Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KUALITAS DAYA

MITIGASI GANGGUAN-GANGGUAN
KUALITAS DAYA

NAMA : Welly Putra Ganda


NRP : 1310151001
DOSEN : Renny Rakhmawati, S.T, M.T.
MATA KULIAH : KUALITAS DAYA
PROGRAM STUDI : TEKNIK ELEKTRO INDUSTRI
DEPARTEMEN : TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI


SURABAYA (PENS)
TAHUN 2019
A. Pendahuluan
Dewasa ini, semakin banyak bermunculan berbagai peralatan elektrik dan
elektronik dengan karakteristiknya yang beragam. Kemudian, diikuti dengan semakin
meningkatnya permintaan daya listrik oleh pelanggan setiap tahun mengharuskan
Perusahaan Listrik Negara (PLN) meningkatkan mutu pelayanan tidak hanya dari segi
fasilitas yang baik, namun dari segi kualitas daya listrik juga menjadi tanggung jawab dari
Perusahaan Listrik Negara (PLN). Kualitas daya listrik merupakan suatu konsep yang
memberikan gambaran tentang baik atau buruknya mutu daya listrik akibat adanya
beberapa jenis gangguan yang terjadi pada sistem kelistrikan (Roger C. Dugan, 1996).[8]
Gangguan – gangguan tersebut terbagi menjadi dua bagian yaitu gangguan karena faktor
eksternal dan faktor internal.
Kejadian padamnya suplai tegangan listrik secara tiba-tiba akan membawa akibat
yang berbeda untuk setiap konsumen. Hal ini sangat berrgantung pada beberapa faktor
diantaranya:
1. Waktu terjadinya pemadaman listrik.
2. Konsumen yang mengalami pemadaman.
3. Jangkauan daerah pemadaman yang terjadi.
4. Durasi terjadinya pemadaman listrik.
Bebera contoh berikut akan dapat memperjelas dampak kejadian pemadaman
listrik sesaat tersebut. Padamnya lampu listrik walaupun hanya 10 detik, jika terjadi di
ruang operasi rumah sakit tentu akan berbeda akibatnya dibandingkan dengan di ruang
makan. Padamnya lampu di ruang operasi dapat menyebabkan akibat yang fatal bagi
pasien jika dokter salah potong bagian yang dioperasi, sedangkan di ruang makan akibat
yang paling fatal hanya misalnya salah memakan sebuah cabe. Jika terjadi listrik padam
selama 10 menit di sebuah kantor, akibat paling fatal mungkin karyawannya hanya akan
komplain karena ruangan menjadi panas karena AC mati. Jika listrik padam 2 menit saja
di ruang UGD atau ruang ICU maka bukan hanya ACnya (Air Conditioner) saja yang
mati tetapi pasiennya bisa juga ikut mati.
Hasil penelitian di Amerika menunjukkan bahwa terjadi kerugian 45,7 milyar dolar
pertahun ($45.7 billion per year ) pada industri dan bisnis digital akibat power
interruption. Kerugian di berbagai sector bisnis diperkirakan ($104 billion to $164 billion)
pertahun akibat adanya interrupti dan diperkirakan kerugian ($15 billion to $24) akibat
masalah kualitas daya yang lain.

B. Kualitas Daya
Kualitas daya listrik merupakan tingkat penyimpangan nilai nominal besarnya
tegangan dan frekuensi. Kualitas daya juga dapat didefinisikan sebagai tingkat
berpengaruhnya pembangkitan dan pengiriman daya listrik terhadap unjuk kerja peralatan
listrik. Dari sudut pandang konsumen, masalah kualitas daya listrik dapat didefinisikan
sebagai deviasi tegangan, arus, atau frekuensi yang menimbulkan kegagalan atau tidak
beroperasinya peralatan yang dimiliki konsumen. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan kualitas daya menjadi semakin menjadi perhatian dewasa ini, antara lain:
1. Konsumen listrik menjadi semakin sadar akan masalah kualitas daya seperti adanya
fluktuasi tegangan, interupsi dan transient. Selain itu, banyak pemerintah di suatu
negara yang telah merevisi kebijakannya untuk semakin mendorong peningkatan
kualitas daya sesuai dengan batas dan standar yang ditetapkan.
2. Penekanan pada efisiensi sistem tenaga listrik secara keseluruhan telah mendorong
pemakaian high efficiency device, adjustable speed motor drive dan kapasitor paralel
untuk mengoreksi faktor daya dan mengurangi losses. Sebagai akibatnya, muncul
peningkatan level harmonik pada sistem tenaga listrik yang mengancam operasi,
kehandalan dan keamanan sistem.
3. Beban peralatan modern menggunakan pengendali berbasis mikroprosesor dan alat
elektronika daya yang lebih sensitif terhadap perubahan kualitas daya. Otomasi dan
efisiensi bergantung pada komponen digital yang membutuhkan pasokan arus searah.
Oleh karena daya yang dibangkitkan dan dikirimkan berupa daya AC, maka suplai
daya AC harus diubah menjadi bentuk DC terlebih dahulu untuk dapat digunakan oleh
beban DC. Oleh sebab itu, akan banyak diperlukan adanya konverter yang dapat
semakin meningkatkan level harmonik dan dapat menyebabkan distorsi gelombang
fundamental menjadi semakin parah.

Fitur-fitur KWh meter saat ini, tidak memungkinkan untuk mendeteksi adanya
gangguan-gangguan kelistrikan atau gangguan kualitas daya. Sehingga, dalam prosess
monitoring dan pengauditan daya dirasa sulit dilakukan saat ini dan untuk kedepannya
oleh pihak Perusahaan Listrik Negara (PLN) maupun pemakai energi listrik. Sehingga,
Perusahaan Listrik Negara (PLN) membutuhkan alat yang dapat mendeteksi gangguan-
gangguan kualitas daya. Akan tetapi, harga dari alat pendeteksi gangguan kualitas daya
tersebut tergolong mahal dipasaran. Sehingga, pihak Perusahaan Listrik Negara (PLN)
membutuhkan banyak biaya untuk sekali dilakukannya program audit daya. Hal ini yang
mendasari bahwa audit daya tidak dilakukan sesering mungkin oleh pihak Perusahaan
Listrik Negara (PLN). Tujuan dari monitoring kualitas daya adalah untuk menjaga
beberapa persyaratan, dimana kualitas daya yang dihasilkan oleh pembangkit ke
konsumen dapat dikatakan bagus atau tidaknya. Ada beberapa syarat yang didasarkan
sebagai acuan tersebut diantaranya adalah :
1. Cos phi pada sistem kelistrikan yang terukur harus mendekati atau sama
dengan 1 (unity).
2. Tegangan pada suatu sistem kelistrikan harus tetap stabil sebesar tegangan
nominal sistem.
3. Frekuensi harus stabil sebesar 50 Hz atau 60 Hz.
4. Tidak ditemukannya distorsi atau cacat bentuk gelombang pada sumber energi
listrik yang dibangkitkan.
5. Kontinyuitas penyaluran daya dapat terjaga terus – menerus.

C. Permasalahan Kualitas Daya


Kualitas daya didefinisikan menurut standard IEEE adalah sebuah konsep
menyalakan dan membumikan peralatan elektronik dengan cara yang sesuai untuk
pengoperasian peralatan itu dan kompatibel dengan sistem pengkabelan premis dan
utilitas peralatan terhubung lainnya. Dari perspektif Pasar Kualitas Daya atau industri,
produk atau layanan apa pun yang dipasok ke pengguna atau utilitas untuk mengukur,
merawat, memperbaiki, mendidik insinyur atau mencegah masalah Kualitas Daya.
Makalah ini secara kritis membahas tentang masalah kualitas daya, masalah dan standar
terkait, penilaian masalah kualitas daya dan metode untuk koreksi dengan memberikan
pengetahuan menyeluruh tentang gangguan kualitas daya, indeks kualitas daya, serta
parameter yang mempengaruhi daya listrik. Kualitas daya listrik merupakan suatu konsep
yang memberikan gambaran tentang baik atau buruknya mutu daya listrik akibat adanya
beberapa jenis gangguan yang terjadi pada sistem kelistrikan (Roger C. Dugan, 1996).
Sedangkan, Masalah kualitas daya dapat didefinisikan sebagai persoalan perubahan
bentuk tegangan, arus atau frekuensi yang bisa menyebabkan kegagalan atau
misoperation peralatan, baik peralatan milik PLN maupun milik konsumen dengan kata
lain masalah kualitas daya bisa merugikan pelanggan maupun PLN. Masalah kualitas
daya dapat didefinisikan sebagai “Masalah daya apa pun yang dimanifestasikan dalam
tegangan / arus atau mengarah ke penyimpangan frekuensi yang menyebabkan
kegagalan atau kesalahan pengoperasian peralatan pelanggan ”(Roger C.Dugan, 1996).

Gambar 1. Standarisasi Gangguan – Gangguan Kualitas Daya Oleh IEEE1159-3


(2003).
Alasan mengapa permasalahan kualitas daya menjadi topic penting dalam sistem
ketenaga listrikan adalah sebagai berikut.

1. Saat ini kualitas peralatan yang dimiliki konsumen lebih sensitif.


2. Pada sistem utilitas telah terjadi meningkatnya level Harmonik.
3. Konsumen belum memiliki dan mendapat informasi yang cukup menyangkut
masalah power quality.
4. Kegagalan satu komponen pada sistem distribusi dan instalasi bisa membawa
konsekuensi tertentu.

Kualitas tegangan listrik yang dituntut oleh masing-masing peralatan berbeda


antara satu peralatan dengan yang lain. Persoalan kualitas daya yang terjadi meliputi
penanganan gangguan-gangguan kualitas daya. Gangguan yang disebabkan oleh faktor
eksternal diantaranya petir, pohon tumbang, dan curah hujan yang tinggi. Sedangkan,
gangguan yang disebabkan oleh faktor internal yaitu short interruption, voltage dips,
voltage swells, voltage and current transient, voltage and current harmonic distortion,
voltage flicker, voltage unbalance, phase angle imbalance, and/or jump (Roger C. Dugan,
2004). Oleh karenanya, Perusahaan Listrik Negara (PLN) selalu mengadakan audit daya.

D. Mitigasi Gangguan – Gangguan Kualitas Daya


Pada dasarnya, gangguan – gangguan kualitas daya yang muncul adalah akibat
adanya distorsi dari arus listrik. Arus yang dihasilkan dari konsleting listrik menyebabkan
tegangan melorot atau hilang sepenuhnya. Arus dari sambaran petir menyebabkan
tegangan impuls tinggi yang sering melayang di atas insulasi dan menyebabkan fenomena
lain seperti konsleting. Arus terdistorsi dari beban penghasil harmonik juga mendistorsi
tegangan saat melewati impedansi sistem. Dengan demikian tegangan yang terdistorsi
hadir untuk pengguna akhir, dimana arus lebih rawan untuk mengalami gejala distorsi
gelombangnya. Masalah kualitas daya mencakup berbagai fenomena yang berbeda,
seperti dijelaskan dalam point C sebelumnya.

Gambar 2. Strategi Tahapan Evaluasi Permasalah Kualitas Daya (Roger C.Dugan,1996).


Masing-masing fenomena ini dapat memiliki berbagai penyebab berbeda dan
solusi berbeda yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas daya dan kinerja
peralatan. Namun, penting untuk melihat langkah – langkah umum yang terkait dengan
penyelidikan banyak masalah ini, terutama jika langkah – langkah tersebut dapat
melibatkan interaksi antara sistem pasokan utilitas dan fasilitas pelanggan. Gambar 2.
memberikan beberapa langkah umum yang sering diperlukan dalam penyelidikan kualitas
daya, bersama dengan pertimbangan utama yang harus ditangani pada setiap langkah.
Prosedur umum juga harus mempertimbangkan apakah evaluasi melibatkan masalah
kualitas daya yang ada atau yang dapat dihasilkan dari desain baru atau dari perubahan
yang diusulkan ke sistem. Pengukuran akan memainkan peran penting untuk hampir
semua masalah kualitas daya.

Hal ini merupaakan metode utama untuk mengkarakterisasi masalah atau sistem
yang ada yang sedang dievaluasi. Saat melakukan pengukuran, penting untuk mencatat
dampak variasi kualitas daya secara bersamaan sehingga masalah dapat dikorelasikan
dengan kemungkinan penyebabnya. Solusi perlu dievaluasi menggunakan perspektif
sistem, dan baik ekonomi maupun keterbatasan teknis harus dipertimbangkan. Solusi
yang mungkin diidentifikasi di semua tingkatan sistem dari pasokan utilitas hingga
peralatan penggunaan akhir yang terpengaruh. Solusi yang secara teknis tidak layak
dibuang, dan sisa alternatif dibandingkan berdasarkan ekonomi. Solusi optimal akan
tergantung pada jenis masalah, jumlah pengguna akhir yang terkena dampak, dan solusi
yang mungkin. Prosedur keseluruhan diperkenalkan di sini untuk memberikan kerangka
kerja bagi informasi teknis dan prosedur yang lebih rinci yang dijelaskan dalam setiap
bab buku ini. Sehingga, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa mitigasi dari
permasalahan kualitas daya yang baik adalah menganalisis dan mengevaluasi
permsalahan kualitas daya tersebut dengan mengkompensasi sesuai jenis-jenis gangguan
kualitas daya yang terjadi.

D.1. Voltage Flicker


Voltage Flicker merupakan variasi tegangan atau fluktuasi tegangan yang terjadi
secara berulang-ulang dengan periode atau waktu terjadi tertentu yang disebabkan beban
yang berubah sangat cepat. Fluktuasi tegangan adalah suatu perubahan tegangan yang
sistematis atau serangkaian perubahan tegangan secara acak dengan magnitude dari
tegangan mempunyai nilai yang tidak semestinya (Roger C.Dugan, 1996), yaitu di luar
rentang tegangan oleh ANSI C84.1 sebesar 0,9 sampai 1,1 pu.

Gambar 3. Gelombang Tegangan saat Terjadi Gangguan Voltage Flicker.


Flicker atau Voltage Flicker dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya
sebagai berikut :
1. Pengoperasian tungku api (furnace)
2. Adanya peralatan busur api , seperti las listrik
3. Adanya peralatan elektronika daya yang sebagian besar merupakan beban non
linear.

Ada 4 cara dalam penanganan atau mengkompensasi flicker pada sistem, yaitu :
1. Pemasangan Saluran Baru

Gambar 4. Ilustrasi Pemasangan Saluran Tambahan.

Dengan pemasangan saluran baru, maka akan memperbesar impedansi.


Sehingga, arus flicker yang akan berkurang seiring dengan impedansi. Sehingga,
beban yang sensitive tidak akan terpengaruh pada gangguan flicker. Namun,
metode ini memerlukan biaya yang banyak, karena dibutuhkan saluran tambahan.
Selain itu, hanya dapat digunakan untuk permasalahan flicker pada daya besar.

2. Kompensasi Kapasitif

Gambar 5. Ilustrasi Pemasangan Kapasitor Saluran.

Kompensasi Kapasitif bertujuan untuk mengurangi impedansi efektif antara


sumber dengan titik PCC. Dengan saluran yang bersifat induktif, maka akan terjadi
pengurangan akibat pemasangan kapasitor tersebut. Permsalahannya adalah metode
ini hanya untuk frekuensi tertentu. Sedangkan beban yang menyebabkan flicker
juga merupakan beban linear yang juga berpengaruh pada variasi frekuensi pada
arus beban. Metode ini hanya mengkompensasi pada titik dimana kapasitor
tersebut dipasang. Beban yang dekat dengan sumber, namun jauh dari titik
kompensasi (PCC) tidak akan dapat terkompensasi. Sehingga masih terdapat
flicker.
3. Kompensasi lewat SVC (Static VAR Compensation)

Gambar 6. Ilustrasi Pemasangan SVC pada Saluran.

Penggunaan TCR (Thyristor Controlled Reactor), TSC (Thyristor Switched


Capasitor) dan SVC berguna sebagai sumber arus reaktif sekaligus juga akan
mengontrol besarnya jatuh tegangan pada saluran dan PCC. Pemasangan kapasitor
shunt akan berpengaruh pada aliran daya reaktif saluran. Besarnya impedansi
saluran dapat diatur dengan variasi sudut pemicuan thyristor akan kapasitor. TCR
memiliki impedansi yang bersifat induktif, sedangkan TSC akan bersifat kapasitif.
Sehingga, dapat mengontrol daya reaktif keluarannya. Dari perpaduan antara TCR
dan TSC serta impedansi saluran akan dihasilkan kompensator sekaligus sebagai
sumber daya reaktif yang disebut dengan SVC dimana dapat mengkompensasi
flicker. SVC hanya dapat diaktifkan 2 kali tiap siklus. Sedangkan frekuensi
peralatan yang tersambung terbatas.

D.2. Transient
Transient adalah fenomena naiknya peak tegangan hingga ribuan volt dan
terjadi dalam waktu yang sangat singkat. Dimana, secara garis besar transient dibagi
menjadi 2 ,yaitu :
 Transient Impulsive merupakan perubahan frekuensi secara tiba – tiba
dengan tegangan dan arus yang stabil yang disebabkan oleh sambaran petir
(surja petir). Berdasarkan waktunya dibagi menjadi 3, yakni Nano-second
(time rise sebesar 5 ns), Mikro-second (time rise sebesar 1 us) dan Milli-
second (time rise sebesar 0,1 ms).

Gambar 7. Gangguan Transient Impulsive.


 Transient Oscillatory merupakan fluktuasi yang sangat tinggi pada frekuensi
yang menyebabkan kerusakan pada bentuk gelombang, dimana gangguan ini
disebabkan oleh switching peralatan dan pengisian kapasitor. Berdasarkan
frekuensinya, Transient Oscillatory dibagi menjadi 3, yaitu : Low Frequency
(F < 5 kHz), Mediuem Frekuensi (5 kHz ≤ F ≤ 500 kHz) dan High
Frequency (500 kHz ≤ F ≤ 5000 kHz).

Gambar 8. Gangguan Transient Oscillatory Arus akibat Switching Kapasitor.

Kompensasi dari gangguan transient ini dapat dilakukan dengan


pemasangan Surge Protective Device (SPD). SPD merupakan suatu alat yang
bekerja dengan mereduksi amplitude gelombang transient dengan membuangnya ke
ground. Sehingga, amplitude gelombang yang tersisa dapat lebih aman jika
dibandingkan dengan sebelum direduksi.

Gambar 10. Ilustrasi Pemasangan SPD pada Saluran.

D.3. Tegangan Dip (Sag)


Tegangan Dip (Sag) adalah turunnya amplitude tegangan RMS (Root Mean
Square) dengan durasi waktu kurang dari 1 menit. Sag termasuk dalam short
duration variation. Sag dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah
gangguan fasa ke tanah, starting motor berkapasitas besar dan adanya surja petir.
Ada 4 cara mengatasi tegangan dip (sag), yakni :

Gambar 11. Gelombang Voltage Sag.

1. Penggunaan UPS (Uninterruptible Power Supply)


Pada kondisi normal, masukan daya AC beban diperoleh dari suplai PLN.
Selain itu masukan daya AC akan disearahkan ke dalam DC untuk pengisian
baterai. Ketika terjadi tegangan dip (sag), daya DC yang dimiliki baterai ini lalu
diubah kembali ke dalam daya AC untuk menyuplai beban.

Gambar 12. Ilustrasi Pemasangan UPS pada Saluran.

2. Dynamic Voltage Restorers (DVR’s)


DVR megandung trafo yang dirangkai seri terhadap feeder (penyulang). Pada
kondisi operasi normal, tegangan pada terminal trafo sangat kecil, akan tetapi
pada keadaan terjadi gangguan, konverter daya yang terhubung pada trafo
membangkitkan tegangan pada terminal trafo yang merupakan kuadrat arus
freeder. Pada situasi sumber tegangan tertekan, trafo dapat menghasilkan tegangan
kapasitif yang akan melawan jatuh tegangan saluran. Saat tegangan surja terjadi
akibat penskalaran kapasitor, tegangan induktif dihasilkan untuk mengurangi
kenaikan tegangan ini.
Gambar 13. Ilustrasi Pemasangan DVR’s.

D.4. Swell
Swell adalah naiknya amplitude tegangan rms dengan durasi waktu kurang
dari 1 menit. Dimana, Swell termasuk dalam short duration variation. Swell
diakibatkan oleh hilangnya beban pada sistem secara tiba-tiba saat dilakukan
pemutusan beban pada sebuah saluran. Swell dapat berakibat degradasi pada
peralatan listrik dan relai gagal beroperasi. Kompensasi gangguan swell dapat
dilakukan mirip dengan kompensasi seperti gangguan sag.

Gambar 14. Gelombang Tegangan saat Terjadi Gangguan Swell.

D.5. Undervoltage dan Over Voltage


Undervoltage adalah turunnya amplitude tegangan rms dalam waktu yang
cukup lama (lebih dari 1 menit). Sedangkan, Overvoltage adalah naiknya amplitude
tegangan rms dalam waktu yang cukup lama (lebih dari 1 menit). Dimana, keduanya
termasuk kedalam long duration variation. Penyebab terjadinya undervoltage
adalah pengkawatan pada sistem yang kurang baik dan pembebanan yang berlebih
pada sistem. Sedangkan, overvoltage dikarenakan pengaturan tap transformator
yang kurang sesuai dan pembebanan yang kurang pada sistem. Mitigasi dari
gangguan Undervoltage dan Overvoltage ini adalah dengan pemasangan dan
penggunaan UVR (Undervoltage Relay) untuk gejala undervoltage dan OVR
(Overvoltage Relay) untuk gejala overvoltage.
D.7. Interupsi
Interruption adalah hilangnya amplitude tegangan hingga kurang dari 0,1 pu.
Gangguan terjadi ketika tegangan suplai atau arus beban berkurang hingga kurang
dari 0,1 pufor periode waktu tidak melebihi 1 menit. Gangguan dapat merupakan
hasil dari kesalahan sistem daya, kegagalan peralatan, dan kegagalan fungsi kontrol.
Gangguan diukur berdasarkan durasinya karena besarnya tegangan selalu kurang
dari 10 persen dari nominal. Durasi gangguan karena gangguan pada sistem utilitas
ditentukan oleh waktu operasi perangkat pelindung utilitas. Penutupan sesaat
umumnya akan membatasi gangguan yang disebabkan oleh kesalahan tidak
permanen hingga kurang dari 30 siklus. Penutupan perangkat pelindung yang
terlambat dapat menyebabkan gangguan sementara atau sementara. Durasi
gangguan karena kerusakan peralatan atau koneksi yang longgar dapat menjadi
tidak teratur. Mitigasi dari gangguan Interupsi ini adalah dengan pemasangan
sumber tenaga listrik cadangan , seperti penggunaan Genset pada umumnya untuk
menghindari ketidak berlangsungan dalam penyaluran daya.

Gambar 15. Gambar Gelombang Tegangan Saat terjadi Gangguan Interuption.

D.8. Harmonisa
Harmonisa adalah gelombang sinusoidal tegangan atau arus yang memiliki
frekuensi kelipatan dari frekuensi fundamentalnya. Bila harmonisa menyatu dengan
gelombang frekuensi fundamentalnya, maka akan mengakibatkan bentuk
gelombangnya tidak sinus lagi. Penyebab dari gangguan Harmonisa adalah adanya
beban non linear pada sistem., seperti penggunaan tungku busur api, las, inverter,
mesin-mesin sinkron dan lain-lainnya. Mitigasi dari gangguan harmonisa dapat
dilakukan dengan pemasangan filter pasif yang bekerja menghilangkan harmonisa
dengan frekuensi tertentu
Gambar 16. Pemasangan Filter Pasif.

Selain itu, dapat juga dengan pemasangan filter aktif yang bekerja dengan
menginduksikan arus induktif dan arus kapasitif ke sistem.

Gambar 17. Filter Aktif.


Daftar Pustaka
1. Roger C.Dugan, Mark F. McGramagham, d.k.k. Electrical Power System Qualit,
second Edition by McGraw-Hill.
2. Jurnal Elektro, Muhammad Hamdani Rizal. Kualitas Daya Listrik Industri. Teknik
Elektro, Universitas Indonesia, Jawa Barat.
3. Conference Paper by J.P. Sridhar, Power Quality Issues and Its Mitigation by Unified
Power Quality Conditioner. January 2017
4. PPT of Electrical Power System Quality, Power Quality – EE 465 by Roger C.Dugan,
Mc Granaghan d.k.k. Mc Graw Hill.
5. http://jendeladenngabei.blogspot.com/2013/01/permasalahan-kualitas-daya.html,...
3/03/2019
6. http://dunia-listrik.blogspot.com/2010/03/kualitas-daya-listrik-power-
quality.html,..3/03/2019
7. https://media.neliti.com/media/publications/193721-ID-studi-analisis-dan-mitigasi-
harmonisa-pa.pdf,...4/03/2019
8. https://www.elektroindonesia.com/elektro/ener25.html..,5/03/2019
9. https://novikaginanto.wordpress.com/2013/05/03/kualitas-daya/...,5/03/2019

Anda mungkin juga menyukai