1. Pendahuluan.
Adjustable speed drive (ASD) atau variable-speed drive (VSD) merupakan suatu
peralatan yang digunakan untuk mengendalikan kecepatan mesin. Beberapa industri proses
seperti perakitan harus beroperasi pada kecepatan yang berbeda untuk produk yang
berbeda. Persyaratan proses membutuhkan penyesuaian aliran dari pompa atau fan dengan
memvariasikan kecepatan pengendali guna penghematan energi dibandingkan dengan
tehnik lain untuk mengendalikan aliran.
Kecepatan dapat dipilih dari beberapa harga setting, pengendali yang demikian disebut
"adjustable" speed. Jika keluaran kecepatan dapat diubah secara kontinyu pengendali ini
disebut dengan "variable speed". Adjustable maupun variable speed drives dapat bersifat
mekanik, elektromekanil, atau elektronik.
Pengendalian proses dan konservasi energi menjadi alasan utama adjustable speed drive
digunakan. Secara historic, adjustable speed drives dikembangkan untuk pengendalian
proses, tetapi konservasi energi menjadikan hal yang sama pentingnya.
Beberapa keuntungan pengendalian proses menggunakan adjustable speed drive adalah :
Pengendalian akselerasi
AC drives
AC drives adalah sistem kendali kecepatan motor AC. Terdapat beberapa cara
pengendalian :
Slip controlled drives mengendalikan kecepatan motor induksi dengan menaikkan slip
motor. Hal ini dilakukan dengan mereduksi tegangan motor atau menambah resistansi
rotor lilit. Karena umumnya juga kurang efisien dibanding tipe drive yang lain pengendali
ini kurang populer. and have recently been used only in special situations. See eddy
current drives above.
Ketika frekuensi power suplai ke motor diubah, rasio tegangan yang diaplikasikan dan
frekuensi yang diaplikasikan umumnya dipertahankan konstan antara nilai minimum
sampai maksimum. Mengoperasikan pada tegangan konstan sehingga V/f terreduksi akan
mengurangi kapabilitas torka dan kapabilitas daya. Frekuensi atau kecepatan dimana
operasi tegangan konstan diawali disebut frekuensi atau kecepatan base. Dimanapun
tegangan yang diaplikasikan diatur secara langsung atau taklangsung cenderung mengikuti
pola seperti yang diuraikan di atas. .
Bila kumparan stator dihubungkan dengan sumber tegangan tiga phasa, maka pada jangkar
(Stator) akan dihasilkan medan putar. Adapun kecepatan medan putar dapat dinyatakan
dengan :
120. f
ns = rpm (6)
p
Adanya medan putar pada stator akan menghasilkan GGL induksi pada lilitan rotor. Dan
karena lilitan rotor merupakan suatu rangkaian tertutup, maka pada lilitan ini akan
mengalir arus. Dan karena arus ini berada dalam medan magnet maka pada tiap kawat
rotor akan timbul gaya yang akan memutar rotor. Kecepatan putar rotor ini akan lebih
kecil bila dibandingkan dengan kecepatan medan putar stator. Perbedaan kecepatan ini
disebut dengan slip. Besarnya slip kecepatan ini dapat dinyatakan dengan rumus :
ns - nr
s=
ns
Konstruksi motor 3 phasa hampir sama dengan transformator 3 phasa yang juga memiliki
dua buah kumparan, yaitu kumparan primer dan sekunder. Kumparan stator motor induksi
3 phasa dapat dipandang sama dengan kumparan primer transformator 3 phasa, sedang
kumparan rotor motor induksi 3 phasa dapat dipandang sebagai kumparan sekunder
transformator 3 phasa. Perbedaannya adalah bahwa pada motor induksi 3 phasa kumparan
rotornya bergerak (berputar). Sedang pada transformator kedua lilitan dalam keadaan
statis (tidak berputar). Adanya kesamaan ini memberikan konsekwensi bahwa motor
induksi 3 phasa memiliki rangkaian ekivalen yang sama dengan transformator. Rangkaian
ekivalen motor induksi 3 phasa yang dipandang dari sisi stator ditunjukkan pada gambar 7
I1 r1 x1 I' 2 r '2 sx' 2
I0
V1 E 1
rm xm s.a.E 2
Gambar 7. Rangkaian ekivalen motor induksi 3 phasa dipandang dari sisi stator
Sedang daya yang dihasilkan pada celah udara dapat dinyatakan dengan :
PG = 3. I' 22 .( r' 2 /s) (8)
nilai r’2/s dapat dinyatakan dengan r’2 + r’2(1/s - 1), sehingga rangkaian ekivalen motor
dapat dinyatakan dengan gambar 8, dimana r’2 menyatakan tahanan lilitan rotor sedang
r’2(1/s - 1) menyatakan tahanan (resistansi) beban.
r1 x1 r '2 x' 2
I0
I1 I' 2
r' 2 ( 1/s - 1)
V1 E 1
rm xm
Apabila kita mengasumsikan bahwa tegangan jatuh pada impedansi stator dapat diabaikan,
maka arus pada rotor dapat dinyatakan :
V
I’2 =
(r' 2 /s) 2 + x' 22
sehingga dapat diperoleh :
3 . V 2 .( r' 2 / s)
T= . (11)
s (r' 2 /s) 2 . x' 22
r' 2 r
smax,T = 2 (12)
x' 2 x 2
3 0,5. V 2 .
Tmax = . (13)
s x2 '
3 . V 2 . r' 2
Tstart = . (14)
s r' 2 2 . x' 22
Dari persamaan 11 s/d 14 , variasi torka yang dihasilkan terhadap slip, memiliki
karakteristik seperti ditunjukkan pada gambar 9.
T max
T start
Slip
1 0
Dari persamaan 6 dapat kita lihat bahwa, untuk mengatur kecepatan putaran mesin tak
serempak dapat dilakukan dengan mengatur besarnya frekuensi tegangan sumber. Dengan
memberikan frekuensi tegangan sumber dari nol hingga nilai nominalnya akan kita
dapatkan putaran motor dari nol sampai nilai nominalnya. Namun demikian dengan
memberikan frekuensi dibawah nilai frekuensi nominal, reaktansi stator juga akan turun
yang akan menyebabkan naiknya nilai arus stator. Kenaikan arus stator ini selain dapat
melebihi nilai nominal arus stator, juga akan dapat menaikkan fluksi pada stator diatas nilai
nominalnya sehingga dapat mengakibatkan stator menjadi panas bahkan dapat merusak
mesin. Dengan demikian pengendalian kecepatan motor dengan mengatur frekuensinya
harus dilakukan dengan membuat perbandingan Tegangan/Frekuensi (V/f) tetap.
Pengendalian kecepatan semacam ini dapat kita sebut pengendalian Tegangan/frekuensi.
Dengan cara ini hubungan antara Torka dan slip dapat dinyatakan sebagai berikut ;
Bila V0 adalah Tegangan nominal, f0 frekuensi nominal, x’20 reaktansi nomian pada keadaan
rotor diam (standstill) pada frekuensi f0. Dengan demikian pada frekuensi pengendalian
yang dikehendaki akan diperoleh ;
Tegangan sumber, V = (f/f0).V0
reaktansi rotor, x’2 = (f/f0). x’2
Kecepatan sinkron, s = (f/f0).so
Dengan mengabaikan impedansi stator dari persamaan 12 s/d 14, dapat kita peroleh,
f 0 r' 2 f 0
smax,T = . . s (15)
f x' 20 f max,T0
0,5. f / f 0 . V0
2
3 3 0,5. V0
Tmax = . . (16)
f / f
0 s0 f / f . x'
0
2
2
s0 x' 22
0,5. f / f . V . r'
2 2
3 0 0 2
Tstart = . (17)
f / f
0 s0 r' f / f . x'
2
2 0
2 2
2
f1 f2 f3
T max
f1 <f 2
<f 3
0 n s1 n s2 n s3 Kecepatan
R 1
R 2
R 3
T max
R 1 >R 2 >R 3
1 0 Slip
yang didisipasi pada resistansi yang ditambahkan pada lilitan rotor. Untuk meningkatkan
efisiensi operasi dapat dilakukan dengan cara mengembalikan daya yang dikeluarkan oleh
rottor ke sumber tegangan utama. Methode pengaturan semacam ini dikenal dengan nama
methode pemulihan daya slip.
Untuk mendapatkan tegangan dan frekuensi yang dapat diatur dapat dilakukan dengan
cara, seperti ditunjukkan pada blok diagram gambar 12 (a) dan (b). Pada gambar 12. (a)
digunakan penyearah dengan tegangan keluaran tetap dan inverter dengan pengaturan
tegangan dan frekuensi menggunakan tehnik pengaturan lebar pulsa. Sedang gambar (b)
menggunakan penyearah terkendali sehingga kita dapat memperoleh tegangan keluaran
rata-rata yang dapat diatur (Variable voltage) dan Inverter yang dapat menghasilkan
tegangan keluaran arus bolak-balik dengan frekuensi yang dapat diatur (Variable
frequency). Pada gambar rangkaian 12 (a) kita tidak dapat mengoperasikan konverter
pada mode operasi regeneratip, khususnya digunakan pada saat pengereman, karena pada
bagian penyearah tidak dapat mengembalikan daya beban ke sumber tegangan. Sementara
itu pada gambar rangkaian (b) operasi regeneratip dapat dilakukan dengan memberikan
penyulutan pada penyearah terkendali dengan sudut penyulutan diatas 90o.
L1
Sumber PWM
Tegangan L2 INVERTER Rotor
3 phasa Tiga phasa
L3
Sistem
jembatan (a)
L1
Sumber
INVERTER
Tegangan L2 Rotor
Tiga phasa
3 phasa
L3
Sistem
jembatan
(b)
Contents
[hide]
1 Operating principle
o 1.1 Example
3 VFD Operation
6 See also
7 References
8 External links
where
RPM = Revolutions per minute
f = AC power frequency (hertz)
p = Number of poles (an even number)
The constant, 120, is 60 seconds per minute multiplied by 2 poles per pole pair.
Sometimes 60 is used as the constant and p is stated as pole pairs rather than poles.
Synchronous motors operate at the synchronous speed determined by the above equation.
The speed of an induction motor is slightly less than the synchronous speed.[4]pp121-122,
127-128. [5]pp574, 585-586
[edit] Example
A 4-pole motor that is connected directly to 60 Hz utility (mains) power would have a
synchronous speed of 1800 RPM:
If the motor is an induction motor, the operating speed at full load will be about 1750
RPM.
If the motor is connected to a speed controller that provides power at 50 Hz, the
synchronous speed would be 1500 RPM:
VFD system
A variable frequency drive system generally consists of an AC motor, a controller and an
operator interface.[2]pp210-211 [6]p3
single phase input as only part of the rectifier bridge is carrying the connected load.[1]pp79-
83
Pengendali kecepatan motor induksi dengan pemulihan daya slip dapat ditunjukkan pada
gambar 13. Pengendali ini terdiri dari sebuah penyearah sistem jembatan dan sebuah
penyearah terkendali tiga phasa terkendali penuh serta sebuah transformator 3 phasa.
Sistem kendali seperti ini disebut juga dengan nama Pengendali Static Kramer.
Sumber tegangan 3 phasa
Rotor Transformator
3 phasa
a c
Daya slip b d
Rangkaian penyearah digunakan untuk menyearahkan tegangan keluaran rotor dan dengan
menggunakan induktansi arus akan mengalir kontinyu. selanjutnya dengan menggunakan
konverter terkendali penuh, tegangan keluaran rottor diubah menjadi sistem tegangan
bolak-balik. Dalam operasinya konverter terkendali penuh ini dioperasikan pada mode
operasi inversi sehingga daya slip dapat dikirim ke sumber tegangan utama melalui
transformator tiga phasa. Agar konverter bekerja pada mode operasi inversi, konverter
harus diberikan pulsa penyulutan dari 90 sampai 180. Pada sudut penyulutan 90 tegangan
rata-rata pada terminal c-d sama dengan nol, hal ini identik dengan kita menghubung
singkatkan belitan rotor, sehingga motor bekerja pada kondisi nominal. Bila kita
menginginkan pengendalian kecepatan, maka sudut penyulutan harus diperbesar sehingga
3 3Vm
pada terminal cd terdapat tegangan rata-rata sebesar .Cos , dimana Vm adalah
tegangan maksimum disisi sekunder transformator. Dengan adanya tegangan pada terminal
c-d, ekivalen dengan bila kita menambahkan tahanan pada belitan rotor sehingga slip
diperbesar. Perbedaannya adalah bila kita menggunakan tahanan, daya keluaran rotor
didisipasi pada tahanan, sedang pada pengendali static kramer daya ini dikembalikan ke
sumber tegangan utama.
Sumber Teg.
3- phasa
V d1
V + V + V d1
o d
K 2
+ -
K 2
V
+V r
f
V/f
K 1 converter
-V f
Sensor kecepatan
TG Rotor
Sensor kecepatan berfungsi untuk mendeteksi kecepatan putar motor dan mengubahnya
menjadi tegangan. Sebagai sensor kecepatan (tepatnya tranduser kecepatan) dapat
digunakan Tacho-generator. Rangkaian pembanding digunakan untuk membandingkan
sinyal acuan dengan sinyal umpan balik, sehingga pada V f berlaku persamaan Vf = Vr -
Vm dan pada Vd = Vo + Vf. Penguatan K1, K2 dan K3 kita gunakan untuk menguatkan
sinyal-sinyal kendali yang akan menentukan kinerja sistem. Pengubah tegangan ke
frekuansi ( pengubah V/f) adalah suatu perangkat (tersedia dalam bentuk rangkaian
terintegrasi) yang kita gunakan untuk menghasilkan pulsa-pulsa pengendali inverter,
dimana frekuensi pulsa berbanding lurus dengan tegangan masukan pengubah V/f.
sedangkan rangkaian penyulut SCR kita gunakan untuk memberikan pulsa penyulutan
pada rangkaian penyearah. Rangkaian penyulut ini menghasilkan pulsa dengan sudut
penyulutan berbanding terbalik dengan tegangan masukannya, dalam arti bahwa bila
tegangan masukan pada rangkaian penyulut kecil akan dihasilkan pulsa dengan sudut
penyulutan yang besar, Dan bila tegangan masukan pada rangkaian penyulut besar akan
dihasilkan pulsa dengan sudut penyulutan yang kecil.
Bila motor bekerja dengan putaran diatas putaran acuan yang dikehendaki (r), maka nilai
Vf akan turun. Turunnya nilai Vf ini akan dirasakan oleh pengubah tegangan-frekuensi,
sehingga pengubah tegangan-frekuensi akan menurunkan frekuensi pulsanya yang berarti
inverter akan menghasilkan tegangan keluaran dengan frekuensi yang lebih rendah dari
frekuensi semula sehingga putaran motor akan diturunkan hingga mencapai putaran yang
dikehendaki (sesuai dengan r). Karena putaran turun, maka Vd juga akan mengalami
penurunan sehingga Vd1 juga akan turun yang mengakibatkan melebarnya sudut penyulut
penyearah terkendali. Melebarnya sudut penyulutan ini akan berakibat pada penurunan
tegangan keluaran penyearah yang berarti menyebabkan pula turunnya nilai tegangan
keluaran inverter. Dengan mengatur perbandingan Vo/Vr sehingga sama dengan V/f, maka
tegangan/frekuensi masukan pada motor akan dapat dipertahankan konstan.
Turunnya nilai putaran ini akan dirasakan oleh sensor kecepatan yang kemudian akan
diubah menjadi tegangan yang sesuai. akibatnya nilai Vf akan naik. Naiknya nilai Vf akan
menyebabkan pula kenaikan pada nilai Vd dan Vd1, sehingga pengubah V/f akan
menghasilkan pulsa dengan frekuensi yang lebih besar dan akan menaikkan frekuensi
tegangan keluaran inverter. Sementara itu naiknya nilai Vd1 akan menurunkan sudut
penyulutan sehingga tegangan keluaran penyearah terkendali naik dan tegangan keluaran
inverterpun akan naik. Dengan demikian putaran motor akan dapat dipertahankan konstan
selama terjadi perubahan beban.
Pada sistem di atas, sistem tidak mendeteksi arus beban sehingga dapat mengakibatkan
kegagalan operasi bahkan kerusakan pada sistem. Untuk sistem yang lebih aman dapat
digunakan pendeteksi dan pembatas arus seperti ditunjukkan pada blok diagram gambar
3.4. Bila arus motor naik diatas nilai arus yang dikehendaki, maka V f1 akan turun.
Turunnya nilai Vf1 akan menyebabkan pula turunnya Vd1 sehingga sudut penyulutan naik
dan tegangan keluaran penyearah terkendali turun demikian pula tegangan keluaran
inverter juga turun sehingga arus beban akan turun. Sistem semacam ini ditunjukkan pada
gambar 15. Dengan menambah rangkaian logika kita dapat membuat agar bila terjadi
kenaikan arus diatas nilai nominal sinyal umpan balik arus akan memutuskan rangkaian
penyulutan sehingga sistem akan berhenti bekerja.
Sumber Teg.
3- phasa
V d1
V + V + V d1
o d
K 2
+ -
K 2
V
+V r
f + V/f
K K
1 4 converter
-V f -
Sensor kecepatan
TG Rotor
--oo0oo--