Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

“PENYALAHGUNAAN KEKUASAAN DAN WEWENANG DI SULTENG”

MATA KULIAH ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

Disusun Oleh;

Dicky Christian Saul F 441 20 063

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI S1 TEKNIK ELEKTRO

UNIVERSITAS TADULAKO

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan
karuniNyalah sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“CBVHVHVHVCCIUGJ” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR ,selain itu,makalah ini juga bertujuan utuk
menambah wawasan kita tentang berbisinis

Saya menyadari ,makalah yang saya tulis masih jauh dari kata sempurna.Oleh karena
itu,kritk dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

Palu, Maret 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1. A.    Latar Belakang
Kekuasaan merupakan kuasa untuk mengurus, kuasa untuk memerintah, kemampuan,
kesanggupan kemampuan orang atau golongan untuk menguasai orang atau golongan lain, fungsi
menciptakan dan memanfaatkan keadilan serta mencegah pelanggaran keadilan.[1] Namun
didalam kekuasaan tersebut banyak disalahgunakan untuk mencari kekayaan. Sehingga banyak
penguasa mencari kekayaan tersebut dengan berbagai cara termasuk menggunakan kekuasaan
yang telah di amanahkan rakyat kepadanya. Banyak penguasa yang menyalahgunakan kekuasaan
demi kepentingan peribadi sehinga HAM rakyat rela dikorbankan. Banyaknya kasus-kasus
penyalahgunaan kekuasaan seperti korupsi, mafia hukum, pengelapan sehingga membutuhkan 
hukum pidana untuk mengatur masalah penyalahgunaan kekuasaan, dan menghindari jatuhnya
korban akibat penyalahgunaan kekuasaan tersebut.
Secara umum, fungsi hukum acara pidana adalah untuk membatasi kekuasaan negara dalam
bertindak serta melaksanakan hukum pidana materiil. Ketentuan-ketentuan dalam Hukum Acara
Pidana dimaksudkan untuk melindungi para tersangka dan terdakwa dari tindakan yang
sewenang-wenang aparat penegak hukum dan pengadilan. Pada sisi lain, hukum juga
memberikan kewenangan tertentu kepada negara melalui aparat penegak hukumnya untuk
melakukan tindakan yang dapat mengurangi hak asasi warganya. Hukum acara pidana juga
merupakan sumber kewenangan bagi aparat penegak hukum dan hakim serta pihak lain yang
terlibat (penasehat hukum). Permasalah yang muncul adalah “penggunaan kewenangan yang
tidak benar atau terlalu jauh oleh aparat penegak hukum”. Penyalahgunaan kewenangan dalam
sistem peradilan pidana yang berdampak pada terampasnya hak-hak asasi warga negara
merupakan bentuk kegagalan negara dalam mewujudkan negara hukum.
BAB II
PEMBAHASAN
 
1. Korban Penyalahgunaan Kekuasaan

Penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power) dilakukan oleh para penguasa atau orang yang
memiliki kekuasaan dapat pula meningkatkan angka statistik kejahatan yang dialami korban.
Kekuasaan pemerintahan yang sewenang-wenang melanggar HAM rakyat masih banyak terjadi
dalam kehidupan masyarakat dan ketatanegaraan.Pelanggaran hukum yang dilakukan oleh
penguasa terjadi dgn adanya kesalahan kebijakan dan kekuasaan terhadap rakyatnya. John E.E
Dalberg alias Lord Acton (1834–1902), sejarahwan Inggris mengatakan, “… kekuasaan
cenderung korup (jahat) dan kekuasaan mutlak paling jahat”. (“… power tends to corrupt and
absolute power corrupts absolutely”).

Pembagian korban penyalahgunaan kekuasaan ini sebagai new victimology berdasarkan


“Declaration of Basic Principles of Justice” PBB di Milan, Italia pada tahun 1985. Korban ini
timbul bila pejabat/penguasa dalam pelayanan terhadap masyarakat, baik sengaja atau kelalaian
menyebabkan kerugian material atau immaterial dan hak asasi dari rakyat yang dilayaninya.
Asas keseimbangan pelayanan hukum thd korban dan penguasa perlu dipelihara dengan baik
melalui perlindungan hukum.

Penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan penguasa  berupa

1. pelanggaran hukum (korupsi, mafia hukum, penggelapan,  melakukan kejahatan) dan


2. pelanggaran HAM (kekerasan thd rakyat, pengabaian hak rakyat atau pembiaran
pelanggaran HAM

Tindak pemerintahan yang menyalahi hukum menimbulkan korban, maka dibutuhkan


perlindungan hukum bagi rakyat. Perlindungan hukum dapat dilakukan melalui perlindungan
hukum preventif dan perlindungan hukum represif.Pada perlindungan hukum preventif diberikan
kesempatan kepada korban untuk mengajukan keberatan atau pendapat sebelum keputusan
pemerintah mendapat bentuk definitif. Perlindungan ini bertujuan mencegah terjadi perkara
pidana.  Perlindungan hukum represif adalah melalui peradilan umum dilakukan terhadap korban
untuk memperoleh kembali hak-haknya yang dilanggar oleh penguasa. Misalnya pembelaan hak
rakyat oleh penagak hukum.Upaya untuk menghindarkan diri jadi korban penyalahgunaan
kekuasaan dapat dilakukan melalui jalur legal (hukum) baik melalui KPK, SATGAS
PEMBERANTASAN MAFIA HUKUM, KOMNAS HAM dan pembelaan diri secara langsung
atau tidak langsung dari kemungkinan timbulnya korban dari penyalahgunaan kekuasaan.

2.Contoh kasus penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang izin tambang di SULTENG

 Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Gubernur Sulawesi Tenggara, Nur


Alam, sebagai tersangka penyalahgunaan wewenang terkait persetujuan izin usaha
pertambangan.Wakil Ketua KPK La Ode Muhammad Syarif mengatakan pihaknya telah
menemukan dugaan tindak pidana korupsi dalam penerbitan surat izin tambah di Sulawesi
Tenggara tahun 2009-2014.“Penyidik KPK telah menemukan dua alat bukti dan sedang
diperbanyak lagi dan menetapkan NA sebagai gubernur Sulawesi Tenggara sebagai tersangka,”
kata Syarif saat memberikan keterangan pers di kantornya, Jakarta, Selasa (23/8/2016).Nur
diduga menyalahgunakan wewenangnya untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain atau
korporasi dengan mengeluarkan tiga SK dalam kurun waktu 2009-2014.Pertama, SK Persetujuan
Pencadangan Wilayah Pertambangan, ke-dua Persetujuan Izin Usaha Pertambangan (IUP)
Eksplorasi.Sementara yang ke-tiga adalah SK Persetujuan Peningkatan Izin Usaha Pertambangan
Eksplorasi Menjadi Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi kepada PT Anugerah Harisma
Barakah.

PT Anugerah adalah perusahaan yang melakukan penambangan nikel di Kabupaten


Buton dan Bombana, Sulawesi Tenggara.“SK diduga tidak sesuai dengan aturan yang berlaku,”
kata dia.Menurut Syarif, penetapan bekas kader Partai Amanat Nasional itu sebagai tersangka
adalah berdasarkan kajian yang dilakukan lembaga antirasuah itu.

Penetapan tersangka tersebut juga dilakukan dari tahap penyelidikan.Atas perbuatan


tersebut, Nur disangka Pasal 2 ayat 1 atau Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999
sebagai mana diubah Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak
pidana korupsi jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.

Anda mungkin juga menyukai