Anda di halaman 1dari 20

TEGANGAN PERMUKAAN I

A. TUJUAN
1. Memahami adanya gaya-gaya pada permukaan zat cair atau antara
batas dengan bahan lain.
2. Menentukan besar tegangan permukaan zat cair.
3. Menentukan besar tegangan suatu larutan.
4. Mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi tekanan permukaan
5. Memahami prinsip percobaan tegangan permukaan.
6. Menghitung besar tegangan sabun pada larutan yang diuji coba.

B. TEORI DASAR
Dua batang gelas AB dan CD dibuat sama panjangnya dan saling
dihubungkan dengan dua utas benang ACdan BD.seperti pada gambar 1. di
bawah ini.

Gambar 1. Tegangan Permukaan 1

Jika kedua batang gelas yang telah dihubungkan dengan benang dicelupkan
ke dalam air sabun maka setelah diangkat, terjadi selaput antara ABCD,
dimana AC dan BD tidak tegak lurus. Lihat kedudukan benang sebelum
dicelupkan yaitu A-E-C dan B-F-D ; sedangkan kedudukan setelah
dicelupkan adalah A-G-C dan D-H-B. Dengan meletakkan kertas
milimeter di belakang selaput secara vertikal, maka yang terjadi adalah
bagian terkecil G-H dapat diukur dan setelah selaput dipecahkan, E-F dapat
dibaca.

Misalkan tegangan tali pada G dan A adalah Dyne. Masa benang dan selaput
dapat diabaikan CD. Berat dari sistem di bawah garis horizontal E-F ialah
mg, gaya ini ditahan oleh tegangan tali dan tegangan selaput;
2N+2y GH=mg (1)

Misalkan P dan Q merupakan 2 buah titik yang berdekatan pada salah satu
tali; dan jari-jari lengkungan dari garis lengkung PQ adalah r, sedangkan
sudut yang dibentuk antara PQ dan pusat lengkungan adalah θ Iihat gambar
2.

Sudut POQ dan PQ = rθ. Karena berat benang dapat diabaikan dan tegangan
selaput sabun selalu tegak lurus benang, maka gaya normal N untuk
sembarang temat pada benang adalah tetap. Tegangan pada benang
sepanjang PQ adalah N sin θ yang sebanding dengan tegangan permukaan
sabun sepanjang PQ yang besamya 2y PQ ( aranya O ke P)

Jadi
Nsinθ =2γ PQ (2)
untuk θ yang kecil ;
N = 2yr(3)
Karena N dan T konstan, maka r juga konstan, jadi AC dan BD setelah
terjadi selaput sabun membentuk lingkaran. Dengan mensubtitusikan
persamaan (3) pada persarmaan (1) dan bila jarak G-H diketahui adalah c,
maka persamaan (1) dapat dituliskan:
Nsinθ =2γ PQ (2)
untuk θ yang kecil ;
N = 2yr(3)

Karena N dan T konstan, maka r juga konstan, jadi AC dan BD setelah


terjadi selaput sabun membentuk lingkaran. Dengan mensubtitusikan
persamaan (3) pada persarmaan (1) dan bila jarak G-H diketahui adalah c,
maka persamaan (1) dapat dituliskan:
21c + 4yr = m.g (4)
Buktikan

r
L2 1
 (b  c) (5)
4(b  c) 4

dimana L adalah jarak lurus AC pada saat terjadi selaput. Dengan demikian:
mg
 2(c  2r)

TEORI TAMBAHAN

Tegangan antar muka adalah gaya persatuan panjang yangterdapat pada


antarmuka dua fase cair yang tidak bercampur. Tegangan antar muka selalu lebih
kecil dari pada tegangan permukaan karena gaya adhesi antara dua cairan tidak
bercampur lebih besar dari pada adhesi antara cairan dan udara. 1
Molekul-molekul pada permukaan cairan mempunyai sifat khusus yang tidak
dimiliki oleh sebagian dasar molekul-molekul dalam cairan. Salah satu sifat
khusus ini adalah tegangan permukaan. Apabila jarum diletakkan secara hati-
hati di atas permukaan air, jarum akan terapung. Padahal jelas berat jenis jarum
lebih besar daripada berat jenis air, sehingga diharapkan jarum akan tenggelam.
Terapungnya jarum disebabkan permukaan air seolah-olah diliputi oleh selaput
tipis yang berhubungan dengan tegangan permukaan yaitu terbentuknya miniskus
apabila dimasukkan cairan ke dalam tabung reaksi. Air yang membasahi
dinding kapiler dan akan naik sehingga lebih tinggi dari pada permukaan air
sekitarnya. Spons yang dapat menyerap air ataupun air yang dapat meresap ke
dalam tanah merupakan beberapa contoh yang menunjukkan bahwa tegangan
permukaan memang ada. 2
1
Tegangan permukaan didefenisikan sebagai kerja yang dilakukan dalam
memperluas permukaan cairan dengan suatu satuan luas. Satuan untuk tegangan
permukaan (Y) adalah J.m-2 atau dyne.cm-1. 2
3

Metode yang paling umum untuk mengukur tegangan permukaan adalah kenaikan
atau penurunan cairan dalam pipa kapiler.3
Di dalam zat cair suatu molekul dikelilingi oleh molekul-molekul lainnya yang
sejenis dari segala arah sehingga gaya tarik menarik sesama molekul (kohesi)
adalah sama. Pada permukaan zat cair terjadi suatu gaya tarik menarik antar
molekul zat cair dengan molekul udara (gaya adhesi). Gaya adhesi lebih kecil bila
dibandingkan dengan gaya kohesi, sehingga molekul di permukaan zat cair
cenderung untuk masuk ke dalam. tetapi hal ini tidak terjadi karena adanya gaya
yang bekerja sejajar dengan permukaan zat cair untuk mengimbangi. Sedangkan
tegangan antar permukaan karena gaya adhesi antara zat cair untuk mengimbangi
gaya kohesi. Sedangkan tegangan antar permukaan selalu lebih kecil dari
tegangan permukaan. 4

1
Douglas C. Giancoli.2001. Fisika Jilid 1. Jakarta : Erlangga

2 Bird, T. 1993. Kimia Fisika untuk Universitas. Cetakan ke-2. Jakarta : Penerbit PT. Gramedia
Pustaka Utama.
3Brater, F. E. dan H. W. King. 1976. Handbook of Hidraulics for The Solution of Hidraulic
Engineering Problem. Muray Printing Company and Bound by The Book Press, New York.
4Lachman, L., & Lieberman, H. A., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi Kedua, 1091-
1098, UI Press, Jakarta.
5Yazid, estien. 2005. Kimia Fisik untuk Paramedis. Yogyakarta: Andi
6Halliday dan Resnick, 1991, Fisika Jilid I (Terjemahan), Jakarta: Penerbit Erlangga.

3
Pada umumnya zat cair memiliki permukaan mendatar,tetapi apabila zat cair
bersentuhan dengan zat padat atau dinding bejana, maka permukaan bagian
tepi yang bersentuhan dengan dinding akan melengkung. Gejala melengkungnya
permukaan zat cair disebut dengan ministus. Ada dua jenis miniskus yaitu
miniskus cekung dan miniskung cembung. Miniskus cekung terjadi jika gaya tarik
menarik antara partikel zat cair dipermukaan dengan partikel zat padat (gaya
adhesi) lebih besar dari pada gaya tarik menarik antara partikel-partikel zat cair
(gaya kohesi) .5
Secara kuantitatif tegangan ini dapat dinyatakan dengan berbagai cara, yang
paling lazim adalah tegengan permukaan,yakni gaya yang dikerahkan kebidang
permukaan per satuan panjang.6
Fenomena lain yang berhubungan dengan tegangan permukaan adalah
terbentuknya meniskus apabilah cairan dimasukkan ke dalam tabung reaksi . Air
yang membasahi dinding kapiler dan akan naik sehingga akan lebih tinggi
dari pada permukaan air sekitarnya, spon
yang dapat menyerap air atau pun air yang dapat meresap kedalam tanah
merupakan beberapa contoh yang menunjukkan bahwa tegangan permukaan itu
memang ada. 7
Pengukuran tegangan permukaan dapat dilakukan denganbeberapa metode antara
lain 8
a. Metode Cincin du-Nouy

Cara ini dapat digunakan untuk mengukur tegangan permukaan dan tegangan


antar permukaan zat cair. Prinsip kerja alat ini berdasarkan pada kenyataan bahwa
gaya yang dibutuhkan untuk melepaskan cincin yang tercelup pada zat cair yang
sebanding dengan tegangan permukaan atau tegangan antar permukaan. Gaya
yang dibutuhkan untuk melepaskan cincin dalam hal ini diberikan oleh kawat besi
yang dinyatakan dalam dyne.
b. Metode Kenaikan Kapiler

Metode ini hanya dapat digunakan untuk menentukan tegangan suatu zat cair, dan
tidak dapat digunakan untuk menentukan tegangan antar permukaan dua zat cair
yang tidak bercampur. Bila pipa kapiler dimasukkan ke dalam suatu zat cair, dan
tidak dapat digunakan untuk menentukan tegangan antar permukaan dua zat cair
yang tidak bercampur. Bila pipa kapiler dimasukkan ke dalam suatu zat cair, maka
zat tersebut akan naik ke dalam pipa sampai gaya gerak ke atas diseimbangkan
oleh gaya gravitasi ke bahan akibat berat zat cair.
Pada dasarnya tegangan permukaan suatu zat cair dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya suhu dan zat terlarut. Dimana keberadaan zat terlarut dalam
suatu cairan akan mempengaruhi besarnya tegangan permukaan terutama molekul
zat yang berada pada permukaan cairan berbentuk lapisan monomolecular yang
disebut dengan molekul surfaktan.
Manfaat fenomena antar muka dalam farmasi.
1. Dalam mempengaruhi penyerapan obat pada bahan pembantupadat pada
sediaan obat.
2. Penetrasi molekul melalui membrane biologis.
3. Pembentukan dan kestabilan emulsi dan dispersi partikel tidaklarut dalam
media cair untuk membentuk sediaan suspensi

4
Pada pembahasan sebelumnya, kita telah mempelajari konsep tegangan
permukaan secara kualitatif (tidak ada persamaan matematis). Kali ini kita
tinjau tegangan permukaan secara kuantitatif. Untuk membantu kita menurunkan
persamaan tegangan permukaan, kita tinjau sebuah kawat yang dibengkokkan
membentuk huruf U. Sebuah kawat lain yang berbentuk lurus dikaitkan pada
kedua kaki kawat U, di mana kawat lurus tersebutbisa digerakkan. 9
C. ALAT DAN BAHAN
1. Dua buah batang gelas yang sama panjangnya.
2. Benang
3. Air sabun
4. Kertas milimeter

D. CARA KERJA
a. Timbanglah berat batang gelas kaca tersebut beberapa kali dan
catatlah hasilnya.
b. Hubungkan 2 batang gelas yang sama panjangnya dengan dua utas
benang seperti gambar 1., dengan panjang benang 4 kali jarak ikatan
pada batang kaca.
c. Ukurlah jarak antara kedua benang dengan bantuan kertas milimeter.
d. Celupkan kedua batang gelas kaca yang telah dlhubungkan dengan
benang pada air sabun, lalu angkatlah batang kaca tersebut dengan
memegang salah satu batang kaca tersebut dan dekatkantah pada
kertas milimeter yang tersedia. aturlah agar jarak antara kedua lengan
serta jarak antara kedua batang kaca yang terjadi dapat diukur dengan

4
7 Bird, Tony. 1993. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta : PT Gramedia
8Kosman, R. 20016. Farmasi Fisika. UMI. Makassar
9 Douglas C. Giancoli.2001. Fisika Jilid 1. Jakarta : Erlangga
teliti.Mencatat hasil pengukuran saudara.
e. Lakukan langkah ke (2) dan (4) dengan mengganti panjang benang
(lebih panjang dari percobaan sebelunmya)
f. Penggantian panjang benang sebanyak 3 kali perubahan.
g. Gantilah air sabun yang telah dipergunakan dengan air sabum baru.
(Air sabun dingin & air sabun hangat ). Kemudian ulangi langkah ke
(2) dan ke (4)
h. Lakukan pengamatan sebanyak 10 kali untuk masing-masing kondisi.
mencatat temperatur liap kali (sebelum dan sesudah percobaan)

E. PERTANYAAN
1. Buktikan persamaan (5) dan (6)!
Jawab :
Persamaan 5
1 2 1
( ) [( )
r 2= L + r − ( b−c )
2 2 ]
2
2 1 2 2 1 1
r = L +r −2 r . ( b−c ) + ( b−c )
2 2 4

1 2 1
L + (b−c)2
4 4
r ( b−c )=
(b−c )

L2 1
r= + (b−c )
4(−c) 4

Persamaan 6
2 N +2GH =mg
N . sinθ=2 γPQ ; θ<15 ˚
N=2 γr

Jika GH = c

maka 2 N +2 γGH =mg

2 ( 2 γr ) +2 γc=mg

4 γr+ 2 γc=mg

2 γ ( 2 r +c )=mg
mg
γ=
2(2 r +c )

2. Jelaskan perbedaan mekanisme pertambahan luas permukaan antar selaput


sabun yang direnggangkan dengan karet yang ditarik.
Jawab :
Mekanisme pertambahan luas permukaan karet yang ditarik merata sedangkan
pertambahan luas permukaan antar selaput sabun yang direnggangkan tidak
merata. Ketidakmerataan tersebut dapat terlihat dari warna pelangi yang terbentuk
pada gelombang sabun.

3. Jelaskan mengapa sliet atau jarum dapat terapung di atas permukaan air
Jawab :
Penyebabnya adalah karena adanya perbedaan massa jenis yang dimiliki antara air
dan kedua benda tersebut. Karena massa jenis silet atau jarum tersebut lebih besar
dari pada air sehingga menyebabkan benda tersebut terapung. Selain itu, faktor
lainnya adalah karena adanya kohesi pada molekul-molekul fluida. Setiap benda
yang dicelupkan ke fluida maka akan memberikan gaya kebawah. Hal tersebut
menyebabkan molekul bagian bawah fluida memberikan gaya pemulih yang
arahnya berlewaman dengan gaya dari benda tersebut. Gaya pemulih itulah yang
menyebabkan jarum atau silet tetap berada di atas permukaan air tanpa tenggelam.

4. Jika anda mempunyal suatu pipa pegas yang lubangnya sangat kecil dan
ujungnya anda masukkan ke dalarn air maka air akan naik ke dalarn pipa. Jelaskan
bagaimana hal ini bisa terjadi.
Jawab :
Tegangan permukaan pada airlah yang menyebabkan air akan naik ke pipa. Hal
tersebut membuat zat cair mempunyai sudut kontak C 90 akan naik ke atas pipa
lebih tinggi daripada permukaan zat cair. Semakin kecil pipa maka semakin tinggi
zat cair naik ke pipa.
F. Pengolaan Data dan Perhitungan :
 Data tunggal
a. jarak ikatan (h)
Perc Jarak Pengolahan Data
Ikatan ∆h KSR h ±∆h
1 2 cm 1 ∆h h1±∆ h1
∆h = 2 nst KSR =
h
100%
(2±0,05) cm
1 0,05 + = 2,05 cm
∆h = 2 0,1 cm KSR =
2
100% −¿= 1,95 cm
∆h = 0.05 cm KSR = 2,5% (2AP)

2 4 cm 1 ∆h h2 ±∆ h2
∆h = 2 nst KSR =
h
100%
(4±0,05) cm
1 0,05 + = 4,05 cm
∆h = 2 0,1 cm KSR =
4
100% −¿= 3,95 cm
∆h = 0.05 cm KSR = 1,25% (3AP)

3 6 cm 1 ∆h h3 ±∆ h3
∆h = 2 nst KSR =
h
100%
(6±0,05) cm
1 0,05 + = 6,05 cm
∆h = 2 0,1 cm KSR =
6
100% −¿= 5,95 cm
∆h = 0.05 cm KSR = 0,83% (4AP)

b. Panjang Benang (l)

Perc Panjang Pengolahan Data


Benang ∆l KSR l ±∆l
1 4 cm 1 ∆l l 1±∆ l 1
∆l = 2 nst KSR =
l
100%
(4±0,05) cm
1 0,05 + = 4,05 cm
∆l = 2 0,1 cm KSR =
4
100% −¿= 3,95 cm
∆l = 0.05 cm KSR = 1,25% (4AP)
2 8 cm 1 ∆l l 2±∆ l 2
∆l = 2 nst KSR =
l
100%
(8±0,05) cm
1 0,05 + = 8,05 cm
∆l = 2 0,1 cm KSR =
8
100% −¿= 7,95 cm
∆l = 0.05 cm KSR = 0,625% (4AP)
3 12 cm 1 ∆l l 3±∆ l 3
∆l = 2 nst KSR =
l
100%
(12±0,05) cm
1 0,05 + = 12,05 cm
∆l = 2 0,1 cm KSR =
12
100% −¿= 11,95 cm
∆l = 0.05 cm KSR = 0,416% (4AP)

 Data majemuk

1. Massa Batang Gelas Kaca I (Gram)


Percobaan m1 m21
1 3,9 15,21

2 3,9 15,21

3 4,1 16,81

4 3,9 15,21

5 3,9 15,21

Ʃ 19,7 77,65

m=
∑ m = 19,7 =3,94 gram
n 5
2


2
1 n ( ∑ m ) −( ∑ m) (374,7 )−(374,4)
∆ m=
n n−1 √ 4
2
1 5 ( 77,65 )−( 19,7 )
∆ m=
5 √ 5−1

1 388,25−388,09
∆ m=
5 √ 4
1
∆ m= √0,04 ∆ m=0,04 gram
5

∆m
KS R= × 100 %
m
0,04
KSR= ×100 %
3,94
KSR=0,0101 % (3 AP)
( m± ∆ m ) =( 3,94 ± 0,04 ) ×10−3 kg
2. Massa Batang Gelas Kaca II (Gram)

Percobaan m1 m 21
1 6 36
2 6 36
3 6 36
4 6 36
5 6 36
Ʃ 30 180

1
∆ m= √0
5
∆ m=0 gram
∆m
KSR= × 100 %
m
0
KSR= × 100 %
6
KSR=0 %(3 AP)

( m± ∆ m) =(6 ± 0)× 10−3 kg

m=
∑ m = 30 =6 gram
n 5
2


2
1 n ( ∑ m ) −( ∑ m)
∆ m=
n n−1
2
1 5 ( 180 )−(30)
∆ m=
5 √ 5−1

1 ( 900 ) −(900)
∆ m=
5 √ 4
3. Kelengkungan (Centimeter)
a. Konsentrasi 15%

C1 C2 C3
* C12 C22 C32
b1= 2cm b2=4cm b3=6cm
1. 1,2 2 4,8 1,44 4 23,04
2. 1 2,1 5 1 4,41 25
3. 1,5 2,1 4,9 2,25 4,41 24,01
4. 1,4 2 5 1,96 4 25
5. 1 2,2 5,1 1 4,84 26,01
Σ 6,1 10,4 24,8 7,65 21,66 123,06
Ʃ² 37,21 108,16 615,04 58,5225 461,1556 15143,7636

Ʃ C1 6,1 ΔC2
¿ C 1= = =1,22 cm KSR= X 100 %
n 5 C2
Ʃ C3 24,8
2 ¿ C 3=
0,04n = 5 =4,96 cm
∆ C 1=
n √
1 n ( Ʃ C 1 ) −(Ʃ C1 ) ²
n−1
¿
2,08
X 100 %
2

¿
1 5 ( 7,65 )−(6,1)²
5 √ 5−1
¿
∆ C 3=
n √
1 %n ( Ʃ C 3 )−( Ʃ C 3) ²
1,92
n−1
(C 2 ± ∆ C 2)=( 2,08± 0,04)×10−2 m
1 5 ( 123,06 ) −(24,8)²
¿
1 38,25−37,21
5√ 4
¿
5 √ 5−1

1 615,3−615,04
¿
1 1,04
5 4 √ ¿
5√ 4
1
1 ¿ ×0,25=0,051 cm
¿ ×0,51 5
5
¿ 0,102 c m
ΔC3
ΔC1 KSR= X 100 %
KSR= X 100 % C3
C1
0,051
¿ X 100 %
0,102 4,96
¿ X 100 %
1,22
¿ 1,03 %
¿ 8,4 %
(C 3 ± ∆ C 3)=( 4,96± 0,051)× 10−2 m
(C 1 ± ∆ C 1)=(1,22± 0,102)× 10−2 m

Ʃ C2 10,4
¿ C 2= = =2,08 cm
n 5
2

∆ C 2=
n √
1 n ( Ʃ C 2 ) −( Ʃ C 2) ²
n−1

1 5 ( 21,66 ) −(10,4) ²
¿
5 √ 5−1

1 108,3−108,16
¿
5 √ 4
1
¿ ×0,2=0,04 cm
5

a. Konsentrasi 25%

C1 C2 C3
* C12 C22 C32
b1= 2cm b2=4cm b3=6cm
1. 1,3 1,9 4,5 1,69 3,61 20,25
2. 1,2 2,1 4,5 1,44 4,41 20,25
3. 1 1,8 4,5 1 3,24 20,25
4. 1,1 1,9 4,4 1,21 3,61 19,36
5. 1,2 1,8 4,5 Ʃ C3 1,44
22,4 3,24 20,25
¿ C 3= = =4,48 cm
Σ 5,8 9,5 22,4 n 6,785 18,11 100,36
Ʃ² 33,64 90,25 501,76 2
45,9684 327,9721 10072,1296

Ʃ C1 5,8
∆ C 3=
n √
1 n ( Ʃ C 3 )−( Ʃ C 3) ²
n−1
¿ C 1= = =1,16 cm 1 5 ( 100,36 ) −(22,4) ²
n 5
2
¿
5 √ 5−1

∆ C 1=
n √
1 n ( Ʃ C 1 ) −(Ʃ C1 ) ²
n−1 ¿
1 501,8−501,76
5 √ 4
1 5 ( 6,78 ) −(5,8)² 1
¿
5 √ 5−1
¿ ×0,1=0,02 cm
5

1 33,9−33,64
¿
5 √ 4
KSR=
ΔC3
C3
X 100 %

0,02
¿ X 100 %
4,48
¿ 0,45 %

(C 3 ± ∆ C 3)=( 4,48± 0,02)× 10−2 m


1 0,26
¿
5 √4
1
¿ ×0,255
5

¿ 0,05 c m
ΔC1
KSR= X 100 %
C1
0,05
¿ X 100 %
1,16
¿ 4,31 %

(C 1 ± ∆ C 1)=(1,16 ± 0,05)×10−2 m

Ʃ C2 9,5
¿ C 2= = =1,9 cm ΔC2
n 5 KSR= X 100 %
C2
2

∆ C 2=
n √
1 n ( Ʃ C 2 ) −( Ʃ C 2) ²
n−1
¿
0,05
1,9
X 100 %

1 5 ( 18,11 ) −(9,5) ² ¿ 2,63 %


¿
5 √ 5−1
(C 2 ± ∆ C 2)=( 1,9± 0,05)× 10−2 m
1 90,55−90,25
¿
5 √ 4
1
¿ ×0,274=0,05 cm
5

Ʃ C3 22,4
¿ C 3= = =4,48 cm
n 5
2

∆ C 3=
n √
1 n ( Ʃ C 3 )−( Ʃ C 3) ²
n−1

1 5 ( 100,36 ) −(22,4)²
¿
5 √ 5−1

1 501,8−501,76
¿
5 √ 4
1
¿ ×0,1=0,02 cm
5

ΔC3
KSR= X 100 %
C3
0,02
¿ X 100 %
4,48
¿ 0,45 %

(C 3 ± ∆ C 3)=(4,48± 0,02)× 10−2 m

b. Konsentrasi 35%

C1 C2 C3
* C12 C22 C32
b1= 2cm b2=4cm b3=6cm
1. 0,8 1,4 3,2 0,64 1,96 10,24
2. 0,8 1,5 3 0,64 2,25 9
3. 0,8 1,6 3,1 0,64 2,56 9,61
4. 0,9 1,5 3,3 Ʃ C3 0,81
15,8 2,25 10,89
¿ C 3= = =3,16 cm
5. 1 1,4 3,2 n 15 1,96 10,24
Σ 4,3 7,4 15,8 3,73 2
10,98 47,98
Ʃ² 18,49 54,76 249,64
∆ C 3=
n √
1 n13,913
( Ʃ C 3 )−( Ʃ120,5604
n−1
C 3) ²
2498,0004

1 5 ( 49,98 )−(15,8) ²
¿ C 1=
Ʃ C1 4,3
n
=
5
=0,86 cm KSR=
Δ C¿ 2
C2

5X 100 % 5−1

1 249,9−249,64
∆ C 1=
n √ n−1
2
1 n ( Ʃ C 1 ) −(Ʃ C1 ) ² 0,037
¿
¿ 5 X 100 4%
1,48

1
¿ %
¿ 2,5 ×0,255=0,051 cm
1 5 ( 3,73 )−(4,3) ² 5
¿
5 √ 5−1 (C 2 ± ∆ C 2)=(1,48± 0,0037)× 10−2 m
1 18,65−18,49 ΔC3
¿
5√ 4
KSR=
C3
X 100 %

1 0,16 0,051
¿
5 √
4
¿
3,16
X 100 %

1 ¿ 1,614 %
¿ ×0,2
5
(C 3 ± ∆ C 3)=(3,16 ± 0,051)×10−2 m
¿ 0,04 c m
ΔC1
KSR= X 100 %
C1
0,04
¿ X 100 %
0,86
¿ 4,65 %

(C 1 ± ∆ C 1)=(0,86 ± 0,04)× 10−2 m

Ʃ C2 7,4
¿ C 2= = =1,48 cm
n 5
2

∆ C 3=
n √
1 n ( Ʃ C 2 )−( Ʃ C 2) ²
n−1

1 5 ( 10,98 )−(7,4) ²
¿
5 √ 5−1

1 54,9−54,76
¿
5 √ 4
1
¿ ×0,187=0,037 cm
5
G. Pembahasan

Tegangan permukaan adalah suatu kecenderungan permukaan zat cair untuk


menegang sehingga permukaannya seperti ditutupi oleh suatu lapisan kulit tipis.
Penyebab terjadinya tegangan permukaan dikarenakan oleh adanya kohesi dibawah zat
cair, sehingga tegangan permukaan air akan cenderung mengkerut dan membentuk luas
permukaan sekecil mungkin. Faktor-faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan
adalah :

1. Suhu
Semakin tinggi suhu zat cair semakin kecil tegangan permukaannya.
2. Zat terlarut
Keberadaan zat terlarut dalam suatu cairan akan mempengaruhi tegangan permukaan.
Penambahan zat terlarut akan meningkatkan viskositas larutan, sehingga tegangan
permukaan akan bertambah besar. Tetapi apabila zat yang berada di permukaan cairan
membentuk lapisan monomolecular, maka akan menurunkan tegangan permukaan zat
tersebut yang biasa disebut surfaktan.
3. Surfaktan (Surface Active Agents)
Yaitu zat yang dapat mengaktifkan permukaan, karena cenderung untuk terkonsentrasi
pada permukaan atau antar muka.Surfaktan memiliki orientasi jelas sehingga cenderung
pada rantai lurus.Sabun merupakan salah satu contoh dari surfaktan.
4. Jenis Cairan
Pada umumnya, cairan yang memiliki gaya tarik antara molekul besar, seperti air, maka
tegangan permukaannya juga besar. Sebaliknya pada cairan seperti bensin, karena gaya
tarik antara molekulnya kecil, maka tegangan permukaannya juga kecil.
5. Konsentrasi zat terlarut
Konsentrasi zat terlarut suatu larutan biner mempunyai pengaruh terhadap sifat-sifat
larutan termasuk tegangan muka dan adsorbsi pada permukaan larutan.
Pada praktikum kali ini, kami tidak menggunakan faktor suhu karena keterbatasan
waktu dan bahan.Faktor penambahan jumlah dan jenis sabun mempegaruhi tegangan
permukaan, dimana semakin banyak permukaan sabun maka air menjadi kental dan
kelengkungan benang menjadi lebih besar.

H. Pertaanyaan Akhir
Tidak ada pertanyaan akhir dalam laporan praktikum ini

I. Kesimpulan dan saran

1. Terdapat 2 macam gaya tarik menarik pada tegangan permukaan zat cair yaitu
gaya kohesi dan adhesi.
2. Faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan yaitu : suhu, zat terlarut,
surfaktan, jenis cairan, dan konsentrasi zat terlarut.
3. Penambahan sabun akan mempengaruhi kadar kekentalan air yang akan merubah
kelengkungan pada batang
4. Semakin kental air sabun maka semakin besar lengkungan yang dibentuk oleh
benang
5. Contoh aplikasi tegangan permukaan dalam kehidupan sehari-hari adalah
gelembung sabun atau air yang diletakkan diatas permukaan air secara perlahan.
J. Daftar Pustaka
Douglas C. Giancoli.2001. Fisika Jilid 1. Jakarta : Erlangga

Bird, T. 1993. Kimia Fisika untuk Universitas. Cetakan ke-2. Jakarta : Penerbit PT.
Gramedia Pustaka Utama.

Brater, F. E. dan H. W. King. 1976. Handbook of Hidraulics for The Solution of


Hidraulic Engineering Problem. Muray Printing Company and Bound by The Book
Press, New York.

Lachman, L., & Lieberman, H. A., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi
Kedua, 1091-1098, UI Press, Jakarta.

Yazid, estien. 2005. Kimia Fisik untuk Paramedis. Yogyakarta: Andi

Halliday dan Resnick, 1991, Fisika Jilid I (Terjemahan), Jakarta: Penerbit Erlangga

Anda mungkin juga menyukai