Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga

kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Metotologi Penelitian tentang Metode Actioan

Research dan Evaluasi Untuk menanmbah wawasan kita dalam memahami berbagai jenis

metode penelitian yang salah satunya adalah kedua metode yang kami bahas dalam makalah

ini

. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih

kepada Dosen mata kuliah Metodologi Penelitian Bapak Vinsensius Lantik ,S.Pd.,M.Pd yang

telah memberikan tugas ini kepada kami.

Disadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak luput dari berbagai kekurangan dan

keterbatasan. Oleh karena itu,. Kami mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi

perbaikan sehingga makalah ini lebih bermanfaat.

Akhirnya kami berharap kiranya makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi

penunjang perkembangan ilmu pengetahuan tentang metode penelitian, terutam Metode

Action Reseacrh dan Evaluasi.

Kupang, Februari 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................... 1

Daftar Isi .................................................................................................................... 2

BAB 1 Pendahuluan ................................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 3

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 4

1.3 Tujuan ........................................................................................................ 4

BAB 2 Pembahasan ................................................................................................... 5

2.1 Metode Penelitian Action Research ................................................................. 5

a. Sejarah Action Research .......................................................................... 6


b. Tujuan Dan Tahapan Penelitian Action Research .................................... 7
c. Kelebihan Dan Kekurangan Action Research .......................................... 10

2.2 Metode Penelitian Evaluasi ............................................................................ 11

a. Prinsip-Prinsip Evaluasi ........................................................................... 12


b. Fungsi Penelitian Evaluasi ....................................................................... 13
c. Tujuan Penelitian Evaluasi ....................................................................... 13
d. Ciri-Ciri Penelitian Evaluasi .................................................................... 14
e. Tipe Penelitian Evaluasi ........................................................................... 15
f. Pendekatan Penelitian Evaluasi ................................................................ 15
g. Langkah-Langkah Penelitian Evaluasi ..................................................... 16

BAB 3 Penutup .......................................................................................................... 19

3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 19

Daftar Pustaka ............................................................................................................ 20

2
BAB I

PENDAHLUAN

1.1. Latar Belakang


Penelitian Tindakan atau Action Research mulai berkembang sejak perang
dunia ke dua. Saat itu, Penelitian TIndakan sedang berkembang dengan pesatnya di
negara-negara maju seperti Inggris, Amerika, Australia, dan Canada. Pada awalnya
penelitian tindakan digunakan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi
seseorang dalam tugasnya sehari-hari dimanapun tempatnya, seperti kantor, pabrik,
bank, sekolah, rumah sakit, dan lain sebagainya. Penelitian Tindakan ini bersifat
partisipatif karena dilakukan sendiri oleh peneliti dari penentuan topik permasalahan,
merumuskan masalah, merencanakan, melaksanakan, sampai menganalisis dan
membuat laporannya. Selain bersifat partisipatif, penelitian tindakan juga bersifat
kolaboratif. Hal ini dikarenakan pada penelitian tindakan juga melibatkan rekan kerja
dalam proses penelitiannya.
Selain penelitian tindakan (Action Research), terdapat pula penelitian evaluasi
yang mempunyai prinsip untuk mengambil keputusan dengan membandingkan data
atau informasi yang dikumpulkan terhadap kriteria, standar atau tolok ukur yang
digunakan sebagai pembanding bagi data yang diperoleh. Jenis penelitian ini dapat
diaplikasikan pada objek –objek jika peneliti ingin mengetahui kualitas dari suatu
kegiatan. Sukmadinata mengemukakan bahwa evaluasi dua kegiatan utama, yaitu :
pengukuran atau pengumpulan data dan membandingkan hasil pengukuran dengan
standar yang digunakan. Berdasarkan hasil perbandingan maka dapat disimpulkan
bahwa suatu program, kegitan, atau produk itu layak atau tidak, relevan atau tidak,
efektif atau tidak dan efisien atau tidak. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk
merancang, menyempurnakan dan menguji pelaksanaan suatu praktik pendidikan.
Pada kesempatan kali ini akan dibahas mengenai penelitian tindakan (action
research) dan penelitian evaluasi. Tampaknya metod-metode penelitian ini sedang
berkembang di kalangan masyarakat. Perkembangan ini tidak hanya terjadi di
Indonesia, di Negara – Negara maju pun demikian.

3
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diketahui rumusan masalahnya
adalah :
1. Apa yang dimaksud penelitian action research?
2. Apa yang dimaksud penelitian evaluasi?
3. Bagaimana tujuan dari dua penelitian tersebut?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian penelitian action research.
2. Untuk mengetahui pengertian penelitian evaluasi.
3. Untuk mengetahui tujuan dari dua penelitian tersebut.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.ACTION RESEARCH
Action research atau penelitian tindakan merupakan salah satu bentuk
rancangan penelitian, dalam penelitian tindakan peneliti mendeskripsikan,
menginterpretasi dan menjelaskan suatu situasi sosial pada waktu yang bersamaan
dengan melakukan perubahan atau intervensi dengan tujuan perbaikan atau
partisipasi. Action research dalam pandangan tradisional adalah suatu kerangka
penelitian pemecahan masalah, dimana terjadi kolaborasi antara peneliti
dengan client dalam mencapai tujuan (Kurt Lewin,1973 disitasi Sulaksana,2004),
sedangkan pendapat Davison, Martinsons & Kock (2004), menyebutkan penelitian
tindakan, sebagai sebuah metode penelitian, didirikan atas asumsi bahwa teori dan
praktik dapat secara tertutup diintegrasikan dengan pembelajaran dari hasil intervensi
yang direncanakan setelah diagnosis yang rinci terhadap konteks masalahnya.
Menurut Gunawan (2007), action research adalah kegiatan dan atau tindakan
perbaikan sesuatu yang perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasinya digarap secara
sistematik dan sistematik sehingga validitas dan reliabilitasnya mencapai tingkatan
riset. Action research juga merupakan proses yang mencakup siklus aksi, yang
mendasarkan pada refleksi; umpan balik (feedback); bukti (evidence); dan evaluasi
atas aksi sebelumnya dan situasi sekarang. Penelitian tindakan ditujukan untuk
memberikan andil pada pemecahan masalah praktis dalam situasi problematik yang
mendesak dan pada pencapaian tujuan ilmu sosial melalui kolaborasi patungan dalam
rangka kerja etis yang saling berterima (Rapoport, 1970 disitasi Madya,2006). Proses
penelitian bersifat dari waktu ke waktu, antara “finding” pada saat penelitian, dan
“action learning”. Dengan demikian action research menghubungkan antara teori
dengan praktek.
Baskerville (1999), membagi action research berdasarkan karakteristik model
(iteratif, reflektif atau linear), struktur (kaku atau dinamis), tujuan (untuk
pengembangan organisasi, desain sistem atau ilmu pengetahuan ilmiah) dan bentuk
keterlibatan peneliti (kolaborasi, fasilitatif atau ahli.

5
a. Sejarah Perkembangan Action Research
Penelitian tindakan pertama kali dikembangakan oleh Kurt
Lewin seorang Jerman pada tahun 1940-an. Ia seorang ahli psikologi
social dan eksperimental. Ia adalah seorang yang peduli terhadap
masalah-masalah social dan memfokuskannya pada proses kelompok
partisipatif untuk menangani konflik, krisis, dan perubahan-perubahan
yang umumnya ada dalam suatu organisasi. Lewin pertama kali
mengemukakan istilah action research (penelitian tindakan) pada
makalah-makalah yang ditulisnya pada tahun 1946, yang antara lain
berjudul
“Action Research and Minority Problems, dan Characterizing
action research as “a Comparative Research un the Condition and
Effect of Various Forms of social action and Research Leading to
social Action”.
Dalam ilmu sosial, Kurt levin (dalam McTaggart, 1993)
memahami antara hubungan antara teori dan praktik sebagai aplikasi
dari hasil penelitian. Menurut Levin kekuatan dari penelitian tindakan
terletak pada fokus penelitian, yaitu masalah-masalah sosial poitik.
Dalam perkembangan selanjutnya, pada tahun 1952 – 1953,
Stephen Corey memakai model ini untuk tindakan dalam dunia
pendidikan yang menurutnya bahwa dengan menggunakan Action
Reasearch perubahan dapat dilaksanakan dan dirasakan. Setelah itu
tercatat ada beberapa proyek yang terkait dengan Action Research
diantaranya, Council’s Humanities Curriculum Project (HCP) pada
tahun 1967-1972 di Inggris. Kepala HCP, Lawrence Steen House
(1975) memperkenalkan istilah “the teacher as researcher” atau guru
sebagai peneliti.
Sekitar tahun 1972-1975, ada proyek yang dinamakan dengan
Ford Teaching Project, yang dipimpin oleh John Elliot dan Clem
Adelman (Hopkins, 1993 : 32). Ada 40 guru sekolah dasar dan sekolah
menengah yang dilibatkan dalam penelitian ini untuk menelaah praktek
kelasnya dengan penelitian tindakan, sebagai upaya memperbaiki dan
meningkatkan pengajaran meereka.

6
Pada awal tahun 1980, di Amerika, muncul suatu keinginan
untuk mewujudkan kolaborasi dalam upaya mengembangkan
profesionalisme antara pendidik dan tenaga
kependidikan. Gideonse (1983) mengemukakan bahwa restorasi
terhadap pendekatan penelitian perlu diadakan sehingga penelitian
yang dilakukan merupakan investigasi yang terkendali terhadap
berbagai fase pendidikan dan pembelajaran dengan cara refleksi dan
sistematis. Upaya kaloborasi ini dikenal sebagai tindakan atau Action
research.
Selanjutnya Stephen Kemmis memikirkan bagaimana konsep
Penelitian Tindakan ini diterapkan pada bidang pendidikan
(Kemmis,1982). Berpusat pada Deakin University di Australia,
Kemmis dan kolegannya telah menghasilkan suatu seri publikasi dan
materi pelajaran tentang Penelitian Tindakan, Pengembangan
Kurikulum, dan Evaluasi. Selanjutnya, artikel mereka mengenai
Penelitian Tindakan bermanfaat untuk pengembangan penelitian
Tindakan dalam bidang pendidikan.
b. Tujuan dan Tahapan Penelitian Tindakan
Semua kegiatan penelitian tindakan memiliki dua tujuan
utama, yaitu: meningkatkan dan melibatkan. Tujuan pertama
meningkatkan praktik, professional, yakni peningkatan
pemahamandanpraktik oleh praktisinya, sertapeningkatan situasi
tempat pelaksanaan praktik.Dengan kata lain, tujuan utama
penelitian ini adalah untuk merubah perilaku penelitianya, perilaku
orang lain, dan atau merubah cara kerja, kerangka kerja, organisasi,
atau struktur lain yang pada gilirannya menghasilkan perubahan
perilaku para penelitinya dan atau perilaku orang lain.
Jadi, penelitian tindakan lazimnya dimaksudkan
untuk mengembangkan keterampilan atau pendekatan baru dan
untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung pada ruang
kelas atau ajang dunia kerja. Jadi, penelitian tindakan
dimaksudkan untuk meningkatkan praktik tertentu dalam situasi kerja
tertentu.

7
Menurut Grundy dan Kemmis (1990: 322) dalam
buku Educational Research In Australia mengemukakan bahwa
penelitian tindakan memiliki dua tujuan pokok, yaitu
meningkatkan (improve) dan
melibatkan (involve).Improve maksudnya, meningkatkan bidang
praktik, meningkatkan pemahaman praktik yang dilakukan oleh
praktisi, dan meningkatkan situasi tempat praktik dilaksanakan.
Sedangkan involve berarti, melibatkan pihak-pihak yang terkait, jika
penelitian tindakan dilaksanakan di sekolah, pihak yang terkait adalah
antara lain, kepala sekolah, guru, siswa, karyawan, dan orang tua
siswa.
Penelitian tindakan (action research) dilaksanakan bersama-
sama paling sedikit dua orang yaitu antara peneliti dan partisipan atau
klien yang berasal dari akademisi ataupun masyarakat. Oleh karena itu,
tujuan yang akan dicapai dari suatu penelitian tindakan (action
research) akan dicapai dan berakhir tidak hanya pada situasi
organisatoris tertentu, melainkan terus dikembangkan berupa aplikasi
atau teori kemudian hasilnya akan di publikasikan ke masyarakat
dengan tujuan riset (Madya,2006).
Davison, Martinsons & Kock (2004), membagi Action
research dalam 5 tahapan yang merupakan siklus, yaitu :
1. Melakukan diagnosa (diagnosing)
Melakukan identifikasi masalah-masalah pokok yang ada
guna menjadi dasar kelompok atau organisasi sehingga
terjadi perubahan, untuk pengembangan situs web pada
tahap ini peneliti mengidentifikasi
kebutuhan stakeholder akan situs web, ditempuh dengan
cara mengadakan wawancara mendalam kepada stakeholder
yang terkait langsung maupun yang tidak terkait langsung
dengan pengembanga situs web.
2. Membuat rencana tindakan (action planning)
Peneliti dan partisipan bersama-sama memahami pokok
masalah yang ada kemudian dilanjutkan dengan menyusun
rencana tindakan yang tepat untuk menyelesaikan masalah
8
yang ada, pada tahap ini pengembangan situs web
memasuki tahapan desain situs web. Dengan
memperhatikan kebutuhanstakeholder terhadap situs web
penelitian bersama partisipan memulai membuat sketsa
awal dan menentukan isi yang akan ditampilkan nantinya.
3. Melakukan tindakan (action taking)
Peneliti dan partisipan bersama-sama
mengimplementasikan rencana tindakan dengan harapan
dapat menyelesaikan masalah. Selanjutnya setelah model
dibuat berdasarkan sketsa dan menyesuaikan isi yang akan
ditampilkan berdasarkan kebutuhan stakeholder dilanjutkan
dengan mengadakan ujicoba awal secara offline kemudian
melanjutkan dengan sewa ruang di internet dengan tujuan
situs web dapat ditampilkan secara online.
4. Melakukan evaluasi (evaluating)
Setelah masa implementasi (action taking) dianggap cukup
kemudian peneliti bersama partisipan melaksanakan
evaluasi hasil dari implementasi tadi, dalam tahap ini dilihat
bagaimana penerimaan pegguna terhadap situs web yang
ditandai dengan berbagai aktivitas-aktivitas.
5. Pembelajaran (learning)
Tahap ini merupakan bagian akhir siklus yang telah dilalui
dengan melaksanakan review tahap-pertahap yang telah
berakhir kemudian penelitian ini dapat berakhir. Seluruh
kriteria dalam prinsip pembelajaran harus dipelajari,
perubahan dalam situasi organisasi dievaluasi oleh peneliti
dan dikomunikasikan kepada klien, peneliti dan klien
merefleksikan terhadap hasil proyek, yang nampak akan
dilaporkan secara lengkap dan hasilnya secara eksplisit
dipertimbangkan dalam hal implikasinya terhadap
penerapanCanonical Action Reaserch (CAR). Untuk hal
tertentu, hasilnya dipertimbangkan dalam hal implikasinya
untuk tindakan berikutnya dalam situasi organisasi lebih-

9
lebih kesulitan yang dapat dikaitkan dengan
pengimplementasian perubahan proses.
c. Kelebihan dan Kelemahan Action Research
Shumsky (Suwarsih Madya, 1994) menjelaskan kelebihan–
kelebihan penelitian tindakan, antara lain:
 Kerjasama dalam penelitian tindkan menimbulkan
rasa memiliki. Kerjasana dalam penelitian tindakan
memberikan ajang untuk menciptakan kelompok
dasar yang baru dan meendorong lahirnya rasa
keterikatan.
 Kerjasama dalm penelitian tindkn mendorong
kreativitas dan pemikiran kritis . Melalui interaksi
dengan orang lain dalam melakukan pekerjaan,
seseorang akan menemukan bahwa setiap
manusia memiliki kekurangan dan kelebihan.
 Kerjasama meningkatkan kemungkinan untuk
berubah. Mencoba sesuatu yang baru selalu
mengandung resiko. Ketika seluruh kelompok
menanggung resiko, resiko perseorangan akan
banyak berkurang. Penelitiantentang dinamika
kelompok menunjukkan bhwa seseorang sebagai
anggota kelompok lebih mudah berubah dibandingkan
dengan orang yang bukan anggota kelompok.

Selain memiliki beberapa kelebihan, penelitian tindakan


juga memiliki beberapa kekurangan. Kekurangan-kekurangan itu
adalah:

 Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam


teknik dasar penelitian tindakan pada fihak peneliti.
Peneliti tindakan lazimnya dilakukan oleh para
praktisi, seperti guru, pelatih, pengelola, dan
pengawas yang selalu peduli akan ketimpangan atau
kekurangan yang ada dalam situasi kerjanya dan
berkehendak untuk memperbaikinya.

10
 Waktu yang diperlukan oleh peneliti lama. Oleh
karena penelitian tindakan memerlukan komitmen
peneliti untuk terlibat dalam prosesnya, maka
waktu menjadi faktor penghambat. Praktisi yangingin
melakukan penelitian tindakan harus membagi
waktunyauntuk melakukan tugas rutinnya dan untuk
melakukan penelitian tindakan.
 Perbedaan konsepsi dalam kelompok. Proses
kelompok dapat berjalan lancar jika pemimpin
kelompok itu demokratis, yaituseseorang yang
memungkinkan para anggotanya ikut mengendalikan
jalannyadiskusi.
2.2.PENELITIAN EVALUASI
a. Pengertian Penelitian Evaluasi
 Menurut Depdiknas (2002:3) evaluasi merupakan suatu proses sistematis
dalam mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan informasi yang
umumnya diperoleh melalui pengukuran untuk mengetahui tingkat
keberhasilan dan efisiensi suatu program pendidikan. Evaluasi dilaksanakan
untuk menguji obyek/ kegiatan dengan kriteria tertentu untuk keperluan
pembuatan keputusan.
 McMillan dan Schumacher (2010) menjelaskan bahwa evaluasi merupakan
salah satu penerapan dari penelitian yang digunakan untuk menentukan
berhasil atau tidaknya atau apakah ada manfaat/nilai dari suatu program atau
kebijakan dalam pendidikan.
 Menurut Suharsimi Arikunto (2007) menyebutkan bahwa evaluasi merupakan
kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang
selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang
tepat dalam mengambil keputusan.
 Evaluasi adalah suatu upaya untuk mengukur hasil atau dampak suatu
aktivitas, program, atau proyek dengan cara membandingkan dengan tujuan yg
telah ditetapkan, dan bagaimana cara pencapaiannya (Mulyono 2009).

11
 Viviane dan Gilbert de Lansheere (dalam Inggit Kurniawan, 2009)
menyatakan bahwa evaluasi adalah proses penentuan apakah materi dan
metode pembelajaran telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
 Nana Syaodih (2007:120) Penelitian evaluatif merupakan suatu desain dan
prosedur evaluasi dalam mengumpulkan dan menganalisis data secara
sistematik untuk menentukan nilai/ manfaat dari suatu praktik (pendidikan).
Nilai/ manfaat dari suatu praktik (pendidikan) didasarkan atas hasil
pengukuran/ pengumpulan data yang menggunakan standar/ kriteria tertentu
yang digunakan secara absolut ataupun relatif.
 Penelitian evaluatif pada dasarnya merupakan bagian dari penelitian terapan.
Penelitian evaluasi dimaksudkan untuk mengukur keberhasilan suatu program,
produk atau kegiatan tertentu (Danim, 2000). Penelitian ini diarahkan untuk
menilai keberhasilan manfaat, kegunaan, sumbangan dan kelayakan suatu
program kegiatan dari suatu unit/ lembaga tertentu.
 Penelitian evaluatif menjelaskan adanya kegiatan penelitian yang sifatnya
mengevaluasi terhadap sesuatu objek, yang biasanya merupakan pelaksanaan
dan rencana. Makna evaluatif menunjuk pada kata kerja yang menjelaskan
sifat suatu kegiatan, dan kata bendanya adalah evaluasi.
Jadi yang dimaksud dengan penelitian evaluatif adalah kegiatan penelitian yang
sifatnya mengevaluasi suatu kegiatan/ program yang bertujuan untuk mengukur
keberhasilan suatu kegiatan/ program dan menentukan keberhasilan/
kebermanfaatan suatu program dan apakah telah sesuai dengan yang diharapkan.
b. Prinsip-prinsip Evaluasi
1) Keterpaduan
evaluasi harus dilakukan dengan prinsip keterpaduan antara tujuan
intrusional pengajaran, materi pembelajaran dan metode pengajaran.
2) Keterlibatan peserta didik
prinsip ini merupakan suatu hal yang mutlak, karena keterlibatan peserta
didik dalam evaluasi bukan alternatif, tapi kebutuhan mutlak.
3) Koherensi
evaluasi harus berkaitan dengan materi pengajaran yang telah dipelajari
dan sesuai dengan ranah kemampuan peserta didik yang hendak diukur.
4) Pedagogis

12
Perlu adanya tool penilai dari aspek pedagogis untuk melihat perubahan
sikap dan perilaku sehingga pada akhirnya hasil evaluasi mampu menjadi
motivator bagi diri siswa.
5) Akuntabel
Hasil evaluasi haruslah menjadi aalat akuntabilitas atau bahan
pertnggungjawaban bagi pihak yang berkepentingan seeprti orangtua
siswa, sekolah, dan lainnya.
c. Fungsi Penelitian Evaluasi
 Fungsi Pembelajaran. Untuk mengetahui keberhasilan kegiatan atau
kegagalan dan mengetahui penyebabnya, dimungkinkan penyempurnaan
kinerja program di masa mendatang dan menghindari kesalahan yang telah
dibuat pada masa lalu.
 Evaluasi dapat berfungsi sebagai kemudi dan manajemen. Yaitu sebagai
umpan balik dan kendali pencapaian tujuan program. Serta membuat
penyesuaian mengenai cara bagaimana sebaiknya program dilaksanakan.
 Evaluasi mengemban fungsi kontrol dan inspeksi. Artinya dapat digunakan
sebagai informasi kepada pimpinan puncak atau pihak donor apakah
kegiatan program telah dilaksanakan dengan benar dan membawa hasil
sesuai yang diharapkan.
 Evaluasi dapat mengemban fungsi akuntabilitas, karena ia memberikan
informasi tentang penggunaan anggaran/dana.
 Evaluasi dapat berfungsi kepenasihatan. Hasil evaluasi dapat digunakan
untuk mendapatkan dana yang lebih banyak guna mendanai program
sejenis di masa yang akan datang.
d. Tujuan Penelitian Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat dan mengetahui proses yang
terjadi dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran memiliki 3 hal
penting yaitu, input, transformasi dan output. Input adalah peserta didik yang
telah dinilai kemampuannya dan siap menjalani proses pembelajaran,
transformasi adalah segala unsur yang terkait dengan proses pembelajaran
yaitu ; guru, media dan bahan beljar, metode pengajaran, sarana penunjang
dan sistem administrasi. Sedangkan output adalah capaian yang dihasilkan dari
proses pembelajaran.

13
Maksud dari dilakukannya evaluasi adalah :
a. Perbaikan system
b. Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat
c. Penentuan tindak lanjut pengembangan

Secara terperinci tujuan penelitian evaluatif adalah sebagai berikut:

 Membantu perencanaan pelaksanaan program.


 Membantu dalam penentuan keputusan penyempurnaan atau
perubahan program.
 Membantu dalam penentuan keputusan keberlanjutan atau
penghentian program.
 Menemukan fakta-fakta dukungan atau penolakan terhdap
program.
 Memberikan sumbangan dalam pemahaman proses psikologis,
sosial dan politik dalam pelaksanaan program serta faktor yang
mempengaruhi. Mengukur manfaat dan kelayakan program.
 Untuk menilai, baik untuk melalui pengujian maupun melalui
analisis mengenai hubungan antara variabel-variabel.
 Jadi tujuan utama dari penelitian evaluatif adalah sebagai
penyedia informasi berkaitan dengan program-program
pendidikan yang telah dilaksanakan. (Sukmadinata, 2009).
e. Ciri-ciri Penelitian Evaluasi
Penelitian evaluatif bukan sekedar melakukan evaluasi pada umumnya.
Penelitian evaluatif merupakan kegiatan evaluasi tetapi mengikuti kaidah-
kaidah yang berlaku bagi sebuah penelitian, yaitu persyaratan keilmiahan,
mengikuti sistematika dan metodologi secara benar sehingga dapat
dipertanggungjawabkan. Sejalan dengan makna tersebut, penelitian evaluatif
harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Arikunto, 2006):
1) Proses kegiatan penelitian tidak menyimpang dari kaidah-kaidah yang
berlaku bagi penelitian ilmiah pada umumnya.
2) Dalam melaksanakan evaluasi, peneliti berpikir sistemik yaitu
memandang program yang diteliti sebagai sebuah kesatuan yang terdiri
dan beberapa komponen atau unsur yang saling berkaitan antara satu

14
sama lain dalam menunjang keberhasilan kinerja dan objek yang
dievaluasi.
3) Agar dapat mengetahui secara rinci kondisi dan objek yang dievaluasi,
perlu adanya identifikasi komponen yang berkedudukan sebagai factor
penentu bagi keberhasilan program.
4) Menggunakan standar, kriteria, dan tolok ukur yang jelas untuk setiap
indikator yang dievaluasi agar dapat diketahui dengan cermat
keunggulan dan kelemahan program.
5) Agar informasi yang diperoleh dapat menggambarkan kondisi nyata
secara rinci untuk mengetahui bagian mana dari program yang belum
terlaksana, perlu ada identifikasi komponen yang dilanjutkan dengan
identifikasi sub komponen, dan sampai pada indikator dan program
yang dievaluasi.
6) Dari hasil penelitian harus dapat disusun sebuah rekomendasi secara
rinci dan akurat sehingga dapat ditentukan tindak lanjut secara tepat.
7) Kesimpulan atau hasil penelitian digunakan sebagai masukan/
rekomendasi bagi kebijakan atau rencana program yang telah
ditentukan. Dengan kata lain, dalam melakukan kegiatan evaluasi
program, peneliti harus berkiblat pada tujuan program kegiatan sebagai
standar, criteria, atau tolak ukur.
f. Jenis/Tipe Penelitian Evaluasi
Ada dua tipe utama dari penelitian evaluatif yaitu evaluasi formatif dan evaluasi
sumatif.
 Evaluasi formatif lebih diarahkan pada mengevaluasi proses dan ditujukan
untuk menyempurnakan atau memperbaiki atau menyempurnakan
program. Contoh dalam praktik pembelajaran adalah pelaksanaan ulangan
harian atau ujian blok.
 Evaluasi sumatif lebih diarahkan pada mengevaluasi hasil, untuk menilai
apakah program cukup efektif dan efisien sehingga diperoleh kesimpulan
program tersebut dilanjutkan atau dihentikan.
g. Pendekatan dalam Penelitian Evaluasi
Dalam bukunya Research In Education, McMillan dan Schumacer menguraikan
tiga pendekatan yang sering digunakan dalam penelitian evaluatif yaitu :

15
1) Evaluasi berorientasi tujuan adalah salah satu pendekatan dimana fokusnya
adalah untuk mengukur tingkat ketercapaian tujuan dari praktik atau kegiatan
pendidikan oleh kelompok sasaran atau mengukur hasil pelaksanaan
program/kegiatan. Tingkat kecocokan antara tujuan dengan hasil menunjukkan
tingkat keberhasilan program atau kegiatan. Langkah-langkah dalam evaluasi
yang berorientasi pada tujuan:
 Pemilihan tujuan yang dapat diukur.
 Pemilihan instrumen.
 Pemilihan desain evaluasi.
 Pengumpulan dan analisis data.
 Interpretasi hasil.
2) Evaluasi berorientasi keputusan adalah pendekatan evaluasi yang diarahkan
pada proses penentuan jenis keputusan yang akan diambil, pemilihan,
pengumpulan dan analisis data yang dibutuhkan untuk penentuan keputusan,
dan penyampaian hasil (laporan) pada penentu keputusan. Stufflebeam (1971)
dalam Sukmadinara (2009) mengembangkan model evaluasi pendidikan yang
bersifat komprehensif yang mencakup konteks (context), masukan (input),
proses (proces), dan hasil (product), yang disingkat menjadi CIPP. Dan model
tersebut dikembangkan evaluasi berorientasi keputusan yaitu :
 Pengukuran kebutuhan
 Perencanaan program dan evaluasi masukan
 Evaluasi implementasi
 Evaluasi proses
 Evaluasi hasil
3) Evaluasi berorientasi partisipan adalah pendekatan bersifat holistik atau
menyeluruh, menggunakan aneka instrumen dan aneka data, agar diperoleh
pemahaman yang utuh dan sudut pandang dan nilai-nilai yang berbeda tentang
pelaksanaan pendidikan menurut perspekti atau sudut pandang para partisipan.
h. Langkah-langkah Penelitian Evaluasi
David Strahan, Jewel Cooper dan Martha Wood (2001) dalam
Sukmadinata (2009) berdasarkan hasil penelitianya pada Sekolah Menengah
menyarankan langkah - langkah penelitian evaluasi sebagai berikut :
1) Klarifikasi alasan melakukan evaluasi

16
Ini merupakan langkah pertama dalam penelitian evaluasi dimana
peneliti atau evaluator menjelaskan alasan-alasan mengapa harus
dilakukan evaluasi. Alasan bisa bersumber dari peneliti itu sendiri
melihat ada masalah terkait jalanya program atau alasan berasal
dari pihak luar karena adanya tawaran dari pimpinan lembaga atau
adanya keluhan dari masyarakat pengguna.
2) Memilih model evaluasi
Pemilihan model evaluasi atau pendekatan penelitian didasarkan
atas :
 Tujuan evaluasi dan pertanyaan penelitian
 Metode pengumpulan data
 Hubungan antara evaluator dan administrator, melihat
evaluasi, individu – individu dalam program dan organisasi
yang akan dievaluasi.
3) Mengidentifikasi pihak-pihak yang terkait
Pada tahap ini harus ditentukan siapa yang akan dilibatkan dalam
perencanaan, pelaksanaan pengumpulan data, kemudian ditentukan
juga siapa yang akan menjadi narasumber, sumber data,
partisipan,dll.
4) Penentuan komponen yang akan dievaluasi
Ada beberapa komponen dalam program yang bisa dijadikan objek
dalam penelitian evaluatif diantaranya tujuan program, sumber
program, prosedur pelaksanaan program, siapa pelaksana program
dan manajemen program. Namuan sebelum memilih komponen
tersebut harus disesuaikan dengan tujuan penelitian evaluasi.
5) Mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan evaluasi
Beberapa pertanyaan penting yang bisa diajukan dalam penelitian
evaluatif:
 Tujuan atau sasaran apa yang ingin dicapai oleh program
pendidikan?
 Kegiatan-kegiatan utama apa yang dilakukan untuk
mencapai tujuan tersebut?

17
 Strategi atau metode apa yang digunakan dalam program
tersebut?
 Bagaimana kondisi sumber daya pendidikan pendukung
program tersebut?
 Bagaimana manajemen pelaksanaan program dan sumber
daya pendukungnya?
6) Menyusun desain evaluasi dan jadwal kegiatan
Desain evaluasi berisi langkah-langkah kegiatan yang akan
dilakukan, sasaran evaluasi, teknik pengumpulan data yang
digunakan serta para evaluator.
Jadwal kegiatan evaluasi harus disusun secara rinci dan kronologis.
7) Pengumpulan dan analisis data
Untuk pengumpulan data dibutuhkan adanya instrumentasi
evaluasi. Instrumen ini dapat berupa tes atau non tes yang sudah di
uji validitas dan reliabilitasnya. Data kuantitatif didapatkan melalui
instrumen yang sudah baku (tes dan non tes) sedang data kualitatif
diperoleh melalui wawancara, observasi, dokumentasi,dll. Analisis
data dapat berupa analisis kuantitatif (statistika deskriptif atau
inferensial) maupun analisis data kualitatif berupa analisis naratif
kualitatif.
8) Pelaporan hasil evaluasi
Isi laporan penelitian evaluatif harus memuat rancangan penelitian,
metodologi, temuan-temuan serta kesimpulan dan rekomendasi.
Kesimpulan berisi jawaban atas pertanyaan penelitian atau
pembuktian hipotesis sedangkan rekomendasi berisi masukan-
masukan dari temuan-temuan evaluasi untuk penyempurnaan atau
perbaikan program

18
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Action research atau penelitian tindakan merupakan salah satu bentuk
rancangan penelitian, dalam penelitian tindakan peneliti mendeskripsikan,
menginterpretasi dan menjelaskan suatu situasi sosial pada waktu yang
bersamaan dengan melakukan perubahan atau intervensi dengan tujuan
perbaikan atau partisipasi.
2. penelitian evaluatif adalah kegiatan penelitian yang sifatnya mengevaluasi
suatu kegiatan/ program yang bertujuan untuk mengukur keberhasilan
suatu kegiatan/ program dan menentukan keberhasilan/ kebermanfaatan
suatu program dan apakah telah sesuai dengan yang diharapkan.
3. Menurut Grundy dan Kemmis (1990: 322) dalam buku Educational
Research In Australia mengemukakan bahwa penelitian tindakan
memiliki dua tujuan pokok, yaitu meningkatkan (improve) dan
melibatkan (involve).Improve maksudnya, meningkatkan bidang praktik,
meningkatkan pemahaman praktik yang dilakukan oleh praktisi, dan
meningkatkan situasi tempat praktik dilaksanakan.
Sedangkan involve berarti, melibatkan pihak-pihak yang terkait, jika
penelitian tindakan dilaksanakan di sekolah, pihak yang terkait adalah
antara lain, kepala sekolah, guru, siswa, karyawan, dan orang tua siswa.
Sedangkan Tujuan penelitian evaluasi adalah untuk melihat dan
mengetahui proses yang terjadi dalam proses pembelajaran. Proses
pembelajaran memiliki 3 hal penting yaitu, input, transformasi dan output.
Input adalah peserta didik yang telah dinilai kemampuannya dan siap
menjalani proses pembelajaran, transformasi adalah segala unsur yang
terkait dengan proses pembelajaran yaitu ; guru, media dan bahan beljar,
metode pengajaran, sarana penunjang dan sistem administrasi. Sedangkan
output adalah capaian yang dihasilkan dari proses pembelajaran.

19
DAFTAR PUSTAKA

Madya, S, (2006) Teori dan Praktik Penelitian Tindakan (Action Research), Alfabeta:
Bandung.

Kemmis, Stephen and Robin Mc Taggart. (1997). The Action Research Planner.
Geelong: Deakin University.

Sukmadinata, N.S. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT. Remaja


Rosda Karya

http://penelitian.lppm.upi.edu/detil/89/penelitian-evaluatif-tentang-efektivitas-
penyelenggaraan-sekolah-maya%28-virtual-learning%29-pada-program-pendidian-
kesetaraan-di-kota-bandung (Diakses pada selasa, 4 februari 2020)

20

Anda mungkin juga menyukai