Generator adalah Mesin yang Mengubah Energi Mekanik Menjadi Energi Listrik
Misalkan Rapat magnetik yang dihasilkan oleh belitan medan pada sepatu kutub
merata, rapat fluks pada celah udara diatas sepatu kutub akan konstan dan
menurun secara gradual pada daerah interpolar seperti ditunjukkan pada gambar 3.
p q
Karena fluks magnetik memasuki stator, gerak relatif antara konduktor pada stator
dengan dengan rapat fluks yang tegak lurus pada celah udara menghasilkan GGL-
Induksi yang besar maupun arah sesuai dengan persamaan B.l.v, atau arah GGL
nya ditentukan dengan aturan tangan kanan.
Dalam mesin AC GGL induksi yang diinginkan berbentuk sinusoid, oleh karena
itu bentuk gelombang rapat fluks pada celah udara juga harus berbentuk sinusoid.
Hal ini dapat dipenuhi oleh bentuk kutub menonjol dimana celah udara di atas
sepatu kutub tidak merata. Celah udara minimum terdapat di tengah-tengah sepatu
kutub dan secara progresiv membesar disisi luar sepatu kutub. Dengan konstruksi
semacam ini rapat fluks pada celah udara diasumsikan berbentuk sinusoid. Bentuk
kutub yang demikian ditunjukkan pada gambar 3. Kutub ini terdiri dari inti kutub,
sepatu kutub serta lilitan medan yang digunakan untuk mengatur besarnya fluks
magnetik pada celah udara. Lilitan medan ini disuplai dari sistem eksitasi yang
menghasilkan tegangan arus searah yang diumpankan melalui slipring.
Kumparan jangkar mesin 2 kutub pada dasarnya ditempatkan dalam dua buah alur
yang berlawanan secara diametris seperti ditunjukkan pada gambar 5.
Terdapat beberapa macam bentuk lilitan yang dapat digunakan, misalnya lilitan
gelung. Tiap kumparan memiliki dua buah sisi yang disebut sisi kumparan.
Panjang aktif dari sisi kumparan sama dengan panjang rapat medan magnet B dari
stator untuk menginduksikan tegangan. Pada ujung-ujung kumparan tidak terdapat
GGL induksi. Kumparan pada mesin dasar ini ditunjukkan pada gambar 6.
Ujung
Kumparan
Sisi
Panjang Kumparan
Konduktor aktif
Panjang
Stattor
Lebar Kumparan
Bila generator memiliki empat buah kutub, susunan kutub dibuat secara
bergantian U dan S. Rapat fluks untuk satu siklus putaran kutub akan
menghasilkan dua siklus bentuk gelombang magnet. Dengan demikian lebar
kumparan sama dengan jarak kutub, sehingga tegangan yang diinduksikan pada
kumparan besar dan fasanya sama. Jarak satu pasang kutub besarnya sama dengan
2 radian dan dinyatakan sebagai sudut elektrik yang berbeda dengan sudut
mekanik.
Misalnya adalah sudut elektrik dan m adalah sudut mekanik, maka
perbandingan sudut elektrik dan mekanik dari mesin P kutub adalah :
2 x (P/2) P
m 2 2
Dalam mesin p kutub, satu siklus tegangan yang diinduksikan pada satu kumparan
sama dengan satu siklus satu pasang kutub. Dengan demikian satu siklus putaran
rotor akan dibangkitkan tegangan induksi pada kumparan dengan siklus p/2. Oleh
karena itu bila rotor berputar dengan kecepatan n rpm, frekuensi tegangan yang
dibangkitkan adalah :
p n np
f x Hz (2)
2 60 120
Untuk dua buah kumparan dari generator 4 kutub, dapat dihubungkan seri atau
paralel seperti ditunjukkan pada gambar 7. Pada hubungan seri akan menghasilkan
tegangan dua kali tegangan pada masing-masing kumparan dengan kemampuan
arus maksimum yang dimiliki oleh kumptersebut. Sedang pada hubungan paralel
akan diperoleh kemampuan arus dua kali lipat dari kemampuan arus masing-
masing kumparan.
a 1
a 1'
a 2
a 2''
a 1
a 1'
a a'
a 2
a 2''
Secara praktis generator sinkron selalu merupakan generator tiga fasa. Jika dua
buah kumparan diletakkan pada alur yang berbeda pada stator seperti ditunjukkan
pada gambar 8, maka tegangan induksi yang dibangkitkan akan memiliki beda
fasa sebesar 120. Sedang untuk generator 4 kutub ditunjukkan pada gambar 9.
o
120
o
120
u
s s
u
S
a a 1' a 2'
2
c 1' b 2'
c 1 a 2 b'
c 1' 1
b 1' c2 b 2
c2 b 2
B c 2'
c 2' b 1'
b 2' c2 b
B 1
C
C
Pembangkitan Tegangan
v r
t
2f
A a
NBA sin t
max NBA
Contoh :
Sebuah Generator AC memiliki 8 lilitan kawat dengan luas 0.090 m2 dan
resistansi 12 Ω. Lilitan tersebut berputar dalam medan Magnet 0.500 T dengan
frekuensi 50 Hz.
a. Berapakah Tegangan Induksi Maksimum?
b. Berapakah Arus Induksi Maksimum?
c. Bagaimanakah nilai Tegangan Induksi sebagai fungsi waktu?
n = 1putaran/detik
V S
Vm
1
dt
n = 3 putaran/detik
V S
Vm
1
dt
Mesin 6 Kutub
n = 1putaran/detik
V S
Vm
1
dt
n = 3 putaran/detik
V S
1
dt
Dalam mesin p kutub, satu siklus tegangan yang diinduksikan pada satu kumparan
sama dengan satu siklus satu pasang kutub
p n np
f x Hz
2 60 120
Beban Resistif :
Beban resistif adalah beban yang terdiri dari tahanan listrik murni, seperti
peralatan pemanas (kompor listrik, setrika, lampu pijar dll). Bila beban ini
terpasang seperti gambar dibawah :
I
V s R
t
I
Im
t
0 IR V s
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada beban resistif murni arus sefasa
dengan tegangan.
Contoh :
Bila gambar tersebut di atas, Vs = 2200 Volt; 50 Hz.. Dan R = 10 , maka arus
Vs 2200
pada beban adalah : I = =
R 10
= 220 Ampere.
Beban Induktif
Beban induktif adalah beban yang terdiri/memiliki kumparan, seperti
transformator, induktor dll. Bila beban ini terpasang seperti gambar dibawah :
IL
V s L
Nilai L ekivalen dengan nilai tahanan, dan nilai ini disebut Reaktansi Induktif
yang diberi notasi xL. Besarnya xL = 2..f.L
Hubungan kedua besaran tersebut (tegangan dan arus) dapat ditunjukkan pada
bentuk gelombang seperti gambar 4.
V s
V m
t
IL
Im
t
0
V s
IL
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada beban induktif murni arus
tertinggal sebesar 90o terhadap tegangan.
Contoh :
Bila gambar tersebut di atas, Vs = 2200 Volt; 50 Hz. Dan L = 20 mH, maka arus
pada beban dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :
xL = 2..f.L = 2.3,14.50.10-3 = 6,28
sehingga,
Vs 2200
I= = 6,2890
xL
= 35,01-90o Ampere.
Beban Kapasitif murni
Beban kapasitif murni adalah beban yang terdiri dari kapasitor. Kapasitor
merupakan suatu komponen yang terdiri dari buah bahan penghantar parallel yang
dipisahkan oleh suatu dielektrik. Bila beban ini terpasang seperti gambar
dibawah :
IC
V s C
Nilai C ekivalen dengan kebalikan nilai tahanan, bila x C adalah disebut reaktansi
1
kapasitif, maka xC =
2. .f.C
Hubungan kedua besaran tersebut (tegangan dan arus) dapat ditunjukkan pada
bentuk gelombang seperti gambar 8.
V s
V m
t
Ic
Im
t
Ic
0
V s
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada beban kapasitif murni murni arus
tertinggal sebesar 90o terhadap tegangan.
Contoh :
Bila gambar tersebut di atas, Vs = 2200 Volt; 50 Hz. Dan C = 47 F, maka arus
pada beban dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :
1 1
xc = = 67,73-90o
2. .f.C 2. .50.47.10 -6
sehingga,
Vs 2200
I= = 67,73 90
xc
= 3,2590o Ampere.
Beban seri R, L,C
Jumlah nilai resistansi dan reaktansi disebut dengan impedansi dan diberi notasi
Z. Bentuk fasor dari resistansi, reaktansi induktif dan reaktansi kapasitif
ditunjukkan pada gambar 10.
X L
R
X C
Z = R 2 (x L - x c ) 2 o (7)
Dimana :
(x L - x c )
= tg-1 (8)
R
Hubungan Tegangan dan arus dapat dinyatakan :
Vs
Is = (9)
Z
bila Vs = Vm Sin t, maka
Vm Sin t
Is = Z
= I m Sin ( ) (10)
Hubungan besaran tegangan dan arus dapat ditunjukkan pada bentuk gelombang
seperti gambar 11.
V s
V m
t
Is
Im
t
Gambar 11. Bentuk gelombang tegangan dan arus beban seri R,L,C
dimana V dan I masing-masing adalah nilai efektif tegangan dan arus listrik.
Contoh ;
Suatu beban seri R, L, C seperti gambar di bawah, dimana nilai R = 10 , L = 20
mH dan C = 47 F, dihubungkan dengan sistem tegangan AC 220 V; 50 Hz.
I
R
V s
L
= 62,25
(x L - x c )
= tg-1 = -80,75,
R
maka :
2200
I = 62,25 80,75 = 3,5380,75.
Segitiga Daya
Daya yang dihitung dengan rumus P = V.I.Cos disebut dengan daya nyata. Daya
nyata adalah daya yang mampu menghasilkan energi. Komponen daya ini
umumnya terdapat pada beban yang bersifat resistif murni. Pada komponen yang
bersifat reaktif tidak terdapat daya yang mampu menghasilkan energi, oleh karena
itu daya pada komponen ini disebut dengan daya buta atau daya reaktif dan diukur
dengan satuan VAR (Volt Ampere reaktif). Sedang daya yang diperoleh dari hasil
kali antara tegangan V dan arus I disebut dengan daya semu yang dinotasikan
dengan S dan diukur dalam satuan VA (Volt Ampere). Hubungan ketiga daya
tersebut ditunjukkan pada gambar 13.
S
Q
P