk melanjutkan ke jenjang
pendidikan diatasnya. Jenjang pendidikan tertinggi adalah perguruan tinggi.
Boleh dikatakan pada saat ini setiap perguruan tinggi menggunakan
organisasi kurikulum yang bersifat matapelajaranyang terpisah-pisah. Oleh
karenanya, jenjang-jenjang pendidikan di bawahnya cenderung mempunyai
organisasi kurikulum yang sama.
5. Kurikulum ini telah dipakai berabad-abad lamanya dan sudah menjadi
tradisi. Oleh karenanya sudah mengakar dan mendarah daging, sukar
apabila menerima perubahan dalam organisasi kurikulum yang telah
bertahan begitu lama.
6. Kurikulum ini lebih memudahkan guru. Oleh karena sistem perkuliahan di
perguruan tinggi menggunakan kurikulum ini, maka guru cenderung
nyaman apabila mengajar ilmu pengetahuan yang sudah dikuasai
sebelumnya.
7. Kurikulum ini mudah diubah. Segala perubahan atau perbaikan kurikulum
kita hingga saat ini senantiasa didasarkan pada organisasi berbentuk
subject. Perubahan kurikulum dicapai dengan cara menambah atau
mengurangi jumlah, isi, atau jenis matapelajaran sesuai dengan permintaan
zaman.
8. Organisasi kurikulum yang sistematis seperti yang dimiliki oleh
subjectcurriculum esensial untuk menafsirkan pengalaman. Organisasi ini
menghemat waktu dan tenaga (Nasution, 2003: 181).
a. Tahap Perencanaan