Anda di halaman 1dari 17

ii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja
pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju
masyarakat adil dan makmur.
Keselamatan dan keamanan kerja mempunyai banyak pengeruh terhadap faktor
kecelakaan, karyawan harus mematuhi standart (K3) agar tidak menjadikan hal-hal yang
negative bagi diri karyawan. Terjadinya kecelakaan banyak dikarenakan oleh penyakit
yang diderita karyawan tanpa sepengetahuan pengawas (K3), seharusnya pengawasan
terhadap kondisi fisik di terapkan saat memasuki ruang kerja agar mendeteksi sacera dini
kesehatan pekerja saat akan memulai pekerjaanya.
Keselamatan dan kesehatan kerja perlu diperhatikan dalam lingkungan kerja,
karena kesehatan merupakan keadaan atau situasi sehat seseorang baik jasmani maupun
rohani sedangkan keselamatan kerja suatu keadaan dimana para pekerja terjamin
keselamatan pada saat bekerja baik itu dalam menggunakan mesin, pesawat, alat kerja,
proses pengolahan juga tempat kerja dan lingkungannya juga terjamin. Apabila para
pekerja dalam kondisi sehat jasmani maupun rohani dan didukung oleh sarana dan
prasarana yang terjamin keselamatannya maka produktivitas kerja akan dapat
ditingkatkan. Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang kompleks, yang saling
berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Banyak faktor yang
mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat, antara
lain: keturunan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan umum
Untuk mengetahui tentang penerapan kesehatan dan keselamatan kerja.
1.2.2. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui pengertian kesehatan dan keselamatan kerja
2. Untuk mengetahui arti penting kesehatan dan keselamatan kerja bagi
masyarakat
3. Untuk mengetahui tujuan penerapan kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
4. Untuk mengetahui tren kecelakaan kerja
5. Untuk mengetahui kecelakaan akibat kerja
6. Untuk mengetahui pencegahan kecelakaan akibat kerja
7. Untuk mengetahui tenaga professional dan program k3
1.3. Metode penulisan
1. Pengumpulan Data dan Informasi

1
Data dan informasi yang mendukung penulisan dikumpulkan dengan
melakukan penelusuran pustaka, pencarian sumber-sumber yang relevan dan
pencarian data melalui internet. Data dan informasi yang digunakan yaitu data dari
skripsi, media elektronik, dan beberapa pustaka yang relevan. Adapun teknik
pengumpulan data yang dilakukan yaitu:
1) Sebelum analisis data dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan studi
pustaka yang menjadi bahan pertimbangan dan tambahan wawasan untuk
penulis mengenai lingkup kegiatan dan konsep-konsep yang tercakup
dalam penulisan
2) Untuk melakukan pembahasan analisis dan sintesis data-data yang
diperoleh, diperlukan data referensi yang digunakan sebagai acuan, dimana
data tersebut dapat dikembangkan untuk dapat mencari kesatuan materi
sehingga diperoleh suatu solusi dan kesimpulan.
2. Pengolahan Data dan Informasi
Beberapa data dan informasi yang diperoleh pada tahap pengumpulan data,
kemudian diolah dengan menggunakan suatu metode analisis deskriptif
berdasarkan data sekunder.
3. Analisis dan Sintesis
Aspek-aspek yang akan dianalisis yaitu menerapkan kesehatan dan keselamatan
kerja yang terdiri dari: pengertian kesehatan dan keselamatan kerja, arti penting
kesehatan dan keselamatan kerja bagi masyarakat, tujuan penerapan kesehatan dan
keselamatan kerja (K3), tren kecelakaan kerja, kecelakaan akibat kerja,
pencegahan kecelakaan akibat kerja, dan tenaga professional dan program k3.

1.4. Sistematika penulisan


Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari cover, bab I pendahuluan (mencakup latar
belakang, tujuan, metode penulisan, dan sistematika penulisan). Bab II tinjauan pustaka,
Bab III penutup mencakup penutup.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian kesehatan dan keselamatan kerja


Secara filosofi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah
tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya
menuju masyarakat adil dan makmur (Depnaker RI, 1993).

Sutrisno (2010) menyatakan keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan


dengan alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja, dan lingkungannya, serta
cara-cara karyawan dalam melakukan pekerjaannya. Husni (2005) menyatakan bahwa
kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja
memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna baik fisik, mental, maupun sosialnya
sehingga memungkinkan karyawan dapat bekerja secara optimal.

Tujuan dari upaya kesehatan kerja adalah untuk:

1) Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan


untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan produktivitas.

2) Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.

3) Memelihara dan mempergunakan sumber produksi secara aman dan efisien.


2.2.Arti penting kesehatan dan keselamatan kerja bagi masyarakat
Setiap perusahaan wajib menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalam
kegiatan usahanya. K3 memberikan perlindungan bagi kesehatan dan keselamatan kerja
tenaga kerja, yaitu dengan cara mencegah terjadinya kecelakaan dan sakit akibat kerja.
Selain itu, penerapan K3 juga akan memberikan perlindungan pada sumber-sumber
produksi sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan.

Dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13/2003 Pasal 87 disebutkan,


setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan. Secara umum ada tiga faktor yang
mendorong pentingnya penerapan K3 di suatu perusahaan:

1. Alasan Perikemanusiaan
Perusahaan melakukan berbagai cara untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja
dan menjamin keselamatan kerja karyawan atas dasar perikemanusiaan. Hal ini
untuk mengurangi rasa sakit atau luka yang timbul akibat pekerjaan, baik yang
diderita karyawan atau yang memengaruhi keluarganya.
2. Mematuhi Peraturan Perundang-undangan

3
Negara menetapkan berbagai payung hukum yang mencakup pelaksanaan
keselamatan dan kesehatan kerja dalam kegiatan usaha, baik dalam undang-
undang, peraturan pemerintah, peraturan menteri, keputusan menteri, instruksi
menteri, hingga surat edaran. Perusahaan yang tidak mematuhi berbagai peraturan
tersebut akan mendapatkan sanksi.
3. Alasan ekonomi
Kecelakaan kerja akan berdampak pada pengeluaran yang cukup besar oleh
perusahaan. Karena Itu, perusahaan perlu mempraktikkan K3 untuk mencegah
terjadinya kecelakaan dalam kegiatan usahanya sehingga menghindari terjadinya
pengeluaran besar atau bahkan kerugian.

2.3. Tujuan penerapan kesehatan dan keselamatan kerja


K3 merupakan bentuk perlindungan bagi kesehatan dan keselamatan kerja tenaga
kerja, serta bagi sumber-sumber produksi perusahaan. Bila dijabarkan secara lebih konkret,
tujuan K3 sebagaimana dikutip dari buku Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan adalah sebagai berikut:
1) Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik
secara fisik, sosial, dan psikologis.
2) Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif
mungkin.
3) Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
4) Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
5) Agar meningkatnya kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
6) Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atas
kondisi kerja.
7) Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

Dalam mewujudkan K3, perusahaan atau pemberi kerja perlu mengikuti sejumlah
prinsip berikut:

1) Menyediakan alat pelindung diri (APD) di tempat kerja.


2) Menyediakan buku petunjuk penggunaan alat atau isyarat bahaya.
3) Menyediakan peraturan pembagian tugas dan tanggung jawab.
4) Menyediakan tempat kerja yang aman sesuai standar syarat-syarat lingkungan kerja
(SSLK). Contohnya, tempat kerja steril dari debu kotoran, asap rokok, uap gas,
radiasi, getaran mesin dan peralatan, kebisingan; aman dari arus listrik; memiliki
penerangan yang memadai; memiliki ventilasi dan sirkulasi udara yang seimbang;
dan memiliki peraturan kerja atau aturan perilaku di tempat kerja.
5) Menyediakan penunjang kesehatan jasmani dan rohani di tempat kerja.
6) Menyediakan sarana dan prasarana yang lengkap di tempat kerja.
7) Memiliki kesadaran dalam menjaga keselamatan dan kesehatan kerja.

4
2.4.Tren kecelakaan kerja
1. Pengertian Trend
Menurut Maryati (2010;129) menyatakan trend adalah suatu gerakan
(kecenderungan) naik atau turun dalam jangka panjang, yang diperoleh dari rata–
rata perubahan dari waktu ke waktu. Rata-rata perubahan tersebut bisa bertambah
bisa berkurang. Jika rata-rata perubahan bertambah disebut trend positif atau trend
mempunyai kecenderungan naik. Sebaliknya, jika rata–rata perubahan berkurang
disebut trend negatif atau trend yang mempunyai kecenderungan menurun.
2. Jenis Kelamin
Menurut Hungu (2007) jenis kelamin (seks) adalah perbedaan antara perempuan
dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir. Seks berkaitan dengan tubuh
laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki memproduksikan sperma, sementara
perempuan menghasilkan sel telur dan secara biologis mampu untuk menstruasi,
hamil dan menyusui. Perbedaan biologis dan fungsi biologis laki-laki dan
perempuan tidak dapat dipertukarkan diantara keduanya, dan fungsinya tetap
dengan laki-laki dan perempuan pada segala ras yang ada di muka bumi.
3. Usia Pekerja
4. Penduduk usia kerja menurut Badan Pusat Statistik ( BPS ,2009) sesuai dengan
yang disarankan oleh International Labor Organization( ILO ) adalah penduduk
usia 15 tahun keatas yang dikelompokkan ke dalam angkatan kerja dan bukan
angkatan kerja. Badan Pusat Statistik membagi tenaga kerja ( Employed ) menjadi
3 macam, yaitu :
 Tenaga kerja penuh ( Full Employed ), adalah tenaga kerja yang mempunyai
jumlah jam kerja > 35 jam dalam seminggu dengan hasil kerja tertentu
sesuai dengan uraian tugas.
 Tenaga kerja tidak penuh atau setengan pengangguran (Under Employed),
adalah tenaga kerja dengan jam kerja < 35 jam seminggu.
 Tenaga kerja yang belum bekerja atau sementara tidak bekerja
(Unemployed), adalah tenaga kerja dengan jam kerja 0 > 1 jam per minggu.
5. Lokasi Kejadian
Lokasi kejadian ialah tempat terjadinya kecelakaan kerja oleh tenaga kerja, baik di
dalam perusahaan atau tempat bekerja, diluar perusahaan bahkan di lalu lintas atau
jalan raya. 2.1.7.5 Waktu Kejadian Kosasih (200:124) menyatakan bahwa
pengaturan waktu termasuk dalam perencanaan tenaga kerja yang berkenaan
dengan jadwal kerja dan jumlah tenaga kerja yang akan dipertahankan. Dalam
menentukan jadwal kerja, perusahaan terikat oleh peraturan ketenagakerjaan yang
dikeluarkan ILO (International Labor Organizational) yang menetapkan
perusahaan memperkerjakan pegawainya selama 40 jam/minggu. Bank atau
perkantoran lainnya, waktu kerjanya siang hari selama 8 jam dengan istirahat 1 jam

5
(pukul 08.00 - pukul 16.00) kalau lebih dari 40 jam, maka kelebihan itu harus
dimasukkan sebagai lembur (overtime) dan hari sabtu hanya setengah hari.
6. Bagian tubuh yang cedera
7. Pengertian cidera berdasarkan Heinrich, Petersen, dan Roos (1980) adalah patah,
retak, cabikan, dan sebagainya yang diakibatkan oleh kecelakaan. Berdasarkan
Bureau of Labor Statistics, U.S. Department of Labor (2008) bahwa bagian tubuh
yang terkena cidera dan sakit terbagi menjadi:
 Kepala; mata.
 Leher.
 Batang tubuh; bahu, punggung.
 Alat gerak atas; lengan tangan, pergelangan tangan, tangan selain jari, jari
tangan.
 Alat gerak bawah; lutut, pergelangan kaki, kaki selain jari kaki, jari kaki
 Sistem tubuh. Tujuan dari menganalisa cidera atau sakit yang mengenai
anggota bagian tubuh yang spesifik adalah untuk membantu dalam
mengembangkan program untuk mencegah terjadinya cidera karena
kecelakaan, sebagai contoh cidera mata dengan penggunaan kaca mata
pelindung. Selain itu juga bisa digunakan untuk menganalisis penyebab
alami terjadinya cidera karena kecelakaan kerja.
Sumber Cedera Klasifikasi penyebab sumber cedera kecelakaan kerja
menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) tahun 1962 adalah sebagai
berikut:
1) Mesin.
 Pembangkit tenaga, terkecuali motor-motor listrik.
 Mesin penyalur (Transmisi).
 Mesin-mesin untuk pengerjaan logam.
 Mesin-mesin pengolah kayu.
 Mesin-mesin pertanian.
 Mesin-mesin pertambangan.
 Mesin-mesin lain yang tidak termasuk klasifikasi tersebut.
2) Alat angkut dan alat angkat.
 Mesin angkat dan peralatannya.
 Alat angkutan diatas rel.
 Alat angkutan lain yang beroda, kecuali kereta api.
 Alat angkutan udara.
 Alat angkutan air.
 Alat-alat angkutan lain.
3) Peralatan lain.
 Bejana bertekanan.

6
 Dapur pembakar dan pemanas.
 Instalasi pendingin.
 Instalasi listrik, termasuk motor listrik, tetapi dikecualikan alat-alat
listrik (tangan).
 Alat-alat listrik (tangan).
 Alat-alat kerja dan perlengkapannya, kecuali alat-alat listrik. vii.
Tangga. viii. Perancah (steger).
 Peralatan lain yang belum termasuk klasifikasi tersebut.
4) Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi.
 Bahan peledak.
 Debu, gas, cairan dan zat-zat kimia, terkecuali bahan peledak.
 Benda-benda melayang.
 Radiasi.
 Bahan-bahan dan zat lain yang belum termasuk golongan tersebut.
5) Lingkungan kerja.
 Diluar bangunan.
 Didalam bangunan.
 Dibawah tanah.
8. Kondisi Berbahaya
Kondisi berbahaya (unsafe conditions) adalah tindakan yang akan menyebabkan
kecelakaan, misalnya :
a) Peralatan pengaman/pelindung/rintangan yang tidak memadai atau tidak
memenuhi syarat.
b) Bahan, alat-alat/peralatan rusak
c) Terlalu sesak/sempit
d) Sistem-sistem tanda peringatan yang kurang mamadai
e) Bahaya-bahaya kebakaran dan ledakan
f) Kerapihan/tata-letak (housekeeping) yang buruk
g) Lingkungan berbahaya/beracun : gas, debu, asap, uap, dll
h) Bising
i) Paparan radiasi
j) Ventilasi dan penerangan yang kurang
9. Jenis Usaha
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2015,
menjelaskan bahwa jenis usaha dibagi menjadi lima kelompok resiko yaitu
kelompok risiko sangat rendah, risiko rendah, risiko sedang, risiko tinggi, risiko
sangat tinggi.
Kelompok I yaitu Tingkat Resiko Sangat Rendah, terdapat 23 (dua puluh
tiga) jenis usaha, diantaranya ialah :
1) Penjahitan/konveksi

7
2) Pabrik topi
3) Industri pakaian lainnya (payung, kulit ikat pinggang, gantungan
celana/bretel
4) Pembuatan layar dan krey dari tekstil.
5) Pabrik keperluan rumah tangga (sprei, selimut, terpal, gorden, dan lain-lain
yang ditenun.
6) Perdagangan ekspor impor
7) Perdagangan besar lainnya (agen-agen perdagangan besar, distributor,
makelar, dan lain-lain).
8) Perdagangan lainnya (toko, koperasi, penjualan makanan dan lain-lain).
9) Bank dan kantor-kantor perdagangan
10) Perusahaan pertanggungan/asuransi
11) Jasa pemerintahan

Kelompok II yaitu Tingkat Resiko Rendah, terdapat 27 (dua puluh tujuh)


jenis usaha, diantaranya ialah :

1) Pertanian rakyat
2) Perkebunan gula
3) Perkebunan tembakau
4) Perkebunan bukan tahunan, terkecuali gula dan tembakau
5) Perkebunan tahunan seperti karet, coklat, kelapa, dan lain lain.
6) Pabrik teh
7) Penggorengan dan pembuatan kopi bubuk
8) Pabrik rokok (sigaret, cerutu, kretek, dan lain lain)
9) Perusahaan tembakau lainnya
10) Pabrik kina

Kelompok III yaitu Tingkat Resiko Sedang, terdapat 98 (sembilan puluh


delapan) jenis usaha, diantaranya ialah :

1) Pelayanan pengairan
2) Perusahaan kehutanan
3) Pemotongan hewan
4) Pabrik pengawetan sayuran dan buah
5) Pabrik tepung (beras, tapioka, dan lain-lain)
6) Pabrik mie dan bihun
7) Pabrik air soda, sari buah, dan minuman
8) Penggergajian kayu
9) Perusahaan percetakan dan penerbitan
10) Jasa pengangkutan seperti ekspedisi laut dan udara

8
Kelompok IV yaitu Tingkat Resiko Tinggi terdapat 24 (dua puluh empat)
jenis usaha, diantaranya ialah :

1) Pabrik barang-barang dari minyak tanah atau batu bara


2) Pabrik dan reparasi mesin-mesin (bengkel motor, mobil, dan mesin)
3) Pabrik dan reparasi kapal udara
4) Perusahaan kereta api
5) Pengolahan limbah/B3
6) Perusahaan pengisian bahan bakar gas dan elpiji
7) Pabrik semen
8) Perusahaan listrik/pembangkit, pemindahan dan distribusi tenaga listrik
9) Industri uap untuk tenaga Penangkapan ikan laut
10) Lori perkebunan

Kelompok V yaitu Tingkat Resiko Sangat Tinggi terdapat 24 (dua puluh


empat) jenis usaha, diantaranya ialah :

1) Penebangan dan pemotongan kayu


2) Asam belerang
3) Pabrik pupuk
4) Perbaikan rumah, jalan-jalan, terusan-terusan konstruksi berat, pipa air,
jembatan kereta api, dan instalasi listrik
5) Pengangkutan barang dan penumpang di laut
6) Pengangkutan barang dan penumpang di udara
7) Pabrik korek api
8) Pertambangan minyak mentah dan gas bumi (migas)
9) Tambang emas dan perak
10) Pabrik bahan peledak, bahan petasan, dan pabrik kembang api
2.5. Kecelakaan akibat kerja
a. Pengertian
Kecelakaan kerja menurut beberapa sumber, diantaranya:
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 03/Men/98 adalah suatu kejadian
yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban
manusia dan atau harta benda.
Kejadian yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan atau yang
berpontensi menyebabkan kerusakan lingkungan. Selain itu, kecelakaan kerja atau
kecelakaan akibat kerja adalah suatu kejadian yang tidak terencana dan tidak
terkendali akibat dari suatu tindakan atau reaksi suatu objek, bahan, orang, atau
radiasi yang mengakibatkan cidera atau kemungkinan akibat lainnya (Heinrich et
al., 1980).

9
Menurut Pemerintah c/q Departemen Tenaga Kerja RI, arti kecelakaan
kerja adalah suatu kejadian yang tiba-tiba atau yang tidak disangka-sangka dan
tidak terjadi dengan sendirinya akan tetapi ada penyebabnya.
b. Klasifikasi Kecelakaan Kerja
Pengertian kejadian menurut standar (Australian AS 1885, 1990) adalah
suatu proses atau keadaan yang mengakibatkan kejadian cidera atau penyakit akibat
kerja. Ada banyak tujuan untuk mengetahui klasifikasi kejadian kecelakaan kerja,
salah satunya adalah dasar untuk mengidentifikasi proses alami suatu kejadian
seperti dimana kecelakaan terjadi, apa yang karyawan lakukan, dan apa peralatan
atau material yang digunakan oleh karyawan. Penerapan kode-kode kecelakaan
kerja akan sangat membantu proses investigasi dalam meginterpretasikan
informasi-informasi yang tersebut diatas. Ada banyak standar yang menjelaskan
referensi tentang kode-kode kecelakaan kerja, salah satunya adalah standar
Australia AS 1885-1 tahun 1990. Berdasarkan standar tersebut, kode yang
digunakan untuk mekanisme terjadinya cidera/sakit akibat kerja dibagi sebagai
berikut:
 Jatuh dari atas ketinggian
 Jatuh dari ketinggian yang sama
 Menabrak objek dengan bagian tubuh
 Terpajan oleh getaran mekanik
 Tertabrak oleh objek yang bergerak
 Terpajan oleh suara keras tiba-tiba
 Terpajan suara yang lama
 Terpajan tekanan yang bervariasi (lebih dari suara)
 Pergerakan berulang dengan pengangkatan otot yang rendah
 Otot tegang lainnya
 Kontak dengan listrik
 Kontak atau terpajan dengan dingin atau panas
 Terpajan radiasi
 Kontak tunggal dengan bahan kimia
 Kontak jangka panjang dengan
 Kontak lainnya dengan bahan kimia
 Kontak dengan, atau terpajan faktor biologi
 Terpajan faktor stress mental
 Longsor atau runtuh
 Kecelakaan kendaraan/Mobil
 Lain-lain dan mekanisme cidera berganda atau banyak
 Mekanisme cidera yang tidak spesifik
c. Dampak Kecelakaan Kerja

10
Berdasarkan model penyebab kerugian yang dikemukakan oleh Det
Norske Veritas (DNV, 1996), terlihat bahwa jenis kerugian akibat terjadinya
kecelakaan kerja meliputi manusia/pekerja, properti, proses, lingkungan, dan
kualitas.
a. Cidera Akibat Kecelakaan Kerja
Pengertian cidera berdasarkan Heinrich et al. (1980) adalah patah, retak,
cabikan, dan sebagainya yang diakibatkan oleh kecelakaan. Bureau of
Labor Statistics, U.S. Department of Labor (2008) menyatakan bahwa
bagian tubuh yang terkena cidera dan sakit terbagi menjadi: Kepala; mata.
Leher Batang tubuh; bahu, punggung.
 Alat gerak atas; lengan tangan, pergelangan tangan, tangan selain
jari, jari tangan.
 Alat gerak bawah; lutut, pergelangan kaki, kaki selain jari kaki, jari
kaki
b. Klasifikasi Jenis Cidera Akibat Kecelakaan Kerja
Berikut adalah pengelompokan jenis cidera dan keparahannya:
a) Cidera fatal (fatality) Adalah kematian yang disebabkan oleh cidera
atau penyakit akibat kerja
b) Cidera yang menyebabkan hilang waktu kerja (Loss Time Injury)
Adalah suatu kejadian yang menyebabkan kematian, cacat permanen,
atau kehilangan hari kerja selama satu hari kerja atau lebih. Hari pada
saat kecelakaan kerja tersebut terjadi tidak dihitung sebagai
kehilangan hari kerja.
c) Cidera yang menyebabkan kehilangan hari kerja (Loss Time Day)
Adalah semua jadwal masuk kerja yang mana karyawan tidak bisa
masuk kerja karena cidera, tetapi tidak termasuk hari saat terjadi
kecelakaan. Juga termasuk hilang hari kerja karena cidera yang
kambuh dari periode sebelumnya. Kehilangan hari kerja juga
termasuk hari pada saat kerja alternatif setelah kembali ke tempat
kerja. Cidera fatal dihitung sebagai 220 kehilangan hari kerja dimulai
dengan hari kerja pada saat kejadian tersebut terjadi.
d) Tidak mampu bekerja atau cidera dengan kerja terbatas (Restricted
duty) Adalah jumlah hari kerja karyawan yang tidak mampu untuk
mengerjakan pekerjaan rutinnya dan ditempatkan pada pekerjaan
lain sementara atau yang sudah di modifikasi. Pekerjaan
alternatif termasuk perubahan lingungan kerja pola atau jadwal
kerja.
e) Cidera dirawat di rumah sakit (Medical Treatment Injury)
Kecelakaan kerja ini tidak termasuk cidera hilang waktu kerja, tetapi
kecelakaan kerja yang ditangani oleh dokter, perawat, atau orang

11
yang memiliki kualifikasi untuk memberikan pertolongan pada
kecelakaan.
f) Cidera ringan (first aid injury)
Adalah cidera ringan akibat kecelakaan kerja yang ditangani
menggunakan alat pertolongan pertama pada kecelakaan setempat,
contoh luka lecet, mata kemasukan debu, dan lain-lain. Kecelakaan
yang tidak menimbulkan cidera (Non Injury Incident). Adalah suatu
kejadian yang potensial, yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja
atau penyakit akibat kerja kecuali kebakaran, peledakan dan bahaya
pembuangan limbah.
c. Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja
Faktor yang merupakan penyebab terjadinya kecelakaan pada umumnya
dapat diakibatkan oleh 4 faktor penyebab utama (Husni:2003) yaitu :
a) Faktor manusia yang dipengaruhi oleh pengetahuan, ketrampilan,
dan sikap.
b) Faktor material yang memiliki sifat dapat memunculkan kesehatan
atau keselamatan pekerja.
c) Faktor sumber bahaya yaitu: Perbuatan berbahaya, hal ini terjadi
misalnya karena metode kerja yang salah, keletihan/kecapekan, sikap
kerja yang tidak sesuai dan sebagainya; Kondisi/keadaan bahaya,
yaitu keadaan yang tidak aman dari keberadaan mesin atau peralatan,
lingkungan, proses, sifat pekerjaan
d) Faktor yang dihadapi, misalnya kurangnya
pemeliharaan/perawatan mesin/peralatan sehingga tidak bisa bekerja
dengan sempurna.

2.6.Pencegahan keselakaan akibat kerja


Menurut Suma’mur (2009), kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah hal
berikut:
1. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi
kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan pemeliharaan,
pengawasan, pengujian dan cara kerja peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan
buruh, latihan, supervisi medis, P3K dan pemeriksaan kesehatan.
2. Standarisasi yang ditetapkan secara resmi, setengah resmi atau tidak resmi mengenai
misalnya syarat-syarat keselamatan sesuai instruksi peralatan industri dan alat
pelindung diri (APD).
3. Pengawasan, agar ketentuan UU wajib dipatuhi.
4. Penelitian bersifat teknik, misalnya tentang bahan-bahan yang berbahaya, pagar
pengaman, pengujian APD, pencegahan ledakan dan peralatan lainnya.

12
5. Riset medis, terutama meliputi efek fisiologis dan patalogis, Faktor Kerja dan teknologi
dan keadaan yang mengakibatkan kecelakaan.
6. Penelitian psikologis, meliputi penelitian tentang pola-pola kewajiban yang
mengakibatkan kecelakaan.
7. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi.
8. Pendidikan
9. Latihan-latihan (simulasi)
10. Asuransi, yaitu insentif financial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan
11. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan
2.7.Tenaga profesional dan program K3
Dalam rangka mewujudkan pekerja sehat, Kementerian Kesehatan melalui
Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga telah melakukan berbagai upaya dalam
mendorong penerapan kesehatan kerja di semua tempat kerja. Adapun program kesehatan
kerja;
1. Peningkatan Kapasitas Kesehatan Pekerja
a. Gerakan Pekerja Perempuan Sehat Produktif
Untuk meningkatkan kapasitas kesehatan pekerja pada sektor
formal, telah dikembangkan Gerakan Pekerja Perempuan Sehat
Produktif (GP2SP) yang dicanangkan pada tanggal 13 November 2012.
GP2SP merupakan upaya dari pemerintah, masyarakat, maupun pemberi
kerja dan serikat pekerja/serikat buruh untuk menggalang dan berperan
serta guna meningkatkan kepedulian dan mewujudkan upaya perbaikan
kesehatan pekerja I buruh perempuan sehingga dapat meningkatkan
produktivitas kerja dan kualitas generasi penerus.
Tujuan gerakan ini adalah dalam rangka meningkatkan status
kesehatan pekerja perempuan untuk mencapai produktivitas kerja yang
optimal. Fokus kegiatan yang dilaksanakan dalam GP2SP antara lain:
Pengelolaan ASI di tempat kerja, gizi pekerja, kelas ibu hamil,
pengendalian dan pencegahan kesehatan reproduksi, penyakit menular
dan penyakit tidak menular di tempat kerja serta pengendalian lingkungan
kerja.
b. Pas Upaya Kesehatan Kerja (Pas UKK)
Penerapan upaya kesehatan kerja pada pekerja sektor informal
dikembangkan melalui pemberdayaan masyarakat pekerja melalui Pas
Upaya Kesehatan Kerja (Pas UKK). Puskesmas sebagai pelaksana upaya
kesehatan masyarakat di wilayahnya memiliki tanggung jawab dalam
pembinaan
c. Pembinaan Kesehatan Calon Tenaga Kerja Indonesia
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) merupakan pekerja yang akan bekerja di luar
negeri. TKI sektor informal merupakan salah satu kelompok pekerja rentan

13
yang perlu dipersiapkan kondisi kesehatannya agar dapat bekerja secara
baik di negara penempatannya. Untuk itu diperlukan upaya penguatan
fasilitas pelayanan kesehatan pemeriksaan calon TKI dalam menentukan
kelaikan kerja bagi calon TKI.
2. Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan Kerja
Agar pekerja tetap sehat dan produktif dilakukan peningkatan mutu pelayanan
kesehatan bagi pekerja. Penguatan kompetensi SOM Puskesmas dan rumah sakit
dalam bidang Kesehatan Kerja dan Diagnosis Penyakit Akibat Kerja dilakukan agar
fasilitas pelayanan kesehatan dapat melayani kesehatan pekerja secara holistik baik
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Untuk meningkatkan pelayanan
preventif dan promotif kesehatan kerja pada masyarakat pekerja baik formal dan
informal, sejak tahun 2013 juga telah dibuka pemangku Jabatan Fungsional
Pembimbing Kesehatan Kerja (Jafung PKK) sesuai dengan Permenpan Nomor 13
Tahun 2013. Jabatan Fungsional (Jafung) PKK adalah petugas kesehatan aparat
pemerintah yang bertugas dalam melakukan upaya preventif dan promotif serta
rehabilitatif bagi masyarakat pekerja.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kesehatan dan
keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan
keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap
pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi kesehatan dan keselamatan kerja tidak
melulu berkaitan dengan masalah fisik pekerja, tetapi juga mental, psikologis dan emosional.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang penting dalam
ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai peraturan perundang-undangan
yang dibuat untuk mengatur nmasalah kesehatan dan keselamatan kerja. Meskipun banyak
ketentuan yang mengatur mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi masih banyak
faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut sebagai
bahaya kerja dan bahaya nyata. Masih banyak pula perusahaan yang tidak memenuhi standar
keselamatan dan kesehatan kerja sehingga banyak terjadi kecelakaan kerja.

15
DAFTAR PUSTAKA
Mondy, R.W., 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kesepuluh (terjemahan), Jakarta:
Penerbit Erlangga

Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan


(http://prokum.esdm.go.id/uu/2003/uu-13-2003.pdf)

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3): Definisi, Indikator Penyebab dan Tujuan Penerapan
Keselatan dan Kesehatan Kerja (http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/10/kesehatan-dan-
keselamatan-kerja-k3.html)

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (http://anandasekarbumi.files.wordpress.com/2010/11/sap-9-


msdm-10-11.ppt)

16

Anda mungkin juga menyukai