Anda di halaman 1dari 5

Pengujian Isolasi Padat Pada Peralatan Listrik

Teknik, Standar dan Instruksi Fasilitas


United States Departement of Interior
Bereau of reclamation
Desember 1991
A. Definisi
Resistansi isolasi dari suatu isolasi
didefinisikan sebagai resistansi (dalam
megohm) yang ditimbulkan oleh isolasi
karena diterapkan tegangan DC. Arus yang
dihasilkan disebut arus isolasi dan terdiri dari
dua komponen yang utama.
a. arus yang mengalir di dalam isolasi, dan
terdiri atas:
(1) Arus kapasitansi
(2) Arus dielektrik absorpsi
(3) Arus konduksi tetap
b. arus yang mengalir diatas permukaan
isolasi, dan disebut arus bocor.
B. Teori Pengukuran Resistansi Isolasi
dan Absorpsi Dielektrik
Ketika suatu tegangan dc dari suatu
tegangan tinggi, instrumen test dc isolasi
tiba-tiba diterapkan pada isolasi, arus isolasi
akan mulai pada suatu nilai yang tinggi,
secara berangsur � angsur berkurang, dan
akhirnya mencapai level off kenilai yang
stabil. Resistansi isolasi awal yang rendah
disebabkan oleh arus kapasitansi charging
awal yang tinggi. Arus kapasitansi ini dengan
cepat berkurang ke suatu nilai yang dapat
diabaikan ( pada umumnya 15 detik.).
Resistansi isolasi awal yang rendah sebagian
disebabkan oleh arus Absorpsi dielektrik
awal yang tinggi. Arus ini juga berkurang
berdasarkan waktu, tetapi lebih secara
berangsur-angsur, membutuhkan dari 10
menit sampai beberapa jam untuk mencapai
nilai yang dapat diabaikan. Resistansi isolasi
bervariasi seperti halnya ketebalan dan
kebalikannya sebagai area isolasi yang diuji.
Suatu kurva yang diplot antara arus isolasi
dan waktu ( atau resistansi isolasi dan
waktu ) dikenal sebagai kurva dielektrik
absorsi.
C. Skill Yang Dibutuhkan dalam
Pengukuran Resistansi Isolasi dan
Absorpsi Dielektrik
Masing - masing faktor error yang
besar pada pengukuran resistansi isolasi dan
error ini tidak boleh ditujukan karena
ketidakakuratan instrumen pengukuran.
Diskusi ini menerapkan test pada isolasi
lilitan stator generator, tetapi juga
menerapkan secara umum pada semua isolasi
dari semua mesin listrik, kabel, trafo, dan
peralatan lain kecuali isolator porselin, dan
arrester.
Lilitan medan isolasi tegangan
rendah seharusnya diuji dengan suatu sumber
tegangan tidak lebih tinggi dari 500 volt,
untuk menghindari kerusakan isolasi.
Sebelum rotor medan diuji, sikat harus
diangkat dan isolasi slip-ring secara hati-hati
dibersihkan. Resistansi isolasi medan rotor
sama pentingnya seperti resistansi isolasi
stator.
D. Efek Injeksi Sebelumnya.
Satu faktor yang mempengaruhi
pengukuran isolasi dan dielektrik absorsi
adalah injeksi sebelumnya pada isolasi.
Injeksi mungkin berasal dari operasi normal
dari suatu generator dengan netral tidak
digroundkan, atau dari suatu pengukuran
resistansi isolasi sebelumnya. Ini akan aman
jika lilitan generator tetap digroundkan
selama test pada lilitan dilakukan.
E. Efek Suhu/Temperatur
Resistansi isolasi bervariasi
berkebalikan dengan temperatur untuk
material yang terisolasi.
F. Efek Kelembaban
Efek dari kelembaban yang dapat
masuk isolasi suatu lilitan motor atau
generator dari udara basah/uap atau dapat
masuk lilitan suatu trafo yang disebabkan
minyak, akan membuat suatu perbedaan
besar pada resistansi isolasi. Ini dengan jelas
ditunjukkan oleh kurva gambar 1.
Gambar 1. Kurva absorpsi dielektrik sebelum dan
setelah pengeringan awal pada Unit generator
Grand Coulee 108,000-kVA, 120-r/min, 13.8-kV,
60-Hz.
G. Efek Penuaan
Isolasi dengan semisolid, seperti
mika-aspal, mengalami suatu proses
penurunan berapa lama kemudian. Proses
penurunan ini meningkatkan arus dielektrik
absorpsi yang diterapkan pada isolasi, dan
kemudian insulation resistance meter atau
tegangan tinggi, pengukuran dc test
menunjukkan suatu penurunan resistansi
isolasi dengan bertambahnya umur. Efek
penuaan semakin nyata pada arus bocor
utamanya peningkatan keretakan atau
kontaminasi.
H. Index Polarisasi
Kecuraman kurva absorpsi dielektrik
menunjukkan temperatur yang
mengindikasikan kekeringan relatif dari
isolasi. Kecuraman ini dinyatakan dalam
"index polarisasi" dan digambarkan sebagai
sebagai berikut:
Index polarisasi = R10/R1 = I1/I10
( jika tegangan adalah tetap)
di mana:
R10 = resistansi isolasi pada menit ke-10
(megohm).
R1 = resistansi isolasi pada menit ke 1
(megohm)
I1 = arus isolasi pada menit ke-1
I10 = arus isolasi pada menit ke-10
Tabel 1 menunjukkan index
polarisasi untuk keempat kurva dari gambar
1. Data ini mengindikasikan perbedaan index
polarisasi antara isolasi kering dan lembab
lebih menunjukkan pada temperatur yang
lebih tinggi dan oleh karena itu, test
kering/panas lebih sensitif. Peningkatan
index polarisasi dengan pengeringan juga
digambarkan pada kurva gambar 2 dari 1
sampai 10.
Tabel 1. Nilai index polarisasi minimum untuk
mesin AC.
Kurva
gambar 1
Kondisi
Isolasi
Suhu
(�C)
IP
A Lembab 36 1,88
B Lembab 75 2,50
C Kering 75 3,11
D Kering 36 2,16
IEEE Standard No. 43 mengindikasikan nilai
IP minimum yang direkomendasikan untuk
mesin ac:
Isolasi klas A = 1,5
Isolasi klas B = 2,0
Isolasi klas C = 2,0
Gambar 2. Nilai resistansi dalam 1 dan 10 menit
selama proses pengeringan dari generator 37500-
kVA, 13.8-kV.

I. Prosedur Pengujian
Prosedur pengujian untuk test
dielektrik absorsi adalah:
a. Hot resistance test
Mematikan operasi mulai dari beban
penuh sedikitnya 4 jam, atau sampai
temperatur distabilkan:
(1)Memutuskan peralatan yang akan diuji
dari peralatan lainnya dengan membuka
breaker/pemutus tenaga. Memutus trafo
tenaga atau peralatan lain yang
menyambung antara fasa dan ground atau
netral dan ground.
(2)Melepas hubungan ground, sambungkan
ke resistansi isolasi tester, dan mulai
pembacaan absorpsi dielektrik. Berikan
pembacaan pada interval 1 menit untuk
10 menit. Lakukan test antara lilitan
stator dan ground dan antara lilitan
medan dan ground.
(3) Catat temperatur dari peralatan yang
diuji. Gunakan rata-rata dari semua
indikasi detektor temperatur resistansi,
jika tersedia, atau menggunakan rata-rata
pembacaan dari beberapa termometer
yang ditempatkan agar supaya diperoleh
rata-rata terbaik dari temperatur isolasi.
(4) Groundingkan lilitan lagi sedikitnya 10
menit.
b. Cold resistance test.
Empat sampai delapan jam setelah hot
resis-tance test, ketika peralatan telah
didinginkan sekitar suhu lingkungan,
lakukan pengujian seperti prosedur hot
resistance test.
J. Faktor Koreksi Temperatur pada
Resistansi Isolasi.
Berdasarkan metoda yang mungkin
digunakan untuk mengoreksi resistansi
isolasi pada temperatur berapapun pada
resistansi isolasi pada temperatur dasar yang
dipilih, jika ini tidak mungkin melakukan test
resistansi isolasi pada dua temperatur yang
sangat berbeda. Metoda hanya pendekatan,
sebab koefisen suhu resistansi isolasi sangat
bervariasi dengan kondisi dan bahan yang
berbeda dan tidak selalu konsisten untuk
material yang sama. Nilai resistansi isolasi
pada menit ke 10 dari kurva dielektrik
absorpsi harus digunakan. Rumus untuk
menentukan resistansi isolasi (Rb) pada
beberapa temperatur dasar yang diinginkan
(Tb) ketika resistansi yang diketahui atau
yang diuji (Ra) pada temperatur (Ta) adalah:
Dimana :
f = faktor koreksi temperatur/suhu (dari
kurva gambar 4)
f = 10A(Tb - Ta );
A = Koefisien suhu dari resistansi isolasi dari
tabel II.
Gambar 4. Faktor koreksi temperatur resistansi isolasi.
Tabel II. Koefisien suhu dari resistansi isolasi
Peralatan Nilai rata � rata
koefisien resistansi
isolasi
Trafo dengan minyak,
isolasi klas A
0.030
Trafo minyak 0.0173
Lilitan jangkar AC,
isolasi klas A
0.033
Lilitan jangkar AC,
isolasi klas B
0.0168
Lilitan jangkar DC 0.024

Anda mungkin juga menyukai