Mata kuliah ini membahas tentang konsep dasar pengukuran, karakteristik kinerja
pengukuran suhu/temperatur, gaya, beban, torsi, tekanan, perubahan posisi, aliran, level,
instrumentasi elektronika.
pekerjaan yang bersifat monoton dan kontinyu maupun pekerjaan dinamis dan sensitif.
Sebagai contoh, penerapan sistem pengendali pada sistem pengemudi pesawat terbang,
pengendali pesawat ruang angkasa, pengendali satelit, dan sistem persenjataan peluru
kendali. Dalam bidang industri, sistem pengendali diterapkan sebagai pengendali mesin-
mesin produksi dan pengendali proses yang mengubah masukan berupa energi non
listrik menjadi besaran listrik agar dapat diolah, baik secara analog maupun digital.
output serta permasalahan yang kompleks dapat diatasi dengan kemajuan sistem
Transduser akan mengubah energi non listrik menjadi energi listrik sehingga proses
Oleh karena betapa pentingnya sistem instrumentasi, maka mata kuliah ini
jenis-jenis transduser yang akan dapat Anda gunakan dalam kehidupan sehari-sehari.
Pada bab ini akan dibahas secara terperinci mengenai manfaat sistem
Pada bab ini akan dibahas tentang konsep pengukuran posisi, jenis-jenis
Pada bab ini akan dibahas tentang konsep pengukuran level, jenis-jenis
level.
Pada bab ini akan dibahas tentang jenis-jenis penerapan transduser dan
Waktu : 2 x 50 menit
Persiapan
4. Media pembelajaran yang akan digunakan pada mata kuliah ini antara lain: slide
5. Strategi instruksional yang akan digunakan yaitu dengan metode tatap muka
menggunakan transduser/sensor.
Pelaksanaan
1. Tatap muka akan dilakukan di kelas yang akan membahas materi-materi sesuai
berkelompok.
3. Ujian tengah semester dan ujian akhir semester akan dilaksanakan sesuai dengan
4. Jika ada yang mahasiswa perlu menanyakan mengenai materi mata kuliah ini, dapat
mahasiswa tanyakan langsung pada saat tatap muka di kelas atau diluar kelas atau
dapat dilakukan melalui forum komunikasi di internet yang akan dibuat oleh dosen
pengajar.
Penilaian
Kriteria penilaian hasil belajar untuk mata kuliah sistem instrumentasi elektronika
terdiri dari:
transduser/sensor.
transduser/sensor.
4. Ujian tengah semester dan ujian akhir semester yang memuat soal-soal sesuai
dengan materi yang dajarkan dan kompetensi yang diharapkan selama perkuliahan.
5. Kehadiran mahasiswa dinilai untuk mengetahui tingkat kemauan belajar selama satu
semester.
6. Portofolio mahasiswa.
PEDOMAN PENGAJAR
Waktu : 2 x 50 menit
Persiapan
Prentice-Hall, Inc.
Gunterus, F., 1997, Falsafah Dasar: Sistem Pengendalian Proses, PT. Elex
Pallas-Areny, R. & Webster, J.G., 1991, Sensor and Signal Conditioning, John
Rangan, C.S., Sarma, G.R., Mani, VSV., 1992. Instrumentation, Devices and
Yogyakarta.
3. Strategi instruksional yang akan digunakan yaitu dengan metode tatap muka,
Pelaksanaan
1. Pada pertemuan awal, anda wajib memberi penjelasan umum mengenai kontrak
3. Tatap muka akan dilakukan di kelas yang akan membahas materi-materi sesuai
hasilnya wajib dilaporkan dalam bentuk laporan dan dipresentasikan di depan kelas
dan didiskusikan secara berkelompok. Jalannya presentasi dan diskusi, anda yang
berikut:
A 4 > 80
B 3 > 69 – 80
C 2 > 55 – 69
D 1 > 44 – 55
E 0 < 44
1. Tugas/latihan yang terdiri dari tugas jenis transduser, dan tugas membuat rangkaian
3. Ujian tengah semester dan ujian akhir semester yang memuat soal-soal sesuai
dengan materi yang diajarkan dan kompetensi yang diharapkan selama perkuliahan.
4. Kehadiran mahasiswa dinilai untuk mengetahui tingkat kemauan belajar selama satu
Tugas/latihan 10 %
Presentasi/keaktifan diskusi 10 %
1.1. PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas secara terperinci mengenai manfaat sistem
keuntungan dan kerugian transduser listrik, fungsi transduser sebagai elemen sistem
1.1.2. Relevansi
Bab ini merupakan dasar dari pembahasan pada bab selanjutnya. Bab ini layaknya
pondasi bagi sebuah rumah yang akan dibangun. Pengetahuan tentang konsep dasar
rangkaian elektronika yang menggunakan transduser. Selain itu pula dapat digunakan
untuk mendukung konsep dalam perancangan suatu sistem kendali otomatis yang saat
pengendali elektronik.
1.2. PENYAJIAN
Cara pengukuran merupakan bidang yang sangat luas dipandang dari ilmu
pengetahuan dan teknik, meliputi masalah deteksi, pengolahan, pengaturan dan analisa
data. Besaran yang diukur atau dicatat oleh suatu instrumen termasuk besaran-besaran
fisika, kimia, mekanik, listrik, magnet, optik dan akustik. Parameter besaran-besaran
tadi merupakan bahan kegiatan yang penting dalam tiap cabang penelitian ilmu dan
kemajuan banyak alat pengukur presisi dan canggih yang digunakan dalam berbagai
Pengukuran memberikan arti pada kita untuk menjelaskan gejala alam dalam
merupakan alat pengukur dan pengatur suatu sifat dengan tepat. Keandalan sebuah
masuknya elektronika dan fisika terdapat instrumen listrik yang dapat diandalkan untuk
Berbagai variabel yang perlu dalam pengukuran telah diperluas, teknik dan
metoda lama didasarkan pada gejala fisika dan kimia yang baru ditemukan juga
dikembangkan. Dalam empat dekade ini teknik pengukuran telah disempurnakan untuk
sebuah nilai yang terukur, yang mana nilai ini diwakili oleh satuan fisik yang lain.
Sebuah sistem pengukuran terdiri dari sebuah transduser atau sensor yang
menterjemahkan sebuah nilai suatu besaran (satuan) fisik ke suatu sistem pemrosesan
untuk diterjemahkan ke dalam besaran fisik yang lain, yang mana nilai ini kemudian
besaran fisik ke besaran fisik yang lain, dimana besaran yang kedua adalah representasi
Dari sudut pandang konversi energi, transduser dapat diartikan sebagai alat yang
mengubah energi dari satu bentuk ke bentuk yang lain yaitu besaran fisik ke besaran
listrik.
Transduser input: mengubah energi non listrik (suara, sinar, panas, dan lain-lain)
Transduser output: sebaliknya yaitu mengubah energi listrik menjadi energi non
listrik.
Sensor adalah alat yang digunakan untuk mendeteksi dan sering berfungsi untuk
dengan dengan yang diukur). Sensor merupakan jenis transduser yang digunakan untuk
mengubah variasi-variasi mekanis, magnetis, panas, sinar dan kimia menjadi tegangan
besaran fisik ke besaran fisik lain yaitu listrik. Parameter penting untuk menilai
keandalan.
b. Output dapat dilihat dan direkam secara jarak jauh, kecuali dapat dibaca/dilihat juga
c. Output dapat diubah tergantung keperluan tampilan atau mengontrol alat lain.
Besarnya sinyal dapat dinyatakan dengan tegangan atau arus. Informasi frekuensi
atau pulsa. Output yang sama dapat diubah menjadi format tampilan digital,
Karena output dapat dimodifikasikan, dimodifiksi atau diperkuat maka sinyal output
tersebut dapat direkam pada alat ukur perekam multi channel misalnya, yaitu yang
d. Sinyal dapat dikondisikan atau dicampur untuk mendapatkan kombinasi output dan
transduser sejenis.
e. Ukuran dan bentuk transduser dapat disesuaikan dengan rancangan alat untuk
seperti misalnya pada pengukuran turbulensi arus, ukuran transduser dapat dibuat
kecil sekali, ini akan menaikkan frekuensi natural dan menjadi lebih baik. Contohnya
pada transduser piezo elektrik miniatur. Yang digunakan untuk mengukur getaran.
yang didapat pada sensor listrik, yaitu menimbulkan soal pada pengukuran presisi.
Umumnya alat kurang andal dibanding dengan jenis mekanik karena umur dan drift
komponen aktif yang digunakan dapat mempengaruhi besaran listrik. Elemen sensor
dan pengkondisi sinyal-sinyal relatif mahal, beberapa hal ketelitian dan resolusi tidak
setinggi alat mekanik yang dapat mempunyai ketelitian hingga 0,01%. Tetapi sekarang
dengan peningkatan teknologi dan rangkaian maka ketelitian dan stabilitasnya naik pula.
Teknik spesial, seperti dengan feedback pada sistem dimana indikasi nol diterapkan
sehingga lebih besar ukurannya, menurunkan frekuensi naturalnya dan labih mahal.
Variabel-variabel fisik yang ada dalam industri : posisi (position), daya, aliran (flow),
Sistem instrumentasi dan pengendali elektronik pada dasarnya terdiri dari tiga
mengirimkan dalam bentuk besaran listrik yang sesuai ke bagian pengkondisi sinyal.
suatu format tertentu. Pengkondisian dapat berupa operasi aritmatik maupun logik.
Selanjutnya, sinyal yang sudah terkondisi dapat ditampilkan melalui bagian keluaran
atau untuk melakukan proses gerak mekanik sebuah mesin. Bagian output berfungsi
untuk menampilkan sinyal keluaran baik berupa tampilan analog maupun digital.
Bentuk keluaran dapat berupa tampilan display sevent segment, LED, dan meter tau
perekam grafik.
Pada umumnya input pada sistem instrumentasi berupa besaran non listrik yang
harus diubah ke dalam besaran listrik dengan menggunakan transduser. Oleh karena itu,
sinyal ini dapat dikondisikan melalui proses elektronik. Dengan memahami fungsi kerja
transduser tersebut maka transduser dapat didefinisikan sebagai piranti yang mengubah
suatu bentuk energi ke bentuk energi yang lain. Penerapan transduser dalam bidang
Jangkauan dari sebuah nilai dinyatakan oleh nilai maksimum dan minimumnya. Pada
gambar di bawah ini jangkauan dari besaran input adalah Vmin sampai dengan Vmax
dan jangkauan dari besaran output adalah Mmin sampai dengan Mmax sebagai contoh,
sebuah transduser tekanan dapat mempunyai jangkauan Input 0-100 KPa dan
Jengkal adalah perbedaan antara nilai maksimum dan nilai minimum dari sebuah
transduser. Dari gambar, dapat dilihat bahwa jengkal Input adalah (Vmax – Vmin) dan
Jika hubungan antara besaran Output (M) dan besaran Input (V) diplot di atas sebuah
grafik, akan diperoleh hubungan ideal berupa garis lurus dengan persamaan:
M = KV + Z
M max −M in
K=
V max −V min
K akan mempunyai satuan dari M/V, misalnya mA/KPa untuk sebuah transduser
tekanan dengan output arus. Z adalah faktor pembuat nol dari persamaan di atas yang
diberikan oleh:
Z = Mmin – K . Vmin
Z dapat berharga positif atau negatif jika sebuah alat ukur memenuhi sebuah
dikatakan alat ukur tersebut adalah alat ukur linear, sebaliknya jika tidak maka
Ketepatan dari sebuah instrumen adalah ukuran dari seberapa dekatnya nilai terukur
dengan nilai yang akan diukur. Dalam sistem instrumentasi istilah ketepatan masih
kurang sering digunakan jika dibandingkan dengan istilah lain, yaitu kesalahan.
Kesalahan didefinisikan sebagai nilai perbedaan maksimum yang dapat terjadi antara
nilai yang terukur dengan nilai yang hendak diukur. Kesalahan dapat dinyatakan
dalam beberapa cara, cara yang paling umum adalah dengan nilai mutlak, presentase
dari nilai sebenarnya dari nilai yang hendak diukur atau sebagai presentasi dari skala
4. Resolusi
Banyak alat ukur memiliki “kekasaran” yang telah menjadi salah satu sifatnya dalam
digunakan pada pengukuran posisi seperti pada gambar 1.2. a, mempunyai ukuran
tangga (step) yang ditentukan oleh ukuran kawat yang digunakan. Hal ini
memberikan respon yang sama dengan gambar 1.2 b. Istilah resolusi digunakan
untuk mendefinisikan tangga (step) dalam mana pembacaan dapat dibuat dengan
pantas.
Gambar 1.2. Transduser dengan resolusi terbatas
ketika titik ukur yang sama didekati beberapa kali dari arah yang sama.
Histerisis terjadi ketika nilai terukur tergantung dari apakah nilai yang hendak diukur
lingkungan dimana alat ukur dioperasikan dan akan semakin menurun terhadap umur
kesalahan untuk beberapa perubahan dari lingkungan. Sebagai contoh, sebuah alat
ukur dengan arus keluaran 4-20 mA bisa menjadi agak tergantung pada beban.
Efek ketuaan dari alat ukur dapat dihilangkan dengan pemeliharaan terencana dan
dan output instrumen terhadap standar referensi yang bersangkutan. Kalibrasi ini
memberikan garansi pada alat atau instrumen bahwa alat itu akan bekerja dengan
yang tertentu pula. Dengan alat yang telah dikalibrasi pembuat atau pemroses dapat
Dengan proses kalibrasi maka kesalahan dan koreksi maka kesalahan dan koreksi
kebenaran unjuk kerja alat atau sistem, untuk itu diperlukan standar sebagai
pembanding kerja. Pembanding ini memerlukan opeator yang telah ahli/terlatih, dan
perlu adanya referensi standar yang baik, dan juga lingkungan yang standar/baku
pula.
Kalibrasi tidak menjamin unjuk kerja istrumen tetapi sebagai indikator baik apakah
unjuk kerja instrumen memenuhi ketelitian dan spesifikasi jangkauan (range) pada
pemakaian alat itu. Kalibrasi kembali selalu diperlukan karena instrumen telah
berlebihan. Sertifikat kalibrasi yang telah didapatkan dapat digunakan sebagai tanda
sebagai jaminan. Standar yang diterima dapat dikatagorikan sebagai standar primer,
Standar primer sangat teliti dan harga satuan absolutnya telah diberi sertifikat oleh
National Standard Institution yang harus berada dalam toleransi yang diizinkan.
Standar ini sangat mahal untuk membeli dan memeliharanya. Absolut memberi arti
Standar referensi terkalibrasi yang diturunkan dari standar absolut disebut standar
sekunder. Standar ini dapat dimiliki oleh banyak instansi yang dapat ditera dengan
standar primer kembali. Jarak waktu kalibrasi standar sekunder bergantungan pada
ketelitian dan tipe standar yang dipelihara. Standar normal yang diperlukan di
industry dan laboratorium, mempunyai ketelitian setingkat lebih rendah dari standar
sekunder, disebut standar kerja (working standard). Pada fasilitas kalibrasi industri
yang dilengkapi baik harus memiliki standar primer/sekunder, beserta alat kalibrasi
temperatur, tegangan listrik, arus listrik, waktu dan frekuensi yang banyak
dibutuhkan industri.
Tabel 1.1 menunjukkan beberapa standar yang dipelihara dengan ketelitian yang
Dalam semua prosedur kalibrasi dianjurkan untuk melakukan pembacaan naik dan
sedangkan dalam alat listrik murni menunjukkan nonlinier dan relaktansi magnet.
Tabel 1.1. Standar Kalibrasi
1. Transduser pasif
perubahan besar tegangan atau kuat arus yang dihasilkan transduser. Perubahan
resistansi ini dapat bernilai positif (nilai resistansi bertambah) berarti tegangannya juga
Perubahan tegangan inilah yang dimanfaatkan untuk mengetahui keadaan yang ingin
diukur. Ada tiga jenis transduser pasif yang dapat kita peroleh dipasaran, yaitu
Prinsip kerja transduser ini adalah mengubah perubahan besaran non listrik
menjadi perubahan nilai kapasitansi atau induktif. Berikut ini disajikan prinsip kerja dan
c. Transduser photo
Transduser photo dapat mengubah besar arus listrik jika dikenai cahaya/sinar.
Arus listrik inilah yang dimanfaatkan untuk mengetahui keadaan yang ingin diukur,
misalnya gelap terangnya suatu ruangan. Kondisi inilah yang dapat diukur adalah
Ada beberapa jenis transduser photo dan masing-masing mempunyai prinsip kerja
yang berbeda-beda. Berikut ini disajikan tabel jenis-jenis transduser photo berikut
2. Transduser Aktif
Transduser ini tidak memerlukan catu daya eksternal. Transduser ini malah dapat
menghasilkan energi listrik. Berikut ini disajikan prinsip kerja dan penerapan transduser
Biasanya transduser dirancang untuk meraba besaran ukur yang spesifik atau
hanya tanggap terhadap besaran ukur tertentu saja. Pengetahuan yang lengkap pada
karakteristik transduser listrik dan mekanik sangat penting dalam pemilihan pemakaian
c. Kemampuan ulang. Kemampuan menghasilkan sinyal output yang tepat sama bila
mengukur besaran ukur sama secara berulang dalam kondisi lingkungan sama pula.
perbandingan sinyal ke noise yang besar pula; dalam banyak hal lebih disukai
besaran digital.
f. Tanggapan dinamis (dynamic response) baik. Output dapat dipercaya terhadap input
bila diambil sebagai fungsi waktu. Efek ini dianalisa sebagai tanggapan frekuensi.
g. Karakteristik mekanik yang baik dapat mempengaruhi unjuk kerja statis kuasistatis
sempurma, yang terjadi pada dimensi transduser strain. Sifat ini bergantung pada
2. Aliran kental atau merayap (creep). Disebabkan karena adanya aliran kental bahan
elemen sensor. Besarnya semakin naik bila beban naik dan temperatur naik.
bila beban diberikan dengan konstan dan kalau beban dilepas maka bentuk secara
h. Minimumkan noise yang bersatu dengan devais integrated, minimumkan asimitri dan
kerusakan lain.
1.3. PENUTUP
1.3.1. Rangkuman
Pengukuran adalah proses mengukur sebuah satuan fisis untuk menghasilkan sebuah
nilai yang terukur, yang mana nilai ini diwakili oleh satuan fisik yang lain. Sebuah
sistem pengukuran terdiri dari sebuah transduser atau sensor yang menterjemahkan
sebuah nilai suatu besaran (satuan) fisik ke suatu sistem pemrosesan untuk
diterjemahkan ke dalam besaran fisik yang lain, yang mana nilai ini kemudian
besaran fisik ke besaran fisik yang lain, dimana besaran yang kedua adalah
Sensor adalah alat yang digunakan untuk mendeteksi dan sering berfungsi untuk
(range) dan jengkal (span), alat ukur linear dan non linear, ketepatan (accuracy) dan
tanggapan dinamis (dynamic response) baik, karakteristik mekanik yang baik, dan
minimumkan noise yang bersatu dengan devais integrated, minimumkan asimitri dan
kerusakan lain.
1.3.2. Latihan
1. Pengukuran adalah proses mengukur sebuah satuan fisis untuk menghasilkan sebuah
nilai yang terukur, yang mana nilai ini diwakili oleh satuan fisik yang lain. Sebuah
sistem pengukuran terdiri dari sebuah transduser atau sensor yang menterjemahkan
sebuah nilai suatu besaran (satuan) fisik ke suatu sistem pemrosesan untuk
diterjemahkan ke dalam besaran fisik yang lain, yang mana nilai ini kemudian
besaran fisik ke besaran fisik yang lain, dimana besaran yang kedua adalah
representasi analog dari besaran yang pertama. Dari sudut pandang konversi energi,
transduser dapat diartikan sebagai alat yang mengubah energi dari satu bentuk ke
b. Output dapat dilihat dan direkam secara jarak jauh, kecuali dapat dibaca/dilihat
c. Output dapat diubah tergantung keperluan tampilan atau mengontrol alat lain.
e. Ukuran dan bentuk transduser dapat disesuaikan dengan rancangan alat untuk
f. Dimensi dan bentuk desain dapat dipilih agar tidak mengganggu sifat yang diukur.
keluaran, atau berdasarkan bidang pemakaian yaitu transduser pasif yang terdiri dari
transduser resistif, transduser kapasitif, transduser induktif, dan transduser photo; dan
transduser aktif.
BAB II
PENGUKURAN TEMPERATUR
2.1. PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai metode pengukuran temperatur, jenis-jenis
transduser temperatur, dan prinsip kerja, rangkaian, dan aplikasi termometer pemuaian,
2.1.2. Relevansi
Pengukuran dan kontrol temperatur mungkin adalah operasi yang paling umum
dari proses dalam industri. Untuk mengukur temperatur secara kualitatif kita perlu
mendefinisikan sebuah skala temperatur. Hal ini dilakukan dengan memilih dua
temperatur yang dimana beberapa efek fisik yang dapat terindentifikasi terjadi pada titik
ini, dan kemudian nilai numerik diberikan untuk kedua temperatur ini. Nilai temperatur
Materi pada bab ini memiliki relevansi yang sangat kuat terhadap pengukuran
temperatur pada proses industri, sehingga dapat dimanfaatkan dan diterapkan langsung
terhadap proses-proses yang ada di dunia industri dan aplikasi lainnya yang
berhubungan dengan pengendali elektronik. Bab ini juga merupakan lanjutan dari bab
sebelumnya yang mana lebih menjelaskan secara detail jenis-jenis pengukuran dan
Bab ini memiliki tujuan instruksional khusus yaitu, setelah mengikuti kuliah ini
mahasiswa dapat/mampu:
dan Termokopel.
semikonduktor.
2.2. PENYAJIAN
Skala Fahrenheit dan Celcius menggunakan titik beku dan titik didih air sebagai
Fahrenheit Celcius
Titik beku 32 0
Hubungan timbal balik antara skala Fahrenheit dan Celcius diberikan oleh:
Satuan SI dari temperatur adalah kelvin (K) dan simbol derajat (0) tidak digunakan
pada skala kelvin. Nilai skala 0 K adalah titik terendah dari temperatur secara teoritis,
dimana 0 K = -273,160C. Hubungan antara derajat Celcius dan Kelvin diberikan oleh:
K = 0C + 273,15
Dalam aplikasi atau penggunaan di industri, skala Celcius paling luas digunakan,
Daya tahan manusia terhadap panas atau dingin adalah sempit, dibatasi oleh rasa
sakit pada kedua batas, yaitu batas ketahanan terhadap panas dan dingin.
Keputusan atau perasaan manusia terhadap temperatur relatif juga tidak dapat
diandalkan.
Berdasarkan alasan di atas sangat dibutuhkan suatu skala temperatur yang dapat
pV = R(t + C)
Dimana:
p adalah tekanan
V adalah volume
t adalah temperatur
pV = RT
Dimana T didefinisikan dalam Kelvin (K) dan jika dihubungkan dengan skala Celcius (0C)
T = (t + 273,15)K
Jadi selisih antara derajat Kelvin dan Celcius adalah sebuah konstanta sebesar
273,15 K.
Titik kesetimbangan (Triple Point) adalah titik dimana keadaan setimbang dicapai
Secara umum ada empat tipe sensor temperatur yang digunakan berdasarkan sifat-
sifat fisis berikut yang mana sifat-sifat ini sangat bergantung pada perubahan
temperatur.
perubahan dalam panjang, volume, atau tekanan. Bentuk sederhana dari instrumen ini
dan termistor.
3. Perubahan potensial kontak antara dua logam yang berbeda terhadap temperatur,
4. Perubahan energi radiasi terhadap temperatur, digunakan pada Pyrometer optik dan
radiasi.
1. Termometer Pemuaian
zat padat, zat cair atau gas memuai. Oleh karena itu pemuaian ini menyebabkan
Contoh termometer pemuaian adalah termometer gelas yang berisi cairan. cairan
yang paling sering digunakan pada termometer gelas adalah air raksa (mercury). Prinsip
kerja dari termometer gelas berdasarkan pemuaian dari air raksa yang diakibatkan oleh
Gambar 2.1 memperlihatkan sebuah batang logam yang mempunyai panjang Lo pada
temperatur To.
Jika batang ini dipanaskan ke suatu nilai temperatur yang lebih tinggi T1, batang
Dimana ψ didefinisikan sebagai koefisien dari pemuaian termal linier. Nilai tipikal
Jika cairan ini dipanaskan temperaturnya menjadi T1, volumenya akan bertambah
V1 = Vo [1 + α (T1 – To)]
Dimana α adalah koefisien pemuaian termal kubikal. Nilai tipikal untuk α adalah:
dalam tinggi kolom fluida (cairan) dalam tabung itu. Jika A adalah luas penampang dari
Δh = ΔV/A
Jika A dibuat kecil, maka perubahan yang nyata dapat diperoleh untuk perubahan
yang kecil pada temperatur. Inilah dasar dari termometer gelas air raksa dan alkohol.
Gambar sebuah termometer air raksa diperlihatkan di bawah ini. Termometer ini disebut
2. Termometer Tahanan
kenaikan temperatur. Sebabnya adalah bahwa bila bahan tersebut dipanasi maka
RT = R0 (1 + α t)
α adalah koefisien temperatur tahanan. Dengan nilai dari masing-masing logam berbeda
sebagai berikut:
Logam α
Nikel 0,0068
Gambar 2.4 menunjukkan karakteristik tahanan dengan temperatur untuk berbagai
jenis logam. Dalam setiap karakteristik logam ditetapkan 100 Ω pada suhu 0° C sebagai
referensi.
Pada gambar dapat dilihat, termometer dengan bahan nikel mempunyai sensitifitas
terbesar, tetapi tidak begitu linier. Platina mempunyai sensitifitas paling kecil, tetapi
mempunyai kelinieran yang paling baik. Pada prinsipnya pemilihan material untuk
Gambar 2.4. Karakteristik perubahan resistansi terhadap suhu pada beberapa material.
Temperature Detector). Alat ukur ini menggunakan elemen sensitif dari kawat platina,
tembaga atau nikel murni yang memberikan nilai tahanan yang terbatas untuk masing-
Rt = Rref (1 + t)
Dimana:
temperatur. Pada termometer tahanan diinginkan nilai koefisien temperatur tahanan ()
yang tinggi, sehingga suatu perubahan tahanan yang besar terjadi pada perubahan
PLATINA
yang paling banyak digunakan untuk elemen pengindera pada termometer tahanan.
t=
( Rt −R o
R100 −R0) ( )( )
100+δ
t
100
−1
t
100
Dimana:
adalah konstanta.
untuk temperatur dibawah 00C Callender dan Van Dusen menggunakan persamaan
interpolasi:
( Rt −R o
) ( )( ) ( )( )
3
t t t t
t= 100+δ −1 +β −1
R100 −R0 100 100 100 100
murni adalah 1,39290. IPTS 68 juga memperbaiki kedua persamaan di atas menjadi:
t 2− ( 104
δ ) (
+102 t+
106 R t −R0
δ R 100−R0)=0
Contoh soal:
= 1,385 dan = 1,5. Rt yang terukur adalah 119,25 Ohm. Berapakah temperatur yang
terukur ?.
Penyelesaian :
2
t− (
1,5
+10 t+ ) (
104 2 106 119 ,25−100
1,5 138 ,5−100
=0 )
t2 – 6767t + 333333 = 0
(RTD) dan ini dispesifikasikan pada temperatur tahanan 0° C dan perubahan suhu
Paltina RTD dibuat dengan tahanan 100 Ω pada 0° C dan menjadi 138,5 Ω pada
100° C sehingga didapatkan interval pokok 38,5 Ω. Standar relevan untuk RTD adalah
B5 1904 yang khusus untuk metode kalibrasi dan toleransi sensor. PT sensor 100 dapat
digunakan pada daerah temperatur - 200° C sampai 800° C dengan ketepatan ± 0,5 %
RTD tersedia dalam berbagai bentuk dan ukuran. Dibuat untuk memproteksi
Sebuah RTD berubah resistansinya sesuai dengan perubahan suhu. Sebelum RTD
ini digunakan untuk pengukuran atau kontrol, perubahan resistansi harus mengakibatkan
perubahan tegangan atau arus. Disipasi listrik pada RTD dari perubahan ini harus pada
batas yang wajar, untuk menghindari Error I2 R pada saat sensor dipanaskan. Disipasi
10 mW akan menyebabkan kenaikan suhu 0,3° C yang mana secara tidak langsung akan
Rangkaian yang sederhana dapat dilihat pada gambar 2.5 yang menggunakan sumber
Vr = I . R0 (1 + α t)
Tegangan output sesuai dengan T° C. Rangkaian yang umum berdasar pada prinsip
jembatan Wheatstone, jika rangkaian mempunyai impedansi yang besar (pasti tidak ada
beban pada jembatan). Analisis sirkuit sederhana dapat dilihat pada gambar 2.5.
+ Vcc
Sumber Arus
Konstan R
R 1
Vr R
+
V0
–
R
V Vbe
I z RTD Vr R
R
0V
0V
R1 R3
VS V
R2 RT
b. Jembatan Wheatstone
dikurangi levelnya dengan R3 >> R2 (tipe faktor 100). Cara ini memiliki efek samping
untuk mengurangi kelinieran jembatan pada faktor 100, tetapi ini tidak mudah
respon yang sangat tidak linier tetapi digunakan untuk mengukur aliran dengan Error
yang kecil. Ketidaklinieran output pada jembatan diproses dengan rangkaian pelinier
untuk memberikan output tegangan yang berhubungan dengan temperatur secara linier.
Pelinieran dapat dihasilkan dengan rangkaian OP-Amp atau dengan peralatan “intelijen”
mikroprosesor. Pada rangkaian termometer tahanan di atas, besarnya arus konstan yang
RTD dibuat dari sebuah kumparan kawat platinum pada papan pembentuk dari
bahan isolator. Selain itu, RTD mempunyai film platinum pada lapisan bawah berupa
bahan alumina. RTD dapat digunakan sebagai sensor suhu yang mempunyai ketelitian
0,03°C dibawah 500° dan 0,1°C diatas 1000°. Gambar 2.6. menunjukkan konstruksi
RTD.
∆R
R=
α∆T
Keterangan:
∆ T =¿ perubahan suhu
Selain itu, kita dapat pula menentukan resistansi bila diketahui resistansi pada
suhu awal dengan koefisisen resistansi adalah a. besar resistansi pada suhu tertentu
R2 ¿ R 1 (1+ α ∆ T )
Contoh soal:
Berapakah resistansi RTD dari bahan platinum pada suhu 70°C, bila diketahui resistansi
pada suhu 20°C sebesar 135 ohm sedangkan koefisien resistansi pada suhu 20°C adalah
0,00392?
Penyelesaian:
R2 ¿ R 1 (1+ α ∆ T )
= 161
arus konstan melalui RTD atau dengan memasangnya pada salah satu lengan jembatan
Bila RTD berada pada suhu kamar maka beda potensial jembatan adalah 0 volt
dan tegangan keluaran penguat diferensial 0 volt. Keadaan ini disebut keadaan
setimbang. Bila suhu RTD berubah maka resistansinya juga berubah sehingga jembatan
tidak dalam kondisi setimbang. Hal ini menyebabkan adanya beda potensial antara A
dan B. Begitu juga yang terjadi (berlaku) pada keluaran penguat diferensial. Hal ini
Bila kondisi setimbang, pada titik A-B harus mempunya beda potensial dan arus
yang sama.
I2 = IRTD dan I1 = I3
R2
R RTD ¿ R 3
R1
Contoh soal:
Penyelesaian:
R2
R RTD ¿ R 3
R1
62
=100
56
= 111
Jadi, resistansi RTD = 111 ohm
Gambar 2.8 menunjukkan konstruksi RTD. Probe (detector) terdiri dari kumparan
yang ditempatkan didalam selubung dari bahan stainless stell. Selubung ini
dimaksudkan sebagai pelindung yang menahan probe dari tekanan, goncangan, dan
Kumparan RTD yang banyak digunakan berasal dari bahan platinum, nikel, atau
nikel campuran. Platinum mempunyai stabilitas yang baik dan mempunyai ketelitian
dan ketepatan tinggi terhadap rentang pengukuran suhu. RTD dari bahan platinum
Pengubah resistansi ke tegangan (RTD) ditunjukkan pada gambar 2.8 secara detail
keluaran berkisar antara 0 volt - 2 volt, pada suhu 0°C - 300°C. tiga variable resistor
digunakan untuk mengatur tegangan offset. Tegangan referensi dan tegangan offset
span. Tegangan offset digunakan untuk mengkalibrasi bila suhu 0°C maka tegangan
tegangan masukan referensi Op-Amp. Adapun pengatur tegangan offset span digunakan
untuk mengatur tegangan keluaran sama dengan 2 volt pada suhu 300°C.
3. Tegangan output yang dihasilkan 500 kali lebih besar dari termokopel.
4. Dapat digunakan kawat penghantar yang lebih panjang karena noise tidak jadi
masalah.
5. Tegangan keluaran yang tinggi, maka bagian elektronik pengolah sinyal menjadi
4. Termistor
Penggunaan RTD sangat terbatas, tetapi linear. Penambahan resistansi pada logam
sesuai dengan penambahan suhu. Termistor terbuat dari bahan semikonduktor, yang
paling umum dibuat dari bahan yang dapat turun nilai tahanannya bila suhunya
walaupun respon termistor tidak linear, termistor dapat digunakan untuk mengukur
PTC mempunyai respon seperti pada gambar dibawah ini yang menunjukkan
respon PTC membuat ukuran temperatur yang tidak pantas. Tetapi biasanya digunakan
Gambar 2.10. Kurva perubahan resistansi oleh suhu pada PTC Termistor
dengan perubahan suhu. Umumnya kata Termistor digunakan untuk pengertian lebih
luas, yaitu komponen elektronik dari bahan semikondulktor yang mempunyai koefisien
negatif.
Termistor mempunyai sensitivitas lebih tinggi daripada termokopel atau RTD.
Termistor sering digunakan sebagai sensor suhu atau alat pengaman pemanasan lebih.
Perubahan resistansi yang besar terhadap perubahan suhu yang relatif kecil menjadikan
Termistor banyak dipakai sebagai sensor suhu yang mempunyai ketelitian dan ketepatan
tinggi.
kromium, kobalt, tembaga, besi, atau nikel. Pemilihan bahan oksida dengan
Termistor tersedia di pasaran dengan nilai resistansi dari ohm sampai megaohm.
Gambar 2.11 menunjukkan simbol Termistor dan gambar 2.12 menunjukkan konstruksi
Gambar 2.11. Simbol Termistor Gambar 2.12. Konstruksi Termistor tipe GM 102
Termistor yang berbentuk butiran dapat digunakan pada suhu lebih dari 700°F.
nilai resistansinya berkisar dari 100 ohm hingga 10 M ohm. Dalam dunia industri
banyak digunakan Termistor berbentuk keping, batang, dan butiran. Tipe keping
umumnya dipasang dengan cara dilekatkan langsung pada benda yang di ukur panasnya.
Hal ini banyak diterapkan pada pengukuran suhu yang tinggi. Termistor bentuk batang
mempunyai resistansi tinggi, disipasi daya sedang, sehingga cocok digunakan untuk
memantau perubahan panas pada peralatan elektronis. Termistor dibuat dengan volume
yang sekecil-kecilnya, agar mencapai kecepatan tanggapan (respons time) yang baik.
5. Termokopel
Gambar 2.13 memperlihatkan dua logam yang berbeda yang disatukan pada dua
ujung titik. Jika ujung yang satu dipanaskan hingga mencapai temperatur T1, dan ujung
yang lain dijaga pada suatu nilai temperature yang lebih rendah T2, arus akan mengalir
di sekitar rangkaian tersebut. Arus tersebut besarnya tergantung jenis logam yang
luas sebagai alat ukur suhu, terutama pengukuran suhu tinggi. Suhu yang digunakan
pada proses industri kadang-kadang lebih tinggi dari 300°F. Rentang suhu antara
2000°F sampai dengan 3000°F biasanya digunakan pada industri baja, gelas, dan
keramik. Meskipun demikian, termokopel juga dapat digunakan untuk mengukur suhu
rendah dengan baik. Selain itu suhu gas atau cairan serendah -300°F masih dapat
terukur.
banyak digunakan pada proses industri. Selain itu, termokopel dapat diubah rentang
digunakan untuk menentukan skala suhu internasional antara 1220°F (660°C) dan
1945°F (1063°C).
Sebuah termokopel dibentuk oleh dua buah penghantar yang berbeda jenisnya,
dililit bersama. Jika salah satu bagian pangkal lilitan dipanasi, kedua ujung penghantar
pada pangkal yang lain akan muncul emf atau beda potensial. Fenomena ini pertama kali
ditemukan oleh Thomas Johann Seebeck pada tahun 1820, dan dikenal dengan efek
Sebuah rangkaian termokopel sederhana dibentuk oleh dua buah penghantar yang
berbeda jenis, besi dan konstantan, dililit bersama. Salah satu ujung T merupakan
measuring junction dan ujung yang lain, yaitu Tr sebagai reference junction dijaga pada
suhu konstan 32°F (0°C) atau 68°F(20°C). Bila ujung T dipanasi hingga terjadi
perbedaan suhu terhadap ujung Tr, maka kedua ujung penghantar besi dan konstantan
pada pangkal Tr terbangkit emf sehingga mengalir arus listrik pada rangkaian tersebut
(efek seebeck).
untuk mengubah perbedaan suhu dalam benda menjadi perubahan tegangan listrik.
Termokopel yang sederhana dapat dipasang, dan memiliki jenis konektor standar yang
sama, serta dapat mengukur temperatur dalam jangkauan suhu yang cukup besar dengan
a. Memiliki sensifitas yang tinggi dan memiliki linearty yang baik.
c. Memiliki repeatability dan stabilitas yang tinggi, dan tidak berubah sifat karena
waktu.
berbagai macam jenis sensor termokopel yang dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
Koofesien
Range Suhu
Tipe Material Seebeck Keterangan
( oC )
(µV/ oC)
Termokopel untuk
Chromel/ −200 °C hingga
K 41 tujuan umum, lebih
Alumel +1200 °C
murah
Tipe E memiliki
output yang besar
Chromel/ −200 °C hingga (68 µV/°C)
E 68
Constantan +1000 °C membuatnya cocok
digunakan pada
temperatur rendah
Rentangnya terbatas
(−40 hingga
Iron/ −40 °C hingga +750 °C)
J 53
Constantan +750 °C membuatnya kurang
populer dibanding
tipe K
Stabil dan tahanan
yang tinggi terhadap
oksidasi membuat
Nicrosil/ −200 °C hingga
N 39 tipe N cocok untuk
Nisil +1300 °C
pengukuran suhu
yang tinggi tanpa
platinum
Tipe B memberi
output yang sama
pada suhu 0 °C
Platinum- 0 °C hingga
B 3 hingga 42 °C
Rhodium +1800 °C
sehingga tidak dapat
dipakai di bawah
suhu 50 °C.
Sensitivitas
rendah (6
Platinum/
µV/°C) dan biaya
Platinum 0 °C hingga
R 6 tinggi membuat
with 7% +1600 °C
mereka tidak cocok
Rhodium
dipakai untuk tujuan
umum.
Karena stabilitasnya
Platinum/ yang tinggi Tipe S
Platinum 0 °C hingga digunakan untuk
S 6
with 10% +1600 °C standar pengukuran
Rhodium titik leleh emas
(1064.43 °C).
Sering dipakai
sebagai alat
Copper/ −200 °C hingga
T 43 pengukur alternatif
Constantan +400 °C
sejak penelitian
kawat tembaga.
Termokopel merupakan salah satu sensor suhu yang banyak digunakan di industri,
Termokopel paling cocok digunakan untuk mengukur rentangan suhu yang luas,
hingga 1800 K. Sebaliknya, kurang cocok untuk pengukuran dimana perbedaan suhu
yang kecil harus diukur dengan akurasi tingkat tinggi, contohnya rentang suhu 0-100 °C
dengan keakuratan 0.1 °C. Untuk aplikasi ini, Termistor dan RTD lebih cocok. Contoh
d. Pembangkit listrik tenaga panas radioisotop, salah satu aplikasi termopile.
acuan (reference junction) dengan suhu sambungan ukur (measuring junction) menjadi
tegangan listrik. Hubungan antara harga tegangan yang terkoreksi V(tl,0) harga tegangan
sambungan acuan V(ref,0) dan harga tegangan pada tabel standar kalibrasi V(tl,ref) adalah:
V(tl,0)=V(tl,ref)+V(ref,0)
Efek Seebeck timbul karena kerapatan muatan pembawa (electron dalam logam)
suatu penghantar berbeda dengan penghantar lain dan bergantung pada temperatur. Bila
dua jenis penghantar dihubungkan sehingga membentuk dua sambungan dan kedua
sambungan itu dipertahankan pada temperatur yang berbeda, maka difusi pembawa
muatan yang terjadi pada sambungan itu mempunyai laju yang berbeda. Pada benda itu
akan terjadi gerak neto dari pembawa muatan, seolah-olah pembawa muatan digerakkan
oleh medan nonelektrik. Integral medan ini, pada lintasan tertutup sepanjang
ditentukan oleh kombinasi pasangan jenis penghantar yang digunakan. Hal ini memberi
keuntungan, yaitu jenis termokopel yang digunakan dapat disesuaikan dengan rentang
Gambar 2.15 menunjukkan grafik tegangan terhadap suhu pada termokopel tipe E, J, K,
dan R.
Gambar 2.15. Grafik tegangan terhadap suhu pada thermokopel tipe E, J, K, dan R.
Tegangan keluaran emf (electro motive force) termokopel masih sangat rendah,
hanya beberapa milivolt. Termokopel digunakan untuk mengukur suhu setinggi 2300°F
atau serendah -270°F, dengan tegangan keluaran lebih dari 100 mV. Bila piranti ini
Oleh karena itu, untuk mengukur suhu yang tidak diketahui, terlebih dahulu harus
diketahui tegangan Vc pada suhu reference (reference temperature). Bila termokopel
digunakan untuk mengukur suhu yang tinggi maka akan muncul tegangan sebesar Vh.
Jadi, tegangan sesungguhnya adalah selisih antara Vc dan Vh yang disebut net voltage
Contoh soal:
Penyelesaian:
Vnet = Vh – VC
= 50 mV – 10 mV
= 40 mV
oleh suhu yang terukur, pada suhu minimum, arus keluaran terukur 4 mA. Sinyal
keluaran ini digunakan sebagai zero setting. Pada suhu maksimum, arus keluarannya
adalah 20 mA, selisih antara suhu maksimum dan suhu minimum disebut span setting.
Pada gambar 2.16 juga ditunjukkan perubahan arus keluaran linear terhadap suhu.
Arus keluaran sebanding dengan perubahan besaran antara tegangan terhadap suhu atau
dihubungkan secara seri sehingga didapatkan alat ukur suhu yang mempunyai
yang digunakan untuk mengukur suhu sangat tinggi yang terpancar dari sumber panas.
Pada kondisi ini termopile tidak mungkin menempel secara fisis pada sumber
2.17.b). Fungsi lensa adalah untuk mendapatkan titik fokus radiasi agar jatuh pada
termopile.
menghasilkan tegangan tertentu sesuai dengan perubahan suhu dan transduser yang
Tegangan yang dihasilkan oleh LM 35 pada berbagai suhu adalah sebagai berikut:
Vs
R1=
50 µ A
referensi negatif (-Vs) pada rangkaian, transduser mampu bekerja pada rentang suhu
-55°C sampai 150°C, tegangan keluaran dapat diatur 0 volt pada suhu 0°C dan ketelitian
2.3.1. Rangkuman
manusia terhadap panas atau dingin adalah sempit, dibatasi oleh rasa sakit pada
kedua batas, yaitu batas ketahanan terhadap panas dan dingin, dan Keputusan atau
Secara umum ada empat tipe sensor temperatur yang digunakan berdasarkan sifat-
sifat fisis berikut yang mana sifat-sifat ini sangat bergantung pada perubahan
temperature yaitu: (1). Pemuaian dari sebuah bahan terhadap temperatur yang
sederhana dari instrumen ini adalah air raksa dalam gelas termometer, (2). Perubahan
termistor, (3). Perubahan potensial kontak antara dua logam yang berbeda terhadap
2.3.2. Latihan
Termokopel ?.
resistansi pada suhu 20°C sebesar 135 ohm sedangkan koefisien resistansi pada suhu
Daya tahan manusia terhadap panas atau dingin adalah sempit, dibatasi oleh rasa
sakit pada kedua batas, yaitu batas ketahanan terhadap panas dan dingin.
Keputusan atau perasaan manusia terhadap temperatur relatif juga tidak dapat
diandalkan.
Tegangan output yang dihasilkan 500 kali lebih besar dari termokopel.
Dapat digunakan kawat penghantar yang lebih panjang karena noise tidak jadi
masalah.
Tegangan keluaran yang tinggi, maka bagian elektronik pengolah sinyal menjadi
setinggi 2300°F atau serendah -270°F, dengan tegangan keluaran lebih dari 100 mV.
Bila piranti ini digunakan untuk mengukur suhu 500°F sampai 2300°F (platinum-
platinum rhodium) yang tidak meleleh pada suhu 3000°F. Termopile adalah beberapa
termokopel yang dihubungkan secara seri sehingga didapatkan alat ukur suhu yang
Radiasi, yaitu termopile yang digunakan untuk mengukur suhu sangat tinggi yang
terpancar dari sumber panas. Pada kondisi ini termopile tidak mungkin menempel
secara fisis pada sumber panas, contohnya pada proses peleburan baja.
4. Penyelesaian:
R2 ¿ R 1 (1+ α ∆ T )
= 161
3.1. PENDAHULUAN
Bab ini akan membahas mengenai jenis-jenis pengukuran dan transduser gaya,
beban, dan torsi, konsep pengukuran dan konfigurasi tekanan, jenis-jenis transduser
tekanan, dan rangkaian dan aplikasi transduser gaya, beban, torsi, dan tekanan.
3.1.2. Relevansi
Bab ini merupakan lanjutan dari bab-bab sebelumnya yang membahas mengenai
metode pengukuran dan jenis-jenis transduser. Pada bab ini yang akan dibahas adalah
gaya, beban, torsi, dan tekanan. Bab ini juga memiliki relevansi atau hubungan yang
sangat erat dengan pengukuran dan transduser yang digunakan pada banyak proses
Bab ini memiliki tujuan instruksional khusus yaitu, setelah mengikuti kuliah ini
mahasiswa dapat/mampu:
3.2. PENYAJIAN
Strain gage adalah salah satu transduser yang banyak dipakai untuk mendeteksi
dan mengukur gaya, beban, torsi, dan tegangan. Prinsip kerjanya adalah mengubah gaya
mekanik menjadi besaran resistansi yang sebanding. Piranti ini dibuat dari kawat
tahanan tipis berdiameter sekitar 1 mm. Kawat tahanan yang biasa digunakan adalah
campuran dari bahan “konstantan“ (60% Cu, dan 40% Ni ) atau logam campuran “479“
terdiri dari 92 % Pt dan 8 % Wo. Kawat tahanan ini dilekatkan pada papan penyangga
membentuk strain gage dengan kawat berliku-liku atau bengkok-bengkok yang dikenal
dengan bounded strain gage. Bentuk kawat yang berliku-liku dimaksudkan untuk
memudahkan pendeteksian terhadap gaya tekanan yang tegak lurus dengan arah panjang
lipatan, karena tekanan akan menarik kabel sehingga merenggang. Hal ini menyebabkan
Selain bonded strain gage juga terdapat tipe yang lain yaitu unbonded strain gage,
yaitu Strain gage yang dibentuk oleh kawat yang dilekatkan pada sebuah rangka terpola
agar terbentuk Strain gage dengan kawat tahanan yang terpasang lurus dan simetris. Jika
papan atau rangka mendapat tekanan dari luar, maka resistansinya akan bertambah besar
Karakteristik sebuah Strain gage ditentukan oleh sensitivitas (S) atau gage Factor
Keterangan :
∆ R/ R
S=
σ
Perubahan nilai resistansi R dari kawat tahanan yang panjangnya L dapat dihitung
L ρ
R=ρ =
A (π / A) d 2
Nilai resistansi dari kawat tahanan setelah mengalami tekanan luar yang
ρ(L+ ∆ L)
R1 =
¿¿
∆L
ρ L(1+ )
L
¿
( )
π 2
A
d (1−
2∆d
d
)
Persamaan diatas dapat disederhanakan berdasarkan ratio dari poison (µ) yang
panjang, yaitu:
∆ d /d
µ=
∆ L/ L
1 1+ ∆ L/ L
R s=ρ .
( )
π 2 1−2 µ ∆ L/L
A
d
Disederhanakan menjadi:
R s= R+ ∆ R
¿ R¿
∆ R/ R
S=
∆ L/ L
= 1 + 2µ
Besarnya ratio (poison’s ratio) bahan logam, umumnya berkisar antara 0,25-0,35,
sedangkan sensitivitas (s) atau gage factor berkisar antara 1,50-1,70. Kawat tahanan
sensitivitasnya adalah 4.
sensitivitas yang jauh lebih tinggi, yaitu antara 50 hingga 200. Kelemahan strain gage
Tipe-tipe tersebut antara lain: tipe bentangan kawat lurus (unbounded strain gage) dan
kawat yang dibengkok (bounded strain gage), dua elemen, tiga elemen, bentuk star atau
Contoh soal:
Sebuah strain gage mempunyai sensitivitas sebesar 2,75 dan perubahan panjangnya
Penyelesaian:
∆ R/ R
S=
∆ L/ L
∆R ∆L
=S
R L
= 2,75.0,05
= 0,14
Jadi, perbandingan perubahan resistansinya = 0,14.
1. Secara mekanik
Sebuah fluida dalam keadaan diam mempunyai tekanan P yang dapat didefinisikan
sebagai gaya F yang ditekan secara tegak lurus oleh fluida di atas sebuah unit area A
dari permukaan
P= F/A
2. Secara hidrolik
Karena tekanan adalah sifat fluida yang sangat dipengaruhi oleh posisi, maka
P α ρh
3. Secara Kinetik
Dalam teori kinetik gas, tekanan (p) dipandang sebagai sebuah ukuran dari total
4. Secara Termodinamika
δW +δf
p=
dV
Area = F/A
Gaya (F) didefinisikan sebagai F = ma, dimana m adalah massa dan a adalah
percepatan. Dalam sistem SI gaya dinyatakan dalam Newton dan tekanan dalam pascal
(Pa) yaitu N/m2. Pascal jarang digunakan dalam kehidupan praktis, karena satuan ini
mewakili satuan dari pengukuran tekanan rendah. Satuan yang umum digunakan adalah
Jangkauan (range) dari tekanan-tekanan yang telah terukur adalah dari tekanan vacum
(hampa) 10-9 Pa sampai tekanan yang sangat tinggi dengan nilai 109 Pa (150.000 psi).
Contoh soal:
tekanan 10-9 Pa ?.
2. Berapakah tekanan yang dapat dihasilkan oleh seseorang yang mempunyai berat 50
kg melalui tumit dari sepatu yang ia kenakan, jika tumit itu mempunyai diameter
Penyelesaian :
1. P = F / A F = P . A = 10-9 x (103)2
= 10-3 N
F = mg m = F / g = 10-3 / 10 = 10-4 kg
= 0.1 kg
F 50 .10
P= =
A 11 , 3 −3 2
π( .10 )
2. 2 = 5 M Pa
3.2.3. Konfigurasi Pengukuran Tekanan
perbedaan tekanan antara tekanan yang hendak diukur dari sebuah referensi. Ada tiga
Tekanan yang diukur di referensi ke tekanan atmosfir sekitar. Ketika terminal dari
tekanan masukan dibuka terhadap atmosfir, nilai yang terbaca adalah nol (lihat
gambar 3.2.a).
Tekanan terukur dreferensikan terhadap hampa penuh (full vacum). Ketika terminal
tekanan masukan dibuka terhadap atmosfir, nilai yang terbaca adalah tekanan
Tekanan terukur direferensikan terhadap tekanan lain yang serupa. Sering tekanan
differensial ini adalah persentasi yang sangat kecil dari kedua referensi atau nilai
yang diukur, dan pembukaan terhadap atmosfir harus dicegah untuk menghindari
a. Alat ukur yang mengukur tekanan secara langsung, manometer bentuk tabung U.
b. Alat ukur yang mengukur tekanan secara tidak langsung. Alat ukur dalam group ini
seperti diafragma. Instrumen dari group ini dikopelkan dengan konverter yang
merubah besaran mekanis ke besaran listrik untuk menyediakan output listrik yang
Meskipun manometer tidak lagi digunakan secara luas dalam industri sekarang
ini, mereka memberikan sebuah wawasan berguna tentang prinsip pengukuran tekanan.
Mereka uga digunakan sebagai sebuah standar terhadap alat ukur lain dapat dikalibrasi.
Jika sebuah tabung U diisi dengan zat cair (umumnya air, alkohol atau air raksa,
tergantung dari tekanan yang diukur), zat cair ini akan secara alamiah mengambil
kedudukan sama tinggi dalam kedua tabung itu, seperti diperlihatkan dalam gambar
3.3.a jika setiap tekanan ditetapkan pada setiap kaki dari setiap dari tabung tersebut
seperti ditunjukkan pada gambar 3.3.b, tinggi dari zat cair tersebut akan lebih rendah
pada sisi tekanan yang lebih tinggi pada sisi tekanan yang lebih tinggi dan akan lebih
tinggi pada sisi tekanan yang lebih rendah. Pada gambar tersebut, perbedaan tinggi
p=gh
dimana p adalah tekanan (Pa), adalah kepadatan zat cair, g percepatan grafitasi (9,8
Pada gambar 3.3.b, tekanan pada kedua kaki tabung harus seimbang, sehingga:
p1 = p2 + gh
atau
h = (p1 – p2)/g
yaitu perbedaan dalam ketinggian kolom adalah berbanding lurus dengan tekanan
differensial.
Manometer biasanya diberi skala nol pada titik kesetimbangannya, dan pembagian
setengah dari skala total di atas dan di bawah titik kesetimbangan tersebut. Hal ini
menyebabkan skala tekanan dapat dibuat pada salah satu tabung. Manometer berskala
dapat dibentuk dengan membuat area (luas) yang berbeda dari kedua tabung tersebut,
pergerakan dari dari titik nol (diwakili oleh d dan h) menjadi tidak sama. Jika A1 dan
A2 adalah luas dari penampang kedua tabung tersebut, perpindahan volume dalam
A1h = A2d
atau
h = (A2 / A1) d
diperoleh :
p1 – p2
d=
g(1 + A2/A1)
Tekanan dibaca pada skala pengukuran inklinasi dari jarak d. Jika luas penampang
tabung A2 sangat kurang dari luas penampang reservoir A1, tinggi kolom h diberikan
oleh :
(p1 – p2)
h=
g
(p1 – p2)
d=
g tan
Seperti tekanan cairan atau gas. Untuk mengubah tekanan menjadi perubahan posisi
digunakan adalah kumparan CT (Center Tap), dengan demikian apabila inti mengalami
pergeseran maka induktansi pada salah satu kumparan bertambah sementara induktansi
pada kumparan yang lain berkurang. Signal Converter mengubah induktansi magnetik
Salah satu pemanfaatan dari penerapan transduser ini adalah untuk mengukur
tinggi suatu cairan. Piranti ini digunakan untuk mengukur baik tekanan statis ataupun
perbedaan tekanan. Untuk mengukur tekanan statis atau tinggi suatu cairan dapat
P = d.g.h
Keterangan :
h = tinggi cairan ( m )
Contoh soal:
Pada sebuah tangki terbuka, dimasukkan suatu cairan dengan berat 1000 kg/m 3. Apabila
diketahui tekanan statisnya 49 Kpa, berapa tinggi cairan tersebut diatas sensor ?.
Penyelesaian :
P = d.g.h
h = P
dg
= 49 Kpa
( 1000 kg/m3 ) . ( 9,81 m/s2 )
= 5m
Jenis transduser tekanan yang lain adalah tabung Bourdon, seperti ditunjukkan
Pada transduser tabung Bourdon, salah satu ujung tabung dihubungkan dengan
tabung bertambah, tabung akan bergerak menyusut dan bila tekanan pada tabung
berkurang, tabung akan bergerak mengembang sehingga inti LVDT akan tertarik atau
tertekan oleh salah satu ujung tabung sesuai dengan defleksi linier tabung yang
3.3. PENUTUP
3.3.1. Rangkuman
Strain gage adalah salah satu transduser yang banyak dipakai untuk mendeteksi dan
mengukur gaya, beban, torsi, dan tegangan. Prinsip kerjanya adalah mengubah gaya
mekanik menjadi besaran resistansi yang sebanding. Piranti ini dibuat dari kawat
Tipe-tipe tersebut antara lain: tipe bentangan kawat lurus (unbounded strain gage)
dan kawat yang dibengkok (bounded strain gage), dua elemen, tiga elemen, bentuk
Tekanan dapat didefinisikan dalam empat cara berbeda yaitu: secara mekanik, secara
Ada tiga konfigurasi pengukuran tekanan, yaitu: tekanan ukuran atau range pressure
(psig), tekanan mutlak atau absolute pressure (psia), dan tekanan differensial (psid).
Terdapat dua group utama dari alat ukur tekanan yaitu alat ukur yang mengukur
manometer tabung inklinasi), dan alat ukur yang mengukur tekanan secara tidak
tabung bourdon).
3.3.2. Latihan
4. Sebuah strain gage mempunyai sensitivitas sebesar 2,75 dan perubahan panjangnya
1. Strain gage adalah salah satu transduser yang banyak dipakai untuk mendeteksi dan
mengukur gaya, beban, torsi, dan tegangan. Prinsip kerjanya adalah mengubah gaya
mekanik menjadi besaran resistansi yang sebanding. Piranti ini dibuat dari kawat
tahanan tipis berdiameter sekitar 1 mm. Kawat tahanan yang biasa digunakan adalah
campuran dari bahan “konstantan“ (60% Cu, dan 40% Ni ) atau logam campuran
“479“ terdiri dari 92 % Pt dan 8 % Wo. Kawat tahanan ini dilekatkan pada papan
yang dikenal dengan bounded strain gage. Bentuk kawat yang berliku-liku
lurus dengan arah panjang lipatan, karena tekanan akan menarik kabel sehingga
yang digunakan adalah kumparan CT (Center Tap), dengan demikian apabila inti
mengubah induktansi magnetik yang timbul pada kumparan menjadi tegangan yang
sebanding.
Salah satu pemanfaatan dari penerapan transduser ini adalah untuk mengukur tinggi
suatu cairan. Piranti ini digunakan untuk mengukur baik tekanan statis ataupun
perbedaan tekanan.
3. Pada transduser tabung Bourdon, salah satu ujung tabung dihubungkan dengan inti
bertambah, tabung akan bergerak menyusut dan bila tekanan pada tabung berkurang,
tabung akan bergerak mengembang sehingga inti LVDT akan tertarik atau tertekan
oleh salah satu ujung tabung sesuai dengan defleksi linier tabung yang disebabkan
oleh tekanan. Dengan berubahnya posisi inti LVDT menyebabkan timbulnya emf
4. Penyelesaian:
∆ R/ R
S=
∆ L/ L
∆R ∆L
=S
R L
= 2,75.0,05
= 0,14
4.1. PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas tentang konsep pengukuran posisi, jenis-jenis
transduser posisi, dan prinsip kerja, rangkaian, dan apikasi Potensiometer, LVDT
4.1.2. Relevansi
Bab ini merupakan lanjutan dari bab-bab sebelumnya yang membahas konsep
pengukuran dan jenis-jenis transduser. Pada bab ini yang akan dibahas adalah konsep
pengukuran posisi dan jenis-jenis transduser posisi. Pembahasan pada bab ini sangat
berkaitan erat dengan bab sebelumnya karena pada bab ini dibahas secara detail
mengenai LVDT yang merupakan salah satu dasar dari pengukuran tekanan pada bab
sebelumnya. Selain itu, materi LVDT pada bab ini juga sangat berkaitan erat dengan
Bab ini memiliki tujuan instruksional khusus yaitu, setelah mengikuti kuliah ini
mahasiswa dapat/mampu:
Posisi.
4.2. PENYAJIAN
sebagai berikut :
a. Berdasarkan cara pengukurannya, yaitu:
Sistem analog
i i i
nol akan hilang bila terjadi pemutusan aliran listrik (dilakukan secara digital atau
analog periodik).
1. Potensiometer
Potensiometer berfungsi mengubah posisi mekanis menjadi sinyal elektris.
C A R = 0
C B R = maksimum = RT
R
= = sudut
RT T
Jika tidak ada arus mengalir pada kontak geser = potensiometer tanpa beban:
Eo R
= = E0 = Ei
Ei RT T T
Aplikasi potensiometer: alat ukur arah angin, posisi barang, dan lain-lain.
2. Resolver
Resolver merupakan suatu bentuk dari Synchro disebut Synchro Resolver,
Dasarnya resolver adalah sebuah peralatan yang menghasilkan keluaran listrik dalam
S = Stator
R = Rotor
Stator dan rotor mengandung dua kumparan yang berjarak 90 derajat satu sama
lainnya.
Berlaku rumus :
tersebut. Yang diukur posisi elemen penggerak. Enkoder mengubah gerakan linear atau
a. Enkoder absolut
Dapat dibuat dengan menggunakan piringan yang memiliki jalur (track) yang
kemudian diberi kode (misal: biner murni, kode gray, untuk mendeteksi posisi dari
tersebut menjadi sinar cahaya yang terputus -putus yang selanjutnya diolah menjadi
Incremental encoder memiliki piringan gelas (glass disk) yang disebut roda kode
(code whell).
Gambar 4.5. Encoder inkremental
perubahan kopling induktif sepanjang garis lurus (gerak linear). Jenis yang paling
LVDT terdiri dari dua buah kumparan (Primer dan Sekunder) yang dililitkan batang
Jenis Transduser yang banyak digunakan untuk mendeteksi perubahan posisi adalah
prinsip kerja transformator. LVDT terdiri dari sebuah kumparan primer (P) dan dua
Bila tegangan AC megalir pada kumparan primer (P), maka akan muncul
teganganinduksi di kedua kumparan sekunder (S1 dan S2). Dalam rangkaian, kumparan
sekunder dihubungkan secara seri berlawanan fase sehingga tegangan pada kedua
kumparan saling berlawanan fase. Pada posisi normal, inti feromagnetik berada di
tengah-tengah antara dua kumparan sekunder. Pada posisi inti tegangan emf di kedua
kumparan sekunder (S1 dan S2) sama tetapi berkebalikan antara satu dengan yang lain.
Dengan demikian, jumlah tegangan keluarannya sama dengan 0 Volt, posisi ini disebut
sebagai null position. Polaritas tegangan keluaran yang dihasilkan LVDT ditentukan
oleh arah gerakan inti. Sebagai contoh, bila inti pada gambar rangkaian 4.6 bergerak ke
bawah, kumparan S2 mempunyai tegangan induksi lebih besar dari pada S 1. Besar
tegangan induksi ditentukan oleh seberapa jauh inti bergerak. Langkah perubahan
Gambar 4.6. Bagan dan prinsip kerja LVDT serta output sinyalnya
Untuk mengubah tegangan keluaran S1 dan S2 pada gambar 4.6 menjadi tegangan
Dengan rangkaian Gambar 4.7, perubahan posisi inti menyebabkan tegangan salah
satu kumparan sekunder naik sementara tegangan pada kumparan sekunder lainnya
b. Inductosyn
Inductosyn adalah bentuk linear dari pada resolver. Alat ini digunakan untuk
pengukuran posisi secara presisi. Terdiri dari skala pencatat dalam bentuk gelas
yang dilengkapi dengan bahan penghantar yang berulang setiap 0,1 inci.
Sebuah kontak geser yang diteliti dua kumparan dipasang berdekatan terhadap skala
gelas. Posisi kontak geser dapat ditentukan dengan ketelitian ± 0,001 inci.
4.3.1. Rangkuman
sebagai berikut: Berdasarkan cara pengukurannya yaitu: direct sistem (langsung) dan
yaitu: sistem analog dan sistem digital. Berdasarkan posisi relatif yang terukur
Resolver merupakan suatu bentuk dari Synchro disebut Synchro Resolver, digunakan
Input yang diberikan pada enkoder adalah suatu gerak putar poros dari enkoder
tersebut. Yang diukur posisi elemen penggerak. Enkoder mengubah gerakan linear
Transduser pengukur posisi linear digunakan untuk mengukur pergeseran atau posisi
dan bekerja berdasarkan perubahan kopling induktif sepanjang garis lurus (gerak
linear). Jenis yang paling banyak digunakan adalah LVDT (Linear Variabel
4.3.2. Latihan
sebagai berikut: Berdasarkan cara pengukurannya yaitu: direct sistem (langsung) dan
yaitu: sistem analog dan sistem digital. Berdasarkan posisi relatif yang terukur
yaitu: sistem absolute (relatif terhadap titik yang diam/sebelumnya, dapat berupa
analog atau digital). dan sistem incremental atau bertingkat (posisi nol
dipilih/ditentukan, dimana posisi nol akan hilang bila terjadi pemutusan aliran
kerja transformator. LVDT terdiri dari sebuah kumparan primer (P) dan dua buah
kumparan sekunder (S1 dan S2). Bila tegangan AC megalir pada kumparan primer (P),
maka akan muncul teganganinduksi di kedua kumparan sekunder (S 1 dan S2). Dalam
tegangan pada kedua kumparan saling berlawanan fase. Pada posisi normal, inti
feromagnetik berada di tengah-tengah antara dua kumparan sekunder. Pada posisi inti
tegangan emf di kedua kumparan sekunder (S1 dan S2) sama tetapi berkebalikan antara
satu dengan yang lain. Dengan demikian, jumlah tegangan keluarannya sama dengan 0
Volt, posisi ini disebut sebagai null position. Polaritas tegangan keluaran yang
3. Inductosyn adalah bentuk linear dari pada resolver. Alat ini digunakan untuk
pengukuran posisi secara presisi. Terdiri dari skala pencatat dalam bentuk gelas
yang dilengkapi dengan bahan penghantar yang berulang setiap 0,1 inci. Sebuah
kontak geser yang diteliti dua kumparan dipasang berdekatan terhadap skala gelas.
BAB V
PENGUKURAN ALIRAN
5.1. PENDAHULUAN
transduser aliran, dan prinsip kerja, rangkaian, dan aplikasi flowmeter tekanan
differensial, flowmeter turbin, variable area flowmeter, flowmeter ultrasonik,
5.1.2. Relevansi
Bab ini merupakan lanjutan dari bab-bab sebelumnya yang membahas konsep
pengukuran dan jenis-jenis transduser. Pada bab ini yang akan dibahas adalah konsep
pengukuran aliran (flow) dan jenis-jenis transduser aliran. Pembahasan mengenai jenis
transduser pada bab ini antara lain: flowmeter tekanan differensial yang menggunakan
LVDT (Linear Variable Differential Transformer), dimana materinya telah dibahas dan
berkaitan erat dengan bab pengukuran gaya, beban, torsi, tekanan karena menggunakan
strain gage untuk mendeteksi berapa banyak aliran yang melewati transduser tersebut.
selanjutnya yaitu bab yang membahas mengenai transduser elektromagnet. Bab ini juga
membahas berbagai macam transduser yang sering digunakan di dalam proses industri
Bab ini memiliki tujuan instruksional khusus yaitu, setelah mengikuti kuliah ini
mahasiswa dapat/mampu:
5.2. PENYAJIAN
Massa flow (jumlah aliran) adalah jumlah dari fluida yang dapat melewati suatu
M = n . Vn
M = Mass flow
n = berat jenis kondisi normal
Vn = volumetik aliran normal
Kecepatan aliran adalah kecepatan dimana suatu fluida dapat bergerak melewati
suatu titik.
Pm Vm Tn
Vn =
Pn Tm
energi kinetis yang dimiliki cairan menjadi beberapa bentuk yang dapat diukur.
Gambar 5.1. Pengukuran flow untuk sinyal linear dan tidak linear
Flowmeter (alat ukur aliran) tekanan differensial menggunakan prinsip dasar Efek
Bernoulli.
Prinsip kerjanya:
Apabila cairan mengalir, tekanan P1 akan menjadi lebih besar dibanding dengan
P2 dan perbedaan tekanan P1 berbanding lurus dengan tekanan P2. Balon memuai
sebanding dengan aliran. Apabila P1 lebih besar dibanding dengan P2, inti pada LVDT
akan bergerak ke kanan. Apabila aliran berhenti tidak akan ada efek Bernoulli dan inti
Flowmeter turbin terdiri dari sebuah turbin kecil (dengan empat buah blade/kisi)
yang ditempatkan dalam aliran. Kisi dan turbin dibentuk dari bahan besi yang
dimagnetisasi.
Gambar 5.4. Flowmeter turbin
Prinsip kerjanya adalah apabila ada aliran, sudut/kisi turbin berputar pada
E = Aw Sin Nwt
Dimana:
A = Amplitudo (konstan)
N = Jumlah blades/Kisi
Flowmeter variabel area terdiri dari sebuah pelampung runcing di dalam suatu
pipa/tabung gelas vertikal yang meruncing. Aliran fluida secara vertikal akan melewati
pelampung yang akan menarik di dalam tabung membentuk posisi yang bergantung
ketika ada gerak relatif bunyi antara pemancar (transmitter) dan penerima (receiver).
Berlaku rumus:
( Vr + Vs )
fr = ft
Vr
Jika transmitter dan receiver adalah bergerak berjauhan dengan kecepatan relatif:
( Vr + Vs ) ( Vs + V cos θ )
fr = ft fr = ft
Vr ( Vs − V cos θ )
fr = Frekuensi receiver
ft = Frekuensi transmitter
Vr = Kecepatan relatif
Vs = Kecepatan bunyi
konduktor dengan panjang l bergerak dengan kecepatan V yang tegak lurus dengan
Berlaku rumus:
E = B . l. V
6. Flowmeter target
yang sebanding dengan kecepatan cairan. Resultance gaya pada target dirasakan oleh
ketegangan kawat.
5.3. PENUTUP
5.3.1. Rangkuman
menjadi dua bagian yaitu: linear dan tidak linear. Untuk mengukur aliran, pendekatan
yang umum digunakan adalah mengubah energi kinetis yang dimiliki cairan menjadi
Flowmeter (alat ukur aliran) tekanan differensial menggunakan prinsip dasar Efek
Bernoulli.
Flowmeter turbin terdiri dari sebuah turbin kecil (dengan empat buah blade/kisi)
yang ditempatkan dalam aliran. Kisi dan turbin dibentuk dari bahan besi yang
dimagnetisasi.
Flowmeter variabel area terdiri dari sebuah pelampung runcing di dalam suatu
pipa/tabung gelas vertikal yang meruncing. Aliran fluida secara vertikal akan
melewati pelampung yang akan menarik di dalam tabung membentuk posisi yang
Flowmeter ultrasonik menggunakan prinsip efek Doppler. Efek Doppler terjadi ketika
ada gerak relatif bunyi antara pemancar (transmitter) dan penerima (receiver).
elektromagnetik.
Flowmeter target mendeteksi tekanan cairan yang memancar pada target yang
5.3.2. Latihan
1. Prinsip kerja flowmeter tekanan differensial adalah apabila cairan mengalir, tekanan
berbanding lurus dengan tekanan P2. Balon memuai sebanding dengan aliran.
Apabila P1 lebih besar dibanding dengan P2, inti pada LVDT akan bergerak ke
kanan. Apabila aliran berhenti tidak akan ada efek Bernoulli dan inti akan menjadi
ditengah.
2. Prinsip kerja flowmeter turbin adalah flowmeter turbin terdiri dari sebuah turbin
kecil (dengan empat buah blade/kisi) yang ditempatkan dalam aliran. Kisi dan turbin
dibentuk dari bahan besi yang dimagnetisasi. Apabila ada aliran, sudut/kisi turbin
dengan cairan yang menghantarkan listrik (bersifat konduktor). Kumparan pada unit
BAB VI
PENGUKURAN LEVEL
6.1. PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas tentang konsep pengukuran level, jenis-jenis transduser
level, dan prinsip kerja, rangkaian, dan aplikasi transduser level yang terdiri dari sistem
pengukuran level berdasarkan pelampung, pengukuran level dengan transduser gaya,
level dengan metode radiasi, dan pengukuran level dengan metode probe kapasitif.
6.1.2. Relevansi
Bab ini merupakan lanjutan dari bab-bab sebelumnya yang membahas konsep
pengukuran dan jenis-jenis transduser. Pada bab ini yang akan dibahas adalah konsep
jenis transduser pada bab ini antara lain: sistem pengukuran level berdasarkan
dibahas dan sangat berkaitan dengan bab sebelumnya. Pembahasan pengukuran level
dengan transduser gaya, pengukuran level dari tekanan hidrostatik, dan pengukuran
level berdasarkan tekanan differensial di dalam tangki bertekanan sangat berkaitan erat
dengan bab sebelumnya yaitu pengukuran gaya, beban, torsi, tekanan. Pembahasan
pengukuran level dengan menggunakan metode level switch juga sangat berkaitan erat
dengan metode probe kapasitif berhubungan dengan bab selanjutnya yaitu bab yang
membahas mengenai transduser kapasitif. Bab ini juga membahas berbagai macam
transduser yang sering digunakan di dalam proses industri dan diaplikasikan pada
mahasiswa dapat/mampu:
6.2. PENYAJIAN
V = h.A
Dimana:
V = volume
A = luas permukaan
Level ini dapat digunakan untuk menentukan massa dengan perhitungan
muka/interface:
a. Cairan/gas
b. Padat/gas
d. Padat/cairan
Banyak aplikasi meliputi dua tipe yang pertama. Sensor level, secara umum
Penjelasan:
Gambar 6.3.a merupakan sistem pelampung sederhana yang berdasarkan pada lengan
kaku. Gambar 6.3.a, dan 6.3.b mengkonversi permukaan/level cairan menjadi sudut
Penjelasan:
tekanan sangat tinggi. Pelampung dengan bahan ferromagnetik terisi di dalam tabung
gelas (tabung gelas penglihat). Pelampung bergerak di dalam kumparan dari transduser
posisi LVDT (Linear Variable Differential Transformer) untuk memberikan output
Gambar 6.5 merupakan salah satu alternatif transduser pelampung. Pada aplikasi ini
pelampung merupakan tabung tertutup yang berhubungan dengan transduser gaya pada
atas tangki.
Pelampung dapat juga digunakan untuk mengukur permukaan benda padat besar
Secara umum banyak cara untuk mengukur level yaitu dengan perubahan level
berdasarkan perbedaan tekanan yang mana dapat dikonversi menjadi sinyal listrik
(a) (b)
Prinsip dasar yang digunakan dapat kita lihat pada gambar a, tekanan absolut di
bawah tangki memiliki dua komponen yaitu tekanan Atmosfir dan tekanan yang
disebabkan oleh cairan dari atas. Maka dari itu tekanan absolut diberikan melalui:
P = g h + tekanan atmosfir
P = g h
Yang mana terdapat hubungan linear dengan level cairan (dimana bentuk dan
konstruksi tangki bebas). Akan tetapi ada satu masalah dimana level h yang diukur
dengan transduser tekanan untuk level tidak berada di bawah/dasar tangki. Sistem
tersebut dapat kita lihat pada gambar b. Maka dari itu nilai yang benar telah melampaui
sepanjang level yang diindikasikan. Penekanan nol dapat diukur dengan memberikan
pembacaan yang benar jika terjadi perbedaan antara jarak dari dasar tangki dan tempat
H3
LP D
harus kosong H2
h
H1
P P
LP = SP
Lp Hp
Hp harus penuh Hp = Sp + g h
(a) (b)
Diberikan rumus:
LP = 1 g ( H1 + H2 ) + 2 g H3 + Sp
Hp = 1 g ( H1 + H2 + H3 ) + Sp
Dimana:
SP = tekanan statik
P = (D – H2) – ((1 - 2 ) g)
6.2.4. Metoda Ultrasonik
frekuensi tinggi melalui aplikasi yang cocok dengan sinyal AC. Metoda ultrasonik
Metode ini beroperasi dengan frekuensi sampai 1 MHz, tetapi aplikasi di dunia
Transmitter Receiver
lihat pada gambar di atas. Transmitter dan receiver ditempatkan di atas tangki dan
Diberikan rumus:
V
2d=
f
V = Kecepatan suara/bunyi melalui medium permukaan
Ukuran pengulangan
Transmitter
Waktu delay
Receiver
Banyak pengukuran level dan aplikasi kontrol melibatkan surge tank (tangki
surge/drum memang bukan mengukur level secara akurat. Ada kebutuhan lain dimana
level justru dibiaskan berfluktuasi asalkan tangki tidak sampai kosong sana sekali atau
Banyak transduser yang bisa digunakan sebagai level switch, tetapi dapat
yang dipanaskan yang merasakan penurunan atau peningkatan level cairan melalui efek
Isotop radioaktif (misalnya Cobalt 60) secara spontan memancarkan sinar radiasi
6.3. PENUTUP
6.3.1. Rangkuman
padat/cairan
pengukuran level dengan transduser gaya, pengukuran level dari tekanan hidrostatik,
menggunakan metode level switch, pengukuran level dengan metode radiasi, dan
(gravitasi) dan gaya yang berlawanan yang disebabkan oleh daya pengapungan.
frekuensi tinggi melalui aplikasi yang cocok dengan sinyal AC. Metoda ultrasonik
6.3.2. Latihan
frekuensi tinggi melalui aplikasi yang cocok dengan sinyal AC. Metoda ultrasonik
Metode ini beroperasi dengan frekuensi sampai 1 MHz, tetapi aplikasi di dunia
gelombang langsung ke permukaan cairan atau benda padat yang terisi pada tangki.
3. Pengukuran level terdiri dari sistem pengukuran level berdasarkan pelampung,
pengukuran level dengan transduser gaya, pengukuran level dari tekanan hidrostatik,
menggunakan metode level switch, pengukuran level dengan metode radiasi, dan
BAB VII
7.1. PENDAHULUAN
Bab ini akan membahas mengenai konsep pengukuran dan jenis transduser
dan optocoupler) serta membahas mengenai prinsip kerja, rangkaian, dan aplikasi
7.1.2. Relevansi
Bab ini merupakan lanjutan dari bab-bab sebelumnya yang membahas konsep
pengukuran dan jenis-jenis transduser. Pada bab ini yang akan dibahas adalah konsep
transduser pada bab ini antara lain: transduser kapasitif memiliki relevansi dengan bab
sebelumnya yaitu pada pengukuran level dengan menggunakan metode probe kapasitif.
Pembahasan transduser elektromagnet pada bab ini juga memiliki kaitan erat dengan
kelembapan, elektromagnet, dan photo yang sering digunakan di dalam proses industri
Bab ini memiliki tujuan instruksional khusus yaitu, setelah mengikuti kuliah ini
mahasiswa dapat/mampu:
elektromagnet.
Kapasitif sebuah kapasitor dapat ditentukan oleh oleh perubahan jarak antara
konduktor, tipe dielektrik atau luas penampang konduktor. Sebuah transduser kapasitif
adalah variabel kapasitor yang kapasitansinya berubah karena kondisi fisik misalnya
tinggi cairan, jenis cairan kimia, tekanan dan ketebalan atau vibrasi.
C = 0 kA
d
Keterangan :
K = konstanta dielektrikum
dengan jarak antara alat diafragma dengan plat statis akibat tekanan eksternal.
Perubahan kapasitansi dapat diukur dengan sebuah rangkaian jembatan atau rangkaian
oscilator.
perubahan frekuensi oscilator sebanding dengan perubahan tekanan pada alat diafragma.
Contoh soal:
Berapa nilai kapasitansi yang timbul diantara dua keping elektroda yang luasnya
Penyelesaian :
C = 0 kA
d
= 8,85 x 10 -12 x 81 x 0,001
0,5
= 143
Transduser kapasitif juga dapat digunakan untuk mengukur kepadatan, aliran dan
panjang. Untuk pengukuran jenis ini, kedua plat konduktor dipasang pada posisi yang
tetap, sehingga perbedaan ketebalan atau kepadatan materi yang diukur menyebabkan
perubahan kapasitansi. Dengan kata lain materi yang diukur berlaku sebagai
dielektrikum.
Lembap berarti kondisi yang terdiri dari udara dan uap air. Tingkat kelembapan
ditentukan oleh perbandingan antara persentase uap air di udara. Hygrometer adalah
psychrometer. Tiga tipe hygrometer yang banyak dipakai adalah tipe rambut, resistif
atmosfer pada suatu waktu tertentu. Gambar 7.2 menunjukkan sebuah contoh
hygrometer resistif, terdiri dari elektroda logam yang terbungkus bahan plastik dan
ditutup dengan lithium chloride yang sensitif terhadap kelembapan. Bila kelembapan di
sekitar hygrometer bertambah, film lithium chloride menyerap air lebih banyak
Contoh seperti pada ruang pengeringan, ruang penyimpan atau ruang proses. Bila
kelembapan udara mencapai 100 %, untuk mengurangi prosentase kelembapan
dilakukan dengan cara menaikkan suhu ruangan. Sebaliknya bila persentase kelembapan
Jenis sensor kelembapan yang lain adalah psychrometer, yaitu piranti yang
menggunakan dua buah sensor suhu dan dua buah “bulb“, ditampilkan pada gambar 7.3.
Prinsip kerjanya berdasarkan perbedaan pembacaan suhu pada kedua sensor. Tegangan
keluar bervariasi sesuai dengan perbedaan suhu antara dry bulb (tabung kering) dan wet
Piranti sensor Hall Effect (Efek Hall) menghasilkan tegangan keluaran yang
ditimbulkan oleh medan magnet. Sensor Hall Effect pertama kali ditemukan pada tahun
1879 oleh Edward H. Hall. Prinsip kerja sensor Hall Effect adalah sebagai berikut: Bila
sebuah magnet diletakkan tegak lurus terhadap sepasang keping konduktor, maka
tegangan akan muncul pada sisi yang berlawanan dengan konduktor. Tegangan yang
muncul ini disebut tegangan Hall. Besar tegangan Hall sebanding dengan arus dan kuat
medan magnet. Dengan demikian Efek Hall dapat digunakan untuk mengukur kuat
medan magnet.
pada gambar 7.4. Bila arus mengalir melalui bahan semikonduktor, tegangan emf ialah
dihasilkan tegangan sebanding dengan besar arus dan kuat medan magnet. Bila arah
pengendali lain, yang banyak diterapkan pada proses industri. Piranti photolistrik ini
dikategorikan pada dua golongan, yaitu piranti yang memancar sinar dan piranti yang
menerima sinar. Contoh yang memancar sinar seperti LED (Light Emitting Diode) dan
dengan intensitas cahaya. Sebuah sell photovoltaic atau photocell, akan menghasilkan
emf (tegangan) bila mendapat sinar. Bahan pembuatan photovoltaic adalah silicon,
Photocell dari bahan silikon mempunyai bentuk yang sangat kecil tetapi
mempunyai kepekaan yang sangat tinggi. Prinsip photocell sama seperti piranti
arus elektron melalui pertemuan PN. Depletion layer adalah pertemuan antara substrat
tipe P dan substrat tipe N. Bila cahaya jatuh pada photocell; depletion layer akan
berkurang dan elektron berpindah melalui hubungan “PN”. Besarnya arus mengalir
Intensitas sinar diukur dalam foot-candle yang berubah secara logaritmik. Contoh:
tegangan yang dihasilkan photocell pada intensitas cahaya sebesar 100 foot candles
sebesar 0,1 volt, dan pada intensitas cahaya 100 foot candles tegangan keluarannya ±
0,2 V. Karena tegangan keluaran photocell kecil maka perlu dilakukan dengan penguat
2. Transduser Photokonduktif
resistansi listrik berubah bila cahaya jatuh pada piranti tersebut. Sebuah Transduser
photokonduktif tidak menghasilkan emf atau beda potensial seperti pada photocell,
tetapi resistansi listrik pada photokonduktif akan berkurang bila cahaya jatuh padanya.
Transduser dihubungkan dengan sebuah sumber arus dari luar, dan arus berubah baik
bertambah atau berkurang yang disebabkan oleh berubahnya resistansi listrik karena
perubahan intensitas cahaya yang jatuh padanya. Istilah photocell sering digunakan baik
cahaya sehingga banyak dipakai pada rangkaian pengendali lampu-lampu taman atau
Transduser photokonduktif baik tipe bulk atau tipe pertemuan, kebanyakan dibuat
dari bahan cadmium selenoide atau cadmium sulfide. Tipe “bulk“ lebih banyak dipakai
karena mempunyai ukuran yang kecil, murah dan sensitifitasnya tinggi. Gambar 7.7 dan
7.8 menunjukkan simbol sel photokonduktif tipe bulk dan sebuah photodioda.
Dua tipe transduser photokonduktif yang banyak dipakai adalah photodioda dan
pada photodioda ini adalah dipasangnya sebuah lensa pemfokus sinar. Lensa ini
berfungsi untuk memfokuskan sinar jatuh pada pertemuan PN. Konduktivitas dioda
ditentukan langsung oleh cahaya yang jatuh padanya. Energi pancaran cahaya yang
yang lebih tinggi. Elektron berpindah ke luar dari valensi band meninggalkan “hole“
dihubungkan seri dengan sebuah R dan dicatu dengan sumber tegangan DC. Arus balik
akan bertambah besar bila sebuah cahaya jatuh pada pertemuan PN photodioda dan arus
balik ( Iλ ) akan menjadi sangat kecil bila pada pertemuan PN photodioda tidak terdapat
cahaya yang jatuh padanya. Arus yang mengalir pada kondisi gelap disebut “dark
RR = VR
Iλ
ditentukan oleh tegangan balik. Arus balik ditunjukkan dengan sumbu Y dalam satuan
mA. Adapun kuat cahaya ditunjukkan pada sumbu X dengan satuan foot candles.
Gambar 7.10. Grafik hubungan kuat arus reverse terhadap terang cahaya photodioda
3. Optocoupler
digunakan secara khusus dengan memanfaatkan transmisi sinar, baik sinar “putih”
(visible light) maupun sinar infra merah sebagai pemicu on/off-nya, maka optocoupler
dimasukkan dalam kelompok switch yang khusus. Sebuah model fisik optocoupler
Optocoupler diartikan sebagai opto (optic) dan coupler. Jadi optocoupler adalah suatu
Optocoupler terdiri dari dua bagian, yaitu bagian transmitter dan receiver. Transmitter
biasanya dibangun dari sebuah led infra merah untuk memperoleh ketahanan yang lebih
baik terhadap sinar tampak, daripada bila menggunakan led biasa. Receiver dibangun
dengan dasar komponen phototransistor yang akan memperoleh bias maju/on bila mendapat
Bila hanya digunakan untuk mengisolasi level tegangan atau data antara sisi kiri transmitter
dan sisi kanan receiver, maka optocoupler ini biasanya dibuat dalam bentuk yang solid
tanpa ada ruang antara led transmitter dan phototransistor receiver. Jadi sinar yang lewat
tidak dapat dihalangi, tapi bila justru kegunaannya untuk mendeteksi adanya penghalang
antara transmitter dan receiver, maka dibagian tengah (antara led dan phototransistor)
diberi ruang uji untuk penghalang tersebut. Contoh aplikasinya, antara lain optocoupler
dengan piringan encoder untuk mendeteksi kecepatan putaran motor, sistem deteksi “lubang
penanda” diskette pada disk drive komputer, dan lain-lain. Aplikasi lanjut misalnya
digunakan sebagai sensor kecepatan atau putaran, seperti prinsip kerja tachometer. Output
rangkaian dapat dihubungkan ke input port sistem, ataupun diumpankan ke pin interrupt
komputer.
7.3. PENUTUP
7.3.1. Rangkuman
Transduser kapasitif dapat digunakan untuk mengukur kepadatan, aliran dan panjang.
Untuk pengukuran jenis ini, kedua plat konduktor dipasang pada posisi yang tetap,
perubahan kapasitansi. Dengan kata lain materi yang diukur berlaku sebagai
dielektrikum.
ditimbulkan oleh medan magnet. Sensor Hall Effect pertama kali ditemukan pada
bahwa resistansi listrik berubah bila cahaya jatuh pada piranti tersebut. Sebuah
Transduser photokonduktif tidak menghasilkan emf atau beda potensial seperti pada
photocell, tetapi resistansi listrik pada photokonduktif akan berkurang bila cahaya
jatuh padanya.
Optocoupler diartikan sebagai opto (optic) dan coupler. Jadi optocoupler adalah suatu
Optocoupler terdiri dari dua bagian, yaitu bagian transmitter dan receiver.
7.3.2. Latihan
1. Berapa nilai kapasitansi yang timbul diantara dua keping elektroda yang luasnya
1. Penyelesaian :
C = 0 kA
d
= 8,85 x 10 -12 x 81 x 0,001
0,5
= 143
2. Prinsip kerja sensor Hall Effect adalah sebagai berikut: bila sebuah magnet
diletakkan tegak lurus terhadap sepasang keping konduktor, maka tegangan akan
muncul pada sisi yang berlawanan dengan konduktor. Tegangan yang muncul ini
disebut tegangan Hall. Besar tegangan Hall sebanding dengan arus dan kuat medan
magnet. Dengan demikian Efek Hall dapat digunakan untuk mengukur kuat medan
berubah bila cahaya jatuh pada piranti tersebut. Sebuah Transduser photokonduktif
tidak menghasilkan emf atau beda potensial seperti pada photocell, tetapi resistansi
listrik pada photokonduktif akan berkurang bila cahaya jatuh padanya. Transduser
dihubungkan dengan sebuah sumber arus dari luar, dan arus berubah baik bertambah
atau berkurang yang disebabkan oleh berubahnya resistansi listrik karena perubahan
intensitas cahaya yang jatuh padanya. Istilah photocell sering digunakan baik pada
terhadap cahaya infra merah dan ultra violet. Sel photokonduktif sensitif terhadap
cahaya sehingga banyak dipakai pada rangkaian pengendali lampu-lampu taman atau
4. Contoh aplikasi optocoupler antara lain optocoupler dengan piringan encoder untuk
mendeteksi kecepatan putaran motor, sistem deteksi “lubang penanda” diskette pada disk
drive komputer, dan lain-lain. Aplikasi lanjut misalnya digunakan sebagai sensor
kecepatan atau putaran, seperti prinsip kerja tachometer. Output rangkaian dapat
BAB VIII
8.1. PENDAHULUAN
8.1.1. Deskripsi Singkat
Pada bab ini akan dibahas tentang jenis-jenis penerapan transduser dan rangkaian
transduser. Penerapan transduser yang dibahas pada bab ini antara lain: rangkaian
pengukur kelembapan udara, RTD time delay menggunakan termistor, LVDT sebagai
pengatur tebal kertas, penerapan transduser Efek Hall untuk mengatur kecepatan putar
ban berjalan (conveyor belt), alat ukur medan magnet, rangkaian pengukur kuat cahaya,
8.1.2. Relevansi
dan sebagainya. Beberapa contoh penerapan dari transduser akan disampaikan pada bab
ini. Fungsi transduser pada berbagai rangkaian kebanyakan adalah sebagai pengindera
(sensor) sehingga mempengaruhi kinerja peralatan tersebut. Untuk itu transduser harus
Bab ini merupakan bab penutup dari serangkaian penjelasan mengenai konsep
pengukuran dan jenis-jenis transduser yang telah dibahas secara detail pada bab-bab
sebelumnya. Penerapan transduser pada bab ini merupakan aplikasi yang sering
digunakan di dalam proses industri dan diaplikasikan pada banyak rangkaian pengendali
elektronik.
mahasiswa dapat/mampu:
8.2. PENYAJIAN
komponen pengindera (sensor), yaitu suatu komponen yang mengubah besaran yang
dapat diolah secara elektronis. Misalnya suhu, cahaya, tekanan, posisi, kelembapan,
asap dan lain-lain. Sehubungan dengan fungsinya sebagai pengindera maka transduser
Ketelitian,
Kepekaan,
Linearitas,
Stabilitas, dan
Daya tahan.
Dalam suatu sistem pengukuran atau sistem pengendali apapun, yang terdiri atas
berupa posisi, taraf cahaya, suhu dan lain sebagainya. Dengan tindakan tertentu sistem
dapat menetepkan keluaran yang diinginkan sesuai dengan masukan dan kemudian
Perubahan besaran media masukan (cahaya, suhu, asap, tinggi permukaan cairan
dan lain sebagainya ), dideteksi oleh transduser yang tetap dan sesuai, kemudian diubah
kemudian dibandingkan dengan taraf referensi oleh komparator, jika masukan melebihi
masukannya kembali ke harga semula, lebih rendah atau bila terdapat perubahan-
perubahan sesaat seperti berkas cahaya yang terputus dan lain sebagainya. Piranti
memori yang digunakan dapat berupa rangkaian multivibrator monostabil atau bistabil,
yang bisa didengar (audibel) atau bisa dilihat (visual), atau keduanya. Piranti keluaran
secara visual akan berubah analog atau digital dengan kekurangan dan kelebihannya
pembacaan meter penunjuk sedangkan pada penampilan keluaran berupa digital dapat
pengubah analog ke digital (A/D converted) dan rangkaian multiplekser (BCD to seven
segment). Berikut ini contoh rangkaian pengubah analog ke digital dan penampilan LED
tujuh segmen yang dapat diterapkan pada beberapa rangkaian penerapan transduser:
dan CA 3162 E. IC CA 3162 terdiri dari analog to Digital Converter serta rangkaian
digunakan tiga LED tujuh segmen, sehingga keluaran ditunjukkan dengan angka tiga
setting adalah sebagai berikut: pertama hubungkan input tegangan analog dengan
sumber tegangan DC sebesar 0 volt. Putar P2 sampai peraga menunjukkan angka “00.0“.
Peraga tujuh segmen akan menunjukkan “ EE.E “ bila masukkan tegangan DC melebihi
batas pengaturan.
Gambar 8.3 Rangkaian pengubah analog ke digital dan penampilan tujuh segmen
Berikut ini ditampilkan beberapa contoh penerapan transduser pada alat dan
sistem pengendali.
1. Penerapan Termistor
Termistor sangat besar dibanding dengan R2. Sehingga transistor dalam kondisi
menghantar relay kontak dan heater menghasilkan panas. Akan tetapi, ketika ruangan
menjadi panas, Termistor juga ikut panas sehingga hambatannya turun. Resistansi
paralel Termistor dengan R2 menjadi kecil, sehingga tegangan bias Tr juga kecil.
Mengakibatkan Tr dalam kondisi cut off, relay tidak kontak, dan heater tidak bekerja.
Akibatnya, suhu ruangan turun. Demikian seterusnya, proses akan berulang dari awal.
memanfaatkan konduktivitas panas medium yang tetap, tetapi catu daya ke Termistor
yang diubah. Pemakaian yang memanfaatkan perubahan panas medium contohnya pada
pengukuran tekanan hampa udara, kelembapan udara, dan kecepatan alir suatu cairan.
maka panasnya akan dialirkan kesekelilingnya dan sesudah beberapa saat akan tercapai
udara relatif, Termistor akan terdinginkan sehingga hambatannya naik dan akan
meter yang terlebih dahulu dikalibrasi dengan alat ukur sejenis yang standar. Dengan
demikian, tingkat udara yang relatif dapat terbaca. Pada rangkaian terdapat R shunt
negatif, berkebalikan dengan koefisien suhu tahanan positif yang dimiliki bahan
semikonduktor pada umumnya. Oleh sebab itu, Termistor dapat digunakan sebagai
terhadap lawan jenisnya (resistor). Kombinasi dari kedua jenis koefisien adalah resistor
terhadap Termistor kompensator. Sebagai contoh: resistor bertahanan 5000 ohm pada
suhu 25°C, berubah tahanannya menjadi 4500 ohm pada suhu 0°C dan 57000 ohm pada
lebih 2,2%. Tahanan reduksi dapat diperbesar dengan memasang dua atau tiga shunt
kompensator.
delay, suppressor arus kejut dan pengaman beban lebih. Gambar 8.6 adalah contoh
pemakaian termistor sebagai time delay. Delay tidak segera bekerja ketika saklar S
dihubungkan karena arus catuan melalui termistor R yang masih dingin, dan
mempunyai hambatan yang cukup besar. Setelah beberapa saat, termistor panas
sehingga hambatannya turun dan arus yang melewatinya cukup besar. Akibatnya relay
A bekerja. Untuk menghindari bergetarnya kontak relay pada saat arus berada diambang
batas antara relay bekerja atau tidak, dipasang R yang melewati kontak relay A.
Kontak relay A adalah bagian dari relay A, sehingga ketika relay mulai bekerja
kontak A tertutup. Arus catu relay A selain melalui termistor juga melalui R. Arus yang
melewati R1 dibuat cukup besar sehingga relay dalam kondisi mantap bekerja.
LVDT digunakan sebagai pengendali ketebalan kertas pada proses industri kertas. Inti
LVDT digunakan untuk mendeteksi ketebalan kertas, apabila ketebalan kertas melebihi
batas yang sudah ditetapkan, ini berarti inti LVDT berubah posisi dengan terdesak ke
menggerakkan motor penekan roller sehingga daya tekan bertambah dan menyebabkan
ketebalan kertas berkurang. Demikian juga sebaliknya, apabila ketebalan kertas yang
terdeteksi di bawah batas ketebalan yang sudah ditentukan maka inti LVDT bergeser ke
ditransformasikan untuk mengurangi daya tekan penekan (roller) kertas hingga tercapai
kecepatan putar objek yang bergerak misalnya “conveyor belt“ (gambar 8.8).
semikonduktor dipasang pada stator. Setiap kali medan magnet melewati sensor,
Alat ukur medan magnet ini mempunyai rentang pengukuran kerapatan fluks
magnet 0 (nol) sampai dengan 100 mT (militesla). Prinsip kerja rangkaian ini
menggunakan prinsip transduser Efek Hall. Komponen utamanya adalah IC Hall SAS
231 W produk dari Siemens, sebuah IC 6 pin. Blok diagram alat ukur medan magnet
Pada keluaran rangkaian timbul tegangan yang sebanding dengan kerapatan fluks
magnet mendekati sisi atas chip IC SAS 231 W. Gambar 8.10 menunjukkan susunan
kaki IC dan gambar 8.11 menunjukkan karakteristik dari transduser Efek Hall tersebut.
Gambar 8.12 menunjukkan rangkaian pengukuran yang lengkap. Tegangan pada dioda
zener harus terletak antara 3.5 V sampai dengan 7 V. Potensiometer yang digunakan
sebaiknya multiturn potentiometer karena potensiometer ini dapat diatur lebih halus dan
karbon.
Tegangan yang dihasilkan sensor medan magnet harus diukur dan diubah menjadi
sinyal digital, untuk keperluan itu, rangkaian dihubungkan dengan rangkaian pengubah
tegangan analog ke digital sekaligus penampil angka 7 segmen pada gambar 8.3. Karena
tegangan keluaran sensor medan magnet relatif agak besar maka perlu dipasang R
pengatur yang menghubungkan pin 4 IC SAS 231 W dengan ground yang berfungsi
tegangan keluaran pin 4 IC SAS 231 W adalah 0 Volt pada kondisi tanpa ada medan
kepekaan disetel sehingga ketika sebuah magnet didekatkan ke IC sensor (kutub selatan
magnet menghadap IC), rangkaian mencapai kejenuhan (kejenuhan tercapai pada kira-
rangkaian gambar 8.3. Apabila rangkaian mencapai kondisi penuh maka penampil
Alat ukur kuat cahaya ini mempunyai prinsip kerja berdasarkan prinsip kerja
ukur ini mampu mengukur kuat cahaya hingga 1000 luks dan masih memungkinkan
dikembangkan hingga 100.000 luks. Gambar 8.13 menunjukkan diagram blok rangkaian
A/D Converter dan penampil tujuh segmen menurut gambar 8.3 tegangan keluaran
maksimum tergantung pada faktor penguatan penguat operasional dan dapat diatur
ruangan di mana rangkaian berada dalam keadaan gelap. Pengatur titik nol disetel
sehingga keluaran terukur 0 Volt. Akan lebih baik bila tersedia alat luxmeter yang
diletakkan pada jarak yang sama dari sebuah sumber cahaya yang dapat memberikan
penerangan 100 luks (penunjukkan penuh). Atur potensiometer kepekaan 500 K pada
rangkaian pengukuran sehingga keluaran rangkaian timbul tegangan 2,5 volt. Bila tidak
tersedia luxmeter, dapat diganti dengan pendekatan bola lampu 40 watt pada jarak 18
Gaya yang bekerja pada suatu benda dapat menyebabkan perubahan bentuk benda
dipergunakan transduser strain gage. Prinsip kerja transduser ini yaitu mengubah
rangkaian jembatan Wheatstone. Jika strain gage yang dipasang pada keping pegas
seperti susunan pada gambar 8.15, mendapatkan suatu gaya sehingga strain gage
mengalami regangan pada strain gage di bagian atas dan bagian bawah mengalami
beban yang berlawanan. Bila gaya yang bekerja pada pegas ke bawah maka pada strain
gage mengalami gaya tarik di bagian atas dan gaya tekan di bagian bawah. Perubahan
resistansi yang berlawanan memberikan perubahan tegangan dua kali lipat pada
Gambar 8.16 menunjukkan blok diagram alat ukur gaya dan gambar 8.17
menunjukkan gambar rangkaian pengukur gaya. Resistor yang digunakan harus terbuat
dari bahan kawat atau lapisan logam untuk menekan pengaruh terhadap temperatur.
Gambar 8.16. Blok diagram pengukur gaya
Sebagai penguat operasional dapat digunakan Op-Amp 741 atau dapat juga LM
324 yang membutuhkan catu daya tunggal. Rangkaian hanya dapat dipergunakan hingga
penguatannya sebesar 400 kali, karena pengaruh temperatur pada Op-Amp dapat
sehingga keluarannya menunjukkan 0 volt saat tidak terdapat gaya yang bekerja pada
pegas. Kemudian gaya maksimum dikenankan pada pegas dan potensiometer kepekaan
diatur sehingga pada keluaran timbul tegangan sebesar 2,5 Volt. Selanjutnya rangkaian
dihubungkan dengan rangkaian pengubah tegangan analog ke digital dan penampil tujuh
segmen.
7. Pengendali Suhu
Berikut ini contoh penerapan transduser sebagai pengendali yaitu sebagai
pengendali suhu ruangan, pemanas seperti seterika dan lain-lain. Pengendali di sini
berarti bahwa kita menentukan harga setting (referensi) tertentu untuk menentukan suhu
konstan yang diharapkan. Apabila suhu melebihi ambang batas maka pemanas akan
mati dan bila suhu di bawah ambang batas maka pemanas akan hidup. Dengan demikian
dalam jangka waktu yang singkat diperoleh suhu yang konstan. Gambar 8.18
menunjukkan rangkaian lengkap pengendali suhu. Rangkaian ini dapat digunakan untuk
mengendalikan suhu baik suhu ruangan ataupun suhu suatu benda seperti motor listrik
dan sebagainya. Rangkaian ini juga menampilkan suhu dalam bentuk angka pada
Rangkaian terdiri dari lima bagian, yaitu sumber tegangan acuan IC 1, transduser
(IC4), A/D converter dan multiplekser, decoder BCD ketujuh segmen dan penggerak
relay. IC1 dengan seri 723 berfungsi sebagai regulator tegangan untuk sensor dan bagian
Bagian peraga menggunakan dua IC, yakni CA 3161E dan CA 3162E. kelebihan
IC CA 3162E adalah di dalamnya terdiri dari dua bagian yaitu A/D converter dan
tegangan antara tegangan yang dihasilkan sensor dengan tegangan acuan yang
ditentukan oleh pengaturan P1. Ini diperlukan sehingga 273 derajat dapat dikalibrasi di
bawah nol dengan tegangan 2,73 volt. Hal ini mungkin dilakukan dengan menggunakan
tegangan sepadan antara bagian pembacaan keluar dan bagian sakelar. Hubungan
ground IC2 dan IC3 diatur dengan potensiometer P1 dan mendapatkan potensial 2,73
mengatur tegangan referensi komparator P5. Apabila tegangan pada kedua masukan
komparator sama maka keluaran komparator berada pada kondisi “high” sehingga
menyebabkan transistor T3 aktif dan menyebabkan relay kontak dan pemanas bekerja.
Keluaran komparator akan berada pada kondisi “high” hanya bila tegangan masukan
pada kaki 2 sama dengan tegangan pada kaki 3. Semua potensiometer sebaiknya
8.3. PENUTUP
8.3.1. Rangkuman
tersebut diatas akan menentukan kualitas sistem pengukuran atau sistem pengendali.
sederhana pengukur kelembapan udara, dan RTD Time delay menggunakan termistor.
(nol) sampai dengan 100 mT (militesla). Prinsip kerja rangkaian ini menggunakan
prinsip transduser Efek Hall. Komponen utamanya adalah IC Hall SAS 231 W
Alat ukur kuat cahaya mempunyai prinsip kerja berdasarkan prinsip kerja transduser.
Transducser photodioda, merupakan komponen pokok rangkaian ini. Alat ukur ini
mampu mengukur kuat cahaya hingga 1000 luks dan masih memungkinkan
Gaya yang bekerja pada suatu benda dapat menyebabkan perubahan bentuk benda
dipergunakan transduser strain gage. Prinsip kerja transduser ini yaitu mengubah
Rangkaian pengendali suhu dapat digunakan untuk mengendalikan suhu baik suhu
ruangan ataupun suhu suatu benda seperti motor listrik dan sebagainya. Rangkaian
ini juga menampilkan suhu dalam bentuk angka pada penampil tujuh segmen tiga
digit. Rangkaian terdiri dari lima bagian, yaitu sumber tegangan acuan IC 1,
transduser (IC4), A/D converter dan multiplekser, decoder BCD ketujuh segmen dan
penggerak relay. IC1 dengan seri 723 berfungsi sebagai regulator tegangan untuk
8.3.2. Latihan
tersebut diatas akan menentukan kualitas sistem pengukuran atau sistem pengendali.
rangkaian tersebut adalah pada saat temperatur masih dingin hambatan Termistor
sangat besar dibanding dengan R2. Sehingga transistor dalam kondisi menghantar
relay kontak dan heater menghasilkan panas. Akan tetapi, ketika ruangan menjadi
panas, Termistor juga ikut panas sehingga hambatannya turun. Resistansi paralel
Mengakibatkan Tr dalam kondisi cut off, relay tidak kontak, dan heater tidak bekerja.
Akibatnya, suhu ruangan turun. Demikian seterusnya, proses akan berulang dari
pada proses industri kertas. Prinsip kerjanya adalah Inti LVDT digunakan untuk
mendeteksi ketebalan kertas, apabila ketebalan kertas melebihi batas yang sudah
ditetapkan, ini berarti inti LVDT berubah posisi dengan terdesak ke atas
Demikian juga sebaliknya, apabila ketebalan kertas yang terdeteksi di bawah batas
ketebalan yang sudah ditentukan maka inti LVDT bergeser ke bawah. Pergeseran inti
mengurangi daya tekan penekan (roller) kertas hingga tercapai tingkat ketebalan
sebagai penguat operasional dapat digunakan Op-Amp 741 atau dapat juga LM 324
yang membutuhkan catu daya tunggal. Rangkaian hanya dapat dipergunakan hingga
penguatannya sebesar 400 kali, karena pengaruh temperatur pada Op-Amp dapat
terdapat gaya yang bekerja pada pegas. Kemudian gaya maksimum dikenankan pada
pegas dan potensiometer kepekaan diatur sehingga pada keluaran timbul tegangan
DAFTAR PUSTAKA
Curtis, D.J., 1997, Process Control Instrumentation Technology, New Jersey: Prentice-
Hall, Inc.
Gunterus, F., 1997, Falsafah Dasar: Sistem Pengendalian Proses, PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Rangan, C.S., Sarma, G.R., Mani, VSV., 1992. Instrumentation, Devices and Systems,
New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited.
Sugiharto, A., 2002, Penerapan Dasar Transducer dan Sensor, Kanisius, Yogyakarta.